HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN UMUM DAN LATAR BELAKANG SOSIAL BUBAYA BENGAN PEMAHAMAN TENTANG PERILAKU WARGA NEGARA YANG BERTANGGUNG JAWAB: Studi Deskriptif-Analitis terhadap Para Mahasiswa IKIP Bandung pada Tahun 1986.
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROGRAM
PENDIDIKAN UMUM DAN LATAR BELAKANG SOSIAL BUBAYA
BENGAN PEMAHAMAN TENTANG PERILAKU WARGA NEGARA
YANG BERTANGGUNG JAWAB
( Studi Deskriptif-Analitis terhadap Para Mahasiswa
IKIP Bandung pada Tahun 1986 )
TESIS
Diajukan
Kepada
Panitia
Ujian
Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
Untuk
Memenuhi
Program
Bidang
Studi
TATI
Nomor
dari
MUZAINI
;
Umum
SOBARI
498/G/XVI-8
PASCA
KEGURUAN
DAN
SARJANA
ILMU
BANDUNG
19 8
Syarat
Sarjana
Pendidikan
Pokok
FAKULTAS
INSTITUT
Sebagian
Pasca
7
PENDIDIKAN
DISETUJUI
DAN
DISAHKAN OLEH
^^»^M,
PROF. DR. SOEPARDJO ADIKUSUMO
Pembimbing
DR. BAMBANG SUWARNO
Pembimbing
FAKULTAS
PASCA
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
19 8
7
pour mon epoux lili sobari
et (tigs enfants tia caesaria. ardi wibawa.
£ coeur vatllant rien d*impossible
tout uient a point a qui sait attendee.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
UNGKAPAN RASA TERIMA KASIH
v
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR BAGAN
xii
DAPrAR TABEL
xiii
BAB
BAB
I
II
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Masalah yang Diteliti
16
C. Tujuan Penelitian
22
D. Pentingnya Masalah yang Diteliti
2i\
DESKRIPSI TENTANG PROGRAM MATA KULIAH DASAR
UMUM SEBAGAI PENDIDIKAN
UMUM
DI
PERGURUAN
TINGGI INDONESIA
A. Landasan Pemikiran
didikan Umum
25
Penyelenggaraan Pen
25
B. Beberapa Pandangan dalam Pengertian Pen
didikan Umum
C.
28
Kurikulum Mata Kuliah Dasar Umum di IKIP
Bandung
29
1. Sistem Pengelolaan
30
2. Bahan Sajian
31
3. Metode Ponyampaian
33
k. Sistem Penilaian
3*+
viii
ix
BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG
MASALAH
PERILAKU
WARGA NEGARA YANG BERTANGGUNG JAWAB DAN FAK-
TOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKANNYA.
35
A. Konsep Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
35
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pemahaman tentang Perilaku Warga
Negara yang Bertanggung Jawab
49
1. Faktor Persepsi
if9
2. Faktor Latar Belakang Sosial Budaya
yang Berhubungan dengan Status Sosial
Ekonomi dan Pola Pendidikan Orang Tua.
60
C. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu yang
Berhubungan dengan Masalah yang Diteliti.
71
1. Hasil Penelitian tentang Perilaku War
ga Negara yang Bertanggung Jawab
72
2. Hasil Penelitian tentang Persepsi
75
3. Hasil Penelitian tentang
kang Sosial Budaya
3.1. Hasil Penelitian
Sosial Ekonomi
Latar
tentang
Bela
77
Status
3.2. Hasil Penelitian tentang Pola Pen
didikan Orang Tua
BAB IV
78
79
RANCANGAN PENELITIAN
83
A. Disain Penelitian
83
B. Metode Penelitian
84
C. Populasi dan Sampel
86
D. Pembatasan Masalah dan Pertanyaan Peneli
tian
97
E. Tujuan Khusus Penelitian
101
F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian
103
G. Penjabaran Konsep-konsep Teoritis, Empiris
dan Analitis
107
H. Instrumen Pengumpul Data
116
1. Format A] : Kuesioner tentang Status So
sial Ekonomi Orang Tua (JLBSB/SSE)
2. Format A2 : Kuesioner tentang Pola Pendi
dikan Orang Tua (JLBSB/PPOT)
118
3. Format B : Kuesioner tentang Program Ma
ta Kuliah Dasar Umum (PPMKDU)
121
4. Format C : Kuesioner mengenai
tentang Perilaku Warga Negara
tanggung Jawab (PPWNB)
122
Pemahaman
yang Ber
5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur....
BAB
117
123
5.1. Uji Validitas Alat Ukur
123
^.2. Uji Reliabilitas Alat Ukur
126
V PELAKSANAAN PENELITIAN,
PENGOLAHAN
DATA
DAN
HASIL PENELITIAN
129
A. Persiapan Pengumpulan Data
129
B. Pelaksanaan Pengumpulan Data
130
C. Pengolahan dan Analisis Data
132
1. Pengujian Asumsi-asumsi Statistik
133
2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
142
D. Hasil-hasil Pengolahan dan Analisis Data...
1. Gambaran tentang Keempat Variabel
Pene
litian dalam Analisis Univariate
1.1. Hasil Analisis Univariate
Variabel X-j: Status
147
147
terhadap
Sosial Ekonomi
Orang Tua
1.2. Hasil Analisis Univariate
147
terhadap
Variabel X2: Pola Pendidikan
Orang
Tua
1.3. Hasil Analisis Univariate terhadap
Variabel X,:Persepsi Mahasiswa ten
tang Program Mata Kuliah Dasar Umum
(MKDU)
151
152
xi
1.4. Hasil Analisis
Univariate
terhadap
Variabel Y: Pemahaman Mahasiswa ten
tang Perilaku Warga Negara yang Ber
tanggung Jawab
153
2. Hubungan Bivarlate antara pemahaman Maha
siswa tentang Perilaku Warga Negara
Bertanggung Jawab dengan
yang
Masing - masing
Variabel yang Mempengaruhinya
2.1. Hubungan Bivariate antara
155
Pemahaman
Mahasiswa tentang Perilaku Warga Ne
gara yang Bertanggung Jawab (Y)
de
ngan Status Sosial Ekonomi Orang Tua
(X,)
2.2. Hubungan Bivariate
156
antara Pemahaman
Mahasiswa tentang Perilaku Warga Ne
gara yang Bertanggung Jawab (Y)
de
ngan Pola Pendidikan Orang Tua (X2).
2.3. Hubungan Bivariate
161
antara Pemahaman
Mahasiswa tentang Perilaku Warga Ne
gara yang Bertanggung Jawab (Y)
de
ngan Persepsi Mahasiswa tentang Prog
ram Mata Kuliah Dasar Umum/MKDU (X,)
3. Hubungan
Multivariate
antara
Mahasiswa tentang Perilaku
Pemahaman
Warga
yang Bertanggung Jawab dengan
Variabel yang Mempengaruhinya
Negara
Berbagai
BAB VI DISKUSI, KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
PENELITIAN
A.
167
173
186
Diskusi Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Sumber Data Penelitian
186
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman
Mahasiswa tentang Perilaku
Warga
Negara yang Bertanggung Jawab
Negara
187
3. Model Penelitian Usulan
192
4. Pembuktian Hipotesis Penelitian
'93
B. Kesimpulan
195
C. Implikasi Penelitian
197
D. Keterbataean Penelitian
216
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN (Dalam Buku T«.rsendiri) .
218
DAFTAR BAGAN
Bagan
Halaman
1. Model Pengajaran tentang Kewargaan Negara
13
2. Paradigma Penelitian
23
3. Perbandingan antara Pendidikan Spesialisasi
dan
Pendidikan Umum
4. Gambaran
27
Konseptual tentang Perilaku Warga
Ne
gara yang Bertanggung Jawab
48
5. Gambaran
Konseptual
tentang persepsi
50
6. Gambaran
Konseptual . tentang Latar Belakang So
sial Budaya yang Berhubungan dengan Status Sosi
al Ekonomi dan Pola Pendidikan Orang Tua
7. Rangka Acuan Studi (Literary Review)
8. Model Hubungan Antar Variabel dan
Sub
Penelitian
70
82
Variabel
102
9. Gambaran Visual Hasil-hasil Penelitian
10. Model Penelitian Usulan
185
192
Xll
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Perhitungan Sumber Data Uji-Coba
89
2. Gambaran Penyebaran Sumber Data Penelitian
dari
Enam Fakultas IKIP Bandung (Mahasiswa Program S,
Angkatan Tahun 1983/1984)
3. Besar Sampel Minimal untuk masing-masing
bel Penelitian
Varia
90
96
4. Variabel Dependen Y : Penjabaran Konsep - konsep
Teoritis, Empiris dan Analitis
108
5. Variabel Independen X. :Penjabaran Konsep-konsep
Teoritis, Empiris dan Analitis
Ill
6. Variabel Independen X2 :Penjabaran Konsep-konsep
Teoritis, Empiris dan
Analitis
7. Variabel Independen X, :Penjabaran Konsep-konsep
Teoritis, Empiris dan^Analitis
8. Jumlah Item Terpilih dari Setiap Instrumen
115
Pe-
ngumpul Data Hasil Uji Validitas
9. Hasil Uji Reliabilitas Setiap Instrumen
114
125
Pengum-
pul Data
128
10. Normalitas Distribusi Frekuensi Skor Setiap
riabel dan Sub Variabel Penelitian
Va
11. Homogenitas Varians Skor Setiap Variabel dan Sub
Variabel Penelitian pada Kelompok Mahasiswa Pria
dan Wanita.
