Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH DEBT DEFAULT, KUALITAS AUDIT, DAN OPINI AUDIT TERHADAP PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA

Oleh :

NAMA : REVOL ULUNG BISARA TAMBA

NIM : 050503239

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

MEDAN 2009


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :”Pengaruh Debt

Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”,

adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 4 Maret 2009 Yang membuat pernyataan

Revol Ulung Bisara Tamba NIM: 050503239


(3)

KATA PENGANTAR

Segala pujian, hormat juga syukur, kunaikkan kepadaMu Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat dan Allah pemilik kehidupanku. Trimakasih Tuhan buat hikmat dan penyertaanMu, selama proses pengerjaan skrispi ini sehingga aku bisa menyelesaikan nya dengan baik dan tepat waktu.

Adapun skrispi ini berjudul : ”Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skrispi ini.

1. Bapak Drs, Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs Arifin Akhmad M.Si, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skrispi ini.


(4)

4. Bapak Dr. Agusni Pasaribu, MBA, Ak selaku dosen pembanding I dan Bapak Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku dosen pembanding II yang telah memberikan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Orangtua penulis, Ayahanda B.Tamba dan Ibunda R.Siagian, serta ketiga adik Penulis Imelda Tamba, Immanuel Tamba, dan Samuel Tamba, trimakasih telah menjadi motivator sehingga penulis tetap bersemangat mengerjakan skrispi ini.

Penulis juga menyadari bahwa skrispi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan karya ilmiah kedepan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 4 Maret 2009 Penulis,

(Revol Ulung Bisara Tamba) NIM: 050503239


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan hubungan debt default, kualitas audit dan opini audit terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2005 hingga tahun 2007.

Data yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan auditor independen yang dipublikasikan melalui website yang digunakan adalah metode purposive sampling. Model analisis yang digunakan adalah regresi logistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa debt default dan opini audit memiliki pengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan untuk kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.

Kata kunci : debt default, kualitas audit, opini audit, opini audit going concern


(6)

ABSTRACT

The goals of this research is to show the correlation between debt default, audit quality and audit opinion with the chance of receiving going concern audit opinion at manufacture company listed on Indonesia Stock Exchange between 2005 to 2007

Data that used in this research is financial statement and independet audit report from each company that published on webiste www.idx.co.id. Sampling method that used in this research is purposive sampling method. Analysis model that used is logistic regretion.

The result of this research indicates that debt default, and audit opinion has positive and significant correlation to the receiving of going concern audit opinion, while audit quality has negative and not significant correlation with receiving of going concern audit opinion

Keyword : debt default, audit quality, audit opinion, going concern, audit opinion.


(7)

DAFTAR ISI

halaman

PERNYATAAN ...i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ...iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Audit ... 6

B. Teori Agensi...8

C. Opini Audit ... 10

D. Going Concern... 14

E. Opini Audit Going Concern ... 16

F. Kualitas Audit ... 18


(8)

H. Opini Audit Tahun Sebelumnya ... 20

I. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21

J. Kerangka Konseptual ... 24

K. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel ... 26

C. Sumber dan Metode Pengumpulan Data... 29

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29

E. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik ... 31

2. Pengujian Hipotesis ………...… 33

F. Jadwal Penelitian ……….. 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian ………. 36

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Uji Data a. Uji Asumsi Klasik ... 38

I) Uji Multikolonieritas ...38

II) Uji Autokorelasi ... 39

b. Menguji Model Fit... 40


(9)

2.Hasil Pengujian Hipotesis ... 43

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...47

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 51

B. Keterbatasan... 52

C. Saran... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian-penelitian Terdahulu………. 21

Tabel 3.1 Kriteria Seleksi Sampel ………. 27

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ………. 28

Tabel 3.3 Rencana Jadwal Penelitian ……… 35

Tabel 4.1 Sampel Penelitian ……….. 36

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas .………... 38

Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi ……… 40

Tabel 4.4 Nilai -2 Log Likehood awal ……… 41

Tabel 4.5 Nilai -2 Log Likehood akhir ……….. 41

Tabel 4.6 Nilai Hosmer and Lemeshow Test………. 42

Tabel 4.7 Contigency Hosmer and Lemeshow Test……… 43

Tabel 4.8 Ikhtisar Pengolahan Data ……… 44

Tabel 4.9 Model Summary……….. 44

Tabel 4.10 Matriks Klasifikasi ……….. 45


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nama Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Populasi………. 55 Lampiran 2 Logistic Regression………. 60


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan. Setiap investor pasti mengharapkan keuntungan ketika ingin menanamkan modalnya pada suatu perusahaan. Salah satu pertimbangan investor ketika ingin menginvestasikan modalnya pada suatu perusahaan adalah melalui opini auditor atas laporan keuangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu auditor mempunyai peranan yang penting sebagai perantara akan kepentingan investor maupun kepentingan perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan. Peran auditor diperlukan untuk mencegah diterbitkannya laporan keuangan yang menyesatkan, sehingga dengan menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan dengan benar. Auditor juga bertanggungjawab untuk menilai apakah ada kesangsian terhadap perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP Seksi 341, 2001). Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini yang dibuat oleh auditor meyangkut opini going concern (Sekar, 2003). Beberapa penyebabnya antara lain, pertama, masalah self fulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor enggan mengungkapkan status going concern yang muncul ketika auditor


(14)

khawatir bahwa opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah (Venuti, 2007). Meskipun demikian, opini

going concern harus diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat

upaya penyelamatan perusahaan yang bermasalah.

Masalah yang kedua yang menyebabkan kesalahan opini adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang terstuktur (Joanna Hlo, 1994). Bagaimana pun juga hampir tidak ada panduan yang jelas atau penelitian yang sudah ada yang dapat dijadikan acuan pemilihan tipe opini going concern yang harus dipilih (La Salle dan Anandarajan, 1996).

Mutchler et al, (1997) menemukan bukti bahwa keputusan opini going

concern sebelum terjadinya kebangkrutan secara signifikan berkorelasi dengan

probabilitas kebangkrutan dan variable lag laporan audit serta informasi berlawanan yang ekstrim (contrary information), seperti default. Jika default ini telah terjadi atau proses negoisasi tengah berlangsung dalam rangka menghindari

default selanjutnya, auditor mungkin cenderung untuk mengeluarkan opini going concern.

Pemberian opini going concern oleh auditor juga tidak terlepas dari opini audit yang diberikan tahun sebelumnya, karena kegiatan usaha pada suatu perusahaan untuk tahun tertentu tidak terlepas dari keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya.

Penelitian oleh Carcello dan Neal (2000) serta Rahmadhany (2004) membukt ikan mengenai opini audit going concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan, yaitu ditemukannya


(15)

hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going

concern pada tahun berikutnya.

