Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit, Dan Opini Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT, DAN OPINI TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP
PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
JESSICA MARGARETSA 100503127
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit, dan Opini Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, April 2014
NIM. 100503127 Jessica Margaretsa
(3)
ABSTRAK
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT, DAN OPINI TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP
PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance, kualitas audit, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2010 hingga 2013. Indikator corporate governance yang digunakan yaitu komite audit, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan terpusat.
Populasi penelitian ini sebanyak 140 perusahaan manufaktur. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, sehingga diperoleh 15 perusahaan sampel untuk 4 tahun pengamatan (2010 - 2013) dengan 60 unit analisis. Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit, laporan auditor independen, dan laporan tahunan dari perusahaan sampel yang diunduh dari website BEI yait analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial dengan metode regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komite audit, kepemilikan terpusat, kualitas audit memiliki pengaruh yang negatif, sedangkan kepemilikan manajerial dan opini audit tahun sebelumnya memiliki pengaruh yang positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Kelima variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Kata Kunci : Mekanisme Corporate Governance, Kepemilikan Manjerial, Kepemilikan Terpusat, Komite Audit, Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Opini Audit Going Concern.
(4)
ABSTRACT
THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, AUDIT QUALITY, AND PRIOR AUDIT OPINION TO THE ACCEPTANCE OF
GOING CONCERN AUDIT OPINION AT MANUFACTURE COMPANY LISTED ON INDONESIA
STOCK EXCHANGE
The goals of this research is to show the influence of corporate governance mechanism, audit quality, prior audit opinion to the acceptance of going concern audit opinion at manufacture company listed on Indonesia Stock Exchange between 2010 to 2013. The corporate governance indicators are audit committee, mangerial ownership, and concentrated ownership.
The population of this research are 140 manufacture companies. Sampling method that used in this research is purposive sampling, so I get 15 company samples to 4 years (2010-2013) with 60 analysis units by access the financial statement of auditee, independent audit report, and annual report on website www.idx.co.id. Analysis data technique that is used in this research is descriptive statistics analysis dan inferencial statistics analysis with logistic regression method.
The results of this research indicate that audit committee, concentrated ownership, and audit quality has negative infuluence; while managerial ownership and prior audit opinion has positive influence to the acceptance of going concern audit opinion. These 5 variables has insignificantly influence to the acceptance of going concern audit opinion.
Keywords : Corporate Governance Mechanism, Audit Committee, Mangerial Ownership, Concentrated Ownership, Audit Quality, Prior Audit Opinion, and Going Concern Audit Opinion
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur pada Tuhan Yesus Kristus, Sang Juruselamat atas segala berkat dan kasih setiaNya yang begitu melimpah. Terlebih bersyukur untuk penyertaanNya hingga sampai saat ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit, dan Opini Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan skripsi ini, peneliti telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta dukungan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua peneliti, Bapak B.F. Butar-butar dan Ibu N.E. Sidabutar atas segala kasih sayang, motivasi, dan doa bagi peneliti. Kepada adik-adik peneliti Grace Rezky Butar-butar, Bobby Fisher Butar-butar, Marco Alfindo Milla Junior Butar-butar, opung boru Alm. T. Situmorang dan kepada abang sekaligus rekan terbaik Peniel Benammi Tarigan, terima kasih karena telah menjadi sahabat dalam doa, cambuk pemacu dan penyemangat sehingga peneliti akhirnya dapat menyelesaikan perkuliahan ini.
Selain itu, peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ak. selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(6)
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, S.E., MAFIS., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntasi.
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak., CPA selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan perhatian dan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku Dosen Pembanding/Penguji yang telah memberikan waktu, saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. 6. Bapatua dan Inangtua Nova Hutasoit, Vina, Hengky, Ryan serta seluruh
keluarga besar peneliti yang telah memotivasi, mendoakan dan mendukung peneliti hingga saat ini. Keluarga kecil KTB Figli di Dio (Ka Sry Esry Sianturi, May, Victor, dan George); teman-teman peneliti, Kepoers tersayang (Ka Inggrid, Ka Grace, Bintang, Triana, May, dan adek Hanum); para rekan dan sahabat terkasih Timreg CC FE USU (Peniel, Andre, Herbet, dan Ronny); keluarga besar CC FE USU (Herbet, Ronny, Moya, Tanti, Sinar, Septon, Peniel, Andre, Kristina, Artina, Yose, Ristauli, Dheby, Sabar, Audrey, Rani, Bintang, Immanuel, Jelita, Vina, Lasmi, Ludrio, Ka Ester, Bang Jefri, Bang Sam, Bang Monang, Bang Yudis, dan para alumni CC); teman kos Puritha Karina (Bapak dan ibu kos, Ryan, Tan Kerlin, Manda, Romel, Eka, Bang Rodo, Yogi, Marina, Nando, Praja, Rany); teman-teman
(7)
seperjuangan Akuntansi USU 2010; serta berbagai pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kebersamaan, sukacita, doa, bantuan, motivasi, dukungan, maupun inspirasi yang telah diberikan pada peneliti hingga sampai saat ini.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki ketidaksempurnaan, untuk itu peneliti sangat mengharapkan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Medan, April 2014
NIM. 100503127 Jessica Margaretsa
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTARCT... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9
1.3.1. Tujuan Penelitian ... 9
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Tinjauan Pustaka ... 11
2.1.1. Teori Agensi... 11
2.1.2. Opini Audit ... 12
2.1.3. Going Concern... 15
2.1.4. Opini Audit Going Concern ... 16
2.1.5. Corporate Governance ... 18
2.1.5.1. Komite Audit ... 20
2.1.5.2. Kepemilikan Manajerial ... 21
2.1.5.3. Kepemilikan Terpusat ... 22
2.1.6. Kualitas Audit ... 23
2.1.7. Opini Tahun Sebelumnya ... 24
2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 26
2.3. Kerangka Konseptual ... 28
2.4. Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1. Jenis Penelitian ... 32
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
3.3. Batasan Operasional ... 33
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian... 38
3.6. Jenis Data ... 40
(9)
3.8. Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
4.1. Data Penelitian ... 46
4.2. Analisis Hasil Penelitian ... 47
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 47
4.2.2. Analisis Statistik Inferensial ... 53
4.2.2.1 Menilai Keseluruhan Model ... 53
4.2.2.2 Menilai Kelayakan Model Regresi ... 54
4.2.2.3 Koefisien Determinasi ... 55
4.2.2.4 Pengujian Hipotesis ... 56
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
5.1. Kesimpulan ... 65
5.2. Keterbatasan Penelitian ... 66
5.3. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
(10)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Pengaruh Tingkat Keraguan terhadap Opini ... 17
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26
3.1 Jadwal Penelitian ... 33
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 36
3.3 Proses Seleksi Sampel ... 39
3.4 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ... 40
4.1 Description Statistics ... 47
4.2 Statistics ... 48
4.3 Komite Audit ... 49
4.4 Kualitas Audit ... 50
4.5 Opini Tahun Sebelumnya... 51
4.6 Opini Audit Going Concern ... 52
4.7 Perbandingan Nilai -2LogL Awal dan Akhir ... 53
4.8 Hosmer and Lemeshow Test ... 54
4.9 Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test ... 55
4.10 Model Summary ... 56
(11)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 29
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
i Daftar Populasi dan Sampel ... 71
ii Daftar Sampel yang Menerima GCAO dan NGCAO ... 77
iii Jumlah Komite Audit ... 78
iv Proporsi Kepemilikan Manajerial ... 79
v Proporsi Kepemilikan Terpusat ... 80
vi Kualitas Audit pada Perusahaan Sampel ... 81
vii Opini Tahun Sebelumnya ... 82
(13)
ABSTRAK
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT, DAN OPINI TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP
PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance, kualitas audit, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2010 hingga 2013. Indikator corporate governance yang digunakan yaitu komite audit, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan terpusat.
