BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Kebutuhan Perawatan Periodontal Pada Perawat Instalasi Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan Peridontal

  Periodonsium secara harfiah artinya adalah di sekeliling gigi. Periodonsium terdiri

  14

  dari jaringan-jaringan yang mengelilingi gigi yaitu:

1. Gingiva

  Gingiva adalah bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar dan akar gigi sampai pada batas cementoenamel junction. Secara anatomis gingiva dibagi menjadi marginal gingiva, gingival sulcus, attached gingiva dan interdental gingiva. Walaupun setiap jenis gingiva memiliki variasi dalam hal gambaran histologis dan ketebalan yang tergantung kepada fungsinya, semua jenis gingiva secara spesifik

  14 berfungsi untuk melindungi dari kerusakan mekanis dan mikrobial.

  Gambaran klinis gingiva normal atau sehat dapat dilihat dari warna, kontur, konsistensi, tekstur dan posisi gingiva. Attached gingiva dan marginal gingiva pada umumnya berwarna coral pink yang dipengaruhi oleh suplai darah, ketebalan dan

  14 tingkat keratinisasi epithelium serta adanya kandungan sel pigmen.

  Kontur gingiva sangat bervariasi tergantung pada bentuk gigi dan kesejajarannya dalam lengkung gigi, lokasi dan ukuran daerah kontak proksimal, serta luas

  

embrasure gingiva sebelah fasial dan lingual. Marginal gingiva mengelilingi gigi

  14 menyerupai bentuk kerah baju.

  Konsistensi gingiva padat, kenyal dan melekat erat pada tulang alveolar. Kepadatan

  

attached gingiva ditentukan oleh susunan lamina propria secara alami dan

  hubungannya dengan mukoperiosteum tulang alveolar, sedangkan kepadatan

  14 marginal gingiva didukung oleh serat-serat gingiva. Gingiva memiliki tekstur permukaan menyerupai kulit jeruk yang lembut dan tampak tidak beraturan yang disebut stippling. Posisi gingiva menunjukkan tingkatan dimana

  

marginal gingiva menyentuh gigi. Ketika masa erupsi gigi, marginal dan sulkus

  gingiva berada di puncak mahkota. Selama proses erupsi berlangsung, marginal dan

  14 sulkus gingiva terlihat lebih dekat ke arah apikal.

  2. Ligamen Periodontal

  Akar dari gigi dihubungkan dengan soket tulang alveolar oleh jaringan ikat padat yang disebut ligamen. Secara normal ligamen periodontal tidak hanya menghubungkan gigi dengan tulang alveolar, tetapi juga mendukung gigi di dalam soket dan menyerap tekanan penyunyahan oleh gigi yang akan melindungi gigi

  14,15,16 terutama bagian akar gigi.

  3. Tulang Alveolar

  Dinding-dinding tulang yang mengelilingi gigi disebut tulang alveolar atau cribiform

  

plate karena terdiri banyak lubang untuk vaskularisasi membran periodontal. Tulang

14,15 alveolar berfungsi mengelilingi dan mendukung akar gigi.

  4. Sementum

  Sementum merupakan bagian jaringan periodontal yang mengelilingi akar melekat pada tulang alveolar dengan berikatan pada ligamen periodontal. Sementum berwarna kuning gelap, lebih terang daripada dentin dan lebih gelap daripada enamel. Sementum berfungsi sebagai pengikat ujung ligamen periodontal dengan gigi

  15,17 sehingga gigi tetap pada soketnya dan sebagai pelindung dentin akar.

2.2 Penyakit Periodontal

  Penyakit periodontal merupakan sebutan umum untuk infeksi bakterial pada periodonsium. Walaupun umum disebut dengan penyakit periodontal, terdapat berbagai jenis penyakit periodontal yang terjadi pada gingiva, jaringan ikat

  4,15 periodontal, dan tulang alveolar.

  Penyakit periodontal dibagi kedalam beberapa bagian atau diklasifikasikan berdasarkan etiologi bakteri spesifik, cara terjadinya, dan dari menifestasi klinisnya.

  Terdapat dua diagnosis dasar penyakit periodontal yaitu gingivitis dan

  4,15 periodontitis.

  1. Gingivitis

  Gingivitis ialah infeksi bakteri pada gingiva yang menyebabkan kerusakan pada jaringan gingiva dan bersifat reversibel.

