Studi Deskriptif Mengenai Wellness pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas "X" Bandung.

(1)

i Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai wellness pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung melalui dimensi intellectual, emotional-mental, physical, social dan spiritual. Penelitian ini berupa deskriptif dan dilakukan dengan metode survei. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung sebanyak 120 mahasiswa dari jumlah populasi 668 mahasiswa dengan menggunakan teknik accidental sampling.

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur wellness menggunakan alat ukur wellness yang disusun oleh peneliti berdasarkan alat ukur yang dirancang oleh Pertiwi pada tahun 2016. Alat ukur ini menjaring lima dimensi wellness yaitu intellectual, emotional-mental, physical, social, dan spiritual beserta faktor-faktor yang memengaruhi wellness. Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan uji korelasi Spearman dan reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, diperoleh 40 item yang valid dengan nilai antara 0,406 – 0,768 dan reliabilitas dengan nilai antara 0,660 – 0,837.

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa lebih besar jumlah persentase mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung dengan derajat dimensi wellness yang lebih tinggi dibandingkan jumlah persentase mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” dengan derajat wellness yang lebih rendah, kecuali dimensi intellectual wellness dimana jumlah persentase seimbang antara yang lebih tinggi dan yang lebih rendah. Terdapat faktor-faktor yang terkait dengan dimensi-dimensi wellness yaitu, hereditas, sistem perawatan kesehatan, lingkungan dan gaya hidup sehat.

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang memengaruhi dimensi-dimensi wellness. Kemudian, saran untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” bandung yang memiliki derajat dimensi-dimensi wellness yang lebih rendah untuk merefleksi diri mengenai kekurangan dan kelebihan diri kemudian fokus pada kelebihan tersebut dan belajar untuk mengelola kekurangan dalam diri.


(2)

ii Universitas Kristen Maranatha Abstract

This study was conducted to know the description of wellness in medical students of "X" University in Bandung through intellectual, emotional-mental, physical, social and spiritual dimension. This research is descriptive and conducted by survey method. Respondents in this study are 120 active medical students at "X" University in Bandung from the population of 668 active students by using accidental sampling technique.

The research instrument used to measure wellness is a wellness measuring instrument developed by researcher based on a measuring instrument designed by Pertiwi in 2016. This measuring tool obtains five dimensions of wellness namely intellectual, emotional-mental, physical, social, and spiritual along with the factors that affect wellness. Based on validity test by using Spearman correlation test and reliability using Alpha Cronbach formula, there are 40 valid items with value between 0,406 - 0,768 and reliability with value between 0,660 - 0,837.

Results of data processing showed that there are greater percentage of medical students of "X" University in Bandung with a higher degree of wellness dimension than medical students of "X" University in Bandung with lower degree of wellness dimension, except intellectual wellness dimension where the percentage between the higher degree and lower degree are balanced. There are factors related to the wellness dimensions such as heredity, health care system, environment and healthy lifestyle.  

Suggestion for further research is to conduct more in-depth research on the factors that affect the wellness dimensions. Then, the advice to the medical students of "X" University in Bandung who has a lower degree of dimensional wellness, to reflect on self-deficiencies and strengths, then focus on those strengths and learn to manage inner deficiencies.

               


(3)

vi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN LEMBAR PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 9

1.3. Maksud dan Tujuan ... 9

1.3.1. Maksud Penelitian ... 9

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1. Kegunaan Teoretis ... 10

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 10

1.5.Kerangka Pemikiran ... 11


(4)

vii Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Health dan Wellness ... 18

2.2. Health dan Wellness Merupakan Keadaan yang Terintegrasi ... 18

2.3. Pengertian Wellness ... 18

2.3.1. Wellness Mencerminkan Bagaimana Individu Merasakan Mengenai Hidupnya Sebagaimana Kemampuannya untuk Berfungsi Efektif ... 19

2.3.2. Dimensi – dimensi Wellness ... 20

2.3.3. Faktor – faktor yang Memengaruhi Wellness ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 28

3.2. Bagan Prosedur Penelitian ... 28

3.3.Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 29

3.3.1. Variabel Penelitian ... 29

3.3.2. Definisi Konseptual ... 29

3.3.3. Definisi Operasional ... 29

3.4. Alat Ukur ... 30

3.4.1. Alat ukur wellness ... 30

3.4.2. Data Pribadi dan Data Penunjang ... 33

3.5. Validitas dan Reliabilitas ... 34

3.5.1. Validitas Alat Ukur ... 34

3.5.2. Reliabilitas Alat Ukur ... 35

3.6. Populasi dan Teknik Sampling ... 36

3.6.1. Populasi Sasaran ... 36


(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

3.6.3. Karakteristik Populasi ... 36

3.7. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden ... 38

4.2. Hasil Penelitian ... 38

4.3. Pembahasan Penelitian ... 39

4.3.1. Pembahasan Variabel Utama ... 39

4.3.2. Pembahasan Tabulasi Silang Dimensi Wellness dan Faktor yang Memengaruhi ... 44

4.4. Diskusi ... 55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 57

5.2. Saran ... 58

5.2.1. Saran Teoretis ... 58

5.2.2. Saran Praktis ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

DAFTAR RUJUKAN ... 62 LAMPIRAN


(6)

ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 31

Tabel 3.2 Skor Pilihan Jawaban ... 32

Tabel 3.3 Titik Tengah Dimensi Wellness ... 33

Tabel 3.4 Kriteria Validitas ... 34

Tabel 3.5 Validitas Dimensi Wellness ... 34

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas Guilford ... 34

Tabel 3.7 Reliabilitas Dimensi Wellness ... 35

Tabel 4.1 Gambaran Dimensi Wellness Responden ... 38


(7)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pikir ... 16 Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ... 28


(8)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Alat Ukur & Kuesioner Wellness ... L-1 Lampiran 2 Uji Validitas Alat Ukur & Reliabilitas Alat Ukur ... L-13 Lampiran 3 Data Hasil Penelitian ... L-16 Lampiran 4 Output Statistik SPSS ... L-38


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat agar masyarakat mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. Salah satu kelompok dari tenaga kesehatan yaitu tenaga medis, termasuk profesi dokter. Dokter melakukan tugas dan tanggung jawabnya pada masyarakat sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Namun, praktik kedokteran merupakan pekerjaan yang dapat menekan bagi dokter itu sendiri. Sebagai contoh, sebuah survei yang menggunakan Physician Resource Questionnaire (PRQ) pada tahun 2002 di Kanada mengungkapkan bahwa dokter Kanada bekerja rata-rata 53,8 jam per minggu diluar on-call activities (Williams, 2007). Ditambah, hampir dua per tiga (64%) dokter Kanada merasa memiliki beban pekerjaan yang berat (Canadian Medical Association, 2003). Dokter yang mengalami tekanan dalam pekerjaan dapat mengarah pada penyalahgunaan zat, masalah hubungan, depresi, atau bahkan kematian (Wallace, 2009).

Beberapa organisasi kesehatan seperti The Alberta Medical Association Physician and Family Support Program terlibat dalam beberapa kegiatan pendidikan kesehatan, seperti promosi tidur yang cukup, makan makanan bergizi di tempat kerja, dan dukungan untuk menangani efek samping, keluhan, dan litigasi (proses hukum di pengadilan; perbandingan peradilan untuk menentukan dan menegakkan hak-hak hukum) medis dalam tujuan peningkatan wellness pada dokter (Wallace, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa dalam pekerjaan dokter membutuhkan program wellness agar mereka dapat bekerja secara optimal.

Di luar negeri, banyak sekolah kedokteran yang memiliki program wellness bagimahasiswa kedokteran seperti Counseling and Mental Health Services di The Virgina Tech Carilion


(10)

Universitas Kristen Maranatha  School of Medicine di Amerika untuk membantu siswa dengan masalah pribadinya seperti pengelolaan stress (http://medicine.vtc.vt.edu.)dan kelas yoga di Duke University School of Medicine, Amerika (https://medschool.duke.edu.). Selain itu, dalam penelitian Lee dan Graham (2001) yang mengukur persepsi mengenai program wellness yang dikembangkan oleh Case Western Reserve University pada 60 mahasiswa kedokteran yang mengikuti program wellness tersebut menemukan bahwa mahasiswa Kedokteran tersebut merasa seharusnya wellness merupakan hal penting untuk dokter. Hal ini menunjukkan bahwa dibutuhkan wellness dalam menempuh pendidikan kedokteran sama seperti dalam pekerjaannya kelak.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti berasumsi bahwa sebelum memasuki dunia kerja di bidang kedokteran, akan lebih baik apabila mahasiswa Fakultas Kedokteran, yang merupakan calon dokter, dibina untuk mencapai wellness selama menempuh pendidikan agar terbiasa dalam diri mereka sehingga ketika praktik menjadi dokter, mereka bisa berkontribusi lebih efektif dalam dunia kerja. Wellness merupakan integrasi dari komponen sosial, emosional, spiritual, dan fisik yang berkembang dari potensi seseorang untuk hidup dan bekerja secara efektif serta membuat kontribusi yang signifikan pada masyarakat (Corbin, 2008).

Wellness memiliki 5 dimensi, yaitu emotional-mental wellness, intellectual wellness, physical wellness, social wellness, dan spiritual wellness (Corbin, 2008). Emotional-mental wellness adalah penghayatan akan kemampuan individu untuk mengatasi situasi sehari-hari dan untuk mengatasi perasaan pribadi dalam cara yang positif, optimis, dan konstruktif.

