Peningkatan Hasil Belajar Fiqih melalui Problem Based Learning (Penelitian Tindakan Kelas VIII MTs Al-Ihsan Pondok Gede Bekasi)

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH

MELALUI MODEL

PROBLEM BASED LEARNING

(Penelitian Tindakan Kelas VIII di MTs Al-Ihsan Pondok Gede Bekasi)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

MUHANNIMAH

NIM 1110011000057

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016


(2)

MELALUI MODEI

PROBLEM

BASED

LEARNING

(Penelitian Tindakan Kelas

vrrl

di MTs Al-Ihsan pondok Gede Bekasi)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana pendidikan Islam

Oleh

MUHANNIMAH NIM 1110011000057

JURUSAN

PENDIDIKAN

AGAMA

ISLAM

FAKULTAS

ILMU

TARBIYAH

DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI

(UIN)

.

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Dosen Pembimbing:


(3)

Based Learning (Penelitian Tindakan Kelas

VIII

di

MTs AI-Ihsan pondok

Gede Bekasi) disusun

oleh

MUHANNIMAH

Nomor

Induk

Mahasiswa

1110011000057, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatuilah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan

pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan fakultas.

Jakarta,12 Apil2016

Yang Mengesahkan,

Pembimbing

Dr. H. SAPIUDIN SHIDIO. NI.Ag NIP: 19670328 200003 1 001


(4)

(5)

Nama

: Muhannimah

NIM

Jurusan

Nama

NIP

Demikian

menerima sendiri.

Bahwa skripsi yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Model

Problem Based Learning (Penelitian Tindakan Kelas

VIII

di

MTs Al-Ihsan Pondok Gede) adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen

: Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag

:19670328 200003 1 001

surat pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

segala konsekuensi apabila terbukti skripsi

ini

bukan hasil karya

Jakarta,12 April2016

Mahasiswa

:1110011000057

: Pendidikan Agama Islam

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

NIM: 1110011000057


(6)

i

pelaksanaan pembelajaran fiqih dengan menggunakan model problem based learning, (2) untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan hasil belajar dengan diterapkannya model problem based learning, dan (3) untuk menggambarkan hasil pembelajaran fiqih dengan model problem based learning.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. Metode ini dilakukan empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada pembelajaran diskusi sebagai praktik dari keterampilan pemecahan masalah melalui problem based learning.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model problem based learning mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui siklus yang telah dilakukan. Pada siklus I, nilai rata-rata pretest adalah 29,26 dan nilai rata-rata posttest adalah 73,68. Untuk siklus II, nilai rata-rata pretest yaitu 47,68 dan nilai rata-rata posttest yaitu 86. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada nilai N-gain, yakni N-gain siklus I adalah 0,621 sedangkan N-gain siklus II adalah 0,751. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih dengan menggunakan model problem based learning dirasa sudah maksimal karena pencapaian ketuntasan nilai KKM mencapai 86,84%.


(7)

ii

Fiqh learning using problem based learning model, (2) to determine whether there is an increase in learning outcomes with the implementation of problem based learning model, (3) to describe the learning outcomes of jurisprudence with problem based learning model.

The method used in this study is the method of Classroom Action Research (CAR). CAR efforts undertaken to overcome the problems that arise in the classroom. This method is done with four stages, namely planning, action, observation, and reflection. There are four stages in a cycle that is repeated with the same steps and remain focused on discussion as practice from problem solving by using a method of problem based learning.

The results of this study indicate that student learning outcomes increased using this method problem based learning. This increase can be seen from the results of each cycle is done. Details of the average value of the first cycle of the pretest average 29,26whereas the second cycle pretest averaged 47,68. Posttest first cycle of the average 73,68, whereas the second cycle posttest average 86. Improved learning outcomes can be seen from the value of the gain normali each cycle, the first cycle of N-gain 0,621, whereas the second cycle of N-gain 0,751. Student learning outcomes in subjects jurisprudence by using problem based learning because it is considered a maximum value above KKM achievement already exceeds the target is quite high at 86,84%.


(8)

iii

yang telah memberikan berbagai macam nikmat yang tidak terhingga terutama

nikmat Iman, Islam, dan serta sehat wal’afiat. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada putra Abdullah dan buah hati Siti Aminah, pemimpin umat kita nabi besar Muhammad SAW dan keluarganya, sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya sampai akhir zaman. Skripsi ini adalah bentuk dari setetes ilmu yang Allah berikan kepada manusia, walaupun demikian tidak mudah untuk mendapatkannya. Penyusun skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan saran dari orang-orang di sekeliling penulis. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang disela-sela kesibukannya bersedia meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama di bangku perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

5. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang di butuhkan.

6. Kepala sekolah Bapak Umaryadi Abbas, dan Bapak Jayadi, S.Pd.I selaku guru pengajar Fiqih kelas VIII yang telah memberikan kesempatan kepada


(9)

iv

memberikan kasih sayang, nasehat, semangat, do’a, dan terus mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi. Semua ini saya persembahkan untuk

kalian. “Letihmu untukku, letihku untukmu”

8. Adikku tersayang Ummy Sholihati, terima kasih selalu memberikan motivasi serta berbagi cita-cita, impian dan harapan untuk membahagiakan kedua orang tua.

9. Teman-teman P20AI yang telah mengisi buku hati penulis dengan kenangan yang tiada pernah terhapus selama mengikuti perkuliahan.

Terima kasih kepada pihak yang memberikan semangat, do’a, bahan-bahan pemikiran dan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis mohon maaf. Dengan penuh kesadaran penulis akui skripsi ini banyak kekurangan, untuk itu penulis harapkan adanya teguran serta kritikan yang konstruktif dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

Jakarta, 12 April 2016


(10)

v

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ………..………..…. iii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ………... vii

DAFTAR GAMBAR ………. viii

DAFTAR LAMPIRAN ………... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………..…… 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ………... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ……….. 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ………... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ………... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Hasil Belajar …………...……..……….…….. 7

1. Pengertian Hasil Belajar …………...……...………..…………... 7

2. Jenis-jenis Hasil Belajar ………... 9

B. Pembelajaran Fiqih ………... 11

1. Pengertian Pembelajaran Fiqih ……….. 11

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fiqih ………. 13

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih …..……….. 15

C. Model Problem Based Learning …….……….. 16

1. Pengertian Model Pembelajaran ……… 16

2. Pengertian Problem Based Learning………. 17

3. Tokoh Problem Based Learning……….... 18

4. Ciri-ciri Problem Based Learning………. 19

5. Pelaksanaan Problem Based Learning……….. 19


(11)

vi

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 24

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ………..………... 24

C. Subjek Penelitian ………... 26

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ………... 26

E. Tahapan Intervensi Tindakan ………..……….. 26

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ……..………... 28

G. Data dan Sumber Data ……..……….... 29

H. Instrumen-instrumen Penelitian …….………... 29

I. Teknik Pengumpulan Data ……….... 30

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ……..……….. 31

K. Analisis Data dan Interprestasi Data ………. 32

L. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan ………. 33

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Pra Penelitian Tindakan Kelas ………. 34

B. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus I ………... 36

C. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus II ………. 41

D. Analisis Data dan Pembahasan ………... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 49

B. Saran ……….. 50


(12)

vii

Tabel 3.1 Tahapan Pelaksanaan Tiap Siklus ……… 27

Tabel 3.2 Data dan Sumber Data ………. 29

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data ………... 30

Tabel 4.1 Sintaks Problem Based LearningSiklus I ………...… 37

Tabel 4.2 Hasil Tes Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ……… 40

Tabel 4.3 Kekurangan dan Tindakan Perbaikan Siklus I ………. 40

Tabel 4.4 Sintaks Problem Based LearningSiklus II ……….. 42


(13)

viii

Gambar 4.1 Aktivitas Diskusi Siswa Siklus I ……….. 39

Gambar 4.2 Aktivitas Presentasi Hasil Diskusi Siklus I ……….. 39

Gambar 4.3 Aktivitas Diskusi Siswa Siklus II ………. 44

Gambar 4.4 Aktivitas Presentasi Hasil Diskusi Siklus II ………. 44

Gambar 4.5 Diagram Persentase Hasi Belajar Siswa………... 46

Gambar 4.6 Diagram Persentase Aktivitas Siswa ……… 47


(14)

ix

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II …………... 59

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan ke-1 ………….. 64

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan ke-2 ………….. 65

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan ke-3 …………. 66

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan ke-4 …………. 67

Lampiran 7 Soal Pretest dan Posttest Siklus I ………. 68

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest Siklus I ………... 72

Lampiran 9 Soal Pretest dan Posttest Siklus II ……… 73

Lampiran 10 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest Siklus II ……….. 76

Lampiran 11 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Siklus I …. 77 Lampiran 12 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Siklus II … 82 Lampiran 13 Tabel Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I …………... 87

Lampiran 14 Tabel Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II ………….. 89

Lampiran 15 Tabel Skor N-Gain Siklus I ……….. 91

Lampiran 16 Tabel Skor N-Gain Siklus II ……… 93

Lampiran 17 Hasil Observasi Aktivitas Guru ………... 95

Lampiran 18 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ……….. 97

Lampiran 19 Catatan Lapangan Siklus I …….……….. 99

Lampiran 20 Catatan Lapangan Siklus II ……..……….. 101

Lampiran 21 Hasil Wawancara Guru Bidang Studi Fiqih (Pra Penelitian) …. 103 Lampiran 22 Hasil Wawancara Guru Bidang Studi Fiqih (Pasca Penelitian) 105 Lampiran 23 Hasil Wawancara Siswa (Pra Penelitian) ………... 107


(15)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu bangsa diketahui melalui sejauh mana komitmen masyarakat, bangsa ataupun negara dalam menyelenggarakan pendidikan nasional. Pendidikan juga merupakan kerja budaya yang menuntut peserta didik untuk selalu mengembangkan potensi dan daya kreatifitas yang dimilikinya agar tetap survive

dalam hidupnya. Karena itu daya aktif dan partisipatif harus selalu muncul dalam jiwa peserta didik.

Sejatinya, proses pendidikan yang diselenggarakan baik secara formal maupun non formal diharapkan dapat memberikan bantuan (guidance) kepada peserta didik untuk mampu mengatasi masalahnya sendiri. Hal inilah barangkali yang dimaksud dengan kedewasaan peserta didik. Dengan kata lain bahwa peserta didik tidak selamanya dibimbing namun diharapkan mampu mandiri. Kegiatan belajar diarahkan agar peserta didik mampu menerima dan memahami pengetahuan dan keterampilan yang diberikan oleh pendidik.1

Dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 dijelaskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Jelas dalam UU Sisdiknas ditegaskan bahwa pendidikan adalah jalan mewujudkan dan mengembangkan potensi serta keterampilan yang diperlukan oleh siswa, masyarakat, bangsa dan negara.

1

Slamet Imam Santoso, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1987), h. 81

2

Redaksi Sinar Grafika, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), Cet. IV, h. 3


(16)

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi, dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi. Oleh karena itu, pendidik atau guru harus mengutamakan keterampilan dasar dan meningkatkan tingkat berpikir kritis yang harus dimiliki peserta didik agar mereka dapat memahami konsep dengan sistematis, baik secara teoritis maupun aplikasinya.3

Abduhzen, pengamat pendidikan, mengungkapkan pada Okezone “belum maksimal dalam memberikan kemampuan berpikir, karena pembelajaran selama

ini lebih banyak pada mengisi pikiran saja.” Abduhzen mengimbuhkan, pelajar Indonesia kini lebih banyak diharuskan menghafal lantaran kemampuan itulah yang akan dipakai saat ujian nasional. Para pendidik lupa mengajarkan pemahaman atas konsep yang dipelajari para siswa. Guru kurang mengoptimalkan

keterlibatan siswa dalam pembelajaran. “Padahal siswa perlu terlibat. Itu sebabnya

pembelajaran harus bersifat terbuka, sehingga siswa bisa mengekspresikan pikirannya. Mereka juga bisa berekspresi dengan tubuhnya dan perasaanya sehingga kemampuan berpikirnya berkembang. Karena tindakan manusia itu

berdasarkan atas apa yang ada dipikirannya,” paparnya. Kondisi berbeda akan terlihat pada siswa yang hanya dicekoki informasi dan diharuskan menghafalnya. Mereka tidak bisa berekspresi dengan baik tetang apa yang dirasakan dan dipikirkan.4

Menurut Suwarna, mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar bagi peserta didik. Dalam mengajar, guru tidak hanya sekedar

3

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), h. i

4

Afriani Susanti, “Siswa hanya Fokus Menghafal”, http://m.okezone.com, Jakarta, 5 Mei 2016


(17)

menerangkan dan menyampaikan sejumlah materi pelajaran kepada peserta didik, namun guru hendaknya selalu memberikan rangsangan dan dorongan agar pada diri siswa terjadi proses belajar.5 Oleh sebab itu, setiap guru perlu menguasai berbagai metode mengajar dan dapat mengelola kelas secara baik sehingga mampu menciptakan iklim kondusif.

Dalam setiap kegiatan mengajar, pada dasarnya meliputi tiga kegiatan, yaitu kegiatan sebelum pembelajaran, kegiatan pelaksanaan pembelajaran, dan kegiatan sesudah pembelajaran. 6 Agar kegiatan mengajar dapat berjalan efektif, maka guru harus mampu memilih metode mengajar yang paling sesuai. Proses pembelajaran akan efektif jika berlangsung dalam situasi dan kondisi yang kondusif, hangat, menarik, menyenangkan, dan wajar. Oleh karena itu guru perlu memahami berbagai metode mengajar dengan berbagai karakteristiknya, sehingga mampu memilih metode yang tepat dan mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan maupun kompetensi yang diharapkan.