  2. Periodontitis

  Periodontitis adalah infeksi bakteri pada seluruh bagian periodonsium termasuk gingiva, ligamen periodontal, tulang alveolar, dan sementum. Periodontitis menyebabkan kerusakan yang ireversibel pada jaringan periodonsium. Penting untuk mengetahui perbedaan antara kondisi periodontal sehat, gingivits, dan periodontitis. Jaringan periodontal yang sehat ditandai dengan tidak adanya inflamasi, gingivitis ditandai dengan inflamasi gingiva tanpa kehilangan perlekatan, dan

  15 periodontitis ditandai dengan kehilangan perlekatan jaringan periodontal.

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko Penyakit Periodontal

  18 Etiologi penyakit periodontal yang utama adalah plak dental. Plak dental merupakan ekosistem yang unik. Di dalam rongga mulut manusia terdapat banyak bakteri.

  Bakteri-bakteri tersebutlah yang berkumpul membentuk plak dental. Plak dental merupakan biofilm mikrobial yang merupakan sekumpulan beragam bakteri yang ditemukan pada permukaan gigi melekat dalam matriks polimer yang berasal dari bakteri dan saliva. Bakteri dalam biofilm berkomunikasi satu sama lain dengan mengirimkan sinyal kimia. Sinyal-sinyal ini akan memicu bakteri untuk memproduksi protein dan enzim yang potensial menyebabkan penyakit

  4,19 periodontal.

  Selain faktor etiologi utama, terdapat beberapa faktor resiko penyakit periodontal. Faktor resiko merupakan bagian rantai sederhana dari suatu penyakit atau dapat

  19

  meningkatkan kerentanan terhadap penyakit. Faktor resiko dapat berupa lingkungan,

  20

  perilaku ataupun faktor biologis. Dengan adanya faktor resiko menunjukkan peningkatan kemungkinan terjadinya penyakit, dan jika faktor resiko tidak ada atau dimodifikasi maka seharusnya terjadi penerunan kemungkinan terjadinya penyakit. Secara umum faktor resiko dibagi atas yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat

  19 dimodifikasi.

2.3.1 Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi

  2.3.1.1. Genetik Dan Herediter

  Penyakit peridontal dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Beberapa kelainan genetik,

  19

  seperti sindroma down, berkaitan dengan komndisi periodontal yang buruk. Selain itu penelitian membuktikan bahwa perbedaan genetik antar individu dapat menjelaskan mengapa seseorang dapat menderita penyakit periodontal dan orang lain

  20 tidak.

  2.3.1.2. Jenis Kelamin

  Data dari stdi epidemiologi menyebutkan bahwa laki-laki beresiko lebih tinggi mengalami penyakit periodontal. Diseebutkan juga bahwa laki-laki lebih banyak mengalami kehilangan perlekatan dibandingkan dengan wanita. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan meningkatnya kebiasaan merokok pada laki-laki dan laki-laki lebih

  19,20 cenderung tidak memperhatikan oral higiene.

  2.3.1.3. Usia Prevalensi dan keparahan penyakit periodontal meningkat seiring bertambahnya usia.

  Proses penuaanlah yang menjadi faktor resiko, perubahan degeneratif yang terkait

  19,20 penuaan yang akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit periodontal.

2.3.2 Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi

2.3.2.1. Kebiasaan Memelihara Kebersihan Rongga Mulut

  Faktor-faktor yang memfasilitasi pembentukan biofilm, seperti retensi plak atau kontrol plak yang buruk, merupakan faktor resiko umum penyakit periodontal. Oleh karena itu, pembersihan plak merupakan cara untuk mencegah timbulnya penyakit periodontal. Pembersihan plak secara mekanis dapat dilakukan oleh masing-masing individu secara supragingiva dengan perawatan harian dan jika diperlukan dapat dilakukan oleh dokter gigi secara subgingiva untuk menyingkirkan plak yang tidak dapat disingkirkan oleh perawatan harian.

