PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION, GROUP INVESTIGATION, DAN TEAM GAMES TOURNAMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPS : Studi Quasi Experiment pada Peserta Didik Kelas VIII SMP N 38 Bandung.

(1)

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN

COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION, GROUP INVESTIGATION, DAN TEAM GAMES TOURNAMENT

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPS

(Studi Quasi Experiment pada Peserta Didik Kelas VIII SMP N 38 Bandung)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

oleh Eldi Mulyana NIM 1200965

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION, GROUP INVESTIGATION, DAN TEAM GAMES TOURNAMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPS (Studi Quasi Experiment pada Kelas VIII SMP N 38 Bandung)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,

ELDI MULYANA NIM 1200965


(3)

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN

COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION, GROUP INVESTIGATION, DAN TEAM GAMES TOURNAMENT

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPS

(Studi Quasi Experiment pada Peserta Didik Kelas VIII SMP N 38 Bandung)

Oleh Eldi Mulyana

S.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Eldi Mulyana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(4)

ELDI MULYANA NIM 1200965

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN

COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION, GROUP INVESTIGATION, DAN TEAM GAMES TOURNAMENT

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPS

(Studi Quasi Experiment pada Peserta Didik Kelas VIII SMP N 38 Bandung)

Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si NIP. 19610323 198603 1 002

Pembimbing II

Dr. Mamat Ruhimat, M.Pd NIP. 19610501 198601 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPS

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd., MA NIP. 19620702 198601 1 002


(5)

ABSTRAK

Eldi Mulyana (1200965). “Perbandingan Efektivitas Pembelajaran

Cooperative Integrated Reading and Composition, Group Investigation, dan Team Games Tournament terhadap Pemahaman Konsep IPS (Studi Quasi Experiment pada Peserta Didik Kelas VIII SMP N 38 Bandung)”. Berada di

bawah bimbingan Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. dan Dr. Mamat Ruhimat, M.Pd.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep IPS yang terjadi pada peserta didik di kelas VIII SMP N 38 Bandung. Rendahnya pemahaman konsep IPS disebabkan oleh miskonsepsi yang dibawa sebelumnya oleh peserta didik dari lingkungannya akibat pola pikir yang salah dan ditambah oleh metode pembelajaran IPS yang kurang mengajak peserta didik untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Peneliti mencoba menggunakan pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation

(GI) dan Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS. Metode yang digunakan adalah quasi experiment dengan desain penelitian nonequivalent [pre test and post test] control group design. Perolehan data dilakukan dengan tes (pre test dan post test), lembar observasi dan pedoman wawancara. Analisis data dilakukan dengan metode right only, analisis peningkatan pemahaman konsep IPS (gain), uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk) , uji homogenitas Levene Test, uji hipotesis (paired sample t test, independent sample t test, dan matched subject). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe CIRC, GI dan TGT efektif meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik, hal tersebut berdasarkan nilai rata-rata pemahaman konsep IPS pada saat sesudah perlakuan lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa CIRC, GI dan TGT efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik kelas VIII SMPN 38 Bandung. Perbandingan efektivitas antara ketiga metode pembelajaran kooperatif tersebut diperoleh informasi berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik dan efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik kelas VIII SMPN 38 Bandung dibandingkan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan TGT.

Kata Kunci: Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC),

Group Investigation (GI) dan Team Games Tournament (TGT), pemahaman konsep IPS.


(6)

ABSTRACT

Eldi Mulyana (1200965). “Comparing the Effectiveness of Learning of Cooperative Integrated Reading and Composition, Group Investigation, and Team Games Tournament types in Students’ Understanding of IPS1 Concepts (A Quasi Experiment to the Eighth Grade Students of SMP N2 38 Bandung)”. Under the guidance of Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. and Dr. Mamat Ruhimat, M.Pd.

The background to the research is students’ low understanding of (IPS) social

studies concepts in grade VIII SMP N 38 Bandung. This low understanding is

caused by the misconception prevalent in students’ environment as a result of the

wrong mindset and is ameliorated by social studies learning methods that do not engage students in the teaching and learning process. Therefore, the researcher attempts to adopt cooperative learning of CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), GI (Group Investigation), and TGT (Teams-Games-Tournaments) types to improve students’ understanding of social studies concepts. The method adopted was quasi experiment with nonequivalent-[pre-test and post-test]-control-group design. Meanwhile, data were collected through tests (pre-test and post-test), observation sheets, and guided interview. The data were then analyzed using the right only method, gain analysis of improvement in understanding of social studies concepts, Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov and Shapiro-Wilk) normality test, Levene’s homogeneity test, and hypothesis tests (paired samples t-test, independent sample t-test, and matched subject). The findings indicate that cooperative learning of CIRC, GI, and TGT types were

equally effective in improving students’ understanding of social studies concepts,

such as evidenced in the increased average scores of the post-test for understanding of social studies concepts compared to the scores before treatment. Hence, it can be concluded that CIRC, GI, and TGT were effective to improve the understanding of social studies concepts of the eight grade students of SMPN 38 Bandung. In addition, comparison of the effectiveness of the three cooperative learning methods shows that GI was better and more effective in improving the understanding of social studies concepts of the eight grade students of SMPN 38 Bandung compared to CIRC and TGT cooperative learning model types.

Keywords: Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI), Team Games Tournament (TGT), understanding of social studies concepts.

1

Equivalent to Social Studies

2


(7)

DAFTAR ISI

Isi Halaman

PERNYATAAN i

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH iv

ABSTRAK INDONESIA vi

ABSTRAK INGGRIS vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian 10

C. Rumusan Masalah Penelitian 10

D. Tujuan Penelitian 12

E. Manfaat Penelitian 13

F. Struktur Organisasi Tesis 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

1. Landasan Teoretis Pemahaman Konsep Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) 15

2. Landasan Teoretis Pembelajaran IPS di Sekolah Menengah

Pertama (SMP) 32

3. Landasan Teoretis Pembelajaran Kooperatif 41

4. Penelitian Terdahulu 65

B. Kerangka Pemikiran 66

C. Hipotesis Penelitian 68

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 70

B. Metode Penelitian 76

C. Desain Penelitian 77

D. Definisi Operasional 79

E. Instrumen Penelitian 86

F. Proses Pengembangan Instrumen 89

G. Teknik Pengumpulan Data 101

H. Analisis Data 101


(8)

Isi Halaman BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Sekolah 114

2. Deskripsi Kelas 115

3. Deskripsi Pembelajaran CIRC di Kelas Eksperimen 1 116 4. Deskripsi Pembelajaran GI di Kelas Eksperimen 2 119 5. Deskripsi Pembelajaran TGT di Kelas Eksperimen 3 121 6. Deskripsi Pembelajaran Konvensional di Kelas Kontrol 123 7. Deskripsi Analisis Hasil Tes Pemahaman Konsep IPS 124 8. Deskripsi Efektivitas Pembelajaran Kooperatif

Tipe CIRC, GI dan TGT dalam Meningkatkan

Pemahaman Konsep IPS 164

9. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 168 10.Deskripsi Tanggapan Peserta didik dan Pendidik terhadap

Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC, GI dan

TGT 177

11.Kendala-kendala Implementasi Pembelajaran Kooperatif

Tipe CIRC, GI dan TGT 184

12.Saran-saran Peneliti terhadap kendala Implementasi

Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC, GI dan TGT 185

B. Pembahasan 187

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 205

B. Saran 207

DAFTAR PUSTAKA 208


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Data Nilai UTS Genap Mata Pelajaran IPS Kelas VIII 3 1.2. Data Nilai UTS Genap Mata Pelajaran IPS Berdasarkan KKM 4 1.3. Data Nilai Ulangan Harian Khusus Soal Pemahaman Konsep 5

2.1. Taksonomi Bloom 16

2.2. Revisi Taksonomi Bloom 18

2.3. Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 30 2.4. Perbandingan PIPS untuk Dikdasmen dan FPIPS 33 2.5. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS 42 2.6. Tipologi Metode-metode Pembelajaran Kooperatif 54 2.7. Langkah-langkah Pendidik dalam Pembelajaran Kooperatif 56 2.4. Peran-peran dalam Kelompok-kelompok Belajar Kooperatif 57 3.1. Populasi Penelitian Kelas VIII SMPN 38 Bandung 71 3.2. Data Statistika Deskriptif Nilai Ulangan Harian Kelas VIII 73 3.3. Hasil Uji Normalitas Nilai Ulangan Harian Kelas VIII 74 3.4. Hasil Uji Homogenitas Nilai Ulangan Harian Kelas VIII 75

