Report 201202 ICW Greenomics Report Sustainable Palm Oil BHS

Ekspansi produksi sawit lestari: Diskualifikasi!!

  Perusahaan sawit yang direkomendasikan penghentian operasionalnya oleh BPK RI

  22  Februari  2012   Konferensi ketiga

  ICOPE (International Conference on Oil Palm and Environment) yang diselenggarakan oleh PT Smart Tbk (grup bisnis sawit Sinarmas), WWF-Indonesia, dan CIRAD, berlangsung 22-24 Februari 2012 di Bali, mengusung tema Conserving Forests, Expanding Sustainable Palm Oil Production” (Konservasi Hutan, Ekspansi Produksi Sawit Lestari).

Latar Belakang

  Tidak ada yang patut dipertanyakan dengan tema yang diusung oleh konferensi tersebut. Namun, tema tersebut menjadi patut dipertanyakan esensinya, mengingat terdapat lima perusahaan sawit PT Smart Tbk (Golden Agri Resources/GAR) yang beroperasi di Kabupaten Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah, yang telah direkomendasikan dalam laporan pemeriksaan BPK RI tertanggal 23 Februari 2009 untuk dihentikan operasionalnya guna menghindari kerugian negara dan atau kerugian lingkungan yang lebih besar lagi.

  Sehingga, apapun itu namanya – apakah itu produksi sawit lestari atau bukan – jika diproduksi dari areal-areal konsesi sawit yang telah direkomendasikan oleh laporan pemeriksaan BPK RI untuk dihentikan operasionalnya -- apalagi rekomendasi itu guna menghindari kerugian negara dan atau kerugian lingkungan yang lebih besar lagi -- maka ekspansi produksi tersebut secara jelas telah mengabaikan rekomendasi BPK RI tersebut.

  Sebagai konferensi terbuka, tentu saja produsen- produsen sawit lainnya dapat ikut serta dalam konferensi tersebut, dan bukan tidak mungkin, perusahaan-perusahaan yang juga termasuk dalam daftar yang direkomendasikan oleh laporan pemeriksaan BPK RI untuk dihentikan operasionalnya. Misalnya, terdapat dua perusahaan milik Grup Wilmar yang beroperasi di Kabupaten Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah. WWF-Indonesia dan CIRAD tentu perlu menggarisbawahi bahwa ekspansi produksi sawit lestari pada areal konsesi yang telah direkomendasikan untuk dihentikan operasionalnya oleh BPK RI, tentu bukan merupakan ekspansi produksi sawit lestari, melainkan ekspansi kerugian negara dan atau ekspansi kerusakan lingkungan.

  Pertimbangan Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Greenomics Indonesia menuliskan laporan ini adalah terdapat fakta-fakta yang memperlihatkan ekspansi produksi sawit lestari yang mengabaikan rekomendasi laporan pemeriksaan BPK RI, termasuk dalam proses sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil).

  Sehingga, sangat beralasan bagi ICW dan Greenomics mengingatkan WWF- Indonesia, termasuk CIRAD, untuk memperhatikan rekomendasi laporan pemeriksaan BPK RI dalam mempromosikan skema ekspansi produksi sawit lestari tersebut.

  Laporan ICW dan Greenomics ini bertujuan untuk memberikan penjelasan substansial kepada WWF-Indonesia dan CIRAD tentang keterkaitan antara ekspansi produksi sawit lestari dan rekomendasi laporan pemeriksaan BPK RI agar dalam mempromosikan praktik- praktik ekspansi produksi sawit lestari tidak mengabaikan rekomendasi BPK RI. Laporan ini juga membahas tentang diperlukannya peningkatan partisipasi publik agar skema ekspansi produksi sawit lestari menghormati rekomendasi laporan BPK RI. Di samping itu, laporan ini juga membahas terdapatnya konsistensi antara laporan pemeriksaan BPK RI dan analisis Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (The US Environmental Protection

  Agency/EPA), yang dikaitkan dengan skema ekspansi produksi sawit lestari.