Populasi penelitian ini sebanyak 140 perusahaan manufaktur. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, sehingga diperoleh 15 perusahaan sampel untuk 4 tahun pengamatan (2010 - 2013) dengan 60 unit analisis. Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit, laporan auditor independen, dan laporan tahunan dari perusahaan sampel yang diunduh dari website BEI yait analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial dengan metode regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komite audit, kepemilikan terpusat, kualitas audit memiliki pengaruh yang negatif, sedangkan kepemilikan manajerial dan opini audit tahun sebelumnya memiliki pengaruh yang positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Kelima variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Kata Kunci : Mekanisme Corporate Governance, Kepemilikan Manjerial, Kepemilikan Terpusat, Komite Audit, Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Opini Audit Going Concern.
(14)
ABSTRACT
THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, AUDIT QUALITY, AND PRIOR AUDIT OPINION TO THE ACCEPTANCE OF
GOING CONCERN AUDIT OPINION AT MANUFACTURE COMPANY LISTED ON INDONESIA
STOCK EXCHANGE
The goals of this research is to show the influence of corporate governance mechanism, audit quality, prior audit opinion to the acceptance of going concern audit opinion at manufacture company listed on Indonesia Stock Exchange between 2010 to 2013. The corporate governance indicators are audit committee, mangerial ownership, and concentrated ownership.
The population of this research are 140 manufacture companies. Sampling method that used in this research is purposive sampling, so I get 15 company samples to 4 years (2010-2013) with 60 analysis units by access the financial statement of auditee, independent audit report, and annual report on website www.idx.co.id. Analysis data technique that is used in this research is descriptive statistics analysis dan inferencial statistics analysis with logistic regression method.
The results of this research indicate that audit committee, concentrated ownership, and audit quality has negative infuluence; while managerial ownership and prior audit opinion has positive influence to the acceptance of going concern audit opinion. These 5 variables has insignificantly influence to the acceptance of going concern audit opinion.
Keywords : Corporate Governance Mechanism, Audit Committee, Mangerial Ownership, Concentrated Ownership, Audit Quality, Prior Audit Opinion, and Going Concern Audit Opinion
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Krisis keuangan global pernah dialami oleh dunia setelah perang dunia pertama atau tepatnya pada tahun 1920-an akibat kondisi pasca perang. Selanjutnya, krisis global dengan skala yang berbeda-beda juga masih terjadi secara berkesinambungan. Bahkan, dunia pernah mengalami krisis buble economy yaitu krisis pada perusahaan-perusahaan dotcom dan perusahaan teknologi lainnya di Amerika Utara dan Uni Eropa yang berakibat pada kebangkrutan korporasi besar di Amerika seperti Worldcom, Enron, Lehman Brothers, dsb. Selain itu, KAP Arthur Anderson pun turut menjadi sorotan publik atas bangkrutnya perusahaan Enron. Hal ini disebabkan karena sebelumnya, KAP tersebut mengeluarkan opini audit wajar tanpa pengecualian setahun sebelum bangkrutnya perusahaan Enron.
Berbagai krisis keuangan global masih terus terjadi hingga sampai saat ini. Hal tersebut berimbas pada setiap negara yang terlibat dalam pasar global termasuk negara Indonesia, yang selanjutnya mempengaruhi kemampuan perusahaan-perusahaan dalam negeri untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Dampak yang akan terjadi tentunya akan bervariasi, tergantung sejauh mana negara tersebut bergantung pada pasar global.
Menurut (Setiawan, 2006 dalam Santosa dan Wedari, 2007), going concern merupakan “asumsi bahwa perusahaan yang dapat mempertahankan hidupnya
(16)
secara langsung akan mempengaruhi laporan keuangan”. Jadi, kelangsungan hidup suatu perusahaan akan tercermin dalam laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan jika perusahaan yang telah menyusun laporan keuangannya dengan dasar going concern, suatu saat dapat mengalami kegagalan usaha akibat adanya ketidakstabilan ekonomi global.
Kelangsungan hidup entitas bisnis dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal. Menurut (Purba, 2009), “kendala eksternal dapat berupa kendala di luar perusahaan seperti pasar, kondisi moneter, sosial, politik dan lain-lain”. Sedangkan kendala internal adalah kendala di dalam perusahaan itu sendiri seperti kondisi keuangan, sumber daya manusia, budaya perusahaan, penguasaan teknologi, pengawasan internal dan lain-lain”. Kendala-kendala tersebut dapat digunakan sebagai indikator untuk memprediksi apakah perusahaan mampu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Tidaklah mudah untuk memprediksi hal tersebut, apalagi jika dilakukan oleh orang yang masih awam. Oleh karena itu, dibutuhkan seorang akuntan yang independen, profesional dan berkompeten untuk dapat memprediksi dan menilai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Seorang auditor dipandang sebagai pihak yang independen, profesional dan berkompeten untuk dapat memprediksi hal tersebut. Oleh karena itu, diharapkan seorang auditor tidak hanya mampu memeriksa laporan keuangan dan mendeteksi kecurangan dalam entitas saja. Lebih daripada itu, auditor juga harus jeli dalam melihat kemungkinan kegagalan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
(17)
hidupnya. Dan tentunya ia juga harus memperhatikan aspek hukum dan perundang-undangan yang berlaku dalam entitas tersebut.
Menurut (Sembiring, 2010) “auditor melalui opininya yang terangkum dalam laporan audit, berperan untuk mencegah diterbitkannya laporan keuangan yang menyesatkan, sehingga dengan menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang benar”. Oleh karena itu, American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) mensyaratkan bahwa ”auditor harus mengungkapkan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan kliennya sampai setahun kemudian setelah pelaporan” (Januarti, 2008). Selain itu, dalam (IAI, 2001: SPAP Seksi 341, 02) juga telah dinyatakan bahwa “auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat keraguan besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu yang tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit”. Dalam menilai kelangsungan hidup perusahaan, auditor juga dituntut untuk memperhatikan hal-hal lain selain yang disajikan dalam laporan keuangan, misalnya: masalah eksistensi dan kontinuitas entitas, kekurangan modal kerja, arus kas negatif, masalah hukum, dsb. Hal-hal tersebut juga harus diperhatikan dengan cermat, karena secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut akan berimbas pada kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Sebagai seorang yang independen, auditor diharapkan untuk mencantumkan penjelasan mengenai kondisi perusahaan dalam catatan atas laporan keuangan. Sehingga opini audit dapat menjadi sebuah warning bagi para pemakai laporan
(18)
keuangan dalam memahami kondisi keuangan perusahaan. Menurut (Boritz, 1991), “pemberian warning lebih awal akan memberikan identifikasi masalah perusahaan lebih dini, sehingga manajemen perusahaan dapat menyelesaikan masalahnya dengan segera”. Namun pada kenyataannya, keengganan auditor dalam melakukan modifikasi atas opini audit terkait dengan kemampuan perusahaan untuk going concern masih ditemukan hingga saat ini. Menurut (Purba, 2009), “keengganan tersebut dapat disebabkan oleh adanya kekuatiran akan beberapa hal, diantaranya yaitu: self-fulfilling prophecy, kehilangan perusahaan klien, penurunan rating kredit perusahaan klien, serta sikap auditor eksternal yang tidak independen dan selalu mengikuti kemauan perusahaan klien”. Self-fulfilling prophecy sendiri merupakan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan opini audit going concern, maka akan banyak investor yang membatalkan investasinya atau kreditor yang menarik dananya dari perusahaan tersebut sehingga menyebabkan perusahaan akan cepat bangkrut.
