BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Batasan Perilaku - Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Petani Padi Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Di Desa Pakpahan Kecamatan Onan Runggu Samosir Tahun 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Batasan Perilaku

  Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mempunyai aktivitas masing-masing.

  Menurut Notoadmodjo (2007) yang dikutip dari penelitian Skiner perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

  Oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme kemudian organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon. Skiner membedakan ada dua respon: 1.

  Respondent respons atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

  eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

  Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

  2. Operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

  Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job deskripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka pertugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

  Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.

  1. Perilaku tertutup (covert behaviour) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert bahaviour atau unobservabel

  , misalnya: seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan,

  behaviour

  seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

  2. Perilaku Terbuka (overt behaviour) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan nyata atau praktik (practice). Misal, seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB paru minum obat secara teratur, dan sebagainya.

2.1.2 Perilaku Kesehatan

  Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan (Notoadmodjo, 2007).

  Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok: 1.

  Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintanance) Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

  2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

  

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health

seeking behaviour).

  Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

  3. Perilaku kesehatan lingkungan Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

  Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya.

2.1.3 Domain Perilaku

  Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

  1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

  2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan sering merupakan faktor yang dominan yang yang mewarnai perilaku seseorang.

  Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan kesehatan, ketiga domain tersebut dimodifikasi menjadi:

1. Pengetahuan (Knowledge)

  Pengetahuan adalah hasil ‟tahu‟ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadapa suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

  Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a.

  Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

  b.

  Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

  c.

  Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

  d.

  Trial, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

  e.

  Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadapa stimulus.

  Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni: 1.

  Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

  Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, „tahu‟ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

  2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

  3. Aplikasi ( Application) Alplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

  4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

  5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk kseluruhan yang baru.

  Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

  Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

  6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteri-krietia yang telah ada.

  2. Sikap (Attitude)

  Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).

  Dalam bagian lain Allport (1954) yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2003) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni: a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

  b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

  c) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

  1. Menerima (Receiving) Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

  2. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan ,lepas pekerjaan itu benara atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

  3. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga.

  4. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

  3. Praktik atau Tindakan (Practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).

  Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Praktik atau tindakan mempunyai beberapa tingkatan: 1.

  Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih bebebagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

  2. Respon Terpimpin (Guided Respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh atau indikator praktik tingkat tingkat dua.

  3. Mekanisme (Mecanism) Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

  4. Adaptasi (Adaptation) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut (Notoatmodjo, 2007).

2.2. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

2.2.1 Keselamatan Kerja

  Yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang bekerja dan juga masyarakat pada umumnya.

  Tujuannya adalah melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan pekerjaan, menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja, dan sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

  2.2.2 Kesehatan Kerja

  Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum (Anonim, 2009).

  2.2.3 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja

  Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerja, baik secara fisik maupun psikososial dalam hal cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi kerja bertujuan untuk (Depkes RI, 1994): a.

  Memelihara meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja disemua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya.

  b.

  Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerja.

  c.

  Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.

  d.

  Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikisnya.

2.3 Petani Padi

  Petani padi adalah petani yang bekerja di sawah mulai dari persiapan lahan sampai panen (Depkes RI, 1994).

  Kesehatan kerja petani pada hakekatnya tergantung hubungan interaktif antara tiga komponen yang mempengaruhi performa kerja mereka. Ketiga komponen tersebut adalah kapasitas kerja, beban kerja dan beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja.

  Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang petani untuk melaksanakan pekerjaanya. Kapasitas kerja ini termasuk : tingkat kesehatan, gizi para petani, keterampilan mencangkul dan yang lainnya. Sedangkan beban kerja petani antara lain mencangkul membajak dan yang lainnya. Beban tambahan sendiri adalah beban yang berasal dari lingkungan seperti suhu udara, sinar matahari dan yang lainnya.

  Selain itu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam identifikasi bahaya dibidang pertanian ini adalah keserasian antara alat yang digunakan dengan postur tubuh petani Indonesia (faktor ergonomik).

2.3.1. Klasifikasi Pertanian dan Petani

2.3.1.1. Klasifikasi Pertanian

  Pertanian sering digolongkan menurut keperluan tertentu, sering tumpah tindih, sering berbeda di lain daerah. Tanaman kentang di Indonesia masuk dalam hortikultura, di Eropa masuk dalam bukan hortikultura tetapi tanaman makanan (USU, Open Course Ware ).