  1

Hindari ekspansi kerugian negara dan lingkungan

  Jika WWF-Indonesia dan CIRAD tidak secara terbuka menyatakan -- baik dalam konferensi pers maupun rekomendasi akhir dari penyelenggaraan konferensi tersebut

  • bahwa praktik-praktik ekspansi produksi sawit lestari tidak dapat diberlakukan terhadap areal-areal konsesi sawit yang telah dinyatakan untuk dihentikan operasionalnya dalam laporan pemeriksaan BPK RI, maka ekspansi produksi sawit lestari tersebut merupakan bentuk dari ekspansi kerugian negara dan lingkungan. Untuk diketahui oleh WWF- ,-.+ %'.+)./0 ,-.+

  Indonesia dan CIRAD, metodologi !" !#$# %&'()#*##+ ,7%0!"0123 4(#) 8*#9 !"0123 4"5#).0!60123 pemeriksaan yang dilakukan oleh K ,0 )"&O" R4S% ,63&" LILDIE:UE:\) GKDCEGDCI LILDIE:IUGE:\) KHDLGG 379 IU. K. IGGU 379 E @"&43 IGGU 379 IJ.KG IGGCD BPK RI tersebut, di antaranya, I ,0 A%&% ]4Q4<% @6<3% ) LGU:IKF:\) UGDCEGDCI 079 F @"&43 IGGC 379 IJ $&%9 IGGC 379 C W;$ IGGLD IHH 0"86' IGGL KEDIGG menggunakan pendekatan risiko, U ,0 )&%5" R8"&#" )"86&%$"' LGU:IIG:\) UCDCEGDCI 379 U (4$3 IGGC 379 IF /$&%9 IGGC 379 C.KG. IGGL IHE 0"86' IGGL KCDHGG khususnya pada risiko C ,0 )4&4'7 ,"'7% ,&"3"#" LILDIE:LJF:\) 079 ELUDCEGDCI IIU 0"86' IGGH KUDLGG ketidakpatuhan, risiko kehilangan F.E.GU 079 KIF.GU 079D IJ. J.GH L ,0 )"3%'7"' -%Q"6 !4=3"&% LGU:IGIG:\) 079D FCDCEGDCI KDGGG ekosistem dan keanekaragaman E );$4&"=% )"&O" />"5% IUU 0"86' IGGE IL.F. GC 079D IL. KG.GC IUU 0"86' IGGE CFG hayati, risiko illegal logging, risiko 079D UK. H.GE 079 UK.H.GE penggunaan lahan secara tidak sah, ^6#9"8 EUDUFG

  (6#>4&Z R%'"= ,4&3"'%"' )">6$"34' )"3%'7"'

  dan risiko ekonomi. Pemeriksaan tersebut juga dilengkapi dengan teknologi sistem informasi geografis !"#" ."/(!"%$*H$8(6"* (SIG) dalam memetakan lokasi !"# !$%$ &'()*$+$$, -./, 0"1$*/ -2& 3$4$*$, 0)$* 5+$6

  N ;,F Y18< ."86" ;807" @$'%"80 I<F NJJFLLSNG4S344P Z U;

  5F4JP

  deforestasi, tumpang tindih lahan,

  3 ;,F Y18< E"*#080 ;$8#"*" I<F NKG ,2* 344L U.FGK4S[KSVKKSNVV5 U; KFJ5K

  dan penggunaan lahan yang tidak

  G ;,F =("*" Y8%2" H$Q"2%$8" I<F NP5FL54FL3NS344L Z U; PFNK5

  sah. Dalam pemeriksaan tersebut,

  L ;,F U"8"!"* E"''"B0% =F; I<F G4 ,2* 344L Z U; GF544 K ;,F .$886 H"B0% M*#<*$'0" I<F J5 ,2* 344G K3KSNJLS[.S344K U; NLFJ5K