Fiqih merupakan salah satu diantara mata pelajaran yang lebih ditekankan dibanding mata pelajaran lain. Tetapi banyak siswa yang merasa kurang mampu dalam mempelajari fiqih. Kenyataan yang banyak dijumpai di sekolah selama ini adalah pembelajaran fiqih berlangsung secara tradisional yang meletakkan guru sebagai pusat belajar bagi siswa. Karena siswa memiliki kebutuhan belajar, teknik-teknik belajar, dan berperilaku belajar, guru harus menguasai metode dan teknik pembelajaran, memahami materi dan bahan ajar yang cocok dengan kebutuhan belajar, dan berperilaku membelajarkan siswa. Guru dituntut untuk dapat memilih kegiatan pengajarannya sehingga siswa terhindar dari kebosanan dan tercipta kondisi belajar yang interaktif, efektif dan efisien. Guru berperan memotivasi, menunjukkan dan membimbing siswa supaya siswa melakukan kegiatan belajar. Sedangkan siswa berperan untuk mempelajari kembali, memecahkan masalah guna meningkatkan taraf hidup dengan berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupan. Untuk memecahkan masalah pembelajaran yang demikian, perlu dilakukan upaya pengembangan

5

Suwarna, Pengajarnan Mikro Pendekatan Praktis Menyiapkan Pendidikan Profesional, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 54

6


(18)

pembelajaran. Pengembangan pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kreatifitas siswa, serta memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar siswa.

Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, model pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah problem based learning pada materi zakat, karena materi zakat merupakan salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa. Hal ini terbukti dengan rendahnya rata-rata ulangan harian kelas VIII MTs Al-Ihsan Pondok Gede tahun ajaran 2013/2014, sehingga dibutuhkan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar. Selain itu, diharapkan dengan model problem based learning dapat meningkatkan pastisipasi siswa dalam aktifitas pembelajaran.

Dalam problem based learning, pembelajaran yang berdasarkan struktur masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari dan berkaitan dengan materi zakat yang dipelajari. Dengan cara ini siswa mengetahui mengapa mereka belajar. Semua informasi akan mereka kumpulkan melalui penelaahan materi ajar, eksperimen, ataupun melalui diskusi dengan temannya, untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi.

Problem based learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana

siswa mengerjakan permasalah yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa dalam menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan.7

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Fiqih melalui Model

Problem Based Learning

7

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 92


(19)

B.

Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu:

1. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

2. Pembelajaran fiqih berlangsung secara tradisional yang meletakkan guru sebagai pusat belajar bagi siswa (teacher centred).

3. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses belajar 4. Rendahnya hasil belajar fiqih siswa

C.

Pembatasan Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan masalah diantaranya yaitu:

1. Cakupan materi fiqih pada penelitian ini dibatasi hanya pada materi zakat. 2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah problem

based learning.

3. Hasil belajar fiqih yang ingin dicapai sesuai dengan KKM yaitu 75.

D.

Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Apakah penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi zakat kelas VIII MTs Al-Ihsan Pondok Gede Bekasi?

E.

Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi zakat kelas VIII MTs Al-Ihsan Pondok Gede Bekasi dengan penerapan problem based learning.


(20)

Penelitian ini diharapkan berguna bagi para pendidik untuk memanfaatkan model problem based learning menjadi aternatif penggunaan media yang efektif dalam pengajaran fiqih.

1. Bagi sekolah

Menjadi bahan masukan untuk para guru untuk mengembangkan kompetensinya, terutama yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model problem based learning dalam pembelajaran fiqih. 2. Bagi guru

Menjadi bahan masukan untuk para praktisi pendidikan khususnya guru fiqih dalam penggunaan model problem based learning agar mengarah kepada keaktifan siswa sehingga hasil belajar dapat tercapai dengan maksimal. 3. Bagi siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa mengaktifan dirinya dalam proses belajar mengajar sehingga keinginan siswa untuk belajar meningkat. Selain itu dengan menggunakan model problem based learning dapat menunjukkan cara berpikir siswa, serta saling tukar menukar pengalaman informasi.

4. Bagi peneliti sendiri bermanfaat untuk mengenalkan dan memanfaatkan

problem based learning kepada siswa sebagai alternatif penggunaan media yang efektif dan peneliti dapat memahami lebih jauh penggunaan model


(21)

7

A.

Hasil Belajar

1.

Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu hasil dan belajar. Dalam KBBI dijelaskan pengertian “hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha.”1 Pengertian lain “hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.”2 Dapat disimpulkan bahwa hasil yang ingin dicapai perlu adanya usaha berupa proses maupun aktifitas.

“Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.”3

Selain itu juga belajar dapat diartikan sebagai “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatakan proses kognitif.”4 Dalam definisi lain menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.”5

Dari beberapa definisi di atas mengenai belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman atau latihan dan proses berpikir.

1

Tim Penyususn Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 1998), Cet. I, h. 300

2

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), h. 44

3

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 55

4

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 92-93

5

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. VI, h. 2


(22)

Jadi, “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”6 “Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.”7 Sedangkan menurut

Djamroh “hasil belajar adalah apa yang diperoleh oleh siswa setelah dilakukan aktivitas belajar.”8

Sementara itu, Nana Sudjana mengatakan “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.”9

Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal: pretest, proses, dan posttest. Ketiga hal tersebut dijelaskan berikut ini.

a. Pretest (tes awal)

Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pretest. Pretest ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pretest memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran.

b. Proses

Proses disini dimaksudkan sebagai kegiatan dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan melalui modul. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar 75% peserta didik terlihat secara aktif, baik fisik, mental maupun, sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaktidaknya

6

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet.10, h. 22

7

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 212

8

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet.2, h.10

9


(23)

sebagian besar 75%. Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan.

c. Posttest

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan posttest. Posttest memiliki banyak pengetahuan terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran.10

Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu pencapaian untuk mengukur seberapa jauh belajar yang siswa peroleh setelah melalui serangkaian proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mengukur suatu hasil pada pencapaian tujuan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.

2.

Jenis-jenis Hasil Belajar

Howard Kingsley membagi “tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.”11

Gagne juga membuat semacam sistematika jenis belajar. Menurutnya sistematika tersebut mengelompokan hasil-hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu kategori. Kelima hal tersebut adalah sebagai berikut.

a. Keterampilan intelektual, kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol huruf, angka, kata atau gambar. b. Informasi verbal, seseorang belajar menyatakan atau menceritakan suatu fakta

atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan cara menggambar.

c. Strategi kognitif, kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir.

d. Keterampilan motorik, seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur dalam urutan tertentu.

e. Sikap, keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pilihan-pilihan dalam bertindak.12

10

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h.100-102

11

Nana Sudjana, loc. cit.

