PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PEMALSUAN SERTIFIKASI LABELISASI HALAL PRODUK KOSMETIKA SEBAGAI BENTUK LEGITIMASI KEHALALAN DI INDONESIA DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TEN.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PEMALSUAN
SERTIFIKASI LABELISASI HALAL PRODUK KOSMETIKA SEBAGAI BENTUK
LEGITIMASI KEHALALAN PRODUK DI INDONESIA DIKAITKAN DENGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN

ABSTRAK
Aristya Michiko
110110100296
Merebaknya penggunaan lemak babi pada tahun 1988 memberikan dampak
yang cukup besar pada penjualan produk pangan, obat, dan makanan di Indonesia.
Hukum perlindungan konsumen ini lah yang menjembatani permasalahan yang timbul
dari segala kecurangan pelaku usaha terhadap konsumen. Dalam hal ini, informasi
mengenai produk kosmetika sangatlah penting untuk konsumen. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa keabsahan sertifikasi dan labelisasi halal produk kosmetik di
Indonesia dan perlindungan hukum bagi konsumen atas adanya pemalsuan sertifikasi
dan labelisasi halal produk kosmetika ditinjau dari UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
Metode penelitian yang digunakan Penulis untuk menjawab pertanyaan dalam
tugas akhir ini adalah metode penelitian yuridis normatif dengan melakukan penelitian
kepustakaan dan data sekunder yang berkaitan dengan regulasi mengenai

Perlindungan Konsumen khususnya pemalsuan sertifikasi dan labelisasi halal pada
produk kosmetika.
Pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usaha harus memperhatikan hak dan
kewajiban konsumen. Melalui UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, pelaku usaha bertanggung jawab atas segala itikad dalam melakukan
kegiatan usahanya, serta memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur pada setiap
produk kosmetik yang diproduksinya. LPPOM bertanggung jawab terhadap sertifikasi
halal yang dilakukan terhadap pelaku usaha yang telah mendaftarkan produk
kosmetiknya. Pelabelan dilakukan oleh BPOM setelah mendapatkan sistem jaminan
halal dari LPPOM MUI. Pelaku usaha dapat dikenakan sanksi perdata dan sanksi
pidana sesuai UUPK. Konsumen dapat melakukan tindakan hukum melalui jalur non
litigasi yaitu BPSK dan litigasi dengan cara mengajukan gugatan ke pengadilan.

PROTECTION OF LAW AGAINST FORGERY OF HALAL LABEL CERTIFICATION
OF COSMETIC PRODUCTS FOR CONSUMER ON LEGITIMACY PRODUCTS IN
INDONESIA IN TERM OF LAW NO. 8 OF 1999 CONCERNING CONSUMER
PROTECTION

ABSTRACT

Aristya Michiko
110110100296

The widespread of lard contamination in food, cosmetics, and drug in 1988
affected its expenditure in Indonesia. The consumer protection legal principal bridge all
problem arise from all fraud done by entrepreneur. In this case, information regarding
cosmetic products is really important for the consumer. This research aims to analyze
legalization of halal label certification of cosmetic products in Indonesia and legal
protection for the consumer in case the forgery of halal label certification of cosmetic
products occurs in terms of Law no. 8 of 1999 Concerning Consumer Protection.
The methods uses in this research is a juridical normative by researching on
literal data and the secondary data which are related to the regulation regarding
consumer protection particularly the forgery of halal label certification of cosmetic
products.
Entrepreneur in running their business should pay a serious attention on the
rights and obligations of the consumers. Through Law No. 8 of 1999 on Consumer
Protection, entrepreneurs are responsible for any intention in conducting its business
activities, as well as providing the valid and clear information in any kind of their
cosmetic products. LPPOM responsible for halal certification conducted on
entrepreneurs that have registered their cosmetic products. Labeling is done by BPOM

after obtaining halal assurance system of LPPOM MUI. Entrepreneurs are liable to civil
and criminal penalties in accordance with the consumer protection law. Consumers can
take legal action through litigation and non-litigation.