Mutcher (1985) menyatakan bahwa perusahaan yang kecil akan lebih beresiko menerima opini audit going concern dibandingkan dengan perusahaan yang lebih besar. Hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan yang lebih kecil.

Preferensi perusahaan terhadap kualitas audit bisa tergantung pada apa yang ingin disampaikan manajemen kepada publik berkaitan dengan karakteristik perusahaan. Manajemen mengiginkan audit berkualitas tinggi agar investor dan pemakai laporan keuangan mempunyai keyakinan lebih terhadap reliabilitas angka-angka akuntansi dalam laporan keuangan. Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan.

Preferensi semacam ini bisa dilihat dari auditor yang ditunjuk perusahaan untuk melakukan audit. Dalam hal ini, perusahaan akan memilih auditor berkualitas tinggi dan dengan demikian auditor ini dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan. Sebaliknya, perusahaan bisa saja memilih auditor hanya sebagai formalitas untuk memenuhi ketentuan otoritas pasar modal. Konsekwensi dari pilihan terhadap auditor formalitas ini adalah


(16)

hasil auditnya tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap kredibilitas laporan keuangan.

Teori signaling memberikan indikasi bahwa perusahaan akan memilih auditor berkualitas tinggi untuk menunjukkan kinerja superior mereka. Menurut Scott, (2001), manajer yang rasional tidak akan memilih auditor berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila karakteristik perusahaan tidak bagus. Argumen ini didasari anggapan bahwa auditor berkualitas tinggi akan mampu mendeteksi karakteristik perusahaan yang tidak bagus dan menyampaikannya kepada publik. Sehubungan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh debt default, kualitas audit, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit yang dikeluarkan oleh seorang auditor. Maka peneliti akan menuangkannya didalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul : “Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut: apakah debt default, kualitas audit, dan opini audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern secara parsial?


(17)

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah debt default, kualitas audit, dan opini audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going

concern secara parsial.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila dimintai pendapat mengenai pengaruh debt default, kualitas audit, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini going concern,

2. bagi calon investor, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada suatu perusahaan yang mempunyai kinerja tertentu berdasarkan laporan audit,

3. bagi akademisi, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. AUDIT

American Accounting Association Committee dalam Basic Audit Concepts (1991:2) telah mendefenisikan audit sebagai “Suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antar pernyataan tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”

Menurut defenisi diatas maka terdapat unsur-unsur penting yang mendasari istilah auditing yaitu.

1. Proses Sistematik

Auditing merupakan suatu proses sistematik yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis terstruktur dan jelas tujuannya bagi pengambilan keputusan dan audit bukan merupakan proses yang tidak terancang dan asal jadi.

2. Pengumpulan dan pengevaluasian bukti secara objektif.

Audit berkaitan dengan pengumpulan bukti-bukti tentang informasi yang akan mempengaruhi proses keputusan auditor. Bukti diartikan sebagai semua informasi yang digunakan auditor dalam menentukan kesesuaian informasi


(19)

yang sedang diaudit dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bukti audit dapat diperoleh dalam berbagai bentuk, seperti pernyataan lisan dari pihak yang diaudit (klien), komunikasi tertulis dengan pihak ketiga dan hasil pengamatan auditor. Demi tercapainya sasaran dari kegiatan auditing ini, diperlukan bukti-bukti dengan mutu dan jumlah yang memadai. Proses penentuan jumlah bahan bukti yang diperlukan dan penilaian kelayakan informasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yang merupakan bagian penting dari audit. 3. Pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi.

Pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi adalah hasil proses akuntansi. Akuntasi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Setiap kali audit dilakukan ruang lingkup pertanggungjawaban auditor harus dinyatakan dengan jelas, hal terutama yang harus dilakukan adalah menegaskan entitas atau satuan usaha yang dimaksud dengan periode waktunya.

4. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Ketika melakukan proses audit, tujuan auditor adalah menentukan apakah

pernyataan pihak yang diaudit sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (yang berupa proses akuntansi) dapat berupa :

a. peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan tertentu, b. anggaran atau ukuran prestasi pemilik satuan usaha,


(20)

c. standar akuntansi keuangan (SAK).

Pada umumnya auditor yang bekerja di instansi pajak, di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Kuangan (BPK) menggunakan kriteria undang-undang, prinsip akuntansi yang berlaku umum dan peraturan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, perusahaan swasta, serta instansi pajak yang terkait, jadi kriteria yang dipakai dalam suatu audit tergatung kepada tujuan audit yang bersangkutan.

5. Penyampaian hasil kepada pihak yang berkepentingan.

Penyampaian hasil ini dilakukan dengan tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report) yang merupakan penyampaian hasil-hasil temuan kepada para pemakai laporan. Laporan yang satu dapat berbeda dengan laporan lainnya. Tetapi pada dasarnya semuanya harus mampu menyampaikan kepada pihak yang berkepentingan.

B. TEORI AGENSI

Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan beberapa pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik prinsipal atau agen diasumsikan orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Shareholders atau prinsipal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agen. Adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan ini akan menyebabkan timbulnya


(21)

asymmetry information. Menurut Scott (2000) ada dua jenis asymmetric information, yaitu: adverse selection dan moral hazard.

Adverse selection adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetric information) dimana satu orang atau lebih pelaku-pelaku transaksi bisnis atau

transaksi-transaksi yang potensial mempunyai informasi lebih atas yang lain (Scott, 2000). Ketimpangan pengetahuan informasi perusahaan ini dapat menimbulkan masalah dalam transaksi pasar modal karena investor tidak mempunyai informasi yang cukup dalam pengambilan keputusan investasinya. Sedangkan moral hazard adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetric

information) dimana satu orang atau lebih pelaku-pelaku bisnis atau transaksi

transaksi potensial yang dapat mengamati.kegiatan-kegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain (Scott, 2000). Masalah moral hazard ini terjadi karena pihak-pihak diluar perusahaan (investor) mendelegasikan tugas dan kewenangannya kepada manajer tetapi investor tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian tersebut.

Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajer (agen) apakah sudah bertidak sesuai dengan keinginan prinsipal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal

(shareholders) dengan pihak manajer (prinsipal) dalam mengelola keuangan

perusahaan (Setiawan, 2006).


(22)

Auditor melakukan fungsi monitoring pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan keuangan. Tugas auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan tersebut tentang kewajarannya. Auditor saat ini juga harus mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan.

C. OPINI AUDIT

Menurut standar profesional akuntan publik SAP Seksi 110, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki suatu kepentingan dengan kliennya (IAI, 1994).

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskannya dibuat laporan setiap kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan laporan keuangan. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap suatu entitas bisnis dalam mempertahakan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas. Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan pemakai


(23)

informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.

Berdasarkan standar profesional akuntan publik seksi 508 ada 5 tipe pendapat auditor yaitu.