12

Eveline Siregar dan Hertini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), cet.1, h.8


(24)

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual perilaku yang merupakan proses berfikir atau perilaku yang termasuk hasil kerja otak. Beberapa kemampuan kognitiftersebut antara lain sebagai berikut:

a. Hafalan: Kemampuan memanggil kembali fakta yang disimpan dalam otak digunakan untuk merespons suatu masalah.

b. Pemahaman: Kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta. c. Penerapan: Kemampuan kognitif untuk memahami aturan, hukum, rumus

atau sebagainya dan menggunakan untuk memecahkan masalah.

d. Analisis: Kemampuan memahami sesuatu dengan menguraikannya ke dalam unsur-unsur.

e. Sintesis: Kemampuan memahami dengan mengorganisasikan bagian-bagian ke dalam kesatuan.

f. Evaluasi: Kemampuan membuat penilaian dan mengambil. 13

Kawasan afektif, meliputi tujuan belajar yang berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan ini dibagi dalam lima jenjang tujuan, yaitu sebagai berikut:

a. Penerimaan: Kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya.

b. Partisipasi/Merespon: Kesediaan memberikan respons dengan berpartisipasi.

c. Penilaian/Penentuan Sikap: Kesedian untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut.

d. Organisasi: Kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku.

13


(25)

e. Karakterisasi: Menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.14

Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

a. Persepsi: Kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain. b. Kesiapan: Kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan. c. Gerakan Terbimbing: Kemampuan melakukan gerakan meniru model yang

dicontohkan.

d. Gerakan Terbiasa: Kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh kemampuan dicapai karena latihan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.

e. Gerakan Kompleks: Kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yang tepat.

f. Kreatifitas: Kemampuan menciptakan gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengkombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinal.15

Dari berbagai penjelasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar bukan hanya diukur dari hasil kognitif akan tetapi membawa ke aspek yang lain pula diantaranya aspek afektif yang mana aspek ini melihatkan perubahan sikap dan nilai, dan juga membawa kepada aspek psikomotor berkaitan pada keterampilan dan kemampuan baik secara bertingkah laku, fisik dan psikologis.

B.

Pembelajaran Fiqih

1.

Pengertian Pembelajaran Fiqih

Pada tingkatan Madrasah Tsanawiyah (MTs), mata pelajaran fiqih merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar mereka bisa mengenal,

14

Ibid., h. 52

15


(26)

memahami dan mengamalkan syariat Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya dalam bermasyarakat.

Secara etimologi, “fiqih berarti paham yang mendalam.”16 Dengan definisi lain dalam buku Zakiah Daradjat, “fiqih artinya faham atau tahu.”17 Dan dalam firman Allah SWT surat at-Taubah ayat 122 dijelaskan:











































“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya

mereka itu dapat menjaga dirinya.”18

Tahu atau paham yang dimaksud di atas adalah tahu dan paham tentang masalah-masalah agama. Pengertian fiqih seperti tergambar pada ayat di atas merupakan pengertian yang sebenarnya. Pengertian tersebut pada perkembangan selanjutnya mengalami penyempitan makna. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Quraisy Shihab bahwa “fiqih yang mulanya dimaksudkan sebagai pengetahuan yang menyeluruh tentang agama, mencakup hukum, keimanan, akhlak, al-Qur’an dan hadits.”19 Tetapi istilah itu kemudian dipakai khusus menyangkut pengetahuan tentang hukum agama saja.

Sedangkan menurut istilah yang digunakan para ahli fiqih (fuqaha), fiqih itu ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syariat Islam yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci. Dilihat dari segi ilmu pengetahuan yang berkembang dalam kalangan ulama Islam, fiqih itu ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan, membahas, memuat hukum-hukum Islam yang bersumber pada al-Qur’an, sunah dan dalil-dalil syar’i yang lain, setelah

16

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih Jilid I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 2

17

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 78

18

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahan, (Semarang: CV Adi Grafika, 1994), h. 301

19


(27)

diformulasikan oleh para ulama dengan mempergunakan kaidah-kaidah ushul fiqih.20

Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud fiqih yaitu ilmu yang menerangkan segala hukum-hukum yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.

Adapun pengertian mata pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah:21

a. Mata pelajaran fiqih adalah bimbingan untuk mengetahui ketentuan-ketentuan

syari’at Islam. Materi yang sifatnya memahami, menghayati dan mengamalkan pelaksanaan syariat tersebut yang kemudian menjadi dasar pandangan dalam kehidupannya, keluarga dan masyarakat lingkungannya.

b. Bentuk bimbingan tersebut tidak terbatas pada pemberian pengetahuan, tetapi lebih jauh seorang guru dapat menjadi contoh dan tauladan bagi siswa dan masyarakat lingkungannya. Dengan keteladanan guru diharapkan para orang tua dan masyarakat membantu secara aktif pelaksanaan fiqih di dalam rumah tangga dan masyarakat lingkungannya.

Dari penjelasan diatas, dapat penulis pahami tentang pengertian mata pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah yaitu mata pelajaran yang diarahkan untuk memberikan pegetahuan, pemahaman dan bimbingan kepada siswa mengenai ketentuan-ketentuan syariat Islam untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.

Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fiqih

Fiqih sebagai bagian dari syari’at Islam, maka sudah barang tentu tujuannya identik dengan tujuan syari’at Islam itu sendiri. Hanya saja tujuan ilmu fiqih lebih

terinci dan tegas daripada tujuan syari’at, karena objeknya adalah segala

perbuatan orang-orang mukallaf dalam melakukan segala aktifitasnya untuk mendidik rohani dan jiwanya. Diantara tujuannya yaitu:

20

Zakiah Daradjat, loc. cit.

21

Depag RI, GBPP MTs Mata Pelajaran Fikih, (Dirjen pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1993), Cet. I, h. 1


(28)

a. Melaksanakan ibadah shalat dengan baik lengkap dengan rukun dan sifat-sifatnya, dapat mendidik rohani dan membersihkan jiwa sehingga mampu menjadi sumber kebaikan bagi dirinya sendiri.

b. Melaksanakan ibadah zakat dengan ikhlas, dapat melatih diri bersifat sosial dan membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir serta untuk memperbaiki hubungan antara si kaya dan si miskin.

c. Melaksanakan ibadah puasa dengan ikhlas, dapat meningkatkan kesadaran untuk mencapai takwa yang merupakan kunci segala kebahagiaan.

d. Melaksanakan ibadah haji dengan ikhlas, dapat memberikan pengalaman dan wawasan yang lebih luas, tentang kebesaran dan kekuasaan Allah, pencipta berbagai bangsa manusia dan alam.

e. Melaksanakan muamalah; jual beli, sewa menyewa, gadai, titipan dan sebagainya penuh dengan amanah (kejujuran) dan menjauhi segala perbuatan yang dapat merugikan sesama manusia.

f. Melaksanakan munakahat dengan baik, sebagai suatu lembaga pembentukan dan pembinaan masyarakat yang baik dan dari masyarakat yang baik inilah yang dapat menjadi masyarakat yang adil dan makmur.22

Adapaun tujuan pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah untuk membekali peserta didik agar dapat: (1) mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fikih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fikih muamalah. (2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.23

Pembelajaran fiqih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk

22

Muhammadiyah Djafar, Pengantar Ilmu Fiqih, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), Cet. I, h. 17

23

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi pendidikan Agama Islam dan Baasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Bp. Mediatama Pustaka Mandiri, 2009), Cet. I, h. 90


(29)

diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaaffah (sempurna).