3.5. Sampel Penelitian 76

3.6. Kelompok Penelitian 78

3.7. Operasional Variabel Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC 82 3.8. Operasional Variabel Pembelajaran Kooperatif tipe GI 84 3.9. Operasional Variabel Pembelajaran Kooperatif tipe TGT 85 3.10. Operasional Variabel Pemahaman Konsep 86

3.11. Kriteria Tingkat Kesukaran 89

3.12. Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Pemahaman Konsep IPS 90

3.13. Kriteria Daya Beda Butir Soal 92

3.14. Daya Beda Butir Soal Pre Test Pemahaman Konsep IPS 92 3.15. Daya Beda Butir Soal Post Test Pemahaman Konsep IPS 93 3.16. Berfungsi Tidaknya Pilihan Pengecoh 95


(10)

Tabel Halaman 3.18. Hasil Uji Validitas Butir Soal Pre Test 98 3.19. Hasil Uji Validitas Butir Soal Post Test 99

3.20. Kategori Gain 102

3.21. Matched Subject Berdasarkan Skor Pre Test 110 4.1. Rata-rata Skor Pre Test dan Post Test 124

4.2. Rata-rata Skor Gain 125

4.3. Hasil Uji Normalitas 126

4.4. Hasil Uji Homogenitas 127

4.5. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test

Kelas Kontrol 128

4.6. Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas Kontrol 129 4.7. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan

Post test Konvensional 130

4.8. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test

Konvensional 130

4.9. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test

Kelas Eksperimen 1 131

4.10. Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas Eksperimen

1 132

4.11. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan

Post test CIRC 133

4.12. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test

CIRC 133

4.13. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas

Eksperimen 2 134

4.14. Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas

Eksperimen 2 135

4.15. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan

Post test GI 136

4.16. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test


(11)

Tabel Halaman 4.17. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas

Eksperimen 3 137

4.18. Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas Eksperimen 3 138 4.19. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan

Post test TGT 139

4.20. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test

TGT 139

4.21. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen 1 140

4.22. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen 1 141

4.23. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Gain

Konvensional dengan CIRC 142

4.24. Perbedaan matched subjects Rata-rata Nilai Gain Konvensional

dan CIRC 142

4.25. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen 2 144

4.26. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen 2 145

4.27. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Gain

Konvensional dengan GI 146

4.28. Perbedaan matched subjects Rata-rata Nilai Gain Konvensional

dan GI 146

4.29. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kelas Kontrol dengan

Kelas Eksperimen 3 148

4.30. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen 3 148

4.31. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Gain

Konvensional dengan TGT 149

4.32. Perbedaan matched subjects Rata-rata Nilai Gain Konvensional

dan TGT 150

4.33. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kelas Eksperimen 1


(12)

Tabel Halaman 4.34. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan Kelas

Eksperimen 2 152

4.35. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Gain CIRC

dengan GI 153

4.36. Perbedaan matched subjects Rata-rata Nilai Gain CIRC dan GI 153 4.37. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kelas Eksperimen 1

dengan Kelas Eksperimen 3 155

4.38. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan Kelas

Eksperimen 3 156

4.39. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Gain CIRC

dengan TGT 157

4.40. Perbedaan matched subjects Rata-rata Nilai Gain CIRC dan TGT 157 4.41. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kelas Eksperimen 2

dengan Kelas Eksperimen 3 159

4.42. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 2 dan Kelas

Eksperimen 3 160

4.43. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Gain GI

dengan TGT 161

4.44. Perbedaan matched subjects Rata-rata Nilai Gain GI dan TGT 161

4.45. Rangkuman Pengujian Hipotesis 163

4.46. Matched Subjects Skor Pre Test 165

4.47. Matched Subjects Skor Post Test 165

4.48. Matched Subjects Skor Gain 166

4.49. Respon Peserta didik tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC 178 4.50. Respon Peserta didik tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe GI 179 4.51. Respon Peserta didik tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 180 4.52. Respon Pendidik tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC 181 4.53. Respon Pendidik tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe GI 182 4.54. Respon Pendidik tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 183


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Alur Istilah-istilah dalam Penerapan Pembelajaran 47

2.2. Mekanisme Model Pembelajaran Kooperatif 49

2.3. Penempatan pada Meja Turnamen 64

2.4. Aturan Permainan TGT 64

2.5. Kerangka Pemikiran Penelitian 67

3.1. Penarikan Sampel dengan Convenience 76

3.2. Hubungan Kelas Eksperimen 1, Eksperimen 2, Eksperimen 3 dan Kelas Kontrol 79

4.1. Perbandingan rata-rata skor pre test dan post test pada kelas Kontrol, eksperimen 1, Eksperimen 2 dan Eksperimen 3 125 4.2. Perbandingan Rata-rata Skor Gain pada Kelas Kontrol, Eksperimen 1, Eksperimen 2 dan Eksperimen 3 126 4.3 Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas Kontrol 129

4.4. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test Konvensional 130

4.5. Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas Eksperimen 1 132

4.6. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test CIRC 133

4.7. Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas Eksperimen 2 135

4.8. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test GI 136 4.9. Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas Eksperimen 3 138 4.10. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test

TGT 139

4.11. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen 1 141

4.12. Perbedaan matched subjects Rata-rata Nilai Gain Konvensional


(14)

Gambar Halaman 4.13. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen 2 145

4.14. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Nilai Gain Konvensional

dan GI 147

4.15. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen 3 149

4.16. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Nilai Gain Konvensional

dan TGT 150

4.17. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan Kelas

Eksperimen 2 152

4.18. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Nilai Gain CIRC dan GI 154 4.19. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan Kelas

Eksperimen 3 156

4.20. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Nilai Gain CIRC dan TGT 158 4.21. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 2 dan Kelas

Eksperimen 3 160

4.22. Matched Subjects Berdasarkan Rata-rata Nilai Gain GI dan TGT 162 4.23. Matched Subjects Berdasarkan Skor Pre Test dan Post Test 166 4.24. Matched Subjects Berdasarkan Skor Gain 167


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Instrumen Penelitan 216

B. Hasil Uji Coba Instrumen Tes 306

C. Analisis Data Hasil Penelitian 330


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak dapat dihindari oleh para pendidik karena mengingat berisi data, informasi, serta konsep dan generalisasi. Salah satu dari kesulitan dalam penggunaan metode ceramah adalah tetap memelihara perhatian peserta didik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryani & Sjamsuddin (2008, hlm. 88) menunjukkan bahwa “67,7% peserta didik SMP di Jawa Barat tidak menginginkan penggunaan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran”. Karena itu, sangatlah jelas apabila banyak peserta didik yang tidak menginginkan metode ceramah dalam pembelajaran IPS di sekolah.

Banyak orang berpendapat bahwa pembelajaran IPS selama ini dianggap monoton dan tidak jarang peserta didik menjadi malas untuk mempelajarinya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hasan (dalam Somantri, 2010, hlm. 20) yang mengemukakan bahwa ‘Proses pembelajaran IPS dianggap sangat membosankan karena peserta didik terpaku ketat di mejanya masing-masing mencatat, mendengar, menjawab pertanyaan pendidik ataupun berdiskusi’. Para pendidik IPS selama ini terfokus pada buku paket yang tersedia di sekolah dengan meminta peserta didik merangkum kemudian menghafalnya dan diakhiri tes lisan.

Para pendidik mata pelajaran IPS di sekolah terbebani dengan target untuk menghabiskan materi pelajaran sesuai silabus. Karena itu, para pendidik cenderung mengabaikan proses pemahaman konsep dalam pembelajaran IPS dan lebih mengedepankan pengetahuan saja kepada peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Al Muchtar (2014, hlm. 3) yang mengemukakan bahwa “Salah satu kelemahan dalam pendidikan IPS antara lain terlalu menekankan pada pengetahuan dari pada pemahaman dan sikap”. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka proses pemahaman konsep dalam pembelajaran IPS harus ditekankan dari pada hanya sekedar pengetahuan saja. Pemahaman konsep yang salah dapat mengakibatkan miskonsepsi pada peserta didik.


(17)

Miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik akan menjadi permasalahan dalam proses pembelajaran IPS. Miskonsepsi diduga kuat terbentuk oleh pengalaman sehari-hari pada peserta didik. Apabila pembelajaran tidak menekankan pada pemahaman konsep peserta didik, maka dapat dipastikan miskonsepsi akan semakin sulit dihilangkan. Klammer (dalam Tayubi, 2005, hlm. 4) mengemukakan bahwa ‘Adanya miskonsepsi ini jelas akan sangat menghambat pada proses penerimaan dan asimilasi pengetahuan-pengetahuan baru dalam diri peserta didik, sehingga akan menghalangi keberhasilan peserta didik dalam proses belajar lebih lanjut’. Karena itu, sangat penting sekali apabila para pendidik melakukan pembelajaran yang mampu mengkonstruksi pemahaman konsep peserta didik berdasarkan pengalamannya sehari-hari.