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian

Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan standar akutansi keuangan dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan standar akuntansi keuangan tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.

Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.

Laporan keungan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akuntansi keuangan, jika memenuhi kondisi berikut :

a. standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan,

b. perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan,


(24)

c. informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan.

Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan lain dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan.

3. Pendapat wajar dengan pengcualian.

Jika auditor menemukan kondisi-kondisi berikut ini maka ia akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian pada laporan audit : a. lingkup audit dibatasi oleh klien,

b.auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor,

c.laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan,

d. standar akuntansi keuangan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten

4. Pendapat tidak wajar.

Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa pengecualian, akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan satndar akuntansi keuangan


(25)

sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat.

Jika auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut laporan tanpa pendapat (adverse opinion). Kondisi yang menyebabkan audit tidak memberikan pendapat adalah : a. pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit, b. auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah, pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion) karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien.


(26)

Pada saat auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya sebagai going concern, auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan opini wajar tanpa syarat atau opini disclaimer.

PSAK 29 paragraf 11 huruf d, menyatakan bahwa keraguan yang besar tentang kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah paragraf penjelasan dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan auditor.

D. GOING CONCERN

Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha, dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap mampu mempertahankan

kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek.

PSAK 30 menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu badan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar secara bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar atau kegiatan serupa lainnya.


(27)

Menurut Altman dan McGough (1974) masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi.

Audit report dengan modifikasi mengenai going concern mengindikasikan

bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas dimasa yang akan datang (Lenard dkk,1998).

Dalam pelaksanaan prosedur audit, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan tergantung atas keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau persitiwa yang lain. Berikut beberapa contoh, namun tidak terbatas pada kondisi dan peristiwa tersebut.

1. Trend negatif.

Sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek. 2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan.


(28)

Sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya, atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pembelanjaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.

3. Masalah intern.

Sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubgungan perburuhanyang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomi, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.

4. Masalah luar yang terjadi.

Sebagai contoh, pengajuan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan satuan usaha untuk beroperasi, kehilangan frenchise, lisensi, atau paten yang penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan yang tidak diasuransikan atau diasuransikan dengan pertanggungan rendah.

E. OPINI AUDIT GOING CONCERN

Going concern adalah salah satu konsep paling penting yang mendasari

pelaporan keuangan. Pihak manajemen bertanggung jawab untuk menentukan kelayakan dari persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going concern dan auditor bertanggung jawab untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan


(29)

dasar going concern oleh perusahaan adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan.

PSAP seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut.

1. Jika auditor yakin terdapat keraguan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, maka auditor harus :

a. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut,

b. menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.

2. Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kamampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka auditor mempertimbangkan unutk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).

3. Jika manajemen memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa diatas, maka auditor menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) atas efektifitas rencana tersebut, dan:

6. jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif, maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion), 7. jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif dan klien


(30)

maka auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified

opinion),

8. jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif, tetapi klien tidak mengungkapkannya dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion).

F. KUALITAS AUDIT

Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu

self-interest maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada

hubungan antara prinsipal dan agen sangat diperlukan, dalam hal ini auditor independen. Investor akan lebih cenderung yakin pada data akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi.

Teori reputasi memprediksikan adanya hubungan positif antara ukuran KAP dengan kualitas audit (Lennox, 2000). Dopuch dan Simunic (1980) dan Deangelo (1981) dalam Schwartz (1996) berargumentasi bahwa ukuran auditor berhubungan positif dengan kualitas auditor.

Kualitas Audit menurut Deangelo (1981) dalam Schwartz (1997) didefinisi sebagai probabilitas error dan irregularities yang dapat dideteksi dan dilaporkan. Probabilitas pendeteksian dipengaruhi oleh isu yang merujuk pada audit yang dilakukan oleh auditor untuk menghasilkan pendapatnya. Isu-isu yang berhubungan dengan isu audit adalah kompetensi auditor, persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan audit dan persyaratan pelaporan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk


(31)

menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil.

Economics Of Scale yang besar akan memberikan insentif yang kuat untuk

mematuhi aturan SEC sebagai cara pengembangan dan pemasaran keahlian KAP tersebut. Kantor akuntan publik diklasifikasi menjadi dua yaitu kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan KAP Big Four dan kantor akuntan publik lainnya. Barnes dan Huan (1993) menyatakan bahwa perusahaan yang gagal dan tidak menjelaskan going concern pada opini auditnya menunjukkan bahwa auditor tersebut lebih mementingkan aspek komersial, hal ini berdampak buruk pada citra auditor dan hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan auditan.

G. DEBT DEFAULT

Dalam PSAK 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya (default). Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan/ atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, 1992 ). Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church (1992) yang menemukan hubungan yang kuat status default terhadap opini going concern. Semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkan opini

going concern setetelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini

seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going


(32)

diharapkan status default dapat meningkatkan kemungkinana auditor mengeluarkan laporan going concern.

H. OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA.

Beberapa penelitian menemukan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern jika opini tahun sebelumnya adalah opini going

concern, oleh karena itu opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif

terhadap pengungkapan opini going concern. Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain. Mutchler juga melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going

concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang


(33)

I. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan :

No Peneliti Sampel Variabel Alat

analisis

Hasil Penelitian

1 Mutchler (1985)

119

Perusahaan Manufaktur

6 rasio keuangan Diskriminan Berganda LTDTA, NWTL & TLTA berpengaruh signifikan 2 Chen dan

Cruch (1992) 127 Perusahaan 6 rasio keuangan dan status default hutang Regresi Logistik Variabel keuangan merupakan indikator yang penting untuk memprediksi penerimaan opini going concern.

3 Chen dan Cruch (1996) 106 Perusahaan Return dan saham dan 3 variabel pasar Regresi Berganda Auditee yang menerima opini going concern akan mengalami return negative disekitar publikasi audit 4 Manao dan

Nursetyo 55 perusahaan 6 rasio keuangan Paired sample t test

Rasio keuangan auditee yang diaudit oleh auditor big 5 lebih baik daripada yang diaudit oleh auditor non big 5

5 Hani dkk (2003) 24 Perusahaan 6 rasio keuangan Regresi logistik Quick ratio, return on asset and interest margin of loans


(34)

signifikan 6 Petronela

(2004) 141 Perusahaan 2 rasio keuangan Analisis diskriminan berganda

Return on asset berpengaruh signifikan 7 Ramadhany

(2004) 86 perusahaan manufaktur 1 variabel kondisi keuangan dan 5 variabel non keuangan Regresi logistik Status default hutang, kondisi keuangan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan 8 Setyarno

(2006) 59 perusahaan manufaktur 5 rasio keungan dan 3 variabel non keuangan Regresi logistik Rasio likuiditas dan opini audit tahun

sebelumnya berpengaruh signifikan 9 Praptitorini

dan Januarti (2007) 58 perusahaan manufaktur 1 variabel keungan dan 2 variabel non keuangan Regresi logistik Debt default berpengaruh signifikan.

