PERANAN KOPERASI MAHASISWA DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER KEMANDIRIAN WARGA NEGARA: Studi Deskriptif Analitis pada Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

(1)

PERANAN KOPERASI MAHASISWA DALAM

MENGEMBANGKAN KARAKTER KEMANDIRIAN WARGA

NEGARA

(Studi Deskriptif Analitis pada Koperasi Mahasiswa Universitas

Pendidikan Indonesia)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

Rizki Silvina Rahmi

0907142

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

No. Daftar FPIPS 1689/UN.40.2.2/PL/2013

RIZKI SILVINA RAHMI 0907142

PERANAN KOPERASI MAHASISWA DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER KEMANDIRIAN WARGA NEGARA

(Studi Deskriptif Analitik pada Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEHPEMBIMBING:

PEMBIMBING I

Dr. Cecep Darmawan., S.IP., M.Si NIP.19690929 199402 1 001

PEMBIMBING II

Dr. Hj. Komala Nurmalina., M.Pd. NIP. 130345025

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PERANAN KOPERASI MAHASISWA DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER KEMANDIRIAN WARGA NEGARA (Studi Deskriptif Analitis pada Koperasi

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia) ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar kaya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan dan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2013

Yang membuat pernyataan,

Rizki Silvina Rahmi 0907142


(4)

ABSTRACT

Rizki Silvina Rahmi (0907142) Student Cooperative Role in Developing Character Independence Nationals (Desciptrive Analytical Study on Student Cooperative Education University of Indonesia)

This research is motivated by the demands of global competition in the era that requires students to have the character of self-reliance and applied through student activities and KOPMA is one place for students to develop the independence of character. Formulation of the problem in this research is how the process of developing citizens of character independence through Cooperative Education Student at the University of Indonesia, the values change in what is perceived by members of the Indonesian Education University student cooperative after attending Kopma activities as stock in realizing independence in society, behavioral independence What are the most dominant was developed through a cooperative education student at the University of Indonesia, what are the constraints faced by Indonesian Education University Students' Cooperative in the process of developing the character of citizen independence and efforts. The basis of this research is the opinion expressed by Lickona (1991) which states that a good character has three interrelated parts: moral knowledge, moral feeling, and moral behavior. The approach taken in this study is qualitative, whereas the method used is descriptive analytic to get the real picture, actual, and contextual about the above phenomenon. Research conducted at the University of Cooperative Education Student of Indonesia, while the subject of research KOPMA Supervisor, KOPMA Chairman, Chairman of NRM and Business Sectors KOPMA and members. The results obtained by researchers, namely: 1) The process of character development in student independence KOPMA Indonesia University of Education performed through a series of regeneration as well as the distribution of interests and talents possessed by members KOPMA. 2) After going through a variety of educational process, students experience a change in terms of independence emotions (emotional autonomy), independent of behavior (behavior autonomy) and the independence of the value (value autonomy). 3) the independence of the most dominant behavior developed through Cooperative Education Student at the University of Indonesia, including responsibilities, creative and innovative, and never give up attitude. 4) The constraints faced by the University Students' Cooperative Education Indonesian independence in the process of developing a character as a citizen member of the lack of interest of students to follow KOPMA, difficult to set the appropriate time to conduct activities KOPMA, difficulty in coordination with supervisor KOPMA, because its busy . 5) The efforts of the University Students' Cooperative Education Indonesia to overcome the obstacles that occur in the process of developing a character independence as a member of the citizens of creating ideas that are more creative to make students more interested in following the activities KOPMA, better time management by the board KOPMA when implement activities, coordination with supervisor KOPMA done by phone, sms, e-mail or other social media, so it is not hampered by the busyness supervisor.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman PERNYATAAN ...

KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMAKASIH ... ABSTRAK ……… DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ...

B. Rumusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian ...

E. Struktur Organisis Skripsi...

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Kajian Tentang Pendidikan Kewarganegaraan … ... 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ...

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ...

B. Kajian Tentang Koperasi ...

1. Pengertian Koperasi ...

2. Prinsip-Prinsip Koperasi ...

3. Tujuan Koperasi …... 4. Penggolongan Koperasi ...

i

ii

iii

vi

vii

1

6

7

8

9

11

11

12

14

14

15

17


(6)

5. Koperasi Mahasiswa ………. C. Kajian Tentang Karakter ...

1. Pengertian Karakter …... 2. Pentingnya Pendidikan Karakter ...

D. Kajian Tentang Kemandirian ...

1. Pengertian Kemandirian ...

2. Karakteristik Kemandirian ...

3. Indikator kemandirian ...

4. Fungsi Kemandirian ……….. E. Pendidikan Karakter Mandiri...

1. Hakikat Pendidikan Karakter Mandiri ...

2. Tujuan dan Manfaaat Pendidikan Karakter Mandiri ...

3. Bentuk Kegiatan Pengembangan Karakter Mandiri ...

F. Kajian Tentang Warga Negara

BAB III METODE PENELITIAN ... A. Pendekatan Penelitian ...

B. Metode Penelitian ...

C. Teknik Pengumpulan Data ...

1. Wawancara ...

2. Observasi ...

3. Studi Dokumentasi ...

4. Studi Literatur ...

D. Subjek Penelitian ... 19 21 21 22 25 25 27 29 30 32 32 33 33 34 36 37 38 38 39 40 41 41


(7)

E. Teknik Analisis Data ……….. F. Pengujian Keabsahan Data ...

1. Credibility ...

2. Transferability ...

3. Dependability ...

4. Confirmability ...

G. Tahap-Tahap Penelitian ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...

1. Nama Usaha ………..

2. Sejarah Singkat ……….

3. Nama dan Tempat Kedudukan ……….

4. Permodalan ………...

5. Legalitas ………

6. Fungsi dan Peran ………...

7. Bentuk ………

8. Jenis Koperasi ………...

9. Klasifikasi ……….

10.Susunan Kepengurusan ………. 11.Keanggotaan dan Pembinaan ……… 12. Bidang Usaha ……… B. Deskripsi Hasil Penelitian ...

1. Deskripsi Hasil Wawancara ………... 43 45 45 48 48 49 49 52 52 52 53 53 54 54 54 55 55 55 56 57 59 59


(8)

2. Deskripsi Hasil Observasi ……….. C. Pembahasan Hasil Penelitian ...

1. Proses Pengembangan Karakter Kemandirian Warga Negara pada

Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia ...

a. Proses Pengembangan Karakter Kemandirian Anggota KOPMA

Melalui Tahapan-Tahapan Kaderisasi ……… b. Proses Pengembangan Karakter Kemandirian Anggota KOPMA

pada Program Penyaluran Minat dan Bakat Anggota ……….... 2. Nilai-Nilai Perubahan yang Dirasakan oleh Anggota Koperasi

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Setelah Mengikuti

Proses Pengembangan Karakter Kemandirian sebagai Bekal Menjadi Warga Negara yang Mandiri ……… a. Kemandirian Emosi ...

c. Kemandirian Perilaku ...

d. Kemandirian Nilai ...

3. Perilaku Kemandirian yang Paling Dominan Dikembangkan Melalui Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia……….

a. Tanggung jawab ………...

b. Kreatif dan Inovatif ………

c. Pantang Menyerah ………...

4. Kendala yang dihadapi Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan

Indonesia dalam Mengembangkan Karakter Kemandirian Warga Negara ……….

78

81

81

85

89

91

92

93

95

97

98

101

102


(9)

5. Upaya yang dilakukan Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan

Indonesia untuk mengatasi kendala dalam Mengembangkan Karakter Kemandirian Warga Negara ………... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ………...

