PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM -SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF-ESTEEM SISWA KELAS VIII.

(1)

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING

DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP

PENINGKATAN SELF- ESTEEM

SISWA KELAS VIII

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Olahraga

Oleh:

Benny Widya Priadana NIM 1302986

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL PROBLEMBASED LEARNING DAN PROBLEM -SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF-ESTEEM

SISWA KELAS VIII

Oleh :

Benny Widya Priadana S.Pd. STKIP PGRI JOMBANG .

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Prodi Pendidikan Olahraga

© Benny Widya Priadana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII


(4)

vi Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENGARUH MODEL PROBLEMBASED LEARNING DAN PROBLEM

-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF-ESTEEM SISWA KELAS VIII

Benny Widya Priadana NIM 1302986

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model problem-based learning dan problem-solving skills terhadap peningkatan self-esteem siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Puri. Metode eksperimen penelitian ini menggunakan 2 x 3 factorial design. Instrumen penelitian Self-esteem Rating Scale diadopsi dan dimodifikasi dari Nugent dan Thomas (1993) dan problem solving inventory yang diadopsi dan dimodifikasi dari Heppner dan Petersen (1982) dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling untuk mendapatkan 4 kelas dari 8 kelas secara acak, sedangkan random assignment digunakan untuk menentukan 2 kelas sebagai kelompok kontrol dan 2 kelas sebagai kelompok eksperimen secara acak. Hasil penghitungan dan analisis data didapat nilai rerata siswa yang belajar menggunakan model problem-based learning sub-kelompok problem-solving skills tinggi, sedang dan rendah adalah 134,18; 123,87; 116,00, serta siswa yang belajar menggunakan model konvensional (direct instructional) nilai rerata pada sub-kelompok problem-solving skills tinggi, sedang dan rendah adalah 126,35; 124,27; 121,91. Dari uji ANCOVA dapat disimpulkan bahwa,

peningkatan nilai self-esteem siswa yang menggunakan model problem-based learning lebih baik dari peningkatan nilai self-esteem siswa yang menggunakan model direct instructional, terdapat perbedaan nilai self-esteem bagi siswa yang memiliki problem-solving skills tinggi, sedang, dan rendah, tidak terdapat interaksi antara model problem-based learning dan model direct instructional dengan problem-solving skills pada nilai self-esteem.


(5)

vii Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE EFFECT OF PROBLEM-BASED LEARNING MODEL AND PROBLEM-SOLVING SKILLS TO IMPROVEMENT OF

STUDENTS SELF-ESTEEM IN CLASS VIII

Benny Widya Priadana NIM 1302986

This research is sought to examine the effect of Problem-based Learning and Problem-solving skills to the increase of self-esteem of VIII grade students at SMP Negeri 1 Puri.The method in the present study is 2 x 3 factorial design.The instrumentation in the research used the Self-esteem Rating Scale adapted and modified from Nugent and Thomas (1993) and problem solving inventory which have been tested its validity and reliability. Cluster random sampling was used to determine the sample, 4 out of 8 classes. Further, random assignment was used to randomly decide 2 classes as the control group and the other 2 for the experiment group.From the computation and analysis the average score of students learning by using PBL in high, middle and low PSS is at 134,18; 123,87; 116,00. In conventional teaching using direct instructional, the average score of high, middle and low PSS group is at 126,35; 124,27; 121,91 respectively. By using the ANCOVA test, it is concluded that there is an increase in the value of self-esteem of students using problem-based learning models is better than the increase in the value of self-esteem of students who use direct instructional models, there is also the difference on the self-esteem score in the students who have high, middle and low solving skills, there is no interaction between Problem-based Learning and direct instructional on Problem-solving skills in the self-esteem value.


(6)

viii Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII


(7)

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Tesis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Model Pembelajaran... 9

1. Model Problem-Based Learning ... 9

2. Model Konvensional ... 17

B. Problem-Solving Skills ... 22

1. Definisi Problem-Solving Skills ... 22

2. Komponen-komponen Problem-Solving Skills ... 23

3. Faktor yang Mempengaruhi Problem-Solving Skills... 23

4. Strategi dalam Meningkatkan Problem-Solving Skills ... 24


(8)

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

C. Self-Esteem ... 26 1. Definisi Self-Esteem ... 26


(9)

ix ix Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Komponen Self-Esteem ... 27

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Esteem... 28

4. Macam-macam Intervensi terhadap Self-Esteem... 30

5. Perkembangan Self-Esteem Siswa Remaja (SMP) ... 31

6. Karakteristik Siswa yang Memiliki Self-Esteem Tinggi dan Rendah. ... 32

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 33

E. Posisi Teoretis ... 35

F. Hipotesis Penelitian... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Metode dan Desain Penelitian... 38

B. Populasi dan Sampel ... 39

C. Instrumen Penelitian... 41

D. Prosedur Penelitian... 46

E. Teknik Analisis Data ... 53

F. Limitasi Penelitian ... 54

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Temuan Penelitian... 57

1. Deskripsi Data ... 57

2. Uji Persyaratan Hipotesis ... 58

3. Uji Hipotesis ... 61

B. Pembahasan Temuan Penelitian... 66

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 73

A. Simpulan ... 73

B. Implikasi... 73

C. Rekomendasi ... 74


(10)

x Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sintaks atau Langkah-langkah Pelaksanaan Problem-Based

Learning... 14

Tabel 2.2. Sintaks atau Langkah-langkah Pelaksanaan Direct Instructional .... 21

Tabel 2.3. Karakteristik Siswa yang Memiliki Self-esteem yang Tinggi dan Rendah. ... 33

Tabel 3.1. Karakteristik Populasi ... 40

Tabel 3.2. Karakteristik Sampel... 40

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen SERS ... 43

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen PSI ... 44

Tabel 3.5. Jadwal Program Pelaksanaan Penelitian ... 49

Tabel 3.6. Skenario Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 50

Tabel 3.7. Ancaman Terhadap Desain Penelitian Factorial with Randomized ... 54

Tabel 4.1. Deskripsi Data Nilai Self-esteem... 57

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Self-esteem ... 59

Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Data ... 60

Tabel 4.4. Hasil Penghitungan ANCOVA ... 62

Tabel 4.5. Hasil Uji Least Significant Difference (LSD) Model Pembelajaran . 63 Tabel 4.6. Hasil Uji Least Significant Difference (LSD) Problem-Solving Skills ... 64


(11)

xi Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Desain Faktorial 2 x 3 ... 38 Gambar 4.1. Tidak tedapat Interaksi Model Problem-Based Learning dan Model

Direct Instructional dengan Problem-Solving Skills terhadap


(12)

xii Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Self-esteem Rating Scale (SERS)... 80

Lampiran 2. Angket Problem-Solving Inventory (PSI) ... 82

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas SERS Menggunakan Korelasi Product Moment ... 84

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Angket SERS ... 87

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Angket PSI Menggunakan Korelasi Product Moment ... 88

Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas PSI... 91

Lampiran 7. SERS yang Sudah Valid dan Reliabel ... 92

Lampiran 8. PSI yang Sudah Valid dan Reliabel... 94

Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Eksperimen ... 96

Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Kontrol.. 105

Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas Data ... 111

Lampiran 12. Hasil Uji Homogenitas dan ANCOVA ... 112

Lampiran 13. Rekapitulasi Nilai Self-esteem dari Hasil Pre-Test, Post-Test dan Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Tingkat Problem- Solving Skills (PSS) ... 117

Lampiran 14. Surat Keputusan Pembimbing Tesis ... 120

Lampiran 15. Surat Ijin Melakukan Penelitian Lapangan ... 122

Lampiran 16. Surat Keterangan Melakukan Studi Lapangan Untuk Uji Coba Angket ... 123

Lampiran 17. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lapangan ... 125

Lampiran 18. Contoh Pernyataan Kesediaan Responden. ... 126

Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian pada Kelompok Eksperimen ... 127

Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian pada Kelompok Kontrol ... 129


(13)

1

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin maju, memberi pengaruh baru pada era kedewasaan berbangsa dan bernegara dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, Kemendikbud (2013:1) mengatakan bahwa hal tersebut mengisyaratkan bahwa pentingnya membangun pendidikan yang bermutu dan bermakna untuk mewujudkan generasi bangsa Indonesia yang beradab, berbudaya, bermartabat, berkarakter, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Untuk menjawab tantangan era kedewasaan berbangsa dan bernegara tersebut, pemerintah telah berupaya menciptakan pembangunan pendidikan yang bermutu. Salah satunya yaitu dengan lahirnya kurikulum 2013. Meskipun Permendikbud No. 160 Tahun 2014 sudah menetapkan permberlakuan kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013, keefektifan kurikulum 2013 masih perlu dikaji lebih mendalam. Hal ini dikarenakan, Kurikulum 2013 yang berdasar pada scientific approach (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan) dengan harapan agar siswa memiliki kompetensi dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang lebih baik. Dalam jangka panjang, diharapkan mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga lebih sukses dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan di masa depan.

