Karakteristik Penderita Hydrocephalus Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA HYDROCEPHALUS RAWAT INAP DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2005-2009

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 061000147 VILINO MELDA SITEPU

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

ABSTRAK

Hydrocephalus adalah keadaan patologi otak yang mengakibatkan bertambahnya Cairan Serebrospinalis (CSS) dengan tekanan intrakarnial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. Di RSUP H. Adam Malik Kota Medan terdapat 141 penderita pada tahun 2005-2009.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah data penderita hydrocephalus rawat inap di RSUP H. Adam Malik Kota Medan tahun 2005-2009 sebanyak 141 data. Sampel adalah data seluruh populasi (total sampling) dilanjutkan dengan analisis statistik uji chi square, t-test, Anova atau uji Kruskal Wallis.

Kecendrungan kunjungan penderita hydrocephalus berdasarkan data tahun 2005-2009 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis y=−5,7x+45,3. Umur

termuda 5 hari (1 orang) dan yang tertua berumur 55 tahun (2 orang), serta proporsi tertinggi pada kelompok umur 0-6 tahun 69,5%. Sex ratio 1,14, suku Jawa32,6%, agama Islam 77,3%, pendidikan belum sekolah/tidak tamat SD 74,5%, pekerjaan belum bekerja 70,9%, sumber biaya Jamkesmas 81,6%, pembesaran kepala 64,5%, hydrocephalus non komunikans 45,4%, kelainan kongenital 43,3%, penatalaksanaan medis pemberian obat-obatan 60,3%, lama rawatan rata-rata 13,77 hari, pulang berobat jalan 76,6%, pulang atas permintaan sendiri 19,9% dan Case Fatality Rate (CFR) 3,5%. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasrkan klasifikasi hydrocephalus (p=0,110), ada perbedaan proporsi yang bermakna antar keluhan utama berdasarkan klasifikasi hydrocephalus (p=0,026), proporsi keluhan utama kejang secara bermakna lebih tinggi pada hydrocephalus non komunikans dibandingkan dengan hydrocephalus komunikans (X2=7,325, p=0,026; 23,4% vs 9,4%), tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata berdasarkan sumber biaya (p=0,919), lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,925), penatalaksanaan medis berdasarkan sumber biaya (p=0,747).

Diharapkan kepada dokter dan perawat RSUP H. Adam Malik Medan agar memberikan pemahaman kepada penderita dan keluarga penderita tentang penatalaksanaan hydrocephalus agar dapat mengurangi jumlah penderita yang pulang atas permintaan sendiri. Kepada Dokter RSUP H. Adam Malik Medan diharapkan untuk melengkapi pencatatan rekam medik khususnya yang berkaitan dengan hydrocephalus yaitu riwayat penyakit sebelumnya, jenis kelainan kongenital dan klasifikasi hydrocephalus. Kepada ibu hamil diharapkan untuk melakukan antenatal care.


(3)

ABSTRACT

Hydrocephalus is a state of brain pathology that resulted in increased cerebrospinal fluid (CSF) with a rising intrakarnial pressure so that there is widening of the room where the flow of CSF. In H. Adam Malik Medan Hospital Centre there were 141 patients in 2005 to 2009.

This is descriptive research with case series design. The population is 141 hydrocephalus patients hospitalized in H. Adam Malik Medan Hospital Centre in 2005-2009. Sample is the entire population data (total sampling) continued by statistical analysis chi square, t-test, Anova or Kruskal Walli.

Based on 2005-2009 data, there was aqueous decreasing tendency of hydrocephalus cases as it showed by the formula y=-5,7+45,3. The youngest age 5 days (one person) and the oldest was 55 year (two persons), and the highest proportion was in the age 0-6 years old 69,5%. Sex ratio 1,14, Jawanese 32,6%, Moslem 77,3%, education is not school / did not complete primary school 74,5%, of work is not working, funding source Jamkesmas 81,6%, enlargement of the head 64,5%, hydrocephalus non communicans 45,4%, congenital abnormalities 43,3%, medical management of drugs 60,3%, the average treatment time 13,77 days, returned 76,6% outpatient. Statistical analysis showed there wasn’t significant difference between age on basis of classification (p=0,110), there was significant difference between the main complaint on basis of classification of hydrocephalus (p=0,026), proportion of chief complaints seizures were significantly higher in non communicans hydrocephalus compared with hydrocephalus communicans, there wasn’t significant difference between the old treatment based on average cost sources (p=0,919), duration of treatment based on state average during the home ( p=0,925), medical management based on source of funding (p = 0,747).

To doctors and nurse in H. Adam Malik Medan Hospital Centre to give understanding to the patients and their families about the of hydrocephalus in order to reduce the number of patients who returned at their own request. The Medical Records is expected to complete the data in H. Adam Malik Medan Hospital Centre especially related with hydrocephalus such as family medical history of disease and types of congenital abnormalities and classification of hydrocephalus. To pregnant women are expected to perform antenatal care.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Vilino Melda Sitepu

Tempat/Tanggal Lahir : Binjai/ 08 Oktober 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah anggota keluarga : 4 (empat) bersaudara Nama Ayah : Sehat Sitepu

Nama Ibu : Alm. Siti Sumarni Perangin-angin

Alamat rumah : Jln. Aek Song – songan Kec.Bandar Pulau, Kab. Asahan.

Riwayat Pendidikan : 1. SDN No. 013835 B. Pulau (1994 – 2000) 2. SLTP Negeri 1 B. Pulau (2000 – 2003) 3. SMA Negeri 1 B. Pulau (2003 – 2006) 4. FKM USU MEDAN (2006 – 2011)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Penderita Hydrocephalus Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Sehat Sitepu dan Ibunda Alm. Siti Sumarni Pa yang telah membesarkan, membimbing, dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta memberikan dukungan dan do’a kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

Terima kasih kepada Dosen Pembimbing I Bapak Prof. Dr. Sori Muda Sarumpaet dan Dosen Pembimbing II Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes serta Dosen Pembanding I Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH serta Dosen Pembanding II Bapak Drs. Jemadi M. Kes yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi saran, kritikan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M. Kes selaku Kepala Bagian Epidemiologi.

3. Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik. 4. Bapak Direktur Utama, Bapak Direktur SDM dan Pendidikan, Kepala Instalasi

Litbang dan Staff, dan Kepala Instalasi Rekam Medik beserta Staff serta seluruh pihak terkait dalam penelitian ini di RSUP H. Adam Malik Medan.

5. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(6)

7. Seluruh keluarga yang penulis sayangi: Ayahanda Sehat Sitepu dan Ibunda Alm. Siti Sumarni Pa, Kakanda Nova Klara Sitepu, S.Pd dan Adinda Dessy Yulia Sitepu, Siti Karolina Sitepu, Ibu Butet, Adinda Windi dan Adinda Farhan Ramadhan Sitepu yang sudah begitu bijak memahami penulis apa adanya dan senantiasa memberi dukungan kepada penulis.

8. Sahabat- sahabat terbaikku (Eva, Firdha, Nia, Dani, Bang Ari, Weyha dan Desi) terima kasih atas semangat, saran, masukan, doa, dan canda tawa selama ini. 9. Para alumni yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 10.Temen-temen peminatan Epidemiologi FKM-USU, Media, Arinil, Sintha, Vera,

Anta, Mika, Vivi, Bang Rafael, Kak Frida, Kak Nur, Kak Neni, Kak Lia, semua kakak yang dipemondokan Hasanah (Kak Mida,Kak Ika dan Kak Debi) dan lainnya terima kasih atas doa, bantuan, semangat dan kebersamaannya dalam meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

11.Temen-teman pengurus dan mantan pengurus PHBI FKM USU dan HIMAB Bandar Pulau terima kasih atas doa dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Semoga Alllah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Amin…

Medan, Januari 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pengertian Hydrocephalus ... 8

2.2. Anatomi dan Fisiologi Hydrocephalus ... 8

2.3. Etiologi ... 9

2.3.1. Kelainan Bawaan ... 10

2.3.2. Infeksi ... 11

2.3.3. Neoplasma ... 13

2.3.4. Perdarahan ... 13

2.4. Epidemiologi... 14

2.4.1. Distribusi dan Frekuensi ... 14

2.4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ... 16

2.5. Klasifikasi Hydrocephalus ... 17

2.5.1. Gambaran Klinis ... 17

2.5.2. Waktu Pembentukan ... 17

2.5.3. Proses Terbentuknya ... 17

2.5.4. Sirkulasi Cairan Serebrospinal ... 18

2.6. Gambaran Klinis ... 18

2.6.1. Neonatus ... 18

2.6.2. Dewasa ... 19

2.7. Pencegahan ... 20


(8)

2.7.2. Pencegahan Sekunder ... 21

2.7.3. Pencegahan Tersier ... 23

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 25

3.1. Kerangka Konsep ... 25

3.2. Definisi Operasional ... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 30

4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian... 30

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 30

4.2.1. Lokasi Penelitian... 30

4.2.2. Waktu Penelitian ... 30

4.3. Populasi dan Sampel... 30

4.3.1 Populasi ... 30

4.3.2 Sampel ... 31

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

4.5. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 31

4.5.1. Analisis Univariat ... 31

4.5.2. Analisis Bivariat ... 32

BAB 5 HASIL PENELITIAN... 33

5.1. Gambaran Umum RSUP H. Adam Malik Medan... 33

5.1. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Tahun ... 36

5.2. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Sosiodemografi ... 36

... 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Keluhan Utama ... 40

5.4. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Klasifikasi Hydrocephalus ... 40