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………..

RIWAYAT HIDUP ……... ……….. 111

115

117


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Koperasi merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang mendorong tumbuhnya perekonomian nasional, yang dimiliki oleh orang atau sekelompok orang demi memenuhi kepentingan bersama. Koperasi merupakan organisasi bisnis yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Pada hakikatnya koperasi didirikan untuk membangun kemandirian, menguatkan kesetiakawanan, serta meningkatkan kesejahteraan anggota.

Pendapat tersebut diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian.

“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau

badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”

Dalam tata perekonomian nasional, koperasi diharapkan dapat menempati tempat dan posisi yang penting dalam memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia. Koperasi Indonesia memiliki dasar konstitusional yang kuat, sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi, “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”.

Sebagai badan usaha, koperasi merupakan sebuah perusahaan yang harus mampu berdiri sendiri secara mandiri ketika menjalankan kegiatan usahanya dalam memperoleh laba. Selain bertujuan untuk memperoleh laba, kegiatan koperasi di Indonesia juga berorientasi pada manfaat (benefit oriented).

Pada dasarnya koperasi dikelola dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat secara keseluruhan. Meskipun koperasi tidak mengutamakan keuntungan, usaha-usaha yang dikelola oleh


(11)

koperasi harus memperoleh SHU (Sisa Hasil Usaha) yang layak, sehingga koperasi dapat mempertahankan hidup dan meningkatkan kemampuan usaha serta kesejahteraan anggotanya.

Hal ini sejalan dengan Tujuan Koperasi Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Pasal 3 No. 25 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa:

“Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya

dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945”.

Berdasarkan pasal 3 UU No. 25/1992 tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan koperasi di Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan turut serta dalam membangun tatanan perekonomian Indonesia. Suatu masyarakat dapat dikatakan sejahtera apabila masyarakat tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa menggantungkan kebutuhan hidupnya kepada orang lain, dengan kata lain masyarakat itu sudah mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Alma (2004: 33) ada beberapa sikap yang harus dikembangkan dalam membentuk perilaku kemandirian yaitu: kreatif, inovatif, kepemimpinan, banyak ide atau gagasan dalam segala hal, mencari dan mengisi peluang, disiplin, tanggung jawab, bekerja keras, berani mengambil resiko, percaya diri, disiplin dan dapat memecahkan masalah.

Kemandirian warga negara, hendaknya mulai dipupuk sejak usia dini. Dengan ditanamkannya karakter kemandirian sejak usia dini maka ketika menginjak usia dewasa di dalam diri seorang warga negara tersebut akan tertanam jiwa kreativitas dan memiliki kemampuan untuk menemukan inovasi-inovasi baru yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Di tingkat universitas, pengembangan karakter kemandirian merupakan salah satu tujuan PKn, sebagaimana dalam buku buku encyclopedia of education (Wuryan dan Syaifullah 2009: 75) dikemukakan bahwa

Pendidikan kewarganegaraan dapat ditelaah dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit pendidikan kewarganegaraan membahas tentang hak dan kewajiban.Sedangkan dalam arti luas, pendidikan kewarganegaraan


(12)

3

membahas masalah moral, etika, sosial serta berbagai aspek kehidupan ekonomi.

Pada jenjang perguruan tinggi mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan menjadi mata kuliah dasar umum (MKDU) yang wajib dikontrak oleh seluruh mahasiswa dari semua jurusan, namun bobotnya hanya dua SKS sehingga hal ini dirasa kurang, oleh karena itu untuk mengembangkan karakter kemandirian mahasiswa di perguruan tinggi dapat dilakukan dengan mengikuti salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang bernama Koperasi Mahasiswa (KOPMA).

Perilaku kemandirian di kampus diperlukan agar seorang mahasiswa mengetahui bagaimana mahasiswa dapat bertanggung jawab serta percaya diri dan mampu memecahkan permasalahan yang ada baik pribadi ataupun orang lain. Kampus merupakan salah satu lembaga yang bertanggungjawab untuk mengembangkan perilaku kemandirian yang akan diwujudkan terhadap mahasiswa melalui Koperasi Mahasiswa.

Koperasi Mahasiswa (KOPMA) adalah koperasi bagi kalangan mahasiswa, yang masa pendidikannya di perguruan tinggi juga disiapkan sebagai insane pembangunan masa depan, mestinya juga melalui pengkajian keterkaitan antara koperasi dengan program industrialisasi yang dilaksanakan sebagai bagian pembangunan. (Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, 2007: 203).

Sesuai dengan pendapat di atas maka Koperasi Mahasiswa adalah koperasi yang berada dalam lingkungan kampus yang anggotanya adalah mahasiswa dari berbagai jurusan di universitas tersebut yang dapat melakukan kegiatan ekonomi ada atau tanpa badan hukum. Struktur organisasi koperasi mahasiswa yaitu tersusun atas dewan penasihat dan alat perlengkapan organisasi. Dewan penasihat terdiri atas Rektor dan Direktur Kemahasiswaan. Sedangkan alat perlengkapan organisasi terdiri dari rapat anggota, pengurus koperasi dan badan pemeriksa/ pengawas. Salah satu peran koperasi mahasiswa ini adalah agar para mahasiswa tumbuh jiwa setia kawan, saling menghargai, kesamaan derajat dan gotong royong antar sesamanya dan menumbuhkan serta mengasah demokrasi, kreativitas, kemampuan, pengetahuan dan lain sebagainya.


(13)

Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang memiliki sebuah koperasi mahasiswa yang representatif dalam hal mengembangan karakter kemandirian anggota, hal ini terlihat dari sistem kerja, kepengurusan, pengawasan serta bimbingan dan lain sebagainya. Meskipun demikian, perlu adanya optimalisasi terhadap pembentukan sikap kemandirian.

Mahasiswa merupakan golongan masyarakat yang mendapatkan pendidikan tertinggi, dan mempunyai perspektif luas untuk bergerak di seluruh aspek kehidupan serta merupakan generasi yang bersinggungan langsung dengan kehidupan akademis, sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk menguasai keterampilan-keterampilan sosial, kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya serta memiliki karakter yang baik.

Idealnya jika seorang mahasiswa sudah selesai mengenyam pendidikannya di universitas dan mendapatkan gelar sarjana, mereka sudah bisa bekerja dengan layak sesuai kapasitas yang mereka miliki. Bahkan akan lebih baik lagi jika seorang sarjana tersebut bisa membuka lapangan kerja selain untuk dirinya sendiri, juga dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Sedangkan menurut catatan dari Badan pusat statistik (BPS) kota Bandung, pada tahun 2011 mencatat ada sekitar 492.343 S-1 yang belum mendapat pekerjaan, ditambah lagi sekitar 244.687 tamatan Diploma yang menganggur sehingga jumlah pengangguran intelektual mencapai 737.030. Jumlah pengangguran intelektual ini diperkirakan akan bertambah setiap tahunnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi banyaknya pengangguran intelektual di kota Bandung. Pertama, belum maksimalnya pemerintah dalam mengembangkan jiwa entrepreuner pada mahasiswa yang masih aktif di perguruan tinggi, hal ini juga diduga karena kurangnya sosialisasi mengenai dana pinjaman bagi mahasiswa untuk mengembangkan usaha. Selain itu, para mahasiswa masih belum terlalu yakin dalam mengemban jiwa entrepreunership, sehingga setelah mendapatkan gelar sarjana, para mahasiswa menjadi seorang pencari kerja.