Namun pada era dewasa ini, menurut Kemendikbud (2012:8) bahwa banyak kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan kehendak sering muncul di Indonesia, yang berimbas pada prilaku menyimpang di kalangan muda, misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal. Tidak hanya itu, Mu’ti (2013) juga mengatakan bahwa peningkatan kasus kriminalitas, pergaulan bebas muda mudi, tawuran antar pelajar, dan penyalahgunaan narkoba yang terjadi di kalangan remaja sangat mengkhawatirkan. Demikian halnya, hasil


(14)

2

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

survey Badan Narkotika Nasional (2013:62), penggunaan narkoba pada generasi muda meningkat 7,1% dari tahun 2012 sebesar 80,9% pada tahun 2013 menjadi 88%. Jadi berbagai pendapat tersebut membuktikan bahwa penyakit sosial di kalangan remaja sudah sangat memprihatinkan.

Dengan demikian, masalah-masalah kekerasan dan berbagai penyakit sosial tersebut harus segera diatasi atau dicegah. Salah satunya yaitu melalui peningkatan self-esteem siswa yang positif. Self-esteem adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri (Santrock, 2007a:113). Heatherton dan Wyland (2003:219) menyatakan bahwa banyak penyakit sosial seperti kehamilan remaja di luar nikah, penggunaan narkoba, kekerasan, kegagalan akademis, dan tindak kriminalitas disebabkan oleh self-esteem yang rendah. Demikian halnya menurut Emler (2001:59) bahwa remaja dengan harga diri sangat rendah menyebabkan depresi, hamil diluar nikah, memiliki pemikiran untuk bunuh diri, pengangguran, menderita gangguan makan, gagal merespon pengaruh sosial, sulit untuk mempertahankan hubungan dekat; dan untuk remaja dengan harga diri rendah memungkinkan untuk melakukan kejahatan dengan kekerasan, penggunaan dan penyalah gunaan obat-obatan terlarang, minum-minuman keras, dan kegagalan akademis. Sejalan dengan itu, Trzesniewski, et. al. (2006:381) juga menyatakan bahwa harga diri yang rendah dapat mendorong anak-anak dan remaja terjerumus dalam lingkungan kriminal. Namun sebaliknya, Aryana (2010:2474) mengatakan bahwa harga diri yang tinggi merupakan faktor penting dalam memperkuat peningkatan prestasi akademik pada siswa. Hal tersebut didukung oleh teori Santrock (2007b:79) bahwa terdapat hubungan antara self-esteem dengan prestasi di sekolah. Menurut Santrock individu dengan self-esteem yang tinggi akan memiliki inisiatif yang tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki self-esteem rendah. Jadi tingkat self-esteem menjadi prediktor yang signifikan untuk memahami tingkah laku individu dalam kehidupannya.

Di sisi lain, berbagai penyakit sosial dan kriminal selain disebabkan karena self-esteem yang rendah ternyata juga disebabkan buruknya kemampuan pemecahan masalah sebagaimana diungkapkan oleh Slaby dan Guerra (1988;


(15)

3

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dalam Barnett & Wood, 2008:449) bahwa kenakalan remaja, termasuk pelaku seksual dan permusuhan antar teman, menunjukkan buruknya kemampuan dalam pemecahan masalah. Demikian halnya hasil penelitian Spivack dan Shure (1976; dalam McGuire, 2000:60) menemukan bahwa kelompok-kelompok remaja dan orang dewasa yang memiliki masalah sosial, pengguna heroin, penderita depresi atau agoraphobia, dan kehamilan remaja yang tidak diinginkan merupakan kelompok-kelompok yang pada umumnya memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih buruk. Jadi rendahnya tingkat self-esteem dan buruknya kemampuan memecahkan masalah memiliki hubungan yang signifikan dengan berbagai penyakit sosial dan kriminal.

Oleh karena itu, agar berbagai dampak negatif itu tidak menimpa generasi muda khususnya di kalangan pelajar, usaha yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan harga dirinya (self-esteem) melalui metode pemecahan masalah. Emler (2001:57) mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu metode yang terdapat dalam pendekatan cognitive-behavior dan dapat meningkatkan self-esteem. Pendekatan cognitive-behavior sendiri merupakan pendekatan yang secara teoritis diasumsikan sebagai terjadinya internal covert processes yang disebut "berpikir" atau "kognisi" dan bahwa peristiwa kognitif memediasi perubahan perilaku (Dobson, 2010: 6). Pendekatan cognitive-behavior diklasifikasikan menjadi tiga metode yaitu;, cognitive restructuring, coping skills therapies, problem solving therapies (Mahoney & Arnkoff, 1978; dalam Dobson, 2010:11). Dari ketiga metode tersebut, metode problem solving merupakan salah satu metode yang efektif dalam meningkatkan self-esteem. Hal tersebut diperkuat oleh Fischer (1986; dalam Murk, 2006) yang mengatakan bahwa “training in problem-solving skills may be the ideal way to address specific individuals with particular self-esteem themes.” Jadi dengan kata lain, mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah merupakan cara yang ideal untuk mengatasi masalah yang terpaut self-esteem. Demikian halnya Murk (1999; dalam Emler, 2001:53) mengatakan bahwa cara efektif untuk meningkatkan self-esteem yaitu dengan meningkatkan kemampuan memecahkan masalahnya.


(16)

4

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sebagai salah satu aspek kemampuan, pemecahan masalah tidak hanya sangat penting untuk semua aspek kehidupan, tetapi juga dalam ruang lingkup pendidikan dan penemuan ilmiah (Price & Driscoll, 1997:472). Menurut Graham, Hale dan Parke (1993; dalam Suherman, 2009:150), “problem solving encourages children to think and solve problems rather than simply to copy teacher’s or

student’s correct performance of skill.” Dengan kata lain, pemecahan masalah pada dasarnya mendorong anak untuk berpikir dan memecahkan masalah bukan hanya untuk menyalin kinerja keterampilan yang benar dari guru atau siswa lainnya. Jadi dalam kaitannya dengan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, problem solving diharapkan juga mampu mengembangkan kemampuan fisik dan kognitif secara bersamaan.

Ada beberapa model pembelajaran yang berorientasi pada masalah yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, yaitu antara lain seperti problem-based learning, inquiry, discovery learning dan project based learning. Dari keempat model tersebut model problem-based learning merupakan salah satu model yang berorientasi pada pemecahan masalah. Hubungan antara problem solving dan problem-based learning adalah komponen penting yang diperlukan untuk mendukung pembangunan pengetahuan yang luas dan fleksibel (Salomon & Perkins, 1989; dalam Hmelo-Silver, 2004:247). Jadi, problem solving merupakan komponen penting dalam model problem-based learning sebagai pendukung siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru yang lebih luas dan fleksibel. Dengan demikian melalui model problem-based learning yang berorientasi pada pemecahan masalah diharapkan juga mampu meningkatkan self-esteem siswa. Hal tersebut diperkuat oleh Compas serta Folkman dan Moskowitz (2004; 2004; dalam Santrock, 2007b:68) bahwa self-esteem meningkat ketika anak menghadapi masalah dan mencoba mengatasinya ketimbang menghindarinya.

SMP Negeri 1 Puri merupakan salah satu sekolah favorit yang berada di kabupaten Mojokerto. Sekolah tersebut dianggap favorit dikarenakan banyak siswa dari sekolah tersebut menjuarai berbagai perlombaan, baik perlombaan dalam bidang akademik dan non akademik, serta banyak orang percaya bahwa


(17)

5

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sekolah tersebut juga menghasilkan lulusan dengan nilai akademik yang tinggi. Mengingat bahwa self-esteem yang tinggi merupakan faktor penting dalam memperkuat peningkatan prestasi akademik pada siswa (Aryana,2010). Apakah juga demikian siswa-siswi di sekolah tersebut memiliki self-esteem yang tinggi-tinggi? Padahal berdasarkan hasil observasi peneliti, diketahui bahwa sekolah SMP Negeri 1 Puri merupakan salah satu sekolah percontohan Kurikulum 2013 yang sudah diterapkan mulai tahun pelajaran 2013-2014 pada seluruh siswa kelas VII. Pada tahun pelajaran 2014-2015 seluruh siswa tersebut sudah menempati kelas VIII. Namun, selama tiga semester kurikulum tersebut berjalan, model pembelajaran yang diterapkan oleh guru khususnya dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan masih lebih didominasi guru atau sering disebut dengan model direct instructional.