5.5. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya ... 41

5.6. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 42

5.7. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Hydrocephalus ... 43

5.8. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 44

5.9. Analisa Statistik ... 47

5.12.1. Umur Berdasarkan Klasifikasi Hydrocephalus ... 47

5.12.2. Keluhan Utama Berdasarkan Klasifikasi Hydrocephalus .... 48

5.12.3. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Sumber Biaya ... 49


(9)

5.12.5. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu

Pulang ... 51

5.12.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 52

BAB 6 PEMBAHASAN ... 53

6.1. Distribusi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Tahun ... 53

6.2. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Sosiodemografi ... 54

6.2.1. Umur dan Jenis Kelamin ... 54

6.2.2. Suku ... 56

6.2.3. Agama ... 57

6.2.4. Pendidikan ... 58

6.2.5. Pekerjaan ... 59

6.2.6. Status Perkawinan ... 60

6.2.7. Sumber Biaya ... 61

6.3. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Keluhan Utama ... 62

6.4. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Klasifikasi Hydrocephalus ... 63

6.5. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya ... 64

6.6. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 65

6.7. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata ... 66

6.8. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 67

6.9. Analisa Statistik ... 69

6.9.1. Umur Berdasarkan Klasifikasi Hydrocephalus ... 69

6.9.2. Keluhan Utama Berdasarkan Klasifikasi Hydrocephalus ... 70

6.9.3. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Sumber Biaya... 72

6.9.4. Lama Rawatan Rata- Rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 73

6.9.5. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 74

6.9.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 76

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

7.1. Kesimpulan ... 78


(10)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 Berdasarkan Rincian Tahun ... 36 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Rawat Inap

Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 37 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Rawat Inap

Berdasarkan Sosiodemografi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 38 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Hydocephalus Rawat Inap

Berdasarkan Keluhan Utama di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 40 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Rawat Inap

Berdasarkan Klasifikasi Hydrocephalus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 40 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Rawat Inap

Berdasarkan Riwayat Penyakti Sebelumnya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 41 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Rawat Inap

Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 43 Tabel 5.8. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Hydrocephalus Rawat Inap di

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 43 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Rawat Inap

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 45 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Klasifikasi Hydrocephalus

Penderita Hydrocephalus Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 47


(11)

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Keluhan Utama Berdasarkan Klasifikasi

Hydrocephalus Penderita Hydrocephalus Rawat Inap di RSUP H.

Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 48 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Sumber

Biaya Penderita Hydrocephalus Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 49 Tabel 5.13. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya

Penderita Hydrocephalus Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 50 Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang Penderita Hydrocephalus Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 51 Tabel 5.15. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang Penderita Hydrocephalus Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 52


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Otak ... 9 Gambar 2.2. Hydrocephalus ... 20

Gambar 6.1. Grafik Garis Trend Kunjungan Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2005-2009 ... 53 Gambar 6.2. Diagram Bar Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Umur

dan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2005-2009 ... 54 Gambar 6.3. Diagram Bar Suku Penderita Hydrocephalus yang Dirawat

Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 56 Gambar 6.4. Diagram Pie Agama Penderita Hydrocephalus yang Dirawat

Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 57 Gambar 6.5. Diagram Pie Pendidikan Penderita Hydrocephalus yang

Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2005-2009 ... 58 Gambar 6.6. Diagram Bar Pekerjaan Penderita Hydrocephalus yang

Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2005-2009 ... 59 Gambar 6.7. Diagram Pie Status Perkawinan Penderita Hydrocephalus

yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2005-2009 ... 60 Gambar 6.8. Diagram Pie Sumber Biaya Penderita Hydrocephalus yang

Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2005-2009 ... 61 Gambar 6.9. Diagram Bar Keluhan Utama Penderita Hydrocephalus yang

Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2005-2009 ... 62 Gambar 6.10. Diagram Pie Klasifikasi Hydrocephalus Penderita

Hydrocephalus yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik


(13)

Gambar 6.11. Diagram Bar Riwayat Penyakit Sebelumnya Penderita

Hydrocephalus yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2005-2009 ... 64 Gambar 6.12. Diagram Pie Penatalaksanaan Medis Penderita

Hydrocephalus yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2005-2009 ... 65 Gambar 6.13. Diagram Pie Keadaan Sewaktu Pulang Penderita

Hydrocephalus yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2005-2009 ... 67 Gambar 6.14. Diagram Bar Umur Penderita Hydrocephalus Berdasarkan

Klasifikasi Hydrocephalus yang Dirawat Inap di RSUP H.

Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 69 Gambar 6.14. Diagram Bar Keluhan Utama Penderita Hydrocephalus

Berdasarkan Klasifikasi Hydrocephalus yang Dirawat Inap di

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 70 Gambar 6.15. Diagram Bar Penatalaksanaan Medis Penderita

Hydrocephalus Berdasarkan Sumber Biaya yang Dirawat

Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 72 Gambar 6.17. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Penderita

Hydrocephalus Berdasarkan Sumber Biaya yang Dirawat

Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 ... 73 Gambar 6.16. Diagram Bar Penatalaksanaan Medis Penderita

Hydrocephalus Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang

Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2005-2009 ... 74 Gambar 6.18. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Penderita

Hydrocephalus Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang

Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisa Kecenderungan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Least

Squares)

Lampiran 2. Master Data

Lampiran 3. Output Master Data

Lampiran 4. Surat Penelitian dari FKM USU


(15)

ABSTRAK

Hydrocephalus adalah keadaan patologi otak yang mengakibatkan bertambahnya Cairan Serebrospinalis (CSS) dengan tekanan intrakarnial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. Di RSUP H. Adam Malik Kota Medan terdapat 141 penderita pada tahun 2005-2009.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah data penderita hydrocephalus rawat inap di RSUP H. Adam Malik Kota Medan tahun 2005-2009 sebanyak 141 data. Sampel adalah data seluruh populasi (total sampling) dilanjutkan dengan analisis statistik uji chi square, t-test, Anova atau uji Kruskal Wallis.

Kecendrungan kunjungan penderita hydrocephalus berdasarkan data tahun 2005-2009 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis y=−5,7x+45,3. Umur

termuda 5 hari (1 orang) dan yang tertua berumur 55 tahun (2 orang), serta proporsi tertinggi pada kelompok umur 0-6 tahun 69,5%. Sex ratio 1,14, suku Jawa32,6%, agama Islam 77,3%, pendidikan belum sekolah/tidak tamat SD 74,5%, pekerjaan belum bekerja 70,9%, sumber biaya Jamkesmas 81,6%, pembesaran kepala 64,5%, hydrocephalus non komunikans 45,4%, kelainan kongenital 43,3%, penatalaksanaan medis pemberian obat-obatan 60,3%, lama rawatan rata-rata 13,77 hari, pulang berobat jalan 76,6%, pulang atas permintaan sendiri 19,9% dan Case Fatality Rate (CFR) 3,5%. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasrkan klasifikasi hydrocephalus (p=0,110), ada perbedaan proporsi yang bermakna antar keluhan utama berdasarkan klasifikasi hydrocephalus (p=0,026), proporsi keluhan utama kejang secara bermakna lebih tinggi pada hydrocephalus non komunikans dibandingkan dengan hydrocephalus komunikans (X2=7,325, p=0,026; 23,4% vs 9,4%), tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata berdasarkan sumber biaya (p=0,919), lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,925), penatalaksanaan medis berdasarkan sumber biaya (p=0,747).

Diharapkan kepada dokter dan perawat RSUP H. Adam Malik Medan agar memberikan pemahaman kepada penderita dan keluarga penderita tentang penatalaksanaan hydrocephalus agar dapat mengurangi jumlah penderita yang pulang atas permintaan sendiri. Kepada Dokter RSUP H. Adam Malik Medan diharapkan untuk melengkapi pencatatan rekam medik khususnya yang berkaitan dengan hydrocephalus yaitu riwayat penyakit sebelumnya, jenis kelainan kongenital dan klasifikasi hydrocephalus. Kepada ibu hamil diharapkan untuk melakukan antenatal care.


(16)

ABSTRACT

Hydrocephalus is a state of brain pathology that resulted in increased cerebrospinal fluid (CSF) with a rising intrakarnial pressure so that there is widening of the room where the flow of CSF. In H. Adam Malik Medan Hospital Centre there were 141 patients in 2005 to 2009.

This is descriptive research with case series design. The population is 141 hydrocephalus patients hospitalized in H. Adam Malik Medan Hospital Centre in 2005-2009. Sample is the entire population data (total sampling) continued by statistical analysis chi square, t-test, Anova or Kruskal Walli.

Based on 2005-2009 data, there was aqueous decreasing tendency of hydrocephalus cases as it showed by the formula y=-5,7+45,3. The youngest age 5 days (one person) and the oldest was 55 year (two persons), and the highest proportion was in the age 0-6 years old 69,5%. Sex ratio 1,14, Jawanese 32,6%, Moslem 77,3%, education is not school / did not complete primary school 74,5%, of work is not working, funding source Jamkesmas 81,6%, enlargement of the head 64,5%, hydrocephalus non communicans 45,4%, congenital abnormalities 43,3%, medical management of drugs 60,3%, the average treatment time 13,77 days, returned 76,6% outpatient. Statistical analysis showed there wasn’t significant difference between age on basis of classification (p=0,110), there was significant difference between the main complaint on basis of classification of hydrocephalus (p=0,026), proportion of chief complaints seizures were significantly higher in non communicans hydrocephalus compared with hydrocephalus communicans, there wasn’t significant difference between the old treatment based on average cost sources (p=0,919), duration of treatment based on state average during the home ( p=0,925), medical management based on source of funding (p = 0,747).

