PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM GABUNGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY DI BEI.
PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY DI BEI
SKRIPSI
Oleh:
Bestian Hutama Putra
0912010188/ FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
J AWA TIMUR
2013
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY DI BEI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J urusan Manajemen
Oleh:
Bestian Hutama Putra
0912010188/ FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
J AWA TIMUR
2013
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY DI BEI
Yang diajukan
Bestian Hutama Putra
0912010188/ FE / EM
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Dr. Dhani Ichsanuddin N. SE, MM
NIP. 1963 09241 989031001
Tanggal :................................
Mengetahui
Ketua Jurusan Progam Studi Manajemen
Dr.Muhadjir Anwar. MM
NIP. 19650907199103101
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
SKRIPSI
PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY DI BEI
Yang diajukan
Bestian Hutama Putra
0912010188/ FE / EM
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr. Dhani Ichsanuddin N. SE,MM
NIP. 1963 09241 989031001
Tanggal :................................
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr s. Ec. H. R. A. Suwaedi, MS
NIP.196003301986031003
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
SKRIPSI
PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM GABUNGAN
PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY DI BEI
Disusun Oleh :
BESTIAN HUTAMA PUTRA
0912010188/FE/EM
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awaTimur
PadaTanggal 17 Desember 2013
Pembimbing :
Pembimbing Utama
Tim Penguji :
Ketua
Dr. Dhani Ichsanuddin N. MM
NIP. 196309241989031001
Dr. Dhani Ichsanuddin N. MM
NIP. 196309241989031001
Sekr etaris
Dra.Ec. Siti Aminah, MM
NIP. 196107121988032001
Anggota
Drs.Ec. Pandji Sugiono, MM
NIP. 196410231990031002
Mengetahui
DekanFakultasEkonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”
J awaTimurDekanFakultasEkonomi
Dr. Dhani Ichsanuddin N, MM
NIP. 196309241989031001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan
berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul
“Pengaruh Fundamental Pada Index Saham Gabungan Pada Real Estate
Dan Property Yang Go Publik Di BEI”.
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil
maupun materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen
Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan skripsi sehingga
peneliti bisa merampungkan tugas skripsinya.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar,MM, MS. Selaku Ketua
Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“
Jawa Timur.
5. Kepada kedua orangtuaku dan adikku tercinta yang telah memberikan
dukungan baik moril ataupun material.
6. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Salam hormat,
Surabaya, November 2013
Peneliti
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
iii
ABSTRAK………………………………………………………………………
x
BAB I
1
: PENDAHULUAN……………………………………………….....
1.1.
Latar Belakang…………………………………………….....…..
1
1.2.
Perumusan Masalah…………………………………………..…..
8
1.3.
Tujuan Penelitian………………………………….………...........
8
1.4.
Manfaat Penelitian.........................................................................
9
BAB II
: TINJ AUAN PUSTAKA ………………………………………….
10
2.1.
Penelitian Terdahulu…………………………………………….. 10
2.2.
Landasan Teori………….……………………………………….. 12
2.2.1. Manajemen Keuangan………..………………………………...… 12
2.2.2. Tingkat Inflasi…...………………………………………………... 13
2.2.3. Nilai Tukar Rupiah…………...…………………………………..... 16
2.2.3.1.
Pengertian Nilai Tukar Rupiah…...………………………. 16
2.2.3.2.
Penentuan Nilai Tukar……….……………………………. 18
2.2.4. Tingkat Suku Bunga...……..……………………………………..... 19
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.4.1.
Pengertian Tingkat Suku Bunga...……………………………….... 19
2.2.4.2.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)..…………………………………. 20
2.2.4.3.
Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia…………,,…………......... 21
2.2.5.
Indeks Harga Saham Gabungan…………………….……………..…..… 21
2.2.5.1.
Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan……………..……….... 21
2.3. Pengaruh Fundamental Terhadap Index Harga Saham Gabungan .......…..
22
2.3.1. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Index Harga Saham Gabungan.……… 23
2.3.2. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.. 24
2.3.3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 25
2.4. Kerangka Konseptual…..………………………………………..………….. 26
2.5. Hipotesis…………………..………………………………………...………. 27
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN..………….…………………………. 28
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel…………….…………….…. 28
3.2.
Teknik Penentuan Sample………………….……..…………………………. 29
3.2.1. Populasi…………………….…………………………………………. 29
3.2.2. Sampel………………….……………………………………………... 29
3.3. Teknik Pengumpulan Data…….……………………………………………… 30
3.3.1. Jenis Data……………….…………………………………………….. 30
3.3.2. Pengumpulan Data..…….…………………………………………….. 31
3.4. Uji Normalitas……………………...…………………………………………. 31
3.5. Uji Asumsi Klasik…………...………………………………………………... 31
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3.6. Teknik Analisis Dan Pengujian Hipotesis………………………………….. 33
3.6.1. Teknik Analisis………………………………………………… 33
3.6.2. Uji Hipotesis…………………………………………………… 34
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………. 36
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian………………………………………………….. 36
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian…………………………………………………… 45
4.2.1. Tingkat Inflasi (X1)………………………………………………….. 45
4.2.2. Nilai Tukar Rupiah (X2)…………………………………………….. 46
4.2.3. Tingkat Suku Bunga (X3)…………………………………………… 48
4.2.4. Index Harga Saham Gabungan (Y)………………………………….. 49
4.3. Uji Normalitas………………………………………………………………… 51
4.3.1. Uji Asumsi Klasik…………………………………………………….. 54
4.4. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis……………………………………… 56
4.4.1. Hasil Analisis Regresi Berganda……………………………………… 56
4.4.2. Uji F (Uji Kecocokan Model)………………………………………… 58
4.4.3. Uji T……………………………………………………………………. 59
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.5. Pembahasan…………………………………………………………………….. 60
4.5.1. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan….. 60
4.5.2. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 61
4.5.3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 63
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….…………. 66
5.1. Kesimpulan……………………………………………………........... 66
5.2. Saran…………………………………………………………………. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY DI BEI
Bestian Hutama Putra
Industri property and real estate merupakan industri yang bergerak
dibidang pembangunan gedung-gedung fasilitas umum. Meskipun tanah dan
bangunan dapat digunakan untuk melunasi utang tetapi aktiva tersebut tidak dapat
dikonversikan kedalam kas dalam waktu yang singkat, sehingga banyak
pengembang (developer) tidak dapat melunasi utangnya pada waktu yang telah
ditentukan. tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk menganalisa pengaruh inflasi
terhadap index harga saham gabungan pada Perusahaan real estate dan property
yang Go Public di BEI. b.Untuk menganalisa pengaruh nilai tukar rupiah terhadap
index harga saham gabungan pada Perusahaan real estate dan property yang Go
Public di BEI. c. Untuk menganalisa pengaruh tingkat suku bunga terhadap index
harga saham gabungan pada Perusahaan real estate dan property yang Go Public
di BEI..
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan real
estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tahun 2009-2011
sebanyak 17 perusahaan. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah analisis
regresi linier berganda.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukanVariabel tingkat
inflasi memiliki kontribusi negatif terhadap IHSG perusahaan property dan real
estate yang go publik di BEI. Variabel nilai tukar rupiah memiliki kontribusi
negatif terhadap IHSG perusahaan property dan real estate yang go publik di BEI.
Variabel tingkat suku bunga memiliki kontribusi positif terhadap IHSG
perusahaan property dan real estate yang go publik di BEI.
Keywords: Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga, IHSG
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Dunia industri telah mengalami pasang surut. Perkembangan industri juga
diikuti kebutuhan dana yang besar sehingga industri harus mencari sumber dana
guna melakukan kegiatan operasionalnya. Kebutuhan sumber dana tersebut dapat
dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada masyarakat
melalui pasar modal. Alternatif ini merupakan alternatif yang lebih mudah dan
murah jika dibandingkan sumber pendanaan lain
misalnya melakukan
peminjaman atau utang pada pihak lain.
Seorang investor selalu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
harga saham yang akan dibelinya (Oksiana, 2007). Faktor-faktor tersebut adalah
risk and return yang harus dihadapi oleh investor. Return merupakan sesuatu yang
memotivasi investor dalam melakukan investasi. Sedangkan risiko (risk)
merupakan perbedaan return yang diharapkan dengan return aktual yang terjadi.