Meskipun pemberian opini going concern bukan merupakan tugas yang mudah, auditor tetap harus mengungkapkan opini tersebut agar perusahaan dapat mengambil keputusan dengan bijak terkait dengan masalah yang sedang dihadapi perusahaan tersebut. Dalam (Mutchler, 1985) dinyatakan bahwa “perusahaan akan menerima opini going concern apabila mempunyai masalah pada pendapatan, reorganisasi, ketidakmampuan dalam membayar bunga, menerima opini going concern tahun sebelumnya, dalam proses likuidasi, modal yang negatif, arus kas negatif, pendapatan operasi negatif, modal kerja negatif, 2 s/d 3 tahun berturut-turut rugi, dan laba ditahan negatif”.
(19)
Kajian atas opini audit going concern dapat dinilai dari faktor internal dan eksternal perusahaan tersebut. Faktor eksternal yang akan dianalis yaitu kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya. Sedangkan faktor internal yang akan dianalisis, merupakan elemen-elemen dari corporate governance yang terdiri dari komite audit, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan terpusat. Kajian tentang mekanisme corporate governance sendiri menarik untuk dibahas karena masih banyak entitas yang belum menerapkan prinsip GCG, selain itu adanya ketidakefektifan kebijakan dalam tata kelola perusahaan besar seperti Lehman Brothers,dsb sangat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Jumlah anggota komite audit sendiri sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang, seperti yang telah diatur dalam peraturan BAPEPAM No. IX.I.5 tahun 2004. Di Indonesia, keanggotaan komite audit dapat bervariasi, tergantung dengan ukuran organisasi serta tanggung jawabnya. “Namun, jumlah keanggotaan tiga sampai lima merupakan jumlah yang cukup ideal” (Wijaya, 2012). Menurut (Naimi, 2010) bahwa “semakin besar ukuran komite audit maka akan semakin meningkatkan kualitas pengawasan”. Sehingga tingginya tingkat pengawasan perusahaan menunjukkan adanya tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam menjaga kelangsungan hidupnya.
“Kepemilikan manajerial dapat menyelaraskan masalah keagenan antara pemilik saham dan manajer” (Jensen dan Meckling, 1976). Menurut (Petronila dalam Setiawan, 2011) “persentase kepemilikian anggota dewan dalam perusahaan menyebabkan meningkatnya kinerja operasional perusahaan. Anggota dewan merasa memiliki perusahaan sehingga berusaha untuk mempertahankan
(20)
kelangsungan hidupnya melalui peningkatan pengendalian”. Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan (Adjani, 2013) bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Berbeda dengan hasil penelitian Januarti (2009) yang menyatakan bahwa “meskipun terdapat kepemilikan manajerial dan institusional, fungsi pengawasan yang ada belum menjamin perusahaan tidak mendapatkan opini audit going concern karena untuk kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor”.
Menurut penelitian (Felina dalam Linoputri, 2010) kepemilikan terpusat dapat membawa dua hipotesis yang berlawanan yaitu pemegang saham mayoritas secara efektif mengendalikan perusahaan dan mengendalikan informasi akuntansi yang dihasilkan, sehingga akan menurunkan kredibilitas informasi akuntansi. Sementara di sisi lain, adanya kepemilikan terpusat, pemegang saham mayoritas akan berusaha meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi yang dihasilkan. Hal tersebut terjadi sebab mereka berkepentingan membangun reputasi perusahaan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
(Craswell et al., 1995 dalam Fanny dan Saputra 2005) menyatakan bahwa “klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik besar dan yang memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasionallah yang memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review”. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, proksi yang sering digunakan untuk menilai kualitas audit
(21)
adalah dengan menggunakan skala Kantor Akuntan Publik atau reputasi auditor. Penelitian tentang kualitas audit dilakukan oleh Januarti (2009) yang diproksikan dengan auditor industry specialization dan hasil penelitian berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Sedangkan hasil penelitian Tamba (2009), Tampubolon (2011), dan Pandiangan (2013) tidak berpengaruh signifikan, dengan KAP BigFour dan Non-BigFour sebagai proksi kualitas audit. Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dapat meningkatkan tingkat kredibilitas laporan keuangan, karena KAP besar umumnya akan menjaga reputasi mereka dengan selalu berusaha meningkatkan kualitas kinerja mereka dalam mengaudit suatu perusahaan.
Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan cenderung menerima opini yang sama untuk tahun berikutnya karena kegiatan usaha suatu perusahaan pada tahun tertentu berhubungan dengan keadaan di tahun sebelumnya. Hal ini didukung oleh penelitian (Tampubolon, 2011) dan (Pandiangan, 2013) yaitu opini going concern tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern pada tahun berikutnya.
Peneliti memilih perusahaan manufaktur sebagai sampel dalam penelitian ini. Alasan peneliti memilih perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Selain itu, perusahaan manufaktur juga memiliki tingkat kompetisi yang kuat sehingga data keuangan perusahaan manufaktur lebih dapat dipercaya dalam penyajian akun-akun laporan keuangan seperti cash flow, penjualan, dan lain-lain.
(22)
Hasil penelitian yang tidak konsisten antara penelitian terdahulu, mendorong peneliti untuk mengkaji kembali pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap penerimaan opini audit going concern pada tahun berbeda, yaitu tahun 2010 sampai 2013 dengan objek penelitian perusahan manufaktur.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk mencermati dan menganalisis lebih lanjut tentang pengaruh mekanisme corporate governance, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1) Apakah faktor komite audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur?
2) Apakah faktor kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur?
3) Apakah faktor kepemilikan terpusat berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur?
4) Apakah faktor kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur?
5) Apakah faktor opini tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur?
(23)
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengaruh dari komite audit terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.
2) Untuk mengetahui pengaruh dari kepemilikan manajerial terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. 3) Untuk mengetahui pengaruh dari kepemilikan terpusat terhadap
penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. 4) Untuk mengetahui pengaruh dari kualitas audit terhadap penerimaan
opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.
5) Untuk mengetahui pengaruh dari opini tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman serta pengetahuan peneliti mengenai pengaruh komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan terpusat, kualitas audit, dan opini tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern.
(24)
2) Bagi Manajemen Perusahaan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam penentuan kebijakan-kebijakan perusahaan serta dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan bagi pihak manajemen perusahaan.
3) Bagi Auditor Independen
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi auditor dalam melaksanakan tugasnya terutama dalam pemberian opini audit yang menyangkut tentang pemberian opini audit going concern.
4) Bagi Investor
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan juga informasi bagi para investor mengenai kelangsungan usaha suatu entitas, sehingga diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat dalam berinvestasi.
5) Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi, informasi, dan pertimbangan bagi para peneliti selanjutnya sebagai dasar untuk melakukan penelitian tentang mekanisme corporate governance, kualitas audit, opini tahun sebelumnya, dan penerimaan opini audit going concern.
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Agensi
Adanya hubungan kontrak antara pihak manajemen (agen) dengan pemilik entitas (prinsipal) telah digambarkan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam penelitiannya. Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat pada agen untuk mengelola operasional perusahaannya. Kondisi tersebut akhirnya menyebabkan terjadinya ketimpangan informasi atau biasa disebut dengan asymetri information. Asymetri information dapat terjadi karena agen memiliki informasi yang lebih lengkap daripada pihak prinsipal mengenai kondisi internal perusahaan yang sesungguhnya dan prospek perusahaan di masa depannya.