134
135
12. Homogenitas Varians Skor Setiap Variabel dan Sub
Variabel Penelitian pada Kelompok Mahasiswa An
tar Fakultas
137
13. Tingkat Pendidikan Orang Tua Mahasiswa
148
14. Tingkat Pekerjaan Orang Tua Mahasiswa
149
15. Besar Penghasilan Orang Tua Rata-rata per Bulan.
150
16. Status Sosial Ekonomi Orang Tua Mahasiswa
151
xm
XIV
Tabel
Halaman
17. Pola Pendidikan Orang Tua Mahasiswa
18. Persepsi Mahasiswa tentang
Dasar Umum/MKDU
Program
19. Pemahaman Mahasiswa tentang
152
Mata
Kuliah
153
Perilaku Warga Nega
ra yang Bertanggung Jawab
154
20. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten
tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(Y) dengan Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1)..
21. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten
tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(Y) dengan Tipe Sikap Memiliki U2a)
22. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten
tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(Y) dengan Tipe Sikap Menguasai (X2b)
23. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten
tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(Y) dengan Tipe Sikap Demokratis (X2 )
160
162
164
166
24. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten
tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(1) dengan Persepsi Mahasiswa tentang Program MKDU
(X3)
25. Rekapitulasi Koefisien
Somers's
D
Hasil Tabulasi Silang dalam Korelasi
Y, Tanpa dan Dengan Dikontrol oleh
Lainnya
168
(Asymmetric)
X terhadap
Variabel X
26. Skor Rata-rata (Unadjusted) Pemahaman
171
Mahasiswa
tentang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung
Jawab Dilihat dari Tiga Variabel yang
Mempenga
ruhinya
174
27. Regresi Variabel Dummy, Koefisien MCA, dan Angka
Rata-rata (Adjusted) untuk Skor Pemahaman Maha
siswa tentang Perilaku Warga Negara yang Bertang
gung Jawab, Dilihat dari Tiga
dennya
Variabel
28. Regresi Variabel Dummy, Koefisien
Indepen-
180
MCA, dan Angka
Rata-rata (Adjusted) untuk Skor Pemahaman Maha
siswa tentang Perilaku Warga Negara yang Bertang
gung Jawab, Dilihat dari
dennya
Dua
Variabel
Indepen-
184
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu dan teknologi yang berkembang dengan cepat
de-
wasa ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pola
kehidupan manusia secara pribadi, maupun terhadap kehidupan masyarakat. Berbagai perubahan yang terjadi berpengaruh
pula terhadap sistem nilai dan budaya bangsa, yang
selan-
jutnya berpengaruh pada tata-hubungan antar manusia dan antarbangsa.
Serentak dengan
laju
pembangunan, terjadilah
dinamika masyarakat sebagai salah satu dampak pembangunan.
Terjadilah perubahan sikap tentang nilai-nilai budaya yang
sudah ada. Hal ini menimbulkan pula terjadinya
sistem nilai budaya yang membawa perubahan pada
pergeseran
interaksi
manusia dalam masyarakatnya dan antara bangsa - bangsa yang
ada di dunia ini.
Telah diakui secara umum bahwa
kebudayaan merupakan
unsur penting dalam proses pembangunan
suatu bangsa.
Hal
ini menjadi sangat utama bagi negara Indonesia yang sedang
berusaha menciptakan kondisi hidup masyarakatnya
yang le-
bih baik dalam wujud masyarakat adil dan makmur merata,ma-
teriil dan spirituil berdasarkan Pancasila. Adapun
hasan tentang kebudayaan tidak
pemba-
dapat terlepas dari keter-
kaitannya dengan pendidikan. Eratnya hubungan antara kebu
dayaan dan
pendidikan tersebut
dikemukakan
oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (1986 : 2) pada tanggal 12 Januari 1986 di Jakarta sebagai berikut ini.
Pendidikan berlangsung dalam suatu iklim budaya,bah
kan tak terlepas dari matriks kebudayaan yang menjadi
bumi persemaian identitas bangsa. Sedangkan kebudayaan
memerlukan usaha pelestarian melalui pendidikan yang menyadarkan kepentingan perservasi nilai-nilai budaya yang
turun-temurun. Pendidikan tanpa orientasi budaya akan
gersang dari nilai - nilai luhur, sedangkan kebudayaan
tanpa pendukung-pendukung yang sadar dan terdidik akhir
nya akan memudar sebagai sumber nilai dan akhirnya silam dalam perjalanan sejarah.
Dari rumusan di atas dapatlah dikatakan, bahwa
pen
didikan di Indonesia tentunya juga berusaha memberikan peluang untuk pemilikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
berbagai kemahiran lainnya, akan tetapi tidak mungkin upa
ya itu mengabaikan keharusan untuk bertujuan membangun ke-
pribadian Indonesia seutuhnya, yang merupakan ciri
keber-
hasilan pembangunan nasional.
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional terse
but, perguruan tinggi sebagai lembaga formal
Indonesia liarus mampu berperan
dan
•yang positif,di samping membentuk
tertinggi di
memberikan
manusia
sumbangan
yang
memiliki
sikap dan kompetensi keilmuan. Kebutuhan akan adanya prog
ram pendidikan tinggi tersebut terungkap dari
Dasar Kebi-
jaksanaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan , yang tercantum dalam Program Kurikulum Perguruan TinggitNo.Skep.0140/
U/1975 :
... pendidikan tinggi hendaknya menghasilkan
ahli sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia yang
tenaga
dinya-
takan dalam Pembukaan UUD145«Selain daripada itu tenaga-
tenaga yang dihasilkan harus memiliki nilai-nilai sosial
3
budaya yang
harus
hidup
dan
kemampuan mengembangkan
perspekxif kebudayaan yang memberi wadah dan mengisi se
cara khas kepribadian bangsa yang dinamis.
Selanjutnya digariskan dalam kebijaksanaan tersebut :
...tanggung jawab utama pendidikan tinggi dan lemba
ga - lembaga pendidikan adalah mengembangkan kemampuan
serta kecakapan dalam diri mahasiswa serta masyarakat
luas untuk mampu berpikir dengan berorientasi kepada kepentingan bangsa serta kemanusiaan, baik pada waktu sekarang maupun pada masa-masa yang akan datang, dengan
menggunakan pola-pola yang obyektif, dan analitis, yang
dapat menghasilkan persepsi serta konsepsi yang tepat.
Rumusan-rumusan di atas pada dasarnya sejalan dengan
Dasar
dan
Tujuan
Pendidikan
Nasional. yang dicantumkan
dalam GBHN sesuai dengan Tap. MPR No. IV/MPR/1983
berikut
sebagai
:
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan
untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pe-
kerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.
Namun demikian, Tujuan Pendidikan
Nasional
dikemukakan di atas, tidak mungkin tercapai
seperti
hanya melalui
pembekalan peserta didik dengan pengetahuan atau teknologi
yang dapat menjadikannya sebagai seorang ahli belaka. la diharapkan pula sebagai pemeluk agama yang baik, warga nega
ra yang sadar dan berdisiplin, anggota keluarga yang baha-
gia, individu yang mampu mengembangkan diri, dan membangun
lingkungan hidupnya, baik itu lingkungan
alamiah
maupun
lingkungan alam. Hal ini menjadi lebih utama lagi kepentingannya mengingat berbagai kondisi lingkungan sebagaimana di
kemukakan oleh M.Habib Mustopo (1983:14-15) berikut ini.
4
Dewasa ini kita dihadapkan kepada
tiga masalah yang
saling berkaitan yaitu :
1) Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas
beberapa suku bangsa, dengan latar belakang sosiobudaya yang beraneka ragam. Kemajuan masyarakat ter
sebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupan...
2) Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat.
Perubahan itu berupa terjadinya pergeseran sistem ni
lai budaya, penyikapan anggota masyarakat terhadap
nilai-nilai budaya...
3) Kemajuan dalam bidang teknologi dan komunikasi masa,
transportasi, membawa pengaruh terhadap intensitas
kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan da
ri luar. Khusus dengan terjadinya kontak budaya de
ngan kebudayaan asing itu bukan hanya intensitasnya
menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung dengan cepat dan luas jangkauannya.