  BPK RI mengacu pada 19 peraturan

  5 ;,F E$*%2</0 H"B0% \"6" I<F N3 ,2* 344L Z U; N44 perundang-undangan. P ;,F E0%8" ."86" Y18<0*#< I<F NVL ,2* 344K K44SNV3S[9S344L U;

  5FGKL J ;,F E0%8" ,"7" Y/"#0 EF I<F K44SN4N4S[.S344G Z U;> U;, PFL55 V ;,F E0%8" &*11() ,"7" ;$89"'" I<F NLL ,2* 344K K3KS5JS[9S344P U;> U;, N44

  Dengan metodologi pemeriksaan

  N4 ;,F H"8"*" ,0%0"* ;$87"%" I<F KK ,2* 344L K3KSN4VS[9S344P U; PFJNN

  tersebut, laporan BPK RI

  NN ;,F H"B0%7"' I(18"2" ;$8#"*" I<F KK ,2* 344K Z U;> U;,

  5FGL3

  menunjukkan daftar perusahaan-

  N3 ;,F H(7(8 ;"*#"* -"*10 I<F NNK ,2* 344K Z U;> U;,

  3K3

  perusahaan sawit yang

  78790 029:

  5KFVVJ

  direkomendasikan untuk dihentikan Lima perusahaan PT Smart Tbk (diberi tanda merah).

  ;$8('"2""* !$89$/(*"* %$8'$/(% #0 "%"' /$)(7 7$70)090 !$)$!"'"* 9"B"'"* 2(%"* Luas areal konsesi lebih luas dibandingkan dengan luas izin.

  operasionalnya (lihat tiga tabel

  yang di-scan dari laporan BPK RI tertanggal 23 Februari 2009).

  2 Menurut laporan pemeriksaan BPK RI tersebut, kondisi tersebut menyebabkan hilangnya fungsi hutan sebagai tata air (hidrologi) yang berpotensi menimbulkan bencana banjir dan kekeringan serta musnahnya hutan sebagai penghasil oksigen dan lepasnya karbondioksida ke udara bebas yang dapat memberikan kontribusi terjadinya pemanasan global.

Artinya, lima perusahaan PT Smart Tbk (GAR/Sinarmas Group) – mengingat PT Smart Tbk sebagai salah satu pihak penyelenggara Perusahaan-perusahaan konferensi ICOPE ini – ikut berkontribusi terhadap kesimpulan dalam ketiga tabel laporan pemeriksaan BPK RI tersebut. tersebut telah menyebabkan kawasan

  WWF-Indonesia dan CIRAD juga perlu

  hutan lebih kurang

  menggarisbawahi salah satu komponen kerusakan lingkungan yang dimaksud dalam

  seluas 267.346 hektar di

  laporan pemeriksaan BPK RI, yakni;

Kabupaten Barito Utara

  “musnahnya hutan sebagai penghasil oksigen

Katingan, dan Seruyan

  dan lepasnya karbondioksida ke udara bebas yang dapat memberikan kontribusi terjadinya

  di Provinsi Kalimantan pemanasan global”. Tengah telah berubah fungsi menjadi

Artinya, melakukan ekspansi produksi sawit perkebunan sawit

  lestari pada areal konsesi sawit yang telah direkomendasikan untuk dihentikan operasionalnya oleh BPK RI adalah sama saja dengan melakukan ekspansi terhadap pemanasan global. Di samping itu, mengingat pemeriksaan BPK RI tidak melakukan pengujian berdasarkan populasi data, melainkan melalui uji petik dan pemilihan sampling, pada faktanya banyak ditemui perusahaan-perusahaan sawit yang karakteristiknya mewakili perusahaan- perusahaan yang direkomendasikan oleh laporan pemeriksaan BPK RI untuk dihentikan operasionalnya tersebut.