Meskipun menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009:430) model direct instructional dikemas dengan pemberian feedback dapat memperkaya self-esteem siswa. Model yang beroarientasi pada pemecahan masalah dan pembelajaran yang berpusat pada siswa diketahui lebih baik dibandingkan model yang pembelajarannya didominasi oleh guru (direct instructional) dalam mengembangan self-esteem siswa. Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Theodorakou dan Zervas (2003:91) membuktikan bahwa penggunaan metode pembelajaran creative movement berorientasi pada pemecahan masalah serta memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan jawaban dari masalah tersebut dan kemudian menerapkannya ke dalam gerak, sehingga dapat meningkatkan self-esteem siswa. Selanjutnya, dari penelitian Friskawati (2014:87) ditemukan bahwa model inquiry yang berorientasi pada pemecahan masalah, pemberian feedback positif, dan pembelajaran berbasis kelompok juga efektif dapat meningkatkan self-esteem siswa dibandingkan model konvensional (direct instructional).

Model problem-based learning juga merupakan model yang berorientasi pada pemecahan masalah dan pelaksanaan pembelajarannya berpusat pada siswa. Untuk itu penggunaan model problem-based learning perlu diteliti lebih lanjut dalam upaya meningkatkan self-esteem siswa dalam pendidikan jasmani, olahraga


(18)

6

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dan kesehatan. Model problem-based learning merupakan metode pembelajaran yang memfasilitasi siswa belajar melalui pemecahan masalah dan belajar kolaboratif (berkelompok). Pada dasarnya aktivitas olahraga memiliki hubungan dengan kemampuan memecahkan masalah pada siswa (Lukman & Maksum, 2014:44). Hal tersebut juga diperkuat oleh pendapat Schmidt dan Wrisberg (2000:21) bahwa pendekatan kinerja dan pembelajaran berbasis masalah mengandaikan bahwa ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan produksi gerakan. Dengan demikian, upaya mengembangkan self-esteem siswa melaui model problem-based learning yang diterapkan pada mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dengan pemberian masalah, perlu untuk diteliti lebih lanjut pada aktivitas belajar gerak yang ditinjau dari tingkat kemampuan memecahkan masalah siswa di sekolah.

Berdasarkan paparan tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis tingkat self-esteem siswa melalui penerapan model problem-based learning berdasarkan tingkat problem-solving skills siswa pada kelompok eksperimen dan membandingkannya dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional (direct instructional) berdasarkan tingkat problem-solving skills siswa pada kelompok kontrol.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan nilai self-esteem siswa yang menggunakan model problem-based learning lebih baik dari peningkatan nilai self-esteem siswa yang menggunakan model direct instructional?

2. Apakah terdapat perbedaan nilai self-esteem antara siswa yang mempunyai problem-solving skills tinggi, sedang dan rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara model problem-based learning dan model direct instructional dengan problem-solving skills terhadap peningkatan nilai self-esteem?


(19)

7

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, agar penelitian ini mencapai apa yang diinginkan dan teratur, perlu ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peningkatan nilai self-esteem siswa yang menggunakan model problem based learning lebih baik dari peningkatan nilai self-esteem siswa yang menggunakan model direct instructional.

2. Untuk mengetahui perbedaan nilai self-esteem antara siswa yang mempunyai problem-solving skills tinggi, sedang dan rendah.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara model problem-based learning dan model direct instructional dengan problem-solving skills terhadap peningkatan nilai self-esteem.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan model pembelajaran dalam upaya meningkatkan self-esteem siswa dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Meskipun, sebelumya sudah banyak penelitian yang sejenis dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda, namun masih tidak dapat mengontrol faktor lain, seperti problem-solving skills yang juga memiliki pengaruh terhadap peningkatan self-esteem. Untuk itu, harapan yang ingin di wujudkan melalui penelitian ini adalah dapat memberi manfaat dalam mengembangkan teori model pembelajaran untuk pendidikan jasmani yang berdasar pada scientific approach.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi kepala sekolah, guru dan siswa secara umum. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan sekolah dalam penerapan proses belajar mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah. Selain itu juga sebagai pengetahuan bagi guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan khususnya dalam mengatasi rendahnya self-esteem, menanggulangi dan mencegah terjadinya berbagai penyakit sosial dan kriminal siswa yang semua itu akan berdampak


(20)

8

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

terhadap peningkatkan prestasi akademik siswa. Dalam jangka panjang akan membantu siswa mencapai tingkat self-esteem yang baik guna menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya.

E. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis berisikan tentang urutan penulisan pada setiap Bab dan sub Bab dalam tesis, mulai dari Bab I sampai Bab V sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah UPI tahun Akademik 2014/2015. Berikut urutan penulisannya, yaitu:

Bab I Pendahuluan berisikan bagian awal dalam tesis yang yang meliputi: 1) latar belakang masalah; 2) rumusan masalah; 3) tujuan penelitian; 4) manfaat penelitian; 5) struktur organisasi tesis.

Bab II berisikan uraian mengenai landasan teori atau kajian pustaka dan hipotesis penelitian. kajian pustaka berisikan mengenai deskripsi, analisis konsep, teori-teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan untuk penelitian ini.

Bab III berisikan mengenai metode penelitian yang digunakan yang meliputi: 1) metode dan desain penelitian; 2) populasi dan sampel; 3) instrumen penelitian; 4) prosedur penelitian; 5) teknik analisis data; 6) limitasi penelitian.

Bab IV berisikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang menyajikan temuan penelitian yang berupa hasil analisis data uji statistik, serta pembahasan data hasil penelitian untuk menjawab hipotesis yang sudah dirumuskan.

Bab V berisikan mengenai simpulan yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil temuan penelitian, implikasi dan rekomendasi untuk membuat kebijakan, pengguna hasil penelitian dan pada peneliti selanjutnya.


(21)

38

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desaian faktorial. Menurut Fraenkel, Wallen dan Hyun (2012) Factorial Design merupakan suatu desain eksperimental yang melibatkan dua atau lebih variabel bebas (salah satunya dimanipulasi) serta bertujuan untuk mengetahui dampak dari setiap variabel secara individual dan tampak dari interaksi diantara keduanya terhadap suatu variabel terikat.

Sedangkan, Sugiyono (2010:76) mengatakan bahwa “Desain faktorial merupakan desain yang memperhatikan kemungkinan adanya variabel mederator yang mempengaruhi perlakuan (variabel bebas) terhadap hasil (variabel terikat).” Dengan demikian, desain faktorial melibatkan beberapa faktor (variabel bebas dan variabel moderator) yang bersama-sama mempengaruhi variabel terikat.

Jadi dalam penelitian ini desain faktorial melibatkan dua faktor yang diteliti yaitu variabel model pembelajaran (A) dan variabel moderator problem-solving skills (B). Variabel model pembelajaran terdiri dari model problem-based learning dan model konvensional (direct instructional); sedangkan variabel problem-solving skills dibagi menjadi tiga level (tinggi, sedang dan rendah). Adapun desain faktorial dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian faktorial 2 x 3 yang digambarkan pada Gambar 3.1.

Model pembelajaran

Problem-solving skills

Model problem-based learning

(A1)

Model direct instructional

(A2) Problem-solving skills tinggi

(B1)

A1B1 A2B1

Problem-solving skills sedang (B2)

A1B2 A2B2

Problem-solving skills rendah (B3)


(22)

39

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1. Desain Faktorial 2 x 3

Keterangan:

A1 = Model pembelajaran problem-based learning A2 = Model pembelajaran direct instructional B1 = Problem-solving skills tinggi

B2 = Problem-solving skills sedang B3 = Problem-solving skills rendah

µ A1B1 = Kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran problem-based learning dan yang memiliki problem-solving skills tinggi terhadap nilai self-esteem.

µ A1B2 = Kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran problem-based learning dan yang memiliki problem-solving skills sedang terhadap nilai self-esteem.