Dapat disimpulkan bahwa tujuan mempelajari fiqih yaitu selain mengetahui hukum-hukum yang telah ditetapkan syari’at Islam juga didalamnya terdapat nilai-nilai spiritual yang menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial serta dapat menimbulkan kedisiplinan yang tinggi.

3.

Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih

Para penulis kitab-kitab fiqih Syafi’iyah membagi pembahasan fiqih kepada empat bagian, yaitu:

a. Aspek ibadah meliputi masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok thaharah, sholat, puasa, zakat, haji, qurban, jenazah serta aqiqah. b. Aspek mua’amalat meliputi masalah-masalah yang dikelompokkan ke dalam

kelompok persoalan harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan, cara mendapatkannya dan menggunakannya seperti jual beli, khiyar, gadai, jaminan dan lain-lainnya.

c. Aspek munakahat yang meliputi masalah-masalah yang dikelompokkan dalam kelompok persoalan pernikahan.

d. Aspek jinayat yang meliputi masalah-masalah yang dikelompokkan dalam kelompok persoalan pelanggaran, kejahatan, pembalasan, hukuman dan sebagainnya.24

Adapun ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi: a. Aspek fiqih ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara taharah, shalat fardu,

shalat sunnah dan shalat dalam keadaan darurat, sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur.

24


(30)

b. Aspek fiqih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan upah. 25

C.

Model

Problem Based Learning

1.

Pengertian Model Pembelajaran

Joyce dan Weil dalam Rusman berpendapat bahwa “model pembelajaran

adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan

pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.” 26

Definisi lain mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materiil-materiil pembelajaran termasuk buku-buku, film-film, pita kaset, dan program media computer, serta kurikulum (serangkaian studi jangka panjang).27

Adapun Soekamto dkk dalam Trianto mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dan mengorganisasikan pengalamanbelajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.28

Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran adalah serangkaian rencana yang memberikan gambaran tentang prosedur sistematis rancangan pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Model pembelajaran mencakup berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran, termasuk didalamnya adalah penerapan metode dan strategi, penggunaan media, pemberian evaluasi, dan lain sebagainya.

25

Ibid., 92

26

Rusman, op. cit., h. 133

27

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 198

28

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet. IV, h. 22


(31)

Model pembelajaran memiliki urgensi yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran merupakan panduan atau pedoman bagi para pendidik dalam hal pelaksanaan proses belajar mengajar. Pentingnya model pembelajaran ini menuntut keharusan kepada para pendidik agar dapat merancang dan menentukan model pembelajaran seperti apa yang akan diterapkan dalm proses pembelajaran yang akan dilakukan.

2.

Pengertian

Problem Based Learning

Problem Based Learning adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, di rancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari.29

“Pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran

yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk

belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan belajar.”30

Strategi pembelajaran berdasarkan masalah adalah menyodorkan masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu atau kelompok, strategi ini pada intinya melatih keterampilan kognitif peserta didik terbiasa dalam pemecahan masalah mengambil keputusan, menarik kesimpulan, mencari informasi dan membuat artefak sebagai laporan mereka.31

Dilihat dari aspek psikologi, pembelajaran berbasis masalah bersandarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada

29

Materi pelatihan penerapan Metode PBL di IBII, Elsa Krisanti & Kamarza Mulia, 2004 dalam M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. II, h. 21

30

Ali Mudlofir, Aplikasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pres, 2011), Cet. I, h. 64

31

Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Group, 2013) Cet. I, , h. 81


(32)

aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi.32

“Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan

kompleksitas yang ada.”33

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang memanfaatkan masalah yang nyata, dengan tujuan mempersiapkan dan membiasakan siswa menghadapi masalah yang akan dihadapi dalam kehidupannya.

3.

Tokoh

Problem Based Learning

Tiga orang tokoh konstuktivistik yang banyak berbicara tentang pembelajaran berorientasi masalah, masing-masing adalah;

a. John Dewey menyatakan bahwa sekolah merupakan laboraterium bagi peserta didik untuk penyelidikan dan pengatasan masalah kehidupan sehari-hari dalam dunia nyata. Pedagogi Dewey mendorong guru untuk melibatkan peserta didik di berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai proyek masalah sosial dan intelektual penting. Dewey berpendapat bahwa dalam proses belajar peserta didik harus diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat. Peserta didik harus aktif dan tidak hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Begitu pula guru, guru harus menciptakan suasana agar peserta didik senantiasa merasa haus akan pengetahuan.34

b. Kilpatrick menjelaskan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya purposeful

(memiliki maksud yang jelas) dan tidak abstrak. Pembelajaran yang purposeful

itu dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan memerintah anak-anak dalam

32

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. VII, h. 213

33

Rusman, op. cit., h. 232

34


(33)

kelompok kecil untuk menangani proyek-proyek yang mereka minati dan mereka pilih sendiri.35

c. Jean Piaget membenarkan bahwa anak-anak memiliki sifat bawaan ingin tahu dan terus berusaha memahami dunia disekitarnya. Keingintahuan anak terhadap lingkungan yang dialaminya, dia berusaha mengkonstruksikan secara aktif refresentasi-refresentasi dibenaknya tentang lingkungan yang dia alami.36

4.

Ciri-ciri

Problem Based Learning

Strategi pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning

memiliki tiga ciri utama, yaitu:

a. Problem based learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi problem based learning ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. Problem based learning tidak mengharapkan siswa hanya mencatat, mendengar kemudian mengafal mata pelajaran, akan tetapi siswa dituntut untuk aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.

b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, problem based learning menempatkan masalah sebagai kunci utama dalam proses pembelajaran.

c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah, yaitu proses berpikir yang sistematis dan empiris.37

5.

Pelaksanaan

Problem Based Learning

Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah lebih sulit karena membutuhkan banyak latihan dan harus mengambil keputusan tertentu selama perencanaan dan pelaksanaannya. PBL mempersiapkan peserta didik untuk banyak berpikir untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan dunia nyata.

35

Ibid., h. 65-66

36

Ibid., h. 66

37


(34)

Pertama, peserta didik dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang dan maksimal 5 orang. Kedua, menentukan sarana dan tujuan pelajaran berbasis masalah adalah salah satu diantara tiga pertimbangan penting perencanaan. PBL dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti meningkatkan keterampilan intelektual dan penyelidikan dan membantu peserta didik memiliki keterampilan mandiri.38

Tabel 2.1 Sintaks Problem Based Learning39

Fase Aktivitas Guru

Fase 1

Mengorientasikan siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktifitas pemecahan masalah yang dipilih

Fase 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi

Fase 3

Membimbing

penyelidikan individu maupun kelompok

Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan

Fase 4

Mengembangkan dan menyajikan laporan

Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

Fase 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa melakukan refleksi terhadap

penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangsungnya pemecahan masalah

38

Martinis Yamin, op. cit., h. 69-70

39

Richard I Arends dalam Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), Cet. II, h. 96


(35)

6.

