BAB I PENDAHULUAN - Strategi Pengembangan Kud Di Kabupaten Deli Serdang

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Tujuan pembangunan adalah untuk kesejahteraan dan peningkatan taraf hidup manusia. Lebih jauh lagi hakekat pembangunan adalah memanusiakan manusia agar matang dalam kedewasaan, dinamis, dan sanggup mengatasi segala tantangan lingkungan. Dalam hal ini maka hakekat pembangunan pertanian adalah meningkatkan taraf hidup petani. Pembangunan sering kali diartikan sebagai pertumbuhan dan perubahan. Pembangunan yang berhasil dapat diartikan kalau pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat petani dari yang kurang baik menjadi lebih baik (Soekartawi,1995). Masyarakat Indonesia yang lemah ekonominya sebaiknya bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan ekonominya. Salah satunya adalah dengan bergabung ke sebuah organisasi yaitu koperasi, yang dapat memperkuat kedudukan ekonomi. Koperasi merupakan pilihan yang tepat bagi masyarakat yang perekonomiannya menengah kebawah. Koperasi berusaha mempersatukan orang untuk berjuang bersama-sama. Koperasi bertujuan meningkatkan pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka, melalui usaha bersama yang bersifat lugas dan berkesinambungan dengan tetap mempertahankan semangat kekeluargaan.

  Sejarah perkembangan koperasi tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan perkembangan sosialisme yang merupakan antitesis dan kapitalisme yang berkembang di Eropa. Kinerja kapitalisme yang memburuk berupa terjadinya depresi ekonom (kelangkaan barang, pengangguran yang meluas berkepanjangan) mendorong munculnya dari orang- orang yang tertindas dan terpinggirkan seperti gerakan kaum buruh dan ide tentang koperasi (Hudiyanto,2002).

  Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi dengan menempuh jalan yang mantap dan tepat. Tujuan koperasi adalah membebaskan para anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka. Orang – orang mengatakan bahwa koperasi merupakan KIN

  

DER DER NOT yang maksudnya “anak yang lahir dari kesengsaraan”. Hal ini

  mengandung arti bahwa dalam suatu masyarakat dimana para anggotanya berkeadaan ekonomi lemah, maka koperasi mempunyai peranan yang penting untuk mengatasi, menanggulangi kesulitan-kesulitan ekonominya. Beberapa kenyataan yang terkait dengan pendapat diatas dapat dikemukakan antara lain (Kartasapoetra, 2001) : a.

  Pada pertengahan abad ke- 19 di Jerman dibentuk koperasi Simpan Pinjam (kredit) bertujuan untuk memperbaiki tingkat kehidupan petani dan buruh.

  b.

  Dalam perkiraan waktu yang sama, di Inggris (Rochdale) dibentuk koperasi konsumsi (Charles Horwart) bertujuan untuk memperbaiki tingkat hidup para buruh yang bekerja di pabrik planel.

  c.

  Dan selanjutnya berbagai bentuk koperasi lahir di Prancis, Belanda, Denmark dan beberapa negara lainnya di Eropa. Umumnya tujuan koperasi yaitu berusaha meningkatkan taraf hidup para anggotanya yang berekonomi lemah. Koperasi selanjutnya berkembang di beberapa negara Asia dan bahkan Amerika. Perkembangan ini terjadi karena masyarakat di Amerika tidak semuanya tergolong yang berekonomi kuat.

  Menurut Siwijatmo (1992), dalam pasal 3 UU No. 12/1967, koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial ,beranggotakan orang – orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata azas kekeluargaan. Yang dimaksud dengan kekeluargaan yaitu dari anggota,ke anggota, dan untuk anggota.

  Penjelasan dari pasal tersebut menyatakan bahwa “koperasi indonesia adalah kumpulan orang – orang yang sebagai manusia sevara bersamaan, bekerja untuk memajukan kepentingan- kepentingan ekonomi mereka dan kepentingan masyarakat”. Dari pengertian umum diatas, maka ciri- ciri seperti di bawah ini seharusnya selalu nampak (Japanugerah, 2008) : 1.

  Bahwa koperasi Indonesia adalah Kumpulan orang- orang dan bukan kumpulan modal. Pengaruh dan penggunaan modal dalam koperasi Indonesia tidak boleh mengurangi makna dan tidak boleh mengaburkan pengertian koperasi Indonesia berdasarkan perkumpulan orang- orang dan bukan sebagi perkumpulan modal. Ini berarti bahwa koperasi Indonesia harus benar- benar mengabdikan kepada perikemanusiaan dan bukan kepada kebendaan.