µ A1B3 = Kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran problem-based learning dan yang memiliki problem-solving skills rendah terhadap nilai self-esteem.

µ A2B1 = Kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instructional yang memiliki problem-solving skills tinggi terhadap nilai self-esteem.

µ A2B2 = Kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instructional yang memiliki problem-solving skills sedang terhadap nilai self-esteem.

µ A2B3 = Kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instructional yang memiliki problem-solving skills rendah terhadap nilai self-esteem

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi.

Populasi merupakan sekumpulan objek atau orang yang memiliki karakteristik tertentu secara umum yang digunakan peneliti untuk dikaji. Hal


(23)

40

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyono (2013:117), bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Puri Mojokerto Jawa Timur yang terbagi menjadi 8 kelas dengan setiap kelasnya rata-rata berjumlah 32 siswa. Untuk lebih jelasnya karakteristik populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Karakteristik Populasi

Jenis Kelamin

Kelas

Total VIII

A

VIII B

VIII C

VIII D

VIII E

VIII F

VIII G

VIII H

Laki-laki 15 13 13 13 13 13 13 9 102

Perempuan 19 19 19 19 19 19 19 23 156

Jumlah 34 32 32 32 32 32 32 32 258

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi. Hal tersebut sejalan dengan Sugiyono (2013:118) bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang memiliki karakteristik populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cluster random sampling. Cluster random sampling digunakan untuk mengambil empat kelas secara acak (diundi) dari delapan kelas, kemudian random assigment digunakan untuk menentukan dua kelas sebagai kelompok ekperimen dan dua kelompok kelas sebagai kontrol secara acak (diundi) dari empat kelas yang terpilih. Mengenai krakteristik siswa yang digunakan sebagai sampel dari kedua kelas tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Karakteristik Sampel


(24)

41

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Jenis

kelamin

Kelas Ekperimen Kelas Kontrol

Total VIII-D VIII-H VIII-B VIII-E

Laki-laki 13 9 13 13 48

Perempuan 19 23 19 19 80

Jumlah 32 32 32 32 128

Berkaitan dengan kebutuhan dalam desain penelitian ini, siswa dari dua kelas tersebut di tes kemampuan pemecahan masalahnya dan dirangking sesuai kelasnya masing-masing. Selanjutnya, dibagi menjadi sub-kelompok siswa yang memiliki kemampuan memecahkan masalah tinggi, sedang dan rendah. pembagian sub-kelompok dalam tersebut berdasarkan pendapat Suherman (2003; dalam Istianah, 2011:33) yaitu 27% sebagai kelompok tinggi, 46% sebagai kelompok sedang, dan 27% sebagai kelompok rendah. Untuk lebih jelasnya mengenai pembagian kelompok tersebut dapat dilihat pada Lampiran 12.

C. Instrumen Penelitian

1. Deskripsi Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan dua angket yaitu self-esteem rating scale (SERS) untuk mengukur Harga Diri siswa dan problem solving inventory (PSI) untuk mengukur Kemampuan Memecahkan Masalah siswa.

Kedua angket asli tersebut berbahasa inggris, maka sebelum digunakan angket tersebut diterjemahkan terlebih dahulu dengan mengikuti back translation method (Wankel, 2009:99). Menurut Wankel, back translation method digunakan untuk menerjemahkan dokumen asli ke dalam bahasa yang diinginkan, kemudian menerjemahkannya kembali ke dalam bahasa aslinya. Pentingnya back translation method pada instrumen ini yaitu untuk menjamin kualitas terjemahan instrumen antara bahasa asli (Inggris) ke bahasa target (Indonesia). Metode ini menggunakan 2 orang ahli bahasa (bilingual) yaitu, penerjemah pertama untuk menerjemahkan angket tersebut dari bahasa asli ke bahasa Indonesia dan penerjemah kedua untuk menerjemahkan kembali dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dengan ketentuan penerjemah kedua belum pernah mengetahui angket dengan bahasa


(25)

42

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

aslinya. selanjutnya, hasil terjemahan tersebut diuji ahli (expert judgement) untuk membandingkan dan menentukan layak tidaknya instrumen tersebut digunakan.

Setelah prosedur back translation method dilakukan, dilanjutkan dengan memodifikasi pernyataan-pernyataan angket dari hasil terjemahan tersebut agar mudah dipahami oleh responden. Hal tersebut dikarenakan: 1) Bahasa hasil terjemahan yang digunakan untuk setiap pernyataan terlalu rumit untuk dipahami oleh anak-anak usia SMP kelas VIII; 2) Bahasa yang digunakan untuk setiap

pernyataan harus disesuaikan dengan “linguistik” bahasa Indonesia yang lebih sederhana dalam mengartikan sesuatu.

Secara spesifik mengenai deskripsi dan penggunaan kedua angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: self-esteem ratinge scale (SERS) dan problem solving inventory (PSI) dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Angket Self-Esteem Rating Scale (SERS)

Self-esteem rating scale (SERS) diadopsi dan dimodifikasi dari Nugent dan Thomas (1993), yang digunakan untuk mengukur self-esteem dari komponen evaluasi diri termasuk self-worth, social competence, problem solving ability, intellectual ability, self competence, and worth relative to other people. Reliabilitas instrumen ini adalah alpha 0,97. Pada angket yang asli, responden harus menilai diri mereka melalui 7 skala poin dengan alternatif jawaban (1 = never, 2 = rarely, 3 = a little of the time, 4 = same of the time, 5 = a good part of the of the time, 6 = most of the time, 7 = always). Namun dalam penelitian ini ke-tujuh skala poin tersebut dimodifikasi menjadi 5 (lima) skala poin dengan alternatif jawaban (tidak pernah merasakan = 1, jarang merasakan = 2, pada beberapa kesempatan saja merasakan= 3, sering merasakan = 4, sangat sering merasakan = 5). Hal ini dimaksudkan agar responden saat menjawab bisa lebih fokus ke internal perasaannya, artinya responden akan lebih mampu merefleksikan perasaan dirinya sendiri.

Angket asli ini terdiri dari 20 item positif (3,4,6,7,8,9,10,14,15,18,19,21, 24,26,28,29,32,35,36,37) dan 20 item negatif (1,2,5,11,12,13,16,17,20,22,23,25, 27,30, 31,33,34,38,39,40). Dengan ketentuan khusus untuk penskoran item negatif


(26)

43

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(1=7,2=6,3=5,4=4,5=3,6=2,7=1). Namun setelah dimodifikasi penskoran untuk item negatif menjadi (1=5,2=4,3=3,4=2,5=1). Selanjutnya skor yang diperoleh setiap item dijumlahkan untuk menghasilkan skor total mulai dari 40-200.

Untuk lebih jelasnya mengenai variabel, sub variabel dan indikator yang digunakan pada setiap pernyataan instrumen SERS dapat dilihat pada kisi-kisi instrumen SERS pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3.

Kisi-kisi Instrumen SERS Nugent dan Thomas (1993)

Variabel Sub variabel Indikator No. Item

Self-esteem

1.Self-worth (nilai diri)

-Memiliki kemampuan menerima kelebihan dan kekurangan dirinya

-Sanggup menilai dirinya baik

-Memiliki rasa bangga terhadap penampilan fisik yang dimilikinya.