Risiko yang akan dihadapi oleh investor dalam manajemen moderen dibagi atas
dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis,
merupakan risiko yang berkaitan dengan kondisi pasar secara keseluruhan. Risiko
tidak sistematis, merupakan risiko yang berkaitan dengan kondisi perusahaan
(Eduardus, 2001:47). Risiko sistematis erat kaitannya dengan faktor-faktor makro
ekonomi seperti inflasi, suku bunga, kurs, pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain.
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor makro ekonomi yang
mempengaruhi harga saham (Mohamad, 2006:201). Ketika tingkat suku bunga
mengalami peningkatan maka harga saham akan mengalami penurunan. Begitu
juga sebaliknya ketika tingkat suku bunga mengalami penurunan maka harga
saham akan mengalami peningkatan. Tingginya tingkat suku bunga menyebabkan
orang beralih berinvestasi pada tabungan atau deposito yang mengakibatkan
saham tidak diminati sehingga harga saham pun akan turun yang terlihat pada
indeks harga saham gabungan.
Nilai tukar (exchange rate) juga merupakan faktor makro ekonomi lainnya
yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Menurut Eduardus (2001:214)
penguatan kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi
investor. Dimana ketika kurs rupiah terhadap mata uang asing mengalami
penguatan maka akan banyak investor berinvestasi pada saham. Hal tersebut
dikarenakan penguatan tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian dalam
keadaan bagus. Sedangkan ketika kurs rupiah melemah yang berarti mata uang
asing mengalami penguatan maka hal tersebut mengindikasikan bahwa
perekonomian dalam kondisi yang kurang baik sehingga investor pun akan
berpikir dua kali dalam berinvestasi pada saham karena hal tersebut terkait dengan
keuntungan atau hasil yang akan mereka dapatkan. Berkurangnya demand akan
saham menyebabkan harga saham menjadi turun.
Industri property and real estate merupakan industri yang bergerak
dibidang pembangunan gedung-gedung fasilitas umum. Pasar properti secara
umum dibagi menjadi tiga yaitu, residental property, yang meliputi apartemen,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
perumahan, dan bangunan multiunit; commercial property, yaitu properti yang
dirancang untuk keperluan bisnis, misalnya gedung penyimpanan barang dan areal
parkir; dan industrial property, yaitu properti yang dirancang untuk keperluan
industri, misalnya bangunan-bangunan pabrik. (Kusumaningrum,2012).
Hampir semua negara termasuk Indonesia, sektor industri property dan
real estate merupakan sektor dengan karakteristik yang sulit untuk diprediksi dan
berisiko tinggi. Sulit diprediksi disini artinya, pasang surut sektor ini memiliki
amplitude yang besar yaitu, pada saat terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
industri property and real estate mengalami booming dan cenderung over
supplied, namun sebaliknya pada saat pertumbuhan ekonomi mengalami
penurunan, secara cepat sektor ini akan mengalami penurunan yang cukup drastis
pula. Industri sektor property dan real estate dikatakan juga mengandung risiko
tinggi, hal ini disebabkan pembiayaan atau sumber dana utama sektor ini pada
umumnya diperoleh melalui kredit perbankan, sementara sektor ini beroperasi
dengan menggunakan aktiva tetap berupa tanah dan bangunan. Meskipun tanah
dan bangunan dapat digunakan untuk melunasi utang tetapi aktiva tersebut tidak
dapat dikonversikan kedalam kas dalam waktu yang singkat, sehingga banyak
pengembang (developer) tidak dapat melunasi utangnya pada waktu yang telah
ditentukan.
Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di
Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh
media massa. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat terjadi akibat
macetnya kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
rumah (KPR) di Indonesia. Efek beruntun dari kredit perumahan itu membuat
beberapa perusahaan keuangan besar di Amerika dan juga perusahaan lain di
seluruh dunia bangkrut (Adiwarman, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan sektor properti dan kredit perbankan sangat mempengaruhi
perekonomian di Amerika Serikat. Sebagai negara yang merupakan pusat
ekonomi dunia,
efek
beruntun
perlambatan
ekonomi
AS
tadi sangat
mempengaruhi kinerja pasar uang dunia.
Inflasi adalah adalah kecenderungan dari harga umum untuk naik secara
terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,
kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (mengakibatkan kenaikan) sebagian
besar dari harga barang barang lainnya. Samuelson (1995: 572) menyatakan
bahwa tingkat inflasi adalah meningkatnya arah harga secara umum yang berlaku
dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentase pertambahan kenaikan
harga) berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu
negara ke negara lainnya (Sadono Sukirno, 2002: 15). Kenaikan harga ini dapat
diukur dengan menggunakan indeks harga saham gabungan.
Sektor properti sebagai salah satu sektor yang penting di Indonesia.
merupakan indikator penting untuk menganalisis kesehatan ekonomi suatu negara.
Industri properti juga merupakan sektor yang pertama memberi sinyal jatuh atau
sedang bangunnya perekonomian sebuah negara (Santoso, 2005). Selain alasan
tersebut, diambilnya sektor ini sebagai objek penelitian karena sektor ini
merupakan salah satu sektor yang volatilitasnya cukup tinggi.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
Selain volatilitas harga saham yang tinggi, sektor properti juga sangat
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara makro. Dampak krisis global bisa
saja akan kembali mempengaruhi bisnis properti Indonesia seperti yang terjadi
pada tahun 1998. Kekhawatiran ini mulai muncul sejak tahun 2003 ketika
ekspansi bisnis properti begitu tinggi. Pembangunan ruko, apartemen, mal dan
pusat perbelanjaan mengalami perkembangan yang signifikan, tak hanya di
Jakarta namun juga di beberapa kota besar lainnya. Pada perkembangannya,
membaiknya kondisi ekonomi membuat pertumbuhan bisnis properti nasional
khususnya sejak 2003 menjadi sangat tinggi.
Hal ini terlihat pada indeks saham sektor properti dan real estate dari
tahun 2007-2011 pada gambar dibawah ini.
Tabel 1.1. Data IHSG perusahaan Property dan Real estate Tahun 2009-2011
No.
Nama Per usahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Alam Sutera Realty Tbk.
Bakrieland Development Tbk.
Ciputra Development Tbk.
Ciputra Property Tbk.
Cowell Development Tbk.
Duta Anggada Realty Tbk.
Duta Pertiwi Tbk.
Gowa Makassar Tourism Development Tbk.
Indonesia Prima Property Tbk.
Jaya Real Property Tbk.
Kawasan Industri Jababeka Tbk.
Lamicitra Nusantara Tbk.
Lippo Cikarang Tbk.
Lippo Karawaci Tbk.
Modernland Realty Tbk.
Perdana Gapuraprima Tbk.
Summarecon Agung Tbk.
Kode
ASRI
ELTY
CTRA
CTPR
COWL
DART
DUTI
GMTD
MORE
JRPT
KIJA
LAMI
LPCK
LPKR
MDLN
GPRA
SMRA
2009
22.85
76.04
87.29
93.48
101.19
115
117.88
125
136.89
189.13
191.86
220
233.83
336.76
450
501.4
530
Sumber: Finance.Yahoo.com.2012.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tahun
2010
42.56
73.43
115.96
120.13
149.25
157
170
180.4
190.89
245
253.29
285.58
340.26
395
424.68
670.91
2100
2011
78.95
86.25
119
183.61
221.39
231.4
240
265
292.43
421.89
447.87
479.5
530.17
627.7
655.2
1790
1800
6
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa banyak terjadi penurunan
tingkat IHSG saham pada periode 2009-2011, hal tersebut dikarenakan terjadinya
krisis ekonomi di Amerika Serikat akibat macetnya kredit properti (subprime
mortgage), yang berimbas terhadap perekonomian Indonesia. Tetapi untuk
periode berikutnya setiap perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Dimana harga saham di pasar bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, artinya
tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran.
Hal tersebut tidak akan terlalu berpengaruh lama terhadap masyarakat
yang menginvestasikan modalnya di industri properti dan real estate dikarenakan
harga tanah yang cenderung meningkat. Penyebabnya adalah supply tanah yang
bersifat tetap, sedangkan demand akan selalu besar seiring dengan pertumbuhan
penduduk. Dengan ketidakpastian hal tersebut, seorang investor yang akan
menanamkan modalnya pada sektor properti dan real estate, harus menganalisis
kinerja keuangan pada perusahaan yang akan dipilihnya, hal ini dapat dilihat dari
salah satu rasio keuangan, yaitu profitabilitas. Semakin tinggi rasio profitabilitas
(ROI) suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula nilai kinerja perusahaan
tersebut, hal ini menyebabkan kemungkinan terjualnya saham-saham perusahaan
tersebut. Semakin banyak jumlah lembar saham yang terjual akan semakin tinggi
juga
harga
saham
perusahaan.