To doctors and nurse in H. Adam Malik Medan Hospital Centre to give understanding to the patients and their families about the of hydrocephalus in order to reduce the number of patients who returned at their own request. The Medical Records is expected to complete the data in H. Adam Malik Medan Hospital Centre especially related with hydrocephalus such as family medical history of disease and types of congenital abnormalities and classification of hydrocephalus. To pregnant women are expected to perform antenatal care.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, bagi masyarakat, swasta maupun pemerintah untuk mencapai tujuan akhirnya yaitu kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga merupakan Tujuan Pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development Goals (MDGs) yang dicetuskan WHO (World Health Organization) pada tahun 2000. Indonesia termasuk salah satu dari 189 negara yang menyepakati 8 (delapan) tujuan Millenium

Development Goals (MDGs), yang pencapaianya dicanangkan paling lambat pada

tahun 2015. Indonesia menargetkan pada tahun 2015 Angka Kematian Bayi (AKB) diturunkan menjadi 170 bayi per 10.000 kelahiran.1,2

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1997, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah 46 bayi per 1.000 kelahiran kemudian mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 35 bayi per 1.000 kelahiran. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia pertahun atau 430 bayi meninggal per hari. Hal ini menunjukka n bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sekarang ini merupakan kematian bayi tertinggi di negara ASEAN.2

Penanganan kesehatan reproduksi juga dilakukan pengelolaan dan meningkatkan potensi reproduksi manusia, sehingga mengangkat kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Dalam ruang lingkup kesehatan, reproduksi dapat mengalami gangguan, yang mengakibatkan kegagalan fungsi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan bayi sehat. Salah satu dari penyebab yang mempengaruhi


(18)

adalah infeksi TORCH (Toxoplas, Orther’s, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex virus).3

Infeksi ini jika terjadi pada awal kehamilan dapat menyebabkan abortus, lahir mati, premature, atau kelainan kongenital berupa hydrocephalus, mikrophtalmia, mikrosephalus, dan endophtalmia. Jika infeksi terjadi pada akhir kehamilan dapat menyebabkan retardasi mental, retinokoroiditis, dan lesi pada organ tubuh.Di Indonesia sering dijumpai bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital seperti

hydrocephalus, kejang, korioretinitis, hepatospenomegali dan lain – lain.3,4

Kelainan kongenital merupakan penyebab penting terjadinya abotus/keguguran, lahir mati atau kematian segera setelah lahir (perinatal). Kadang - kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan beberapa saat setelah kelahiran bayi. Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula beberapa kelainan kongenital yang terjadi secara bersamaan yang disebut kelainan kongenital multiple.2

Hydrocephalus dapat terjadi pada setiap golongan umur, karena berbagai hal

yang menyebabkannya. Sekarang dokter mulai mengidentifikasi dan menemukan hal yang berbeda dari hydrocephalus yang muncul pada golongan dewasa. Tekanan normal pada intrakranial ditemukan pada orang dewasa yang menderita

hydrocephalus. Berbeda dari hydrocephalus yang di diagnosis pada masa bayi dan

kanak-kanak.5

Data di Amerika Serikat pada tahun 2006 menyatakan 15%-30% wanita mempunyai antibodi terhadap toxoplasma. Menurut Sunaryo (2006), infeksi TORCH di Indonesia pada kehamilan menunjukkan prevalensi cukup tinggi, berkisar antara


(19)

5,5% sampai 84%. Beberapa penelitian di Indonesia memperoleh, dari ibu yang menderita Toxoplasmosis, sebanyak 56% bayi dapat menderita Toxoplasmosis kongenital bila ibu tersebut tidak diberi pengobatan selama kehamilan. Infeksi TORCH oleh Cornain dan kawan – kawan (1994) pada 67% wanita kasus infertilitas didapatka sebanyak 10,3 Toxoplasma, 13,8% positif Rubella, 13,8% positif infeksi CMV. Prevalensi toxoplasmosis di Jakarta sebesar 61,6%, Bandung 74,5%, Surabaya 55,5%, Yogyakarta 55,4%, Denpasar 23,0%, dan Semarang 44,0%.3

Insiden kelainan bawaan di Indonesia tahun 2009 berkisar 15 per 1.000 kelahiran. Angka kejadian ini akan menjadi 4 – 5% bila bayi diikuti terus sampai berusia 1 tahun. Menurut Maryuni tahun 2009, angka kejadian kelainan kongenital dibeberapa rumah sakit di Indonesia yaitu RSCM Jakarta tahun 1975 – 1979 sebanyak 11,61 per 1.000 kelahiran hidup dan RS Pirngadi Medan tahun 1977 – 1980 sebanyak 3,3 per 1.000 kelahiran hidup.2

Hydrocepkalus Komunikans merupakan salah satu dari klasifikasi hydrocephalus berdasarkan sirkulasi cairan cerebrospinal. Hydrocephalus

Komunikans dapat disebabkan oleh meningitis bakterialis, toksoplasmosis, infeksi

virus sitomegalo, dan perdarahan subaraknoid. Hydrocephalus ini terjadi ketika aliran CSF diblokir setelah keluar dari ventrikel.6,7

Secara keseluruhan insiden dari Hydrocephalus Infantil di dunia tahun 2002 adalah sekitar 1-2 per 1.000 kelahiran. Insiden hydrocephalus yang diperoleh pada orang dewasa tidak diketahui karena terjadi sebagai akibat dari cedera, penyakit, atau faktor lingkungan. Hydrocephalus pada orang dewasa dapat terjadi pada 1 per 1.000 orang.8,9


(20)

Di Inggris pada tahun 2005 hydrocephalus terjadi 6,46 per 10.000 kelahiran, 1 kematian janin akibat hydrocephalus dan 5 kasus aborsi diinduksi terjadi setelah diagnosis pralahir hydrocephalus.10

Insidens Hydrocephalus Kongenital di Amerika Serikat pada tahun 2008 adalah 3 per 1.000 kelahiran hidup, kasus spina bifida disertakan bawaan

hydrocephalus terjadi pada 2-5 kelahiran per 1.000 kelahiran. Sedangkan insidens Hydrocephalus Akuisita tidak diketahui persis karena berbagai gangguan yang

menyebabkan itu.8,11

Prevalensi hydrocephalus pada tahun 2008 di dunia cukup tinggi, di Belanda dilaporkan terjadi kasus sekitar 6,5 per 10.000 kelahiran pertahun dan di Amerika Serikat 2 per 1.000 kelahiran pertahun.12

Pada tahun 1996 kasus hydrocephalus di Indonesia mencapai 20 kasus per 10.000 kelahiran. Sementara itu Thanman (2006), melaporkan bahwa insidens

hydrocephalus antara 2 – 40 setiap 10.000 kelahiran.2

Dari hasil survei pendahuluan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2005 -2009 diperoleh jumlah penderita hydrocephalus sebanyak 141 orang, dengan rincian tahun 2005 sebanyak 33 orang, 2006 sebanyak 36 orang, 2007 sebanyak 39 orang, tahun 2008 sebanyak 21 orang dan tahun 2009 sebanyak 12 orang.

Bardasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita hydrocephalus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2005 – 2009.


(21)

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita hydrocephalus yang dirawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2005 – 2009.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita hydrocephalus yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005 – 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kecenderungan kunjungan penderita hydrocephalus ke RSUP H.Adam Malik berdasarkan data pada tahun 2005 – 2009.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus menurut sosiodemografi: umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan keluhan utama.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan klasifikasi hydrocephalus.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan lama keluhan rata – rata.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya.


(22)

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan penatalaksanaan medis yang didapatkan penderita.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan sumber biaya.

i. Untuk mengetahui lama rawatan rata – rata penderita hydrocephalus. j. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus

berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan klasifikasi

hydrocephalus.

l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi keluhan utama berdasarkan klasifikasi hydrocephalus.

m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan sumber biaya.

n. Untuk mengetahui distribusi lama rawatan rata – rata berdasarkan sumber biaya.

o. Untuk mengetahui perbedaan proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

p. Untuk mengetahui distribusi lama rawatan rata – rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan dan memberikan informasi bagi RSUP H.Adam Malik Medan terutama pembuatan keputusan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam perawatan dan pengobatan bagi penderita hydrocephalus. 1.4.2. Menambah wawasan penulis serta menerapkan ilmu yang telah diperoleh


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hydrocephalus

Hydrocephalus adalah keadaan patologi otak yang mengakibatkan

bertambahnya Cairan Serebrospinalis (CSS) dengan tekanan intrakarnial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.