3, 11, 12, 15, 16, 17, 19, 20, 23, 25, 28, 32 2. Social

competence (Kompetensi sosial)

-Memiliki kemampuan menjalin hubungan baru -Memiliki rasa percaya diri ketika berhubungan

dengan individu yang lain

-Merasa nyaman ketika berhubungan dengan individu yang lain

4, 6, 8, 9, 10, 13, 21, 30, 36

3. Problem

solving ability

(Kemampuan menyelesaikan masalah)

-Memiliki kemampuan menemukan solusi ketika dihadapkan pada tugas atau kondisi yang sulit -Memiliki kemampuan untuk belajar sesuatu yang

tergolong baru 14, 24 4. Intellectual ability (Kemampuan intelektual)

-Memiliki rasa percaya diri dengan tingkat kecerdasannya

-Memiliki kemampuan dalam mengungkapkan gagasannya kepada orang lain

22, 27, 31

5. Self competence (Kompetensi diri)

-Memiliki rasa percaya diri dengan kemampuannya untuk melaksanakan berbagai tugas yang diterimanya

-Memiliki kemampuan memanfaatkan berbagai keterampilan dan kelebihannya untuk menyelesaikan tugas yang diterimanya

5, 7, 29, 37, 39


(27)

44

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 6. Worth relative

to other people (Nilai diri relatif

terhadap orang lain)

-Memiliki kepercayaan terhadap kemampuan dirinya dalam mengerjakan berbagai tugas tidak kalah dibandingkan kemampuan individu lain -Memiliki rasa percaya diri bahwa kemampuannya

tidak kalah jika dibandingkan dengan individu lain

-Memiliki keyakinan bahwa individu lain pasti menilai baik tentang dirinya

-Mengerti kalau setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri

1, 2, 18, 26, 33, 34, 35, 38, 40

b. Angket Problem-Solving Inventory (PSI)

PSI Form B diadopsi dan dimodifikasi dari Heppner dan Petersen (1982) yang terdiri dari 35-item serta dirancang untuk menilai persepsi individu terhadap kemampuan dan gaya dalam memecahkan. Pada instrumen yang asli rentang nilai PSI menggunakan 6 skala poin (1 = strongly agree; 2 = moderately agree; 3 = slightly agree; 4 = slightly disagree; 5 = moderately disagree; 6 = strongly disagree). Namun, antara alternatif jawaban “moderately disagree” dengan

slightly disagree”; dan antara “slightly agree” dan “moderately agree” setelah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia (moderately = cukup; dan slightly = sedikit). Hal tersebut merjadi terlalu rumit sehingga dikhawatirkan akan sukar dibedakan oleh responden setingkat siswa usia SMP kelas VIII.

Oleh karena itu dalam penelitian ini alternatif jawaban dari 6 skala poin tersebut dimodifikasi menjadi (1 = amat sangat setuju; 2 = sangat setuju; 3 = cukup setuju; 4 = cukup tidak setuju; 5 = sangat tidak setuju; 6 = amat sangat tidak setuju). Hal ini dimaksudkan agar siswa mudah mengartikan dan merefleksikan perasaannya sendiri.

Total rentang skor instrumen PSI ini adalah antara 32-192. PSI didapat dari tiga komponen, tiga komponen tersebut adalah sebagai berikut: (a) problem-solving confidence (PSC) sebanyak 11 item, (b) AAS (approach-avoidance style) sebanyak 16 item, dan (c) PC (personal control) sebanyak 5 item. Reliabilitas instrumen ini adalah 0,89 (Heppner & Petersen, 1982:99).

Untuk lebih jelas mengenai variabel, sub variabel dan indikator yang digunakan pada setiap pernyataan instrumen PSI ini dapat dilihat pada kisi-kisi pada Tabel 3.4.


(28)

45

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tabel 3.4.

Kisi-kisi Instrumen PSI Heppner & Petersen (1982)

Varibel Sub variabel Indikator No. Item

Problem-solving skills 1.Keyakinan dalam menyelesai-kan masalah ( problem-solving confidence)

- Memiliki keyakinan bisa menangani masalah ketika dihadapkan dengan situasi yang baru - Memiliki kemampuan dalam membuat rencana

penyelesaian masalah

- Memiliki kemampuan berfikir kreatif dan efektif dalam menyelesaikan masalah

- Memiliki kemampuan dalam membuat jawaban sementara (hipotesis) atas masalah yang dihadapinya.

5, 10, 11, 12, 19, 23, 24, 27, 33, 34, 35

2. Gaya mendekati atau menghindari ( Approach-avoidance style)

- Memiliki kemampuan membuat keputusan, menimbang konsekuensi dari setiap alternatif dan membandingkannya terhadap satu sama lain - Memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah - Memiliki kemampuan memprediksi jawaban setiap

masalahnya

- Memiliki kemampuan dalam mengembangkan strategi pemecahan masalah

1, 2, 4, 6, 7, 8, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 28, 30, 31

3. Kontrol diri (Personal control)

- Mampu saat dihadapkan pada masalah dan dapat mengendalikan perilaku emosinya saat memecahkan masalah

3, 14, 25, 26, 32

2. Proses Pengembangan Instrumen a. Sampel uji coba Instrumen

Sampel yang digunakan untuk uji coba instrumen penelitian ini adalah 60 siswa kelas VIII pada dua sekolah yang berbeda yaitu 30 siswa (16 putri dan 14 putra) dari SMP 1 Dlanggu Mojokerto dan 30 siswa ( 15 putri dan 15 putra) dari SMP 1 Trowulan Mojokerto. Ke-60 siswa tersebut yang tidak dijadikan sampel sebelumnya dalam penelitian ini.

b. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Agar instrumen yang digunakan sah (valid) dalam penelitian ini, maka diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji instrumen menggunakan uji ahli (expert judgement) dan analisis statistik. Uji ahli bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen layak atau tidak untuk digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan, Uji statistik bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun uji statistik yang dimaksud untuk menguji validitas dan reliabilitas dapat dijelaskan lebih spesifik sebagai berikut:


(29)

46

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 1) Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah (valid) atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Menurut Sugiyono (2013:133), untuk menguji validitas tiap butir item dapat dilakukan dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang didapat dari jumlah skor setiap butir item. Uji validitas dianalisis menggunakan rumus korelasi product moment melalui program SPSS 16.0 for windows. Prosedur dalam melakukan penghitungannya yaitu pertama masukkan data butir item ke dalam menu view, klik correlate-bivariate. Untuk menentukan instrumen itu valid atau tidak valid dapat dilakukan dengan membandingkan hasil penghitungan product moment (rhitung) dengan rtabel. Dengan signifikansi untuk α = 0,05 dan dk = 60 – 2 = 58, maka didapat nilai r = 0,254. Jika rhitung > rtabel berarti valid dan jika rhitung < rtabel berarti tidak valid.

2) Uji Realibilitas

Uji realibilitas adalah untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan Cronbach's Alpha melalui program SPSS 16.0 for windows. Prosedur penghitungannya yaitu pertama masukkan data butir item yang sudah valid ke dalam menu view, klik analysis-scale-reliability analysis.

c. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Kedua angket di uji cobakan pada responden yang ditentukan yaitu 60 siswa kelas VIII dari SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto dan SMP Negeri 1 Trowulan

Mojokerto. Berdasarkan jumlah n = 60 dengan taraf signifikasi α = 0,05 didapat


(30)

47

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pernyataan dan yang dinyatakan valid berjumlah 23 butir pertanyaan dan 12 butir item dinyatakan tidak valid. 12 butir pernyataan yang tidak valid di hilangkan, sehingga 23 butir pernyataan yang valid tersebut di uji reliabilitasnya dan diperoleh reliabilitas untuk instrumen PSI adalah alpha 0,82. Sedangkan, untuk perolehan hasil analisis angket SERS yang berjumlah 40 butir pernyataan dan yang dinyatakan valid berjumlah 33 butir pernyataan dan 7 (tujuh) butir item dinyatakan tidak valid. 7 ( tujuh) butir pertanyaan yang tidak valid di hilangkan, sehingga 33 butir pernyataan yang valid tersebut di uji reliabilitasnya dan diperoleh reliabilitas untuk instrumen SERS sebesar alpha 0,89. Hasil uji validitas dan reliabilitas untuk SERS dapat dilihat pada Lampiran 3 (tiga) dan 4 (empat), sedangkan untuk PSI dapat dilihat pada Lampiran 5 (lima) dan 6 (enam).

D. Prosedur Penelitian 1. Pre-test

Skor hasil tes PSI digunakan untuk menentukan sub-kelompok siswa yang mempunyai kemampuan memecahkan masalah tinggi, sedang dan rendah pada kelompok kontrol dan eksperimen. Selanjutnya, Pre-test diberikan pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pre-test diberikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat self-esteem siswa sebelum perlakuan. Alat tes yang digunakan adalah SERS. Hasil dari Pre-test tersebut dianalisis untuk mengetahui tingkat self-esteem masing-masing siswa dari kedua kelompok tersebut.

2. Treatment (Perlakuan) a. Pada Kelas Eksperimen

Dalam kelas eksperimen diberikan model problem-based learning sebanyak 1 kali per minggu selama 5 kali pertemuan dalam 5 minggu. Hal tersebut di perkuat oleh teori Murk (2013:183) bahwa 2 jam per pertemuan selama 5 minggu cukup optimal dalam meningkatkan self-esteem. Vinogradov dan Yalom, (1989; dalam Murk, 2013:183) juga mengatakan bahwa format 2 jam dipilih karena periode ini direkomendasikan cukup standar untuk melakukan kerja


(31)

48

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kelompok. Meskipun ada kemungkinan misalnya untuk menambah jumlah pertemuan setiap minggunya atau program yang disajikan 5 minggu dengan 2 kali pertemuan seminggu.