  2.3.2.2. Kebiasaan Merokok

  Rokok merupakan hal yang membahayakan hampir seluruh organ tubuh, dan berhubungan dengan banyak penyakit yang dapat mengurangi harapan dan kualitas dalam fase gas dan fase solid. Nikotin ditemukan dalam daun tembakau dan akan berevaporasi ke udara ketika rokok dibakar. Nikotin sangat cepat diserap oleh paru- paru dan sampai ke otak hanya dalam 10-19 detik. Nikotin sangat adiktif dan dapat menyebakan meningkatnya tekanan darah, meningkatnya detak jantung dan

  21

  pernafasan, dan menyebabkan vasokonstriksi. Studi menyebutkan bahwa respon

  20

  terapi periodontal pada perokok lebih rendah daripada yang tidak merokok. Dengan meningkatnya penggunaan rokok maka akan ditemukan saku periodontal yang lebih dalam, kehilangan perlekatan yang lebih banyak, kehilangan tulang alveolar yang lebih banyak, resesi gingiva yang lebih banyak, dan resiko kehilangan gigi tinggi.

  2.3.2.3. Stres Stres mempengaruhi kondisi periodontal secara langsung dan secara tidak langsung.

  Secara langsung respon fisiologis tubuh terhadap stres mempengaruhi sistem imun dan secara tidak langsung stres mempengaruhi kebiasaan oral hygiene yang kedua hal

  13,20,22 tersebut dapat menyebabkan perubahan kondisi periodontal.

  2.3.2.4. Nutrisi

  Ditemukan bahwa beberapa nutrisi mempunyai efek negatif terhadap kesehatan periodontal jika kebutuhannya tidak terpenuhi.nutrisi tersebut adalah vitamin, zat besi, antioksidan, dan protein.

2.4 Perawatan Penyakit Periodontal

  Dalam perawatan periodontal, terdapat dua tujuan, yaitu, tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah mengeliminasi seluruh proses infeksi dan inflamasi yang menyebabkan penyakit periodontal dan berbagai masalah oral lainnya yang mengganggu kesehatan umum pasien. Dalam perawatannya dibutuhkan prosedur periodontal an terapi dental lainnya. Tujuan jangka panjang adalah rekonstruksi kesehatan gigi yang memenuhi baik fungsi an estetik, hal tersebut

  23

  termasuk pertimbangan nprostetik ataupun ortodontik. Scalling dan root planing

  19 merupakan terapi primer untuk menghadapi infeksi jaringan periodontal.

  CPITN (Community Index of Periodontal Treatments Needs) merupakan indeks yang

  dikembangkan oleh Ainamo. Indeks ini merupakan indikator penyakit periodontal dimana sering digunakan untuk mengetahui gambaran tentang tingkat kondisi periodontal dan kebutuhan perawatan pada individu pada suatu daerah tertentu. Dalam pemeriksaannya digunakan suatu probe dengan desain khusus dengan ujung bulat berdiameter 0,5 mm dengan area berwarna hitam sebagai skala berada pada

  14,24 daerah 3,5-5,5 mm yang sering dikenal dengan nama probe WHO.

  Untuk mengukur tingkat keparahan suatu penyakit periodontal diperiksa 10 gigi indeks yang tercakup dalam 6 sektan pada lengkung rahang. Sektan 1 meliputi gigi 14,15,16,dan 17 (Posterior kanan atas). Sektan 2 meliputi gigi 11,12,13,21,22, dan 23 (Anterior rahang atas). Sektan 3 meliputi gigi 24,25,26, dan 27 (Posterior Kiri Atas). Sektan 4 meliputi gigi 34,35,36, dan 37 (Posterior kiri bawah). Sektan 5 meliputi gigi 31,32,33,41,42, dan 43 (Anterior rahang bawah). Sektan 6 meliputi gigi 44,45,46, dan 47 (Posterior kanan bawah). Berdasarkan pembagian sektan diatas maka diambil 10 gigi sebagai gigi index yang dapat mewakili tingkat keparahan tiap sektan yang meliputi gigi 17,16,11,26,27,36,37,31,46, dan 47. Skor tertinggi tiap sektan setelah pemeriksaan dari empat sisi (labial, lingual/palatal, mesial dan distal) dipakai

  14,25 mewakili nilai tiap sektan.