Hal
ini
menyebabkan return
(tingkat
pengembalian) saham atas modal yang ditanamkan oleh investor dalam bentuk
capital gain akan semakin besar pula. Artinya investor tersebut dapat
menanamkan dananya dalam bentuk saham.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
Eduardus Tandelilin (2001: 214) melihat bahwa peningkatan inflasi secara
relatif merupakan signal negatif bagi pemodal di pasar modal. Hal ini dikarenakan
peningkatan inflasi akan meningkatkan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya
produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh
perusahaan, maka profitabilitas perusahaan akan turun. Secara langsung, inflasi
mengakibatkan turunnya profitabilitas dan daya beli uang. Secara tidak langsung
inflasi mempengaruhi lewat perubahan tingkat bunga.
Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel makro
ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham
dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif.
Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap
dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham
perusahaan. sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan mengalami
kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok yang
dominan dampaknya.
Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor menarik
investasi sahamnya dan memindahkan pada investasi yang menawarkan tingkat
pengembalian lebih baik dan aman, seperti deposito. Akibat aksi para investor
yang menarik sahamnya menyebabkan pasar modal sepi. Turunnya permintaan
akan saham mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran saham, sehingga
harga-harga saham turun dan akan menyebabkan IHSG juga turun (Samsul, 2006)
dalam Adisetiawan,(2009).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
Berdasarkan uraian fenomena diatas , maka penelitian ini mengambil judul
“ Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar rupiah, Tingkat Suku Bunga Terhadap Index
Saham Gabungan, Real Estate, dan Property yang Go Public Di BEI ”
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah inflasi berpengaruh terhadap index harga saham gabungan
pada perusahaan real estate dan property yang Go Public di BEI?
b. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap index harga saham
gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go Public di
BEI?
c. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap index harga saham
gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go Public di
BEI?
1.3.
Tujuan Penelitian
Atas dasar perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisa pengaruh inflasi terhadap index harga saham
gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go Public di
BEI.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
b. Untuk menganalisa pengaruh nilai tukar rupiah terhadap index harga
saham gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go
Public di BEI.
c. Untuk menganalisa pengaruh tingkat suku bunga terhadap index harga
saham gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go
Public di BEI.
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan yang dapat disumbangkan dari penelitian ini
adalah :
1.
Bagi Investor
Untuk memberikan informasi mengenai index harga saham gabungan
perusahaan real eatate dan property melalui analisis laporan keuangan kepada
investor perusahaan-perusahaan yang memiliki peluang untuk menanamkan
modalnya.
2.
Bagi Peneliti
Informasi ini berguna untuk memperdalam pengetahuan tentang teori
struktur modal dan memberi masukan serta solusi terhadap problematika
yang ada dan juga sebagai referensi penelitian lebih lanjut
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan diharapkan
dapat menjadi bahan kajian dan masukan untuk mendukung penelitian pernah
dilakukan oleh :
a.
Herawati dan Amin,(2012)
Penelitian ini dilakukan dengan judul “Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku
Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar (USD/IDR), dan Indeks Dow Jones (DJIA)
Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode 2008-2011”. Penelitian ini bertujuan :
1). untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh secara simultan
tingkat inflasi, suku bunga SBI, nilai kurs dollar (USD/IDR) dan
indeks Dow Jones (DJIA) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di BEI.
2). untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh secara parsial
tingkat inflasi, suku bunga SBI, nilai kurs dollar (USD/IDR) dan
indeks Dow Jones (DJIA) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di BEI.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan model regresi linier berganda.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut :
10
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
1). Tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, nilai kurs U.S dollar
(USD/IDR), Indeks Dow Jones (DJIA) berpengaruh secara simultan
terhadap IHSG. Besarnya pengaruh yang disebabkan oleh keempat
variabel independen tersebut adalah sebesar 62%, sedangkan sisanya
sebesar 38% mungkin dipengaruhi oleh variabel lain diluar model
penelitian ini, seperti harga minyak dunia, harga emas, harga euro,
dan lainnya.
2). Tingkat inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap terhadap
IHSG.
3). Tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap IHSG.
4). Nilai kurs dollar AS terhadap rupiah berpengaruh negatif terhadap
IHSG.
5). Indeks Dow Jones (DJIA) berpengaruh positif terhadap IHSG.
6). Tingkat suku bunga SBI berpengaruh paling dominan terhadap IHSG
dibandingkan dengan variabel independen yang lain.
b.
Adisetiawan, (2009)
Penelitian ini dilakukan dengan judul “Hubungan Tingkat Suku Bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)”. Tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1). untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik yang
signifikan antara inflasi dengan tingkat suku bunga SBI
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
2). untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik yang
signifikan antara suku bunga SBI dengan IHSG
3). untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik yang
signifikan antara inflasi dengan IHSG.
Berdasarkan rumusan yang diajukan dan hasil analisis data yang telah
diuraikan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1). terdapat hubungan timbal balik yang signifikan antara inflasi dengan
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
2). tidak terdapat hubungan timbal balik yang signifikan antara tingkat
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG)
3). tidak terdapat hubungan timbal balik yang signifikan antara antara
inflasi dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2.2
Landasan Teori
2.2.1. Manajemen Keuangan
Dalam suatu organisasi, pengaturan kegiatan keuangan sering disebut
sebagai manajemen keuangan. Manajemen keuangan menyangkut kegiatan
perencanaan, analisis dan kegiatan pengendalian kegiatan keuangan. Walaupun
berbeda-beda dari suatu perusahaan dengan perusahaan lain tetapi semuanya
memiliki dasar yang sama. Riyanto (2001:4) mendefinisikan manajemen
keuangan sebagai keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk
mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
Pelaksana dari manajemen keuangan adalah manajer keuangan. Sebagai contoh
perusahaan memerlukan berbagai kekayaan atau aktiva untuk operasinya. Untuk
itu perusahaan perlu mencari dana untuk membiayai kebutuhan operasional
tersebut.
Manajemen keuangan dalam kegiatannya harus mengambil keputusan
tentang (Suad Husnan, 2000) :
1. Penggunaan dana, disebut sebagai keputusan investasi
2. Memperoleh dana, disebut sebagai keputusan pendanaan
3. Pembagian laba, disebut kebijakan deviden.
Keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan. Dengan
demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan, yaitu perbandingan
antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Bila nilai utang berubah maka struktur modal
akan berubah pula. Perubahan dalam struktur modal akan menguntungkan bagi
pemegang saham jika nilai perusahaan meningkat. Untuk itu penting bagi
manajemen keuangan untuk memahami kondisi perusahaan dan lingkungan
keuangan yang dihadapinya, dimana lingkungan keuangan merupakan faktorfaktor eksternal keuangan yang mempengaruhi keputusan keuangan yang diambil.
2.2.2. Tingkat inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai suatu gejala di mana tingkat harga umum
mengalami kenaikan secara terus menerus (Nanga, 2001: 241). Berdasarkan
definisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum (general price level) yang terjadi
sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Ada tiga komponen
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, komponen tersebut
yaitu:
a) Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa saja
tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan
dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan tendensi yang meningkat.
b) Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus
(sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi bisa
beberapa waktu lamanya.
c) Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga secara umum,
yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada satu
atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan
indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur
laju inflasi antara lain:
a) Consumer price index (CPI), indeks yang digunakan untuk mengukur biaya
atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi
keperluan kebutuhan hidup.
b) Produsen price index (PPI), indeks yang lebih menitik beratkan pada
perdagangan besar seperti harga bahan mentah, bahan baku, atau bahan
setengah jadi.
c) Gross National Product (GNP) deflator, merupakan jenis indeks yang berbeda
dengan dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencakup jumlah
barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau
investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam
persentase tahunan (Dornbusch, et.al., 2008 : 43). Suku bunga mempengaruhi
keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau
menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah
harga yang menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga
lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan
penawaran.
Menurut JM Keynes (2005), tingkat suku bunga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran terhadap uang. Ada tiga tujuan dari permintaan
terhadap uang yaitu untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Jumlah uang
yang diperlukan untuk transaksi ditentukan oleh pendapatan nasional sedangkan
yang diperlukan untuk spekulasi ditentukan oleh tingkat suku bunga.