Intellectual wellness adalah penghayatan akan kemampuan individu untuk belajar dan menggunakan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan berfungsi optimal dalam kegiatan sehari-hari. Physical wellness adalah penghayatan akan kemampuan individu untuk berfungsi secara efektif dalam menghadapi tuntutan pekerjaan sehari-hari dan menggunakan


(11)

Universitas Kristen Maranatha 

waktu luang dengan efektif. Social wellness adalah penghayatan akan kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain secara sukses dan membangun hubungan yang bermakna yang dapat meningkatkan kualitas bagi semua orang yang terlibat dalam interaksi.

Spiritual wellness adalah penghayatan akan kemampuan individu untuk membangun sistem nilai dan bertindak berdasarkan sistem kepercayaan, serta untuk membangun dan melaksanakan tujuan hidup yang bermakna dan konstruktif.

Selama ini telah banyak penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran. Beberapa di antaranya, yaitu Carolin (2010) yang meneliti gambaran tingkat stres pada mahasiswa Pendidikan Sarjana Kedokteran di Universitas Sumatera Utara menunjukkan dari sampel sejumlah 90 mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera Utara diperoleh hasil 26,7% mengalami stres ringan, 22,2% mengalami stres sedang, 22,2% mengalami stres berat, dan 28,9% tidak mengalami stress. Kemudian, penelitian mengenai kualitas tidur yang dilakukan oleh Fauzan (2015) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran tahun akademik 2013/2014 di USU (Universitas Sumatera Utara) yang menunjukkan dari 100 mahasiswa pada penelitian tersebut, 51 mahasiswa (51%) memiliki kualitas tidur yang buruk. Beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut mengukur aspek emosi ataupun fisik secara terpisah sehingga peneliti berusaha untuk meneliti keadaan mahasiswa Fakultas Kedokteran baik secara emosi maupun fisik tersebut secara keseluruhan sehingga peneliti memilih variabel wellness. Penelitian – penelitian mengenai wellness sudah pernah dilakukan seperti penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2016) yang meneliti pada mahasiswa Magister Psikologi Universitas “X” dimana ditemukan mahasiswa tersebut memiliki derajat wellness

yang tinggi pada semua dimensinya dan Rosalia (2015) yang meneliti pada mahasiswa tingkat akhir Psikologi Universitas “X” ditemukan persentase mahasiswa dengan derajat

wellness yang tinggi hampir seimbang dengan jumlah mahasiswa dengan derajat wellness


(12)

Universitas Kristen Maranatha 

Fakultas Kedokteran merupakan fakultas tertua di universitas “X” yang telah berdiri sejak tahun 1965 dan telah mengalami beberapa perubahan kurikulum hingga pada tahun 2006 terakhir yaitu KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Kurikulum Berbasis Kompetensi ini menerapkan program perkuliahan yang bisa ditempuh dalam 7 semester, yang terdiri dari 28 blok atau beban studi sejumlah 145 Satuan Kredit ditambah dengan blok elektif sehingga setiap semester akan terdiri dari 4 blok, kecuali pada semester tertentu dimana mahasiswa tersebut mengontrak blok elektif. Kegiatan perkuliahan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi terdapat standar proses pembelajaran, yaitu terdapat kuliah tatap muka, tutorial, skills lab, praktikum, presentasi kasus, dan simposium mini. Berdasarkan wawancara pada tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran mengenai standar proses pembelajaran didapatkan bahwa pada kuliah tatap muka akan dilakukan 5 menit pertama ilustrasi kasus, kemudian 80 menit untuk pemaparan materi yang berupa penjelasan pengantar oleh dosen, dilanjutkan dengan 15 menit terakhir dilakukan pembahasan kasus. Mahasiswa Fakultas Kedokteran biasanya harus melanjutkan belajar secara mandiri dan mencari ilmu tambahan dari sumber lain seperti buku maupun internet.