  Namun demikian dapat dihimpun klasifikasi pertanian sebanyak 11 macam penggolongan pertanian. Penggolongan itu adalah sebagai berikut:

  1. Pertanian dalam arti sempit dan luas

  Pertanian dalam arti sempit adalah bercocok tanam, jadi hanya kegiatan usaha tanaman. Dalam arti luas pertanian meliputi bercocok tanam, kehutanan, perikanan dan peternakan.

  2. Pertanian Rakyat dan Perkebunan

  Perbedaan pertanian rakyat dengan perkebunan terutama terletak dalam luas areal dan manajemennya. Pertanian rakyat termasuk perkebunan rakyat dalam areal lebih sempit dan manajemen sederhana. Menurut pemilikannya perkebunan dibagi menjadi perkebunan BUMN, perkebunan Swasta Asing, perkebunan Swasta Nasional, Joint venture, dan PIR.

  3. Pertanian Tanaman Makanan dan Perdagangan

  Penggolongan ini cukup lemah, sebagai contoh tanaman padi adalah bahan untuk makanan, tetapi juga dapat diperdagangkan. Dalam kehidupan praktis yang dimaksud dengan tanaman perdagangan secara umum komoditinya bukan untuk sebagai bahan makanan. Tanaman makanan terdiri atas: tanaman serealia, kacangan dan umbian.

  4. Pertanian Hortikultur dan non-Hortikultur

  Hortikultur terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga-bungaan. Hasil hortikultur pada umumnya mempunyai sifat mudah busuk/rusak (perishable) dan bermuatan besar (bulky = volumeneous).

  5. Pertanian Tanaman Semusim dan Tanaman Keras

  Tanaman semusim sering disebut tanaman muda atau tanaman tahunan atau

  annual crop . Contoh annual crop adalah padi, jagung, pisang, cabe, kentang,

  kacangan, dan sebagainya. Tanaman semusim ini dapat dibagi dua yaitu: a.

  Sekali tanam sekali panen seperti padi, jagung.

  b.

  Sekali tanam beberapa kali panen seperti cabe, tomat arcis, buncis dan sebagainya.

  Tanaman Keras atau perenial crop adalah tanaman yang berumur panjang dan dapat berbuah atau panen berkali-kali. Contohnya: karet, kelapa sawit, coklat, duren, mangga, asam gelugur, duku dan sebagainya.

  6. Pertanian Subsisten dan Perusahaan

  Pertanian subsisten adalah pertanian yang seluruh hasilnya digunakan atau dikonsumsi sendiri oleh produsennya. Contoh: padi, jagung, ternak ayam yang dipelihara bertujuan untuk konsumsi sendiri, tidak ada maksud untuk dijual ke pasar. Pertanian subsisten secara murni pada saat ini dapat dikatakan sudah langka, hanya terdapat di daerah-daerah yang terisolasi seperti di Nias. Kalau hasil pertanian itu hanya cukup untuk dimakan maka disebut subsistence level of living, dan kondisi ini sama dengan petani miskin.

  Pertanian perusahaan atau commercial adalah pertanian yang hasilnya bertujuan dijual ke pasar. Bukan harus semua hasil padi seorang petani dijual ke pasar, boleh saja sebagian dikonsumsi sendiri dan sebagian dijual. Hasil tanaman karet pada umumnya seluruhnya dijual ke pasar.

  7. Pertanian Generatif dan Ekstraktif

  Pertanian generatif adalah pertanian yang telah dilakukan di dalamnya pemeliharaan/perlakuan pada proses produksinya. Petani terlibat dalam pemupukan, dalam pembrantasan hama/penyakit, dalam pemilihan benih/bibit. Pertanian ekstraktif (sammel- wirtshaft) adalah usaha pertanian yang hanya mengumpulkan hasil, misalnya pengambilan rotan di hutan, penebangan kayu hutan, pengambilan gubal gaharu di hutan, penangkapan ikan di laut. Bila rotan atau gaharu sudah dibudidayakan maka dia berubah menjadi pertanian generafif.

  8. Pertanian Lahan Sawah dan Lahan Kering

  Lahan sawah adalah lahan yang pada saat-saat tertentu digenangi air untuk ditanami, kalau terus-menerus tergenang air disebut kolam atau tambak.

  Berdasarkan sumber airnya sawah dibagi menjadi: a.

  Sawah irigasi (teknis dan setengah teknis), tadah hujan, rawa, paluh dan sebagainya. Pengaliran/pemberian air ke lahan sawah disebut irigasi, boleh juga dengan sprinkle, pembuangan air keluar dari sawah disebut drainasi.

  b.

