BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Peran Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Anak di Ruang Inap Anak RSUP Haji Adam Malik Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anak

  2.1.1. Pengertian Anak

  Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini. Anak juga merupakan harta atau kekayaan orang tua yang tidak dapat dinilai secara ekonomi, tetapi anak adalah masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri (Supartini,2004).

  Anak merupakan individu yang berada dalam rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari lahir hingga remaja. Masa pertumbuhan dan perkembangan anak dimulai dari periode prenatal mulai konsepsi sampai lahir, masa bayi lahir sampai usia 1 tahun, masa kanak-kanak usia 1 tahun sampai usia 6 tahun, masa kanak-kanak pertengahan usia 6 tahun sampai 11 tahun atau 12 tahun, dan masa kanak-kanak akhir usia 11 tahun sampai 19 tahun (Wong, 2009).

  2.1.2. Pertumbuhan dan perkembangan anak

  Setiap individu hidup melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan anak akan bervariasi dari satu anak dengan anak

  6

  6 lainnya bergantung pada beberapa hal yang mempengaruhinya (Supartini, 2004). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi dari dalam diri anak tersebut ataupun dari faktor lingkungan. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak mencakup kecerdasan, pengaruh emosi orang tua terutama ibu dan pengaruh hormonal terutama hormon somatotropik, tiroid dan gonadotropin. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi kondisi prenatal, pengaruh budaya lingkungan, status sosial dan ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga atau latihan fisik dan posisi anak dalam keluarga.

  Wong (2009) menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan merupakan satu kesatuan yang mencerminkan berbagai perubahan yang terjadi selama hidup seseorang. Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri dan mensintesis protein baru, meningkatkan hasil ukuran dan berat seluruh atau sebagian sel sedangkan perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran.

  Peristiwa pertumbuhan dan perkembangan pada anak terdapat masa percepatan dan perlambatan. Dimana masa tersebut akan berlainan dalam satu organ tubuh. Percepatan dan perlambatan tersebut merupakan kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh tetapi masih saling berhubungan. Peristiwa pertumbuhan pada anak terjadi perubahan pada besarnya, jumlah, ukuran dalam tingkat sel, organ, maupun individu, sedangkan untuk perkembangan terjadi perubahan pada bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan intelektual (Hidayat, 2009).

2.1.3. Prinsip keperawatan anak

  Hidayat (2009) menjelaskan bahwa di dalam keperawatan anak terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dan harus dijadikan pedoman untuk memahami filosopi keperawatan anak. Prinsip-prinsip pada keperawatan anak tersebut adalah

  1. Anak bukan miniature orang dewasa tetapi individu yang unik. Prinsip ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan. Pola ini harus dijadikan ukuran, bukan hanya bentuk fisik saja tetapi kemampuan dan kematangan.

  2. Anak adalah individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan dapat meliputi kebutuhan fisiologi seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologi, anak juga sebagai individu yang membutuhkan kebutuhan psikologi, sosial, dan spiritual. Hal tersebut terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat yang bersamaan perlu memandang tingkat kebutuhan khusus yang dialami oleh anak.

  3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa.

  4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak.

  5. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).

  6. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.

  7. Masa yang akan datang cenderung keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini akan mempelajari aspek kehidupan anak.

2.2. Peran Perawat

2.2.1. Pengertian perawat

  Perawat adalah suatu profesi yang merupakan bagian dari tim kesehatan yang bertanggung jawab membantu klien, baik dalam kondisi sehat maupun sakit (Haryanto, 2007). Menurut Kustanto (2003) mendefinisikan perawat adalah seorang profesional yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan.

  Perawat merupakan suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang dikatakan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi tersebut untuk membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Ini merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya (Suwignyo, 2007).

2.2.2. Peran perawat anak

  Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan (Kustanto, 2004).

  Menurut Hidayat (2008) mendefinisikan peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.

  Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan (1989) dibagi menjadi beberapa peran yaitu :

1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

  Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dilakukan oleh perawat dengan cara memperhatikan keadaan kebutuhan dasar klien melalui pemberian pelayanan keperawatan.Pemberian pelayanan keperawatan ini menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa merencanakan dan melaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar klien, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Perawat memberikan asuhan keperawatan dengan memfokuskan kebutuhan kesehatan klien secara holistik yang meliputi mengembalikan kesehatan fisik, perkembangan, emosi, spiritual, dan sosial (Potter & Perry, 2005).

2. Peran sebagai advokat klien

  Peran sebagai advokat dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien. Selain itu juga, berperan untuk mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

  Potter and Perry (2005) menjelaskan bahwa sebagai pelindung perawat harus membantu untuk mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi pasien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Sebagai pelindung, perawat juga harus memastikan bahwa pasien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi melawan penyakit di komunitas merupakan contoh peran perawat sebagai advokat atau pelindung.

3. Peran sebagai edukator

  Peran sebagai edukator ini dilakukan oleh perawat dengan menjelaskan tentang status kesehatan dan penyakit yang diderita oleh klien.

  Sehingga dapat membantu klien untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, agar klien dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan status kesehatan. Selain itu juga, agar dapat membantu klien untuk memillih apakah melanjutkan proses perawatan atau memeberhentikannya.

  The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization (JCAHO) (Potter and Perry, 2005) di Amerika Serikat menerapkan

  standar untuk pendidikan atau pengajaran bagi pasien dan keluarga yaitu 1.

  Pasien dan keluarga diberi pendidikan atau pengajaran yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, keterampilan yang diperlukan dalam menunjang rencana asuhan keperawatan.

  2. Organisasi merencanakan sumber yang mendukung untuk memberikan pendidikan atau pengajaran bagi pasien dan keluarga

3. Pasien dan keluarga mengetahui kebutuhan dan kesiapan untuk belajar 4.

  Proses pendidikan atau pengajaran bagi pasien dan keluarga bersifat interdisiplin sesuai dengan recana asuhan

  5. Pasien dan keluarga mendapakan pendidikan atau pengajaran yang spesifik sesuai dengan hasil pengkajian, kemampuan, dan kesiapan

  6. Informasi mengenai instruksi untuk pulang diberikan oleh orang yang bertanggungjawab terhadap kesinambungan perawatan pasien

  4. Peran sebagai koordinator Peran sebagai koordinator ini dilaksanakan dengan cara mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien. Selain itu juga dapat memberikan rasa nyaman kepada klien selama mendapakan perawatan di rumah sakit. Menurut Promtape (2004), advokasi bukan hanya untuk pasien yang kurang mampu melindungi diri sendiri, tetapi juga ditujukan kepada pasien yang membutuhkan advokasi dalam hal penyediaan data yang dibutuhkan dalam mengambil keputusan tentang pengobatan dan proses terapi.

  5. Peran sebagai kolaborator Peran perawat sebagai kolaborator ini dilakukan karena perawat bekerja tidak hanya sendiri melainkan melalui tim kesehatan yang dimana terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain agar dapat mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan kesehatan selanjutnya.

  6. Peran sebagai konsultan Peran sebagai konsultan di sini adalah sebagai tempat konsultasi keluarga dan klien terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada klien. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. Undang-Undang No 38 tahun 2014 pasal 31 ayat 1 menjelaskan wewenang perawat dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor yang dimana isi yaitu melakukan pengkajian keperawatan secara holistic di tingkat individu dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat, melakukan pemberdayaan masyarakat, melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat, menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat, dan melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.