Kenyataannya selama ini di lapangan kemampuan pemahaman konsep pada peserta didik mengalami banyak kesulitan. Beberapa kesulitan yang dialami peserta didik dalam memahami konsep menurut hasil penelitian Rifani (2013, hlm. 3) adalah sebagai berikut:

1. Kesulitan memahami konsep-konsep;

2. Kesulitan mendeskripsikan konsep ke dalam bentuk diagram, grafik atau dalam bentuk presentasi ilmiah lainnya;

3. Kesulitan dalam menginterpretasikan data berdasarkan tabel atau grafik, termasuk pula kesulitan dalam mengaplikasikan konsep yang dipelajari dalam menyelesaikan permasalahan sederhana;

4. Kesulitan membaca data; dan

5. Kesulitan mengaitkan suatu konsep dengna konsep yang lain.

Beberapa kesulitan dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penggunaan pola pikir peserta didik selama ini masih rendah terhadap proses memahami suatu konsep dalam pembelajaran.

Hasil pengamatan peneliti terhadap peserta didik Kelas VIII di SMPN 38 Bandung pada mata pelajaran IPS ditemukan permasalahan dalam kegiatan pembelajaran yang memengaruhi proses pemahaman konsep. Pembelajaran yang digunakan oleh pendidik mata pelajaran IPS masih bersifat konvensional. Metode ceramah yang dominan dan penugasan merangkum serta menghafal materi pelajaran IPS dari buku paket menjadi cara yang diinstruksikan kepada peserta didik.


(18)

Tes tanya jawab secara lisan dilakukan pendidik pada akhir pembelajaran dengan tujuan untuk mengukur pemahaman konsep IPS pada peserta didik setelah mereka diberi waktu untuk menghafalkannya. Diskusi kelompok yang dilakukan pun berlangsung monoton karena kurang kreatifnya pendidik dalam mengemasnya metode pembelajaran. Sebagian besar peserta didik tidak terlibat dalam kegiatan diskusi, hanya beberapa orang saja dalam kelompok yang terlibat aktif dalam diskusi. Kebanyakan peserta didik hanya mengobrol dan lebih mengandalkan rekannya untuk membahas tema diskusi yang diberikan pendidik.

Media pembelajaran di sekolah pun tidak tersedia teknologi yang canggih seperti laptop/komputer dan proyektor. Pendidik pun malas untuk membuat lembar kerja peserta didik (LKP) sendiri sehingga lebih mengandalkan soal-soal yang terdapat pada buku paket di sekolah. Pendidik berasumsi bahwa untuk meningkatkan kreatifitas peserta didik cukup dengan memberikan penugasan dengan memberikan pekerjaan rumah (PR).

Berikut ini hasil belajar IPS yang telah dilaksanakan pada peserta didik kelas VIII berdasarkan data nilai ulangan tengah semester genap:

Tabel 1.1.

Data Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) Genap Mata Pelajaran IPS Kelas VIII Tahun Ajaran 2014-2015

No Kelas Data Statistika UTS Kelas VIII

Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata

1 VIII A 93 40 73.51

2 VIII B 97 57 83.18

3 VIII C 100 57 86.68

4 VIII D 100 30 82.03

5 VIII E 97 47 75.26

6 VIII F 97 43 73.32

7 VIII G 83 40 62.97

8 VIII H 77 40 59.63

9 VIII I 80 36 57.59

10 VIII J 90 36 66.35

11 VIII K 77 46 59.76

Jumlah rata-rata Nilai UTS Semester Genap 70.94 Sumber: Data Kurikulum SMPN 38 Bandung, 2014.


(19)

Berdasarkan data pada tabel 1.1., diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai hasil belajar IPS pada peserta didik berdasarkan ulangan tengah semester genap hanya 70,94. Sementara itu, nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditetapkan sebesar 70. Hal tersebut mengindikasikan terdapat permasalahan dalam proses pembelajaran IPS di kelas VIII sehingga mengakibatkan nilai hasil belajar IPS yang kurang memuaskan.

Kelas VIII di SMPN 38 Bandung diampu oleh dua orang pendidik. Pendidik yang pertama mengampu di kelas VIII A sampai F dan pendidik yang kedua mengampu di kelas VIII G sampai K. Berdasarkan tabel 1.1. di atas, maka dapat diperoleh informasi bahwa kelas yang diampu oleh pendidik pertama lebih tinggi rata-rata hasil belajarnya dibandingkan kelas yang diampu oleh pendidik kedua. Rata-rata nilai hasil belajar IPS terendah pada kelas yang diampu oleh pendidik pertama sebesar 73,32. Sementara itu, rata-rata nilai hasil belajar IPS terendah pada kelas yang diampu oleh pendidik kedua sebesar 57,59. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelas yang diampu oleh pendidik kedua memiliki rata-rata hasil belajar IPS yang rendah bahkan di bawah nilai KKM yang telah ditentukan.

Persentase nilai peserta didik yang di bawah dan di atas KKM pada kelas VIII terdapat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2.

Data Nilai Persentase UTS Genap Mata Pelajaran IPS Berdasarkan KKM Tahun Ajaran 2014 - 2015

Kelas Jumlah Peserta Didik

Nilai Peserta Didik yang Di Bawah KKM

Nilai Peserta Didik yang Di Atas KKM VIII A 38 9 / 38 x 100 % = 24 % 29 / 38 x 100 % = 76 % VIII B 38 3 / 38 x 100 % = 8 % 35 / 38 x 100 % = 92 % VIII C 38 3 / 38 x 100 % = 8 % 35 / 38 x 100 % = 92 % VIII D 38 3 / 38 x 100 % = 8 % 36 / 38 x 100 % = 90 % VIII E 38 10 / 38 x 100 % = 26 % 28 / 38 x 100 % = 64 % VIII F 38 8 / 38 x 100 % = 21 % 30 / 38 x 100 % = 69 % VIII G 38 23 / 38 x 100 % = 61 % 15 / 38 x 100 % = 39 % VIII H 38 30 / 38 x 100 % = 79 % 8 / 38 x 100 % = 21 % VIII I 38 30 / 38 x 100 % = 79 % 8 / 38 x 100 % = 21% VIII J 38 19 / 38 x 100 % = 50 % 19 / 38 x 100 % = 50 % VIII K 38 31 / 38 x 100 % = 82 % 7 / 38 x 100 % = 18 % Sumber: Data Kurikulum SMPN 38 Bandung, 2014 (Diolah kembali oleh peneliti).


(20)

Berdasarkan tabel 1.2, diperoleh informasi bahwa kelas yang diampu oleh pendidik kedua memiliki nilai persentase UTS genap yang rendah di bawah KKM sebesar 82 %. Data nilai persentase UTS genap pada mata pelajaran IPS ini diolah kembali oleh peneliti dengan tujuan melihat sejauhmana tingkat keberhasilan dalam pembelajaran IPS selama ini di kelas VIII SMPN 38 Bandung.

Permasalahan pembelajaran IPS di kelas VIII SMPN 38 Bandung semakin terlihat dengan hasil nilai ulangan harian terakhir yang hanya mencakup khusus pada soal-soal pemahaman konsep IPS materi pranata dan penyimpangan sosial. Hasil dari ulangan harian khusus soal-soal pemahaman konsep IPS tersebut dapat diperoleh informasi sebagai berikut:

Tabel 1.3.

Data Nilai Ulangan Harian Khusus Soal Pemahaman Konsep Materi Pranata dan Penyimpangan Sosial Tahun Ajaran 2014 - 2015

No Kelas Data Ulangan Harian Kelas VIII

Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata

1 VIII A 74 24 55,42

2 VIII B 74 16 48,63

3 VIII C 78 40 56,47

4 VIII D 70 20 51,53

5 VIII E 72 36 54,58

6 VIII F 76 32 54

7 VIII G 72 28 47,79

8 VIII H 70 30 45,84

9 VIII I 68 30 47,54

10 VIII J 74 30 46,65

11 VIII K 68 32 51,47

Jumlah Rata-rata Nilai Ulangan Harian 54 Sumber: Data Kurikulum SMPN 38 Bandung, 2014.

Berdasarkan data nilai ulangan harian pada tabel 1.3., diperoleh informasi bahwa pemahaman konsep IPS pada peserta didik kelas VIII masih rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah rata-rata nilai ulangan harian hanya sebesar 54. Karena itu, sangat diperlukan solusi yang tepat untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS pada kelas VIII di SMPN 38 Bandung.