Kelebihan dan Kekurangan

Problem Based Learning

Sebagai suatu strategi pembelajaran, problem based learning memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran

b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa

c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa

d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dan kehidupan nyata

e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajar

f. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

g. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa

h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru

i. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata

j. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir

Kelebihan yang lain dipaparkan secara singkat sebagai berikut:

a. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik.


(36)

c. Dapat memperoleh dari berbagai sumber. 40

Disamping keunggulan, problem based learning juga memiliki kelemahan, diantaranya:

a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba

b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan

c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari41

Adapun kekurangan lain sebagai berikut:

a. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai. b. Membutuhkan banyak waktu dan dana.

c. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.42

D.

Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terkait pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah, diantaranya sebagai berikut:

1. Hasil penelitian Lin Suciani Astuti (2011) yang berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Konsep Kesetimbangan Kimia melalui Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)”, menyatakan penerapan model pembelajaran

PBL (Problem based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep kesetimbangan kimia.43

2. Hasil penelitian Robiatul Adawiyah (2011) yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al-Fatah Jakarta

40

Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 2011), Cet. I, h. 56-57

41

Wina Sanjaya, op. cit., h. 220-221

42

Iif Khoiru Ahmadi, loc. cit.

43

Lin Suciani Astuti, Peningkatan Hasil Belajar Konsep Kesetimbangan Kimia Melalui Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning), (Jakarta: FITK UIN, 2011), h. 70


(37)

Utara)”, menyatakan bahwa ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa

dengan adanya penerapan model pembelajaran problem based learning.44 3. Hasil penelitian Nabila Syafi’i (2009) yang berjudul “Pengaruh Metode

Problem Based Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar Kimia pada

Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai”, menyatakan terdapat perbedaan hasil

belajar kimia antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, selain itu juga pada kelas yang menggunakan metode PBL lebih baik dari kelas yang menggunakan metode konvensional.45

Dari penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) berpengaruh terhadap proses belajar. Karena untuk meraih prestasi yang maksimal dipengaruhi strategi pengajaran yang efektif.

E.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan permasalahan yang ada, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini sebagai berikut: Melalui model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VIII di MTs Al-Ihsan.

44

Robiatul Adawiyah, Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al-Fatah Jakarta Utara), (Jakarta: FITK UIN, 2011), h. 60

45Nabila Syafi’i,

Pengaruh metode Problem Based Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar Kimia pada Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai, (Jakarta: FITK UIN, 2011), h. 64


(38)

24

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII MTs Al-Ihsan yang beralamat di Jalan Masjid Nurul Ihsan No 1 Jatiwaringin – Pondok Gede – Bekasi. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan November semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.

B.

Metode dan Rancangan Siklus Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan model problem based learning mencoba untuk memperbaiki proses belajar mengajar di dalam kelas tersebut.

Penelitian tindakan kelas berkembang dari penelitian tindakan. Oleh karena itu, untuk memahami pengertian penelitian tindakan kelas (PTK) perlu kita telusuri pengertian penelitian tindakan. Menurut Kemmis, “penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka.” Pendapat lain tentang penelitian tindakan dikemukakan oleh Elliot yang menyatakan “penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkannya.”1

“Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris classroom action research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.”2 Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang

1

Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Cet. II, h. 24-25

2

Paizaluddin dan Ermalinda, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. I, h. 6


(39)

dikembangkan berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar di kelas.

Pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang, pada penelitian ini peneliti menggunakan 2 siklus. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahap kegiatan setiap siklus, yaitu:

1. Perencanaan (planning)

Dalam tahap ini peneliti merencanakan dengan merumuskan pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan dilakukan. 2. Tindakan (action)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan.

3. Pengamatan (observing)

Peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi.

4. Refleksi (reflection)

Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data yang telah diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hal ini kemudian dianalisis dan akan digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

Gambar 3.1 Bagan 4 Tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas

Refleksi

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaan

SIKLUS I

SIKLUS II


(40)

C.

Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII/E MTs Al-Ihsan Pondok Gede semester ganjil 2014/2015 yang berjumlah 38 orang. Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah guru bidang studi fiqih, observer, serta seluruh siswa kelas VIII/E.

D.

Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam pelaksanaanya, peran dan posisi peneliti dalam penelitian bertindak sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran fiqih dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Sedangkan guru bidang studi fiqih dalam penelitian ini terlibat sebagai kolaborator dan observer. Dimana guru membantu peneliti dalam hal membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membantu dalam melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Selain itu, guru bidang studi sebagai pemberi penilaian terhadap peneliti dalam mengajar dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dan mengamati seluruh aktivitas belajar fiqih siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Peneliti dan guru bidang studi masing-masing memiliki kedudukan yang setara, artinya masing-masing mempunyai peran dan posisi yang saling membutuhkan satu sama lain dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.

E.

Tahapan Intervensi Tindakan

Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilakukan, peneliti melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian). Kemudian akan dilanjutkan dalam dua siklus pada mata pelajaran fiqih. Hal ini dimaksudkan untuk melihat perkembangan aktivitas siswa pada setiap siklus setelah diberikan tindakan. Bila pada siklus I terdapat masalah dalam tindakan dan indikator keberhasilan belum tercapai. Selanjutnya, dilakukan tindakan ulang melalui siklus berikutnya (siklus II) lebih banyak diarahkan pada perbaikan dan penyempurnaan terhadap kekurangan yang terdapat pada siklus I.


(41)

Adapun uraian dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tahapan Pelaksanaan Tiap Siklus

Tahap Kegiatan

Pendahuluan 1. Observasi ke sekolah

2. Mengurus surat izin penelitian 3. Membuat instrumen penelitian 4. Menyiapkan perlengkapan penelitian

5. Melakukan wawancara kepada guru bidang studi fiqih di sekolah tersebut dan menentukan kelas subjek penelitian Perencanaan 1. Menyiapkan kelas tempat penelitian

2. Membuat RPP dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah

3. Mendiskusikan RPP dengan dosen pembimbing dan kolaborator

4. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah

5. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan

6. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara dan catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya 7. Menyiapkan sumber belajar

Pelaksanaan 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan metode diskusi

3. Membagi lembar tugas untuk didiskusikan secara kelompok 4. Memonitor kegiatan-kegiatan siswa pada saar proses

pembelajaran

5. Meminta hasil kerja setiap kelompok dikemukakan di depan kelas


(42)

7. Pemberian tugas kepada siswa pada materi yang akan dibahas selanjutnya

Pengamatan Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus selanjutnya

Refleksi Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil evaluasi dijadikan feedback

dalam merencanakan perbaikan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya. Serta melakukan analisis terhadap semua data yang telah terkumpul dari hasil observasi, hasil tes dan menentukan keberhasilan dan kelemahan atau kekurangan pada siklus I yang akan dijadikan dasar perbaikan pada pelaksanaan siklus berikutnya

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Penelitian ini mengungkapkan masalah rendahnya hasil belajar siswa. Data rendahnya hasil belajar siswa diperoleh dari hasil observasi pra penelitian.kemudian dengan memanfaatkan teori-teori yang ada sebagai bahan pendukung dilakukan penelitian tindakan yaitu dengan mengubah pembelajaran bersifat konvensional dengan model problem based learning. Penerapan model

problem based learning dilakukan berdasarkan asumsi bahwa hasil belajar siswa akan meningkat setelah diterapakan model problem based learning.