Ruiz Barbadillo et al (2004) meneliti pengaruh kualitas audit terhadap keputusan going concern. Dalam penelitiannya dia menggunakan reputasi auditor sebagai proksi kualitas audit. Proksi lain dari kualitas audit adalah industry

spesialization. Bruynseels et al (2006) melakukan penelitian mengenai hubungan

industry spesialis dengan penerimaan opini going concern. Dalam penelitian ini tidak ditemukan bahwa auditor spesialis lebih sering memberikan opini going

concern kepada perusahaan yang akan bangkrut.

Penelitian yang menguji bagaimana pengaruh kualitas audit terhadap keputusan going concern dilakukan antara lain oleh Ruiz Barbadillo et al (2004)


(35)

dan Vanstraelen (2002), sedangkan penelitian di Indonesia dilakukan oleh Manao dan Nursetyo (2002), Fanny dan Saputra (2005), Ramadhany (2004) dan Setyano (2006). Manao dan Nursetyo menggunakan Big Five Firms dan Non Big firms sebagai proksi dari kualitas audit, Ramadhany (2004) dan Setyano (2006) menggunakan skala auditor sebagai proksi reputasi auditor.

Mutchler et al (1997) menemukan bukti unvarian bahwa auditor big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan didandingkan auditor non big 6. Dalam penelitian Crasswell dkk (1995) didalam Setyarno (2006), kualitas auditor diukur dengan menggunakan auditor specialization . Crasswell menunjukkan bahwa spesialisasi auditor pada bidang tertentu merupakan dimensi lain dari kualitas audit. Hasil penelitiaannya menunjukkan bahwa fee audit spesialis lebih tinggi dibandingkan auditor non spesialis.

Ramadhany (2004) menunjukkan bahwa variabel debt default, kondisi keuangan dan opini audit tahun sebelumnya signifikan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chen dan Church (1992), Mutchler et al (197) dan Carcello dan Neal (2000) dimana dalam penelitian Chen dan Church (1992) menemukan bukti yang kuat antara pemberian status debt default dengan masalah

going concern.

Penelitian oleh Carcello dan Neal (2000) serta Rahmadhany (2004) memperkuat bukti mengenai opini audit going concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Ada hubungan


(36)

positif yang signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going cocern pada tahun berikutnya.

J. KERANGKA KONSEPTUAL

Berdasarkan uraian teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel independen penelitian adalah debt default, kualitas audit dan opini audit dan variabel dependen nya adalah opini going concern yang diterima. Hubungan antara debt default, kualitas audit dan opini audit terhadap penerimaan opini going concern dapat digambarkan dalam kerangka sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Debt Default


(37)

Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk

membayar hutang pokok dan / atau bunganya pada waktu jatuh tempo, oleh karena itu apabila status perusahaan sedang dalam keadaan default yang mengindikasikan terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis, maka auditor cenderung untuk memberikan opini audit going concern.

Auditor berskala besar dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan auditor berskala kecil, termasuk dalam mengungkapkan masalah

going concern. Semakin besar skala auditor, akan semakin besar kemungkinan

auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.

Terdapat hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit

going concern pada tahun berikutnya.

K. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah : debt default, kualitas audit dan opini audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern secara parsial.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

Peneliti menggunakan desain kausal, desain ini berguna untuk menganalisis hubungan antara variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003:30). Variabel yang digunakan dalam peelitian ini adalah debt default, kualitas audit, dan opini audit sebagai variabel independen dan opini audit going concern sebagai variabel dependen.

B. POPULASI DAN SAMPEL

Menurut Sugiyono (2006:72), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti utuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sektor manufaktur dipilih untuk menghindari adanya industrial effect yaitu resiko industri yang berbeda antara suatu sektor industri yang satu dengan yang lain.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2006:55). Sampel dipilih dengan metode purposive


(39)

maksud dan tujuan penelitian. Pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2005 hingga tahun 2007 dan tidak sedang berada pada proses delisting pada periode tersebut,

2. sampel yang diambil adalah perusahaan manufaktur yang telah listing di BEI sebelum periode pengamatan,

3. mempunyai laporan auditor independen yang dipublikasikan bersamaan dengan periode pengamatan, dan opini yang diterima adalah going

concern unqualified/qualified opinion dan going concern disclaimer opinion maupun opini non going concern,

4. mengalami laba bersih setelah pajak yang negatif sekurang-kurangnya dua maka periode laporan keuangan selama periode pengamatan (2005-2007).

Tabel 3.1

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No Kriteria Jumlah Akumulasi

1 Total perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI antara tahun 2005-207

151

2 Terdaftar setelah 1 Januari 2005 (11) 140 3 Delisting selama periode pengamatan (2000-2004) (8) 132 4 Tidak mengalami laba bersih setelah pajak yang

negatif sekurang nya dua periode laporan keuangan selama periode pengamatan (2005-2007)

(106) 26

5 Data tidak tersedia (5) 21


(40)

Tabel 3.2

Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

No Nama Perusahaan Kode

1 Ades Waters Indonesia ADES

2 BAT Indonesia BATI

3 Daya Sakti Unggul Corporindo DSUC

4 Eratex Djaja ERTX

5 Ever Shine Tex ESTI

6 Fatrapolindo Nusa Industrui FPNI

7 Hanson International MYRX

8 Jakarta Kyoei Steel Works JKSW

9 Karwell Indonesia KARW

10 Kedaung Indah Can KICI

11 Mulia Industrindo MLIA

12 Multi Prima Sejahtera LPIN

13 Perdana Bangun Pusaka KONI

14 Polysindo Eka Perkasa POLY

15 Resources Alam Indonesia KKGI

16 Schering Plough Indonesia SCPI

17 Sumalindo Lestari Jaya SULI


(41)

19 Surya Intrido Makmur SIMM

20 Texmaco Jaya TEJA

21 Tifico TFCO

C. SUMBER DAN METODE PENGUMPULAN DATA

Peneliti menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain (Umar,2001:69). Penelitian ini dilakukan dengan mengunduh data dari website Bursa Efek Indonesia,

D. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN

yang berupa laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan yang diamati.