(21)

Pembelajaran inovatif yang mampu meningkatkan pemahaman konsep IPS harus dilakukan oleh para pendidik. Pendidik harus memiliki kemampuan memilih dan menyusun pembelajaran dengan kreatif di antara beberapa konsep IPS. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Chadwick (2009, hlm. 4) sebagai berikut:

Concept are embedded in all the social studies achievement across the four conceptual strands and are an essential part of teaching and learning in social studies. Moreover, many of the same concepts form the buliding blocks for learning in the senior social sciences, so understanding them is crucial for these student. Teaching for conceptual understanding in social studies enables teachers to select and structure learning around important concepts. This process also provides students with conceptual frameworks for them to develop their own way for structuring their understandings. Artinya, konsep yang tertanam dalam semua IPS di empat bidang konseptual dan merupakan bagian esensial dari pengajaran dan pembelajaran di ilmu sosial. Selain itu, banyak konsep yang sama membentuk blok bangunan untuk belajar dalam ilmu sosial sebelumnya, sehingga pemahaman konseptual dalam IPS memungkinkan pendidik untuk memilih dan menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep penting. Proses ini juga memberikan peserta didik kerangka kerja konseptual bagi mereka untuk mengembangkan penataan pemahaman dengan cara-cara mereka sendiri.

Pemahaman konsep wajib dimiliki oleh peserta didik sebagai bekal mereka untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, peran pendidik sebagai fasilitator untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik sangat penting untuk dilakukan dalam proses pembelajaran. Santrock (dalam Purwanti, 2013, hlm. 37) mengemukakan bahwa ‘pemahaman konsep akan akan berkembang apabila pendidik dapat membantu peserta didik mengeksplorasi topik secara mendalam dan memberi peserta didik contoh yang tepat dan menarik dari suatu konsep’. Karena itu, pendidik wajib menjadi fasilitator untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik sebagai bekal untuk menjadi warga negara yang baik.


(22)

Implementasi perubahan dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan melalui pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan menurut Solihatin & Raharjo (2011, hlm. 2) yang mengemukakan bahwa “Upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dalam pendidikan IPS merupakan kebutuhan yang sangat mendesak untuk dilakukan. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model cooperative learning”. Pembelajaran kooperatif dinilai cocok untuk diterapkan pada proses pembelajaran karena berpusat kepada peserta didik (student centered) yang dapat membuat peserta didik aktif untuk mengkonstruksi pengetahuan menjadi pemahaman.

Cara belajar pembelajaran kooperatif jarang sekali menggantikan pembelajaran yang diberikan oleh pendidik, tetapi lebih sering menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara belajar individual, dan dorongan yang individual. Slavin (2008, hlm. 4) mengemukakan bahwa “Apabila peserta didik diatur dengan baik, maka dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan”. Keberhasilan kelompok tergantung pada kemampuan mereka untuk memastikan bahwa semua orang sudah memegang ide kuncinya.

Beberapa tipe metode dalam pembelajaran kooperatif yang dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan pemahaman konsep pada pembelajaran IPS di antaranya adalah Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI) dan Team Games Tournament (TGT). Lie (2008, hlm. 28) mengemukakan bahwa “falsafah yang mendasari metode pembelajaran kooperatif adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial”. Semua metode pembelajaran kooperatif menawarkan peserta didik untuk bekerja sama dalam belajar dan memberikan pembelajaran untuk bertanggung jawab terhadap teman satu timnya, juga mampu membuat diri mereka belajar sama baik dengan yang lainnya.


(23)

Pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan metode yang memfokuskan peserta didik untuk memiliki kemampuan membaca dan menulis dalam tingkat yang lebih tinggi. CIRC dapat melatih kemampuan peserta didik untuk membuat penjelasan terhadap prediksi mengenai bagaimana masalah-masalah akan diatasi dan merangkum unsur-unsur utama dari suatu pokok bahasan. Kedua kemampuan tersebut menurut Palinscar & Brown (dalam Slavin, 2008, hlm. 203) merupakan ‘kegiatan-kegiatan yang ditemukan dapat meningkatkan pemahaman dalam membaca’. CIRC menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu peserta didik mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas.

Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dianggap mampu meningkatkan pemahaman konsep pada peserta didik. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian oleh Erlianingsih (2009, hlm. ii) yang menunjukkan bahwa “Penggunaan model pembelajaran kooepratif tipe CIRC secara signifikan mampu meningkatkan pemahaman konsep”. Karena itu, peneliti ingin menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC sebagai salah satu treatment untuk meningkatkan pemahaman konsep pada kelas VIII di SMPN 38 Bandung.

Pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan metode yang memberikan dialog interpersonal pada peserta didik dengan melakukan investigasi dalam memecahkan permasalahan secara berkelompok sehingga dihasilkan sebuah laporan. GI menurut Joyce, Weil & Calhoun (2011, hlm. 34) dirancang untuk “membimbing peserta didik dalam memperjelas masalah, menelusuri berbagai perspektif dalam masalah tersebut, dan mengkaji bersama untuk menguasai informasi, gagasan dan skill yang secara simultan juga dapat mengembangkan kompetensi sosial mereka”. GI menekankan semua anggota kelompok untuk merencanakan suatu penelitian beserta pemecahan masalahnya yang kemudian hasilnya disajikan di depan forum.


(24)

Pembelajaran kooperatif tipe GI dianggap memiliki kemampuan untuk meningkatkan pemahaman pada peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasir (2010, hlm. Iv) yang mengemukakan bahwa “...adanya peningkatan signifikan pemahaman peserta didik setelah perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi”. Karena itu, peneliti menggunakan pembelajaran GI sebagai salah satu alternatif yang akan digunakan pendidik di dalam kelas pada penelitian ini.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan metode yang melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status dengan sistem tutor sebaya yang mengandung unsur permainan dan reinforcement. Permainan dapat disusun oleh pendidik dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. TGT menurut Slavin (2008, hlm. 163) adalah “metode yang menggunakan turnamen akademik dengan menggunakan kuis-kuis dan pemberian skor kemajuan individu, di mana para peserta didik berlomba sebagai wakil dari tim mereka dengan anggota tim lain”. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam TGT akan menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar pada peserta didik.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT pun dianggap cocok untuk meningkatkan pemahaman konsep pada peserta didik. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil penelitian oleh Putri (2013, hlm. iv) yang mengemukakan bahwa “TGT dapat meningkatkan pemahaman konsep dan aktifitas pada peserta didik”. Karena itu, peneliti menggunakan TGT sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang ditawarkan kepada pendidik untuk digunakan pada kelas VIII di SMPN 38 Bandung.

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka peneliti ingin membandingkan ketiga metode pembelajaran kooperatif tersebut untuk melihat mana yang paling efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik di kelas VIII SMPN 38 Bandung. Karena itu, penelitian ini berjudul “Perbandingan Efektivitas Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition, Group Investigation, dan Team Games Tournament terhadap


(25)

Pemahaman Konsep IPS (Studi Quasi Experiment pada Peserta Didik Kelas VIII SMPN 38 Bandung)”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Masalah dalam pembelajaran IPS di kelas VIII SMP 38 Bandung berkaitan dengan minimnya kreatifitas dari pendidik dalam pembelajaran. Pendidik terfokus untuk menghabiskan materi pelajaran dengan menggunakan media pembelajaran seadanya seperti buku paket dari sekolah. Pembelajaran selama ini lebih menonjolkan model pembelajaran konvensional seperti metode ceramah, penugasan merangkum materi pelajaran, hafalan materi yang harus sesuai dengan apa yang terdapat pada buku paket, diskusi kelompok yang monoton karena kurang kreatif mengemasnya. Hal tersebut berdampak negatif terhadap pemahaman konsep peserta didik pada pembelajaran IPS. Kurang dilibatkannya peserta didik dalam pembelajaran justru semakin membuat pemahaman konsep semakin rendah.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengetahui perbandingan efektivitas pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition, Group Investigation, dan Team Games Tournament terhadap pemahaman konsep IPS pada peserta didik kelas VIII SMPN 38 Bandung. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan efektivitas antara kelas yang menggunakan pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition, Group Investigation, dan Team Games Tournament terhadap pemahaman konsep IPS? Selanjutnya, rumusan masalah penelitian ini dijabarkan ke dalam beberapa kalimat pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional sebelum dan sesudah perlakuan? 2. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas eksperimen 1

yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC sebelum dan sesudah perlakuan?


(26)

3. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI sebelum dan sesudah perlakuan?

4. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT sebelum dan sesudah perlakuan?

5. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dibandingkan dengan kelas eksperimen 1 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC? 6. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas

kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI? 7. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas

kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dibandingkan dengan kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT? 8. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas

eksperimen 1 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI?

9. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas eksperimen 1 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dibandingkan dengan kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT?

10.Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI dibandingkan dengan kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT?


(27)

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan perbandingan efektivitas pembelajaran kooperatif tipe CIRC, GI dan TGT terhadap pemahaman konsep IPS. Berdasarkan hasil perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional sebelum dan sesudah perlakuan. 2. Mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas eksperimen 1 yang

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC sebelum dan sesudah perlakuan.

3. Mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI sebelum dan sesudah perlakuan.

4. Mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT sebelum dan sesudah perlakuan.

5. Mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dibandingkan dengan kelas eksperimen 1 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC. 6. Mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas

kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI. 7. Mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas

kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dibandingkan dengan kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. 8. Mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas

eksperimen 1 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI.


(28)

9. Mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas eksperimen 1 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dibandingkan dengan kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT.

10.Mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI dibandingkan dengan kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan dan dirasakan oleh semua kalangan. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik. Selanjutnya, diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC, GI dan TGT sebagai alternatif pengganti pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah sebagai satuan pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dan berpegang teguh pada kurikulum dalam memberikan fasilitas kepada pendidik dan peserta didik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang baik. Manfaat praktis bagi pendidik adalah memberikan masukan berkaitan dengan pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik.

Manfaat praktis bagi peserta didik adalah memberikan pengalaman dan kemudahan dalam belajar untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS sehingga hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik lagi. Sementara itu, manfaat praktis bagi peneliti adalah untuk mengetahui hasil dari perbandingan efektivitas pembelajaran kooperatif tipe CIRC, GI dan TGT terhadap pemahaman konsep


(29)

IPS. Sementara itu, manfaat praktis bagi peneliti selanjutnya diharapkan menjadi referensi data untuk mengembangkan penelitian pembelajaran yang terkait dengan pemahaman konsep pada peserta didik dan sebagai pembanding bagi penelitian yang sedang atau akan dilakukan.

E. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis ini merujuk kepada pedoman penulisan karya ilmiah UPI 2014 dengan sistem penulisan American Psychological Association (APA). Adapun struktur organisasi tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.

2. Bab II terdiri dari Kajian pustaka yang berisi landasan teoretis dan penelitian terdahulu, kemudian kerangka pemikiran, dan diakhiri hipotesis penelitian. 3. Bab III Metodologi Penelitian yang berisi lokasi dan sampel penelitian,

desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen seperti validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, kemudian teknik pengumpulan data, dan terakhir analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri dari dua hal yakni pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, dan tujuan penelitan, kemudian baru pembahasan dan analisis temuan.

5. Bab V Simpulan dan Saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 38 Bandung yang beralamat di jalan Borobudur Cibaduyut Kota Bandung Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu:

a. Terbatasnya kemampuan pendidik dalam menerapkan model pembelajaran yang inovatif.

b. Terbatasnya sumber dan media pembelajaran di sekolah.

c. Indikasi terjadinya pemahaman konsep yang masih rendah pada peserta didik dilihat dari hasil belajar baik nilai UTS terakhir maupun nilai ulangan harian khusus soal-soal pemahaman konsep IPS yang masih banyak di bawah KKM. d. Belum ada penelitian yang serupa di sekolah tersebut;

e. Telah mendapatkan izin dari pihak sekolah untuk melakukan penelitian;

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian terdiri atas populasi dan sampel yang akan menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya, mengenai populasi dan sampel penelitian dijelaskan sebagai berikut:

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII di SMPN 38 Bandung yang berjumlah 418 orang. Kata populasi dalam metode penelitian amat populer dipakai untuk menyebutkan serumpun/sekelompok subjek yang menjadi sasaran penelitian. Pengertian populasi menurut Zuriah (2009, hlm.

116) adalah “seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan”. Karena itu, populasi berhubungan dengan data, bukan faktor manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.


(31)

Jumlah kelas VIII SMPN 38 Bandung termasuk ke dalam populasi yang tersedia (accesible population). Accesible population menurut Zuriah (2009, hlm. 117) berarti “sejumlah populasi yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas”. Rincian populasi kelas VIII di SMPN 38 Bandung terdapat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1.

Populasi Penelitian Kelas VIII SMPN 38 Bandung

Kelas Jumlah Peserta didik Kelas Jumlah Peserta didik

VIII A 38 VIII G 38

VIII B 38 VIII H 38

VIII C 38 VIII I 38

VIII D 38 VIII J 38

VIII E 38 VIII K 38

VIII F 38 Total 418

Sumber: Data Kurikulum SMPN 38 Bandung. b. Sampel

Populasi mempunyai karakteristik tertentu yang dikehendaki sebagai sebuah prosedur untuk mengambil sampel penelitian. Siregar (2013, hlm. 30)

mengemukakan bahwa sampel adalah “suatu prosedur pengambilan data di mana

hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi”. Karena itu, sampel dianggap mewakili dari populasi penelitian.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak diambil secara acak (non randomly assignment) sesuai dengan bentuk metode quasi eksperiment yang digunakan. Cresswell (2013, hlm. 232) mengemukakan sebagai berikut:

Dalam beberapa penelitian eksperimen, hanya sampel convenience-lah yang memiliki kemungkinan untuk terpilih sebab peneliti biasanya menggunakan kelompok-kelompok yang sudah terbentuk secara alamiah (seperti, sebuah kelas, organisasi, atau sebuah keluarga) atau sukarelawan. Jika masing-masing partisipan tidak ditugaskan secara acak (non randomly assignment), berarti prosedur yang demikian lebih dikenal sebagai quasi eksperiment. Jika partisipan ditugaskan secara acak (randomly assignment) ke dalam beberapa kelompok, berarti prosedur yang demikian dikenal sebagai prosedur true-experiment.

Jadi, teknik convenience sampling dipilih karena cocok untuk penelitian yang menggunakan metode quasi eksperiment di sebuah satuan pendidikan.


(32)

Kelas VIII merupakan kelas yang bersedia untuk dijadikan responden dalam penelitian dan telah mendapatkan izin dari pihak satuan pendidikan. Hal tersebut menjadi syarat dari teknik convenience sampling. Convenience sampling menurut Siregar (2013, hlm. 33) adalah “teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia menjadi responden untuk dijadikan sampel atau peneliti memilih orang-orang terdekat

saja”. Karena itu, peneliti akan memilih kelas berdasarkan permasalahan pemahaman konsep IPS yang terjadi di kelas VIII.

Berdasarkan informasi dari pihak satuan pendidikan, kelas VIII diampu oleh dua orang pendidik. Pendidik pertama mengampu di kelas VIII A sampai F dan pendidik kedua mengampu di kelas VIII G sampai K. Dijelaskan pada BAB I bahwa permasalahan pembelajaran IPS di kelas VIII SMPN 38 Bandung adalah hasil belajar peserta didik yang kurang memuaskan. Data kurikulum SMPN 38 Bandung pada tabel 1.1. dan 1.2., menunjukkan bahwa rata-rata nilai UTS genap kelas VIII tidak jauh berbeda dengan nilai KKM yang telah ditentukan. Para pendidik kelas VIII masih menggunakan pembelajaran konvensional dan terpaku pada satu media berupa buku paket sebagai sumber belajar peserta didik.

Peneliti akan memilih kelas mana yang memiliki permasalahan hasil belajar peserta didik berkaitan dengan pemahaman konsep IPS. Peneliti akan mengidentifikasi hasil ulangan harian kelas VIII yang telah dilaksanakan khusus pada soal-soal pemahaman konsep IPS materi pranata dan penyimpangan sosial. Hasil ulangan harian tersebut akan dianalisis secara statistika deskriptif untuk melihat persamaan atau yang dipersamakan sebagai langkah peneliti untuk menarik sampel penelitian. Statistika deskriptif yang digunakan pada hasil ulangan harian pemahaman konsep IPS hanya terfokus pada nilai rata-rata (mean), nilai tertinggi (maximum), nilai terendah (minimum), jangkauan (range), nilai tengah (median), nilai yang sering muncul (modus), simpangan baku (standart deviation) dan variansi (variance). Hasil statistika deskriptif ini akan memilah kelas VIII yang diampu oleh dua orang pendidik untuk dijadikan sampel penelitian yang terdiri dari empat kelompok, yakni kelompok kontrol, kelompok eksperimen 1, kelompok eksperimen 2 dan kelompok eksperimen 3.


(33)

Berikut ini data statistika deskriptif nilai ulangan harian kelas VIII SMPN 38 Bandung khusus pada soal-soal pemahaman konsep IPS materi pranata dan penyimpangan sosial melalui Software Microsoft Office Excel for Windows:

Tabel 3.2.