Berdasarkan sifatnya Muana Nanga (2001: 251) membagi inflasi ke dalam
tiga tingkatan yaitu :
1. Inflasi Sedang (Moderate Inflation) Kondisi ini ditandai dengan kenaikan laju
inflasi yang lambat dan waktu yang relatif lama.
2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation) Kondisi ini ditandai dengan kenaikan
harga yang cukup besar ( biasanya double digit atau bahkan triple digit ) dan
kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat
akselerasi. Artinya, harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari
minggu atau bulan yang lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian
lebih berat daripada inflasi yang merayap.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation) Merupakan inflasi yang paling parah
akibatnya. Harga-harga naik sampai lima atau enam kali.
Masyarakat tidak lagi punya keinginan untuk menyimpan uang kerena
nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang.
Sedangkan Mc Eachern (2000: 133) membagi jenis inflasi berdasarkan
sumbernya, yaitu :
1. Demand Pull Inflation Terjadinya kenaikan harga secara berkelanjutan
disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat.
2. Cosh Push Inflation Harga terus menerus mengalami kenaikan yang
disebabkan oleh penurunan tingkat penawaran agregat.
2.2.3. Nilai Tukar Rupiah
2.2.3.1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah
Kurs atau nilai tukar adalah harga dari mata uang luar negeri (Dornbusch,
et.al., 2008 : 46). Kenaikan nilai tukar (kurs) mata uang dalam negeri disebut
apresiasi atas mata uang (mata uang asing lebih murah, hal ini berarti nilai mata
uang asing dalam negeri meningkat). Penurunan nilai tukar (kurs) disebut
depresiasi mata uang dalam negeri (mata uang asing menjadi lebih mahal, yang
berarti mata uang dalam negeri menjadi merosot).
Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan dengan
mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata uang
negara lain ditentukan sebagaimana halnya barang yaitu oleh permintaan dan
penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
rupiah, jika permintaan akan rupiah lebih banyak daripada suplainya maka kurs
rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi
akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas
(free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme
pasar (Kuncoro, 2001)
Nilai tukar atau disebut juga kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun
jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis, yaitu:
1. Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk
penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
2. Middle rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli
valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central
pada suatu saat tertentu.
3. Buying rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk
pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
4. Flat rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank
notes dan traveler's check, dimana dalam kurs tersebut telah diperhitungkan
promosi dan biaya lain-lain.
Nilai tukar atau kurs yaitu mengukur nilai dari suatu valuta dari perspektif
valuta lain. Sejalan dengan berubahnya kondisi ekonomi nilai tukar juga dapat
berubah secara substansial. (Madura, 2000:86) Perubahan nilai tukar mempunyai
pengaruh negatif terhadap harga saham. Artinya apabila nilai mata uang asing
naik maka harga saham akan turun, hal disebabkan harga mata uang asing yang
tinggi perdagangan di BEJ akan semakin lesu, karena tingginya nilai mata uang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
mendorong investor berinvestasi di pasar uang. Dan sebaliknya apabila nilai mata
uang asing turun terhadap mata uang dalam negeri maka maka harga saham akan
naik disebabkan turunnya mata uang mendorong investor untuk berinvestasi di
pasar modal.
Kurs merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di
pasar saham maupun di pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati
untuk melakukan investasi portofolio. Terdepresiasinya kurs rupiah terhadap mata
uang asing khususnya dolar Amerika memiliki pengaruh yang negatif terhadap
ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).
2.2.3.2. Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar,
yaitu (Madura, 1993):
1. Faktor Fundamental, berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi, suku
bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan
intervensi bank sentral.
2. Faktor Teknis, berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa
pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran
tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknya apabila ada
kekurangan permintaan, sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta
asing akan terdepresiasi.
3. Sentimen Pasar, lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik yang
bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik atau atau
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita sudah
berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
2.2.4. Tingkat Suku Bunga
2.2.4.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga
Menurut Prawoto dan Avonti (2004), suku bunga adalah pembayaran yang
dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang harus
dibayar per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus membayar peluang
untuk meminjam uang
Menurut Keynes, dalam Wardane (2003), tingkat bunga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan
tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan
investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun
tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun
dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan
menderita capital loss atau capital gain.
Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini
merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum.
2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi
dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
2.2.4.2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah
membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter
yang terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto,
Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI
dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank
Indonesia (SBI).
Dalam dunia properti, suku bunga berperan dalam meningkatkan aktivitas
ekonomi sehingga berdampak kuat pada kinerja perusahaan properti yang
berakibat langsung pada meningkatnya return saham. Suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia sering diidentikan dengan aktiva yang bebas risiko artinya aktiva yang
risikonya nol atau paling kecil. Hasil penelitian Haryanto (2007) membuktikan
bahwa besarnya suku bunga SBI mempengaruhi risiko sistematik perusahaan.
Semakin kecil suku bunga Bank Indonesia maka semakin besar risiko sistematik
saham. Suku bunga bank Indonesia merupakan patokan dalam menentukan
besarnya bunga kredit dan tabungan. Suku bunga SBI yang tinggi tidak
menggairahkan perkembangan usaha-usaha karena mengakibatkan suku bunga
bank yang lain juga tinggi. Sehingga rendahnya suku bunga SBI mengandung
risiko lesunya ekonomi. Hal ini mengakibatkan tingginya risiko berinvestasi di
pasar modal.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
2.2.4.3. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia
SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id):
1. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan
untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.
2. Denominasi: dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp 100
miliar.
3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan
kelipatan Rp 50 juta.
4. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true
discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini:
Nilai Nominal x 360
Nilai Tunai = -----------------------------------------------360 + [(Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)]
5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka.
Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai
6. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15 %.
7. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless).
8. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
2.2.5. Index Harga Saham Gabungan
2.2.5.1. Pengertian Index Harga Saham Gabungan
Menurut Ana Ocktavia (2001: 27), di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat
5 (lima) jenis indeks, sebagai berikut:
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
1. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor.
Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam 9 (sembilan)
sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEI
yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification).
2. Indeks LQ-45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa
kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai
likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari
saham-saham tersebut.
3. Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham
yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk
jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah.
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau juga dikenal dengan Jakarta
Composite Index (JSI), mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan
saham preferen yang tercatat di BEI.
5. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk masingmasing saham yang didasarkan pada harga dasarnya
2.3.
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Suku
Bunga Terhadap Index Harga Saham Gabungan
2.3.1 Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Index Har ga Saham Gabungan
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum
dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu / dua barang saja tidak disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (mengakibatkan kenaikan)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
sebagian besar dari harga barang-barang lainnya (Boediono, 2005: 155). Bahwa
tingkat inflasi adalah meningkatnya arah barang secara umum yang berlaku dalam
suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentase pertambahan kenaikan harga)
berbeda dari suatu periode satu ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu
negara ke negara lainnya.
Tingkat inflasi yang tinggi memiliki hubungan yang negatif terhadap
indeks harga saham. Jika peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari
peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas
perusahaan akan menurun menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif
sehingga berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal.
Kenaikan nilai inflasi akan mempengaruhi pergerakan nilai saham (IHSG).
Jika inflasi tinggi misalnya akan mengakibatkan turunnya kepercayaan investor
terhadap kondisi pasar modal sehingga akibatnya para investor akan melakukan
penarikan dananya dalam investasi yang membuat nilai saham jadi turun.
Turunnya nilai saham akan berakibat pada ruginya investor yang bisa beimbas
pada capital outflow ke pasar uang ataupun ke pasar modal luar negeri
(Wijaya,2007).
Menurut Mohamad Samsul (2006: 201), penurunan inflasi akan membuat
perusahaan memperoleh profitabilitas lebih besar karena harga bahan baku
menjadi lebih murah dengan asumsi harga penjualan tetap atau bahkan naik.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
2.3.2 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Index Harga Saham
Gabungan
Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel makro
ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham
dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif.
Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap
dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham
perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan menerima
dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini berarti
harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa
Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan
mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada
kelompok yang dominan dampaknya.
Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa
prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi
apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat, sehingga dolar
Amerika akan menguat dan akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan di
BEI (Sunariyah, 2006). Hal ini tentunya menambah resiko bagi investor apabila
hendak berinvestasi di bursa saham Indonesia (Robert Ang, 1997). Investor
tentunya akan menghindari resiko, sehingga investor akan cenderung melakukan
aksi jual dan menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan membaik. Aksi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
jual yang dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks harga saham
di BEI dan mengalihkan investasin
GABUNGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY DI BEI
SKRIPSI
Oleh:
Bestian Hutama Putra
0912010188/ FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
J AWA TIMUR
2013
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY DI BEI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J urusan Manajemen
Oleh:
Bestian Hutama Putra
0912010188/ FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
J AWA TIMUR
2013
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY DI BEI
Yang diajukan
Bestian Hutama Putra
0912010188/ FE / EM
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Dr. Dhani Ichsanuddin N. SE, MM
NIP. 1963 09241 989031001
Tanggal :................................
Mengetahui
Ketua Jurusan Progam Studi Manajemen
Dr.Muhadjir Anwar. MM
NIP. 19650907199103101
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
SKRIPSI
PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY DI BEI
Yang diajukan
Bestian Hutama Putra
0912010188/ FE / EM
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr. Dhani Ichsanuddin N. SE,MM
NIP. 1963 09241 989031001
Tanggal :................................
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr s. Ec. H. R. A. Suwaedi, MS
NIP.196003301986031003
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
SKRIPSI
PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM GABUNGAN
PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY DI BEI
Disusun Oleh :
BESTIAN HUTAMA PUTRA
0912010188/FE/EM
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awaTimur
PadaTanggal 17 Desember 2013
Pembimbing :
Pembimbing Utama
Tim Penguji :
Ketua
Dr. Dhani Ichsanuddin N. MM
NIP. 196309241989031001
Dr. Dhani Ichsanuddin N. MM
NIP. 196309241989031001
Sekr etaris
Dra.Ec. Siti Aminah, MM
NIP. 196107121988032001
Anggota
Drs.Ec. Pandji Sugiono, MM
NIP. 196410231990031002
Mengetahui
DekanFakultasEkonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”
J awaTimurDekanFakultasEkonomi
Dr. Dhani Ichsanuddin N, MM
NIP. 196309241989031001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan
berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul
“Pengaruh Fundamental Pada Index Saham Gabungan Pada Real Estate
Dan Property Yang Go Publik Di BEI”.
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil
maupun materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen
Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan skripsi sehingga
peneliti bisa merampungkan tugas skripsinya.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar,MM, MS. Selaku Ketua
Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“
Jawa Timur.
5. Kepada kedua orangtuaku dan adikku tercinta yang telah memberikan
dukungan baik moril ataupun material.
6. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Salam hormat,
Surabaya, November 2013
Peneliti
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
iii
ABSTRAK………………………………………………………………………
x
BAB I
1
: PENDAHULUAN……………………………………………….....
1.1.
Latar Belakang…………………………………………….....…..
1
1.2.
Perumusan Masalah…………………………………………..…..
8
1.3.
Tujuan Penelitian………………………………….………...........
8
1.4.
Manfaat Penelitian.........................................................................
9
BAB II
: TINJ AUAN PUSTAKA ………………………………………….
10
2.1.
Penelitian Terdahulu…………………………………………….. 10
2.2.
Landasan Teori………….……………………………………….. 12
2.2.1. Manajemen Keuangan………..………………………………...… 12
2.2.2. Tingkat Inflasi…...………………………………………………... 13
2.2.3. Nilai Tukar Rupiah…………...…………………………………..... 16
2.2.3.1.
Pengertian Nilai Tukar Rupiah…...………………………. 16
2.2.3.2.
Penentuan Nilai Tukar……….……………………………. 18
2.2.4. Tingkat Suku Bunga...……..……………………………………..... 19
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.4.1.
Pengertian Tingkat Suku Bunga...……………………………….... 19
2.2.4.2.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)..…………………………………. 20
2.2.4.3.
Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia…………,,…………......... 21
2.2.5.
Indeks Harga Saham Gabungan…………………….……………..…..… 21
2.2.5.1.
Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan……………..……….... 21
2.3. Pengaruh Fundamental Terhadap Index Harga Saham Gabungan .......…..
22
2.3.1. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Index Harga Saham Gabungan.……… 23
2.3.2. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.. 24
2.3.3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 25
2.4. Kerangka Konseptual…..………………………………………..………….. 26
2.5. Hipotesis…………………..………………………………………...………. 27
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN..………….…………………………. 28
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel…………….…………….…. 28
3.2.
Teknik Penentuan Sample………………….……..…………………………. 29
3.2.1. Populasi…………………….…………………………………………. 29
3.2.2. Sampel………………….……………………………………………... 29
3.3. Teknik Pengumpulan Data…….……………………………………………… 30
3.3.1. Jenis Data……………….…………………………………………….. 30
3.3.2. Pengumpulan Data..…….…………………………………………….. 31
3.4. Uji Normalitas……………………...…………………………………………. 31
3.5. Uji Asumsi Klasik…………...………………………………………………... 31
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3.6. Teknik Analisis Dan Pengujian Hipotesis………………………………….. 33
3.6.1. Teknik Analisis………………………………………………… 33
3.6.2. Uji Hipotesis…………………………………………………… 34
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………. 36
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian………………………………………………….. 36
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian…………………………………………………… 45
4.2.1. Tingkat Inflasi (X1)………………………………………………….. 45
4.2.2. Nilai Tukar Rupiah (X2)…………………………………………….. 46
4.2.3. Tingkat Suku Bunga (X3)…………………………………………… 48
4.2.4. Index Harga Saham Gabungan (Y)………………………………….. 49
4.3. Uji Normalitas………………………………………………………………… 51
4.3.1. Uji Asumsi Klasik…………………………………………………….. 54
4.4. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis……………………………………… 56
4.4.1. Hasil Analisis Regresi Berganda……………………………………… 56
4.4.2. Uji F (Uji Kecocokan Model)………………………………………… 58
4.4.3. Uji T……………………………………………………………………. 59
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.5. Pembahasan…………………………………………………………………….. 60
4.5.1. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan….. 60
4.5.2. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 61
4.5.3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 63
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….…………. 66
5.1. Kesimpulan……………………………………………………........... 66
5.2. Saran…………………………………………………………………. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY DI BEI
Bestian Hutama Putra
Industri property and real estate merupakan industri yang bergerak
dibidang pembangunan gedung-gedung fasilitas umum. Meskipun tanah dan
bangunan dapat digunakan untuk melunasi utang tetapi aktiva tersebut tidak dapat
dikonversikan kedalam kas dalam waktu yang singkat, sehingga banyak
pengembang (developer) tidak dapat melunasi utangnya pada waktu yang telah
ditentukan. tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk menganalisa pengaruh inflasi
terhadap index harga saham gabungan pada Perusahaan real estate dan property
yang Go Public di BEI. b.Untuk menganalisa pengaruh nilai tukar rupiah terhadap
index harga saham gabungan pada Perusahaan real estate dan property yang Go
Public di BEI. c. Untuk menganalisa pengaruh tingkat suku bunga terhadap index
harga saham gabungan pada Perusahaan real estate dan property yang Go Public
di BEI..
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan real
estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tahun 2009-2011
sebanyak 17 perusahaan. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah analisis
regresi linier berganda.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukanVariabel tingkat
inflasi memiliki kontribusi negatif terhadap IHSG perusahaan property dan real
estate yang go publik di BEI. Variabel nilai tukar rupiah memiliki kontribusi
negatif terhadap IHSG perusahaan property dan real estate yang go publik di BEI.
Variabel tingkat suku bunga memiliki kontribusi positif terhadap IHSG
perusahaan property dan real estate yang go publik di BEI.
Keywords: Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga, IHSG
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Dunia industri telah mengalami pasang surut. Perkembangan industri juga
diikuti kebutuhan dana yang besar sehingga industri harus mencari sumber dana
guna melakukan kegiatan operasionalnya. Kebutuhan sumber dana tersebut dapat
dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada masyarakat
melalui pasar modal. Alternatif ini merupakan alternatif yang lebih mudah dan
murah jika dibandingkan sumber pendanaan lain
misalnya melakukan
peminjaman atau utang pada pihak lain.
Seorang investor selalu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
harga saham yang akan dibelinya (Oksiana, 2007). Faktor-faktor tersebut adalah
risk and return yang harus dihadapi oleh investor. Return merupakan sesuatu yang
memotivasi investor dalam melakukan investasi. Sedangkan risiko (risk)
merupakan perbedaan return yang diharapkan dengan return aktual yang terjadi.