  WWF-Indonesia dan CIRAD dapat mengetahui nama dan lokasi perusahaan- perusahaan tersebut melalui dokumen Laporan Penelitian Terpadu Perubahan Status dan Fungsi Kawasan Hutan, misalnya untuk Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

  3 Perlu diketahui pula oleh WWF-Indonesia dan CIRAD Di samping laporan pemeriksaan bahwa Laporan Penelitian Terpadu tersebut BPK RI, WWF-Indonesia dan merupakan dokumen legal-mengikat, mengingat dasar CIRAD perlu pula mempelajari hukum penyusunannya adalah Undang-Undang Laporan Penelitian Terpadu Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dan beberapa provinsi lainnya yang Menteri Kehutanan menggunakan Laporan Penelitian terkait dengan pembangunan Terpadu tersebut sebagai dasar dalam penerbitan surat perkebunan sawit, agar promosi keputusan yang terkait dengan perubahan status dan praktik-praktik ekspansi produksi fungsi kawasan hutan. sawit lestari tidak menjadi “sumber legitimasi” terhadap beroperasinya Laporan Penelitian Terpadu tersebut juga memuat perusahaan-perusahaan sawit, yang daftar perusahaan-perusahaan yang direkomendasikan berdasarkan rekomendasi laporan untuk dihentikan operasionalnya. pemeriksaan BPK RI dan rekomendasi Laporan Penelitian Bahkan, terdapat blok-blok konsesi sawit milik PT Terpadu, harus dihentikan Smart Tbk (GAR/Sinarmas Group) yang telah operasionalnya karena merugikan dinyatakan beroperasi di dalam kawasan konservasi keuangan negara dan merusak berdasarkan Laporan Penelitian Terpadu Perubahan lingkungan. Status dan Fungsi Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Selatan.

  Sehingga, patut dipertanyakan, bagaimana caranya melakukan ekspansi produksi sawit lestari pada areal konsesi sawit, yang blok-blok konsesinya berada di areal konservasi.

Dibutuhkan partisipasi publik untuk menghormati rekomendasi BPK RI

  Melakukan ekspansi produksi sawit lestari pada areal konsesi-konsesi sawit yang telah direkomendasikan untuk dihentikan operasionalnya oleh laporan pemeriksaan BPK RI dapat dikatakan sebagai bentuk pengabaian terhadap rekomendasi laporan pemeriksaan BPK RI dimaksud. Dalam bagian Penjelasan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara disebutkan bahwa dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik, maka masyarakat dapat memperoleh kesempatan untuk mengetahui setiap laporan hasil pemeriksaan BPK RI. Atas dasar tersebut, ICW dan Greenomics telah memperoleh dan mempelajari laporan BPK RI

  

Manajemen Hutan yang Terkait dengan Kegiatan Inventarisasi Hutan, Pengukuhan

  berjudul:

  Kawasan Hutan, Mitigasi Perubahan Iklim, Perizinan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan, Penebangan Hutan dan Pelaporannya, Pengelolaan PNBP, Serta Pengamanan Dan Perlindungan Kawasan Hutan pada Departemen Kehutanan Termasuk Unit Pelaksana Teknis (UPT), Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan Perusahaan-Perusahaan Terkait Kehutanan Serta Instansi Terkait Lainnya di Provinsi Kalimantan Tengah” (23 Februari 2009).

Lima perusahaan

  Dalam laporan pemeriksaan BPK RI tersebut, pada bagian akhir dari pemeriksaan tersebut tertulis PT Smart Tbk bahwa “BPK merekomendasikan kepada Menteri Kehutanan

  (GAR/Sinarmas agar meminta Bupati Barito Utara, Katingan, dan Seruyan

Group) termasuk

  menghentikan kegiatan operasional perkebunan di kawasan dalam daftar hutan untuk menghindari kerugian negara dan atau kerusakan lingkungan yang lebih besar.” perusahaan- perusahaan yang

  Sebagai bagian dari peningkatan partisipasi publik –

  direkomendasikan

  seperti yang disebutkan dalam Penjelasan Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2004 di atas – maka

  untuk dihentikan

  ICW dan Greenomics mengajak WWF-Indonesia,

  operasionalnya oleh

  sebagai lembaga konservasi berbadan hukum BPK RI. Indonesia, untuk secara bersama-sama meningkatkan partisipasi publik dengan memperhatikan laporan pemeriksaan BPK RI, dalam hal ini terkait dengan ekspansi produksi sawit lestari. Dalam rangka peningkatan partisipasi publik untuk mendukung penyelenggaran prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik – seperti yang menjadi konsideran dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 – tentu hal ini menjadi sangat relevan dilakukan.