Data Statistika Deskriptif Nilai Ulangan Harian Kelas VIII SMPN 38 Bandung

KELAS N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

VIIIA 38 50 24 74 55,42 10,355 107,223

VIIIB 38 74 0 74 47,58 14,461 209,115

VIIIC 38 78 0 78 55,42 12,381 153,277

VIIID 38 50 20 70 51,53 11,675 136,310

VIIIE 38 36 36 72 54,58 8,317 69,169

VIIIF 38 44 32 76 54,00 11,227 126,054

VIIIG 38 44 28 72 47,79 10,632 113,036

VIIIH 38 40 30 70 45,84 8,591 73,812

VIIII 38 38 30 68 47,74 10,157 103,172

VIIIJ 38 44 30 74 46,47 9,847 96,959

VIIIK 38 36 32 68 51,47 8,683 75,391

Valid N (listwise) 38

Sumber: Hasil Penelitian, 2014.

Berdasarkan tabel 3.2., maka urutan nilai rata-rata ulangan harian pemahaman konsep IPS dimulai dari yang terbesar sampai terkecil, yaitu:

1) Kelas VIII A dengan nilai rata-rata 55.42; 2) Kelas VIII C dengan nilai rata-rata 55.42; 3) Kelas VIII E dengan nilai rata-rata 54.58; 4) Kelas VIII F dengan nilai rata-rata 54.00; 5) Kelas VIII D dengan nilai rata-rata 51.53; 6) Kelas VIII K dengan nilai rata-rata 51.47; 7) Kelas VIII G dengan nilai rata-rata 47.79; 8) Kelas VIII I dengan nilai rata-rata 47.74; 9) Kelas VIII B dengan nilai rata-rata 47.58; 10)Kelas VIII J dengan nilai rata-rata 46.47; 11)Kelas VIII H dengan nilai rata-rata 45.84.


(34)

Hasil urutan nilai rata-rata ulangan harian pemahaman konsep IPS yang telah dilaksanakan pada kelas VIII menunjukkan bahwa kelas yang diampu oleh pendidik kedua berada kebanyakan berada di bawah nilai kelas yang diampu oleh pendidik pertama. Karena itu, peneliti memilih kelas yang diampu oleh pendidik kedua yaitu kelas VIII G, H, I, J dan K sebagai sampel penelitian. Namun, karena yang akan dijadikan sampel penelitian sebanyak empat kelas sementara kelas yang diampu pendidik kedua sebanyak lima kelas, maka peneliti akan melihat persamaan atau dipersamakan berdasarkan data statistika deskriptif pada tabel 3.2. disertai melakukan uji normalitas dan homogenitas untuk menentukan kelompok kontrol, kelompok eksperimen1, kelompok eksperimen 2 dan kelompok eksperimen 3.

Berdasarkan tabel 3.2., diperoleh informasi bahwa nilai mean yang hampir sama terdapat pada kelas VIII G dan I. Nilai maximum yang sama terdapat pada kelas VIII I dan K. Nilai minimum yang sama terdapat pada kelas VIII H, I dan J. Nilai range yang sama terdapat pada kelas VIII G dan J. Nilai standart deviation yang hampir sama terdapat pada kelas VIII G dan I. Nilai variance tidak ada yang hampir sama. Banyaknya muncul persamaan atau dipersamakan terdapat pada kelas VIII H dan I.

Hasil uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk) melalui Software SPSS 18 for windows dengan taraf signifikansi α = 5% (0,05) dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.3.

Hasil Uji Normalitas Nilai Ulangan Harian Kelas VIII SMPN 38 Bandung

Sumber: Hasil Penelitian, 2014.

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

VIII G 0.089 38 0.200 Normal VIII G 0.972 38 0.444 Normal VIII H 0.099 38 0.200 Normal VIII H 0.966 38 0.288 Normal VIII I 0.082 38 0.200 Normal VIII I 0.976 38 0.565 Normal VIII J 0.099 38 0.200 Normal VIII J 0.967 38 0.328 Normal VIII K 0.100 38 0.200 Normal VIII K 0.979 38 0.689 Normal Kesimpulan Kelas Kolmogorov-Smirnov Kesimpulan Kelas Shapiro-Wilk


(35)

Berdasarkan tabel 3.3. melalui uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) diperoleh kesimpulan bahwa semua kelas yang diampu oleh pendidik kedua berdistribusi normal. Siregar (2013, hlm. 148) mengemukakan bahwa “Uji ini membandingkan serangkaian data pada sampel terhadap distribusi normal serangkaian nilai dengan mean dan standar deviasi yang sama”. Karena itu, sangat penting bagi peneliti melihat normal tidaknya dengan menggunakan uji Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk).

Hasil uji homogenitas Mann Whitney melalui software SPSS 18 for windows terdapat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.4.

Hasil Uji Homogenitas Nilai Ulangan Harian Kelas VIII SMPN 38 Bandung Kelas Mann-Whitney Z Asymp.Sig.(2-tailed) Kesimpulan VIII G dan H 626.000 -1.000 0.317 Homogen

VIII G dan I 724.000 -174 0.862 Homogen VIII G dan J 651.000 -552 0.581 Homogen VIII G dan K 583.500 -1.443 0.149 Homogen VIII H dan I 675.000 -674 0.500 Homogen VIII H dan J 682.000 -223 0.823 Homogen VIII H dan K 461.000 -2.724 0.006 Heterogen VIII I dan J 680.000 -432 0.666 Homogen VIII I dan K 561.000 -1.838 0.066 Homogen VIII J dan K 491.000 -2.247 0.025 Heterogen Sumber: Hasil Penelitian, 2014.

Berdasarkan tabel 3.3. diperoleh kesimpulan bahwa kelas VIII G, H, I dan J tidak memiliki perbedaan (homogen). Karena itu, kelas VIII G, H, I dan J dijadikan sebagai sampel penelitian.

Kelas VIII J dipilih sebagai kelompok eksperimen 1 menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan dari pendidik bahwa peserta didik kelas VIII J memiliki karakteristik aktif dalam dalam tugas membaca dan merangkum. Kelas VIII G dipilih sebagai kelompok eksperimen 2 menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan dari pendidik bahwa peserta didik kelas VIII G memiliki karakteristik aktif dalam mengerjakan penugasan yang diberikan. Kelas VIII I dipilih sebagai kelompok eksperimen 3 menggunakan pembelajaran


(36)

kooperatif tipe TGT. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan dari pendidik bahwa peserta didik kelas VIII I memiliki karakteristik aktif dalam bersaing untuk menjawab tes lisan yang diberikan pendidik. Kelas VIII H dipilih sebagai kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan dari pendidik bahwa peserta didik kelas VIII H memiliki karakteristik kondusif di dalam kelas, fokus mendengarkan pendidik ketika berceramah. Sebaran sampel dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.5. Sampel Penelitian

Kelas Jumlah Peserta didik Model Pembelajaran VIII G 38 Kooperatif tipe GI (Eksperimen 2)

VIII H 38 Konvensional (Kontrol)

VIII I 38 Kooperatif tipe TGT (Eksperimen 3) VIII J 38 Kooperatif tipe CIRC (Eksperimen 1)

Total 152 4

Sumber: Data Kurikulum SMPN 38 Bandung, 2014.

Sumber: Adaptasi dari Zuriah (2009, hlm. 143). Gambar 3.1.

Pengambilan Sampel dengan Convenience

B. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen termasuk ke dalam pendekatan kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positivisme. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2012, hlm.

14) yang mengemukakan bahwa “Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme”. Filsafat positivisme memandang suatu fenomena dapat diklasifikasikan, diamati, terukur dan menunjukkan hubungan sebab akibat.

A B C D

E F K

G I

H J G I


(37)

Penelitian eksperimen menggunakan treatment untuk memengaruhi hasil penelitian. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Keepel (dalam Creswell, 2013, hlm. 19) yang mengemukakan sebagai berikut:

Penelitian eksperimen berusaha menentukan apakah suatu treatment memengaruhi hasil sebuah penelitian. Pengaruh ini dinilai dengan cara menerapkan treatment tertentu pada satu kelompok (sering disebut kelompok treatment) dan tidak menerapkannya pada kelompok yang lain (sering disebut kelompok kontrol), lalu menentukan bagaimana dua kelompok tersebut menentukan hasil akhir. Penelitian ini mencakup eksperimen-aktual dengan penugasan acak (random assignment) atas subjek-subjek yang di treatment dalam kondisi-kondisi tertentu, dan kuasi eksperimen dengan prosedur-prosedur non acak.