Dari uraian di atas tampak bahwa
mempunyai pengaruh yang sangat besar
kondisi lingkungan
terhadap tercapainya
tujuan program perguruan tinggi dalam rangka peran - sertanya terhadap pelaksanaan pembangunan nasional.
Kondisi lingkungan ini berpengaruh pula terhadap ma
hasiswa selaku peserta didik perguruan tinggi. Hal ini di-
karenakan kepada merekalah antara lain
paian tujuan lembaga tersebut,
yang
dibebankan
ditunjukkan
penca-
melalui
kompetensi-kompetensi yang berhasil diperolehnya.
Berkenaan dengan hal ini James S. Coleman (1965: 95)
mengemukakan rumusan Fischer tentang fungsi perguruan ting
gi yang penting sekali artinya terhadap kedudukan dan
pe-
ranan mahasiswa, yaitu perubahan (change), mobilitas , sosialisasi, akulturasi dan pembentukan golongan elite.
ma fungsi perguruan tinggi
berlaku bagi Indonesia.
itu menurut Fischer
Li
khususnya
Di samping kelima fungsi itu,di Indonesia sering didengung-dengungkan bahwa mahasiswa
selaku
generasi muda menanggung beban sebagai
satu
komponen
generasi
penerus,
yaitu generasi yang kelak akan meneruskan membangun negara
ini. Lebih dari komponen-komponen pemuda lainnya, mahasis
wa dianggap sebagai komponen yang lebih terdidik dan
ter-
pelajar. M. Weiner (1966 : Ch.VI), mengemukakan,karena pendidikannya ini, maka mahasiswa seharusnya menjadi kreatif,
imajinatif dan mereka diharapkan mempunyai pelibatan
diri
yang lebih besar dalam masalah-masalah kemasyarakatan.
Besarnya tuntutan yang dikenakan terhadap para maha
siswa serta kondisi lingkungan yang kurang mendukung, tampaknya merupakan faktor-faktor psikologis yang harus dihadapi oleh mahasiswa Indonesia.
Dan tentang kondisi lingkungan yang kurang
mendukung
ini, apabila M. Habib Mustopo di atas mengambil titik - tolak dari bentuk masyarakat Indonesia yang pluralistik ser
ta dari segi pengaruh kemajuan
ilmu
dan
teknologi, maka
Koentjaraningrat lebih menitikberatkan pada si fat-si fat kelemahan yang telah membudaya
pada
Ciri-ciri mental negatif tersebut
masyarakat
Indonesia.
diidentifikasikan
Koentjaraningrat (1984 : 45) sebagai berikut : "(1)
oleh
Sifat
mentalitas yang meremehkan mutu; (2) Sifat mentalitas yang
suka menerabas; (3) Sifat tak percaya
pada
diri sendiri;
(4) Sifat tak berdisiplin murni; dan (5) Sifat
yang suka mengabaikan tanggungjawab yang kokoh".
mentalitas
Selanjutnya Soerjono Soekanto (1984:59-60) mengemukakan kalau asumsi di atas dijadikan pegangan
sementara,
maka dikhawatirkan akan timbulnya kecenderungan - kecende-
rungan pada mahasiswa sebagai berikut: (1)
belajar
atau
studi semata-mata untuk lulus; (2) mempelajari bahan - ba-
han studi dengan ruang lingkup yang sesempit mungkin; (3)
kurangnya daya kreasi dan inovasi; (4) kurangnya kemampu
an mengambil inisiatif yang mempunyai akibat positif
un
tuk masa depan; (5) cepat-cepat menyelesaikan studi tanpa
memperhatikan mutu.
Kekhawatiran akan timbulnya kecenderungan - kecende
rungan negatif demikian, sering sekali menjadi dasar
mikiran pengarahan-pengarahan yang dikemukakan oleh
pepara
pengelola pendidikan di Indonesia. Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (1986 : 4), pada tanggal 12 Januari
1986, di
antaranya mengemukakan sebagai berikut ini.
... upaya pendidikan adalah ikhtiar upaya untuk mem
berikan kesempatan "to have" serta memantapkan kesadaran "to be". Pendidikan di Indonesia tentunya juga ber
usaha memberikan peluang untuk pemilikan ilmu pengeta
huan dan teknologi serta berbagai kemahiran lainnya,
dan tetapi tidak mungkin upaya itu mengabaikan
keharusan untuk bertujuan membangun kepribadian Indonesia
seutuhnya. Segala pemilikan itu tidak lain adalah "perpanjangan" dari suatu pusat yang sadar akan diri pribadinya "to be Indonesian".
Tarnpak jelas bahwa pendidikan sangat diandalkan un
tuk dapat membantu terbentuknya ketahanan nasional,
diwujudkan di lembaga perguruan tinggi dengan
pembekalan pada mahasiswa
membentuk
suatu
pendidikan
yang
memberikan
yang
dapat
kompetensi pribadi, kompetensi profesional,dan
7
kompetensi kemasyarakatan .
Adapun program pendidikan di lembaga perguruan ting
gi yang diandalkan untuk membentuk kompetensi pribadi
kemasyarakatan adalah program Pendidikan
Umum, yang
dan
mata
kuliahnya disebut Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU).
Diandalkannya program Pendidikan Umum
atau
MKDU di
perguruan tinggi untuk dapat mencapai kebutuhan - kebutuhan
yang telah diterakan di atas,
sangatlah beralasan,
teruta-
ma dalam hubungan dengan peranannya bagi pembentukan
pri
badi mahasiswa, yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh Di-
rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Dep. P dan K (1983:6),
sebagai berikut ini.
Mendidik manusia Indonesia sesuai dengan tujuan pem
bangunan Bangsa Indonesia serta berdasarkan tujuan Pen
didikan Nasional Indonesia...,
tidak mungkin melalui
pembekalan peserta-didik dengan ilmu pengetahuan
atau
teknologi atau seni yang mereka perlukan dalam kehidupan pribadi dan masyarakatnya kelak. Hidup dan peran seseorang dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara
jauh lebih paripurna sifatnya dari sekedar manusia ber-
ilmu, terampil, atau ahli belaka. Mereka diharapkan se
bagai pemeluk agama yang baik, warga negara yang sadar,
dan berdisiplin, anggota keluarga yang bahagia,individu
yang mampu mengembangkan diri dan membangun lingkungan
hidupnya, baik itu lingkungan alamiah maupun lingkungan
alam. Landasan ideal yang dikutip di atas meyakinkan dan
memberi petunjuk para pengembang kurikulum pendidikan
tinggi, untuk merancangkan program pendidikan di pergu
ruan tinggi yang lebih menjawab tuntutan
harapan
GBHN
dan KDPPT yang telah disepakati bersama. Benar kiranya
ungkapan "a well educated man becomes not necessarily
a cultured man". Oleh karena itu untuk menguasai kebu
dayaan secara kuat adalah
melalui .penguasaan
Pendidikan Dasar Umum yang merupakan
menentukan sifatnya dalam anatomi
tinggi Indonesia.
unsur
kurikulum
program
formal dan
perguruan
Dari rumusan di atas tampak betapa pentingnya penye-
lenggaraan program Pendidikan Umum di perguruan
tinggi
8
dalam upaya agar mahasiswa memiliki penguasaan
kebudayaan
secara kuat, dan mengingat pula kenyataan meningkatnya ke
majuan ilmu dan teknologi
dewasa ini,
yang
mempengaruhi
masyarakat untuk berkembang semakin cepat dan rumit. Peru
bahan ini mengakibatkan timbulnya pergeseran nilai - nilai
bagi masyarakat Indonesia, termasuk di antaranya pada
ma
hasiswa. Dalam pergeseran nilai-nilai ini, selalu terdapat
kemungkinan para mahasiswa menjadi masa bodoh
asa,
suatu sikap yang tidak selayaknya
atau
dimiliki
putus
oleh se-
orang terpelajar. Bagaimanapun juga mahasiswa adalah orang-
orang muda yang sedang mempelajari cara memberikan tanggapan dan penilaian terhadap apa
yang
terjadi
atas dirinya
sendiri dan masyarakat sekitarnya. Sudah barang
perlu dibimbing untuk menemukan cara
terbaik
tentu
ia
yang sesuai
dengan dirinya sendiri tanpa harus mengorbankan masyarakat
sekitarnya.
Secara langsung maupun tidak langsung program Pendi
dikan Umum di perguruan tinggi dibebani tugas dan tanggungjawab yang besar untuk dapat mewujudkan perilaku yang
di-
harapkan tersebut. Terlebih-lebih bagi perguruan tinggi seperti IKIP Bandung, tugas dan tanggungjawab tersebut
men
jadi lebih utama lagi, sesuai dengan peranan IKIP itu sen
diri dalam pengembangan dan pembinaan
sebagai pusat
kebudayaan , sebagaimana
lembaga
pendidikan
dikemukakan
oleh
Darji Darmodiharjo (1981 : 11), sebagai berikut ini.