7. Peran pembaharu

  Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. Dalam Undang-Undang No 38 tahun 2014 pasal 31 ayat 3 yang menjelaskan wewenang perawat dalam menjalankan tugaskan sebagai peneliti atau pembaru yaitu melakukan penelitian sesuai dengan standard an etika, menggunakan sumber daya pada fasilitas pelayanan kesehatan atas izin pimpinan, dan menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  Pemberi Asuhan Keperawatan

  Advokat Klien Edukator

  Peran Perawat Koordinator

  Kolaborator Konsultan

  Pembaharu Skema 2.1. Peran Perawat Menurut CHS tahun 1989

2.3. Asuhan Keperawatan

2.3.1. Pengertian Asuhan Keperawatan

  Asuhan keperawatan merupakan proses dalam suatu kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien dengan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan yang bersifat humanistik danberdasarkan pada kebutuhsn yang objektif untuk mengatasi masalah klien (Zaidin, 2002). Menurut Arwani dan Heru (2008) menjelaskan bahwa tujuan dari asuhan keperawatan agar pasien memperoleh pelayanan yang lebih efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan klien sehingga klien merasa puas dan status kesehatan klien meningkat.

  Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk mendapatkan pemecahan masalah yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2005).

2.3.2. Standar Asuhan Keperawatan

  American Nurses Association telah menetapkan Standards for Care

  (Standar Asuhan) dan Standards of Professional Performance (Standar Perilaku Profesional). Untuk metode Standards for Care (Standar Asuhan) menyajikan proses lima langkah :

  Pengkajian Evaluasi Diagnosa Analisis Implementasi Perencanaan

  Skema 2.2 Proses Asuhan Keperawatan 2.3.2.1. Standar I : Pengkajian

  Pengkajian adalah suatu proses kontinu yang dilakukan semua fase pemecahan masalah dan menjadi dasar untuk pengambilan keputusan. Untuk mendapat pengkajian yang akurat dan koprehensif, perawat harus mempertimbangkan informasi mengenai latar belakang biofisik, psikologis, sosiokultural, dan spiritual pasien (Wong, 2009).

  Potter dan Perry (2005) memaparkan bahwa pengkajian adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien.

  Dalam proses pengkajian mencakup dua langkah : pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosis keperawatan.

  PPNI (2005) juga menjelaskan dalam pengkajian perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Menurut PPNI rasionalnya pengkajian keprawatan merupakan aspek yang penting dalam proses keperawatan yang bertujuan menetapkan data dasar tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan untuk merumuskan masalha klien dan rencana tindakan.

  Perawat akan mendapakan dua tipe data saat melakukan pengkajian, data subjektif dan objektif. Data subjektif adalah persepsi klien tentang masalah kesehatan mereka. Dalam data subjektif hanya klien yang dapat memberikan informasi tentang frekuensi, lokasi, dan intensitas nyeri. Walaupun hanya klien yang dapat memberikan data subjektif yang relevan, perawat harus waspada bahwa masalah ini dapat terjadi pada perubahan fisiologis yang terindentifikasi melalui pengumpulan data objektif. Data objektif adalah pengamatan atau pengkuran yang dibuat oleh pengumpul data. Contoh data objektif yang teramati adalah pengkajian tekanan darah klien dan identifikasi ukuran ruam tubuh setempat. Pengkajian data objektif didasarkan pada standar yang diterima, seperti ukuran Fahrenheit atau Celsius pada thermometer atau sentimeter pada pita pengukuran. Ini termasuk contoh data objektif yang dapat diukur (Potter & Perry, 2005).

  Data yang didapat dari pengkajian bisa berasal klien, keluarga dan orang terdekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan medis, catatan lainnya, tinjauan literatur, dan pengalaman perawat (Potter & Perry, 2005).

  Metode pengumpulan data dalam pengkajian dapat menggunakan: 1.

  Wawancara adalah pola komunikasi yang dilakukan untuk tujuan spesifik dan difokuskan pada area dengan isi yang spesifik. Tujuan utama wawancara adalah mendapatkan riwayat kesehatan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan kesehatan dan faktor resiko serta menentukan perubahan speifik dalm tingkat kesejahteraan dan pola kehidupan. Dalam melakukan wawancara perawat harus membina hubungan yang baik dengan klien dan membina kepercayaan agar saat melakukan wawancara klien lebih merasa nyaman untuk menceritakan masalah kesehatannya.