Karena itu, metode penelitian eksperimen digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Bentuk eksperimen dalam penelitian ini menggunakan eksperimen semu (quasi experiment). Sukmadinata (2013, hlm. 207) mengemukakan bahwa

“Eksperimen ini disebut kuasi, karena bukan merupakan eksperimen murni tetapi

seperti murni, seolah-olah murni. Eksperimen ini biasa juga disebut eksperimen semu”. Quasi experiment merupakan pengembangan dari true eksperiment, yang sulit untuk dilaksanakan.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu pedoman yang harus dilakukan untuk menganalisis data dari lokasi penelitian. Desain penelitian quasi experiment ini menggunakan Nonequivalent [Pre Test and Post Test] Control Group Design.

Desain ini menurut Creswell (2013, hlm. 242) adalah “kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol diseleksi tanpa prosedur penempatan acak (without random assignment). Pada dua kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pre-test dan post-test. Hanya kelompok eksperimen saja yang di treatment”. Karena itu, desain ini hampir sama dengan pre test and post test control group design seperti pada bentuk true experiment hanya kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.


(38)

Alur desain penelitian ini menurut Creswell (2013, hlm. 242) adalah sebagai berikut:

Kelas Eksperimen O X O Kelas Kontrol O O Keterangan:

O : Pre test dan post test pemahaman konsep IPS X : Pembelajaran kooperatif tipe CIRC, GI, TGT : Subjek penelitian tidak dikelompokkan secara acak

Kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak empat kelompok, yang terdiri dari tiga kelas eksperimen dan satu kelas kontrol seperti pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.6. Kelompok Penelitian

Kelompok Pre-Test Treatment Post-Test

Eksperimen 1 (E1) O1 X1 O2

Eksperimen 2 (E2) O1 X2 O2

Eksperimen 3 (E3) O1 X3 O2

Kontrol (K) O1 O2

Keterangan:

E1 O1 : Pre test (sebelum treatment) pada kelas eksperimen 1 E1 O2 : Post test (sebelum treatment) pada kelas eksperimen 1 E2 O1 : Pre test (sebelum treatment) pada kelas eksperimen 2 E2 O2 : Post test (sebelum treatment) pada kelas eksperimen 2 E3 O1 : Pre test (sebelum treatment) pada kelas eksperimen 3 E3 O2 : Post test (sebelum treatment) pada kelas eksperimen 3 K O1 : Pre test pada kelas kontrol

K O2 : Post test pada kelas kontrol

X1 : Pembelajaran kooperatif tipe CIRC (treatment pada kelas eksperimen 1) X2 : Pembelajaran kooperatif tipe GI (treatment pada kelas eksperimen 2) X3 : Pembelajaran kooperatif tipe TGT (treatment pada kelas eksperimen 3)


(39)

Berikut ini dijelaskan hubungan antara kelas kontrol, kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas eksperimen 3 dengan kelas dalam penelitian quasi experiment ini:

E1 : E2

E1 : K E3 : E2

E1 : E3 E2 : K

E3 : K

Gambar 3.2.

Hubungan antara Kelas Kontrol, Kelas Eksperimen 1, Kelas Eksperimen 2 dan Kelas Eksperimen 3

Berdasarkan gambar di atas, maka penelitian ini akan melihat perbandingan efektivitas dari ke empat pembelajaran terhadap pemahaman konsep IPS.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini mengacu kepada variabel yang akan diteliti. Variabel penelitian merupakan keadaan yang dimanipulasi, dikendalikan atau diobservasi oleh peneliti. Creswell (2013, hlm. 236)

mengemukakan bahwa “dalam penelitian eksperimen, variabel-variabel harus dirinci agar pembaca bisa melihat dengan jelas kelompok-kelompok apa yang akan dieksperimentasi dan outcome-outcome apa saja yang ingin diukur”. Penelitian ini mengkaji efektivitas pembelajaran kooperatif tipe CIRC, GI dan TGT terhadap pemahaman konsep IPS. Penelitian ini juga membandingkan treatment antara pembelajaran kooperatif tipe CIRC, GI dan TGT dengan pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan oleh pendidik. Variabel dalam penelitian ini terbagi atas dua, yang pertama variabel bebas (independent variable) yang diberi simbol (X) dan variabel terikat (dependent variable) yang diberi simbol (Y).

Eksperimen 1(E1) Eksperimen 2 (E2)


(40)

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Karena itu, variabel bebas berdasarkan judul penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe CIRC sebagai (X1), pembelajaran kooperatif tipe GI sebagai (X2), dan pembelajaran kooperatif tipe TGT (X3). Berikut ini dijelaskan definisi operasional yang termasuk variabel bebas: a. Pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) adalah suatu cara pembelajaran untuk melatih peserta didik secara terpadu memiliki kemampuan membaca dan menemukan ide pokok dalam suatu bahasan tertentu sehingga dapat menyimpulkan dan memberikan tanggapan. Deskripsi langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe CIRC yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:

1) Teams:

a) Pendidik membentuk kelompok yang anggotanya secara heterogen berdasarkan jenis kelamin.

b) Pembentukan kelompok pun berdasarkan rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar pendidik mengetahui kelebihan dan kelemahan peserta didik.

2) Placement test:

Pendidik memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran kepada setiap kelompok.

3) Student creative:

a) Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping.

b) Para peserta didik membaca cerita dalam wacana/kliping dalam hati dan kemudian secara bergantian membaca cerita tersebut dengan keras bersama kelompoknya, bergiliran untuk tiap paragraf.

c) Si pendengar mengoreksi tiap kesalahan yang dibuat oleh si pembaca.


(41)

d) Setelah mencapai setengah dari cerita dalam wacana/kliping, setiap kelompok diminta untuk menghentikan bacaan kemudian diminta untuk mengidentifikasikan karakter, latar belakang kejadian, dan masalah dalam cerita tersebut, serta untuk memprediksi bagaimana masalah tersebut akan diselesaikan.

e) Pada akhir cerita dalam wacana/kliping, para peserta didik merespons cerita secara keseluruhan dan menulis beberapa paragraf mengenai topik yang berkaitan dengan itu.

f) Para peserta didik berlatih mengucapkan daftar kata-kata ini bersama pasangannya atau teman satu tim lainnya sampai mereka bisa membacanya dengan lancar.

4) Team study:

a) Para peserta didik diberikan daftar kata-kata dalam cerita yang tergolong baru dalam kosa kata bicara mereka dan diminta untuk melihat kata-kata tersebut di dalam kamus, menuliskan definisinya dengan cara yang lebih mudah dipahami, dan menuliskan kalimat yang memperlihatkan makna kata tersebut.

b) Jika para peserta didik telah menyelesaikan semua kegiatan ini, pasangan mereka memberikan hasil kerja kelompok kepada pendidik yang mengindikasikan bahwa mereka telah menyelesaikan dan/atau memenuhi kriteria terhadap tugas tersebut.

c) Perwakilan tiap kelompok akan mempresentasikan/membacakan hasil kerja kelompok.

5) Team score and team recognition:

Pendidik memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

6) Teaching group:

Pendidik memberikan penjelasan terhadap materi berdasarkan materi penugasan kelompok yang diberikan pada peserta didik;


(42)

7) Facts test:

Para peserta didik diberikan tes pemahaman terhadap cerita, diminta untuk menuliskan kalimat-kalimat bermakna, dan diminta untuk membacakan daftar kata-kata dengan keras kepada pendidik. Pada tes ini peserta tidak diperbolehkan saling membantu.

8) Whole-class units:

Pendidik bersama/membimbing peserta didik untuk merangkum inti materi pembelajaran yang diakhiri dengan memberikan post test.

Tabel 3.7.

Operasional Variabel Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC

Variabel Indikator

Pembelajaran

Kooperatif tipe CIRC

a. Presentasi kelas; b. Belajar dalam tim;

c. Membaca dan menemukan ide pokok; d. Tanggapan dan kesimpulan kelompok; dan e. Skor penghargaan kerja kelompok.

b. Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) adalah suatu cara pembelajaran untuk melatih peserta didik menginvestigasi secara kelompok dalam suatu permasalahan yang menjadi pokok bahasan dan bekerja sama untuk menarik kesimpulan setelah informasi didapatkan. Deskripsi mengenai langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe GI, yaitu:

1) Seleksi Topik

a) Para peserta didik memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh pendidik;

b) Para peserta didik selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups); c) Komposisi kelompok heterogen, baik dalam jenis kelamin, etnik,


(43)

2) Merencanakan Kerja Sama

Para peserta didik beserta pendidik merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a di atas.

3) Implementasi

a) Para peserta didik melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b;

b) Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para peserta didik untuk menggunakan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.

c) Pendidik secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

4) Analisis dan Sintesis

a) Para peserta didik menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c;

b) Para peserta didik merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5) Penyajian Hasil Akhir

a) Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua peserta didik dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut;

b) Presentasi kelompok dikoordinir oleh pendidik. 6) Evaluasi

a) Pendidik beserta peserta didik melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan;

b) Evaluasi dapat mencakup tiap peserta didik secara individu atau kelompok atau keduanya.