Risiko yang akan dihadapi oleh investor dalam manajemen moderen dibagi atas
dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis,
merupakan risiko yang berkaitan dengan kondisi pasar secara keseluruhan. Risiko
tidak sistematis, merupakan risiko yang berkaitan dengan kondisi perusahaan
(Eduardus, 2001:47). Risiko sistematis erat kaitannya dengan faktor-faktor makro
ekonomi seperti inflasi, suku bunga, kurs, pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain.
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor makro ekonomi yang
mempengaruhi harga saham (Mohamad, 2006:201). Ketika tingkat suku bunga
mengalami peningkatan maka harga saham akan mengalami penurunan. Begitu
juga sebaliknya ketika tingkat suku bunga mengalami penurunan maka harga
saham akan mengalami peningkatan. Tingginya tingkat suku bunga menyebabkan
orang beralih berinvestasi pada tabungan atau deposito yang mengakibatkan
saham tidak diminati sehingga harga saham pun akan turun yang terlihat pada
indeks harga saham gabungan.
Nilai tukar (exchange rate) juga merupakan faktor makro ekonomi lainnya
yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Menurut Eduardus (2001:214)
penguatan kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi
investor. Dimana ketika kurs rupiah terhadap mata uang asing mengalami
penguatan maka akan banyak investor berinvestasi pada saham. Hal tersebut
dikarenakan penguatan tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian dalam
keadaan bagus. Sedangkan ketika kurs rupiah melemah yang berarti mata uang
asing mengalami penguatan maka hal tersebut mengindikasikan bahwa
perekonomian dalam kondisi yang kurang baik sehingga investor pun akan
berpikir dua kali dalam berinvestasi pada saham karena hal tersebut terkait dengan
keuntungan atau hasil yang akan mereka dapatkan. Berkurangnya demand akan
saham menyebabkan harga saham menjadi turun.
Industri property and real estate merupakan industri yang bergerak
dibidang pembangunan gedung-gedung fasilitas umum. Pasar properti secara
umum dibagi menjadi tiga yaitu, residental property, yang meliputi apartemen,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
perumahan, dan bangunan multiunit; commercial property, yaitu properti yang
dirancang untuk keperluan bisnis, misalnya gedung penyimpanan barang dan areal
parkir; dan industrial property, yaitu properti yang dirancang untuk keperluan
industri, misalnya bangunan-bangunan pabrik. (Kusumaningrum,2012).
Hampir semua negara termasuk Indonesia, sektor industri property dan
real estate merupakan sektor dengan karakteristik yang sulit untuk diprediksi dan
berisiko tinggi. Sulit diprediksi disini artinya, pasang surut sektor ini memiliki
amplitude yang besar yaitu, pada saat terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
industri property and real estate mengalami booming dan cenderung over
supplied, namun sebaliknya pada saat pertumbuhan ekonomi mengalami
penurunan, secara cepat sektor ini akan mengalami penurunan yang cukup drastis
pula. Industri sektor property dan real estate dikatakan juga mengandung risiko
tinggi, hal ini disebabkan pembiayaan atau sumber dana utama sektor ini pada
umumnya diperoleh melalui kredit perbankan, sementara sektor ini beroperasi
dengan menggunakan aktiva tetap berupa tanah dan bangunan. Meskipun tanah
dan bangunan dapat digunakan untuk melunasi utang tetapi aktiva tersebut tidak
dapat dikonversikan kedalam kas dalam waktu yang singkat, sehingga banyak
pengembang (developer) tidak dapat melunasi utangnya pada waktu yang telah
ditentukan.
Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di
Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh
media massa. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat terjadi akibat
macetnya kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
rumah (KPR) di Indonesia. Efek beruntun dari kredit perumahan itu membuat
beberapa perusahaan keuangan besar di Amerika dan juga perusahaan lain di
seluruh dunia bangkrut (Adiwarman, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan sektor properti dan kredit perbankan sangat mempengaruhi
perekonomian di Amerika Serikat. Sebagai negara yang merupakan pusat
ekonomi dunia,
efek
beruntun
perlambatan
ekonomi
AS
tadi sangat
mempengaruhi kinerja pasar uang dunia.
Inflasi adalah adalah kecenderungan dari harga umum untuk naik secara
terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,
kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (mengakibatkan kenaikan) sebagian
besar dari harga barang barang lainnya. Samuelson (1995: 572) menyatakan
bahwa tingkat inflasi adalah meningkatnya arah harga secara umum yang berlaku
dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentase pertambahan kenaikan
harga) berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu
negara ke negara lainnya (Sadono Sukirno, 2002: 15). Kenaikan harga ini dapat
diukur dengan menggunakan indeks harga saham gabungan.
Sektor properti sebagai salah satu sektor yang penting di Indonesia.
merupakan indikator penting untuk menganalisis kesehatan ekonomi suatu negara.
Industri properti juga merupakan sektor yang pertama memberi sinyal jatuh atau
sedang bangunnya perekonomian sebuah negara (Santoso, 2005). Selain alasan
tersebut, diambilnya sektor ini sebagai objek penelitian karena sektor ini
merupakan salah satu sektor yang volatilitasnya cukup tinggi.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
Selain volatilitas harga saham yang tinggi, sektor properti juga sangat
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara makro. Dampak krisis global bisa
saja akan kembali mempengaruhi bisnis properti Indonesia seperti yang terjadi
pada tahun 1998. Kekhawatiran ini mulai muncul sejak tahun 2003 ketika
ekspansi bisnis properti begitu tinggi. Pembangunan ruko, apartemen, mal dan
pusat perbelanjaan mengalami perkembangan yang signifikan, tak hanya di
Jakarta namun juga di beberapa kota besar lainnya. Pada perkembangannya,
membaiknya kondisi ekonomi membuat pertumbuhan bisnis properti nasional
khususnya sejak 2003 menjadi sangat tinggi.
Hal ini terlihat pada indeks saham sektor properti dan real estate dari
tahun 2007-2011 pada gambar dibawah ini.
Tabel 1.1. Data IHSG perusahaan Property dan Real estate Tahun 2009-2011
No.
Nama Per usahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Alam Sutera Realty Tbk.
Bakrieland Development Tbk.
Ciputra Development Tbk.
Ciputra Property Tbk.
Cowell Development Tbk.
Duta Anggada Realty Tbk.
Duta Pertiwi Tbk.
Gowa Makassar Tourism Development Tbk.
Indonesia Prima Property Tbk.
Jaya Real Property Tbk.
Kawasan Industri Jababeka Tbk.
Lamicitra Nusantara Tbk.
Lippo Cikarang Tbk.
Lippo Karawaci Tbk.
Modernland Realty Tbk.
Perdana Gapuraprima Tbk.
Summarecon Agung Tbk.
Kode
ASRI
ELTY
CTRA
CTPR
COWL
DART
DUTI
GMTD
MORE
JRPT
KIJA
LAMI
LPCK
LPKR
MDLN
GPRA
SMRA
2009
22.85
76.04
87.29
93.48
101.19
115
117.88
125
136.89
189.13
191.86
220
233.83
336.76
450
501.4
530
Sumber: Finance.Yahoo.com.2012.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tahun
2010
42.56
73.43
115.96
120.13
149.25
157
170
180.4
190.89
245
253.29
285.58
340.26
395
424.68
670.91
2100
2011
78.95
86.25
119
183.61
221.39
231.4
240
265
292.43
421.89
447.87
479.5
530.17
627.7
655.2
1790
1800
6
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa banyak terjadi penurunan
tingkat IHSG saham pada periode 2009-2011, hal tersebut dikarenakan terjadinya
krisis ekonomi di Amerika Serikat akibat macetnya kredit properti (subprime
mortgage), yang berimbas terhadap perekonomian Indonesia. Tetapi untuk
periode berikutnya setiap perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Dimana harga saham di pasar bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, artinya
tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran.
Hal tersebut tidak akan terlalu berpengaruh lama terhadap masyarakat
yang menginvestasikan modalnya di industri properti dan real estate dikarenakan
harga tanah yang cenderung meningkat. Penyebabnya adalah supply tanah yang
bersifat tetap, sedangkan demand akan selalu besar seiring dengan pertumbuhan
penduduk. Dengan ketidakpastian hal tersebut, seorang investor yang akan
menanamkan modalnya pada sektor properti dan real estate, harus menganalisis
kinerja keuangan pada perusahaan yang akan dipilihnya, hal ini dapat dilihat dari
salah satu rasio keuangan, yaitu profitabilitas. Semakin tinggi rasio profitabilitas
(ROI) suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula nilai kinerja perusahaan
tersebut, hal ini menyebabkan kemungkinan terjualnya saham-saham perusahaan
tersebut. Semakin banyak jumlah lembar saham yang terjual akan semakin tinggi
juga
harga
saham
perusahaan.