Yang kedua, dari mahasiswa sendiri masih kurang dalam melakukan aktivitas-aktivitas organisasi, padahal manfaat berorganisasi bagi mahasiswa


(14)

5

sangat tinggi dan akan berdampak ketika mendapatkan gelar sarjana. Misalnya saja dengan aktif di organisasi mahasiswa akan lebih mudah ketika ingin mengembangkan sebuah usaha, maka tidak perlu ada penambahan pengangguran saat mendapatkan gelar sarjana.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa salah satu faktor banyaknya pengangguran intelektual adalah mahasiswa yang masih kurang dalam melakukan aktivitas-aktivitas organisasi, padahal manfaat berorganisasi bagi mahasiswa sangat tinggi dan akan berdampak ketika mendapatkan gelar sarjana, sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam kampus itu terdapat KOPMA yang dapat dijadikan sebagai salah satu wadah dalam mengembangkan jiwa entrepreuner mahasiswa.

Pada saat ini seorang mahasiswa dituntut menjadi seorang yang berkarakter mandiri, sehingga memiliki jiwa entreupreneur agar mereka siap dalam menghadapi persaingan global. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Direktur Bank BJB, Dr. Zainal, M.Si dalam Stadium General yang mengambil tema “Creating an Innovative and Creative Entrepreneurship Education Through

the Business Edupreneur Relationship Strategy”, Jumat (12/10/2012).

Kewirausahaan merupakan fenomena penting bagi kemajuan dan kesejahteraan dunia, bahkan telah menjadi pangkal pertumbuhan ekonomi. Suatu negara dapat berkembang secara ideal jika wirausahanya sudah mencapai 2% dari jumlah penduduk.

Jika melihat kebutuhan dunia pada saat ini warga negara Indonesia dituntut untuk menjadi manusia yang memiliki jiwa wirausaha (entrepreuner) yang tinggi agar bisa bersaing dengan warga negara yang ada di seluruh dunia, terutama bagi seorang mahasiswa, karena mahasiswa merupakan agen of change (agen perubahan bangsa). Akan lebih baik jika jiwa entrepreneur seorang mahasiswa telah di pupuk sejak mereka masih duduk di bangku perkuliahan, misalnya dapat di lakukan dengan cara mengikuti unit kegitan mahasiswa yang ada di kampus, salah satunya dengan masuk menjadi anggota KOPMA (Koperasi Mahasiswa). Dengan mengikuti kegiatan yang bermanfaat seperti KOPMA diharapkan akan timbul karakter kemandirian pada diri mahasiswa, sehingga


(15)

dengan memiliki karakter kemandirian maka akan menumbuhkan jiwa entrepreuner pada dirinya.

Dari kajian di lapangan ditemukan bahwa Koperasi Mahasiswa tidak serta merta mencari keuntungan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mutis, (1998: 30) secara ideal koperasi adalah salah satu lembaga yang mengembangkan kekuatan sendiri sebagai modal dasar adalah koperasi.

Hereg Muljanto (Anoraga danWidiawati, 2007: 205) mengemukakan bahwa “lewat gerakan ini, diharapkan jiwa kekoperasian dan kesadaran akan masa depan bangsa akan terlahir lewat kegiatan KOPMA dan akan dapat membantu memecahkan masalah bangsa secara mendasar”.

Sesuai dengan kedua pendapat tersebut, maka KOPMA dibutuhkan untuk membina dan mengembangkan perilaku kemandirian warga negara khususnya bagi mahasiswa. Dengan adanya koperasi mahasiswa di lingkungan kampus, diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara khususnya mahasiswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Peranan Koperasi Mahasiwa dalam Mengembangkan Karakter Kemandirian Warga Negara” (Studi Deskriptif Analitis pada Koperasi Mahasisiswa Universitas Pendidikan Indonesia).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan: “Bagaimanakah Peranan Koperasi Mahasiwa dalam Mengembangkan Karakter Kemandirian Warga Negara”.

Untuk mempermudah langkah penelitian dan tidak menyimpang dari pokok masalah, maka masalah dalam penelitian ini dapat dibatasi ke dalam sub-sub pokok sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengembangan karakter kemandirian warga negara melalui Koperasi Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia?


(16)

7

2. Nilai-nilai perubahan apa yang dirasakan oleh anggota koperasi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia setelah mengikuti kegiatan Kopma sebagai bekal dalam mewujudkan kemandiriannya dalam kehidupan bermasyarakat?

3. Perilaku kemandirian apa saja yang paling dominan dikembangkan melalui kegiatan Koperasi Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia?

4. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia dalam proses mengembangan karakter kemandirian warga negara?

5. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia untuk mengatasi kendala-kendala dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai peranan koperasi mahasiswa dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara di koperasi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui proses pengembangan karakter kemandirian warga negara melalui Koperasi Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia.

b. Untuk mengetahui nilai-nilai perubahan apa yang dirasakan oleh anggota koperasi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia setelah mengikuti kegiatan Kopma sebagai bekal dalam mewujudkan kemandiriannya dalam kehidupan bermasyarakat.


(17)

c. Untuk mengetahui perilaku kemandirian apa saja yang paling dominan dikembangkan melalui kegiatan koperasi mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia.

d. Untuk mengidentifikasi kendala-kendala apa saja yang dihadapi koperasi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia dalam proses mengembangan karakter kemandirian warga negara.

e. Untuk mengidentifikasi upaya-upaya apa saja yang dilakukan koperasi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia untuk mengatasi kendala-kendala dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Manfaat penelitian secara teoritis adalah sebagai berikut:

Diharapkan dapat menambah wawasan tentang peranan koperasi mahasiswa dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara di Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Secara Praktis

Manfaat penelitian secara praktis adalah sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mempelajari peranan koperasi mahasiswa dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara.

b. Bagi Mahasiswa

1. Meningkatkan motivasi untuk dapat mengembangkan karakter kemandirian

2. Himbauan kepada mahasiswa agar mengembangkan potensi yang dimiliki agar menjadi mahasiswa yang mandiri


(18)

9

3. Dapat mengimplementasikan proses pengembangan karakter kemandirian dalam kehidupan sehari-hari

c. Bagi Koperasi Mahasiswa

1. Meningkatkan motivasi untuk membina mahasiswa dalam kegiatan Koperasi Mahasiswa

2. Membentuk mahasiswa yang dapat mengembangkan karakter kemandirian sehingga dapat mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari

3. Meningkatkan ketertarikan mahasiswa agar mampu mengembangkan karakter kemandirian

4. Dapat memberikan inovasi dalam proses pengembangan karakter kemandirian warga negara melalui koperasi mahasiswa.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam penelitian ini di mana pada bab I terdapat: 1. Latar belakang masalah, 2. Rumusan masalah, 3. Tujuan penelitian, 4. Manfaat penelitian, 5. Struktur organisasi.

Selanjutnya pada bab II terdapat beberapa bagian dalam sub bagian, antara lain: 1. Tinjauan Pendidikan Kewarganegaraan, 2. Tinjauan Koperasi, 3. Tinjauan Karakter, 4. Tinjauan Kemandirian, 5. Pendidikan Karakter Mandiri, 6. Tinjauan Warga Negara.