1. Variabel Dependen (tidak bebas)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going

concern. Opini audit dengan modifikasi going concern mengindikasikan bahwa

dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Opini audit going concern dalam penelitian ini merupakan variabel dikotomus, opini audit going concern diberi kode 1, sedangkan opini audit non


(42)

2. Variabel Independen (bebas)

Variabel Independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah.

a. Debt Default

Debt default atau kegagalan membayar hutang didefenisikan sebagai

kelalaian atau kegagalan perusahaan untuk membayar hutang pokok atau bunganya pada saat jatuh tempo ( Chen dan Church, 1992) Variabel dummy digunakan (1 = status debt fault, 0 = tidak debt default) untuk menunjukkan apakah perusahaan dalam keadaan default atau tidak sebelum pengeluaran opini audit

b. Kualitas Audit

Kualitas audit diproksikan dengan menggunakan ukuran KAP. Ukuran KAP ini dibedakan menjadi dua yaitu untuk KAP big-four dan KAP non big-four. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana angka 1 diberikan jika auditor yang mengaudit perusahaan merupakan auditor dari KAP

big-four dan 0 jika ternyata perusahaan diaudit oleh KAP non big-four.

Adapun KAP big-four yang digunakan dalam penelitian ini adalah.

1. Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia


(43)

2. Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman, Ramli,

Satrio dan Rekan.

3. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya

di Indonesia Siddharta, dan Harsono.

4. Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Prasetyo, Sarwoko,

dan Sandjaja.

c. Opini Audit Tahun Sebelumnya.

Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini yang diberikan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan pada periode sebelumnya. Variabel ini menggunakan variabel dummy, 1 jika opini audit tahun sebelumnya adalah opini

going concern dan 0 jika opini bukan going concern.

E. METODE ANALISIS DATA

1. Pengujian Data

a. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji asumsi

klasik. Dikarenakan Uji yang digunakan adalah regresi logistik, dimana uji ini mengabaikan uji normalitas dan heterokedasitas, maka uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji multikolonieritas dan uji autokorelasi.

I) Uji Multikolonieritas

Uji ini digunakan untuk sistuasi dimana adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi


(44)

antara variabel bebas (independen). Apabila terjadi korelasi antara variabel-variabel tersebut, berarti terjadi problem multikolinearitas. Sedangkan variabel yang baik adalah variabel yang tidak memiliki problem multikolonieritas. Uji multikolonieritas dilakukan dengan melihat nilai korelasi antar variabel independen, jika nilai korelasi antar variabel independen lebih besar dari 0.9 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala multikoloniearitas antar variabel independen dalam penelitian tersebut.

II) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Run test digunakan untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi pada penelitian ini, bila hasil output SPSS menunjukkan probabilitas signifikansi dibawah 0.05 disimpulkan terdapat gejala autokorelasi pada model regresi tersebut.

b. Menguji Model Fit

Adanya pengurangan nilai antara – 2LL awal (initial – 2LL function) dengan nilai 2LL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang


(45)

dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2005). Log likehood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum of Square Error” pada model regresi, sehingga penurunan Log Likehood menunjukkan model regresi semakin baik.

c. Menguji Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak

dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali,2005)

2. Pengujian Hipotesis

Model analisis data yang digunakan dengan analisis multivariant dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression). Regresi logistik adalah bentuk khusus analisa regresi dengan variabel dependen bersifat kategori dan variabel independennya bersifat kategori, kontinu atau gabungan antara keduanya. Regresi logistik ini digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya vaiabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2005). Gujarati (2003) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan heteroscedasity, artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independen nya.


(46)

Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut :

GC = a + b1 DEF + b2 ADTR + b3 PO + e

Keterangan :

GC = Opini going concern (variabel dummy, 1 jika opini going

concern, 0 jika opini non going concern)

DEF = Debt default (variabel dummy, 1 jika perusahaan dalam

keadaan default, dan 0 jika tidak)

ADTR = Kualitas auditor yang diproksikan (variabel dummy, 1 untuk auditor dalam skala besar, dan 0 untuk yang bukan) PO = Opini audit yang diterima tahun sebelumnya (kategori 1

bila opini audit going concern, dan 0 jika bukan)

b1, b2, b3 = Koefisien Regresi


(47)

F. JADWAL PENELITIAN

Jadwal penelitian direncanakan sebagai berikut :

Tabel 3.3

Rencana Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian Nov’08 Des’08 Jan’09 Feb’09 Mar’09 Pengajuan Proposal

Bimbingan dan perbaikan proposal

Seminar proposal Pengumpulan data Pengolahan data Analisis data Bimbingan skrispi Penyelesaian skripsi


(48)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. DATA PENELITIAN

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi logistik. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda digunakan dengan menggunakan software SPSS versi 15. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, didapat 21 perusahaan yang memenuhi kriteria dan di jadikan sampel dalam penelitian ini dan diamati selama periode 2005-2007.

Tabel 4.1 Sampel Penelitian

No Nama Perusahaan Kode

1 Ades Waters Indonesia ADES


(49)

3 Daya Sakti Unggul Corporindo DSUC

4 Eratex Djaja ERTX

5 Ever Shine Tex ESTI

6 Fatrapolindo Nusa Industrui FPNI

7 Hanson International MYRX

8 Jakarta Kyoei Steel Works JKSW

9 Karwell Indonesia KARW

10 Kedaung Indah Can KICI

11 Mulia Industrindo MLIA

12 Multi Prima Sejahtera LPIN

13 Perdana Bangun Pusaka KONI

14 Polysindo Eka Perkasa POLY

15 Resources Alam Indonesia KKGI

16 Schering Plough Indonesia SCPI

17 Sumalindo Lestari Jaya SULI

18 Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas SAIP

19 Surya Intrido Makmur SIMM

20 Texmaco Jaya TEJA


(50)

B. ANALISIS HASIL PENELITIAN

1. Uji Data

a. Uji Asumsi Klasik

I) Uji Multikolonieritas

Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Multikolinearitas adalah sistuasi adanya korelasi antara variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya, dalam hal ini kita sebut variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel-variabel yang bersifat ortogonal adalah variabel yang memiliki nilai korelasi diantaranya sama dengan nol. Dalam penelitian ini jejak multikolinearitas dapat dilihat dari nilai korelasi antar variabel yang terdapat dalam matriks korelasi. Hasil uji gejala multikolinearitas disajikan pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber : Hasil pengolahan data

Dari hasil pengujian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas antara variabel independen. Gejala multikolinearitas terjadi apabila nilai korelasi antar variabel independen lebih besar dari 0.9.

Constant DEF ADTR PO

Step 1 Constant 1.000 -.548 -.461 -.556

DEF -.548 1.000 -.114 .188

ADTR -.461 -.114 1.000 .048


(51)

matriks korelasi diatas memperlihatkan bahwa korelasi antar variabel independen yang paling besar hanya 0.556, lebih kecil dari 0,9. Berdasarkan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa variabel debt default, kualitas audit dan opini audit lolos uji gejala multikolinearitas.

II). Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Run test digunakan untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi pada penelitian ini, bila hasil output SPSS menunjukkan probabilitas signifikansi dibawah 0.05 disimpulkan terdapat gejala autokorelasi pada model regresi tersebut. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak. (Ghozali 2005:103).