Hydrocephalus Kongenital umumnya terjadi sekunder akibat malformasi susunan

saraf pusat atau stenosis aquaduktus. Hydrocephalus biasanya timbul selama periode neonatus atau pada awal masa bayi. Harus dibedakan dengan pengumpulan cairan lokal tanpa tekanan intrakarnial yang meninggi seperti pada kista porensefali atau pelebaran ruangan CSS akibat tertimbunnya CSS yang menempati ruangan, sesudah terjadinya atrofi otak. Hydrocephalus yang tampak jelas dengan tanda – tanda klinis yang khas disebut hydrocephalus yang manifes. Sementara itu, hydrocephalus dengan ukuran kepala yang normal disebut sebagai hydrocephalus yang tersembunyi. Dikenal Hydrocephalus Kongenital dan Hydrocephalus Akuisita.13,14,15

2.2. Anatomi dan Fisiologi

Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri dari sistem ventrikel, sistem magna pada dasar otak dan ruangan subaraknoid yang meliputi seluruh susunan syaraf. CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus koroidalis kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan araknoid yang meliputi seluruh susunan syaraf pusat (SSP). Hubungan antara sistem ventrikel dan ruang subaraknoid adalah melalui foramen Magendie di median


(25)

dan foramen Luschka di sebelah lateral ventrikel IV. Aliran CSS yang normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen Monroi ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luscha dan Magendie ke dalam ruang subaranoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorpsi CSS oleh sistem kapiler.13

Secara rinci anatomi otak dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1. Anatomi Otak

2.3. Etiologi

Kasus hydrocephalus terjadi 2 per 1.000 kelahiran. Kondisi ini bisa dideteksi sejak masih dalam kandungan (Congenital Hydrocephalus) sehingga tindakan lanjut dari kondisi ini sudah bisa disiapkan sejak sebelum persalinan.16


(26)

Hydrocephalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu

tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah:

2.3.1. Kelainan bawaan

a. Stenosis aquaduktus sylvii

Adalah penyumbatan aliran CSS pada tingkat saluran air dari sylvii (antara ventrikel ketiga dan keempat di otak). Merupakan penyebab yang terbanyak pada

hydrocephalus bayi dan anak (60-90%). Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu

sama sekali atau abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hydrocephalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir. Stenosis aquaduktus juga merupakan penyebab yang sangat umum dari

hydrocephalus kongenital. Dengan kejadian hydrocephalus 5 sampai 10 per 10.000

kelahiran hidup, stenosis aquaduktus menyumbang sekitar 20% dari kasus

hydrocephalus.13,17,18

b. Spina bifida dan kranium bifida

Hydrocephalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom

Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total. Kasus hydrocephalus karena spina bifida terjadi pada 20 – 50 per 10.000 kelahiran hidup.13,19


(27)

c. Sindrom Dandy-Walker

Dandy-Walker juga merupakan penyebab penting Hydrocephalus Kongenital,

meskipun terjadi lebih jarang. Merupakan atresia kongenital foramen Luschka dan Magendie dengan akibat Hydrocephalus Obstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior. Sindrom tersebut terjadi pada sekitar 1 per 30.000 kelahiran hidup. Meskipun cacat yang hadir pada saat lahir, hydrocephalus tidak selalu hadir dalam periode neonatal. Sekitar 80% dari semua Dandy-Walker akan di diagnosis pada usia satu tahun, meskipun beberapa diagnosa mungkin tertunda hingga remaja atau dewasa.13,19

d. Kista araknoid

Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.13

e. Anomali Pembuluh Darah

Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hydrocephalus akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus transversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.13

2.3.2. Infeksi16,18

Infeksi pada selaput meningen dapat menimbulkan perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruang subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulenta di aquaduktus silvii sisterna basalis.


(28)

Selain itu, ibu hamil sering menderita beberapa infeksi, infeksi ini dapat berpengaruh pada perkembangan normal otak bayi. Seperti:

a. CMV (Cytomegalovirus)

Merupakan virus yang menginfeksi lebih dari 50% orang dewasa Amerika pada saat mereka berusia 40 tahun. Juga dikenal sebagai virus yang paling sering ditularkan ke anak sebelum kelahiran. Virus ini bertanggung jawab untuk

b. Campak Jerman (rubella)

Merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubella. Virus ditularkan dari orang ke orang melalui udara yang ditularkan ketika orang terinfeksi batuk atau bersin, virus juga dapat ditemukan dalam air seni, kotoran dan pada kulit. Ciri gejala dari beberapa rubella merupakan suhu tubuh tinggi dan ruam merah muda.

c. Mumps

Merupakan sebuah virus (jangka pendek) infeksi akut di mana kelenjar ludah, terutama kelenjar parotis (yang terbesar dari tiga kelenjar ludah utama) membengkak.

d. Sifilis

Merupakan PMS (Penyakit Menular Seksual) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.

e. Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit bersel-tunggal yaitu Toxoplasma gondii.


(29)

2.3.3. Neoplasma

Hydrocephalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat

aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak mungkin dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.13

2.3.4. Perdarahan

Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.10

Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrocephalus juga bisa terjadi pada dewasa. Hanya saja, pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas, sehingga lebih mudah dideteksi dan didiagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun-ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak. Terlihat pembesaran diameter kepala yang makin lama makin membesar seiring bertambahnya tumpukan CSS. Sedangkan pada orang dewasa, tulang tengkorak tidak lagi mampu melebar. Akibatnya berapapun banyaknya CSS yang tertumpuk, tidak akan mampu menambah besar diameter kepala.16


(30)

2.4. Epidemiologi

2.4.4. Distribusi dan Frekuensi a. Orang

Hydrocephalus internus atau penumpukan cairan serebrospinalis yang

berlebihan dalam ventrikel otak dengan akibat pembesaran kranium, terjadi pada satu diantara 2.000 janin dan merupakan 12% diantara malformasi berat yang ditemukan pada waktu lahir. Cacat yang sering terjadi bersamaan adalah spina bifida yang ditemukan pada sepertiga kasus. Seringkali lingkaran kepala melampaui 50 cm, dan terkadang mencapai 80 cm. Volume cairan biasanya antara 500 dan 1500 ml, tetapi dapat mencapai 5 liter. Presentasi sungsang ditemukan pada sepertiga kasus. Apapun presentasinya, biasanya akan terjadi disproporsi sephalopelvik, dan biasanya mengakibatkan distosia yang berat.20

Pada umumnya, kejadian hydrocephalus sama pada laki-laki dan perempuan. Insiden hydrocephalus menyajikan kurva usia bimodal. Satu puncak terjadi pada masa bayi dan terkait dengan berbagai bentuk cacat bawaan. Dipuncak lain terjadi di masa dewasa yaitu mewakili sekitar 40% dari total kasus hydrocephalus.10

Dalam sebuah penelitian (1968 - 1976) yang berbasis rumah sakit di Amerika Serikat dengan total 174.000 kelahiran, peneliti menemukan kejadian hydrocephalus bawaan sebesar 6,6 kasus per 10.000 kelahiran. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam insiden antara kulit putih dan kulit hitam.21


(31)

b. Tempat dan Waktu

Hydrocephalus dapat mempengaruhi kesehatan baik pasien anak dan dewasa.

Menurut situs NIH pada tahun 2008, diperkirakan 700.000 anak-anak dan orang dewasa yang hidup dengan hydrocephalus. Hydrocephalus Pediatric mempengaruhi satu di setiap 500 kelahiran hidup, membuatnya menjadi salah satu yang paling umum penyebab utama operasi otak untuk anak-anak di Amerika Serikat. Ada lebih dari 180 penyebab yang berbeda kondisi tersebut, salah satu etiologi diperoleh paling umum adalah perdarahan otak yang berhubungan dengan kelahiran prematur.

Hydrocephalus dapat terdeteksi selama pemeriksaan USG.22

Raveley (1973) dan Cit Yasa (1983) di Inggris melaporkan bahwa insidensi

Hydrocephalus Kongenital sebesar 5-10,8 pada setiap 10.000 kelahiran dan

11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Menurut Harsoso (1996),

Hydrocephalus Infantil ditemukan 46% diantaranya adalah akibat abnormalitas

perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior.23

Insiden Hydrocephalus Kongenital bervariasi pada populasi berbeda, terutama

hydrocephalus dengan meningomielokel, pada tahun 1992 yaitu antara 4 per 1.000

kelahiran di beberapa bagian Wales dan Irlandia Utara dan sekitar 2 per 10.000 kelahiran di Jepang. Insidens bentuk hydrocephalus lainnya sekitar 1 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan di Indonesia mencapai 10 per 1.000 kelahiran.9


(32)

2.4.5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi18,24

Berikut ini adalah hal – hal yang mempengaruhi terjadinya hydrocephalus: a. Lahir prematur, bayi yang lahir prematur memiliki risiko yang lebih

tinggi perdarahan intraventricular (perdarahan dalam ventrikel otak), yang dapat menyebabkan hydrocephalus.

b. Masalah selama kehamilan infeksi pada rahim selama kehamilan dapat meningkatkan risiko hydrocephalus pada bayi berkembang. Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain, penyebab infeksi adalah toksoplasmosis.

c. Masalah dengan perkembangan janin seperti penutupan yang tidak lengkap dari kolom tulang belakang. Beberapa cacat bawaan mungkin tidak terdeteksi saat lahir, tetapi peningkatan risiko hydrocephalus akan tampak saat usia bayi lebih tua (masih masa anak - anak).

d. Lesi dan tumor sumsum tulang belakang atau otak. Pada anak yang menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.

Hydrocephalus Infantil, 4% adalah karena tumor fossa fosterior.

e. Infeksi pada sistem saraf.

f. Perdarahan di otak. Hydrocephalus Infantil, 50% adalah karena perdarahan dan meningitis.