Selanjutnya bab III yang merupakan penjelasan mengenai metodologi yang digunakan oleh peneliti dengan sub bab, diantaranya: 1. Pendekatan Penelitian, 2. Metode Penelitian, 3. Teknik Pengumpulan Data yang terdiri dari sub-sub bagian yaitu: a. wawancara, b. observasi, c. studi dokumentasi, d.studi literatur. 4. Subjek Penelitian, 5. Teknik Analisis Data yang terdiri dari : a. reduksi data, b. penyajian data, c. kesimpulan dan verifikasi. 6. Pengujian Keabsahan


(19)

Kemudian pada bab IV berisi mengenai hasil penelitian yang terdiri dari: 1. Profil, 2. Deskripsi hasil penelitian, 3. Pembahasan hasil penelitian. Struktur organisasi terakhir adalah bab V yang terdiri dari kesimpulan dan saran.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang akan dibahas oleh peneliti, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan untuk memahami subjek secara mendalam, maka dari itu penelitian kualitatif ini meneliti kondisi objektif tertentu, dan peneliti berperan sebagai instrumen penelitian.

Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif yang didefinisikan oleh Bodgan dan Taylor (Moleong 2010: 4) “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sugiyono (2010: 15) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara porposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.

Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Nasution (2003: 9) yang mengemukakan bahwa:

dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrument penelitian. Peneliti adalah “key instrument” atau alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara sehingga dapat mendalami dan memahami makna interaksi antar-manusia secara menyeluruh.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya dalam penelitian kualitatif peneliti itu merupakan alat peneliti utama, hal ini memungkinkan penelitian dapat dilakukan secara mendalam dan memperoleh data secara akurat.


(21)

Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan dalam penelitian ini. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif karena pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini mengenai peranan koperasi mahasiswa dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya kontekstual dan aktual. Artinya peneliti membutuhkan sejumlah data lapangan yang berisi masalah-masalah yang nyata terjadi di lapangan dan mencari solusi dalam memecahkan masalah tersebut.

Kedua, pendekatan kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan informan. Ketiga, dalam pendekatan kualitatif yang menjadi instrument utama adalah peneliti itu sendiri, maka pendekatan kualitatif tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Dengan kata lain, pendekatan kualitatif memiliki sifat fleksibilitas yang tinggi, sehingga memudahkan peneliti untuk menyesuaikan situasi yang berubah-ubah dalam penelitian ini.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berharap dapat melakukan penelitian secara maksimal dan mendalam sehingga peneliti dapat memperoleh data yang valid dan akurat terhadap peranan koperasi mahasiswa.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang/kontemporer dan memusatkan pada masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmadinata (2006: 72) yang menyatakan bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.


(22)

38

Sesuai dengan pendapat di atas dengan menggunakan metode ini peneliti diharapkan dapat memperoleh informasi yang mendalam tentang peranan koperasi mahasiswa dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara di Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

C. Teknik Pengumpulan Data

Supaya data yang diperoleh akurat dan valid, maka peneliti bertindak sebagai instrumen utama (key instrument) atau terjun langsung ke lapangan dan menyatu dengan sumber data dalam situasi yang alamiah (natural setting). Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara menurut Estenberg (Sugiyono 2009: 317) adalah “pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Sedangkan menurut Nasution (2003: 73), tujuan wawancara untuk “mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi”. Jadi dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Wawancara digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur sehingga pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan-pertanyaan garis besar yang memungkinkan informan mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban serta memungkinkan wawancara dilakukan secara mendalam.

Dalam implementasinya di lapangan peneliti melakukan wawancara kepada anggota dan pengurus Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Pemilihan informan berdasarkan tujuan dan pertimbangan bahwa mereka adalah sumber yang tepat karena informan tersebut mengetahui dan terlibat langsung dalam peranan koperasi mahasiswa.


(23)

Dalam penelitian ini, yang menjadi informan pada proses wawancara adalah sebagai berikut:

1. Dr. Ika Putra Waspada., M.M, selaku pembimbing KOPMA BS UPI. Hal ini didasarkan bahwa pembimbing KOPMA BS UPI merupakan orang yang bertanggung jawab atas berbagai kegiatan yang dilakukan oleh KOPMA BS UPI, pembimbing KOPMA BS UPI merupakan narasumber yang sangat penting dalam memberikan gambaran mengenai peranan koperasi mahasiswa dalam mengembangkan karakter kemandirian anggota KOPMA.

2. Angga Bhakti Kusuma, selaku ketua Umum KOPMA BS UPI sebagai pengembang dan pelaksana dari berbagai kegiatan yang ada di KOPMA BS UPI. Ketua Umum KOPMA merupakan narasumber yang sangat penting dalam memberikan gambaran mengenai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Pperanan koperasi mahasiswa dalam mengembangkan karakter kemandirian anggota KOPMA.

3. Yanyan Suryana selaku Ketua Bidang PSDA dan Eko Aprianto selaku Ketua Bidang Usaha KOPMA BS UPI sebagai pengembang dan pelaksana program yang dilakukan oleh KOPMA BS UPI dalam mengembangkan karakter kemandirian anggota KOPMA.

4. Anggota KOPMA BS UPI merupakan objek yang merasakan dan mengalami pendidikan karkater yang diselenggarakan di KOPMA BS UPI. Anggota KOPMA merupakan narasumber terpenting untuk mengetahui perkembangan karakter kemandirian warga negara setelah mengikuti KOPMA BS UPI.

2. Observasi

Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Arikunto (1998: 129) berpendapat bahwa “observasi dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan instrumen pengamatan maupun tanpa instrumen pengamatan”.

Obsevasi merupakan suatu aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung terhadap objek penelitian di lapangan. Sutrisno Hadi dalam


(24)

40

(Sugiyono, 2010: 203) mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Diantara yang terpending adalah proses-proses ingatan dan pengamatan”.

Data observasi diharapkan lebih faktual mengenai situasi dan kondisi kegiatan penelitian di lapangan. Oleh karena itu, keberadaan peneliti secara langsung di lapangan dapat memberikan kesempatan yang luas untuk mengumpulkan data yang dijadikan dasar untuk mendapatkan data yang lebih terinci dan akurat.

Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu peranan koperasi mahasiswa dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara serta seluruh hal yang berkaitan dengan peranan koperasi mahasiswa.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti, diantaranya ketika Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia melaksanakan kegiatan Talkhshow yang bertema “warna-warni talenta dalam membangun jiwa wirausaha”. Selain itu peneliti juga melakukan observasi ketika anggota Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia melakukan persiapan hingga berlangsungnya acara rapat anggota tahunan XXVII. Observasi juga berfokus pada kegiatan usaha di Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terdiri dari kantin, jas fotocopy, jasa print, dan jasa lainnya.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data tidak langsung ditunjukan kepada subjek penelitian. Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif sebagaimana

yang diungkapkan oleh Sugiono (2010: 240) bahwa: “Studi dokumentasi

merupakan catatan peristiwa yang berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar atau karya-karya monumental dari seseorang”.

Data yang diperoleh dari studi dokumentasi yang diambil oleh peneliti yaitu berupa gambar-gambar kegiatan kaderisasi Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, bentuk usaha yang dilakukan oleh Koperasi Mahasiswa


(25)

Universitas Pendidikan Indonesia dalam mengembangkan karakter kemandirian dan data-data dari pengurus koperasi mahasiswa seperti profil Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

4. Studi Literatur

Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Hal ini dimaksukan untuk memperoleh data teoritis yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan berbagai literatur baik berupa buku maupun artikel-artikel dari media masa atau internet. Hal ini dimaksudkan untuk memperolah data teoritis yang sekiranya dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian dan dapat menunjang hasil dari penelitian tersebut.

Tujuan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti ini yaitu untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan peranan koperasi mahasiswa.

D. Subjek Penelitian

Sebuah penelitian memerlukan data dan informasi dari berbagai sumber yang dapat memberikan data dan informasi yang akurat sesuai dengan tujuan dari penelitian. Oleh karena itu harus ditentukan subjek penelitian yang dapat dijadikan sumber data dan informasi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012a: 50) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.