  Lahan kering adalah lahan yang senantiasa diusahakan kering, lahan kering sering disebut lahan darat, tegalan, huma atau ladang. Usaha-usaha perkebunan pada umumnya terdapat di lahan kering.

  9. Pertanian Modern dan Tradisionil

  Pertanian intensif dan ekstensif berkonotasi terhadap jumlah nilai input per hektar, pertanian modern dan tradiosionil berkonotasi terhadap tingkat penggunaan teknologi. Pertanian modern menggunakan teknologi lebih tinggi daripada pertanian tradisionil. Pertanian modern banyak menggunakan mesin-mesin, sedikit memakai tenaga manual. Pertanian modern belum tentu lebih menguntungkan daripada pertanian tradisionil. Pertanian modern di Sumatera Utara belum tentu modern bagi petani di USA. Pertanian modern dapat menimbulkan pengangguran di pedesaan di Indonesia.

  10. Pertanian Spesialisasi dan Diversifikasi

  Pertanian spesialisasi disebut juga pertanaman sejenis atau monokulture pada usaha tanaman. Spesialisai berarti mengusahakan khusus satu jenis tanaman, atau satu jenis ternak atau satu jenis ikan. Pertanian diversifikasi disebut juga pertanian campuran. Diversifikasi dalam arti sempit mengusahakan berbagai jenis tanaman atau berbagai jenis ternak atau ikan. Untuk usaha tanaman saja, sejalan dengan pengertian diversifikasi terdapat beberapa istilah khusus yakni: a. Tumpang gilir (multiple cropping),

  b. Tumpang sari (inter cropping),

  c. Bersisipan (relay cropping), d. Bergiliran (squential planting).

  11. Pertanian Intensif dan Ekstensif

  Intensif atau ekstensifnya suatu usaha pertanian dapat ditunjukkan dalam waktu yang sama atau berbeda, antar daerah, antar jenis tanaman/ usaha. Indikator menunjukkan intesif atau ekstensif adalah ratio atau perbandingan dari jumlah penggunaan nilai input per satuan luas, bukan hanya bergantung luas areal saja.

2.3.1.2. Klasifikasi Petani

  Petani dapat diklasifikasikan menurut klasisikasi pertanian. Menurut klasifikasi pertanian dapat disebutkan: a.

  Petani tradisionil atau petani modern.

  b.

  Petani sawah atau petani darat.

  c.

  Petani spesialisasi atau petani diversifikasi. Menurut jenis usahanya adalah: a.

  Petani padi bila dia mengusahakan tanaman padi.

  b.

  Petani padi dan jagung, dia menanam padi dan jagung.

  c.

  Petani/pekebun karet, dia mengusahakan tanaman karet.

  d.

  Petani ikan mas, dia mengusahakan/memelihara ikan mas.

  e.

  Peternak sapi perah, dia memelihara sapi perah, dan lain-lain.

2.3.2. Bahan Baku dan Peralatan Petani Padi

  Bahan baku utama yang digunakan oleh petani padi dalam proses produksinya adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1994): a.

  Bibit b.

  Pestisida c. Herbisida d.

  Pupuk Dalam melaksanakan budidaya padi, petani menggunakan berbagai alat yang berguna sepanjang proses kerja. Ada beberapa alat yang digunakan antara lain (Sujatmoko, 2011):

1. Bajak atau luku

  Adalah alat yang biasa digunakan petani untuk mengolah tanah mereka sebelum di tanami dengan cara membalik tanahnya. Hal ini di maksudkan agar kesuburan tanah sawah tetap terjaga walaupun sudah di tanami tanaman beberapa kali.

  Bentuk bajak sendiri biasanya berupa kayu berbentuk segitiga dengan disambungkan ke hewan-hewan untuk menarik bajak tersebut. Hewan yang dipakai untuk membajak sendiri biasanya yaitu hewan-hewan yang jinak tapi kuat. Seperti halnya sapi dan kerbau. Hingga saat ini bajak atau luku ini masih banyak digunakan oleh petani untuk mengolah tanah mereka. Walaupun tidak sedikit pula petani yang sudah beralih menggunakan teknologi yang lebih modern yaitu traktor.