(33)

2.5. Klasifikasi Hydrocephalus

Terdapat berbagai macam klasifikasi hydrocephalus yang bergantung pada faktor yang terkait. Klasifikasi hydrocephalus berdasarkan :

2.5.1. Gambaran Klinis

a. Hydrocephalus yang manifes (overt hydrocephalus) merupakan hydrocephalus yang tampak jelas dengan tanda – tanda klinis yang khas.

b. Hydrocephalus yang tersembunyi (occult hydrocephalus) merupakan hydrocephalus dengan ukuran kepala yang normal.8

2.5.2. Waktu pembentukan

a. Hydrocephalus Kongenital merupakan hydrocephalus yang terjadi pada

neonatus atau yang berkembang selama intrauterine.

b. Hydrocephalus Infantil merupakan hydrocephalus yang terjadi karena

cedera kepala selama proses kelahiran.

c. Hydrocephalus Akuisita merupakan hydrocephalus yang terjadi selama

masa neonatus atau disebabkan oleh faktor – faktor lain setelah masa neonatus.2

2.5.3. Proses terbentuknya

a. Hydrocephalus Akut adalah hydrocephalus yang terjadi secara mendadak

sebagai akibat obstruksi atau gangguan absorbsi CSS.

b. Hydrocephalus Kronik adalah hydrocephalus yang terjadi setelah aliran

serebrospinal mengalami obstruksi beberapa minggu atau bulan atau tahun.


(34)

c. Hydrocephalus Subakut adalah hydrocephalus yang terjadi diantara

waktu hydrocephalus akut dan kronik.2 2.5.4. Sirkulasi cairan serebrospinal

a. Hydrocephalus Komunikans adalah hydrocephalus yang memperlihatkan

adanya hubungan antara CSS system ventrikulus dan CSS dari ruang subaraknoid.

b. Hydrocephalus non - Komunikans berarti terdapat hambatan sirkulasi

cairan serebrospinal dalam sistem ventrikel sendiri.8,20

2.6. Gambaran Klinis8

Gambaran klinik hydrocephalus dipengaruhi oleh umur penderita, penyebab, dan lokasi obstruksi. Gejala – gejala yang menonjol merupakan refleksi hipertensi intrakranial. Rincian gambaran klinik adalah sebagai berikut:

2.6.1. Neonatus

Gejala hydrocephalus yang paling umum dijumpai pada neonatus adalah iritabilitas. Sering kali anak tidak mau makan dan minum, kadang – kadang kesadaran menurun ke arah letargi. Anak kadang – kadang muntah, jarang yang bersifat proyektil. Pada masa neonatus ini gejala – gejala lainnya belum tampak, sehingga apabila dijumpai gejala – gejala seperti tersebut di atas, perlu dicurigai adanya kemungkinan hydrocephalus. Dengan demikian dapat dilakukan pemantauan secara teratur dan sistematik.

Pada anak di bawah 6 tahun, termasuk neonatus, akan tampak pembesaran kepala karena sutura belum menutup secara sempurna. Pembesaran kepala ini harus


(35)

dipantau dari waktu ke waktu, dengan mengukur lingkar kepala. Fontanela anterior tampak menonjol, pada palpasi terasa tegang dan padat. Pemeriksaan fontanela ini harus dalam situasi yang santai, tenang, dan penderita dalam posisi berdiri atau duduk tegak. Tidak ditemukannya fontanela yang menonjol bukan berarti bahwa tidak ada

hydrocephalus. Pada umur 1 tahun, fontanela anterior sudah menutup atau oleh

karena rongga tengkorak yang melebar maka tekanan intrakranial secara relatif akan mengalami dekompresi.

Vena – vena di kulit kepala dapat sangat menonjol, terutama apabila bayi menangis. Peningkatan tekanan intrakranial akan mendesak darah vena dari alur normal di basis otak menuju ke sistem kolateral dan saluran – saluran yang tidak mempunyai klep. Mata penderita hydrocephalus memperlihatkan gambaran yang khas, yang disebut sebagai setting-sun sign, skera yang berwarna putih akan tampak di atas iris. Paralisis nervus abdusens, yang sebenarnya tidak menunjukkan lokasi lesi, sering dijumpai pada anak yang berumur lebih tua dan pada dewasa. Kadang – kadang terlihat adanya nistagmus dan strabismus. Pada hydrocephalus yang sudah lanjut dapat terjadi edema papil atau atrofi papil. Tidak adanya pulsasi vena retina merupakan tanda awal hipertensi intrakranial yang khas.

2.6.2. Dewasa

Gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri kepala. Sementara itu, gangguan visus, gangguan motorik/berjalan, dan kejang terjadi pada 1/3 kasus

hydrocephalus pada usia dewasa. Pemeriksaan neurologik pada umumnya tidak

menunjukkan kelainan, kecuali adanya edema papil dan/atau paralisis nervus abdusens.


(36)

Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Hydrocephalus

Gambar 2.2. Hydrocephalus

2.7. Pencegahan

2.7.1. Pencegahan Primer18,25

Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan patologis, dilakukan pada tahap suseptibel dan induksi penyakit, dengan tujuan mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit. Pada kasus hydrocephalus pencegahan dapat dilakukan dengan:

a. Pada kehamilan perawatan prenatal yang teratur secara signifikan dapat mengurangi risiko memiliki bayi prematur, yang mengurangi risiko bayi mengalami hydrocephalus.


(37)

b. Untuk penyakit infeksi, setiap individu hendaknya memiliki semua vaksinasi dan melakukan pengulangan vaksinasi yang direkomendasikan. c. Meningitis merupakan salah satu penyebab terjadinya hydrocephalus.

Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya vaksin meningitis bagi orang – orang yang berisiko menderita meningitis. Vaksinasi dianjurkan untuk individu yang berpergian ke luar negeri, orang dengan gangguan sistem imun dan pasien yang menderita gangguan limpa.

d. Mencegah cedera kepala. 2.7.2. Pencegahan Sekunder a. Diagnosis

Hydrocephalus merupakan salah satu dari kelainan kongenital. Untuk

mewaspadai adanya kelainan kongenital maka diperlukan pemeriksaan fisik, radiologik, dan laboratorium untuk menegakkan diagnosa kelainan kongenital setelah bayi lahir. Disamping itu, dengan kemajuan teknologi kedokteran suatu kelainan kongenital kemungkinan telah diketahui selama kehidupan janin seperti adanya diagnosa prenatal atau antenatal.2

Pada hydrocephalus, diagnosa biasanya mudah dibuat secara klinis. Pada anak yang lebih besar kemungkinan hydrocephalus diduga bila terdapat gejala dan tanda tekanan intrakranial yang meninggi. Tindakan yang dapat membantu dalam menegakkan diagnosis ialah transluminasi kepala, ultrasonogafi kepala bila ubun-ubun besar belum menutup, foto Rontgen kepala dan tomografi komputer (CT Scan). Pemeriksaan untuk menentukan lokalisasi penyumbatan ialah dengan menyuntikkan


(38)

zat warna PSP ke dalam ventrikel lateralis dan menampung pengeluarannya dari fungsi lumbal untuk mengetahui penyumbatan ruang subaraknoid. Sebelum melakukan uji PSP ventrikel ini, dilakukan dahulu uji PSP ginjal untuk menentukan fungsi ginjal. Ventrikulografi dapat dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan. Namun dengan adanya pemeriksaan CT Scan kepala, uji PSP ini tidak dikerjakan lagi.2

b. Pengobatan

Penanganan hydrocephalus telah semakin baik dalam tahun-tahun terakhir ini, tetapi terus menghadapi banyak persoalan. Idealnya bertujuan memulihkan keseimbangan antara produksi dan resorpsi CSF. Beberapa cara dalam pengobatan

hydrocephalus yaitu:

1. Terapi Medikamentosa

Hydrocephalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada

umumnya tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25-50 mg/kg BB. Asetazolamid dalam dosis 40-75 mg/kg 24 jam mengurangi sekitar sepertiga produksi CSF, dan terkadang efektif pada

hydrocephalus ringan yang berkembang lambat. Pada keadaan akut dapat

diberikan manitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan, meskipun hasilnya kurang memuaskan.8

2. Operasi

Operasi berupa upaya menghubungkan ventrikulus otak dengan rongga peritoneal, yang disebut ventriculo-peritoneal shunt. Tindakan ini pada umumnya ditujukan untuk hydrocephalus non-komunikans dan hydrocephalus


(39)

yang progresif. Setiap tindakan pemirauan (shunting) memerlukan pemantauan yang berkesinambungan oleh dokter spesialis bedah saraf.8

Pada Hydrocephalus Obstruktif, tempat obstruksi terkadang dapat dipintas (bypass). Pada operasi Torkildsen dibuat pintas stenosis akuaduktus menggunakan tabung plastik yang menghubungkan tabung plastik yang menghubungkan 1 ventrikel lateralis dengan sistem magna dan ruang subaraknoid medula spinalis; operasi tidak berhasil pada bayi karena ruangan-ruangan ini belum berkembang dengan baik.6

2.7.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan progresi penyakit ke arah berbagai akibat penyakit yang lebih buruk, dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien. Pada penderita hydrocephalus pencegahan tersier yang dapat dilakukan yaitu dengan pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. Tindakan ini dilakukan pada periode pasca operasi. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi shunt seperti infeksi, kegagalan mekanis, dan kegagalan fungsional yang disebabkan oleh jumlah aliran yang tidak adekuat.25

Infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian. Kegagalan mekanis mencakup komplikasi-komplikasi seperti: oklusi aliran di dalam shunt (proksimal, katup atau bagian distal), diskoneksi atau putusnya shunt, migrasi dari tempat semula, tempat pemasangan yang tidak tepat. Kegagalan fungsional dapat berupa drainase yang berlebihan atau malah kurang lancarnya drainase. Drainase yang terlalu banyak dapat menimbulkan


(40)

komplikasi lanjut seperti terjadinya efusi subdural, kraniosinostosis, lokulasi ventrikel, hipotensi ortostatik.15


(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Hydrocephalus 1. Kecendrungan (Trend)

2. Sosiodemografi (Umur, Jenis Kelamin, Suku, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Status Perkawinan)

3. Keluhan Utama

4. Klasifikasi Hydrocephalus 5. Lama Keluhan Rata – Rata 6. Riwayat Penyakit Sebelumnya 7. Penatalaksanaan Medis

8. Sumber Biaya

9. Lama Rawatan Rata – Rata 10.Keadaan Sewaktu Pulang

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita hydrocephalus adalah penderita yang dinyatakan menderita

hydrocephalus berdasarkan diagnosa dokter yang tercatat di rekam medik.