(26)

42

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan subjek penelitian sesuai dengan tujuan dari penelitian ini dilakukan. Berdasarkan pada hal tersebut, maka yang dijadikan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:

5. Pembimbing KOPMA BS UPI. Hal ini didasarkan bahwa pembimbing KOPMA BS UPI merupakan orang yang bertanggung jawab atas berbagai kegiatan yang dilakukan oleh KOPMA BS UPI, pembimbing KOPMA BS UPI merupakan narasumber yang sangat penting dalam memberikan gambaran mengenai peranan koperasi mahasiswa dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara.

6. Ketua Umum KOPMA BS UPI sebagai sebagai pengembang dan pelaksana dari berbagai kegiatan yang ada di KOPMA BS UPI. Ketua Umum KOPMA merupakan narasumber yang sangat penting dalam memberikan gambaran mengenai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Pperanan koperasi mahasiswa dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara. 7. Ketua Bidang PSDA dan Ketua Bidang Usaha KOPMA BS UPI sebagai

pengembang dan pelaksana program yang dilakukan oleh KOPMA BS UPI dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara.

8. Anggota KOPMA BS UPI merupakan objek yang merasakan dan mengalami pendidikan karkater yang diselenggarakan di KOPMA BS UPI. Anggota KOPMA merupakan narasumber terpenting untuk mengetahui perkembangan karakter kemandirian warga negara setelah mengikuti KOPMA BS UPI.

Jadi dalam pengumpulan data dari responden didasarkan pada ketentuan data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai keterangan diperoleh hasil yang sama, maka sudah dianggap cukup untuk proses pengambilan data yang diperlukan sehingga tidak perlu lagi meminta keterangan dari responden berikut. Penentuan sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai pada titik jenuh.


(27)

E. Teknik Analisis Data

Menurut Satori dan Aan (2012: 200) berpendapat bahwa:

Analisis adalah suatu usaha untuk menguraikan suatu masalah atau fokus kajian menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan/tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya.

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2007: 248):

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsintetisnya, mencari dan menemukan pola, menemukan ap ayang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Kegiatan analisis ini dilakukan oleh peneliti setelah data yang diperlukan terkumpul. Dengan demikian, pada tahap ini peneliti berusaha mengorganisasikan data yang terlah dihimpun dalam bentuk catatan lapangan dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama penelitian berlangsung dan setelah selesai di lapangan. Namun Sugiyono (2012 : 336) berpendapat bahwa "analisis lebih difokuskan selama proses dilapangan, bersamaan dengan pengumpulan data”.

Analisis data kualitatif selama di lapangan berdasarkan model Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012a: 91) “terdiri atas tiga aktivitas, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification”. Ketiga rangkaian aktivitas teknik analisis data tersebut peneliti terapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Data reduction (reduksi data)

Menurut Sugiyono (2012b: 338) mengemukakan bahwa:

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.


(28)

44

Data yang peneliti dapatkan dari lapangan jumlahnya cukup banyak, oleh karena itu perlu dicatat secara teliti dan merinci. Karena seiring dengan waktu yang peneliti habiskan untuk menghimpun data, data yang terhimpun akan lebih banyak. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan merinci, serta akan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data display (Penyajian data)

Menurut Sugiyono (2012b: 341) “dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya”. Penyajian data kualitatif paling sering menggunakan teks yang bersifat naratif.

Lebih lanjut Sugiyono (2012b: 341) menjelaskan bahwa “dalam mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut”. Berkaitan dengan metode penelitian yang peneliti pilih yaitu deskriptif analitis, maka display data yang dilakukan oleh peneliti lebih banyak dituangkan dalam bentuk uraian singkat.

3. Conclusion drawing/ verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012b: 345) adalah:

Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Penarikan kesimpulan ini dimaksudkan untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan. Agar mendapatkan suatu kesimpulan yang sahih (valid), kesimpulan tersebut senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung, untuk menjamin validitas penelitian dan dapat dirumuskan dalam kesimpulan akhir yang akurat.


(29)

F. Pengujian Keabsahan Data

Hasil penelitian harus memiliki derajat kepercayaan yang dilakukan dengan pengujian keabsahan data. Keabsahan yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh dari narasumber yaitu dari mahasiswa yang menjadi anggota KOPMA BS UPI, Ketua Bidang PSDA dan Bidang Usaha KOPM BS UPI, Ketua Umum KOPMA BS UPI dan Pembimbing KOPMA BS UPI.

Satori dan Aan (2012: 164) menjelaskan bahwa “penelitian kualitatif dinyatakan absah apabila memiliki derajat keterpercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability)”. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012b: 366) “uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan confirmability (objektivitas)”.

1. Credibility (Validitas internal)

Sugiyono (2012b: 368) mengemukakan “uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check”. Serangkaian aktivitas uji kredibilitas data tersebut peneliti terapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Memperpanjang pengamatan

Perpanjangan pengamatan peneliti lakukan guna memperoleh data yang akurat dari sumber data dengan cara meningkatkan intensitas pertemuan dan interaksi dengan sumber data. Sugiyono (2012b: 369) menegaskan bahwa “dengan perpanjangan pangamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi”. b. Meningkatkan ketekunan dalam penelitian


(30)

46

Kondisi fisik dan mental peneliti tidak selalu dalam kondisi prima, oleh karena itu terkadang peneliti didera rasa malas sehingga kurang dapat berkonsentrasi pada saat melakukan penelitian. Oleh karena itu peneliti harus meningkatkan ketekunan dalam penelitian, ini dapat ditempuh dengan cara membulatkan tekad dan niat dari peneliti tersendiri serta didorong oleh motivasi yang diberikan oleh orang-orang terdekat. Sugiyono (2012b: 371) mengungkapkan “meningkatkan ketekunan dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati”.

c. Triangulasi data

Menurut Wiliam Wiersma dalam Sugiyono (2012b: 372) “triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan terhadap informasi yang diberikan anggota, Ketua Bidang PSDA dan Bidang Usaha KOPMA, Ketua Umum KOPMA dan Pembimbing KOPMA.

1) Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Bagan 3.1 Triangulasi dengan tiga sumber data (Sumber: Sugiyono, 2012b: 372)

2) Triangulasi teknik PembimbingKOPMA

Anggota

Ketua Bidang PSDA dan Bidang Usaha


(31)

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Bagan 3.2 Triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data (Sumber: Sugiyono, 2012b: 372)

3) Triangluasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

Bagan 3.3 Triangulasi dengan tiga waktu pengumpulan data (Sumber: Sugiyono, 2012b: 373)

d. Analisis kasus negatif

Menurut Sugiyono (2012b: 374) berpendapat bahwa:

Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang

Wawancara

Dokumentasi

Observasi

Siang

Pagi


(32)

48

ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah temuannya.

e. Menggunakan referensi yang cukup

Sugiyono (2012b: 375) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan bahan referensi yang cukup disini adalah:

Adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto.

f. Member check

Menurut Sugiyono (2012b: 376) mengemukakan bahwa:

Member check adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan ole pemberi data

2. Transferability (Validitas eksternal)

Menurut Sugiyono (2012b: 376) berpendapat bahwa:

Transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain

Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahmai hasil penelitian kualitatif yang peneliti lakukan sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian ini, maka peneliti membuat laporan dalam bentuk uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian peneliti menyimpan harapan bahwa pembaca akan dapat memahami hasil penelitian ini dengan mudah dan mendapatkan penjelasan yang seutuhnya.