H0 : residual (res_1) random (acak) H1 : residual (res_1) tidak random.


(52)

Tabel 4.3

Hasil Uji Autokorelasi

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea .01900

Cases < Test Value 30

Cases >= Test Value 33

Total Cases 63

Number of Runs 31

Z -.364

Asymp. Sig. (2-tailed) .716

a. Median

Hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai test adalah 0.01900 dengan probabilitas 0.716 tidak signifikan pada 0.05 yang berarti hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.

b. Menguji Model Fit (Overall Model Fit Ttest)

Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2


(53)

akhir (block number = 1). Nilai -2 log likehood awal pada block number = 0, dapat ditunjukkan melalui tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4

Nilai -2 Log Likehood (-2 LL awal) Iteration History(a,b,c)

Iteration

-2 Log

likelihood Coefficients

Constant Constant

Step 0 1 87.194 .095

2 87.194 .095

Sumber : Hasil pengolahan data

Nilai -2 log likehood akhir pada block number = 1, dapat ditunjukkan melalui tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5

Nilai -2 log likehood (-2 LL akhir)

Iteration History(a,b,c,d)

Iteration

-2 Log

likelihood Coefficients

Constant DEF ADTR PO Constant

Step 1 1 48.548 -1.483 1.281 -.283 2.125

2 45.442 -1.953 1.937 -.512 2.774

3 45.201 -2.115 2.182 -.612 3.014

4 45.198 -2.136 2.212 -.624 3.044

5 45.198 -2.136 2.213 -.624 3.045

Sumber : Hasil pengolahan data

Dari tabel 4.4 dan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa -2 log likehood awal pada

block number = 0, yaitu model yang hanya memasukkan konstanta yang dapat


(54)

selanjutnya dapat dilihat nilai -2 LL akhir dengan block number = 1 nilai -2 log

likehood pada tabel 4.4 mengalami perubahan setelah masuknya beberapa variabel

independen pada model penelitian, akibatnya nilai -2 LL akhir pada step 5 menunjukkan nilai 45.198

Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali,2005). Penurunan nilai -2 log likehood menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan fit, artinya penambahan-penambahan variabel bebas yaitu debt default, kualitas audit, dan opini audit kedalam model penelitian akan memperbaiki model fit penelitian ini.

c. Menguji kelayakan model regresi.

Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan

goodness of fitness test yang diukur dengan nilai chi square pada bagian bawah

uji hosmer and lemeshow.

Tabel 4.6

Hosmer and Lemeshow Test

Sumber : Hasil pengolahan data

Hasil pengujian statistik menunjukkan probabilitas signifikansi menunjukkan angka .079 nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0.05 maka Ho tidak dapat ditolak (diterima). Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan

Step Chi-square Df Sig.


(55)

dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.

Tabel 4.7

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Opini Tahun Berjalan = 0

Opini Tahun Berjalan =

1 Total

Observed Expected Observed Expected Observed

Step 1 1 13 12.226 0 .774 13

2 7 8.049 2 .951 9

3 2 3.801 4 2.199 6

4 6 3.211 1 3.789 7

5 1 1.436 4 3.564 5

6 1 .684 8 8.316 9

7 0 .591 14 13.409 14

Sumber : Hasil pengolahan data

Dari tabel kontijensi untuk uji hosmer and lemeshow, dapat dilihat bahwa dari tujuh langkah pengamatan untuk pemberian opini audit dengan going concern (1) maupun opini audit non going concern (0), nilai yang diamati maupun nilai yang diprediksi, tidak mempunyai perbedaan yang terlalu ekstrim. Ini menunjukkan bahwa model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini mampu memprediksi nilai observasinya.


(56)

Hasil pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh dari

variabel-variabel bebas terhadap opini audit. Pengujian dengan regresi logistik ditunjukkan dalam tabel-tabel berikut ini.

Tabel 4.8

Ikhtisar Pengolahan Data Case Processing Summary

Unweighted Cases(a) N Percent

Selected Cases Included in Analysis 63 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 63 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 63 100.0

Sumber : Hasil pengolahan data

Berdasarkan tabel 4.8 diatas kita dapat melihat analisis statistik deskriptif. b. Jumlah sampel pengamatan sebanyak 63 sampel, dan seluruh sampel telah

diperhitungkan kedalam pengujian hipotesis.

c. Tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan dengan nilai dummy

variabel. Untuk variabel dependen bernilai 0 untuk non going concern dan

bernilai 1 untuk going concern.


(57)

Selanjutnya variabilitas antara variabel dependen dengan variabel independen dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.9 Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 45.198(a) .487 .649

Sumber : Hasil pengolahan data

Berdasarkan tabel 4.9 diatas, maka dapat dilihat bahwa hasil analisis regresi logistik secara keseluruhan menunjukkan nilai Cox and Snell R Square sebesar 0.487. Cox and Snell R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regretion yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari satu,sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Nagelerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell. Untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu) hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s R square dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelerke R2 dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression.

Dilihat dari hasil output pengolahan data nilai Nagalerke R Square adalah sebesar 0.649 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 64,9 %, sisanya sebesar 35,1 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model.


(58)

Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada perusahaan.

Tabel 4.10 Matrik Klasifikasi

Observed Predicted

Opini Tahun Berjalan

Percentage Correct

0 1 0

Step 1 Opini Tahun Berjalan

0

22 8 73.3

1 6 27 81.8

Overall Percentage 77.8

Sumber : Hasil pengolahan data

Tabel 4.10 menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini going concern pada auditor sebesar 81.8%, hal ini berarti bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan ada 26 perusahaan yang diprediksi akan menerima opini audit going concern dari 32 perusahaan yang menerima opini audit going concern. Kekuatan prediksi model untuk menerima opini audit non going concern adalah sebesar 73,3% yang berarti bahwa dengan model regresi yang diajukan ada 23 auditee (73,3%) yang diprediksi akan menerima opini audit non going concern dari total 31 perusahaan yang menerima opini audit non going concern.

b. Menguji Koefisien Regresi


(59)

Tabel 4.11

Hasil Uji Koefisien regresi

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Step 1(a)

DEF

2.213 .780 8.039 1 .005 9.142 1.980 42.204

ADTR -.624 .767 .662 1 .416 .536 .119 2.408

PO 3.045 .784 15.078 1 .000 21.004 4.517 97.669

Constant -2.136 .773 7.645 1 .006 .118

a Variable(s) entered on step 1: DEF, ADTR, PO. Sumber : Hasil pengolahan data

Dari pengujian persamaan regresi logistik diatas maka diperoleh model regresi logistik sebagai berikut :

GC = -2.136 + 2.213 DEF – 0.624 ADTR + 3.045 PO

Konstanta sebesar -2.136 menyatakan bahwa jika tidak memperhitungkan nilai debt default, kualitas audit, dan opini audit, maka kemungkinan penerimaan audit dengan pernyataan going concern adalah sebesar -2.136

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hubungan Debt Default Terhadap Opini Going Concern

Variabel debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going

concern. Debt default memiliki nilai koefisien positif sebesar 2.213 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0.005 (lebih kecil dari 0.05) artinya dapat disimpulkan bahwa debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan


(60)

indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan.