Hal
ini
menyebabkan return
(tingkat
pengembalian) saham atas modal yang ditanamkan oleh investor dalam bentuk
capital gain akan semakin besar pula. Artinya investor tersebut dapat
menanamkan dananya dalam bentuk saham.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
Eduardus Tandelilin (2001: 214) melihat bahwa peningkatan inflasi secara
relatif merupakan signal negatif bagi pemodal di pasar modal. Hal ini dikarenakan
peningkatan inflasi akan meningkatkan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya
produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh
perusahaan, maka profitabilitas perusahaan akan turun. Secara langsung, inflasi
mengakibatkan turunnya profitabilitas dan daya beli uang. Secara tidak langsung
inflasi mempengaruhi lewat perubahan tingkat bunga.
Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel makro
ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham
dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif.
Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap
dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham
perusahaan. sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan mengalami
kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok yang
dominan dampaknya.
Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor menarik
investasi sahamnya dan memindahkan pada investasi yang menawarkan tingkat
pengembalian lebih baik dan aman, seperti deposito. Akibat aksi para investor
yang menarik sahamnya menyebabkan pasar modal sepi. Turunnya permintaan
akan saham mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran saham, sehingga
harga-harga saham turun dan akan menyebabkan IHSG juga turun (Samsul, 2006)
dalam Adisetiawan,(2009).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
Berdasarkan uraian fenomena diatas , maka penelitian ini mengambil judul
“ Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar rupiah, Tingkat Suku Bunga Terhadap Index
Saham Gabungan, Real Estate, dan Property yang Go Public Di BEI ”
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah inflasi berpengaruh terhadap index harga saham gabungan
pada perusahaan real estate dan property yang Go Public di BEI?
b. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap index harga saham
gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go Public di
BEI?
c. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap index harga saham
gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go Public di
BEI?
1.3.
Tujuan Penelitian
Atas dasar perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisa pengaruh inflasi terhadap index harga saham
gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go Public di
BEI.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
b. Untuk menganalisa pengaruh nilai tukar rupiah terhadap index harga
saham gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go
Public di BEI.
c. Untuk menganalisa pengaruh tingkat suku bunga terhadap index harga
saham gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go
Public di BEI.
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan yang dapat disumbangkan dari penelitian ini
adalah :
1.
Bagi Investor
Untuk memberikan informasi mengenai index harga saham gabungan
perusahaan real eatate dan property melalui analisis laporan keuangan kepada
investor perusahaan-perusahaan yang memiliki peluang untuk menanamkan
modalnya.
2.
Bagi Peneliti
Informasi ini berguna untuk memperdalam pengetahuan tentang teori
struktur modal dan memberi masukan serta solusi terhadap problematika
yang ada dan juga sebagai referensi penelitian lebih lanjut
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan diharapkan
dapat menjadi bahan kajian dan masukan untuk mendukung penelitian pernah
dilakukan oleh :
a.
Herawati dan Amin,(2012)
Penelitian ini dilakukan dengan judul “Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku
Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar (USD/IDR), dan Indeks Dow Jones (DJIA)
Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode 2008-2011”. Penelitian ini bertujuan :
1). untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh secara simultan
tingkat inflasi, suku bunga SBI, nilai kurs dollar (USD/IDR) dan
indeks Dow Jones (DJIA) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di BEI.
2). untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh secara parsial
tingkat inflasi, suku bunga SBI, nilai kurs dollar (USD/IDR) dan
indeks Dow Jones (DJIA) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di BEI.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan model regresi linier berganda.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut :
10
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
1). Tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, nilai kurs U.S dollar
(USD/IDR), Indeks Dow Jones (DJIA) berpengaruh secara simultan
terhadap IHSG. Besarnya pengaruh yang disebabkan oleh keempat
variabel independen tersebut adalah sebesar 62%, sedangkan sisanya
sebesar 38% mungkin dipengaruhi oleh variabel lain diluar model
penelitian ini, seperti harga minyak dunia, harga emas, harga euro,
dan lainnya.
2). Tingkat inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap terhadap
IHSG.
3). Tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap IHSG.
4). Nilai kurs dollar AS terhadap rupiah berpengaruh negatif terhadap
IHSG.
5). Indeks Dow Jones (DJIA) berpengaruh positif terhadap IHSG.
6). Tingkat suku bunga SBI berpengaruh paling dominan terhadap IHSG
dibandingkan dengan variabel independen yang lain.
b.
Adisetiawan, (2009)
Penelitian ini dilakukan dengan judul “Hubungan Tingkat Suku Bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)”. Tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1). untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik yang
signifikan antara inflasi dengan tingkat suku bunga SBI
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
2). untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik yang
signifikan antara suku bunga SBI dengan IHSG
3). untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik yang
signifikan antara inflasi dengan IHSG.
Berdasarkan rumusan yang diajukan dan hasil analisis data yang telah
diuraikan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1). terdapat hubungan timbal balik yang signifikan antara inflasi dengan
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
2). tidak terdapat hubungan timbal balik yang signifikan antara tingkat
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG)
3). tidak terdapat hubungan timbal balik yang signifikan antara antara
inflasi dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2.2
Landasan Teori
2.2.1. Manajemen Keuangan
Dalam suatu organisasi, pengaturan kegiatan keuangan sering disebut
sebagai manajemen keuangan. Manajemen keuangan menyangkut kegiatan
perencanaan, analisis dan kegiatan pengendalian kegiatan keuangan. Walaupun
berbeda-beda dari suatu perusahaan dengan perusahaan lain tetapi semuanya
memiliki dasar yang sama. Riyanto (2001:4) mendefinisikan manajemen
keuangan sebagai keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk
mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
Pelaksana dari manajemen keuangan adalah manajer keuangan. Sebagai contoh
perusahaan memerlukan berbagai kekayaan atau aktiva untuk operasinya. Untuk
itu perusahaan perlu mencari dana untuk membiayai kebutuhan operasional
tersebut.
Manajemen keuangan dalam kegiatannya harus mengambil keputusan
tentang (Suad Husnan, 2000) :
1. Penggunaan dana, disebut sebagai keputusan investasi
2. Memperoleh dana, disebut sebagai keputusan pendanaan
3. Pembagian laba, disebut kebijakan deviden.
Keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan. Dengan
demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan, yaitu perbandingan
antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Bila nilai utang berubah maka struktur modal
akan berubah pula. Perubahan dalam struktur modal akan menguntungkan bagi
pemegang saham jika nilai perusahaan meningkat. Untuk itu penting bagi
manajemen keuangan untuk memahami kondisi perusahaan dan lingkungan
keuangan yang dihadapinya, dimana lingkungan keuangan merupakan faktorfaktor eksternal keuangan yang mempengaruhi keputusan keuangan yang diambil.
2.2.2. Tingkat inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai suatu gejala di mana tingkat harga umum
mengalami kenaikan secara terus menerus (Nanga, 2001: 241). Berdasarkan
definisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum (general price level) yang terjadi
sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Ada tiga komponen
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, komponen tersebut
yaitu:
a) Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa saja
tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan
dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan tendensi yang meningkat.
b) Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus
(sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi bisa
beberapa waktu lamanya.
c) Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga secara umum,
yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada satu
atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan
indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur
laju inflasi antara lain:
a) Consumer price index (CPI), indeks yang digunakan untuk mengukur biaya
atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi
keperluan kebutuhan hidup.
b) Produsen price index (PPI), indeks yang lebih menitik beratkan pada
perdagangan besar seperti harga bahan mentah, bahan baku, atau bahan
setengah jadi.
c) Gross National Product (GNP) deflator, merupakan jenis indeks yang berbeda
dengan dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencakup jumlah
barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau
investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam
persentase tahunan (Dornbusch, et.al., 2008 : 43). Suku bunga mempengaruhi
keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau
menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah
harga yang menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga
lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan
penawaran.
Menurut JM Keynes (2005), tingkat suku bunga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran terhadap uang. Ada tiga tujuan dari permintaan
terhadap uang yaitu untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Jumlah uang
yang diperlukan untuk transaksi ditentukan oleh pendapatan nasional sedangkan
yang diperlukan untuk spekulasi ditentukan oleh tingkat suku bunga.