(44)

Tabel 3.8.

Operasional Variabel Pembelajaran Kooperatif tipe GI

Variabel Indikator

Pembelajaran Kooperatif tipe GI

a. Presentasi kelas; b. Belajar dalam tim;

c. Investigasi terhadap masalah; d. Analisis informasi; dan

e. Skor penghargaan kerja kelompok.

c. Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu cara pembelajaran dengan menggunakan turnamen akademik di mana setiap peserta didik berkompetisi mewakili timnya dengan bersaing bersama anggota tim lain yang secara akademik sebelumnya setara. Deskripsi mengenai langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu:

1) Penyajian kelas

a) Pada awal pembelajaran, pendidik menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin oleh pendidik.

b) Pada saat penyajian kelas ini, peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh pendidik, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2) Kelompok (Tim)

a) Kelompok anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik.

b) Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. 3) Game

a) Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok.


(45)

b) Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.

c) Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor.

d) Skor ini yang nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen mingguan.

4) Turnamen

a) Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah pendidik melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.

b) Turnamen pertama pendidik membagi peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II, dan seterusnya.

5) Team Recognize (penghargaan kelompok)

a) Pendidik kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.

b) Tim mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau

lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40.

Tabel 3.9.

Operasional Variabel Pembelajaran Kooperatif tipe TGT

Variabel Indikator

Pembelajaran Kooperatif tipe GI

a. Presentasi kelas; b. Belajar dalam tim; c. Permainan/games; d. Turnamen; dan


(46)

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Karena itu, variabel terikat berdasarkan judul penelitian ini adalah pemahaman konsep IPS (Y). Berikut ini dijelaskan definisi operasional yang termasuk variabel terikat: a. Pemahaman Konsep adalah suatu aspek yang banyak menuntut pemikiran

untuk menangkap makna suatu konsep IPS yang dikonstruksi dengan kata-kata sendiri dari pengetahuan lama dan pengetahuan baru.

Tabel 3.10.

Operasional Variabel Pemahaman Konsep

Variabel Indikator

Pemahaman konsep

a. Menafsirkan konsep; b. Mencontohkan konsep; c. Mengklasifikasikan konsep; d. Merangkum konsep;

e. Menyimpulkan konsep; f. Membandingkan konsep; dan g. Menjelaskan konsep.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan data pada saat penelitian. Instrumen penelitian menurut Siregar (2013, hlm. 46)

adalah “suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan

menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama”. Data yang akan diperoleh dalam penelitian menggunakan instrumen penelitian berupa tes dan non tes, yaitu tes pemahaman konsep IPS dan non tes berupa lembar observasi, serta pedoman wawancara.


(1)

Kuswana, W.S. (2012). Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berpikir. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lie, A. (2008). Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Grasindo: Jakarta.

NCSS. (1994). Curriculum Standards for Social Studies. Washington: Expectation of Excellece.

Nurochim. (2013). Perencanaan Pembelajaran Ilmu-ilmu Sosial. Depok: Raja Grafindo Persada.

Reece, I. & Walker, S. (2003). Teaching, Training and Learning A Practical Guide. Fifth Edition. Sunderland: Business Education Publishers Limited. Riyanto. (1996). Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar.

Surabaya: SIC.

Rusman. (2013). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi Kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sapriya. (2012). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Setiawan, (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Sharan, S. (2009). Handbook of Cooperative Learning: Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas. Penerjemah Sigit Prawito. Yogyakarta: Imperium.

Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Prenada Media Group. Slavin, R.E. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Penerjemah

Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.

Solihatin, E., & Raharjo. (2011). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.


(2)

Somantri, A. & Muhidin, S.A. (2006). Aplikasi Statistik dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Program Pascasarjana dan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia bekerja sama dengan Remaja Rosdakarya. Somantri, M.N., dkk. (2010). Inovasi Pembelajaran IPS. Bandung: Rizqi Press bekerja sama dengan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Stahl, R. J., & Van Sickle, R. L. (2008). Cooperative Learning Social Studies Classroom: An Introduction to Social Study. Washington: Nationak Council for the Social Studies.

Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sukmadinata, N.S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Penelitian Memberikan Deskripsi, Eksplanasi, Prediksi, Inovasi dan juga Dasar-dasar Teoretis bagi Pengembangan Pendidikan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan Remaja Rosdakarya.

Sumaatmadja, N. (1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Bandung: Alumni.

Sumaatmadja, N. (1986). Perspektif Studi Sosial. Bandung: Alumni.

Supardan, D. (2011). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.


(3)

Taniredja, T., Faridli, E.M., & Harmianto, S. (2013). Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia 2014. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Trihendradi. C. (2011). Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 19. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Tukiran, T., Faridli, E.M., & Harmianto, S. (2013). Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta.

Uno, H.B., & Koni, S. (2012). Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Wahab, A.A. (2012). Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta.

Wiriaatmadja, R. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia. Bandung: Historia Utama Press

Womack, J.G. (1970). Discovering The Structure of Social Studies. New York: Benzinger Brother.

Woolfolk, A. (2009). Educational Psychology Active Learning Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zainul, A., & Nasution, N. (2005). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Zuriah, N. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Jurnal:

Hammer, D. (1996). Multiple Perspectives on Student Knowledge and Reasoning and an Appropriate Role for Education Research. Physic Journal. 64 (10). pp. 1316 - 1325.


(4)

Suyitno, A. (2005). Mengadopsi Pembelajaran CIRC dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita. Jurnal Seminar Nasional FMIPA UNNES.

Tayubi, Y.R. (2005). Mimbar Pendidikan: Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep-konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI). Jurnal Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. No. 3XXIV. 4 – 9.

Sumber Peraturan Pemerintah:

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 dan 23 tahun 2006

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Sumber Data Lokasi Penelitian:

Data Kurikulum SMPN 38 Bandung

Sumber Makalah:

Maryani, E. & Sjamsuddin, H. (2008). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial. Makalah Hasil Penelitian, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Wahab, A.A. (2002). Tantangan Pembelajaran PIPS di Sekolah. Makalah pada Seminar Nasional dan Musda I HISPISI Jawa Barat, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumber Tesis:

Erlianingsih, T. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dan Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif pada Materi Dinamika Rotasi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Faikoh, I. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor Terstruktur terhadap Kemandirian Belajar Siswa dan Pemahaman Konsep IPS. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas


(5)

Hakim, A. (2010). Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Problem Posing pada Topik kesetimbangan Benda Tegar untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Permatasari, M.A. (2013). Perbedaan Keefektivan Penerapan Metode Mind Mapping dan Metode Course Review Horay terhadap Pemahaman Konsep Kegiatan Pokok Ekonomi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Purwanti. (2013). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap Upaya Peningkatan Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Akuntansi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Putri, M.A. (2013). Penerapan Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit (PTK di Kelas IV SDN Anyer IV). (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Rifani, I. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Dan Model

Pembelajaran Search, Solve, Create, And Share Terhadap Pemahaman Konsep Pada Pembelajaran Geografi Di Sma : Studi Eksperimen Kelas XI di SMAN 1 Cihaurbeuti Ciamis. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumber Disertasi:

Hermanto. (2012). Revitalisasi Nilai-nilai Pendidikan IPS Berbasis Kearifan Lokal (Studi Etnopedagogi pada Kesatuan Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul di Kabupaten Sukabumi. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Nasir, M. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas IX Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(6)

Yani, A. (2010). Pengembangan Model Meaningful Learning untuk Meningkatkan Daya Nalar Siswa Melalui Aplikasi Mind Map pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP 5 KUDUS

0 6 163

Pembelajaran biologi dengan group investigation dan cooperative integrated reading composition ditinjau dari minat dan kedisiplinan belajar siswa

0 4 135

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Strategi Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Mind Mapping terhadap Pemahaman Konsep

0 3 16

PENDAHULUAN Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Strategi Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Mind Mapping terhadap Pemahaman Konsep ditinjau dari Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Mojolaban Tahun 2014/2015.

0 2 9

PENGARUH MODEL CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SENI TARI PADA SISWA KELAS VII SMP YAS BANDUNG.

0 1 43

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN INTEGRATED READING AND COMPOSITION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN ANAK TUNARUNGU KELAS 6 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ITAS METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK M

0 0 18

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN - repository UPI T PK 1201022 title

0 0 8

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN

0 1 16

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

0 0 5

View of Perbedaan Pembelajaran Team Assisted Individualization (Tai) Dan Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Pada Peserta Didik Kelas Viii (Materi Lensa)

0 0 11