(33)

Sugiyono, (2012b: 377) mengemukakan bahwa:

Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dpaat mengulangi/ mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Penelitian seperti ini perlu diuji dependabilitynya

Sehubungan dengan uji dependability, peneliti melakukannya dengan cara bekerja sama dengan pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian mulai dari menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukan oleh peneliti.

4. Confirmability (Objektivitas)

Menurut Sugiyono (2012b: 377) mengatakan bahwa:

Pengujian confirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.

Berkaitan dengan uji confirmability peneliti menguji hasil penelitian dengan mengaitkannya dengan proses penelitian dan melakukan evaluasi terhadap hasil penelitian, apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan atau bukan.

G. Tahap-tahap Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian harus melalui bebrapa tahapan-tahapan penelitian terlebih dahulu, berikut adalah tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan oleh peneliti:


(34)

50

Dalam tahap pra penelitian, peneliti melakukan persiapan penelitian yang diperlukan sebelum terjun ke dalam kegiatan penelitian. Penyusunan rancangan penelitian, pertimbangan masalah yang menjadi fokus penelitian, dan mengurus perijinan merupakan kegiatan tahap pra penelitian ini.

Kemudian peneliti memilih masalah serta menentukan judul dan lokasi penelitian yang merupakan kegiatan pertama dalam tahap pra penelitian. Setelah masalah dan judul penelitian dinilai telah mencukup dan disetujui oleh pembimbing maka peneliti melakukan studi lapangan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai subjek yang akan dijadikan objek penelitian. Setelah diperoleh gambaran awal mengenai kondisi subjek penelitian secara umum, langkah selanjutnya adalah menyusun proposal penelitian dan instrument penelitian yang terdiri dari perangkat pedoman wawancara, format observasi dan format studi dokumentasi yang disesuaikan dengan fokus penelitian.

Pedoman wawancara terdiri dari lima jenis, yaitu pedoman wawancara untuk anggota, Ketua Bidang PSDA, Ketua Bidang Usaha, Ketua Umum UKM KOPMA BS UPI, dan Pembimbing KOPMA BS UPI. Langakah selanjutnya, proposal penelitian, pedoman wawancara dan observasi serta studi dokumentasi tersebut dikonsultasikan dengan pembimbing, setelah disetujui kamudian dijadikan sebagai pedoman peneliti dalam mengadakan penelitian dilapangan.

Sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan, terlebih dahulu peneliti menempuh proses perijinan sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.

b. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada Pembantu Dekan 1 atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasi yang kemudian disampaikan kepada Rektor UPI.

c. Pembantu Rektor 1 atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan ijin penelitian untuk disampaikan kepada Ketua Umum UKM KOPMA BS Universitas Pendidikan Indonesia.


(35)

d. Selanjutnya peneliti menyerahkan surat ijin penelitian dari UPI kepada pihak KOPMA BS UPI untuk melakukan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah tahap persiapan penelitian selesai ditempuh, dan persiapan yang menunjang berjalannya penelitian telah lengkap, maka peneliti langsung terjun ke lapangan untuk melaksanakan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti sebagai instrument utama dibantu oleh pedoman observasi dan wawancara antara peneliti dan narasumber atau informan.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang diperlukan agar dapat menjawab permasalahan yang belum peneliti ketahui sebelumnya. Setiap selesai melakukan penelitian di lapangan, peneliti menuliskan kembali data-data yang telah dihimpun kedalam catatan lapangan, dengan tujuan agar dapat mengungkapkan data secara utuh.

3. Tahap Analisis Data

Tahap terakhir adalah analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul. Pada tahap analisis ini peneliti berusaha mengorganisasikan data yang diperoleh dalam bentuk catatan dan dokumentasi.

Demikian serangkaian tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam mengolah dan menganalisis data serta informasi yang diperoleh dalam penelitian mengenai peranan koperasi mahasiswa dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara di Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam memenuhi tuntutan persaingan di era global saat ini, mahasiswa harus memiliki karakter kemandirian yang diaplikasikan melalui kegiatan-kegiatan kemahasiswaan dan KOPMA merupakan salah satu wadah bagi mahasiswa dalam mengembangkan karakter kemandirian tersebut. Pengembangan karakter kemandirian melalui KOPMA tercermin melalui seminar, workshop dan pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh KOPMA yang memberikan konsep tentang kemandirian. Selain itu melalui proses kaderisasi, program penyaluran minat dan bakat, serta berbagai kegiatan yang dilakukan oleh KOPMA seperti LCPK dan pelatihan kewirausahaan yang dilaksanakan oleh anggota KOPMA, sehingga ada kesinambungan antara konsep yang dipelajari dan pelaksanaan secara langsung dalam berbagai macam kegiatan KOPMA.

2. Kesimpulan Khusus

Disamping kesimpulan umum di atas, diuraikan kesimpulan khusus, yakni: a. Proses pengembangan karakter kemandirian mahasiswa di KOPMA

Universitas Pendidikan Indonesia dilakukan melalui rangkaian kegiatan kaderisasi serta penyaluran minat dan bakat yang dimiliki oleh anggota KOPMA. Dalam proses kaderisasi, pengembangan karakter kemandirian dilakukan melalui beberapa tahapan, diantaranya MABIM, DIKSARKOP, DMK, dan DIKSUS. Melalui serangkaian tahapan kaderisasi yang dilakukan oleh KOPMA tersebut, maka anggota akan terbiasa menghadapi berbagai tantangan, sehingga karakter kemandirian anggota akan berkembang. Dalam pengembangan karakter kemandirian anggota KOPMA melalui penyaluran minat dan bakat, dilakukan melalui Gugus Cooperative (GC) yang terdiri dari empat jenis GC yang menampung berbagai minat dan bakat anggota, yakni


(37)

LP2K, BSO, BSDC, dan IBM. Kegiatan-kegiatan itu diwujudkan dalam pemberian bekal nyata bagi anggota KOPMA, dengan menyalurkan minat dan bakat yang dimilikinya, maka akan mendorong anggota menjadi insan yang mandiri, tidak pasrah dan beku, tetapi dinamis, energik, dan selalu optimis menuju ke masa depan.

b. Dalam mengikuti beberapa rangkaian pengembangan karakter, anggota KOPMA telah mengalami perubahan dari segi emosi, perilaku dan pandangannya terhadap nilai-nilai yang ada di lingkungan sekitar. Setelah melalui berbagai proses pengembangan karakter kemandirian, anggota KOPMA merasakan adanya perubahan dalam hal kemandirian emosi (emotional autonomy), yaitu tidak serta merta lari kepada orang tua ketika mereka menghadapi sebuah masalah, kekecewaan, khawatir atau membutuhkan bantuan, dan sering memiliki energi emosional yang besar untuk menyelesaikan permasalahan. Selain kemandirian emosi, anggota KOPMA juga merasakan adanya perubahan pada kemandirian perilaku (behaviour autonomy). Perubahan dirasakan anggota KOPMA paling banyak dibentuk dari proses kegiatan kaderisasi serta pengembangan minat dan bakat. Dari proses kegiatan kaderisasi anggota KOPMA menjadi lebih mampu mengatur dan mengefektifkan waktu sedangkan melalui program pengembangan minat dan bakat, anggota KOPMA jadi lebih mampu mengorganisir kegiatan dan belajar mengambil keputusan serta mencari alternatif pemecahan masalah. Selain itu, berbagai kegiatan yang diadakan oleh KOPMA seperti seminar dan workshop dengan tema wirausaha dapat membentuk karakteristik-karakteristik kemandirian nilai dan sebagian besar telah berhasil membentuk kemandirian anggota dalam menentukan orientasi dan prinsip hidupnya.