Berdasarkan sifatnya Muana Nanga (2001: 251) membagi inflasi ke dalam
tiga tingkatan yaitu :
1. Inflasi Sedang (Moderate Inflation) Kondisi ini ditandai dengan kenaikan laju
inflasi yang lambat dan waktu yang relatif lama.
2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation) Kondisi ini ditandai dengan kenaikan
harga yang cukup besar ( biasanya double digit atau bahkan triple digit ) dan
kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat
akselerasi. Artinya, harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari
minggu atau bulan yang lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian
lebih berat daripada inflasi yang merayap.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation) Merupakan inflasi yang paling parah
akibatnya. Harga-harga naik sampai lima atau enam kali.
Masyarakat tidak lagi punya keinginan untuk menyimpan uang kerena
nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang.
Sedangkan Mc Eachern (2000: 133) membagi jenis inflasi berdasarkan
sumbernya, yaitu :
1. Demand Pull Inflation Terjadinya kenaikan harga secara berkelanjutan
disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat.
2. Cosh Push Inflation Harga terus menerus mengalami kenaikan yang
disebabkan oleh penurunan tingkat penawaran agregat.
2.2.3. Nilai Tukar Rupiah
2.2.3.1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah
Kurs atau nilai tukar adalah harga dari mata uang luar negeri (Dornbusch,
et.al., 2008 : 46). Kenaikan nilai tukar (kurs) mata uang dalam negeri disebut
apresiasi atas mata uang (mata uang asing lebih murah, hal ini berarti nilai mata
uang asing dalam negeri meningkat). Penurunan nilai tukar (kurs) disebut
depresiasi mata uang dalam negeri (mata uang asing menjadi lebih mahal, yang
berarti mata uang dalam negeri menjadi merosot).
Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan dengan
mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata uang
negara lain ditentukan sebagaimana halnya barang yaitu oleh permintaan dan
penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
rupiah, jika permintaan akan rupiah lebih banyak daripada suplainya maka kurs
rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi
akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas
(free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme
pasar (Kuncoro, 2001)
Nilai tukar atau disebut juga kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun
jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis, yaitu:
1. Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk
penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
2. Middle rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli
valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central
pada suatu saat tertentu.
3. Buying rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk
pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
4. Flat rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank
notes dan traveler's check, dimana dalam kurs tersebut telah diperhitungkan
promosi dan biaya lain-lain.
Nilai tukar atau kurs yaitu mengukur nilai dari suatu valuta dari perspektif
valuta lain. Sejalan dengan berubahnya kondisi ekonomi nilai tukar juga dapat
berubah secara substansial. (Madura, 2000:86) Perubahan nilai tukar mempunyai
pengaruh negatif terhadap harga saham. Artinya apabila nilai mata uang asing
naik maka harga saham akan turun, hal disebabkan harga mata uang asing yang
tinggi perdagangan di BEJ akan semakin lesu, karena tingginya nilai mata uang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
mendorong investor berinvestasi di pasar uang. Dan sebaliknya apabila nilai mata
uang asing turun terhadap mata uang dalam negeri maka maka harga saham akan
naik disebabkan turunnya mata uang mendorong investor untuk berinvestasi di
pasar modal.
Kurs merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di
pasar saham maupun di pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati
untuk melakukan investasi portofolio. Terdepresiasinya kurs rupiah terhadap mata
uang asing khususnya dolar Amerika memiliki pengaruh yang negatif terhadap
ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).
2.2.3.2. Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar,
yaitu (Madura, 1993):
1. Faktor Fundamental, berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi, suku
bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan
intervensi bank sentral.
2. Faktor Teknis, berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa
pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran
tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknya apabila ada
kekurangan permintaan, sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta
asing akan terdepresiasi.
3. Sentimen Pasar, lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik yang
bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik atau atau
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita sudah
berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
2.2.4. Tingkat Suku Bunga
2.2.4.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga
Menurut Prawoto dan Avonti (2004), suku bunga adalah pembayaran yang
dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang harus
dibayar per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus membayar peluang
untuk meminjam uang
Menurut Keynes, dalam Wardane (2003), tingkat bunga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan
tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan
investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun
tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun
dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan
menderita capital loss atau capital gain.
Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini
merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum.
2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi
dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
2.2.4.2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah
membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter
yang terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto,
Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI
dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank
Indonesia (SBI).
Dalam dunia properti, suku bunga berperan dalam meningkatkan aktivitas
ekonomi sehingga berdampak kuat pada kinerja perusahaan properti yang
berakibat langsung pada meningkatnya return saham. Suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia sering diidentikan dengan aktiva yang bebas risiko artinya aktiva yang
risikonya nol atau paling kecil. Hasil penelitian Haryanto (2007) membuktikan
bahwa besarnya suku bunga SBI mempengaruhi risiko sistematik perusahaan.
Semakin kecil suku bunga Bank Indonesia maka semakin besar risiko sistematik
saham. Suku bunga bank Indonesia merupakan patokan dalam menentukan
besarnya bunga kredit dan tabungan. Suku bunga SBI yang tinggi tidak
menggairahkan perkembangan usaha-usaha karena mengakibatkan suku bunga
bank yang lain juga tinggi. Sehingga rendahnya suku bunga SBI mengandung
risiko lesunya ekonomi. Hal ini mengakibatkan tingginya risiko berinvestasi di
pasar modal.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
2.2.4.3. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia
SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id):
1. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan
untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.
2. Denominasi: dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp 100
miliar.
3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan
kelipatan Rp 50 juta.
4. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true
discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini:
Nilai Nominal x 360
Nilai Tunai = -----------------------------------------------360 + [(Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)]
5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka.
Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai
6. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15 %.
7. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless).
8. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
2.2.5. Index Harga Saham Gabungan
2.2.5.1. Pengertian Index Harga Saham Gabungan
Menurut Ana Ocktavia (2001: 27), di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat
5 (lima) jenis indeks, sebagai berikut:
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
1. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor.
Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam 9 (sembilan)
sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEI
yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification).
2. Indeks LQ-45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa
kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai
likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari
saham-saham tersebut.
3. Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham
yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk
jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah.
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau juga dikenal dengan Jakarta
Composite Index (JSI), mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan
saham preferen yang tercatat di BEI.
5. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk masingmasing saham yang didasarkan pada harga dasarnya
2.3.
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Suku
Bunga Terhadap Index Harga Saham Gabungan
2.3.1 Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Index Har ga Saham Gabungan
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum
dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu / dua barang saja tidak disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (mengakibatkan kenaikan)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
sebagian besar dari harga barang-barang lainnya (Boediono, 2005: 155). Bahwa
tingkat inflasi adalah meningkatnya arah barang secara umum yang berlaku dalam
suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentase pertambahan kenaikan harga)
berbeda dari suatu periode satu ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu
negara ke negara lainnya.
Tingkat inflasi yang tinggi memiliki hubungan yang negatif terhadap
indeks harga saham. Jika peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari
peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas
perusahaan akan menurun menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif
sehingga berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal.
Kenaikan nilai inflasi akan mempengaruhi pergerakan nilai saham (IHSG).
Jika inflasi tinggi misalnya akan mengakibatkan turunnya kepercayaan investor
terhadap kondisi pasar modal sehingga akibatnya para investor akan melakukan
penarikan dananya dalam investasi yang membuat nilai saham jadi turun.
Turunnya nilai saham akan berakibat pada ruginya investor yang bisa beimbas
pada capital outflow ke pasar uang ataupun ke pasar modal luar negeri
(Wijaya,2007).
Menurut Mohamad Samsul (2006: 201), penurunan inflasi akan membuat
perusahaan memperoleh profitabilitas lebih besar karena harga bahan baku
menjadi lebih murah dengan asumsi harga penjualan tetap atau bahkan naik.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
2.3.2 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Index Harga Saham
Gabungan
Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel makro
ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham
dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif.
Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap
dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham
perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan menerima
dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini berarti
harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa
Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan
mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada
kelompok yang dominan dampaknya.
Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa
prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi
apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat, sehingga dolar
Amerika akan menguat dan akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan di
BEI (Sunariyah, 2006). Hal ini tentunya menambah resiko bagi investor apabila
hendak berinvestasi di bursa saham Indonesia (Robert Ang, 1997). Investor
tentunya akan menghindari resiko, sehingga investor akan cenderung melakukan
aksi jual dan menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan membaik. Aksi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
jual yang dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks harga saham
di BEI dan mengalihkan investasin