Apabila perusahaan sedang berada dalam keadaan mengalami kegagalan untuk memenuhi kewajiban nya kepada kreditur maka auditor cenderung untuk mengeluarkan opini audit going concern kepada perusahaan, dimana auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan.

Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Church yang menemukan hubungan kuat antara status default terhadap opini

going concern. Penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Mutchler (1997) dan Carcello dan Neal (2000) yang menemukan bukti yang kuat antara pemberian status debt default dengan masalah going

concern.

2. Hubungan Kualitas Audit Terhadap Opini Going Concern

Variabel kualitas audit yang diproyeksikan dengan besaran kantor akuntan publik menunjukkan nilai koefisien -0.624 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.416 lebih besar dari 0.05 (5%) artinya dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.

Tanda negatif pada koefisien kualitas audit menunjukkan bahwa perusahaan cenderung tidak memperoleh opini going concern ketika menggunakan jasa KAP


(61)

big four, sementara perusahaan yang menggunakan jasa KAP non big four

cenderung memperoleh opini going concern. Pendapat Scott (2001) menjelaskan hal ini dimana manajer yang rasional tidak akan memilih auditor berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila karakteristik perusahaan tidak bagus. Argumen ini didasari anggapan bahwa auditor berkualitas tinggi akan mampu mendeteksi karakteristik perusahaan yang tidak bagus dan menyampaikannya kepada publik. Jadi dapat dikatakan perusahaan yang menggunakan jasa KAP big

four adalah perusahaan yang cenderung memiliki kinerja dan karateristik yang

baik, sehingga pendapat yang mereka terima adalah cenderung pendapat wajar tanpa pengecualian, sementara perusahaan dengan kinerja dan karakteristik yang tidak baik cenderung menggunakan KAP non big four dengan harapan bahwa KAP non big four tidak dapat mendeteksi kinerja dan karakteristik mereka yang tidak baik tersebut, sedandkan disisi lain auditor berusaha menjaga reputasinya dengan selalu bekerja secara objektif.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Mutchler (1997) yang menemukan bukti univariate bahwa auditor berskala besar (Big Six) lebih cenderung untuk mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dibandingkan auditor berskala kecil (non Big Six).

Meskipun demikian hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ramadhany (2004) dimana variabel skala auditor (Big Four and Non Big Four) tidak berpengaruh signifikan atas kemungkinan penerimaan opini going concern. Bukti tersebut juga konsisten dengan penelitian Setyarno, Januarti dan Faisal


(62)

(2006), bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.

3. Hubungan Opini Audit Terhadap Opini Going Concern

Variabel opini audit menunjukkan nilai koefisien positif 3.045 dengan tingkat signifkansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05 (5%). Artinya dapat simpulkan opini audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan Setyarno dan Januarti 2006, dimana mereka menemukan bukti empiris bahwa variabel opini audit berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.

Hasil penelitian ni juga konsisten dengan penelitian Carcello dan Neal (2000) dan Rahmadhany (2004) yang menemukan bahwa opini audit going concern yang diterima tahun sebelumnya mempengaruhi keputusan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going concern. Hasil temuan ini memberikan bukti empiris bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini audit going concern yang telah diterima perusahaan pada tahun sebelumnya.


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel debt default berpengaruh

positif signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Apabila perusahaan sedang berada dalam keadaan mengalami kegagalan untuk memenuhi kewajiban nya kepada kreditur maka auditor cenderung untuk mengeluarkan opini audit

going concern kepada perusahaan, dimana auditor meragukan kemampuan satuan

usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan.

Sementara variabel kualitas audit yang diproksi dengan ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit

going concern, Jadi dapat dikatakan perusahaan yang menggunakan jasa KAP big four adalah perusahaan yang cenderung memiliki kinerja dan karateristik yang


(64)

baik, sehingga pendapat yang mereka terima adalah cenderung pendapat wajar tanpa pengecualian, sementara perusahaan dengan kinerja dan karakteristik yang tidak baik cenderung menggunakan KAP non big four dengan harapan bahwa KAP non big four tidak dapat mendeteksi kinerja dan karakteristik mereka yang tidak baik tersebut, sedandkan disisi lain auditor berusaha menjaga reputasinya dengan selalu bekerja secara objektif.

Hasil pengujian terhadap variabel opini audit menunjukkan pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern, berarti dalam menerbitkan opini audit going concern auditor akan mempertimbangkan opini audit going

concern yang telah diterima perusahaan pada tahun sebelumnya.

B. KETERBATASAN

Keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini yaitu hanya menggunakan tiga variabel, yaitu satu variabel keuangan (debt default) dan dua variabel keuangan (kualitas audit dan opini audit). Periode pengamatan hanya tiga tahun, sehingga belum cukup lama untuk menentukan tren penerbitan opini going concern oleh auditor dalam jangka panjang.

C. SARAN

Untuk peneliti selanjutnya memasukkan variabel tambahan seperti rotasi auditor dan rasio keungan lain, strategic action perusahaan sehingga hasil


(65)

penelitian lebih mampu untuk memprediksi penerbitan opini going concern dengan lebih tepat dan lebih akurat.

Selain itu memperpanjang rentang tahun penelitian sehingga dapat melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit going concern oleh auditor dalam jangka panjang dengan tetap membedakan antara periode krisis moneter dengan periode kondisi ekonomi normal.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A, dan James K Lobbecke, 1996. Auditing : Pendekatan Terpadu

(Judul Asli : Auditing : An Integrated Approach) Edisi Revisi, Jilid 1.

Penerjemah AmirAbadi Jusuf, Salemba Empat, Jakarta.

Carcello, Joseph V., Hermanson, Roger H. McGrath, Neal T. 1992. “Audit Quality Attributes : The Perception of Audit Partners, Prepares & Financial Statement Users”. Auditing : A Journal of Practice and Theory. 1-15.

Craswell, A. T., J. R. Francis, and S. L. Taylor. 1995. “Auditor Brand Name Reputations and Industry Specializations”. Journal of Accounting and

Economics 20 (December): 297-322.

Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis, Terbitan Pertama, USU Press, Medan.

Fanny, Margaretta, dan Saputra, S, 2005. “Opini Audit Going Concern: Kajian berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten BursaEfek Jakarta)”

Simposium Nasional Akuntansi VIII. 966-978.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariant Dengan Program SPSS, Badan Penerbit UniversitasDiponegoro, Semarang.