  2. Riwayat kesehatan keperawatan adalah data yang dikumpulkan tentang tingkat kesejahteraan klien (saat ini dan masa lalu), riwayat keluarga, perubahan dalam pola kehidupan, riwayat sosial budaya, kesehatan spiritual, dan reaksi mental serta emosi terhadap penyakit.

  Fisik dan perkembangan

  • Persepsi tentang status kesehatan
  • Masalah kesehatan dan terapi di masa >Terapi kesehatan saat ini
  • Faktor re>Aktivitas dan koordinasi
  • Tinjauan tentang si>Tahap perkembangan
  • Efek status kesehatan pada tahap perkemba>Masalah perkawinan anggota tumah tangga
  • Pertumbuhan dan kedewa
  • Pekerjaan - Kemampuan menyelesaikan

  Emosional aktifitas kehidupan sehari-hari

  • Status perilaku dan emosi

  Intelektual

  • Sistem pendukung
  • Kinerja intelek>Konsep diri
  • Pemecahan mas>Citra tubuh
  • Tingkat pendid>Alam perasaan
  • Pola komuni>Seksualitas
  • Rentang perha
  • Mekanisme koping
  • Ingatan jangka panjang dan ingatan terbaru

  Sosial

  • Status finansial

  Riwayat

  • Aktivitas rekreasi

  Spiritual

  • Bahasa utama
  • Keyakinan dan

  Kesehatan

  • Peran kultural

  makna

  • Pengaruh kultural
  • Pengalaman - Sumber komunitas

  keagamaan

  • Faktor resiko
  • Ritual dan praktik lingku
  • Kekerabatan - Hubungan sosial
  • Dorongan

  Skema 2.3 Riwayat Kesehatan 3. Pengkajian fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya serta pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Tetapi sebelum melakukan pengkajian fisik, perawat menyiapkan klien, lingkungan dan peralatan yang diperlukan. Perawat menginformasikan klien tentang proses pemeriksaan fisik, secara spesifik tentang tujuan, peran perawat, peran klien, dan perkiraan waktu yang dibutuhkan.

  4. Data diagnostik dan laboratorium merupakan metode terakhir dalam pengkajian. Data laboratorium dapat membantu untuk mengidentifikasi masalah perawatan kesehatan actual atau potensial yang sebelumnya tidak diketahui oleh klien atau pemeriksaan.

  Bell (2008) mengatakan bahwa saat perawat merawat pasien harus mengumpulkan data yang relevan berkaitan dengan kesehatan dan situasi klien.

  Kriteria pengukuran : 1.

  Data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, penyedia layanan kesehatan lainnya dan masyarakat.

  2. Data yang bersangkutandan cukup dikumpulkan menggunakan sesuai dengan bukti teknik penilaian.

  3. Prioritas kegiatan pengumpulan data didorong oleh karakteristik pasien berhubungan dengan kondisi langsung dan kebutuhan antisipasi.

  4. Model analitis dan alat pemecah masalah yang digunakan.

  5. Keputusan dibuat dengan mencocokkan pengetahuan formal dengan temuan klinis.

  6. Data yang didokumentasikan harus relevan.

  7. Data yang relevan dikomunikasikan kepada penyedia layanan kesehatan lainnya Proses pengkajian ada beberapa kriteria struktur, proses, dan hasil menurut PPNI (2005). Kriteria struktur :

  1. Metode pengumpulan data yang digunakan dapat menjamin; pengumpulan data yang sistematis dan lengkap, diperbaharuinya data dalam pencatatan yang ada, kemudahan memperoleh data, dan terjaganya kerahasiaan.

  2. Tatanan praktek mempunyai system pengumpulan data keperawatan yang merupakan bagian integral dari system pencatatan pengumpulan data klien.

  3. Sistem pencatatan berdasarkan proses keperawatan yaitu singkat, menyeluruh, akurat dan berkesinambungan.

  4. Praktek mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang menjadi bagian dari system pencatatan kesehatan klien

  5. Ditatanan praktek tersedia system pengumpulan data yang dapat memungkinkan diperoleh kembali bila diperlukan.

  6. Tersedia sarana dan lingkungan yang mendukung. Kriteria proses dalam pengkajian keperawatan menurut PPNI (2005) :

  1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan mempelajari data penunjang (pengumpulan data penunjang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dan uji diagnosis), serta mempelajari catatan lain.