Hasil penelitian Friskawati (2014:53) membuktikan bahawa 5 minggu cukup optimal dalam meningkatkan harga diri dengan ketentuan 65 menit per setiap pertemuan perminggunya dengan menerapkan pembelajaran inquiry yang berorientasi pada pemecahan masalah, pemberian feedback positif dan pembelajaran berbasis kelompok. Demikian halnya menurut Dalgas-Pelish (2006:341) yang mengungkapkan bahwa self-esteem dapat dikembangkan melalui program metode berbasis kelompok selama 3-4 minggu dengan durasi 40-60 menit setiap pertemuan.

Penerapan model problem-based learning dalam belajar gerak (Schmidt & Wrisberg, 2000:21) menunjukkan bahwa pendekatan kinerja dan pembelajaran berbasis masalah mengandaikan bahwa ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan produksi gerakan. Schmidt dan Wrisberg (2000:57) juga mengatakan bahwa terdapat 3 tahap proses informasi belajar gerak yaitu identifikasi stimulus, pemilihan respon dan pemrograman respon. Jika dikaitkan dengan belajar gerak, misalnya dalam belajar gerak passing bawah bola voli, ketika ada input (misalnya bola datang) mereka akan mengidentifikasi apakah bola datang tinggi atau rendah, keras atau pelan. Pemilihan respon (misalnya bola datang pelan dan rendah), pemrograman respon (misalnya melakukan gerakan passing bawah), output (misalnya arah pergerakan bola).

Pembelajaran model problem-based learning ini disajikan dengan pemberian feedback positif dan pembelajaran berbasis kelompok. Beyer serta Fleith (1997; 2000; dalam Slavin, 2011:31) mengatakan bahwa pemberian feedback sangat efektif untuk mengajarkan penyelesaian masalah bukan hanya atas jawaban mereka yang benar, tetapi atas semua proses yang digunakan untuk sampai ke jawaban tersebut. Pembelajaran berbasis kelompok dapat menciptakan situasi untuk bekerjasama secara berkelompok dalam memecahkan masalah gerak yang diberikan oleh guru. Sedangkan, pembelajaran yang menerapkan kerjasama (collaborative) menurut Cognition and Technology Group at Vanderbilt; Krajcik


(32)

49

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dan Czerniak; serta Slavin, Madden, Dolan, dan Wasik, (1990, 1996a, 1996b; 2007; 1994; dalam Arends, 2012:397) dapat memberikan motivasi kepada siswa, meningkatkan kesempatan untuk melakukan penyelidikan dan berdiskusi, akan mengembangkan berbagai keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

Oleh karena itu, penerapan model problem-based learning yang berorientasi pada pemecahan masalah dapat digunakan dalam upaya meningkatkan self-esteem melalui pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dengan menerapkan pembelajaran berbasis kelompok dan pemberian feedback yang positif. Dengan demikian, model problem-based learning memiliki peluang dalam meningkatkan self-esteem siswa secara efektif. Untuk itu pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen adalah dengan menerapkan penggunaan pemecahan masalah, memberikan feedback, dan pembelajaran berbasis kelompok dalam belajar gerak, yang dialami siswa selama pembelajaran. Jadi perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini sebagai upaya untuk meningkatkan self-esteem melalui materi bola voli yang dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan selama 5 minggu dengan 120 menit (3 JP) pada setiap pertemuan.

b. Pada Kelas Kontrol

Guru pada kelas kontrol diminta untuk melanjutkan program pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan seperti biasa yaitu menggunakan model konvensional (direct instructional) selama penelitian. Jadi tidak ada perubahan model selama penelitian berlangsung hanya materi pelajaran yang digunakan sama-sama menggunakan materi bola voli.

Berikut ini adalah rincian jadwal program pelaksanaan penelitian ini sebagaimana digambarkan pada Tabel 3.5.

Tabel. 3.5.

Jadwal Program Pelaksanaan Penelitian

No. Kegiatan Tanggal Ket.


(33)

50

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

-Pre-test SERS K. Eksperimen

2 Pembelajaran : variasi dan kombinasi passing atas, servis bawah.

10 & 13 Maret 2015 K. Kontrol 11 & 12 Maret 2015 K. Eksperimen 3 Pembelajaran : variasi dan

kombinasi passing atas, servis bawah.

17& 20 Maret 2015 K. Kontrol 18 & 19 Maret 2015 K. Eksperimen 4 Pembelajaran : variasi dan

kombinasi passing bawah dan servis atas.

24 & 27 Maret 2015 K. Kontrol 25 & 26 Maret 2015 K. Eksperimen 5 Pembelajaran : variasi dan

kombinasi passing bawah dan servis atas.

31 Maret & 17 April 2015

K. Kontrol 01 & 02 April 2015 K. Eksperimen 6 Pembelajaran : melakukan

permainan bola voli dengan peraturan yang dimodifikasi

14 & 24 April 2015 K. Kontrol 15 & 16 April 2015 K. Eksperimen 7 Post-test SERS 21 & 24 April 2015 K. Kontrol

22 & 23 April 2015 K. Eksperimen

Dalam setiap pertemuan masing-masing kelompok, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, kegiatan pembelajaran tertuang dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang didalamnya terdapat skenario pembelajaran. Skenario pembelajaran tersebut terdiri dari tiga kegiatan yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Namun terdapat perbedaan skenario antara kelompok eksperimen dan kontrol. Untuk lebih jelasnya berikut ini kutipan skenario pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6.

Skenario Pembelajaran Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kegiatan Model Problem-Based Learning Model Direct Instructional

Pendahuluan - Berbaris, berdoa, presensi dan apersepsi.

- Siswa secara berkelompok melakukan peregangan dan pemanasan yang sesuai dengan materi pelajaran.

- Berbaris, berdoa, presensi dan apersepsi.

- Siswa secara berkelompok melakukan peregangan dan pemanasan yang sesuai dengan materi pelajaran.


(34)

51

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Inti Tahap 1: Orientasi siswa pada Masalah

- Guru memberikan motivasi dan memberi stimulus kepada siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan maslah melalui pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Mengamati:

- Guru menyuruh siswa membaca informasi tentang variasi dan kombinasi gerak passing atas dan servis bawah dalam permainan bola voli dari berbagai sumber media cetak atau elektronik yang sudah di tugaskan sebelumnya. - Guru menyuruh siswa untuk mengamati

gerak variasi dan kombinasi passing atas dan servis bawah yang dalam video permainan bola voli.

Menanya:

Setelah siswa mengamati tentang variasi dan kombinasi gerak passing atas dan servis bawah permainan bola voli, guru memfasilitasi siswa untuk menggali lebih dalam tentang materi bola voli khususnya variasi dan kombinasi passing atas dan servis bawah melalui pertanyaan sebagai berikut:

- Apa yang kalian ketahui mengenai variasi passing atas? Jelaskan prosedurnya?

- Apa yang kalian ketahui mengenai variasi servis bawah? Jelaskan prosedurnya?

- Apa yang kalian ketahui mengenai kombinasi passing atas dan servis bawah? Jelaskan prosedurnya?

Tahap 1: Orientasi

- Guru memberikan penjela-san mengenai tujuan pem-belajaran.

- Guru menentukan prosedur pembelajaran yang akan diberikan.

Tahap 2: Presentasi

- Guru menjelasan mengenai teknik gerak kepada siswa. - Guru menginstruksikan siswa untuk memper-hatikan.

Tahap 3: praktik yang terstruktur

- Guru menuntun kelompok siswa mempraktikkan teknik gerak yang sudah diajarkan (modeling). - Guru memberikan koreksi

terhadap kesalahan dan memperkuat praktik yang sudah benar.

Tahap 4: praktik dibawah bimbingan guru

- Guru menginstruksikan siswa berlatih teknik gerak yang sudah diajarkan secara

individu/berkelompok.

Tahap 5: praktik mandiri

- Guru menginstruksikan siswa mempraktikan tek-nik gerak yang diajarkan dalam sebuah permainan

Tabel 3.6. (Lanjutan)


(35)

52

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tahap 2 : Mengorganisasikan siswa belajar

Mencoba:

- Guru membagi siswa secara berkelompok dengan setiap kelompok 5 orang.

- Guru memberikan kesempatan pada siswa pada setiap kelompok untuk melakukan variasi dan kombinasi gerak passing atas dan servis bawah sesuai dengan hasil pengamatan.