  2. Bahwa koperasi Indonesia bekerjasama, bergotong- royong berdasarkan persamaan derajat, hak dan kewajiban yang berarti koperasi adalah dan seharusnya merupakan wadah demokrasi ekonomi dan sosial. Karena dasar demokrasi ini, milik para anggota sendiri dan pada dasarnya harus diatur dan diurus sesuai dengan keinginan para anggota sendiri yang berarti bahwa hak tertinggi dalam koperasi terletak pada Rapat Anggota.

  3. Bahwa segala kegiatan koperasi Indonesia harus didasarkan atas kesadaran para anggota. Dalam koperasi tidak boleh dilakukan paksaan, ancaman, intimidasi, dan campur tangan dari pihak- pihak lain yang tidak ada sangkut- pautnya dengan soal- soal intern koperasi.

  4. Bahwa tujuan koperasi Indonesia harus benar- benar merupakan kepentingan bersama dari para anggotanya dan disumbangkan para anggota masing-masing. Ikut sertanya anggota sesuai dengan kecilnya karya dan jasanya harus dicerminkan pula dalam hal ini pembagian pendapatan dalam koperasi. Secara kelembagaan struktur organisasi koperasi di Indonesia mirip dengan organisasi pemerintah/lembaga kemasyarakatan yang terstruktur dari daerah sampai ke pusat, atau dari koperasi primer sampai induk koperasi. Sebagai contoh, koperasi unit desa (KUD) yang berbasis di pedesaan memiliki struktur pusat koperasi unit desa (PUSKUD) di tingkat provinsi dan induk kopersi unit desa (INKUD) di tingkat pusat. Struktur yang mirip struktur birokrasi ini seringkali membawa semangat birokrasi, sehingga perannya dalam membantu mengembangkan koperasi primernya menjadi kurang efektif. Tidak jarang dijumpai peran lembaga sekundernya menyebabkan produk yang dihasilkan primer menjadi tidak kompetitif karena keberadaan sekunder hanya menambah panjang rantai tata niaga saja (Nurwahid, 2009). Permasalahan utama yang dihadapi oleh koperasi adalah bahwa sebagian besar masyarakat, khususnya masyarakat yang berpenghasialn rendah di pedesaan, seperti buruh tani dan petani- petani kecil yang belum seluruhnya menjadi anggota koperasi. Hal tersebut disebabkan karena belum berkembangnya kesadaran dan kepercayaan mereka terhadap koperasi dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Hal ini dapat dipahami karena berbagai kegiatan koperasi khususnya KUD, sampai saat ini masih belum sepenuhnya mampu memberikan tingkat dan mutu pelayanan yang dapat menjangkau kebutuhan seluruh kelompok masyarakat golongan ekonomi lemah dalam skala ekonomi yang berdaya guna dan berhasil (Departemen Perdagangan dan Koperasi RI, 1984). Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 2/1978 tentang BUUD/KUD, penjenisan koperasi di Indonesia mengalami perubahan lagi yaitu, Koperasi- koperasi unit desa (KUD) yang aneka usaha. Itulah sebabnya banyak koperasi pedesaan, seperti Koperta, yang beramalgasi menjadi KUD. Apabila dilihat dari kegiatan usahanya, KUD adalah koperasi aneka usaha, baik dari segi fungsi ekonomi yang dilakukan maupun dari komoditi yang diperdagangkan. Oleh sebab itu KUD adalah aneka usaha dalam pengertian aneka fungsi dan aneka komoditi atau dapat disebut koperasi serba usaha (all purpose cooperative) (Sudarsono dan Edilius, 2010).

  