  2. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis, serta catatan lain.

  3. Klien berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.

  4. Data yang dikumpulkan, difokuskan, untuk mengidentifikasi; status kesehatan klien saat ini, status kesehatan klien masa lalu, status biologis atau fisiologis, status psikologis atau pola koping, status sosial kultural, status spiritual, respon terhadap terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal, dan resiko masalah potensial.

  Hasil yang didapatkan dalam pengkajian; data dicatat dan dianalisis sesuai standar dan format yang ada, dan data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai kebutuhan klien.

2.3.2.2. Standar II : Diagnosis Diagnosis keperawatan merupakan penganalisisan data pengkajian.

  Yang dimana sebagai dasar pengembangan rencana intervensi keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan, pencegahan, dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan klien (PPNI, 2005).

  Tahap setelah melakukan pengkajian adalah identifikasi masalah dan diagnosis. Dalam diagnosis perawat harus menginterpretasi dan membuat keputusan tentang data yang dikumpulkan. Lalu mengkategorikan untuk mengidentifasikan area signifikan dan membuat salah satu keputusan : tidak ada data masalah kesehatan disfungsional, tidak ada intervensi yang diindikasikan, ada resiko masalah kesehatan disfungsional, intervensi diperlukan untuk memfasilitasi peningkatan kesehatan, dan data masalah kesehatan fungsional actual, intervensi diperlukan untuk memfasilitasi kesehatan (Wong, 2009).

  Perawat merawat klien dengan menganalisa data penilaian dalam menentukan masalah dan perawatan klien (Bell, 2008) :

1. Diagnosis dan masalah perawatan berasal dari data penilaian

  2. Diagnosis dan masalah perawatan divalidasi diseluruh interaksi keperawatan dengan pasien, keluarga, penyedia kesehatan lain, masyarakat, dan seluruh sistem kesehatan 3.

  Diagnosis dan masalah perawatan diprioritaskan dan didokumentasikan dengan cara yang memfalitasi hasil dan mengembangkan atau memodifikasi rencana

  Kriteria struktur dalam diagnosis keperawatan menurut PPNI (2005) yakni memberi kesempatan; kepada teman sejawat, klien untuk melakukan validasi diagnosis keperawatan, adanya mekanisme pertukaran informasi tentang hasil penelitian dalam menetapkan diagnosis keperawatan diagnosis keperawatan yang tepat, untuk akses sumber-sumber dan program pengembangan professional yang terkait, dan adanya pencatatan yang sistematis tentang diagnosis klien.

  Dalam kriteria proses melakukan diagnosis yaitu; proses diagnosis terdiri dari analasis dan interpretasi data, indentifikasi masalah klien dan perumusan diagnosis keperawatan, komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), gejala atau tanda (S), bekerjasama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis keperawatan, dan melakukan kaji ulang dan revisi diagnosis berdasarkan data terbaru. Hasil yang diharapkan untuk diagnosis keperawatan yakni diagnosis keperawatan divalidasi oleh klien bila memungkinkan, diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh teman sejawat sebagai diagnosis yang relevan dan signifikan, dan diagnosis didokumentasikan untuk memudahkan perencanan, implementasi, evaluasi dan penelitian (PPNI, 2005).

2.3.2.3. Standar III : Intervensi

  Perawat harus membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan klien. Yang dimana rencana tindakan ini berdasarkan dengan diagnosis keperawatan (PPNI, 2005).

  Perawat merawat klien dengan mengembangkan rencana untuk menentukan intervensi yang dapat mencapai hasil. Kriteria pengukuran :

  1. Perencanaan yang individual dan mempertimbangkan karakteristik klien dan situasi

  2. Rencana tersebut dikembangkan bersama dengan klien, keluarga, dan penyedia layanan kesehatan dengan cara mempromosikan kontribusi masing- masing anggota untuk mencapai hasil 3.