- Siswa melakukan variasi gerak passing atas secara berkelompok.

- Siswa melakukan variasi gerak servis bawah secara berkelompok.

- Siswa melakukan variasi dan kombinasi gerak servis bawah dan passing atas secara berkelompok.

Tahap 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

Menalar:

- Guru meminta siswa secara individu dan berkelompok saling menilai variasi gerak passing atas yang dialaminya, agar mereka melihat hubungan-hubungan berdasarkan informasi yang sudah didapatkan sebelumnya.

- Guru meminta siswa secara individu dan berkelompok saling menilai variasi servis bawah yang dialaminya, agar mereka melihat hubungan-hubungan berdasarkan informasi yang didapatkan pada sebelumnya.

- Guru meminta siswa secara individu dan berkelompok saling menilai variasi dan kombinasi gerak servis bawah dan passing atas yang dialaminya, agar mereka melihat hubungan-hubungan berdasarkan informasi yang didapatkan sebelumnya.

- Guru meminta agar siswa mendisku-sikan proses pemecahan masalah yang dialami pada setiap kelompoknya masing-masing.


(36)

53

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kegiatan Model Problem-Based Learning Model Direct Instructional

Tahap 4: Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

- Guru menyuruh siswa untuk memper-siapkan laporan hasil diskusi kelompok. - Guru memberikan feedback atau arahan

kepada siswa dalam kelompoknya masing-masing jika mengalami kesuli-tan

Tahap 5: Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Mengkomunikasikan :

- Siswa secara berkelompok menampil-kan variasi dan kombinasi gerak servis bawah dan passing atas berdasarkan hasil latihan dan diskusi secara ber-kelompok - Guru melibatkan siswa mengamati setiap

gerakan yang dilakukan oleh siswa yang tampil dalam setiap kelompok.

- Siswa secara berkelompok menampil-kan variasi dan kombinasi gerak servis bawah dan passing atas dengan berbagai kondisi dalam sebuah permainan berdasarkan hasil latihan dan diskusi secara berkelompok.

- Guru melibatkan siswa mengamati keterampilan siswa yang tampil pada masing-masing kelompok selama permainan.

- Melakukan refleksi dan evaluasi oleh guru dengan melibatkan siswa tentang materi variasi dan kombinasi gerak dasar passing bawah dan servis atas.

Penutup - Pendinginan.

- Memberikan umpan balik dan penugasan pada siswa.

- Menarik kesimpulan dari hasil pembelajaran, dan berdoa

- Pendinginan

- Evaluasi, diskusi dan Tanya jawab mengenai materi pembelajaran - Berdoa

3. Post-test

Setelah perlakuan diberikan selama 5 kali pertemuan, selanjutnya diberikan Post-test pada kedua kelompok sampel yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperiman. Kedua kelompok di berikan angket SERS dengan tujuan untuk melihat sejauh mana pengembangan self-esteem yang terjadi mulai dari sebelum diberikan perlakuan sampai setelah diberikan perlakuan. Skor hasil SERS oleh


(37)

54

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kedua kelompok tersebut, selanjutnya dianalisis untuk melihat perkembangan self-esteem pada sampel yang ada dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, selanjutnya hasil analisis itu akan diuji hipotesis untuk dapat menjawab semua pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.

E. Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan memastikan bahwa data yang diperoleh berdistribusi simetris atau normal (Maksum : 2012). Pengujian normalitas menggunakan Shapiro Wilk pada program SPSS 16. 0 for Windows.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk memastikan bahwa varian dari setiap kelompok sama atau sejenis, sehingga perbandingan dapat dilakukan secara adil (Maksum,2012). Pengujian homogenitas menggunakan Lavene’s test pada program SPSS 16. 0 for Windows.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dengan menggunakan ANCOVA (analysis of covariance) pada taraf signifikansi α = 0,05. Uji setelah ANCOVA yang digunakan adalah uji Least Significant Difference (LSD) untuk melihat perlakuan yang lebih baik. Uji hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

1). Ho : µA1 = µA2 H1 : µA1 > µA2 2). Ho : µB1 = µB2 = µB3

H1 : Ada yang berbeda

3). Ho : Tidak ada interaksi A x B H1 : Ada interaksi A x B

Keterangan:

µA1 = Rata-rata nilai self-esteem pada kelompok siswa yang menggunakan model problem-based learning.


(38)

55

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu µA2 = Rata-rata nilai self-esteem pada kelompok siswa yang menggunakan

model direct instructional.

µB1 = Rata-rata nilai self-esteem pada kelompok siswa yang memiliki problem-solving skills tinggi

µB2 = Rata-rata nilai self-esteem pada kelompok siswa yang memiliki Problem-solving skills sedang

µB3 = Rata-rata nilai self-esteem pada kelompok siswa yang memiliki Problem-solving skills rendah

A = Model pembelajaran B = Problem-solving skills

F. Limitasi Penelitian

Setiap penelitian pasti mempunyai keterbatasan mengenai berbagai faktor lain yang dapat mengancam terhadap ke sahihan hasil penelitian ini. Untuk itu perlu untuk meminimalisir ancaman dari berbagai faktor. Faktor tersebut yaitu pada metode penelitian dan faktor-faktor lain. Berikut ini adalah upaya yang dapat dilakukan guna meminimalisir ancaman tersebut:

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomized factorial design. Menurut Fraenkel, Wallen & Hyun (2012:280) ada beberapa ancaman terhadap metode ini sebagaimana dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7.

Ancaman Terhadap Desain Penelitian factorial with randomized (Fraenkel, Wallen & Hyun, 2012:280)

No. Threat Keefektifan

1 Subject characteristics ++

2 Mortality ++

3 Location -

4 Instrument Decay ++

5 Data Collector Characteristics -

6 Data Collector Bias -

7 Testing +

8 History +

9 Maturation ++

10 Attitude of Subjects -


(1)

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

penelitian ini, memberikan kontribusi baru tentang strategi pembelajaran dalam upaya mengembangkan self-esteem siswa. Dengan demikian implikasi hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan untuk meningkatakan self-esteem siswa melalui model pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan siswanya seperti memperhatikan usia siswa dan tingkat kemampuan memecahkan masalahnya.

C. Rekomendasi

Berdasarkan implikasi yang telah dirumuskan, maka rekomendasi dari peneliti yaitu:

1. Diharapkan guru pendidikan jasmani menggunakan metode atau model pembelajaran scientific berdasar pada tingkat perkembangan anak. Hal ini dapat memberikan pengalaman pada anak mengenai pembelajaran yang bertema scientific approach (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan).

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengontrol dan menambahkan variabel-variabel moderator lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran seperti pemberian feedback positif dan pembelajaran berbasis kelompok, sedangkan di luar lingkungan sekolah seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan pengaruh teman sebaya, sehingga akan memberikan hasil yang lebih akurat.


(2)

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ajizah, Sandy. (2013). Self-esteem (Coopersmith). [Online]. Diakses dari http://sandyajizah. blogspot. com/2013/01/self-esteem.html.

Amir, M. Taufiq. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem-Based Learning: Bagaimana Pendidikan Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta : Kencana.

Arends, Richard L. (2012). Learning to Teach Ninth Edition. Americas New York: McGraw-Hil.

Aryana, Mohammad. (2010). Relationship Between Self-esteem and Academic Achievement Amongst Pre-University Students. Journal of applied sciences Vol. 10 No. 20, hlm 2474-2477.

Badan Narkotika Nasional. (2013). Laporan Akuntabilitas Badan Narkotika Nasional Tahun 2013. [Online]. Diakses dari http://www.bnn.go.id. Barnett, Georgia and Wood, Jane L.(2008). Agency, Relatedness, Inner Peace,

and Problem Solving in Sexual Offending: How Sexual Offenders Prioritize and Operationalize Their Good Lives Conceptions. Association for the Treatment of Sexual Abusers. Vol. 20 No. 4, hlm. 444-465.

Bharata, Haninda. (2013). Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP. Ringkasan Desertasi: Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)

Budiana, Dian. (2014). Based Practice Implementasi Model Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Penjas. Materi Seminar Nasional UPI Bandung pada tanggal 19-20 September 2014.