Tabel 1. Jumlah Koperasi Unit Desa Menurut Kabupaten/Kota Se-Sumut

Nama Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011 Kabupaten

  1. Nias

  15

  10

  10

  10

  5

  2. Mandailing Natal

  60

  61

  61

  61

  61

  3.Tapanuli Selatan

  24

  68

  68

  68

  21

  4.Tapanuli Tengah

  23

  23

  23

  23

  26

  30

  30

  30

  30

  • 5. Tapanuli Utara

  6. Toba Samosir

  23

  30

  30

  30

  9

  7. Labuhan batu

  55

  55

  55

  55

  19

  8. Asahan

  20

  16

  16

  16

  40

  9. Simalungun

  53

  53

  53

  53

  3

  10. Dairi

  16

  16

  16

  16

  16

  11. Karo

  30

  31

  31

  31

  31

12. Deli Serdang

  32

  32

  32

  32

  8

  13. Langkat

  41

  39

  39

  39

  20

  8

  9

  9

  9

  • 14. Nias Selatan

  15. Humbang Hasundutan

  15

  16

  16

  16

  2

  16. Pakpak Bharat

  2

  3

  3

  3

  3

  17. Samosir

  19

  4

  4

  4

  9

  24

  24

  24

  24

  • 18. Serdang Bedagai

  19. Batu Bara

  13

  12

  12

  12

  12

  20. Padang Lawas Utara x x X x

  6

  X x

  • 21. Padang Lawas x x

  22. Labuhanbatu Selatan x x X x

  23

  23. Labuhanbatu Utara x x X x

  44

  24. Nias Utara x x X - x

  25. Nias selatan x x X x

  3 Kota

  26. Sibolga

  1

  1 1 -

  1

  1

  5

  5

  5

  • 27. Tanjungbalai

  28. Pematangsiantar

  1

  1

  1

  1

  1

  1

  1

  1

  1

  • 29. Tebing Tinggi

  30. Medan

  5

  5

  5

  5

  3

  31. Binjai

  1

  3

  3

  3 -

  32. Padangsidimpuan

  4

  4

  4

  4

  3

  33.Gunungsitoli x x X x

  5 Jumlah 517 552 552 552 373 Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara,2012. Berdasarkan tabel diatas perkembangan KUD di kabupaten Deli Serdang dari tahun 2007-2011 adalah mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu dari 32 unit menjadi 8 unit.Pada dasarnya koperasi yang ada di Kabupaten Deli Serdang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu Koperasi Unit Desa (KUD) dan Non Koperasi Unit Desa.

  Dalam menjalankan kegiatannya KUD yang didirikan bisa mengambil beberapa bentuk. KUD memang bisa mengambil beberapa bentuk, akan tetapi juga mempunyai fungsi dan kegiatan yang harus dijalankan. Beberapa fungsi atau kegiatan usaha koperasi yang harus dijalankan dalam KUD adalah sebagai berikut (Hudiyanto, 2002) : 1.

  Sebagai penyedia kebutuhan usaha tani.

  2. Koperasi sebagai pemasaran hasil pertanian.

  3. Koperasi sebagai alat untuk memperlancar proses produksi dan meningkatkan efisiensi usaha tani.

  4. Koperasi sebagai penampung semua aktivitas pertanian. Petani- petani dan ushawan kecil ini, baik yang memproduksi benda- benda berwujud maupun yang memproduksi jasa dikenal dengan sebutan “yang ekonomi lemah”. Pada masa lampau (sebelum berkembang koperasi) mereka merupakan makanan yang empuk bagi usahawan yang ekonominya kuat atau bermodal besar (Kartasapoetra, 2001). Banyak masalah yang dihadapi oleh masyarakat terutama tentang koperasi.

  Permasalahan- permasalahan ini tentu saja dapat meenghambat pengembangan koperasi. Selain itu, ada juga faktor- faktor internal dan eksternal yang dapat menghambat pengembangan koperasi tersebut. Faktor- faktor internal dan eksternal, serta strategi pengembangan koperasi itulah yang menjadi fokus dalam penelitian ini.

  1.2 Identifikasi Masalah 1.

  Apasajakah faktor internal dari KUD untuk pengembangan KUD di daerah penelitian?

  2. Apasajakah faktor eksternal dari KUD untuk pengembangan KUD di daerah penelitian?

  3. Bagaimanakah strategi pengembangan yang dilakukan untuk pengembangan KUD di daerah penelitian?

  1.3 Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengidentifikasi faktor- faktor internal dari KUD dalam pengembangan KUD di daerah penelitian.

  2. Untuk mengidentifikasi faktor- faktor eksternal dari KUD dalam pengembangan KUD di daerah penelitian.

  3. Untuk menentukan strategi pengembangan yang dapat dilakukan dalam pengembangan KUD di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitiaan 1.

  Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah setempat untuk lebih memperhatikan perkembangan KUD didaerah penelitian.

  2. Sebagai bahan masukan bagi pengurus KUD untuk mengetahui pengembangan KUD.

  3. Sebagai bahan referansi atau sumber informasi bagi pihak- pihak yang membutuhkan,pihak akademis maupun non akademis.