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), seba
gai suatu lembaga pendidikan tenaga kependidikan, memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan
kemampuan bagi berbagai jenis tenaga kependidikan terutama guru. Tenaga kependidikan yang dihasilkannya diharapkan mampu mengembangkan dan membina pendidikan se
cara keseluruhan... Dalam melaksanakan peranan dan tugasnya itu IKIP harus selalu tanggap terhadap pembaharuan, perubahan, dan upaya-upaya lain yang diarahkan ke
pada peningkatan mutu pendidikan ... Salah satu upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan ke arah terwujudnya
manusia seutuhnya melalui lembaga pendidikan formal ialah upaya pengembangan dan pembinaan sekolah sebagai pusat kebudayaan.
Dari uraian di atas tampak peranan IKIP sebagai Lem
baga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah mempersiapkan tenaga kependidikan, yaitu
mahasiswa
sebagai calon
guru, yang memiliki kemampuan-kemampuan memadai untuk
me
laksanakan peranan dan tugasnya.
Adapun jenis kemampuan yang telah dituangkan ke
da
lam kurikulum lembaga perguruan tinggi, termasuk IKIP, yang
dibebankan kepada program Pendidikan Umum atau MKDU
dapat dicapai, tertera pada rumusan tujuan program
untuk
Pendi
dikan Umum dalam Kurikulum Inti MKDU (1983 : vii-viii) se
bagai berikut ini.
Secara spesifik program Mata Kuliah Dasar Umum
ber-
tujuan menghasilkan warga negara sarjana yang berkualifikasi sebagai berikut :
a. berjiwa Pancasila sehingga segala keputusan serta
tindakannya mencerminkan pengamalan nilai-nilai Pan
casila dan memiliki integritas kepribadian yang ting
gi mendahulukan kepentingan nasional dan kemanusiaan
sebagai sarjana Indonesia;
b. taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan
tindak sesuai dengan ajaran agamanya,
dan
tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain;
c. memiliki wawasan komprehensif dan
ber-
memiliki
pendekatan
inte
gral di dalam menyikapi permasalahan kehidupan, baik
sosial, ekonomi, politik, pertahanan keamanan maupun
kebudayaan;
d. memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan
bermasyarakat dan secara bersama-sama mampu berperan
10
serta meningkatkan kualitasnya maupun tentang ling
kungan alamiah dan secara bersama-sama berperan ser
ta di dalam pelestariannya.
Dari berbagai kemampuan yang telah dituangkan
kurikulum perguruan
dalam
tinggi tersebut di atas, termasuk pu
la dalam kurikulum IKIP Bandung, melalui program Pendidik
an Umum yang diandalkan sebagai sarana pencapaiannya, tam-
pak bahwa mahasiswa yang telah mengikuti MKDU,
sebenarnya
telah dapat diharapkan untuk memiliki pemahaman tentang pe
rilaku warga negara yang bertanggung jawab, yang merupakan
pembekalan
penting dalam rangka
melaksanakan
tugas
dan
peranannya sebagai guru. Namun demikian, beberapa hal yang
patut dipertanyakan adalah :
1. Apakah dalam pelaksanaan program kurikulum itu,kemampuan-kemampuan yang telah dijabarkan telah
benar - benar
dikembangkan secara memadai ?
2. Apakah dalam pelaksanaannya, kemampuan-kemapuan itu te
lah benar-benar terukur sehingga terjamin penguasaannya
oleh mahasiswa ?
Kedua pertanyaan di atas pada dasarnya menunjuk pada
kejelasan tujuan pendidikan. Sebagian besar dari
permasa-
lahan yang harus dihadapi oleh perguruan tinggi,dalam upa-
yanya meningkatkan hasil belajar para mahasiswa, bertitik-
tolak dari ketidakjelasan isi tujuan yang
ingin
Sedangkan tujuan ini erat kaitannya dengan isi
dicapai.
pembekalan
yang akan diberikan kepada para peserta didik. Dikemukakan
11
oleh McKenzie, et al.(1972:101) bahwa upaya pendidikan dalam
membuat kejelasan isi tujuan
ini, jarang
diperhitungkan
secara sistematis, dan implikasi-implikasinya sering
se-
kali tidak dapat dimengerti.
Ketidakjelasan penetapan tujuan lebih
tampak
pada jenis program ilmu-ilmu sosial, yang bersifat
gai pengajaran afektif seperti
program
atau MKDU ini. Adapun pentingnya program
lagi
seba
Pendidikan
tersebut
Umum
dapat
disimak dari kutipan ini (Dep. P dan K, 1983 : 8).
... Pendidikan Umum di Perguruan
Tinggi
bertujuan
mempersiapkan mahasiswa agar dalam memasuki kehidupan
masyarakat, mereka dapat mengembangkan kehidupan pri
badi yang memuaskan, menjadi anggota keluarga yang bahagia, menjadi warga negara yang bertanggung jawab da
ri Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan
falsafah Pancasila.
Rumusan di atas menyebutkan bahwa salah satu tujuan
program MKDU adalah membentuk perilaku mahasiswa
menjadi
warga negara yang bertanggung jawab. Namun isi sebuah tu
juan inipun telah sangat luas, oleh karena memberi
ang penaf6iran dari berbagai sudut lainnya.
pelu-
Contoh
yang
dikemukakan oleh Numan Somantri (1976 : 28), yaitu
mendidik warga negara yang baik,
"...
...dapat dilukiskan
ngan "warga negara yang patriotik,
toleran, loyal
dap bangsa dan negara, beragama, demokratis...",
de
terha
meraper-
lihatkan bahwa kekaburan dari sebuah konsep akan lebih su-
lit lagi apabila konsep tersebut
dikomunikasikan
dengan
konsep-konsep lain yang juga sifatnya sangat umum . Numan
Somantri menunjukkan pola pendapat Samuelson (1965)
yang
12
mengemukakan bahwa dalam ilmu-ilmu sosial, "two
different
names are unknowingly being used for the same thing or the
some words is being applied
to
two different
phenomena"
(Numan Somantri, 1976 : 74).
Terlalu luasnya isi tujuan pengajaran afektif
demi
kian menyebabkan sulitnya dilakukan evaluasi terhadap
ke-
berhasilannya. McKenzie, dkk. (1972 : 10) mengatakan bahwa
penggunaan bahasa untuk merumuskan sebuah
tujuan
(objec
tive) , seharusnya lebih operasional daripada perumusan se
buah cita-cita (aim). Cita-cita
adalah
jawaban
terhadap
pertanyaan mengapa suatu topik diajarkan, sedangkan tujuan
adalah jawaban terhadap pertanyaan tentang apa
yang
akan
dicapai apabila topik itu telah diajarkan. Dengan demikian
instrumen penilaian hanya dapat bersumber dari tujuan,
ti
dak dapat secara langsung bersumber dari cita-cita.
Di samping terlalu luasnya isi tujuan pengajaran da
lam rangka pembentukan perilaku mahasiswa agar dapat
men
jadi warga negara yang bertanggung jawab ini,persoalan lainnya adalah yang berkenaan dengan
bahan
pengajaran
sendiri. Sebagaimana diketahui, pembekalan yang
itu
disajikan
agar dapat terbentuk perilaku yang diharapkan tersebut,ti-
daklah disajikan secara khusus dalam mata kuliah kewargaan
negara, akan tetapi secara implisit atau terpadu dalam ba
han mata kuliah Pendidikan Umum atau MKDU. Untuk hasil be-
lajar yang pencapaiannya diperoleh melalui perpaduan
con
tent kurikulum
Weil
demikian,
Bruce
Joyce
dan
Marsha
13
menyebutnya sebagai "dampak penyerta" atau "dampak pengi-
ring" (nurturant effects), yaitu hasil belajar yang diharapkan terbentuk, di samping yang
merupakan
dampak
in-
struksional langsung dari hasil belajar content dan skills
akademis yang disajikan. Mereka (1980 : 16-18) mengemukakan hal tersebut sebagai berikut :
The effects of an environment can be dirbct— design
ed
to
come
from the content and skills on
which
the
activities are based. Or, effects can be implicit
in
the learning environment... the description of the ef
fects of models can validly be categorized as the direct
or instructional
effects.
effects and the indirect or nurturant
Dikatakan juga bahwa
warganegaraan aktif
hasil
belajar
berbentuk ke-
(active citizenship). dan kesepakat-
an terhadap demokrasi (commitment to democracy),misalnya.
dapat diperoleh secara tidak langsung dari bentuk
jaran yang didasari oleh content dan skills
penga
tentang
democratic, dengan menetapkan academic content dan
cratic process
skills sebagai
dampak
hal
demo
instruksionalnya,
yaitu sebagaimana tampak dalam Bagan 1 berikut ini.