  Rencana mencerminkan bukti terbaik saat ini 4. Rencana memberikan kontinuitas perawatan, coco kompetensi perawat dengan pasien karakteristik

5. Rencana menetapkan prioritas untuk perawatan 6.

  Rencana tersebut meliputi strategi untuk promosi dan pemunihan kesehatan pencegahan lebih lanjut sesuai dengan penyakit, cedera, dan semua perban

  Kriteria struktur yang disediakan untuk intervensi ini menurut PPNI (2005); sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan perencanaan dan adanya mekanisme pencatatan, sehingga dapat dikomunikasikan. Selain itu, untuk kriteria proses dalam melakukan intervensi ini ada beberapa yaitu perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan, bekerjasana dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan, dan perencanaan bersifat indivual (sebagai individu, kelompok, dan masyarakat) sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan untuk intervensi ini; tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien, perncanaan mencerminkan penyelesaian terhadap diagnosis keperawatan, perencanaan tertulis dalam format yang singkat dan mudah didapat, dan perncanaan menunjukkan bukti adanya revisi pencapaian tujuan (PPNI, 2005).

2.3.2.4. Standar IV : Implementasi

  Tindakan yang dilakukan perawat setelah intervensi adalah implementasi. Implementasi rencana asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan patisipasi klien dalam tindakan keperawatan berpengaruh pada hasil yang diharapkan (PPNI, 2005).

  Fase implementasi dimulai saat perawat menempatkan intervensi ke dalam tindakan dan mengumpulkan umpan balik mengenai efeknya. Umpan balik muncul kembali dalam bentuk observasi dan komunikasi serta member dasar data untuk mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Tahap implementasi, keamanan, dan kenyamanan psikologi pasien berkenaan dengan asuhan atraumatik tetap harus diperhatikan.

  Bell (2008) mengatakan bahwa perawat yang merawat klien harus mengimplementasikan rencana, mengkoordinasikan, pemberian perawatan.

  Kriteria pengukuran : 1.

  Intervensi disampaikan dengan cara yang meminimalkan komplikasi dan situasi yang mengancam jiwa

  2. Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam pelaksanaan rencana sesuai dengan tingkat partisipasi mereka dan pengambilan keputusan

  3. Intervensi yang responsive tentang keunikan klien dan keluarga dengan menciptakan sebuah belas kasih dan terapeutik lingkungan dengan tujuan untuk mempromosikan kenyamanan dan mencegah penderitaan 4.

  Rencana dan modifikasi yang diterapkan akan didokumentasikan 5. Kolaborasi untuk melakukan rencana tersebut terjadi penyedia pasien, kelurga, kesehatan, dan system kesehatan

  6. Rencana memfasilitasi pembelajaran bagi klien, keluarga, staf perawat, anggota lain dari kesehatan, dan masyarakat termasuk namun tidak terbatas pada pengajaran kesehatan promosi kesehatan

  PPNI (2005) menjelaskan bahwa kriteria struktur praktek menyediakan; sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan, pola ketenagaan yang sesuai kebutuhan, ada mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola ketenagaan secara periodik, pembinaan dan peningkatan keterampilan klinis keperawatan, dan sistem konsultasi keperawatan. Kriteria proses dalam implementasi; bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status kesehatan klien, melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah klien, melakukan supervivi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah tanggung jawabnya, menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk mencapai tujuan kesehatan, menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep dan keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakannya, dan mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien. Hasil yang diharapkan untuk implementasi; terdokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien secara sistematik dan dengan mudah diperoleh kembali, tindakan keperawatan dapat diterima klien, dan ada bukti-bukti yang terukur tentang pencapaian tujuan.

2.3.2.5. Standar V : Evaluasi

  Perawat melakukan evaluasi untuk melihat perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan yang diberikan. Selain itu, untuk melihat pencapaian tujuan sesuai rencana yang telah ditetapkan dan merevisi data dasar dan perencanaan (PPNI, 2005).

  Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan. Perawat mengumpulkan, menyotir, dan menganalisis data untuk menetapkan apakah tujuan telah tercapai, rencana memerlukan modifikasi, atau alternatif baru harus dipertimbangkan. Tahap evaluasi memenuhi proses keperawatan atau berperan sebagai dasar untuk pemilihan alternatif lain untuk intervensi dalam pemecahan masalah spesifik.

  Bell (2008) mengatakan bahwa perawat merawat pasien dengan mengevaluasi pencapaian. Kriteria pengukuran :

  1. Evaluasi sistematis dan berkelanjutan menggunakan teknik berbasis bukti dan instrument

2. Tim perawat, klien dan penyedia layanan kesehatan lain dalam proses evaluasi

  3. Efektifitas evaluasi intervensi untuk mencapai hasil yang diinginkan terjadi 4.

  Evaluasi terjadi dalam jangka waktu yang tepat setelah intervensi dimulai 5. Data penelitian berkelanjutan yang digunakan untuk merevisi diagnosis, hasil dan rencana yang diperlukan

  6. Hasil evaluasi akan didokumentasikan Kriteria struktur dalam evaluasi ini: tantanan praktek menyediakan sarana dan lingkungan yang mendukung terlaksananya proses evaluasi, adanya akses informasi yang dapat digunakan perawat dalam penyempurnaan perencanaan, dan adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu perawat melakukan evaluasi secara efektif dan mengembangkan alternatif perncanaan yang tepat. Proses dalam melakukan evaluasi: menyusun rencanaan evaluasi hasil tindakan secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus, menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan, memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien, bekerjasama denga klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan, mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan, dan melakukan supervisi dan konsultasi klinik. Kriteria hasil yang diharapkan untuk evaluasi: diperolehkan hasil revisi data, diagnosis, rencana tindakan berdasarkan evaluasi, klien berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi rencana tindakan, hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan, dan evaluasi tindakan terdokumentasikan sedemikian rupa yang menunjukkan kontribusi terhadap efektifitas tindakan keperawatan dan penelitian.

2.3.2.6. Standar VI : Dokumentasi

  Potter and Perry (2005) menjelaskan bahwa setiap perawatan kesehatan, dokumentasi adalah salah satu yang paling penting. Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Pendokumentasian yang baik tidak hanya mencerminkan kualitas perawatan tetapi juga membuktikan pertanggunggugatan setiap anggota tim perawatan dalam mencerminkan perawatan.

  Walaupun setiap lembaga rumah sakit berbeda dalam menggunakan format pencatatan tetapi secara mendasar semua catatan mengandung informasi sebagai berikut menurut Potter and Perry (2005): identifikasi klien dan data demografi klien, surat izin untuk pengobatan dan prosedur, riwayat keperawatan saat masuk, diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan, rencana asuhan keperawatan dan multidisiplin, catatan tentang tindakan asuhan keperawatan dan evaluasi keperawatan, riwayat medis, diagnosis medis, pesanan terapeutik, catatan perkembangan medis dan disiplin kesehatan, laporan tentang pemeriksaan fisik, laporan tentang pemeriksaan diagnostic, dan ringkasan pemulangan dan ringkasan tentang pemulangan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Wanita Di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

0 0 14

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Manajemen Modal Kerja - Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

KATA PENGANTAR - Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Profitabilitas - Pengaruh Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013

0 0 15

KATA PENGANTAR - Pengaruh Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013

0 2 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dismenore 2.1.1.Definisi. - Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenore Dengan Motivasi Untuk Periksa Ke Pelayanan Kesehatan Di Smu YPSA- Medan

0 0 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Percaya Diri dengan Pengendalian Diri (SelfControl) Remaja pada Siswa/i di SMA Negeri 17 Medan

0 0 30

LINGUISTIK DAN PROBLEMA TRANSLASI Muhammad Imaduddin imaduddin8888yahoo.co.id Abstrak - Linguistik dan Problema Translasi

0 1 8

Peran Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Anak di Ruang Inap Anak RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 34