Penelitian tindakan ini diupayakan untuk memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi yakni meningkatkan hasil belajar siswa. Jika hasil yang diharapakan sudah tercapai maka penenlitian ini dihentikan atau siklus berakhir. Penelitian ini berakhir atau dihentikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

1. Adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih yang di lihat dari ketercapaian KKM. Indikator keberhasilan ketuntasan belajar (hasil belajar siswa) yang di harapkan mencapai persentase 75% dengan nilai KKM 75.


(43)

2. Adanya peningkatan partisipasi aktif siswa pada proses pembelajaran yang di lihat dari lembar observasi.

G.

Data dan Sumber Data

Pada penelitian ini, data yang diperoleh berupa nilai tes hasil belajar siswa yang mencakup hasil tes belajar pretest dan posttest dan aktivitas siswa terhadap model problem based learning. Selain itu data didapatkan dari wawancara terhadap guru bidang studi fiqih sebagai kolaborator.

Table 3.2 Data dan Sumber Data

Data Sumber Data Instrumen

Keadaan Pra Penelitian dan Setiap Siklus

Guru Wawancara

Kegiatan Siswa

Siswa

Catatan lapangan

Aktifitas Siswa Lembar Observasi

Penguasaan Konsep Pretest dan Posttest

H.

Instrumen-instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penenlitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu:

1. Instrumen Tes

Tes tertulis ini berupa tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal (prestes) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang akan diajarkan. Sedangkan tes akhir (postes) adalah bahan-bahan pelajaran yang telah di ajarkan kepada para peserta didik dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal.

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut: a. Lembar observasi


(44)

“Observasi adalah kegiatan pengamatan untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.”3 Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan lembar observasi kegiatan guru. Aktivitas siswa yang diamati ketika proses pembelajaran disesuaikan dengan sintaks model problem based learning. b. Catatan Lapangan

“Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti atau mitra yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas.”4 Catatan lapangan ini memuat kondisi siswa pada saat proses pembelajaran dengan menerapkan model problem based learning.

c. Lembar wawancara

Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi di kelas.

I.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data Instrumen Teknik Pengumpulan Data

Wawancara Wawancara dilakukan untuk mengetahui

respons/tanggapan guru dan siswa mengenai pelaksanaan model problem based learning dalam pembelajaran. Lembar Observasi Data diperoleh dari lembar observasi yang di isi oleh

observer pada setiap pertemuan, hasil observasi guru dan

3

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 143

4


(45)

aktifitas siswa terhadap mata pelajaran fiqih.

Catatan Lapangan Dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, yang diamati berupa kondisi siswa selama proses pembelajaran menggunakan model problem based learning.

Tes Hasil belajar Data yang diperoleh dari test mata pelajaran fiqih yang dilakukan pada setiap akhir siklus.

J.

Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teknik yang dikemukakan oleh Lexy J. Moleong, yaitu triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.5

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara

2. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti bagian kepala madrasah, koordinator mata pelajaran, guru, dan juga staf jika penelitiannya disebuah madrasah/sekolah. 3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 4. Membandingkan hasil temuan dengan teori.6

Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan.

5

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 330

6


(1)

Nama

NIM

Jurusan/Fakultas Judul Skripsi

LEMBAR UJI

RE,FERENSI

Muhannimah

1 I 1001 10000s7

Pendidikan Agama Islam/Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Peningkatan Hasil

Belajar Fiqih Melalui

Model

Problem

Based

Learningi (Penelitian Tindakan

Kelas

VIII

di

MTs Al-Ihsan

Pondok

Gede Bekasi)

NO

REFERENSI

PARAF

1

Afriani

Susanti,

"Siswa hanya Fokus

Menghafal",

http://m.okezone.com, J akarta. 5

Mei

20 1 6

(

2

Ali

Mudlofir,

Aplikasi Kurikulum Tingkat

Satuan. Pendidikan

6fSP)

dan Bahan

Ajar

dalam Pendidikan Agama

Islam,

(Jakarta: Raiawali Pres, 2011)

(

J

Alisuf

Sabri,

Psikologi

Pendidikan, (Jakarta: Pedoman

Ilmu

Jaya,

2007)

a

4

Amir

Syaifuddin, Ushul

Fiqih

Jilid I,

(Jakarta:

Logos

Wacana

Ilmu,

1997)

I

5 Depag

R. GBPP

MTs Mata

Pelajaran Fildih,

Dirjen Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam, 1993

('

6

Departemen Agama Republik

Indonesia,

al-Qur'an

dan Teriemahaz, (Semarang: CV

Adi

Grafika,1994)

6

1

Dimyati dan

Mudjiono,

Belcjor

dan

Pembelcjaran, (Jakarla:

Rineka Cipta, 20025

(

8

E.

Mulyasa, Implementasi

Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan,

(Jakarla: Bumi Aksara, 2009)

6

9

E.

Mulyasa,

Kurikttlum

Berbasis

Kontpetensi:

Konsep,

Karalrteristik, dan

Implententasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2oo6)

d

10 Eveline Siregar dan

Hertini

Nara, Teori

Belajar

dan Pembelajaran,

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2010)

{

11

Iif

I(hoiru

Ahrnadi,

dkk..

Srraregi Pen$elojctron Sekolah Ter1:odu,

(Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 20 I 1) d

I2

Kunanclar.

Lunglrolt

,l,Iutloh

Pcitcliticttt

Tintlol;on Kelcts. (Jakar-ta:

Raja Grafrnclo Persada. 2010)

{

l3

Lin

Suciani

Astr,rti.

Pcnittglialctn

IIasil

Bclof

ar

Kortscp Keselitnbortgon

Kitniu

,\,lclcLltti .\[odcl Petttbelof ctrart PB[- ('Problcnt Basetl Lcantin.?). (Jakarta: FITK

U]N.2011)

(

14

M.

Quraisy

Shihab.

l|enthmilion

-,11-OLrr'an.

(Bandung:

lvlizan.

199,+)

a


(2)

15

M.