Academic Content
Democratic Process
Skills
Commitment
to Democracy
Instructional
Active Citizenship
Nurturant
Bagan 1. Model Pengajaran tentang Kewargaan Negara
(Bruce Joyce dan Marsha V
PENDIDIKAN UMUM DAN LATAR BELAKANG SOSIAL BUBAYA
BENGAN PEMAHAMAN TENTANG PERILAKU WARGA NEGARA
YANG BERTANGGUNG JAWAB
( Studi Deskriptif-Analitis terhadap Para Mahasiswa
IKIP Bandung pada Tahun 1986 )
TESIS
Diajukan
Kepada
Panitia
Ujian
Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
Untuk
Memenuhi
Program
Bidang
Studi
TATI
Nomor
dari
MUZAINI
;
Umum
SOBARI
498/G/XVI-8
PASCA
KEGURUAN
DAN
SARJANA
ILMU
BANDUNG
19 8
Syarat
Sarjana
Pendidikan
Pokok
FAKULTAS
INSTITUT
Sebagian
Pasca
7
PENDIDIKAN
DISETUJUI
DAN
DISAHKAN OLEH
^^»^M,
PROF. DR. SOEPARDJO ADIKUSUMO
Pembimbing
DR. BAMBANG SUWARNO
Pembimbing
FAKULTAS
PASCA
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
19 8
7
pour mon epoux lili sobari
et (tigs enfants tia caesaria. ardi wibawa.
£ coeur vatllant rien d*impossible
tout uient a point a qui sait attendee.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
UNGKAPAN RASA TERIMA KASIH
v
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR BAGAN
xii
DAPrAR TABEL
xiii
BAB
BAB
I
II
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Masalah yang Diteliti
16
C. Tujuan Penelitian
22
D. Pentingnya Masalah yang Diteliti
2i\
DESKRIPSI TENTANG PROGRAM MATA KULIAH DASAR
UMUM SEBAGAI PENDIDIKAN
UMUM
DI
PERGURUAN
TINGGI INDONESIA
A. Landasan Pemikiran
didikan Umum
25
Penyelenggaraan Pen
25
B. Beberapa Pandangan dalam Pengertian Pen
didikan Umum
C.
28
Kurikulum Mata Kuliah Dasar Umum di IKIP
Bandung
29
1. Sistem Pengelolaan
30
2. Bahan Sajian
31
3. Metode Ponyampaian
33
k. Sistem Penilaian
3*+
viii
ix
BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG
MASALAH
PERILAKU
WARGA NEGARA YANG BERTANGGUNG JAWAB DAN FAK-
TOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKANNYA.
35
A. Konsep Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
35
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pemahaman tentang Perilaku Warga
Negara yang Bertanggung Jawab
49
1. Faktor Persepsi
if9
2. Faktor Latar Belakang Sosial Budaya
yang Berhubungan dengan Status Sosial
Ekonomi dan Pola Pendidikan Orang Tua.
60
C. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu yang
Berhubungan dengan Masalah yang Diteliti.
71
1. Hasil Penelitian tentang Perilaku War
ga Negara yang Bertanggung Jawab
72
2. Hasil Penelitian tentang Persepsi
75
3. Hasil Penelitian tentang
kang Sosial Budaya
3.1. Hasil Penelitian
Sosial Ekonomi
Latar
tentang
Bela
77
Status
3.2. Hasil Penelitian tentang Pola Pen
didikan Orang Tua
BAB IV
78
79
RANCANGAN PENELITIAN
83
A. Disain Penelitian
83
B. Metode Penelitian
84
C. Populasi dan Sampel
86
D. Pembatasan Masalah dan Pertanyaan Peneli
tian
97
E. Tujuan Khusus Penelitian
101
F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian
103
G. Penjabaran Konsep-konsep Teoritis, Empiris
dan Analitis
107
H. Instrumen Pengumpul Data
116
1. Format A] : Kuesioner tentang Status So
sial Ekonomi Orang Tua (JLBSB/SSE)
2. Format A2 : Kuesioner tentang Pola Pendi
dikan Orang Tua (JLBSB/PPOT)
118
3. Format B : Kuesioner tentang Program Ma
ta Kuliah Dasar Umum (PPMKDU)
121
4. Format C : Kuesioner mengenai
tentang Perilaku Warga Negara
tanggung Jawab (PPWNB)
122
Pemahaman
yang Ber
5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur....
BAB
117
123
5.1. Uji Validitas Alat Ukur
123
^.2. Uji Reliabilitas Alat Ukur
126
V PELAKSANAAN PENELITIAN,
PENGOLAHAN
DATA
DAN
HASIL PENELITIAN
129
A. Persiapan Pengumpulan Data
129
B. Pelaksanaan Pengumpulan Data
130
C. Pengolahan dan Analisis Data
132
1. Pengujian Asumsi-asumsi Statistik
133
2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
142
D. Hasil-hasil Pengolahan dan Analisis Data...
1. Gambaran tentang Keempat Variabel
Pene
litian dalam Analisis Univariate
1.1. Hasil Analisis Univariate
Variabel X-j: Status
147
147
terhadap
Sosial Ekonomi
Orang Tua
1.2. Hasil Analisis Univariate
147
terhadap
Variabel X2: Pola Pendidikan
Orang
Tua
1.3. Hasil Analisis Univariate terhadap
Variabel X,:Persepsi Mahasiswa ten
tang Program Mata Kuliah Dasar Umum
(MKDU)
151
152
xi
1.4. Hasil Analisis
Univariate
terhadap
Variabel Y: Pemahaman Mahasiswa ten
tang Perilaku Warga Negara yang Ber
tanggung Jawab
153
2. Hubungan Bivarlate antara pemahaman Maha
siswa tentang Perilaku Warga Negara
Bertanggung Jawab dengan
yang
Masing - masing
Variabel yang Mempengaruhinya
2.1. Hubungan Bivariate antara
155
Pemahaman
Mahasiswa tentang Perilaku Warga Ne
gara yang Bertanggung Jawab (Y)
de
ngan Status Sosial Ekonomi Orang Tua
(X,)
2.2. Hubungan Bivariate
156
antara Pemahaman
Mahasiswa tentang Perilaku Warga Ne
gara yang Bertanggung Jawab (Y)
de
ngan Pola Pendidikan Orang Tua (X2).
2.3. Hubungan Bivariate
161
antara Pemahaman
Mahasiswa tentang Perilaku Warga Ne
gara yang Bertanggung Jawab (Y)
de
ngan Persepsi Mahasiswa tentang Prog
ram Mata Kuliah Dasar Umum/MKDU (X,)
3. Hubungan
Multivariate
antara
Mahasiswa tentang Perilaku
Pemahaman
Warga
yang Bertanggung Jawab dengan
Variabel yang Mempengaruhinya
Negara
Berbagai
BAB VI DISKUSI, KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
PENELITIAN
A.
167
173
186
Diskusi Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Sumber Data Penelitian
186
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman
Mahasiswa tentang Perilaku
Warga
Negara yang Bertanggung Jawab
Negara
187
3. Model Penelitian Usulan
192
4. Pembuktian Hipotesis Penelitian
'93
B. Kesimpulan
195
C. Implikasi Penelitian
197
D. Keterbataean Penelitian
216
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN (Dalam Buku T«.rsendiri) .
218
DAFTAR BAGAN
Bagan
Halaman
1. Model Pengajaran tentang Kewargaan Negara
13
2. Paradigma Penelitian
23
3. Perbandingan antara Pendidikan Spesialisasi
dan
Pendidikan Umum
4. Gambaran
27
Konseptual tentang Perilaku Warga
Ne
gara yang Bertanggung Jawab
48
5. Gambaran
Konseptual
tentang persepsi
50
6. Gambaran
Konseptual . tentang Latar Belakang So
sial Budaya yang Berhubungan dengan Status Sosi
al Ekonomi dan Pola Pendidikan Orang Tua
7. Rangka Acuan Studi (Literary Review)
8. Model Hubungan Antar Variabel dan
Sub
Penelitian
70
82
Variabel
102
9. Gambaran Visual Hasil-hasil Penelitian
10. Model Penelitian Usulan
185
192
Xll
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Perhitungan Sumber Data Uji-Coba
89
2. Gambaran Penyebaran Sumber Data Penelitian
dari
Enam Fakultas IKIP Bandung (Mahasiswa Program S,
Angkatan Tahun 1983/1984)
3. Besar Sampel Minimal untuk masing-masing
bel Penelitian
Varia
90
96
4. Variabel Dependen Y : Penjabaran Konsep - konsep
Teoritis, Empiris dan Analitis
108
5. Variabel Independen X. :Penjabaran Konsep-konsep
Teoritis, Empiris dan Analitis
Ill
6. Variabel Independen X2 :Penjabaran Konsep-konsep
Teoritis, Empiris dan
Analitis
7. Variabel Independen X, :Penjabaran Konsep-konsep
Teoritis, Empiris dan^Analitis
8. Jumlah Item Terpilih dari Setiap Instrumen
115
Pe-
ngumpul Data Hasil Uji Validitas
9. Hasil Uji Reliabilitas Setiap Instrumen
114
125
Pengum-
pul Data
128
10. Normalitas Distribusi Frekuensi Skor Setiap
riabel dan Sub Variabel Penelitian
Va
11. Homogenitas Varians Skor Setiap Variabel dan Sub
Variabel Penelitian pada Kelompok Mahasiswa Pria
dan Wanita.