3.2.2. Jumlah menurut rincian tahun adalah jumlah penderita hydrocephalus tiap tahunnya (2005 - 2009)

3.2.3. Sosiodemografi dibedakan atas:

a. Umur adalah usia penderita hydrocephalus seperti yang tercatat di kartu status yang ada di rekam medik yang dikategorikan dengan menggunakan rumus Sturges.


(42)

Untuk analisa statistik, umur dikategorikan atas: 1. ≤ 14 tahun

2. > 14 tahun

b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita hydrocephalus seperti yang tercatat di kartu status yang ada di rekam medik yaitu:

1. Laki – laki 2. Perempuan

c. Suku adalah suku/etnis penderita hydrocephalus seperti yang tercatat di kartu status yang ada di rekam medik yaitu:

1. Batak 2. Jawa 3. Nias 4. Minang 5. Melayu 6. Aceh

7. Dan lain – lain

d. Agama adalah keyakinan atau kepercayaan yang dianut oleh penderita

hydrocephalus seperti yang tercatat di kartu status yang ada di rekam

medik yaitu: 1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Budha


(43)

e. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir penderita

hydrocephalus seperti yang tercatat di kartu status yang ada di rekam

medik yaitu:

1. Belum Sekolah/Tidak tamat SD 2. SD/Sederajat

3. SLTP/Sederajat 4. SLTA/Sederajat 5. Akademi/PT

f. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita hydrocephalus untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga ataupun tidak seperti yang tercatat dalam kartu status yang ada di rekam medik, yaitu:

1. PNS/TNI/POLRI

2. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 3. Wiraswasta

4. Pegawai Swasta 5. Pelajar

6. IRT 7. Petani

8. Belum Bekerja 9. Dan lain-lain

g. Status perkawinan adalah riwayat perkawinan penderita hydrocephalus seperti yang tercatat pada kartu status yang ada di rekam medik yaitu: 1. Kawin

2. Belum Kawin

3.2.3. Keluhan utama adalah keluhan utama yang dirasakan penderita hydrocephalus pada saat datang berobat ke rumah sakit yang dikategorikan atas:

1. Pembesaran kepala 2. Penglihatan kabur 3. Kejang


(44)

3.2.4. Klasifikasi hydrocephalus adalah jenis hydrocephalus yang ditemukan seperti yang tercatat di kartu status yang ada di rekam medik yang dilihat dari hasil CT Scan yaitu:

Berdasarkan sirkulasi cairan serebrospinalis: 1. Hydrocephalus Komunikans

2. Hydrocephalus non - Komunikans

3.2.5. Lama keluhan rata – rata lamanya penderita hydrocephalus merasakan keluhan sebelum penderita datang berobat ke rumah sakit dihitung rata – ratanya seperti yang tercatat di kartu status yang ada di rekam medik.

3.2.6. Riwayat penyakit sebelumnya adalah penyakit yang pernah diderita oleh penderita hydrocephalus sebelum terdiagnosa menderita hydrocephalus seperti yang tercatat di kartu status yang ada di rekam medik yaitu:

1. Kelainan bawaan 2. Penyakit infeksi 3. Neoplasma 4. Perdarahan

3.2.7. Penatalaksanaan medis yang didapatkan penderita hydrocephalus adalah usaha yang dilakukan terhadap penderita sehubungan dengan tindakan penyembuhan seperti yang tercatat pada kartu status yang ada di rekam medik yaitu:

1. Obat – obatan 2. Operasi

3. Operasi + Obat-obatan

Untuk analisa statistik, penatalaksanaan medis dikategorikan atas : 1. Obat


(45)

3.2.8. Sumber biaya adalah jenis sumber biaya yang digunakan oleh penderita

hydrocephalus selama dirawat di rumah sakit sesuai dengan yang tercatat

pada kartu status, yang dikategorikan atas: 1. Biaya Sendiri

2. Asuransi Kesehatan (ASKES)

3. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Untuk analisa statistik, sumber biaya dikategorikan atas: 1. Biaya sendiri

2. Bukan biaya sendiri

3.2.8. Lama rawatan rata – rata adalah rata – rata lamanya penderita hydrocephalus menjalani perawatan di rumah sakit dihitung dari tanggal mulai dirawat sampai keluar seperti yang tercatat pada kartu status yang ada di rekam medik. 3.2.9. Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita hydrocephalus pada waktu pulang seperti yang tercatat pada kartu status yang ada di rekam medik yaitu: 1. Pulang berobat jalan (PBJ)

2. Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) 3. Meninggal Dunia


(46)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan menggunakan desain

case series.

4.2.. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H.Adam Malik Medan dengan pertimbangan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit pusat rujukan, berbagai lapisan masyarakat datang untuk berobat ke rumah sakit ini serta memiliki data yang dibutuhkan dalam penelitian.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan sejak bulan Agustus sampai Maret 2010.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi.

Populasi penelitian ini adalah semua data penderita hydrocephalus rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2005 – 2009. Jumlah populasi sebesar 141 orang.


(47)

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah data penderita hydrocephalus rawat inap di RSUP H. Adam Malik tahun 2005 – 2009, besar sampel adalah sama dengan populasi (Total Sampling) yaitu 141 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita hydrocephalus yang bersumber dari Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2005 – 2009. Kartu status dengan kasus

hydrocephalus yang dipilih sebagai sampel dikumpulkan kemudian dilakukan

pencatatan tabulasi sesuai dengan variabel yang akan teliti.

4.5. Teknik Pengumpulan dan Analisa Data

Pengolahan data dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product

and Service Solution). Data dianalisa dengan menggunakan uji Chi-Square, t-test, Anova atau uji Kruskal Wallis. Data disajikan dalam bentuk narasi, distribusi

proporsi, diagram pie dan bar, serta grafik garis. 4.5.1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.


(48)

4.5.2. Analisis Bivariat

Uji Chi-Square dilakukan untuk mengetahui perbedaan variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Dari hasil uji statistik akan diketahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara variabel yang diteliti dengan melihat nilai p. Bila dari hasil uji statistik nilai p<0,05 berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua variabel. Uji t-test digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok variabel kategorik dan variabel non kategorik, uji Anova digunakan untuk membandingkan antara tiga atau lebih kelompok variabel kategorik dan non kategorik, uji Kruskal Wallis merupakan alternatif untuk uji Anova, ketika asumsi normalitas atau kesamaan varians tidak terpenuhi maka dilakukan uji Kruskal Wallis.


(49)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum RSUP H. Adam Malik Medan

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan Rumah Sakit Kelas A dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No.501/Menkes/SK/IX/1991. RSUP H.Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan untuk Wilayah Pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.

RSUP H.Adam Malik Medan mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan Rawat Jalan sedangkan untuk Pelayanan Rawat Inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992. Pada tanggal 11 Januari 1993 secara resmi Pusat Pendidikan Kedokteran USU Medan dipindahkan ke RSUP H.Adam Malik Medan sebagai tanda dimulainya Soft Opening. Kemudian diresmikan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 21 Juli 1993.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.280/KMK.05/2007 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dengan No.756/Menkes/SK/VI/2007 tepatnya pada Juni 2007 RSUP H. Adam Malik telah berubah status menjadi Badan Layanan Umum (BLU) bertahap dengan tetap mengikuti pengarahan-pengarahan yang diberikan oleh DitJen YanMed dan Departemen Keuangan untuk perubahan status menjadi Badan Layanan Umum (BLU) penuh. Untuk mewujudkan hal ini perlu pemberdayaan dan kemandirian Instalasi SMF (Satuan Medis Fungsional) sehingga produktif dan efisien. RSUP H. Adam Malik sebagai salah satu unit organik Departemen Kesehatan RI yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada


(50)

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik wajib melaksanakan Sistem Laporan Rumah Sakit.

Visi

Menjadi Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan Pendidikan dan Penelitian Yang Mandiri dan Unggul di Sumatera pada Tahun 2015.