  2. Cangkul atau Pacul

  Adalah satu jenis alat pertanian tradisional yang digunakan dalam proses pengolahan tanah pada lahan pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali ataupun untuk meratakan tanah. Cangkul masih digunakan sehingga masa ini untuk menjalankan kerja-kerja menggali yang ringan di kebun ataupun di sawah.

  Alat ini merupakan elemen penting dalam bidang pertanian terutama pertanian ladang kering. Cangkul dibuat dari baja sehingga alat ini sangatlah kuat. Cangkul atau Pacul merupakan gabungan dari dan pacul itu sendiri. Bawak merupakan bagian kepala atau bagian atas dari cangkul. Sedangkan pada bagian landepan atau bagian bawahnya sering kita sebut dengan pacul juga. Pada bagian kepala terdapat lubang yang berfungsi untuk dipasangi garan pacul atau sering disebut Dengan dipasangnya doran akan mempermudah dalam menggunakan alat cangkul ini.

  3. Sabit Padi

  Adalah alat yang biasa digunakan petani untuk memanen padi. Seperti halnya ani-ani dan arit babatan, alat ini mempunyai peran penting saat proses pemanenan padi yang sudah siap panen. Alat ini sangatlah ringan dan mudah sekali untuk digunakan. Alat ini mirip dengan arit, tapi ukurannya lebih kecil dan lebih tipis.

  Alat ini juga menggunakan sebagai pegangannnya. Sehingga dapat mempermudah dalam penggunaannya. Sabit padi ini ada yang terbuat dari besi biasa dan ada juga yang terbuat dari besi baja. Hal ini tergantung dari permintaan dari para petani itu sendiri. Di bandingkan dengan menggundengan menggunakan alat ini para petani bisa lebih cepat dalam proses pemanena

  4. Arit Babatan

  Adalah alat yang biasa digunakan untuk memanen padi. Arit ini mempunyai bentuk yang tipis dan sangatlah ringan untuk di bawa. Dengan bentuk yang tipis ini maka arit ini akan sangat mudah sekali untuk memanen padi dalam skala yang besar. Arit babatan ini termasuk teknologi baru untuk memanen Tidak seperti teknologi sebelumnya dimana petani menggunakan yang harus membutuhkan waktu yang lama untuk memanen padi, dengan arit babatan ini petani bisa memanen padi mereka dengan mudahnya dan dalam waktu yang cepat. Walaupun bentuknya tipis akan tetapi arit babatan ini terbuat dari besi baja yang kuat sehingga dapat digunakan dalam kurun waktu yang lama dan juga kualitas yang terjamin pula tentunya.

  5. Garuk dan Garpu

  Adalah alat pertanian yang digunakan untuk meratakan pupuk di sawah dan terutama adalah pupuk kandang. Bagi para petani yang mempunyai ternak sapi biasanya menggunakan alat ini untuk menguraikan kotoran sapi yang akan di jadikan sebagai pupuk.. Alat garuk dan garpu ini terbuat dari lempengan drum bekas yang di pande hingga menjadi alat seperti tiga jari ini. Untuk bentuk dari alat ini yaitu berupa 3 jari besi dengan lubang corong pada bagian atasnya sebagai tempat untuk dipasasebagai pegangannya. Kedua alat ini pada dasarnya mempunyai fungsi yang sama secara keseluruhan. Yang membedakan diantara keduanya hanyalah bentuknya saja. Garuk mempunyai corong untuk wadah garan menghadap ke atas. Sedangkan garpu mempunyai corong untuk wadah garan yang sejajar dangan 3 jari besi tadi.

6. Ungkal

  Adalah batu yang berfungsi untuk mengasah alat-alat pertanian seperti dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan agar alat-alat tersebut bisa lebih tajam. Ungkal ini terbuat dari sejenis batu kapur gandik yang sangat cocok untuk mengasah alat-alat pertanian. Ungkal yang berukuran besar sangat cocok untuk mengasah arit jenis apapun. Sedangkan ungkal yang berukuran kecil ini biasanya digunakan untuk mengasah dan pisau. Dengan ungkal ini alat pertanian akan tetap terjaga ketajamannya.

2.3.3. Proses Kerja Petani Padi

  Ada beberapa tahapan yang dilakukan para petani dalam budi daya padi sawah diantaranya yaitu : persiapan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan pestisida dan panen (Depkes RI, 1994).