Dalam penelitian Purbarini (2007) dapat disimpulkan bahwa agency cost merupakan risiko yang terjadi ketika seorang prinsipal membayar seorang agen untuk mengelola perusahaannya padahal kepentingan agen bertentangan atau tidak selaras dengan kepentingan prinsipal. Risiko ini jelas terjadi ketika pihak prinsipal berkeinginan untuk memaksimalkan laba atau peningkatan nilai investasi dalam perusahaan, sedangkan agen sendiri berkepentingan untuk mendapatkan kompensasi yang memadai atas kinerjanya. Sehingga ada kemungkinan agen dapat memanipulasi laporan keuangan karena adanya kepentingan yang tidak selaras dengan prinsipal.
(26)
Maka dibutuhkan adanya pihak ketiga yang independen akibat adanya konflik kepentingan tersebut. Auditor dinilai mampu menjembatani kedua kepentingan tersebut. Dalam fungsinya, auditor bertugas untuk menyediakan jasa penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh agen, dengan hasil akhir berupa opini audit. Selain mengungkapkan kewajaran laporan keuangan tersebut, auditor juga harus mengungkapkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Informasi tersebut harus diungkapkan dalam opini auditnya.
2.1.2. Opini Audit
Laporan audit merupakan hasil akhir dari pemeriksaan atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor. Laporan audit berperan penting dalam audit atau proses atestasi lainnya karena menginformasikan pada para penggunanya terkait kegiatan audit yang dilakukannya dan kesimpulan mengenai kondisi entitas kliennya. Laporan audit terdiri dari 3 bagian yaitu paragraf pengantar, paragraf lingkup, dan paragraf pendapat. paragraf pendapat umumnya berisi penjelasan mengenai opini (pendapat) audit. Dalam (IAI, 2001: SA Seksi 508, paragraf 03) dijelaskan bahwa “opini audit harus didasarkan atas standar auditing dan temuan-temuannya”. Oleh karena itu, opini audit jelas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit.
Menurut (IAI, 2001: SA Seksi 110, paragraf 01) juga dinyatakan bahwa ”tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam
(27)
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”. Oleh karena itu, auditor bertanggung jawab besar dalam memberi penilaian tentang kemampuan entitas kliennya dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama periode waktu pantas.
Apabila terdapat keraguan auditor mengenai kemampuan entitas kliennya dalam kelangsungan usahanya, auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan unqualified modified report, unqualified with explanatory language atau disclaimer opinion. Namun pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah karena acuan mengenai hal tersebut masih belum jelas.
Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan diberikan pada laporan keuangan auditee berdasarkan setiap keadaan yang dijelaskannya. Terdapat lima tipe pendapat audit (IAI, 2001: SA Seksi 508) yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan laporan keuangan disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, jika memenuhi kondisi berikut ini : a) Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun
laporan keuangan.
b) Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
c) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
(28)
2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit baku ditambah dengan bahasa penjelasan.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan tersebut misalnya:
a) Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi di luar kekuasaan klien maupun auditor.
c) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
d) Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika auditor tersebut tidak dibatasi ruang lingkup auditnya, sehingga auditor tersebut dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)
Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Keadaan yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah :
a) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
(29)
2.1.3. Going Concern
Going concern dapat diartikan sebagai kemampuan suatu entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Itu artinya diperlukan suatu proses atau kegiatan operasional entitas yang berkesinambungan agar entitas tersebut dapat bertahan hidup. Dikatakan bahwa going concern merupakan salah satu konsep yang paling penting yang mendasari pelaporan keuangan (Gary dan Manson, 2000 dalam Doris 2010).
Dalam penelitian (Arens, 2002: 66) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan suatu entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya terdiri dari:
a. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.
b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.
c. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi, banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa.
d. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.
Sedangkan menurut (Altman dan McGough, 1974), masalah going concern terbagi menjadi dua yaitu “masalah keuangan yang meliput i kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi”.
(30)
2.1.4. Opini Audit Going Concern
Dalam menentukan opini audit, seorang auditor eksternal harus dapat mengaitkannya dengan penggunaan asumsi going concern pada penyusunan laporan keuangan. Auditor eksternal juga harus mampu mengidentifikasi setiap tahap kegagalan bisnis yang mungkin sedang dialami oleh kliennya agar dapat secara cermat menentukan opini audit yang akan diberikan.
Menurut (Purba, 2009), “informasi tersebut harus dilakukan dengan mengevaluasi bukti-bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan dan evaluasi dilakukan dengan judgement pada saat menentukan opini audit yang akan diberikan”. Apabila akhirnya auditor menerbitkan laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern, hal tersebut mengindikasikan bahwa ada keraguan auditor terhadap kemampuan kliennya untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. PSA 29 paragraf 11 huruf d (IAI, 2001 : SA Seksi 508, paragraf 11) menyatakan bahwa
keraguan yang besar tentang kemampuan suatu usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), yang dinyatakan oleh auditor.
“Maka sebelum menerbitkan opini tersebut, auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang” (Sembiring, 2010). Menurut (Boritz, 1991) tingkat
(31)
keraguan yang berpengaruh terhadap opini audit yang diterbitkan dapat diurutkan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Pengaruh Tingkat Keraguan terhadap Opini Audit Tingkat
Keraguan Laporan Keuangan Opini Audit
Tidak terdapat keraguan atau terdapat keraguan kecil (di bawah 20%)
Tidak perlu dilakukan
pengungkapan Tidak berpengaruh
Keraguan
signifikan (antara 20% hingga 49%)
Perlu dipertimbangkan pengungkapan akan adanya keraguan, penyebab adanya
keraguan, rencana manajemen, dan potensi
penyesuaian
Tidak dilakukan modifikasi atas laporan
audit sepanjang dilakukan pengungkapan yang memadai
Keraguan besar (antara 50% hingga 70%)
Perlu adanya pengungkapan akan adanya keraguan, penyebab adanya keraguan, rencana manajemen dan potensi penyesuaian
Paragraf penjelasan pada laporan audit, walaupun pengungkapan pada laporan keuangan telah memadai
Keraguan sangat besar (dari 70% hingga 95%)
Perlu adanya pengungkapan informasi mengenai adanya keraguan, akrual atas kerugian yang dapat diprediksi jika dapat diestimasi dan jika tidak dapat diestimasi, perlu diungkapkan informasi terkait dengan adanya potensi penyesuaian
Paragraf penjelasan pada laporan audit, walaupun pengungkapan pada laporan keuangan telah memadai
Ketidakpercayaan atas asumsi going concern yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan (di atas 95%)
Apabila asumsi going concern yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan tidak berlaku, maka laporean keuangan harus disusun berdasarkan basis lain
Jika laporan keuangan disusun masih dengan menggunkan asumsi going concern, auditor wajib memberikan opini tidak wajar walaupun laporan keuangan mengungkapkan bahwa asumsi going concern tidak berlaku Sumber : Boritz, 1991 dalam Purba, 2009
(32)
Selain itu, beberapa kondisi yang juga menunjukkan masalah going concern telah diatur dalam (IAI, 2001: SA seksi 341, paragraf 05), yaitu sebagai berikut:
a. Tren negatif, misalnya kerugian operasi yang berulangkali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang tidak baik.
b. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, misalnya kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, rektrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.
c. Masalah inten, misalnya pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
d. Masalah luar yang telah terjadi, misalnya pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi; kehilangan franchise, lisensi atau paten penting; kehilangan pelanggan atau pemasok utama; kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.