  Untuk mengetahui kebutuhan perawatan, pemeriksaan terhadap gigi index dilakukan berdasarkan usia pasien. Bagi pasien anak-anak dan remaja, gigi yang diperiksa dari keenam sektan berjumlah 6 gigi index yang meliputi gigi 16,11,26,31,36, dan 46, sedangkan bagi pasien berusia 20 tahun atau lebih, gigi yang diperiksa meliputi 10 gigi indeks yang mewakili keenam sektan yaitu gigi 17,16,11,26,27,36,37,31,46, dan

  47. Kesepuluh gigi index ini diperiksa dengan alasan bahwa gigi-gigi tersebut merupakan estimator terbaik dalam menentukan kondisi terburuk jaringan periodontal. Gigi molar diperiksa secara berpasangan, tetapi hanya satu skor tertinggi yang dicatat. Untuk anak muda usia dibawah 20 tahun tidak menggunakan gigi molar kedua sebagai gigi index karena berpotensi tinggi menyebabkan false pocket. Selain itu, untuk anak-anak dibawah usia 15 tahun pencatatan hanya dilakukan atas adanya

  14,25 perdarahan dan karang gigi saja.

  Cara mengukur gigi index adalah sebagai berikut: gigi index diperiksa dengan menggunakan probe untuk menentukan adanya perdarahan, karang gigi, dan poket periodontal. Tekanan yang diberikan tidak boleh melebihi 25 gram. Untuk mengetahui besarnya tekanan digunakan ujung probe yang berbentuk bola dan ditekankan pada daerah kulit dibawah kuku tanpa menyebabkan rasa sakit. Kemudian ujung probe dimasukkan ke daerah distal saku gusi dan dengan mengukuti konfigurasi anatomi dari permukaan akar gigi, probe digeser dari distal ke arah mesial baik pada permukaan labial atau lingual. Kemudian dicatat skor pada bagan sesuai dengan hasil temuan yang diperoleh. Hanya keadaan terparah yang dicatat pada tiap sektan.skor tertinggi dari kesemua sektan digunakan untuk menentukan

  14,24 skor kebutuhan perawatan.

  14,16,24,25 Tabel 1. Penilaian kebutuhan perawatan periodontal dengan indeks CPITN

Skor Status Periodontal Skor Kebutuhan Perawatan

  Sehat, tidak ada perdarahan, karang gigi Tidak membutuhkan atau poket perawatan Perdarahan , perdarahan tampak secara Membutukan peningkatan 1 langsung atau dengan kaca mulut setelah

  1 kebersihan mulut (melalui selesai perabaan dengan sonde demonstrasi) Ada karang gigi (Supra atau subgingiva) perabaan dengan sonde terasa kasar,dan

  2 terlihat kalkulus supra gingiva atau sub Memerlukan sekling dan gingiva

  2 peningkatan kebersihan Poket dangkal (4-5 mm) sebagian warna mulut 3 hitam pada sonde masih terlihat dari tepi gusi pada daerah hitam Poket dalam ( Memerlukan peningkatan

  ≥ 6 mm) seluruh warna

  4 3 hitam pada sonde tidak terlihat, masuk ke kebersihan mulut, scalling dalam jaringan periodontal dan root planning

2.5 Kerangka Tetori

  Memengaruhi OHIS Stres Kerja Kontrol plak tidak baik Perubahan sistem imun secara fisiologis & Perubahan kebiasaan oral higiene

  Oral Hygiene (OHIS) & Host rentan terhadap infeksi Kebutuhan Perawatan Periodontal Perawat Kebiasaan Memelihara Rongga Mulut Gaya Hidup Kebiasaan Menyikat Gigi (Frekuensi, Waktu, Jenis Sikat, Durasi, Penggantian Sikat) Konsumsi Buah-Buahan Kebiasaan Merokok Mengunyah Sebelah Sisi Kebiasaan Mengudap Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Konsep

  Kebutuhan Perawatan Periodontal Gaya hidup (Konsumsi buah-buahan, kebiasaan merokok, Mengunyah sebelah sisis, Kebiasaan mengudap) Stres kerja Variabel tidak terkendali :

  • usia,
  • -

    ras,
  • lama masa kerja,
  • -

    daerah tempat tinggal,
  • penyakit
  • -

    tingkat pendidikan
  • -

    tingkat ekonomi,
  • pemakai pesawat
  • -

    defisiensi nutrisi,

  • -

    kelainan genetik,
  • gigi crowded pada gigi
  • -

    komposisi dan laju alir

  saliva Variabel terkendali :

  imunokompromis,

  orthodonti,

  indeks,

  • karies pada gigi indeks
  • kehamilan,
  • mengkonsumsi obat-

  obatan yang dapat memengaruhi status periodontal Universitas Sumatera Utara