134
135
12. Homogenitas Varians Skor Setiap Variabel dan Sub
Variabel Penelitian pada Kelompok Mahasiswa An
tar Fakultas
137
13. Tingkat Pendidikan Orang Tua Mahasiswa
148
14. Tingkat Pekerjaan Orang Tua Mahasiswa
149
15. Besar Penghasilan Orang Tua Rata-rata per Bulan.
150
16. Status Sosial Ekonomi Orang Tua Mahasiswa
151
xm
XIV
Tabel
Halaman
17. Pola Pendidikan Orang Tua Mahasiswa
18. Persepsi Mahasiswa tentang
Dasar Umum/MKDU
Program
19. Pemahaman Mahasiswa tentang
152
Mata
Kuliah
153
Perilaku Warga Nega
ra yang Bertanggung Jawab
154
20. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten
tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(Y) dengan Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1)..
21. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten
tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(Y) dengan Tipe Sikap Memiliki U2a)
22. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten
tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(Y) dengan Tipe Sikap Menguasai (X2b)
23. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten
tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(Y) dengan Tipe Sikap Demokratis (X2 )
160
162
164
166
24. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten
tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(1) dengan Persepsi Mahasiswa tentang Program MKDU
(X3)
25. Rekapitulasi Koefisien
Somers's
D
Hasil Tabulasi Silang dalam Korelasi
Y, Tanpa dan Dengan Dikontrol oleh
Lainnya
168
(Asymmetric)
X terhadap
Variabel X
26. Skor Rata-rata (Unadjusted) Pemahaman
171
Mahasiswa
tentang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung
Jawab Dilihat dari Tiga Variabel yang
Mempenga
ruhinya
174
27. Regresi Variabel Dummy, Koefisien MCA, dan Angka
Rata-rata (Adjusted) untuk Skor Pemahaman Maha
siswa tentang Perilaku Warga Negara yang Bertang
gung Jawab, Dilihat dari Tiga
dennya
Variabel
28. Regresi Variabel Dummy, Koefisien
Indepen-
180
MCA, dan Angka
Rata-rata (Adjusted) untuk Skor Pemahaman Maha
siswa tentang Perilaku Warga Negara yang Bertang
gung Jawab, Dilihat dari
dennya
Dua
Variabel
Indepen-
184
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu dan teknologi yang berkembang dengan cepat
de-
wasa ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pola
kehidupan manusia secara pribadi, maupun terhadap kehidupan masyarakat. Berbagai perubahan yang terjadi berpengaruh
pula terhadap sistem nilai dan budaya bangsa, yang
selan-
jutnya berpengaruh pada tata-hubungan antar manusia dan antarbangsa.
Serentak dengan
laju
pembangunan, terjadilah
dinamika masyarakat sebagai salah satu dampak pembangunan.
Terjadilah perubahan sikap tentang nilai-nilai budaya yang
sudah ada. Hal ini menimbulkan pula terjadinya
sistem nilai budaya yang membawa perubahan pada
pergeseran
interaksi
manusia dalam masyarakatnya dan antara bangsa - bangsa yang
ada di dunia ini.
Telah diakui secara umum bahwa
kebudayaan merupakan
unsur penting dalam proses pembangunan
suatu bangsa.
Hal
ini menjadi sangat utama bagi negara Indonesia yang sedang
berusaha menciptakan kondisi hidup masyarakatnya
yang le-
bih baik dalam wujud masyarakat adil dan makmur merata,ma-
teriil dan spirituil berdasarkan Pancasila. Adapun
hasan tentang kebudayaan tidak
pemba-
dapat terlepas dari keter-
kaitannya dengan pendidikan. Eratnya hubungan antara kebu
dayaan dan
pendidikan tersebut
dikemukakan
oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (1986 : 2) pada tanggal 12 Januari 1986 di Jakarta sebagai berikut ini.
Pendidikan berlangsung dalam suatu iklim budaya,bah
kan tak terlepas dari matriks kebudayaan yang menjadi
bumi persemaian identitas bangsa. Sedangkan kebudayaan
memerlukan usaha pelestarian melalui pendidikan yang menyadarkan kepentingan perservasi nilai-nilai budaya yang
turun-temurun. Pendidikan tanpa orientasi budaya akan
gersang dari nilai - nilai luhur, sedangkan kebudayaan
tanpa pendukung-pendukung yang sadar dan terdidik akhir
nya akan memudar sebagai sumber nilai dan akhirnya silam dalam perjalanan sejarah.
Dari rumusan di atas dapatlah dikatakan, bahwa
pen
didikan di Indonesia tentunya juga berusaha memberikan peluang untuk pemilikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
berbagai kemahiran lainnya, akan tetapi tidak mungkin upa
ya itu mengabaikan keharusan untuk bertujuan membangun ke-
pribadian Indonesia seutuhnya, yang merupakan ciri
keber-
hasilan pembangunan nasional.
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional terse
but, perguruan tinggi sebagai lembaga formal
Indonesia liarus mampu berperan
dan
•yang positif,di samping membentuk
tertinggi di
memberikan
manusia
sumbangan
yang
memiliki
sikap dan kompetensi keilmuan. Kebutuhan akan adanya prog
ram pendidikan tinggi tersebut terungkap dari
Dasar Kebi-
jaksanaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan , yang tercantum dalam Program Kurikulum Perguruan TinggitNo.Skep.0140/
U/1975 :
... pendidikan tinggi hendaknya menghasilkan
ahli sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia yang
tenaga
dinya-
takan dalam Pembukaan UUD145«Selain daripada itu tenaga-
tenaga yang dihasilkan harus memiliki nilai-nilai sosial
3
budaya yang
harus
hidup
dan
kemampuan mengembangkan
perspekxif kebudayaan yang memberi wadah dan mengisi se
cara khas kepribadian bangsa yang dinamis.
Selanjutnya digariskan dalam kebijaksanaan tersebut :
...tanggung jawab utama pendidikan tinggi dan lemba
ga - lembaga pendidikan adalah mengembangkan kemampuan
serta kecakapan dalam diri mahasiswa serta masyarakat
luas untuk mampu berpikir dengan berorientasi kepada kepentingan bangsa serta kemanusiaan, baik pada waktu sekarang maupun pada masa-masa yang akan datang, dengan
menggunakan pola-pola yang obyektif, dan analitis, yang
dapat menghasilkan persepsi serta konsepsi yang tepat.
Rumusan-rumusan di atas pada dasarnya sejalan dengan
Dasar
dan
Tujuan
Pendidikan
Nasional. yang dicantumkan
dalam GBHN sesuai dengan Tap. MPR No. IV/MPR/1983
berikut
sebagai
:
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan
untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pe-
kerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.
Namun demikian, Tujuan Pendidikan
Nasional
dikemukakan di atas, tidak mungkin tercapai
seperti
hanya melalui
pembekalan peserta didik dengan pengetahuan atau teknologi
yang dapat menjadikannya sebagai seorang ahli belaka. la diharapkan pula sebagai pemeluk agama yang baik, warga nega
ra yang sadar dan berdisiplin, anggota keluarga yang baha-
gia, individu yang mampu mengembangkan diri, dan membangun
lingkungan hidupnya, baik itu lingkungan
alamiah
maupun
lingkungan alam. Hal ini menjadi lebih utama lagi kepentingannya mengingat berbagai kondisi lingkungan sebagaimana di
kemukakan oleh M.Habib Mustopo (1983:14-15) berikut ini.
4
Dewasa ini kita dihadapkan kepada
tiga masalah yang
saling berkaitan yaitu :
1) Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas
beberapa suku bangsa, dengan latar belakang sosiobudaya yang beraneka ragam. Kemajuan masyarakat ter
sebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupan...
2) Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat.
Perubahan itu berupa terjadinya pergeseran sistem ni
lai budaya, penyikapan anggota masyarakat terhadap
nilai-nilai budaya...
3) Kemajuan dalam bidang teknologi dan komunikasi masa,
transportasi, membawa pengaruh terhadap intensitas
kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan da
ri luar. Khusus dengan terjadinya kontak budaya de
ngan kebudayaan asing itu bukan hanya intensitasnya
menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung dengan cepat dan luas jangkauannya.
Dari uraian di atas tampak bahwa
mempunyai pengaruh yang sangat besar
kondisi lingkungan
terhadap tercapainya
tujuan program perguruan tinggi dalam rangka peran - sertanya terhadap pelaksanaan pembangunan nasional.