2.1.5. Corporate Governance
Bagi perusahaan go public, ketergantungan pada pembiayaan eksternal tentunya sudah menjadi hal yang biasa, misalnya melalui modal dan pinjaman. Hal tersebut tentunya melibatkan beberapa pihak untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup entitas tersebut misalnya pemegang saham, direksi, karyawan, dsb. Adanya hubungan antara para pemangku kepentingan tersebut dikenal dengan agency relationship. Kontribusi dari masing-masing pemangku kepentingan sebenarnya berdampak positif bagi perusahaan, namun adanya konflik kepentingan dari masing-masing pihak
(33)
sering menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan adanya tata kelola yang baik dalam suatu perusahaan (good corporate governance) untuk meminimalisir risiko kegagalan perusahaan tersebut.
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai mekanisme dan proses dimana perusahaan dijalankan. Menurut (Samanta, 2009 dalam Linoputri, 2010) ”pada tingkat yang paling dasar, corporate governance digambarkan sebagai suatu proses dimana perusahaan berusaha untuk meminimalisir biaya transaksi dan biaya keagenan terkait dengan bisnis yang dijalankan perusahaan”. “Jika perusahaan dikelola oleh manajemen dan dimiliki oleh pemegang saham yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip GCG, maka risiko kegagalan perusahaan tersebut akan sedikit. GCG akan tercapai apabila peranan CEO atau pengelola ditingkatkan” (Purba, 2009). Pihak manajemen perlu memperhatikan prinsip GCG sebagaimana yang dijabarkan dalam Organization for Economic Cooperation and Development (dalam FCGI, 2000) yaitu sebagai berikut: “transparency (transparansi), accountability (keterbukaan), responsibility (pertanggungjawaban), independency (independensi), dan fairness (keadilan)”. Menurut (Kaihatu,2006) “komponen-komponen GCG tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan”.
(34)
Elemen-elemen dalam mekanisme corporate governance yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
(1) Komite Audit
(2) Kepemilikan terpusat (3) Kepemilikan manajerial
2.1.5.1. Komite Audit
Peraturan BAPEPAM No. IX.I.5 : Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No: Kep-29/PM/2004 yang diterbitkan pada 24 Desember 2004 bagian C yaitu anggota komite audit sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota. Sedangkan, jumlah keanggotaan tiga sampai lima merupakan jumlah yang cukup ideal menurut (Wijaya, 2000). Keanggotaan komite audit di Indonesia sendiri cukup bervariasi, disesuaikan dengan besar-kecilnya organisasi serta tanggung jawabnya. Dari penelitian-penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran komite audit maka akan semakin meningkatkan kualitas pengawasan sehingga manajemen perusahaannya pun menjadai lebih transparan dan akuntabel. Dalam (Pedoman Tata Kelola Perusahaan, PT Bursa Efek Indonesia, 2011) dijelaskan bahwa komite audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa perseroan telah menyajikan laporan keuangan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; perseroan telah menerapkan pengendalian internal,
(35)
manajemen risiko dan GCG; serta fungsi audit eksternal dan audit internal telah berjalan dengan baik.
Beberapa penelitian sebelumnya mendukung teori bahwa keberadaan komite audit berpengaruh positif pada perusahaan karena laporan keuangan yang disajikan menjadi lebih berkualitas sehingga akan menerima opini yang wajar dan non going concern dari auditor.
2.1.5.2. Kepemilikan Manajerial
Hasil penelitian (Jensen dan Meckling, 1976) menyatakan bahwa “peningkatan kepemilikan manajerial dalam perusahaan mendorong untuk menciptakan kinerja perusahaan secara optimal dan memotivasi manajer bertindak hati-hati, karena ikut menanggung konsekuensi atas tindakannya”. “Kepemilikan manajerial meliputi pemegang saham yang memiliki kedudukan dalam perusahaan sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris, atau bisa dikatakan kepemilikan manajerial merupakan proporsi jumlah saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan” (Setiawan, 2010). Semakin meningkatnya persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer, diharapkan mampu memotivasi para manajer untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab dalam meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Sehingga manajer tidak hanya mengambil keputusan yang sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan laba, tetapi juga mengoptimalkan aktivitas investasi.
(36)
“Kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme corporate governance sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba” (Herawaty, 2008). Namun demikian, persentase kepemilikan manajerial yang terlalu besar dapat berdampak negatif pada pemegang saham eksternal karena pengambilan keputusan yang diambil oleh pihak manajemen menjadi tidak dapat dikendalikan.
2.1.5.3. Kepemilikan Terpusat
“Kepemilikan terpusat merupakan suatu kondisi dimana sejumlah kecil pemilik memiliki porsi kepentingan yang besar dalam perusahaan”(Violita dalam Linoputri, 2010). Proporsi kepemilikan atas saham perusahaan mencapai 20% (dua puluh persen) atau lebih. Proporsi kepemilikan yang semakin besar dinilai mampu mengontrol perusahaan dengan lebih mudah karena adanya kekuatan untuk membatasi tindakan manjemen yang kurang efektif sehingga dapat menjaga kelangsungan usaha perusahaan tersebut. Namun dalam penelitian (Felina dalam Linoputri, 2010) kepemilikan terpusat dapat membawa dua hipotesis yang berlawanan yaitu:
pemegang saham mayoritas secara efektif mengendalikan perusahaan dan mengendalikan informasi akuntansi yang dihasilkan, sehingga akan menurunkan kredibilitas informasi akuntansi. Sementara di sisi lain, adanya kepemilikan terpusat, pemegang saham mayoritas akan berusaha meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi yang dihasilkan.
(37)
Kepemilikan terpusat sendiri merupakan aspek yang penting dalam corporate governance karena dianggap sebagai salah satu faktor yang mampu mengatasi masalah keagenan. Adanya kepentingan dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan, membuat mereka akan berusaha untuk mengarahkan para manajer pada tindakan yang sejalan dengan tujuan pemilik perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa semakin terpusat kepemilikan saham akan meningkatkan keefektifan pengawasan terhadap manajemen terutama dalam hal peminjaman, sebab jumlah utang yang terlalu tinggi akan meningkatkan resiko financial distress yang berpengaruh terhadap going concern perusahaan.
2.1.6. Kualitas Audit
Adanya asumsi dalam teori agensi bahwa manusia itu selalu self intererest. Maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen yang menjembatani kepentingan antara prinsipal dengan agen, dalam hal ini disebut auditor eksternal. (Craswell et al., 1995 dalam Fanny dan Saputra 2005) menyatakan bahwa:
Klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik besar dan yang memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasionallah yang memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review.
(38)
Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dinilai mampu meningkatkan tingkat kredibilitas laporan keuangan, karena KAP besar umumnya akan menjaga reputasi mereka dengan selalu berusaha meningkatkan kualitas kinerja mereka dalam mengaudit suatu perusahaan. Auditor yang berasal dari KAP besar cenderung lebih berani mengeluarkan opini audit going concern terhadap perusahaan yang memang seharusnya mendapatkan opini tersebut. Kualitas audit sering diproksikan dengan KAP yang berafiliasi dengan The Big Four maupun dengan Non Big Four. Ukuran KAP the big four didasarkan pada besarnya jumlah pendapatan yang diterima atas jasa audit atau jasa lainnya. Kategori KAP the big four di Indonesia terdiri dari:
a. KAP Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) yang berafiliasi dengan Hans Tuanakotta Mustofa & Halim; Osman Ramli Satrio & Rekan; Osman Bing Satrio & Rekan.
b. KAP Ernst & Young (EY) yang berafiliasi dengan Prasetio Utomo & Co; Prasetio, Sarwoko & Sandjaja; Purwantono, Sarwoko & Sandjaja.
c. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) yang berafiliasi dengan Siddharta-Siddharta & Widjaja.
d. KAP Pricewaterhouse Coopers (PwC) yang berafiliasi dengan Hadi Sutanto & Rekan; Haryanto Sahari & Rekan; Tanudiredja Wibisana & Rekan.