Halim, Abdul, 2003. Auditing : Dasar-Dasar Audit Laopran Keuangan. Edisi Ketiga, UPP AMP YKPN,Yogyakarta.


(66)

Hani, Clearydan Mukhlasin, 2003. “Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi

Pada Perusahaan Perbankan di BEJ”, Simposium Nasional Akuntansi,

Surabaya.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat, Jakarta.

_____________________, 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat , Jakarta.

Joanna, L. Ho. 1994. “The Effect of Experience on Consensus of Going-Concern Judgments”. Behavioral Research in Accounting Vol 6. pp 160-172.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,, 2004. Buku

Petunjuk Teknik Penulisan dan Penulisan Skripsi. Medan

Lasalle, Randal E., dan Anandarajan, asokan. 1996. “ Auditor View on The Type of Audit Report Issued to Entities with Going Concern Uncertainties”.

Accounting Horizons, Vol 10. Juni. pp 51-72.

Manao, H. dan Nursetyo, Y. 2002. ":An Audit Quality Comparison Between Large and Small CPA Firms in Indonesia in the Context of "Going Concern" Opinion : Evidence Based On Auditees Financial Ratio". Simposium

Nasional Akuntansi V. 36-45..

Mayangsari, Sekar, 2003. Pengaruh Kualitas Audit, Independensi terhadap

Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional AkuntansiVI. Surabaya

Mutchler, J., 1985. "A Multivariate Analysis of the Auditor's Going Concern Opinion Decision" Journal of Accouning Research. Autumn. 668 - 68.

Petronela, Thio. 2004. “Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam

Pemberian Opini Audit”. Jurnal Balance. 47-55

Praptitorini, Januarti, 2007. “Analisis Pengauh Kualitas Audit, Debt Default Dan

Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi X.

Ruiz , barbadillo Emiliano, Nivez Gomez-Aguilar, Christina De Fuentes-Barbera dan Maria Antonia Garcia-Benau. 2004. “Audit Quality and The Going Concern Decision Making Process”. European Accounting Review

Setyarno, Januarti, dan Faisal, 2006. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertembuhan , Vol 13 No 4. pp 597-620.


(1)

Revol Ulung Bisara Tamba : Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan

0 0

1 1

Block 0: Beginning Block

Iteration History(a,b,c)

Iteration

-2 Log

likelihood Coefficients

Constant Constant

Step 0 1 87.194 .095

2 87.194 .095

a Constant is included in the model. b Initial -2 Log Likelihood: 87.194

c Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Table(a,b)

Observed Predicted

Opini Tahun Berjalan

Percentage Correct

0 1 0

Step 0 Opini Tahun Berjalan

0

0 30 .0

1 0 33 100.0

Overall Percentage 52.4

a Constant is included in the model. b The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Step 0 Constant .095 .252 .143 1 .706 1.100

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables DEF 19.374 1 .000

ADTR 2.670 1 .102

PO 29.489 1 .000

Overall Statistics 35.032 3 .000


(2)

Iteration History(a,b,c,d)

Iteration

-2 Log

likelihood Coefficients

Constant DEF ADTR PO Constant

Step 1 1 48.548 -1.483 1.281 -.283 2.125

2 45.442 -1.953 1.937 -.512 2.774

3 45.201 -2.115 2.182 -.612 3.014

4 45.198 -2.136 2.212 -.624 3.044

5 45.198 -2.136 2.213 -.624 3.045

a Method: Enter

b Constant is included in the model. c Initial -2 Log Likelihood: 87.194

d Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 41.996 3 .000

Block 41.996 3 .000

Model 41.996 3 .000

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 45.198(a) .487 .649

a Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 9.881 5 .079

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Opini Tahun Berjalan = 0

Opini Tahun Berjalan =

1 Total

Observed Expected Observed Expected Observed

Step 1 1 13 12.226 0 .774 13


(3)

Revol Ulung Bisara Tamba : Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan

4 6 3.211 1 3.789 7

5 1 1.436 4 3.564 5

6 1 .684 8 8.316 9

7 0 .591 14 13.409 14

Classification Table(a)

Observed Predicted

Opini Tahun Berjalan

Percentage Correct

0 1 0

Step 1 Opini Tahun Berjalan

0

22 8 73.3

1 6 27 81.8

Overall Percentage 77.8

a The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Step 1(a)

DEF

2.213 .780 8.039 1 .005 9.142 1.980 42.204

ADTR -.624 .767 .662 1 .416 .536 .119 2.408

PO 3.045 .784 15.078 1 .000 21.004 4.517 97.669

Constant -2.136 .773 7.645 1 .006 .118

a Variable(s) entered on step 1: DEF, ADTR, PO. Correlation Matrix

Constant DEF ADTR PO

Step 1 Constant 1.000 -.548 -.461 -.556

DEF -.548 1.000 -.114 .188

ADTR -.461 -.114 1.000 .048

PO -.556 .188 .048 1.000


(4)

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

16

1

F

0

1

R 12

0

1

E

0

1

Q

0

1

U

0 1

1 1

E 8

0 1

1 1

N

0 0

1 1

C

0 0 1

1 1

Y

0 0 1 1

1 1


(5)

Revol Ulung Bisara Tamba : Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan

0 0 1 0 1 1

1 1

0 0 0 0 0 1

1 1

0 0 0 0 0 0

0 1

Predicted





Prob: 0 .25 .5 .75

1

Group:

000000000000000000000000000000111111111111111111111111111111

Predicted Probability is of Membership for 1

The Cut Value is .50

Symbols: 0 - 0

1 - 1

Each Symbol Represents 1 Case.

Casewise List(b)

Case

Selected

Status(a) Observed Predicted

Predicted

Group Temporary Variable

Opini Tahun

Berjalan Resid ZResid

Opini Tahun

Berjalan Resid ZResid

33 S 1** .106 0 .894 2.910

60 S 1** .106 0 .894 2.910

63 S 0** .924 1 -.924 -3.486

a S = Selected, U = Unselected cases, and ** = Misclassified cases. b Cases with studentized residuals greater than 2.000 are listed.

NPAR TESTS

/RUNS(MEDIAN)=RES_1 /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet1]


(6)

Unstandardized Residual

Test Valuea .01900

Cases < Test Value 30

Cases >= Test Value 33

Total Cases 63

Number of Runs 31

Z -.364

Asymp. Sig. (2-tailed) .716 a. Median


Dokumen yang terkait

Pengaruh Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 43 85

Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

1 7 80

PENGARUH DEBT DEFAULT, KUALITAS AUDIT, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Ter

0 1 15

PENGARUH DEBT DEFAULT, KUALITAS AUDIT, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Ter

0 3 15

Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

0 0 11

Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

0 0 2

Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

0 1 7

Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

0 0 17

Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

0 1 2

Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

0 0 7