Kondisi lingkungan ini berpengaruh pula terhadap ma
hasiswa selaku peserta didik perguruan tinggi. Hal ini di-
karenakan kepada merekalah antara lain
paian tujuan lembaga tersebut,
yang
dibebankan
ditunjukkan
penca-
melalui
kompetensi-kompetensi yang berhasil diperolehnya.
Berkenaan dengan hal ini James S. Coleman (1965: 95)
mengemukakan rumusan Fischer tentang fungsi perguruan ting
gi yang penting sekali artinya terhadap kedudukan dan
pe-
ranan mahasiswa, yaitu perubahan (change), mobilitas , sosialisasi, akulturasi dan pembentukan golongan elite.
ma fungsi perguruan tinggi
berlaku bagi Indonesia.
itu menurut Fischer
Li
khususnya
Di samping kelima fungsi itu,di Indonesia sering didengung-dengungkan bahwa mahasiswa
selaku
generasi muda menanggung beban sebagai
satu
komponen
generasi
penerus,
yaitu generasi yang kelak akan meneruskan membangun negara
ini. Lebih dari komponen-komponen pemuda lainnya, mahasis
wa dianggap sebagai komponen yang lebih terdidik dan
ter-
pelajar. M. Weiner (1966 : Ch.VI), mengemukakan,karena pendidikannya ini, maka mahasiswa seharusnya menjadi kreatif,
imajinatif dan mereka diharapkan mempunyai pelibatan
diri
yang lebih besar dalam masalah-masalah kemasyarakatan.
Besarnya tuntutan yang dikenakan terhadap para maha
siswa serta kondisi lingkungan yang kurang mendukung, tampaknya merupakan faktor-faktor psikologis yang harus dihadapi oleh mahasiswa Indonesia.
Dan tentang kondisi lingkungan yang kurang
mendukung
ini, apabila M. Habib Mustopo di atas mengambil titik - tolak dari bentuk masyarakat Indonesia yang pluralistik ser
ta dari segi pengaruh kemajuan
ilmu
dan
teknologi, maka
Koentjaraningrat lebih menitikberatkan pada si fat-si fat kelemahan yang telah membudaya
pada
Ciri-ciri mental negatif tersebut
masyarakat
Indonesia.
diidentifikasikan
Koentjaraningrat (1984 : 45) sebagai berikut : "(1)
oleh
Sifat
mentalitas yang meremehkan mutu; (2) Sifat mentalitas yang
suka menerabas; (3) Sifat tak percaya
pada
diri sendiri;
(4) Sifat tak berdisiplin murni; dan (5) Sifat
yang suka mengabaikan tanggungjawab yang kokoh".
mentalitas
Selanjutnya Soerjono Soekanto (1984:59-60) mengemukakan kalau asumsi di atas dijadikan pegangan
sementara,
maka dikhawatirkan akan timbulnya kecenderungan - kecende-
rungan pada mahasiswa sebagai berikut: (1)
belajar
atau
studi semata-mata untuk lulus; (2) mempelajari bahan - ba-
han studi dengan ruang lingkup yang sesempit mungkin; (3)
kurangnya daya kreasi dan inovasi; (4) kurangnya kemampu
an mengambil inisiatif yang mempunyai akibat positif
un
tuk masa depan; (5) cepat-cepat menyelesaikan studi tanpa
memperhatikan mutu.
Kekhawatiran akan timbulnya kecenderungan - kecende
rungan negatif demikian, sering sekali menjadi dasar
mikiran pengarahan-pengarahan yang dikemukakan oleh
pepara
pengelola pendidikan di Indonesia. Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (1986 : 4), pada tanggal 12 Januari
1986, di
antaranya mengemukakan sebagai berikut ini.
... upaya pendidikan adalah ikhtiar upaya untuk mem
berikan kesempatan "to have" serta memantapkan kesadaran "to be". Pendidikan di Indonesia tentunya juga ber
usaha memberikan peluang untuk pemilikan ilmu pengeta
huan dan teknologi serta berbagai kemahiran lainnya,
dan tetapi tidak mungkin upaya itu mengabaikan
keharusan untuk bertujuan membangun kepribadian Indonesia
seutuhnya. Segala pemilikan itu tidak lain adalah "perpanjangan" dari suatu pusat yang sadar akan diri pribadinya "to be Indonesian".
Tarnpak jelas bahwa pendidikan sangat diandalkan un
tuk dapat membantu terbentuknya ketahanan nasional,
diwujudkan di lembaga perguruan tinggi dengan
pembekalan pada mahasiswa
membentuk
suatu
pendidikan
yang
memberikan
yang
dapat
kompetensi pribadi, kompetensi profesional,dan
7
kompetensi kemasyarakatan .
Adapun program pendidikan di lembaga perguruan ting
gi yang diandalkan untuk membentuk kompetensi pribadi
kemasyarakatan adalah program Pendidikan
Umum, yang
dan
mata
kuliahnya disebut Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU).
Diandalkannya program Pendidikan Umum
atau
MKDU di
perguruan tinggi untuk dapat mencapai kebutuhan - kebutuhan
yang telah diterakan di atas,
sangatlah beralasan,
teruta-
ma dalam hubungan dengan peranannya bagi pembentukan
pri
badi mahasiswa, yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh Di-
rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Dep. P dan K (1983:6),
sebagai berikut ini.
Mendidik manusia Indonesia sesuai dengan tujuan pem
bangunan Bangsa Indonesia serta berdasarkan tujuan Pen
didikan Nasional Indonesia...,
tidak mungkin melalui
pembekalan peserta-didik dengan ilmu pengetahuan
atau
teknologi atau seni yang mereka perlukan dalam kehidupan pribadi dan masyarakatnya kelak. Hidup dan peran seseorang dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara
jauh lebih paripurna sifatnya dari sekedar manusia ber-
ilmu, terampil, atau ahli belaka. Mereka diharapkan se
bagai pemeluk agama yang baik, warga negara yang sadar,
dan berdisiplin, anggota keluarga yang bahagia,individu
yang mampu mengembangkan diri dan membangun lingkungan
hidupnya, baik itu lingkungan alamiah maupun lingkungan
alam. Landasan ideal yang dikutip di atas meyakinkan dan
memberi petunjuk para pengembang kurikulum pendidikan
tinggi, untuk merancangkan program pendidikan di pergu
ruan tinggi yang lebih menjawab tuntutan
harapan
GBHN
dan KDPPT yang telah disepakati bersama. Benar kiranya
ungkapan "a well educated man becomes not necessarily
a cultured man". Oleh karena itu untuk menguasai kebu
dayaan secara kuat adalah
melalui .penguasaan
Pendidikan Dasar Umum yang merupakan
menentukan sifatnya dalam anatomi
tinggi Indonesia.
unsur
kurikulum
program
formal dan
perguruan
Dari rumusan di atas tampak betapa pentingnya penye-
lenggaraan program Pendidikan Umum di perguruan
tinggi
8
dalam upaya agar mahasiswa memiliki penguasaan
kebudayaan
secara kuat, dan mengingat pula kenyataan meningkatnya ke
majuan ilmu dan teknologi
dewasa ini,
yang
mempengaruhi
masyarakat untuk berkembang semakin cepat dan rumit. Peru
bahan ini mengakibatkan timbulnya pergeseran nilai - nilai
bagi masyarakat Indonesia, termasuk di antaranya pada
ma
hasiswa. Dalam pergeseran nilai-nilai ini, selalu terdapat
kemungkinan para mahasiswa menjadi masa bodoh
asa,
suatu sikap yang tidak selayaknya
atau
dimiliki
putus
oleh se-
orang terpelajar. Bagaimanapun juga mahasiswa adalah orang-
orang muda yang sedang mempelajari cara memberikan tanggapan dan penilaian terhadap apa
yang
terjadi
atas dirinya
sendiri dan masyarakat sekitarnya. Sudah barang
perlu dibimbing untuk menemukan cara
terbaik
tentu
ia
yang sesuai
dengan dirinya sendiri tanpa harus mengorbankan masyarakat
sekitarnya.
Secara langsung maupun tidak langsung program Pendi
dikan Umum di perguruan tinggi dibebani tugas dan tanggungjawab yang besar untuk dapat mewujudkan perilaku yang
di-
harapkan tersebut. Terlebih-lebih bagi perguruan tinggi seperti IKIP Bandung, tugas dan tanggungjawab tersebut
men
jadi lebih utama lagi, sesuai dengan peranan IKIP itu sen
diri dalam pengembangan dan pembinaan
sebagai pusat
kebudayaan , sebagaimana
lembaga
pendidikan
dikemukakan
oleh
Darji Darmodiharjo (1981 : 11), sebagai berikut ini.