1. Persiapan Lahan

  Pada proses ini tanah terlebih dahulu dilakukan pembajakan dan pengairan agar tanah menjadi gembur dan mudah ditanami bibit yang berumur 20-30 (tergantung pada jenis bibit padi) setelah bibit padi disemaikan lahan dialiri selama beberapa hari. Bagi sawah yang petaknya kecil-kecil biasanya hanya dicangkul. Pembajakan yang menggunakan kerbau pada sawah yang cukup besar.

  Bongkahan-bongkahan tanah hasil pembajakan biasanya masih besar-besar itu kemudian didiamkan selama beberapa hari lalu disikat (digaru).

  Pekerjaan ini biasanya dibantu dengan pencangkulan untuk mertakan penyikatan. Penyikatan dilakukan sedemikian rupa sampai tanah sawah benar- benar halus dan siap untuk ditanami. Selesai disikat, sawah kemudian dibiarkan beberapa hari lalu dialiri air secukupnya. Bagi petak-petak yang besar, dibuat garis-garis lurus saling tegak lurus sehingga membentuk kotak-kotak seperti lantai (ubin) yang pada sudut-sudutnya nanti bibit padi ditanamkan. Pekerjaan mempersiapkan lahan ini umumnya dilakukan pada pagi dan siang hari sampai sore hari. Alat-alat yang digunakan adalah cangkul dan bajak yang ditarik dengan kerbau atau kuda (pada petani yang lebih modern menggunakan traktor).

  2. Penanaman

  Padi dari persamaian yang telah dianggap cukup umurnya, kemudian dicabut dan diikat kira-kira sebesar 2 (dua) genggaman jari tangan. Sebelum ditanami, ujung daun padi dipotong dulu sampai tingginya 20-30 cm. Proses penanaman padi dilakukan dengan mundur (karena itu disebut tandur artinya menata sambil mundur), agar padi yang sudah ditanam tidak terinjak. Penanaman ini biasanya dilakukan dengan tangan secara beramai-ramai. Peralatan yang digunakan adalah topi dan pakaian kerja.

  3. Penyiangan

  Kira-kira setelah satu bulan ditanam, sawah harus disiangi dari rumput- rumput liar. Penyiangan dilakukan pada pagi sampai tengah hari. Penyiangan ini biasa dilakukan 2-3 kali selama penanaman padi, tergantung pada banyaknya rumput-rumput liar.

  4. Pemupukan Pada proses ini pupuk disebarkan di atas lahan yang ditanam dan disiangi.

  Penyebaran pupuk ini biasanya dilakukan dengan tangan yang tidak menggunakan alat pelindung (sarung tangan).

  5. Penyemprotan Pestisida

  Sebelum proses ini dilaksanakan dilakukan persiapan untuk mencampur dan memasukkan pestisida ke dalam tabung penyemprot. Pencampuran pestisida kadang-kadang dilakukan disembarang tempat di dekat makanan atau minuman atau diselokan yang airnya mengalir. Selain itu penyemprotan dilakukan di atas lahan yang ada. Pekerjaan menyemprot ini biasanya dilakukan dengan secara sederhana tanpa menggunakan alat-alat pelindung dan belum memperhatikan kaidah penyemprotan yang sesuai dengan kaidah kesehatan. Tujuan penyemprotan ini untuk mencegah dan membasmi hama yang mungkin menyerang padi.

  6. Panen

  Setelah menunggu beberapa lama dan dianggap padi telah cukup tua untuk dipanen, maka para petani akan menuai padinya. Alat-alat yang digunakan adalah sabit dan topi. Padi yang telah dituai kemudian akan diangkut untuk dikeringkan. Setelah itu dilakukan perontokan gabah. Pada petani tradisional, perontokan ini dilakukan dengan memukul-mukulkan padi. Sedangkan para petani yang lebih modern menggunakan mesin perontok (biasanya juga tersedia di koperasi tani atau KUD).

2.3.4. Potensi Bahaya dan Akibatnya Pada Petani Padi (Depkes RI, 1994) 1) Persiapan Lahan

  Potensi bahaya pada tahap ini adalah: a.

  b.

  Panas dari sengatan matahari.

  c.

  Infeksi parasit, karena bekerja tanpa menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan dan sepatu.

  d.

  Infeksi bakteri.

  e.

  Ketidakserasian antara sikap dan alat kerja (masalah ergonomi). Akibat yang mungkin terjadi antara lain: a.

  Luka karena benda tajam dan tumpul b.

  Kelelahan dan dehidrasi serta luka bakar c. Cacingan (ascariasis) d.

  Diare.