Connors KM, et. al. (2003). Advancing the Healthy People 2010 Objectives Through Community-Based Education: A Curriculum Planning Guide. San Francisco, CA: Community-Campus Partnerships for Health. Tersedia di: https://depts.washington.edu. Diakses pada tanggal (03 Oktober 2014) Dalgas-Pelish, P. (2006). Effects of a Self-Esteem Intervention Program on

School-Age Children. Pediatric Nursing. Vol.8, No. 4, hlm. 341-349. Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Dobson, Keith S. (2010). Handbook of Cognitive-Behavior Therapies. New York: The Guilford Press


(3)

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Douglas, Mack R. (1994). How To Win With High Self-Esteem. United States Of America: Pelican 1101 Manroe Street, Gretna, Lousiana.

Emler, Nicholas. (2001). Self-esteem: The costs and causes of low self-worth. Published for the Joseph Rowntree Foundation by YPS. [Online]. Diakses dari http://www. jrf.org.uk.

Fraenkel, Jack R., Wallen, Norman E & Hyun, Helen H. 2012. How to Design and Evaluate Research in Education. New York : McGrow-Hill

Friskawati, Gita F. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Peningkatan Self-esteem Siswa Kelas VII. Tesis S-2 : Fakultas Pendidikan Olahraga. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Guindon, Mary H. (2009). Self-esteem across the lifespan: Issues and Interventions. Reutledge : Taylor & Francis.

Gwinn, Casey. (2015). Cheering for the Children: Creating Pathways to HOPE for Children Exposed toHOPE for children Exposed To Trauma. Arizona: Wheatmark

Heatherton, Todd F. & Wyland, Carrie L. (2003). Assessing Self-Esteem. [Online]. Diakses dari http://www.dartmouth.edu/~thlab/pubs/03 _Heatherton_Wyland _ APP_ch.pdf.

Heppner, P. P., & Petersen, C. H. (1982). The development and implications of a personal problem solving inventory. Journal of Counseling Psychology, Vol. 29, No. 1, hlm. 66-75.

Herman, T. (2010). Membangun Pengetahuan Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. [Online]. Diakses dari http://file.upi.edu.

Hmelo-Silver, Cindy E. (2004). Problem-Based Learning: What and How Do Students Learn?. Journal Educational Psychology Review, Vol. 16, No. 3, hlm. 235-266.

Hubball, Harry & Butler, Joy. (2006). Learning-centred Approaches to Games Education: Problem-based Learning PBL in a Canadian youth soccer program. Journal of Physical Education New Zealand, Vol. 39, No. 1, hlm. 20

Istianah, Indri. (2011). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP. Skripsi S-1. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Joyce, Bruce., Weil, Marsha & Calhoun, Emily. (2009). Model of Teaching (Model-model Pembelajaran). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


(4)

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Juliantara, Ketut. (2009). Pendekatan Pembelajaran Konvensional. [Online].

Diakses dari http://edukasi. kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajaran-konvensional-40376. html.

Juliantine, Tite., Subroto, Toto & Yudiana, Yunyun. (2013). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung : Modul FPOK UPI. Kauchak, Donald P. dan Eggen, Paul. D. (2007). Learning and Teaching

Research-Based Methods. Amerika: Allyn and Bacon.

Kemendikbud. (2012). Dokumen Kurikulum 2013. [Online]. Diakses dari http://muna. staff. stainsalatiga. ac. id.

Kemendikbud. (2013). Pedoman Pemberian Bantuan Implementasi Kurikulum Tahun 2013. [Online]. Diakses dari https://docs. google.com.

Lidinillah, Dindin. A. M. 2009. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). [Online]. Diakses dari

http://file.upi.edu/Direktori/KD- TASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_%28KD-

TASIKMALAYA%29-197901132005011003/132313548%20-%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Problem%20Based%20Learnin g.pdf.

Lukman, R. Candra Hadi dan Maksum, Ali. (2014). Hubungan Antara

Aktivitas Olahraga Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Vol. 2, No. 01, hlm 45 – 48. Maksum, Ali. 2012. Metodologi Penelitian dalam Olahraga. Surabaya : Unesa

University Pess:

Marta, Cristiana Victoria. (2011). Using Problem-based learning to Achieve Lifelong Learning. The internasional Lifelong Learning Conference. [Online]. Diakses dari http://repository. widyatama. ac. id

McGuire, James. (2000). Conitive-Behavioural Approaches: An introduction to theory and research. United Kingdom : University of Liverpool Department of Clinical Psychology.

Metzler, W. M. (2000). Instruction Models for Physical Education. Georgia State University.

Mu’ti, Abdul. (2013). Kenakalan Remaja Mengkhawatirkan. [Online]. Diakses dari

http://www.umm.ac.id/id/berita-muhammadiyah-2753-abdul-mu%E2%80%99ti-kenakalan-remaja-mengkhawatirkan.html

Murk, Christopher J. (2006). Self-Esteem Research, Theory, and Practice: Toward a Positive Psychology of Self-esteem. New York : Springer Pubishing Company.


(5)

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Murk, Christopher J. (2013). Self-Esteem and Positive Psychology: Research,

Theory, and Practice. New York : Springer Pubishing Company.

Nota, Laura. et. al. (2009). Examining Cultural Validity of the Problem-Solving Inventory (PSI) in Italy. Journal of Career Assessment, Vol. 17, No. 4, hlm 478.

Nugent, William R. & Thomas, J. W. (1993). Validation of the Self-Esteem Rating Scale, Research on Social Work Practice Vol. 3, hlm. 191–207. Oktavianti, Ridha dkk. (2008). Self-esteem. Makalah:Jurusan Psikologi

Pendidikan Dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas

Pendidikan Indonesia: Bandung. [Online]. Diakses dari http://file.upi.edu. Peraturan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Nomor 4518/UN40/HK/2014.

Pedoman Penulisan karya ilmiah UPI Tahun Akademik 2014/2015. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Permendikbud No. 160. (2014). Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. [Online]. Diakses dari http://ujm.undiksha.ac.id/?wpfb_ dl=5.

Price, Edward A & Driscoll, Marcy P. (1997). An Inquiry into the Spontaneous Transfer of Problem-Solving Skill. Contemporary Educational Psycology Vol. 22, hlm. 472-494.

Rosdiani, Dini. (2012). Model Pembelajaran Langsung dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : RajaGrafindo Persada

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santrock, John W. (2007a). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Santrock, John W. (2007b). Perkembangan Anak, edisi ketujuh, jilid dua. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santrock, John W. (2011). Educational Psychology: Fifth Edition. New York : McGrow-Hill

Schmidt, R.A, Wrisberg, C.A. (2000). Motor Learning and Performance. Second Edition. Champaign: Human Kinetics.

Slavin, Robert E. (2009). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik: Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: PT Indeks.


(6)

Benny Widya Priadana, 2014

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Snowman, Jack & McCown, Rick. (2012). Psycology Applied to Teaching:

Thirteenth Edition. China: Wadsworth, Cengage Learning.

Spector, J. Michael., et. al. (2013). Handbook of Research on Educational Communications and Technology. Springer Science & Business Media Sugiyono. (2010). Metode Penelitiam Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. CV.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitiam Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. CV. Bandung: Alfabeta.

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : CV. Bintang WariArtika.

Sukandi, Ujang., dkk. (2003). Belajar Aktif dan Terpadu, Apa, Mengapa dan Bagaimana?. Surabaya: Duta Graha Pustaka

Theodorakou, Kalliopi & Zervas, Yannis. (2003). The Effects of the Creative Movement Teaching Method and the Traditional Teaching Method on Elementary School Children’s Self-esteem. Sport, Education and Society. University of Athens, Greece. Vol. 8, No. 1, hlm. 91-104.

Trzesniewski, Kali H., et. al. (2006). Low self-esteem during adolescence predicts poor health criminal behavior and limited economic prospects during adulthood. American Psychological Association. Vol. 42, No. 2, hlm. 381-390

Winkel, Charles. (2009). Ecyclopedia of Bussiness in Today’s Word. United States of America: Sage Publications.

Woolfolk, Anita E. (1995). Educational Psychology: Sixth Edition. Amerika: Allyn and Bacon.

Wulandari F, Rizki. 2007. Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Problem Solving Pada Remaja. Artikel Program studi psikologi Fakultas psikologi dan ilmu sosial budaya. Universitas Islam Indonesia : Yogyakarta. [Online]. Diakses dari http://psychology.uii.ac.id.

Yigiter, Korkmaz. (2013). The Examining Problem-solving skillss And Preferences Of Turkish University Students In Relation To Sport And Social Activity. School of Physical Education and Sport Journal, Vol. 1 No. 3 , hlm. 34-40.