1. Home
  2. Lainnya

PERLUASAN MEREK KONVENSIONAL BERDASARKAN SINGAPORE TREATY DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO.15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA.

ABSTRAK

PERLUASAN MEREK KONVENSIONAL BERDASARKAN SINGAPORE TREATY
DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO.15 TAHUN 2001 TENTANG
MEREK DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA
Rachma Putri Dianti
110110080118

Merek merupakan salah satu cabang HKI yang mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Salah satu perkembangan dalam bidang merek adalah
dibuatnya Singapore Treaty oleh WIPO yang mengatur mengenai perluasan ruang
lingkup merek konvensional berupa merek non konvensional yaitu merek suara,
aroma, dan hologram.Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh
pemahaman mengenai urgensi Indonesia dalam menerapkan perluasan merek
konvensional berdasarkan Singapore Treaty, dan untuk memperoleh pemahaman
mengenai perlindungan pemilik perluasan merek konvensional di Indonesia.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
komparatif. Metode ini diawali dengan pengumpulan dan penyusunan data yang
dilanjutkan dengan melakukan perbandingan undang-undang serta perjanjian untuk
memperoleh gambaran mengenai masalah perluasan merek konvensional
berdasarkan Singapore Treaty. Selanjutnya penulis melakukan pendekatan secara

yuridis normatif baik berupa peraturan internasional, nasional dan asas-asas hukum.
Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui bahwa Indonesia belum
melakukan perluasan lingkup merek konvensional sehingga memiliki urgensi untuk
melakukan perluasan lingkup merek konvensional berdasarkan Singapore Treaty.
Pemilik merek yang mendaftarkan merek non konvensional di Indonesia tidak dapat
diberikan perlindungan karena belum diaturnya merek non konvensional dalam
UUM. Oleh karena itu dibutuhkan beberapa perubahan dalam UUM yang harus
disesuaikan dengan ketentuan dalam Singapore Treaty dan juga harus dipersiapkan
dengan matang segala hal yang diperlukan untuk memberlakukan Singapore Treaty
ke dalam UUM Indonesia yang membutuhkan peranan kooperatif yang melibatkan
berbagai pihak agar dapat terlaksana secara efektif.

ABSTRACT

Expansion of The Conventional Mark Pursuant to Singapore Treaty In Relation
with Indonesian Trademark Law 15/2001 and its Application in Indonesia

Rachma Putri Dianti
110110080118


Trademark is one of the subdivision of Intellectual Property Rights (HKI)that
has developed rapidly within the past few year. As evidence of this development is
the formation of Singapore Treaty made by WIPO which regulates expansion of
scope of conventional mark to include non conventional trademark such as sound,
smell (olfactory), and hologram. This research is conducted to procure an
understanding of Indonesia’s urgency in applying the expanded scope of
conventional marks pursuant to Singapore Treaty; and to receive an understanding
pertaining to protection for the owners of expanded scope of conventional mark in
Indonesia.
The analytical method which used in this research is descriptive comparative.
This method begins with data collection and data organization, continued with treaty
and regulation comparison to obtain an outlook pertaining to expansion of
conventional mark pursuant to Singapore Treaty. Furthermore the author will
conduct a judicial normative apporach both using international and national
regulation as well as using principles of law.
The result of this research should provide evidence regarding the urgency for
Indonesia to adopt an expansionary scope of mark provisions of the Singapore
Treaty. Protection cannot be given to the owners of non-conventional marksbecause
indonesia has not ratify provisions of the Singapore Treaty. Indonesia should make
changes in UUM which adjusted with the provisions of the Singapore Treaty. By

adopting these provisions it can provide protection for parties who register their non
conventional trademarks in Indonesia. As such Indonesia should carefully prepare
the partinant legal foundation as well as cooperative role which may involve various
parties in order for these provisions to be implemented properly.

Dokumen yang terkait

Penemuan Hukum Dalam Perlindungan Merek Yang Digunakan Sebagai Nama Domain Di Indonesia Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

0 0 41

PERSAMAAN PADA POKOKNYA ANTARA MEREK CARDINAL DENGAN MEREK CARDINAR BERDASARKAN UNDANG UNDANG No. 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.

0 1 2

Tindakan Hukum yang dapat dilakukan PT LEN Industri (Persero) atas terdaftarnya merek LENZ dikaitkan dengan Undang- Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

0 0 2

Kedudukan dan Kekuatan Hukum Perjanjian Lisensi Merek dari Merek yang Dibatalkan Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

0 0 1

IMPLIKASI GLOBAL PENDAFTARAN INTERNASIONAL MEREK BERDASARKAN PROTOKOL MADRID 1989 TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.

0 0 2

PERLINDUNGAN TERHADAP PEMILIK MEREK ASING TERKENAL DALAM PENGGUNAAN MEREK OLEH USAHA KECIL MENENGAH DIKAITKAN DENGAN HAK EKONOMI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.

0 0 2

Perlindungan Kemasan Produk/"Trade Dress" Berdasarkan Hak Merek Dikaitkan dengan TRIPS Agreement dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

0 1 2

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA MEREK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.

0 0 1

BAB I PENDAHULUAN - PERLINDUNGAN HUKUM ATAS PEMEGANG HAK MEREK TERHADAP PELANGGARAN MEREK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG MEREK NO 15 TAHUN 2001

0 0 9

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG KEPABEANAN Ketentuan dan Perlindungan Terhadap Merek Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek - Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terdaftar Dikaitkan Dengan Undang-Unda

0 0 15