Misi

- Melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna bermutu dan terjangkau

- Melaksanakan pendidikan, pelatihan serta penelitian kesehatan yang profesional

- Melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel dan mandiri

RSUP H. Adam Malik dibangun di atas tanah seluas ± 10 Ha dan berlokasi di Jl. Bunga Lau No.17 Km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Propinsi Sumatera Utara. Untuk Instalasi Rawat Jalan terdiri dari lantai I (Poli Obstetri dan Gynekologi, Poli Gigi, Poli Jiwa, Poli Umum (Jamkesmas). Lantai II (Poli Anak, Poli Kardiologi, Poli Paru, Poli Syaraf). Lantai III (Poli Penyakit Dalam, Poli Bedah, Poli Bedah Syaraf). Lantai IV (Poli Mata, Poli THT, Poli Kulit dan Kelamin). Untuk Instalasi Rawat Inap dibagi menjadi 2 yaitu Instalasi Rawat Inap A dan Instalasi Rawat Inap B. Untuk Central Medical Unit terdiri dari Lantai I (Instalasi Radiologi, Instalasi CSSD dan Instalasi Hemodialisa). Lantai II (Instalasi Diagnostik Terpadu, Instalasi Patologi Klinik, Instalasi Patologi Anatomi dan Instalasi Mikrobiologi). Lantai III (Instalasi Bedah Pusat dan Instalasi Perawatan Intensif), Instalasi Gawat Darurat, Farmasi,


(51)

Dapur dan Laundry, Instalasi Kedokteran Kehakiman/Pemulasaran Jenazah, Pusat Administrasi (Lantai I, II, dan III), M&E Utility, Work Shop, ITS dan IBM, Asrama Perawat (lantai I dan II), Gedung Instalasi Rehabilitasi Medik, Gudang Barang, Gedung Rawatan Khusus dan untuk Kasus Flu Burung dan Flu Babi.

Sarana dan prasarana seperti air bersumber dari PAM dengan kapasitas 20L/detik ditambah Deep Well dengan kapasitas 5L/detik, listrik berasal dari PLN dengan kapasitas 1.730 KWH generator 1.000 KVA dan UPS dengan kapasitas 60 KVA. Taman seluas 6.000 m², parkir seluas 9.716 m². Pembuangan Limbah Cair dan Padat telah dibangun Sewage Treatment bantuan dari Negara Korea seluas 800 m² dan Incenerator. Alat-alat lain seperti telekomunikasi (PABX dan Audiosystem) dan Instalasi Gas Medis.

Untuk ketenagaan jumlah seluruhnya 2.038 orang dengan Pejabat Struktural 38 orang, Kepala Instalasi 25 orang, Kepala SMF 20 orang, Medis 790 orang, Paramedis Perawatan 604 orang, Paramedis Non Perawatan 298 orang, Non Medis 263 orang, Dokter Ahli/Spesialis (Fungsional) 257 orang. Untuk spesialis Syaraf berjumlah 9 orang dan untuk Spesialis Bedah Syaraf berjumlah 5 orang.


(52)

5.2. Proporsi Penderita Hydrocephalus Berdasarkan Tahun

Proporsi penderita hydrocephalus rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009 Berdasarkan Rincian Tahun

No Tahun f %

1 2005 33 23,4

2 2006 36 25,5

3 2007 39 27,7

4 2008 21 14,9

5 2009 12 8,5

Total 141 100,0

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi penderita hydrocephalus menurut waktu tertinggi pada tahun 2007 dengan proporsi 27,7% dan terendah pada tahun 2009 dengan proporsi 8,5%.

Dari tahun 2005 – 2009 kecenderungan frekuensi penderita hydrocephalus yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan mengalami penurunan dengan persamaan garis y = -5,7x + 45,3. Frekuensi penderita hydrocephalus dari tahun 2005–2009 mengalami penurunan sebanyak 39-12 = 27 kasus dengan simpel rasio

penurunan

12 39

= 3,25 kali dan persentase penurunan sebesar

39 12 39−

x 100%=69%.

5.3. Sosiodemografi Penderita Hydrocephalus

Proporsi penderita hydrocephalus rawat inap berdasarkan sosiodemografi di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2005 - 2009 dapat dilihat pada tabel 5.2 dan 5.3.


(53)

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009

No.

Umur

Jenis Kelamin Jumlah

Laki – Laki Perempuan

f % f % f %

1. 0-6 52 36,9 46 32,6 98 69,5

2. 7-13 8 5,8 8 5,8 16 11,6

3. 14-20 3 2,1 2 1,4 5 3,5

4. 21-27 4 2,8 2 1,4 6 4,2

5. 28-34 1 0,7 2 1,4 3 2,1

6. 35-41 4 2,8 2 1,4 6 4,2

7. 42-48 1 0,7 1 0,7 2 1,4

8. 49-55 2 1,4 3 2,1 5 3,5

Total 75 53,2 66 46,8 141 100,0

Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa proporsi penderita hydrocphalus berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok umur 0-6 tahun 69,5% dengan proporsi laki – laki 36,9% dan perempuan 32,6%, dan terendah pada kelompok umur 42-48 tahun 1,4% dengan proporsi laki – laki 0,7% dan perempuan 0,7%. Berdasarkan jenis kelamin laki – laki 53,2% dan perempuan 46,8% dengan sex ratio 1,14.

Karakteristik penderita hydrocephalus dengan umur termuda pada penelitian ini adalah berumur 5 hari berjumlah 1 orang, jenis kelamin perempuan, keluhan utama pembesaran kepala, klasifikasi Hydrocephalus non-Komunikans, riwayat penyakit sebelumnya adalah penyakit infeksi (meningitis atau toksoplasmosis), penatalaksanaan medis hanya pemberian obat – obatan saja dan pulang atas permintaan sendiri. Karakteristik penderita hydrocephalus dengan umur tertua pada penelitian ini adalah berumur 55 tahun berjumlah 2 orang. Kedua-duanya adalah laki – laki, dengan keluhan utama penglihatan kabur, klasifikasi Hydrocephalus


(54)

Komunikans, riwayat penyakit sebelumnya adalah infeksi, penatalaksanaan medis

yang didapat operasi serta obat – obatan dan pulang berobat jalan.

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009

No. Sosiodemografi f %

1. Suku Jawa Batak Aceh

Tidak tercatat Dan lain – lain Melayu Minang 46 44 26 10 7 6 2 32,6 31,2 18,4 7,1 5,0 4,3 1,4

Total 141 100,0

2. Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katolik 109 31 1 77,3 22,0 0,7

Total 141 100,0

3. Pendidikan

Belum Sekolah/Tidak Tamat SD SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Akademi/Perguruan Tinggi 105 15 10 8 3 74,5 10,6 7,1 5,7 2,1

Total 141 100,0

4. Pekerjaan

Belum Bekerja Pelajar

IRT

Wiraswasta PNS/TNI/POLRI Dan lain – lain Petani 100 20 7 6 4 3 1 70,9 14,2 5,0 4,3 2,8 2,1 0,7

Total 141 100,0

5. Status Perkawinan Kawin Belum Kawin 19 122 13,5 86,5


(55)

6. Sumber Biaya Biaya Sendiri ASKES

JAMKESMAS

14 12 115

9,9 8,5 81,6

Total 141 100,0

Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan suku tertinggi adalah suku Jawa 32,6% dan terendah adalah Minang 1,4% serta terdapat 7,1% yang tidak tercatat pada kartu status dan tidak ditemukan pebderita hydrocephalus dengan suku Nias. Proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan agama tertinggi adalah Islam 77,3% dan terendah adalah Kristen Katolik 0,7% dan tidak ditemukan penderita hydrocephalus yang beragama Hindu dan Budha.

Proporsi Penderita hydrocephalus berdasarkan pendidikan tertinggi adalah Belum Sekolah/Tidak Tamat 74,5% dan terendah adalah Akademi/Perguruan Tinggi 2,1%. Proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan pekerjaan tertinggi adalah belum bekerja 70,9% dan terendah adalah dan lain – lain 2,1%.

Proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan status perkawinan tertinggi adalah berstatus belum kawin 86,5% dan kawin sebesar 13,5%. Proporsi penderita

hydrocephalus berdasarkan sumber biaya tertinggi adalah JAMKESMAS 81,6% dan


(56)

5.4. Keluhan Utama Penderita Hydrocephalus

Proporsi penderita hydrocephalus rawat inap berdasarkan keluhan utama di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2005 - 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Rawat Inap

Berdasarkan Keluhan Utama di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009

No. Keluhan Utama n=141 f %

1. Pembesaran Kepala 91 64,5

2. Kejang 32 22,7

3. Penglihatan Kabur 16 11,3

4. Tidak tercatat 2 1,4

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan keluhan utama tertinggi adalah pembesaran kepala 64,5% dan terendah adalah penglihatan kabur 11,3% serta terdapat 1,4% yang tidak tercatat pada kartu status dan tidak ditemukan penderita hydrocephalus dengan keluhan sulit berjalan.

5.5. Klasifikasi Penderita Hydrocephalus

Proporsi penderita hydrocephalus rawat inap berdasarkan klasifikasi

hydrocephalus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2005 - 2009 dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi Hydrocephalus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009

No. Klasifikasi Hydrocephalus f %

1. Tercatat 117 82,9

2. Tidak Tercatat 24 17,1


(57)

No. Klasifikasi Hydrocephalus f %

1. Komunikans 53 45,3

2. Non – Komunikans 64 54,7

Total 117 100,0

Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan klasifikasi hydrocephalus tertinggi adalah Hydrocephalus

non-Komunikans 54,7% dan Hydrocephalus non-Komunikans 45,3%.