  Misalnya, walaupun eksekusi terhadap rekomendasi laporan pemeriksaan BPK RI tertanggal 23 Februari 2009 tersebut wajib ditindaklanjuti oleh Menteri Kehutanan dan Bupati Kabupaten Barito Utara, Katingan, dan Seruyan, namun partisipasi organisasi masyarakat sipil untuk mendorong para pihak untuk memperhatikan rekomendasi tersebut, jelas sangat dibutuhkan.

  ICW dan Greenomics melihat bahwa dalam skema ekspansi produksi sawit lestari, WWF-Indonesia dapat berperan dalam mensyaratkan adanya diskualifikasi terhadap perusahaan-perusahaan sawit yang ikut dalam skema ekspansi produksi sawit lestari jika ternyata perusahaan-perusahaan sawit tersebut telah direkomendasikan oleh BPK RI untuk dihentikan operasionalnya.

  Syarat diskualifikasi juga relevan untuk diberlakukan terhadap perusahaan-perusahaan sawit yang berdasarkan laporan pemeriksaan BPK RI telah dinyatakan patut diduga melakukan perbuatan melawan hukum. Hal tersebut tentu merupakan bagian dari peningkatan partisipasi publik untuk menghormati rekomendasi laporan pemeriksaan BPK RI.

  5 Salah satu bagian dari analisis EPA Amerika Serikat (The US

  Environmental Protection Agency) yang diterbitkan

  pada 27 Januari 2012 menunjukkan bahwa sumber-sumber dominan emisi dari pembangunan perkebunan sawit di Indonesia adalah berasal dari pengeringan lahan gambut dan konversi hutan. Sementara itu, laporan pemeriksaan BPK RI tertanggal 23 Februari 2009 tersebut menyatakan bahwa telah terjadi perubahan fungsi kawasan hutan menjadi perkebunan sawit lebih kurang seluas 267.346 hektar di Kabupaten Barito Utara, Katingan, dan Seruyan di Provinsi Kalimantan Tengah, yang selanjutnya dinyatakan dalam laporan BPK RI tersebut, mengakibatkan musnahnya hutan sebagai penghasil oksigen dan lepasnya karbondioksida ke udara bebas yang dapat memberikan kontribusi terjadinya pemanasan global.

  Dua paragraf di atas menunjukkan bahwa terdapat konsistensi antara laporan pemeriksaan BPK RI dan analisis EPA. Kesesuaian tersebut tak terlepas dari periode analisis yang digunakan, yakni praktik pembangunan perkebunan sawit di Indonesia pada periode 2000 hingga 2009.

  ICW dan Greenomics berposisi bahwa tidak semua perkebunan sawit di Indonesia berperforma seperti laporan pemeriksaan BPK RI dan hasil analisis EPA tersebut, namun terhadap pembangunan perkebunan sawit di Indonesia selama kurun waktu 2000-2009, maka laporan pemeriksaan BPK RI dan analisis EPA tersebut cukup merepresentasikan potret pembangunan perkebunan sawit di Indonesia.

  Untuk membedakan profil perusahaan- perusahaan sawit tersebut, setidaknya dalam mempromosikan praktik-praktik ekspansi produksi sawit lestari, WWF-Indonesia harus mendiskualifikasi perusahaan-perusahaan sawit yang telah direkomendasikan dalam laporan pemeriksaan BPK RI untuk dihentikan operasionalnya.