c. Perilaku kemandirian yang paling dominan dikembangkan melalui kegiatan Koperasi Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia diantaranya tanggung jawab, kreatif dan inovatif, serta sikap pantang menyerah. Dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh KOPMA, dan anggota turun langsung sebagai panitia dalam kegiatan tersebut, maka membuat anggota


(38)

117

KOPMA menjadi pribadi yang lebih bertanggungjawab. Dengan diadakannya LCPK dan Bisnis Geme membuat anggota KOPMA menjadi lebih kreatif dan inovatif, karena LCPK dan Bisnis Game merupakan ajang perang kreativitas yang diadakan oleh KOPMA dengan tujuan meningkatkan kemampuan anggota dalam berkreativitas dan berinovasi. Melalui tahapan kaderisasi yang cukup panjang yang dilakukan oleh KOPMA terhadap anggota, membuat anggota KOPMA menjadi seorang manusia yang memiliki sikap pantang menyerah dalam mendapatkan sesuatu.

d. Kendala-kendala yang dihadapi Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia dalam proses mengembangkan karakter kemandirian anggota sebagai warga negara yakni (1) kurangnya minat mahasiswa untuk mengikuti kegiatan KOPMA (2) sulitnya mengatur waktu yang tepat untuk mengadakan kegiatan KOPMA (3) sulitnya mengadakan koordinasi dengan pembimbing KOPMA, karena kesibukan yang dimilikinya.

e. Upaya yang dilakukan Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam proses mengembangkan karakter kemandirian anggota sebagai warga negara yakni (1) menciptkan ide-ide yang lebih kreatif agar mahasiswa lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan KOPMA (2) pengelolaan waktu yang lebih baik oleh pengurus KOPMA ketika akan melaksanakan kegiatan (3) koordinasi dengan pembimbing KOPMA dilakukan melalui telepon, sms, email atau media sosial lainnya, sehingga tidak terganjal oleh kesibukan pembimbing.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang di ambil, maka peneliti mengajukan saran yang kiranya dapat menjadi masukan, adapun saran yang diajukan sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Universitas

Perlu ditingkatkan kuantitas kerja sama dan memberikan kebebasan pada KOPMA dalam melaksanakan kegiatan yang akan mengembangkan karakter kemandirian mahasiswa, meskipun diberi kebebasan dalam melaksanakan semua kegiatannya, pihak universitas tetap harus melakukan pemantauan,


(39)

sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakasanakan akan berjalan dengan lancar dan proses pengembangan karakter kemandirian pun akan lebih terarah. 2. Bagi Pembimbing KOPMA

Bagi pembimbing KOPMA agar lebih memberikan waktu luangnya, agar pengurus KOPMA mendapat masukan-masukan dalam proses mengembangkan karakter kemandirian serta mendapat masukan bagaimana menghadapi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh KOPMA dalam mengembangkan karakter kemandirian anggota.

3. Bagi Pengurus dan Anggota KOPMA

Diharapkan bagi pengurus KOPMA untuk lebih kreatif dalam mempromosikan KOPMA, agar lebih banyak lagi mahasiswa yang masuk menjadi anggota KOPMA. Selain itu diharapkan juga agar pengurus menciptakan dan mengemas kegiatan-kegiatan KOPMA yang lebih menarik dan menyenangkan agar anggota lebih antusias dalam mengikuti semua kegiatan KOPMA yang berkaitan dengan pengembangan karakter kemandirian.

Diharapkan bagi anggota KOPMA agar dapat memahami arti dari kemandirian secara lebih jelas, sehingga dapat menjadi contoh bagi mahasiswa lain yang tidak mengikuti KOPMA. Selain itu anggota KOPMA harus lebih bisa mengatur waktu antara kuliah dan KOPMA, agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kreatif dan inovatif serta memiliki mental yang pantang menyerah.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan wawasana keilmuan dengan melakukan penelitian berkenaan dengan peranan koperasi mahasiswa dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara dengan lebih mendalam.


(40)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Adipuro Kusmini. (2004). Kewirausahaan. Bandung: Ghalia Indonesia.

Alma, Buchori. (2004). Kewirausahaan. Bandung: PT Alfabeta.

Alma, Buchori, (2009). Kemandirian Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: PT. Alfabeta.

Anoraga, Panji dan Widiyanti Ninik. (2007). Dinamika Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Hambali, dan Q-nees. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Jamal, Ma’mur. (2011). Buku Panduan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk

Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: BPMIGAS.

Lickona, T. (1991). Educating for Character, How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Jakarta: BPMIGAS.

Moleong, LJ. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, LJ. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mutis, Thoby. (1992). Perkembangan Koperasi di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Nasution (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nurmalina, K dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboraturium PKn.


(41)

Pusat Kurikulum. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (berdasarkan pengalaman di satuan pendidikan rintisan). Jakarta: Pusat Kurikulum.

Sadbudhy R., Nuryata. (2011). Kewirausahaan di SMK. Jakarta: Sekarmita. Samani, M dan Hariyanto. (2012). Pendidikan Karakter: Konsep dan Model.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Satori, Djam’an dan Aan. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Subandi. (2012). Ejonomi dan Koperasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008) Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012a). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012b). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantittif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, NS. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda.

Sulhan, Najib. (2010). Pembangunan Karakter Pada Anak: Menejemen Pembelajaran Guru. Surabaya: Surabaya Internasional Club.

Sumahamidjaya, S. (2003). Pendikan Karakter Mandiri dan Kewirausahaan. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Wibowo, Agus. (2012). Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berkepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winataputra dan Budimansyah. (2012). PKn dalam Perspektif Internasional (Konteks, Teori, dan Profil Pembelajaran). Bandung: Widya Aksara Pers.

Winataputra & Budimansyah. (2007). Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan UPI.


(42)

Wuryan, S dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboraturium PKn.

B. Undang-undang, Skripsi, Internet, dan Sumber lainnya. Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Yunita. (2011). Implementasi Pendidikan Nilai Budaya dan Karakter dalam

Membentuk Kemandirian Sisiwa di Sekolah Menengah Atas Terpadu Krida Nusantara Bandung (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Mu’tadin. 2002. Psikologi Kemandirian. [Online]. Tersedia: http://www.e-psikologi.com/[22 Februari 2013].

Steinberg, Laurence. (1993). Adolescene Sanfrancisco : McGraw-Hill Inc.

Waterworth, Peter. (2010). Developing Social Skills and Character in Social Studies. Makalah pada Seminar Internasional FPIPS UPI, Bandung.