Taufiq

Amir,

Inovasi

Pendidikqn

Melalui

Problem

Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar

di Era

P engetahuan, (J akarta: Kencana, 20 1 0)

/)

t)

16

Martinis Yamin,

Strategi

dan

Metode dalam

Pembelajaran,

(Jakarta: GP Press Group, 2013)

fr

t7

Muhibin

Syah,

Psikologi Pendidikan

dan

Pendekatan

Baru,

(Bandung: Rernai a Rosdakaryu 2004)

u

18

Nabila

Syaf i,

Pengaruh metode

Problem

Based

Learning

(PBL)

terhadap

Hasil

Belajar

Kimia pada

Pembelajaran

Kimia

Terintegrasi

Nilai,

(Jakarta:

FITK

UIN,

2011)

a

19

Nana

Sudjana,

Penilqian

Hasil

Proses

Belajar

Mengajar,

(Bandung: Remaja Rosdakary a, 2006\

()

20 Paizaluddin dan Ermalinda,

Penelitian

Tindakan Kelas (Classroom

Action

Res ear ch), (B andtlrlg: Alfabgta, 207 3)

0

21 Peraturan

Menteri

Agama

Republik

lndonesia

No. 2

Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi

Lulusan

dan

Standar

Isi pendidikan

Agama

Islam dan

Baasa

Arab

di

Madrasah,

(Jakarta:

Bp.

Mediatama Pustaka

Mandiri,

2009)

0

22 Purwanto,

Evaluasi

Hasil Belajar,

(Yogyakarta: Pustaka Belajar,

2009\

A

23

Redaksi

Sinar

Nasional (UU

2011)

Grafika,

Undang-undang

Sistem

Pendidikan

N

No.

20

Tahun 2003),

(Jakarta:

Sinar

Grafika,

/

24

Robiatul Adawiyah,

Penerapan

Model

Pembelajaran

Problem

Based Learning untuk

Meningkatkan

Aktivitas

Belajar

Siswa (Penelitian Tindakan Kelas

di

SMP Islam

Al-Fatah Jakarta

(Jtara), (Jakarta:

FITK UIN,

2011)

0

25

Rusman,

Model-model Pembelajaran

Mengembangkan

Profesionalisme Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 201 1)

t)

26 Slamet Imam Santoso,

Psikologi

Pendidikan, (Jakarta: Universitas

Indonesia Press, 1987)

(t

27

Slameto,

Belajar dan

Faktor-foktor

yang

Mempengaruhinyo,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2003)

,6

28 Suwama.

Pengajarnan

Mikro

Pendekatan

Praktis

Menyiapknn

P e n di di kan P r o fe s i o n a/. Yo gyakarta : Ti ara W acana, 200 6

{)

29

Tim

Pengembang

MKDP Kurikulum

dan Pembelajaran.

Kurikuh:m

dan Pembelaiaran, (Jakarta: Raia Grafindo Persada. 2011)

{

30

Tim

Penursusn

Kamus Pusat

Pernbinaan

dan

Penger-nbangan,

I{amus Bcsor Bahaso Indonesict. (Jakarta: Balai Pustaka: 1998)

A P 31

Trianto.

illcnclesoin

l,lodel

Petnbelctjctran

Inot'cttif-

Progt'esif,

(Jakarla: Kencana. 20 1 0) 6)

-):

Wina

Sanjaya. Penelition Tindakcur Kclas, (Jakarta: Prenacla Nleclia

Croup.2010)

(

JJ

Wina Sarrja

va, Strtttegi Petn bel cj ot'an B ero riertctsi Stctnclot' I'ros es


(3)

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama

Islam,

Jakarta: Bumi Aksara. 199

Jakarta,12

Apnl2016


(4)

KEMENTERIAN AGAMA

UIN JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputal 15412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-081 Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010 No.

Revisi: :

0'l

Ha 1t1

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor : Un.0 1/F. 1 IKM .Ot 3 l?.?.lJ ..*-D-14

Lamp.

: outline

Hal

: Bimbingan Skripsi

Nama

NIM

Jurusan Semester

Judul Skripsi

Terrbusan:

1.

Dekan FITK

2.

Mahasisr.va 1'bs.

Jakarta, 04 Oktober 2014

Kepada Yth.

Dr. H. Sapiudin Shidiq,

M.Ag

Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

As s alamu' alaikum wr.wb.

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Saudara

untuk

menjadi pembimbing VII

(materi/tekni s) penulisan slaip si mahasiswa :

Muhannimah

1 1 1001 1000057

Pendidikan Agama Islarl IX (Sembilan)

Peningkatan Hasil Belajar Fiqih rnelalui Model Problent Bctsetl Learning

Judul tersebut teiah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 17 September 2014

,

abstraksi/oatline ierlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada

judul

tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap

perlu,

mohon pembimbing

menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi

ini

diharapkan selesai dalam wakru

6

(enam) bulan, dan dapat

diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wqs s alamu' qlaikum wr.wb.

idikan Agama Islam

Majid Khon,

M.Ag


(5)

KEMENTERIAN AGAMA

UIN

JAKARTA

FITK

Jl lr H Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082

Tgl

Terbit :

1 Maret 2010

No.

Revisi: :

01

Ha 1t1

S U

RAT

PERMOHOruafrt-tZt

f.t

pe

fl

e

UftAru

Nomor : Un.01 lF .1lKM 01 .3/31 3t2014

Lamp.'.

Outline/Proposal

Hal

:

Permohonan

lzin

Penelitian

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta, 28 Oktober 2014

Kepada Yth.

Kepala Madrasah Tsanawiyah Al-lhsan di

Tempat

Assal am u' al aiku m wr. wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama

: Muhannimah

NIM

:

1110011000057

Jurusan

. Pendidikan Agama lslam

Semester

:

lX

(Sembilan)

Judul

Skripsi

.

Model Problem Based

Learning

dalam

peningkatan

Hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran Fiqih

adalah

benar

mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah

dan

Keguruan UIN Jakarta

yang

sedang

menyusun

skripsi,

dan akan

mengadakan

penelitian (riset)

di

instansi/sekolah/madrasah yang Saudara ptmptn.

Untuk

itu

kami

mohon Saudara dapat

mengizinkan mahasiswa

tersebut

melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wa ssal am u' a I aiku m wr. wb.


(6)

YAYASAN AL-

IHSAN

IVIADRASAII TSAI,IAWTYAII

AL-MTs.

(

MP)

AL-IHSADI

JI

Rava Masjid

-

Ti,lHitl:;'-',ii[#in;1,t"tp

(021)

847 1 8 1 e

SURAT

KETERANGAN

Nomor

: 03 1/NzITS

-AI1XII12}I4

Yang bertanda tangan dibawah

ini

:

Nama Jabatan

Unit

Kerja

Dengan

ini

menerangkan,

Umaryadi Abas, S.Pd Kepala Sekolah

MTs.

AL-IHSAN

Muhannimah

I

l

1001 1000057

Pendidikan Agama Islam

Ilmu

Tarbi yah

&

Keguruan

UIN

Syarif Hidayatullah Nama

NIM

Program Studi Fakultas

Perguruan

Tinggi

Asal

Nama

tersebut diatas,

telah

melaksanakan

penelitian

dalam rangka penyelesaian tugas akhir.

Terhitung mulai bulan November.

Demikian surat keterangan

ini

kami buat agar dipergunakan sebagaimana mestinya.