2.1.7. Opini Tahun Sebelumnya
Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan cenderung menerima opini yang sama untuk tahun
(39)
berikutnya karena kegiatan usaha suatu perusahaan pada tahun tertentu berhubungan dengan keadaan di tahun sebelumnya. Dalam penelitian ini, opini audit tahun sebelumnya dikelompokkan menjadi dua yaitu auditee dengan opini going concern
Mutchler (1984) menyatakan bahwa “perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan”. Selain itu, Mutchler (1985) juga menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain. Hal ini didukung oleh penelitian Tampubolon (2011) dan Pandiangan (2013) yaitu opini going concern tahun sebelumnya berpengaruh positif secara signifikan terhadap opini audit going concern pada tahun berikutnya.
(GCAO) dan tanpa opini going concern (NGCAO).
(40)
2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Tabel 2.2
Tinjauan Peneliti Terdahulu No Peneliti/
Tahun Judul Variabel
Alat
Analisis Hasil Penelitian
1. Setyarno, dkk (2006) Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Variabel dependen: Opini audit going concern Variabel independen: Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Regresi Logistik Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern sedangkan
kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh
signifikan
terhadap opini audit going concern.
2. Januarti (2008) Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) Variabel dependen: Opini audit going concern Variabel independen: Kondisi
Keuangan, Audit
Lag, Ukuran
Perusahaan, Debt Default, Audit Client Tenure, Opini Sebelumnya, Kualitas Audit, Opinion Shopping dan Kepemilikan Regresi Logistik
Audit lag, opinion shopping, dan kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh
signifikan
sedangkan debt default, ukuran perusahaan,
kondisi keuangan,
audit client tenure, kualitas audit, dan opini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan.
(41)
No Peneliti/
Tahun Judul Variabel
Alat
Analisis Hasil Penelitian
3. Linoputri (2010) Pengaruh Corporate Governance terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Variabel dependen: Opini audit going concern Variabel independen: Kepemilikan Terpusat, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Keluarga, Proporsi Komisaris Independen dan Keberadaan Komite Audit. Regresi Logistik Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan sedangkan kepemilikan terpusat, keberadaan kepemilikan keluarga, proporsi komisaris independen, dan keberadaan
komite audit tidak berpengaruh signifikan.
4. Setiawan (2011) Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Audit, dan Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Variabel dependen: Opini audit going concern Variabel independen: Faktor Perusahaan (Financial
Distress, Opini Audit
Sebelumnya,
dan Debt
Default), Kualitas Audit, dan Mekanisme Good Corporate Governance (Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Komite Audit) Regresi Logistik Financial distress dan opini audit sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan, komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan,
sedangkan debt default, kualitas audit,
kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, dan komite audit tidak berpengaruh signifikan.
(42)
No Peneliti/
Tahun Judul Variabel
Alat
Analisis Hasil Penelitian
5. Pandiang an (2013) Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Leverage, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI Variabel dependen: Opini audit going concern Variabel independen: Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Leverage, dan Pertumbuhan Perusahaan
Regresi Logistik
Kualitas audit, Leverage, dan Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan, sedangkan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2014)
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah. Hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) akan dihubungkan secara teoritis melalui kerangka konseptual. Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan terpusat, kualitas auditor, opini audit tahun sebelumnya. Sedangkan variabel dependennya adalah opini audit going concern. Hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
(43)
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE
H1
H2 H3
H4
H5
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan tidak dapat mengetahui pengaruhnya secara simultan karena hasil pengujian dengan metode regresi logistik hanya ada pengujian secara parsial.
Keberadaan komite audit dinilai berpengaruh pada perusahaan karena laporan keuangan yang disajikan akan menjadi lebih berkualitas sehingga akan menerima opini yang wajar dan non going concern dari auditor. Kepemilikan
Komite Audit (X1)
Kepemilikan Terpusat (X3)
Kepemilikan Manajerial (X2)
Opini Tahun Sebelumnya (X5)
Kualitas Audit (X4)
Penerimaan Opini Audit
Going Concern
(44)
manajerial meliputi pemegang saham yang memiliki kedudukan dalam perusahaan sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris, atau bisa dikatakan kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki oleh dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan. Semakin besar persentase kepemilikan manajerial dinilai dapat mempengaruhi kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Kepemilikan terpusat merupakan suatu kondisi dimana sejumlah kecil pemilik memiliki porsi kepentingan yang besar dalam perusahaan. Kepemilikan terpusat juga dinilai mampu mempengaruhi kemungkinan penerimaan opini going concern karena keberadaan kepemilikan terpusat dinilai mampu mempengaruhi pengawasan terhadap pengambilan keputusan para manajer. Kualitas audit dalam penelitian ini diproksikan dengan reputasi auditor. Auditor yang berasal dari KAP besar cenderung lebih berani mengeluarkan opini audit going concern terhadap perusahaan yang memang seharusnya mendapatkan opini tersebut karena adanya kepentingan untuk menjaga reputasi KAP mereka. Opini audit tahun sebelumnya yaitu opini audit yang diterima auditee 1 tahun sebelum tahun penelitian. Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya, kemungkinan akan tetap menerima opini audit going concern pada tahun berikutnya.
2.4. Hipotesis
Hipotesis merupakan penjelasan atau jawaban sementara mengenai perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi dan masih akan diuji kebenarannya lebih lanjut.
(45)
H1 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going-concern pada perusahaan manufaktur.
H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going-concern pada perusahaan manufaktur.
H3 : Kepemilikan terpusat berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going-concern pada perusahaan manufaktur.
H4 : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going-concern pada perusahaan manufaktur
H5 : Opini tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going-concern pada perusahaan manufaktur.
(46)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian eksplanatif (explanative research) yang berguna untuk menjelaskan hubungan antar suatu fenomena atau variabel. Hubungan tersebut bisa berupa hubungan korelasional atau saling berhubungan, sumbangan atau kontribusi suatu variabel terhadap variabel lainnya. Desain penelitian yang digunakan yaitu desain kausal yang berguna untuk menganalisis hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel lainnya, dalam hal ini yaitu variabel independen dengan variabel dependen. Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini yaitu komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan terpusat, kualitas audit, dan opini tahun sebelumnya. Sedangkan variabel dependennya yaitu opini audit going concern.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Maka data-data yang akan digunakan oleh peneliti bersumber dari data yang disediakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), dilihat melalui laporan keuangan yang telah diaudit, laporan auditor independen dan laporan tahunan perusahaan manufaktur pada tahun 2010 sampai 2013.
(47)
Adapun jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian Tahapan
Penelitian
Nov-13 Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 April-14 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul Bimbingan Proposal Skripsi Pengumpulan & Pengolahan Data Ujian Komprehensif Seminar Proposal Skripsi Bimbingan Skripsi Rencana Sidang Skripsi
Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2014)
3.3. Batasan Operasional
Batasan operasional yaitu penarikan batasan yang menjelaskan ciri-ciri spesifik dengan lebih substantif dari suatu konsep. Hal ini bertujuan untuk mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah didefinisikan konsepnya. Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah bahwa data yang digunakan adalah adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013. Selain itu, elemen-elemen dari mekanisme corporate governance yang akan diteliti terdiri dari komite audit, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan terpusat. Sedangkan yang
(48)
menjadi proksi dari kualitas audit yaitu reputasi auditor yang berafiliasi dengan KAP BigFour dan KAP Non-BigFour.