(1)

116

LP2K, BSO, BSDC, dan IBM. Kegiatan-kegiatan itu diwujudkan dalam pemberian bekal nyata bagi anggota KOPMA, dengan menyalurkan minat dan bakat yang dimilikinya, maka akan mendorong anggota menjadi insan yang mandiri, tidak pasrah dan beku, tetapi dinamis, energik, dan selalu optimis menuju ke masa depan.

b. Dalam mengikuti beberapa rangkaian pengembangan karakter, anggota KOPMA telah mengalami perubahan dari segi emosi, perilaku dan pandangannya terhadap nilai-nilai yang ada di lingkungan sekitar. Setelah melalui berbagai proses pengembangan karakter kemandirian, anggota KOPMA merasakan adanya perubahan dalam hal kemandirian emosi

(emotional autonomy), yaitu tidak serta merta lari kepada orang tua ketika

mereka menghadapi sebuah masalah, kekecewaan, khawatir atau membutuhkan bantuan, dan sering memiliki energi emosional yang besar untuk menyelesaikan permasalahan. Selain kemandirian emosi, anggota KOPMA juga merasakan adanya perubahan pada kemandirian perilaku

(behaviour autonomy). Perubahan dirasakan anggota KOPMA paling banyak

dibentuk dari proses kegiatan kaderisasi serta pengembangan minat dan bakat. Dari proses kegiatan kaderisasi anggota KOPMA menjadi lebih mampu mengatur dan mengefektifkan waktu sedangkan melalui program pengembangan minat dan bakat, anggota KOPMA jadi lebih mampu mengorganisir kegiatan dan belajar mengambil keputusan serta mencari alternatif pemecahan masalah. Selain itu, berbagai kegiatan yang diadakan oleh KOPMA seperti seminar dan workshop dengan tema wirausaha dapat membentuk karakteristik-karakteristik kemandirian nilai dan sebagian besar telah berhasil membentuk kemandirian anggota dalam menentukan orientasi dan prinsip hidupnya.

c. Perilaku kemandirian yang paling dominan dikembangkan melalui kegiatan Koperasi Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia diantaranya tanggung jawab, kreatif dan inovatif, serta sikap pantang menyerah. Dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh KOPMA, dan anggota turun langsung sebagai panitia dalam kegiatan tersebut, maka membuat anggota


(2)

117

KOPMA menjadi pribadi yang lebih bertanggungjawab. Dengan diadakannya LCPK dan Bisnis Geme membuat anggota KOPMA menjadi lebih kreatif dan inovatif, karena LCPK dan Bisnis Game merupakan ajang perang kreativitas yang diadakan oleh KOPMA dengan tujuan meningkatkan kemampuan anggota dalam berkreativitas dan berinovasi. Melalui tahapan kaderisasi yang cukup panjang yang dilakukan oleh KOPMA terhadap anggota, membuat anggota KOPMA menjadi seorang manusia yang memiliki sikap pantang menyerah dalam mendapatkan sesuatu.

d. Kendala-kendala yang dihadapi Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia dalam proses mengembangkan karakter kemandirian anggota sebagai warga negara yakni (1) kurangnya minat mahasiswa untuk mengikuti kegiatan KOPMA (2) sulitnya mengatur waktu yang tepat untuk mengadakan kegiatan KOPMA (3) sulitnya mengadakan koordinasi dengan pembimbing KOPMA, karena kesibukan yang dimilikinya.

e. Upaya yang dilakukan Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam proses mengembangkan karakter kemandirian anggota sebagai warga negara yakni (1) menciptkan ide-ide yang lebih kreatif agar mahasiswa lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan KOPMA (2) pengelolaan waktu yang lebih baik oleh pengurus KOPMA ketika akan melaksanakan kegiatan (3) koordinasi dengan pembimbing KOPMA dilakukan melalui telepon, sms, email atau media sosial lainnya, sehingga tidak terganjal oleh kesibukan pembimbing.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang di ambil, maka peneliti mengajukan saran yang kiranya dapat menjadi masukan, adapun saran yang diajukan sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Universitas

Perlu ditingkatkan kuantitas kerja sama dan memberikan kebebasan pada KOPMA dalam melaksanakan kegiatan yang akan mengembangkan karakter kemandirian mahasiswa, meskipun diberi kebebasan dalam melaksanakan


(3)

118

sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakasanakan akan berjalan dengan lancar dan proses pengembangan karakter kemandirian pun akan lebih terarah. 2. Bagi Pembimbing KOPMA

Bagi pembimbing KOPMA agar lebih memberikan waktu luangnya, agar pengurus KOPMA mendapat masukan-masukan dalam proses mengembangkan karakter kemandirian serta mendapat masukan bagaimana menghadapi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh KOPMA dalam mengembangkan karakter kemandirian anggota.

3. Bagi Pengurus dan Anggota KOPMA

Diharapkan bagi pengurus KOPMA untuk lebih kreatif dalam mempromosikan KOPMA, agar lebih banyak lagi mahasiswa yang masuk menjadi anggota KOPMA. Selain itu diharapkan juga agar pengurus menciptakan dan mengemas kegiatan-kegiatan KOPMA yang lebih menarik dan menyenangkan agar anggota lebih antusias dalam mengikuti semua kegiatan KOPMA yang berkaitan dengan pengembangan karakter kemandirian.

Diharapkan bagi anggota KOPMA agar dapat memahami arti dari kemandirian secara lebih jelas, sehingga dapat menjadi contoh bagi mahasiswa lain yang tidak mengikuti KOPMA. Selain itu anggota KOPMA harus lebih bisa mengatur waktu antara kuliah dan KOPMA, agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kreatif dan inovatif serta memiliki mental yang pantang menyerah.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan wawasana keilmuan dengan melakukan penelitian berkenaan dengan peranan koperasi mahasiswa dalam mengembangkan karakter kemandirian warga negara dengan lebih mendalam.


(4)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Adipuro Kusmini. (2004). Kewirausahaan. Bandung: Ghalia Indonesia. Alma, Buchori. (2004). Kewirausahaan. Bandung: PT Alfabeta.

Alma, Buchori, (2009). Kemandirian Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: PT. Alfabeta.

Anoraga, Panji dan Widiyanti Ninik. (2007). Dinamika Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk

Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Hambali, dan Q-nees. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Jamal, Ma’mur. (2011). Buku Panduan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk

Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: BPMIGAS.

Lickona, T. (1991). Educating for Character, How Our School Can Teach

Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk

Membangun Bangsa. Jakarta: BPMIGAS.

Moleong, LJ. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, LJ. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mutis, Thoby. (1992). Perkembangan Koperasi di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Nasution (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nurmalina, K dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboraturium PKn.


(5)

Pusat Kurikulum. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter

(berdasarkan pengalaman di satuan pendidikan rintisan). Jakarta: Pusat

Kurikulum.

Sadbudhy R., Nuryata. (2011). Kewirausahaan di SMK. Jakarta: Sekarmita. Samani, M dan Hariyanto. (2012). Pendidikan Karakter: Konsep dan Model.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Satori, Djam’an dan Aan. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta.

Subandi. (2012). Ejonomi dan Koperasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008) Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012a). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012b). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantittif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, NS. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda.

Sulhan, Najib. (2010). Pembangunan Karakter Pada Anak: Menejemen

Pembelajaran Guru. Surabaya: Surabaya Internasional Club.

Sumahamidjaya, S. (2003). Pendikan Karakter Mandiri dan Kewirausahaan. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Wibowo, Agus. (2012). Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter

Bangsa Berkepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winataputra dan Budimansyah. (2012). PKn dalam Perspektif Internasional

(Konteks, Teori, dan Profil Pembelajaran). Bandung: Widya Aksara

Pers.

Winataputra & Budimansyah. (2007). Civic Education: Konteks, Landasan,

Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan


(6)

Wuryan, S dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboraturium PKn.

B. Undang-undang, Skripsi, Internet, dan Sumber lainnya.

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Yunita. (2011). Implementasi Pendidikan Nilai Budaya dan Karakter dalam

Membentuk Kemandirian Sisiwa di Sekolah Menengah Atas Terpadu Krida Nusantara Bandung (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Mu’tadin. 2002. Psikologi Kemandirian. [Online]. Tersedia:

http://www.e-psikologi.com/[22 Februari 2013].

Steinberg, Laurence. (1993). Adolescene Sanfrancisco : McGraw-Hill Inc.

Waterworth, Peter. (2010). Developing Social Skills and Character in Social