  Kecelakaan karena bekerja dengan cangkul dan bajak yang kurang hati- hati.

2) Penanaman

  b.

  Serangan parasit karena bekerja tanpa sepatu dan sarung tangan.

  c.

  Serangan bakteri karena bekerja tanpa sepatu dan sarung tangan.

  d.

  Masalah ergonomi karena membungkuk. Akibat yang mungkin terjadi antara lain: a.

  Kelelahan dan dehidrasi.

  b.

  Ascariasis (cacingan).

  Panas karena sinar matahari.

  Potensi bahaya yang mungkin terjadi pada tahap ini adalah: a. c.

  Diare.

  d.

  Nyeri otot dan sakit pinggang.

  3) Penyiangan

  Potensi bahaya yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut: a.

  Panas karena sengatan matahari.

  b.

  Infeksi parasit.

  c.

  Infeksi bakteri.

  d.

  Masalah ergonomi. Akibat yang ditimbulkan antara lain: a.

  Kelelahan dan dehidrasi.

  b.

  Ascariasis (cacingan).

  c.

  Diare.

  d.

  Nyeri otot dan sakit pinggang.

  4) Pemupukan

  Potensi bahaya yang mungkin terjadi pada tahap ini: a.

  Pemaparan pupuk (kontak langsung antara pupuk dengan tangan).

  b.

  Tekanan panas karena sengatan matahari.

  c.

  Infeksi parasit.

  d.

  Infeksi bakteri. Akibat yang ditimbulkan antara lain: a.

  Radang kulit (pada tangan).

  b.

  Keracunan (muntah-muntah, pusing dan mual).

  c.

  Kelelahan dan dehidrasi.

  d.

  Ascariasis (cacingan). e.

  Diare.

  Kecelakaan karena penggunaan sabit yang kurang hati-hati.

  b.

  Luka karena benda tumpul dan tajam.

  Akibat yang ditimbulkan antara lain: a.

  Kebisingan dan getaran nada proses perontokan gabah yang menggunakan mesin dan perontok padi.

  f.

  Tekanan panas karena sengatan sinar matahari langsung.

  e.

  Masalah ergonomi karena mengangkut hasil panen dengan sikap tubuh yang kurang baik.

  d.

  Infeksi bakteri.

  c.

  Infeksi parasit.

  b.

  Potensi bahaya yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut: a.

  5) Penyemprotan Pestisida

  6) Panen

  Diare.

  d.

  Ascariasis (cacingan).

  c.

  Radang kulit, gangguan saluran pernapasan.

  b.

  Mual, muntah-muntah dan pusing.

  Infeksi bakteri. Akibat yang ditimbulkan antara lain: a.

  c.

  Infeksi parasit.

  b.

  Pemaparan pestisida.

  Potensi bahaya yang mungkin terjadi sebagai berikut: a.

  Ascariasis (cacingan).

  Kelelahan dan dehidrasi.

  d.

  e.

  Nyeri otot dan sakit pinggang.

  c.

  Diare.

2.4. Kerangka Konsep

  Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan sebagai variabel independen (bebas).

  Sedangkan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai variabel dependen (terikat).

  Petani Padi

   Pengetahuan  Sikap  Tindakan

  Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  • Potensi Bahaya Berdasarkan Proses Kerja -

  Persiapan lahan

  • Penanaman -

  Penyiangan

  • Pemupukan -

  Penyemprotan pestisida

  • Panen

Dokumen yang terkait

Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Guru-Guru Sekolah Dasar Negeri Dan Swasta Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Kota Medan

0 48 62

Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Bekerja Dan Ibu Tidak Bekerja Tentang Imunisasi

0 29 64

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

0 1 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Pencarian Pengobatan - Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi Dan Kebutuhan Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pencarian Pengobatan Di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku - Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Pola Pencarian Pengobatan di Desa Doloksaribu Lumban Nabolon, Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2015

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan 2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan - Hubungan Perilaku Pencegahan Terhadap Kejadian HIV Pada Kalangan LSL Di Klinik IMS Dan VCT Veteran Medan Tahun 2015

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) - Hubungan Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Perilaku K3 pada Pekerja Bagian Produksi PT. Supratama Juru Enginering Medan Tahun 2015

0 3 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan 2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

0 1 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan - Gambaran Perilaku Tenaga Kesehatan Terhadap Pelayanan Prima di Puskesmas Tomuan Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 31

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) - Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Pekerja PT. X 2015

1 0 32