  Pendekatan tambahan lainnya adalah WWF-Indonesia juga harus mendiskualifikasi perusahaan-perusahaan sawit yang telah dinyatakan patut diduga melakukan perbuatan melawan hukum dalam beberapa laporan pemeriksaan BPK RI, seperti dinyatakan melakukan illegal

  logging, perambahan kawasan konservasi dan hutan lindung, dan sebagainya.

  Di samping itu, pendekatan diskualifikasi tersebut sekaligus dapat memperlihatkan bahwa tidak seluruh perkebunan sawit Indonesia memiliki profil yang sama. Ini juga merupakan proses seleksi awal agar analisis EPA tidak “pukul rata” terhadap seluruh perusahaan perkebunan sawit Indonesia.

  Terdapat konsistensi antara laporan pemeriksaan BPK RI dan analisis EPA

Kesimpulan

Rekomendasi

  • Ekspansi produksi sawit lestari sama sekali tidak relevan dilakukan terhadap areal konsesi- konsesi sawit yang telah direkomendasikan oleh BPK RI untuk dihentikan operasionalnya.
  • Perusahaan-perusahaan sawit yang termasuk dalam daftar perusahaan yang harus dihentikan operasionalnya oleh BPK RI, harus didiskualifikasi dari skema ekspansi produksi sawit lestari karena dapat semakin memperbesar kerugian negara dan kerusakan lingkungan.
  • Diskualifikasi terhadap perusahaan-perusahaan yang telah dinyatakan harus dihentikan operasionalnya oleh BPK RI dalam skema ekspansi produksi sawit lestari merupakan bagian dari peningkatan partisipasi publik dalam mendukung prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik.
  • Laporan-laporan pemeriksaan BPK RI ternyata cukup merepresentasikan analisis EPA
  • WWF-Indonesia, termasuk CIRAD, diminta mensyaratkan diskualifikasi terhadap perusahaan-perusahaan sawit yang telah direkomendasikan oleh BPK RI untuk dihentikan operasionalnya. Tak hanya itu, syarat diskualifikasi perlu juga diberlakukan terhadap perusahaan-perusahaan sawit yang telah dinyatakan oleh BPK RI patut diduga melakukan perbuatan melawan hukum.
  • WWF-Indonesia dalam mempromosikan skema ekspansi produksi sawit lestari harus mendorong para pihak terkait untuk menghormati dan tidak mengabaikan rekomendasi BPK RI sebagai bagian dari upaya peningkatan partisipasi publik dalam mendukung prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik.
  • Terhadap perusahaan-perusahaan yang dapat membuktikan penyelesaian terhadap tindak lanjut dari rekomendasi laporan BPK RI, WWF-Indonesia dapat mempertimbangkan untuk mencabut syarat diskualifikasi terhadap perusahaan- perusahaan tersebut. Dalam hal ini, rekomendasi dari laporan pemeriksaan BPK RI tertanggal 23 Februari 2009 yang dibahas dalam laporannya, belum ditindaklanjuti oleh Menteri Kehutanan dan tiga bupati terkait. Tindak lanjut tersebut tentu pasti dilaksanakan, mengingat semua pejabat terkait wajib menindaklanjutinya. Ini hanya masalah waktu saja.
    • – walaupun tidak seluruh perusahaan sawit di Indonesia memiliki profil seragam, sehingga hasil analisis EPA tidak bisa pukul rata terhadap seluruh perkebunan sawit Indonesia.

  • Diskualifikasi terhadap perusahaan-perusahaan sawit yang telah direkomendasikan oleh BPK RI untuk dihentikan operasionalnya serta perusahaan-perusahaan sawit yang telah dinyatakan patut diduga melakukan perbuatan melawan hukum, merupakan seleksi awal yang baik untuk memperlihatkan bahwa analisis EPA tidak mewakili seluruh perusahaan sawit Indonesia.

  

 

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

  Danang  Widoyoko   Koordinator  Badan  Pekerja  Indonesia  Corruption  Watch   Email:  danang@antikorupsi.org    

  Elfian  Effendi   Direktur  Eksekutif  Greenomics  Indonesia   Email:  elfian@greenomics.org