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), seba
gai suatu lembaga pendidikan tenaga kependidikan, memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan
kemampuan bagi berbagai jenis tenaga kependidikan terutama guru. Tenaga kependidikan yang dihasilkannya diharapkan mampu mengembangkan dan membina pendidikan se
cara keseluruhan... Dalam melaksanakan peranan dan tugasnya itu IKIP harus selalu tanggap terhadap pembaharuan, perubahan, dan upaya-upaya lain yang diarahkan ke
pada peningkatan mutu pendidikan ... Salah satu upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan ke arah terwujudnya
manusia seutuhnya melalui lembaga pendidikan formal ialah upaya pengembangan dan pembinaan sekolah sebagai pusat kebudayaan.
Dari uraian di atas tampak peranan IKIP sebagai Lem
baga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah mempersiapkan tenaga kependidikan, yaitu
mahasiswa
sebagai calon
guru, yang memiliki kemampuan-kemampuan memadai untuk
me
laksanakan peranan dan tugasnya.
Adapun jenis kemampuan yang telah dituangkan ke
da
lam kurikulum lembaga perguruan tinggi, termasuk IKIP, yang
dibebankan kepada program Pendidikan Umum atau MKDU
dapat dicapai, tertera pada rumusan tujuan program
untuk
Pendi
dikan Umum dalam Kurikulum Inti MKDU (1983 : vii-viii) se
bagai berikut ini.
Secara spesifik program Mata Kuliah Dasar Umum
ber-
tujuan menghasilkan warga negara sarjana yang berkualifikasi sebagai berikut :
a. berjiwa Pancasila sehingga segala keputusan serta
tindakannya mencerminkan pengamalan nilai-nilai Pan
casila dan memiliki integritas kepribadian yang ting
gi mendahulukan kepentingan nasional dan kemanusiaan
sebagai sarjana Indonesia;
b. taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan
tindak sesuai dengan ajaran agamanya,
dan
tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain;
c. memiliki wawasan komprehensif dan
ber-
memiliki
pendekatan
inte
gral di dalam menyikapi permasalahan kehidupan, baik
sosial, ekonomi, politik, pertahanan keamanan maupun
kebudayaan;
d. memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan
bermasyarakat dan secara bersama-sama mampu berperan
10
serta meningkatkan kualitasnya maupun tentang ling
kungan alamiah dan secara bersama-sama berperan ser
ta di dalam pelestariannya.
Dari berbagai kemampuan yang telah dituangkan
kurikulum perguruan
dalam
tinggi tersebut di atas, termasuk pu
la dalam kurikulum IKIP Bandung, melalui program Pendidik
an Umum yang diandalkan sebagai sarana pencapaiannya, tam-
pak bahwa mahasiswa yang telah mengikuti MKDU,
sebenarnya
telah dapat diharapkan untuk memiliki pemahaman tentang pe
rilaku warga negara yang bertanggung jawab, yang merupakan
pembekalan
penting dalam rangka
melaksanakan
tugas
dan
peranannya sebagai guru. Namun demikian, beberapa hal yang
patut dipertanyakan adalah :
1. Apakah dalam pelaksanaan program kurikulum itu,kemampuan-kemampuan yang telah dijabarkan telah
benar - benar
dikembangkan secara memadai ?
2. Apakah dalam pelaksanaannya, kemampuan-kemapuan itu te
lah benar-benar terukur sehingga terjamin penguasaannya
oleh mahasiswa ?
Kedua pertanyaan di atas pada dasarnya menunjuk pada
kejelasan tujuan pendidikan. Sebagian besar dari
permasa-
lahan yang harus dihadapi oleh perguruan tinggi,dalam upa-
yanya meningkatkan hasil belajar para mahasiswa, bertitik-
tolak dari ketidakjelasan isi tujuan yang
ingin
Sedangkan tujuan ini erat kaitannya dengan isi
dicapai.
pembekalan
yang akan diberikan kepada para peserta didik. Dikemukakan
11
oleh McKenzie, et al.(1972:101) bahwa upaya pendidikan dalam
membuat kejelasan isi tujuan
ini, jarang
diperhitungkan
secara sistematis, dan implikasi-implikasinya sering
se-
kali tidak dapat dimengerti.
Ketidakjelasan penetapan tujuan lebih
tampak
pada jenis program ilmu-ilmu sosial, yang bersifat
gai pengajaran afektif seperti
program
atau MKDU ini. Adapun pentingnya program
lagi
seba
Pendidikan
tersebut
Umum
dapat
disimak dari kutipan ini (Dep. P dan K, 1983 : 8).
... Pendidikan Umum di Perguruan
Tinggi
bertujuan
mempersiapkan mahasiswa agar dalam memasuki kehidupan
masyarakat, mereka dapat mengembangkan kehidupan pri
badi yang memuaskan, menjadi anggota keluarga yang bahagia, menjadi warga negara yang bertanggung jawab da
ri Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan
falsafah Pancasila.
Rumusan di atas menyebutkan bahwa salah satu tujuan
program MKDU adalah membentuk perilaku mahasiswa
menjadi
warga negara yang bertanggung jawab. Namun isi sebuah tu
juan inipun telah sangat luas, oleh karena memberi
ang penaf6iran dari berbagai sudut lainnya.
pelu-
Contoh
yang
dikemukakan oleh Numan Somantri (1976 : 28), yaitu
mendidik warga negara yang baik,
"...
...dapat dilukiskan
ngan "warga negara yang patriotik,
toleran, loyal
dap bangsa dan negara, beragama, demokratis...",
de
terha
meraper-
lihatkan bahwa kekaburan dari sebuah konsep akan lebih su-
lit lagi apabila konsep tersebut
dikomunikasikan
dengan
konsep-konsep lain yang juga sifatnya sangat umum . Numan
Somantri menunjukkan pola pendapat Samuelson (1965)
yang
12
mengemukakan bahwa dalam ilmu-ilmu sosial, "two
different
names are unknowingly being used for the same thing or the
some words is being applied
to
two different
phenomena"
(Numan Somantri, 1976 : 74).
Terlalu luasnya isi tujuan pengajaran afektif
demi
kian menyebabkan sulitnya dilakukan evaluasi terhadap
ke-
berhasilannya. McKenzie, dkk. (1972 : 10) mengatakan bahwa
penggunaan bahasa untuk merumuskan sebuah
tujuan
(objec
tive) , seharusnya lebih operasional daripada perumusan se
buah cita-cita (aim). Cita-cita
adalah
jawaban
terhadap
pertanyaan mengapa suatu topik diajarkan, sedangkan tujuan
adalah jawaban terhadap pertanyaan tentang apa
yang
akan
dicapai apabila topik itu telah diajarkan. Dengan demikian
instrumen penilaian hanya dapat bersumber dari tujuan,
ti
dak dapat secara langsung bersumber dari cita-cita.
Di samping terlalu luasnya isi tujuan pengajaran da
lam rangka pembentukan perilaku mahasiswa agar dapat
men
jadi warga negara yang bertanggung jawab ini,persoalan lainnya adalah yang berkenaan dengan
bahan
pengajaran
sendiri. Sebagaimana diketahui, pembekalan yang
itu
disajikan
agar dapat terbentuk perilaku yang diharapkan tersebut,ti-
daklah disajikan secara khusus dalam mata kuliah kewargaan
negara, akan tetapi secara implisit atau terpadu dalam ba
han mata kuliah Pendidikan Umum atau MKDU. Untuk hasil be-
lajar yang pencapaiannya diperoleh melalui perpaduan
con
tent kurikulum
Weil
demikian,
Bruce
Joyce
dan
Marsha
13
menyebutnya sebagai "dampak penyerta" atau "dampak pengi-
ring" (nurturant effects), yaitu hasil belajar yang diharapkan terbentuk, di samping yang
merupakan
dampak
in-
struksional langsung dari hasil belajar content dan skills
akademis yang disajikan. Mereka (1980 : 16-18) mengemukakan hal tersebut sebagai berikut :
The effects of an environment can be dirbct— design
ed
to
come
from the content and skills on
which
the
activities are based. Or, effects can be implicit
in
the learning environment... the description of the ef
fects of models can validly be categorized as the direct
or instructional
effects.
effects and the indirect or nurturant
Dikatakan juga bahwa
warganegaraan aktif
hasil
belajar
berbentuk ke-
(active citizenship). dan kesepakat-
an terhadap demokrasi (commitment to democracy),misalnya.
dapat diperoleh secara tidak langsung dari bentuk
jaran yang didasari oleh content dan skills
penga
tentang
democratic, dengan menetapkan academic content dan
cratic process
skills sebagai
dampak
hal
demo
instruksionalnya,
yaitu sebagaimana tampak dalam Bagan 1 berikut ini.
Academic Content
Democratic Process
Skills
Commitment
to Democracy
Instructional
Active Citizenship
Nurturant
Bagan 1. Model Pengajaran tentang Kewargaan Negara
(Bruce Joyce dan Marsha V