5.6. Lama Keluhan Rata – rata Penderita Hydrocephalus

Lama keluhan rata – rata penderita hydrocephalus tidak dapat dilihat karena tidak tersedianya data pada kartu status.

5.7. Riwayat Penyakit Sebelumnya Penderita Hydrocephalus

Proporsi penderita hydrocephalus rawat inap berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2005 - 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Hydrocephalus Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009

No. Riwayat Penyakit Sebelumnya f %

1. Kelainan Kongenital 61 43,3

2. Infeksi 55 39,0

3. Neoplasma 15 10,6

4. Tidak tercatat 6 4,3

5. Perdarahan 4 2,8

Total 141 100,0

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya tertinggi adalah kelainan kongenital 43,3%


(58)

dan terendah adalah perdarahan 2,8% serta terdapat 4,3% yang tidak tercatat pada kartu status.

Karakteristik penderita hydrocephalus yang mengalami perdarahan pada penelitian ini adalah berjumlah 4 orang yaitu 1 orang penderita berusia 34 tahun dengan jenis kelamin perempuan, keluhan utama penglihatan kabur, klasifikasi

hydrocephalus komunikans, penatalaksanaan medis yang didapat operasi dan sumber

biaya adalah bukan biaya sendiri (Jamkesmas). 1 orang penderita berusia 11 tahun dengan jenis kelamin perempuan, keluhan utama pembesaran kepala, klasifikasi

hydrocephalus non komunikans, penatalaksanaan medis yang didapat operasi serta

obat – obatan dan sumber biaya adalah adalah bukan biaya sendiri (Jamkesmas). 1 orang penderita berusia 25 tahun dengan jenis kelamin laki – laki, keluhan utama penglihatan kabur, klasifikasi hydrocephalus non komunikans, penatalaksanaan medis yang didapat operasi serta obat – obatan dan sumber biaya yang didapat adalah bukan biaya sendiri (Jamkesmas). 1 orang penderita berusia 26 tahun dengan jenis kelamin laki – laki, keluhan utama pembesaran kepala, klasifikasi hydrocephalus komunikans, penatalaksanaan medis yang didapat operasi serta obat – obatan dan sumber biaya adalah bukan biaya sendiri (Jamkesmas).

5.8. Penatalaksanaan Medis Penderita Hydrocephalus

Proporsi penderita hydrocephalus rawat inap berdasarkan penatalaksanaan medis yang didapatkan penderita di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2005 – 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(1)

Lama Rawatan Rata - rata

Riwayat penyakit sebelumnya

61 43.3 45.2 45.2

55 39.0 40.7 85.9

15 10.6 11.1 97.0

4 2.8 3.0 100.0

135 95.7 100.0

6 4.3

141 100.0

Kelainan Bawaan Penyakit Infeksi Neoplasma Perdarahan Total Valid

System Missing

Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Penatalaksanaan medis yang didapat penderita

85 60.3 60.3 60.3

12 8.5 8.5 68.8

44 31.2 31.2 100.0

141 100.0 100.0

Obat - obatan Operasi

operasi + obat - obatan Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Descriptives

13.77 .761

12.26 15.27 12.96 11.00 81.752 9.042 2 60 58 8.00

1.941 .204

5.911 .406

Mean

Lower Bound Upper Bound 95% Confidence

Interval for Mean

5% Trimmed Mean Median

Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range

Interquartile Range Skewness

Kurtosis LRRR


(2)

Klasifikasi * Umurkk Crosstabulation

UMURKK

Total

≤ 14 tahun >14 tahun

KLSIFKSI Hydrocephalus

Komunikans

Count 46 7 53

Expected Count 42.6 10.4 53.0

% within

KLSIFKSI 86.8% 13.4% 100.0%

% within

UMURKK 48.9% 30.4% 45.3%

% of Total 39.3% 6.0% 45.3%

Hydrocephalus non -

Komunikans

Count 48 16 64

Expected Count 51.4 12.6 64.0

% within

KLSIFKSI 75.0% 25.0% 100.0%

% within

UMURKK 51.1% 69.6% 54.7%

% of Total 41.0% 13.7% 54.7%

Total Count 94 23 117

Expected Count 94.0 23.0 117.0

% within

KLSIFKSI 80.3% 19.7% 100.0%

% within

UMURKK 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 80.3% 19.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.553(b) 1 .110

Continuity

Correction(a) 1.861 1 .173

Likelihood Ratio 2.624 1 .105

Fisher's Exact Test .160 .085

Linear-by-Linear

Association 2.531 1 .112

N of Valid Cases 117

Keadaan sewaktu pulang penderita

108 76.6 76.6 76.6

28 19.9 19.9 96.5

5 3.5 3.5 100.0

141 100.0 100.0

Pulang berobat jalan (PBJ)

Pulang atas permintaan sendiri (PAPS)

Meninggal Dunia Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

a Computed only for a 2x2 table

b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.42.

KLSIFKSI * KELUHNK Crosstabulation

45 3 5 53

38.5 5.4 9.1 53.0

84.9% 5.7% 9.4% 100.0%

52.9% 25.0% 25.0% 45.3%

38.5% 2.6% 4.3% 45.3%

40 9 15 64

46.5 6.6 10.9 64.0

62.5% 14.1% 23.4% 100.0%

47.1% 75.0% 75.0% 54.7%

34.2% 7.7% 12.8% 54.7%

85 12 20 117

85.0 12.0 20.0 117.0

72.6% 10.3% 17.1% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

72.6% 10.3% 17.1% 100.0%

Count

Expected Count % within KLSIFKSI % within KELUHNK % of Total

Count

Expected Count % within KLSIFKSI % within KELUHNK % of Total

Count

Expected Count % within KLSIFKSI % within KELUHNK % of Total

Hydrocephalus Komunikans

Hydrocephalus non - Komunikans KLSIFKSI

Total

Pembesaran Kepala

Penglihatan

Kabur Kejang KELUHNK

Total

Chi-Square Tests

7.325a 2 .026

7.631 2 .022

6.471 1 .011

117 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.44.

a.

Sumber biaya * Penatalaksanaan Medis Crosstabulation

PENATAMK

Total

Obat Operasi

SMBRBIA1 Biaya Sendiri Count 9 5 14

Expected Count 8.4 5.6 14.0

% within

SMBRBIA1 64.3% 35.7% 100.0%

% within

PENATAMK 10.6% 8.9% 9.9%

% of Total 6.4% 3.5% 9.9%

bukan biaya sendiri

Count 76 51 127

Expected Count 76.6 50.4 127.0

% within


(4)

% within

PENATAMK 89.4% 91.1% 90.1%

% of Total 53.9% 36.2% 90.1%

Total Count 85 56 141

Expected Count 85.0 56.0 141.0

% within

SMBRBIA1 60.3% 39.7% 100.0%

% within

PENATAMK 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 60.3% 39.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .104(b) 1 .747

Continuity

Correction(a) .001 1 .972

Likelihood Ratio .105 1 .746

Fisher's Exact Test 1.000 .493

Linear-by-Linear

Association .103 1 .748

N of Valid Cases 141

a Computed only for a 2x2 table

b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.56.

KSP * Penatalaksanaan Medis Crosstabulation

PENATAMK

Total

Obat Operasi

KSP Pulang berobat

jalan (PBJ)

Count 58 50 108

Expected Count 65.1 42.9 108.0

% within KSP 53.7% 46.3% 100.0%

% within

PENATAMK 68.2% 89.3% 76.6%

% of Total 41.1% 35.5% 76.6%

Pulang atas permintaan sendiri (PAPS)

Count 25 3 28

Expected Count 16.9 11.1 28.0

% within KSP 89.3% 10.7% 100.0%

% within


(5)

% of Total 17.7% 2.1% 19.9%

Meninggal Dunia Count 2 3 5

Expected Count 3.0 2.0 5.0

% within KSP 40.0% 60.0% 100.0%

% within

PENATAMK 2.4% 5.4% 3.5%

% of Total 1.4% 2.1% 3.5%

Total Count 85 56 141

Expected Count 85.0 56.0 141.0

% within KSP 60.3% 39.7% 100.0%

% within

PENATAMK 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 60.3% 39.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 12.649(a) 2 .002

Likelihood Ratio 14.535 2 .001

Linear-by-Linear

Association 4.076 1 .043

N of Valid Cases

141

a 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.99.

Lama Rawatan Rata – Rata berdasarkan Sumber Biaya

Group Statistics

14 14.00 9.232 2.467

127 13.74 9.057 .804

SMBRBIA1 Biaya Sendiri bukan biaya sendiri LRRR

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

.133 .716 .102 139 .919 .26 2.555 -4.792 5.312

.100 15.887 .921 .26 2.595 -5.244 5.764 Equal variances

assumed Equal variances not assumed LRRR

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang


(6)

Descriptives

LRRR

108 14.38 8.906 .857 12.68 16.08 2 60

28 11.18 9.510 1.797 7.49 14.87 2 50

5 15.00 8.367 3.742 4.61 25.39 7 29

141 13.77 9.042 .761 12.26 15.27 2 60

Pulang berobat jalan (PBJ)

Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) Meninggal Dunia Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Anova Lama rawatan rata - rata

235.734 2 117.867 1.451 .238

11209.542 138 81.229

11445.277 140

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Test of Homogeneity of Variances Lama rawatan rata - rata

.079 2 138 .925

Levene