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional sendiri merupakan pelekatan arti pada suatu variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut. Variabel sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu:
a. Variabel dependen
Variabel dependen merupakan variabel terikat yang besarannya tergantung dari besaran (koefisien) variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern yang merupakan variabel dummy (bersifat kategorikal atau dikotomi). Dimana kategori 1 untuk opini audit going concern (GCAO) dan kategori 0 untuk opini audit non going concern (NGCAO). Opini audit going concern adalah modifikasi opini audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas yang dalam pertimbangan auditor terdapat keraguan dalam hal menjaga kelangsungan hidup perusahaan kliennya.
b. Variabel independen
Variabel independen ialah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan atau besaran dalam variabel dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
(49)
(1) Komite Audit
Sesuai dengan Keputusan Bursa Efek Indonesia melalui Kep.Direksi BEJ No.Kep-315/BEJ/06/2000 menyatakan bahwa: “Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan, yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris, yang bertugas untuk membantu melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan”. Komite audit diukur dengan jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan.
(2) Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Boediono, 2005). Kepemilikan manajerial diukur dengan proporsi atau rasio jumlah saham dalam perusahaan yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Pihak manajemen yaitu anggota dewan direksi dan dewan komisaris.
(3) Kepemilikan Terpusat
Kepemilikan terpusat diproksikan dengan rasio atau proporsi saham biasa yang dipegang oleh pemegang saham mayoritas, yang merupakan pemegang saham pengendali terbesar dalam perusahaan. Pemegang saham pengendali adalah pemegang saham yang memiliki 20% atau lebih saham perusahaan yang ditempatkan (Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance Bab II No.7).
(50)
(4) Kualitas Audit
Kualitas audit diproksikan dengan menggunakan reputasi auditor yang berafiliasi dengan KAP BigFour dan KAP Non BigFour. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana angka 1 untuk perusahaan yang diaudit oleh auditor yang berafiliasi dengan KAP BigFour dan angka 0 jika perusahaan diaudit oleh auditor dari KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP BigFour.
(5) Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Opini audit sebelumnya dalam penelitian ini diambil dari opini audit tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012. Variabel ini diukur dengan variabel dummy, dimana opini audit going concern (GCAO) diberi kode 1, sedangkan opini audit non going concern (NGCAO) diberi kode 0.
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Variabel
Penelitian Definisi Pengukuran Skala
I N D E P E N D E N Komite Audit
Komite audit adalah
komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris perusahaan.
Jumlah anggota komite audit
(minimal 3 orang) Nominal
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan
manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak
manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola.
Proporsi
kepemilikan saham yang dimiliki pihak manajemen (dewan
direksi dan komisaris)
(51)
Variabel Variabel
Penelitian Definisi Pengukuran Skala
I N D P E N D E E N Kepemilikan Terpusat Kepemilikan terpusat diproksikan dengan proporsi saham biasa yang dipegang oleh pemegang saham mayoritas, yang merupakan pemegang saham pengendali terbesar dalam perusahaan. Proporsi saham terbesar Rasio Kualitas Audit Kualitas audit diproksikan dengan menggunakan reputasi auditor yang berafiliasi dengan KAP BigFour dan KAP Non BigFour.
Angka 1 untuk perusahaan yang diaudit oleh auditor yang berafiliasi dengan KAP BigFour dan angka 0 jika perusahaan diaudit oleh auditor dari KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP BigFour. Nominal Opini Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya
merupakan opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya.
Opini audit going concern (GCAO) diberi kode 1, sedangkan opini audit non going concern (NGCAO) diberi kode 0.
Nominal
Dependen
Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern adalah opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan
auditor terdapat keraguan dalam hal menjaga
kelangsungan hidup perusahaan
kliennya.
Kategori 1 untuk opini audit going concern (GCAO) dan kategori 0 untuk opini audit non going concern (NGCAO).
Nominal
(52)
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2004) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010 hingga 2013.
Menurut (Erlina, 2007) sampel adalah “bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Sampel yang diambil dari populasi haruslah representatif atau mewakili. “Jika sampel kurang representatif, akan mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya” (Erlina, 2011:81). Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013.
2. Perusahaan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah tanggal 1 Januari 2010.
3. Perusahaan yang tidak delisting dari BEI selama periode pengamatan (tahun 2010-2013).
4. Perusahaan mengalami rugi bersih setelah pajak sekurang-kurangnya dua periode laporan keuangan (dua tahun) selama periode pengamatan (tahun 2010- 2013).
(53)
5. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dan mengungkapkan informasi tentang Tata Kelola Perusahaan dalam annual report yaitu Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Terpusat.
Tabel 3.3.
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No. Kriteria
Jumlah Pelanggaran
Kriteria
Akumulasi
1.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013.
140
2.
Perusahaan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah tanggal 1 Januari 2010.
(4) 136
3.
Perusahaan yang tidak dalam proses delisting dari BEI selama periode pengamatan (tahun 2010-2013)
(4) 132
4.
Perusahaan mengalami rugi bersih setelah pajak sekurang-kurangnya dua periode laporan keuangan (dua tahun) selama periode pengamatan (tahun 2010- 2013)
(114) 24
5.
Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dan mengungkapkan informasi tentang Tata Kelola Perusahaan dalam annual report yaitu Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Terpusat.
(9) 15
Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2014)
Berdasarkan kriteria tersebut, perusahaan yang menjadi sampel penelitian terdiri dari 15 perusahaan yaitu dengan periode penelitian selama 4 tahun, sehingga total unit analisis sebanyak 60 perusahaan.
(54)
Tabel 3.4.
Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
No. Nama Perusahaan Kode Perusahaan
1 Inti Keramik Alamasri Industri Tbk IKAI
2 Jakarta Kyoei Steel Works Tbk JKSW
3 Krakatau Steel (Persero) Tbk KRAS
4 Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL
5 Barito Pasific Tbk BRPT
6 Sumalindo Lestari Jaya Tbk SULI
7 Tirta Mahakam Resources Tbk TIRT
8 APAC Citra Centertex Tbk MYTX
9 Asia Pasific Fibers Tbk POLY
10 Ever Shine Textile Industry Tbk ESTI
11 Sunson Textile Manufacturer Tbk SSTM
12 Unitex Tbk UNTX
13 Sat Nusapersada Tbk PTSN
14 Bentoel Internasional Investama Tbk RMBA
15 Merck Sahrp Dohme Pharma Tbk SCPI
Sumber:
3.6. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Menurut (Umar, 2001: 69) data sekunder merupakan “data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain”. Data penelitian meliputi laporan keuangan auditan, laporan auditor independen, dan laporan tahunan serta fact book yang telah dipublikasikan dan diambil dari database BEI dengan mengunduh data melalui website resmi Bursa Efek Indonesia,
(55)
3.7. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode dokumentasi dengan mengumpulkan dan menganalisis data sekunder atau data untuk perusahaan manufaktur pada tahun 2010 hingga 2013 yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yaitu internet dari Bursa Efek Indonesia melalui laporan tahunan dan laporan keuangan yang telah diaudit dan diterbitkan setiap tahunnya yang diunduh melalui situs
3.8. Teknik Analisis Data
Adapun yang menjadi teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dan menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian. Analisis statistik deskriptif terdiri dari jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi. Adapun yang menjadi tujuan dari analisis ini yaitu agar dapat dilihat profil dari data penelitian tersebut. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan terpusat, kualitas audit, dan opini audit tahun sebelumnya.
2. Analisis Statistik Inferensial
Analsis statistik inferensial yang digunakan adalah kategori statistik non-parametrik karena menggunakan data dengan skala nominal dan rasio sehingga asumsi normalitas tidak dapat dipenuhi. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis multivariate dengan menggunakan
(56)
regresi logistik (logistic regression), dengan variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metrik dan non metrik (nominal). Regresi logistik yaitu regresi yang digunakan sejauh mana probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel independen. Teknik analisis regresi logistik tidak lagi memerlukan uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006). Selain itu, regresi logistik juga mengabaikan uji heteroscedary. Model regresi logistik yang digunakan untuk mengujihipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
GCAO = α + β1KOMITE + β2MAN_OWN + β3BLOCK + β4 ADTR +
β5 PRIOP + ε
GCAO = Opini audit going concern (variabel dummy,1 jika opini going concern, 0 jika opini nongoing
Keterangan:
concern) α = Konstanta
BLOCK = Kepemilikan pemegang saham mayoritas.
MAN_OWN = Proporsi saham biasa yang dipegang oleh anggota Dewan Direksi
KOMITE = Jumlah komite audit dalam perusahaan.
ADTR = Reputasi auditor yang menjadi proksi darikualitas auditor dengan variabel dummy (1untuk auditor yang tergabung skala besardan 0 untuk yang bukan)
(57)
PRIOP = Opini tahun sebelumnya (variabel dummy, 1 jika opini going concern, 0 jika opini nongoing concern) β1,β2, β3, β4, β5 = Koefisien Regresi
ε = Error (Kesalahan Residual)
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:
a) Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data, maka H0 harus diterima atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan hipotesis alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Dengan alpha (α) 5%, cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut:
1. .Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa model fit dengan data.
2. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model tidak fit dengan data.
(1)
No.
Proporsi Kepemilikan Terpusat dari Perusahaan Sampel
Nama Perusahaan
Persentase Kepemilikan (%) 2010 2011 2012 2013 1 Inti Keramik Alamasri Industri Tbk 37.5 37.5 37.5 37.5 2 Jakarta Kyoei Steel Works Tbk 30.56 30.56 30.56 30.56 3 Krakatau Steel (Persero) Tbk 80 80 80 80
4 Pelat Timah Nusantara Tbk 35 35 35 35
5 Barito PASIFIC Tbk 52.13 52.13 52.13 52.13
6 Sumalindo Lestari Jaya Tbk 31 31 31 31
7 Tirta Mahakam Resources Tbk 33.78 33.78 33.78 33.78 8 APAC Citra Centertex Tbk 58.77 58.77 58.77 58.77 9 Asia Pasific Fibers Tbk 53.93 53.93 51.65 51.65 10 Ever Shine Textile Industry Tbk 58.97 58.97 58.97 58.97 11 Sunson Textile Manufacturer Tbk 40.99 41 41 41
12 Unitex Tbk 66.47 66.47 66.47 66.47
13 Sat Nusapersada Tbk 69.37 69.37 69.37 69.37 14 Bentoel Internasional Investama Tbk 99.14 99.14 85.55 85.55 15 Merck Sahrp Dohme Pharma Tbk 64.6 64.6 64.6 64.6
(2)
Lampiran vi
No
Kualitas Audit pada Perusahan Sampel
Nama Perusahaan
Kualitas Audit
2010 2011 2012 2013 1 Inti Keramik Alamasri Industri Tbk 0 0 0 0
2 Jakarta Kyoei Steel Works Tbk 0 0 0 0
3 Krakatau Steel (Persero) Tbk 1 1 1 1
4 Pelat Timah Nusantara Tbk 1 1 1 1
5 Barito PASIFIC Tbk 1 1 1 1
6 Sumalindo Lestari Jaya Tbk 1 1 1 1
7 Tirta Mahakam Resources Tbk 0 0 0 0
8 APAC Citra Centertex Tbk 0 0 0 0
9 Asia Pasific Fibers Tbk 0 0 0 0
10 Ever Shine Textile Industry Tbk 1 1 1 1 11 Sunson Textile Manufacturer Tbk 0 0 0 0
12 Unitex Tbk 0 0 0 0
13 Sat Nusapersada Tbk 1 1 1 1
14 Bentoel Internasional Investama Tbk 1 1 1 1
(3)
No
Opini Tahun Sebelumnya pada Perusahaan Sampel
Nama Perusahaan
Opini Audit
2009 2010 2011 2012 1 Inti Keramik Alamasri Industri Tbk 0 0 0 0
2 Jakarta Kyoei Steel Works Tbk 1 1 1 1
3 Krakatau Steel (Persero) Tbk 0 0 0 0
4 Pelat Timah Nusantara Tbk 0 0 0 0
5 Barito PASIFIC Tbk 0 0 0 0
6 Sumalindo Lestari Jaya Tbk 1 1 1 1
7 Tirta Mahakam Resources Tbk 0 0 0 0
8 APAC Citra Centertex Tbk 1 1 1 1
9 Asia Pasific Fibers Tbk 0 0 0 0
10 Ever Shine Textile Industry Tbk 0 0 0 0 11 Sunson Textile Manufacturer Tbk 0 0 0 0
12 Unitex Tbk 0 0 0 0
13 Sat Nusapersada Tbk 1 1 1 1
14 Bentoel Internasional Investama Tbk 0 0 0 0
(4)
Lampiran viii Output SPSS Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis
60 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 60 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 60 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Iteration Historya,b,c
Iteration
-2 Log likelihood
Coefficients Constant
Step 0 1 71.575 -.867
2 71.529 -.927
3 71.529 -.928
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 71.529 c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.
(5)
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
GCAO Percentage Correct .00 1.00
Step 0 GCAO .00 43 0 100.0
1.00 17 0 .0
Overall Percentage 71.7
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.
1 1.495 7 .982
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a KOMITE -7.063 23696.236 .000 1 1.000 .001 MAN_OW
N
.008 .094 .007 1 .935 1.008
BLOCK -.061 .187 .108 1 .743 .941
ADTR -16.307 6697.921 .000 1 .998 .000
PRIOP 40.678 11467.689 .000 1 .997 4.635E17 Constant 20.826 71088.709 .000 1 1.000 1.108E9
(6)
Iteration
-2 Log likelihoo
d
Coefficients Constan
t KOMITE
MAN_OW
N BLOCK ADTR PRIOP Step 1 1 19.881 -1.605 -.046 -.001 -.001 -.147 3.898
2 11.517 -1.957 -.139 -.004 -.004 -.432 5.981 3 9.125 -1.421 -.332 -.007 -.010 -.976 7.749 4 8.264 -.136 -.619 -.008 -.020 -1.675 9.461 5 7.912 1.441 -.941 -.003 -.035 -2.313 11.295 6 7.771 3.129 -1.294 .003 -.051 -2.934 13.267 7 7.722 4.545 -1.652 .007 -.060 -3.683 15.232 8 7.705 5.633 -1.995 .008 -.062 -4.567 17.113 9 7.699 6.668 -2.342 .008 -.061 -5.499 18.996 10 7.696 7.738 -2.700 .008 -.061 -6.446 20.906 11 7.695 8.847 -3.070 .008 -.061 -7.405 22.839 12 7.695 9.999 -3.454 .008 -.061 -8.374 24.789 13 7.695 11.198 -3.854 .008 -.061 -9.352 26.752 14 7.695 12.447 -4.270 .008 -.061 -10.337 28.726 15 7.695 13.746 -4.703 .008 -.061 -11.326 30.709 16 7.695 15.094 -5.153 .008 -.061 -12.318 32.696 17 7.695 16.484 -5.616 .008 -.061 -13.313 34.688 18 7.695 17.909 -6.091 .008 -.061 -14.310 36.683 19 7.695 19.358 -6.574 .008 -.061 -15.308 38.680 20 7.695 20.826 -7.063 .008 -.061 -16.307 40.678 a. Method: Enter
b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 71.529
d. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.