Selanjutnya, proses pembelajaran tutorial dilaksanakan dua kali pertemuan dalam seminggu, setiap pertemuan berdurasi 3 jam. Lalu dibentuk satu kelompok yang terdiri dari 10 mahasiswa yang akan dibimbing oleh seorang tutor terlatih dan bersertifikat sebagai tutor PBL (Problem Based Learning). Pada pertemuan pertama, akan terdapat 60 menit pembekalan tutor oleh pembuat modul diikuti penentuan tutor untuk setiap kelompok dan 120 menit tutorial dalam kelompok kecil, seperti memeriksa tekanan darah pada teman sekelompok. Pada pertemuan kedua, akan terdapat presentasi selama 180 menit dari setiap mahasiswa dalam kelompok kecil. Kemudian, saat proses pembelajaran skills lab akan membentuk kelompok yang terdiri dari 10 orang dimana akan terdapat 30 menit demo oleh intruktur dan 150 menit, mahasiswa akan mendapatkan kesempatan untuk mempraktikkan


(13)

Universitas Kristen Maranatha 

keterampilan yang telah dicontohkan oleh instruktur. Selanjutnya, proses pembelajaran praktikum, pada 30 menit pertama dilakukan pre-test, lalu 30 menit penjelasan dari dosen mengenai topik sesuai dengan modul dilanjutkan 30 menit demo dari dosen dan 90 menit pelaksanaan oleh masing-masing mahasiswa. Selanjutnya, proses pembelajaran presentasi kasus dan simposium mini yaitu, dilaksanakannya kelas besar (gabungan dari seluruh kelas paralel) dan akan dilakukan presentasi dari 1 kelompok mahasiswa secara bergiliran, ditambah sesi tanya jawab, sesi diskusi dan pembahasan oleh dosen.

Kemudian setiap bulannya akan terdapat minggu ujian blok yang terdiri dari MP (Materi Pengetahuan), SOCA (Student Oral Case Analysis) OSPE (Objective Structural Practical Examination), dan OSCE (Object Structural Clinical Examination) untuk setiap blok tersebut. Lalu, setelah minggu ujian blok akan diadakan minggu remedial dimana mahasiswa yang tidak mencapai nilai dibawah standar kelulusan untuk mengulang kembali ujian tersebut. Setelah menempuh beban studi dan menyelesaikan blok elektif, mahasiswa Fakultas Kedokteran akan menempuh Ujian Kompetensi Dokter Indonesia yang akan menguji pemahaman pengetahuan yang diperoleh mahasiswa Fakultas Kedokteran selama kuliah. Setelah dinyatakan lulus Ujian Kompetensi Dokter Indonesia, baru kemudian mahasiswa Fakultas Kedokteran melanjutkan co-ass.

Penerapan kurikulum KBK diharapkan dapat menghasilkan lulusan Fakultas Kedokteran sesuai dengan tujuan Fakultas Kedokteran Universitas “X” yaitu, memiliki karakter yang mempunyai kompetensi sebagai dokter layanan primer sesuai Standar Kompetensi Dokter Indonesia, semangat mengembangkan diri untuk menjadi yang terbaik di tingkat nasional maupun internasional, sikap profesionalisme berbudi luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai kasih dalam melayani masyarakat, dan kemampuan menerapkan ilmu herbal medik dan ilmu gizi medik berbasis bukti untuk pencegahan dan pengobatan sesuai yang dibutuhkan oleh masyarakat umum. (www.websiteuniversitas”X”.edu). Selain itu, hal


(14)

Universitas Kristen Maranatha 

tersebut sesuai dengan peran dan fungsi mahasiswa sebagai social control, yaitu melalui kemampuan intelektual, kepekaan sosial serta sikap kritisnya diharapkan mahasiswa mampu menjadi pengontrol sebuah kehidupan sosial pada masyarakat dengan cara memberikan saran, kritik serta solusi untuk permasalahan sosial masyarakat (www.gurupendidikan.com, 2016). Hal ini termasuk juga mahasiswa Fakultas Kedokteran.

Berdasarkan wawancara pada 16 mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas “X” dapat memberikan pengaruh pada diri mereka untuk mengembangkan kesehatan mereka sendiri. Namun, dalam keseharian mereka, mahasiswa Fakultas Kedokteran mengalami kesulitan untuk lebih peduli pada diri sendiri ketika menjalani perkuliahan. Hal ini dapat menghambat mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk mencapai kesehatan yang positif, atau wellness. Wellness merefleksikan bagaimana penghayatan seseorang mengenai hidupnya sebagaimana kemampuannya untuk hidup berfungsi secara efektif (Corbin, 2008).

Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan wawancara pada 16 mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk mendapatkan gambaran dari dimensi wellness mereka. Terdapat enam (37,5%) mahasiswa menyatakan bahwa tuntutan perkuliahan memberikan tekanan pada mereka seperti jadwal perkuliahan yang cukup padat dan tugas yang cukup banyak sehingga berpengaruh pada pola tidur mereka yang menjadi tidak teratur. Mereka mengurangi jam tidur mereka sehingga mereka merasa kurang tidur, terutama ketika akan menghadapi ujian blok. Ketika menjelang ujian, mahasiswa Fakultas Kedokteran kerapkali tidur dalam rentang 5 – 6 jam karena perlu memahami materi ujian yang cukup banyak. Menurut National Sleep Foundation, durasi tidur yang direkomendasikan untuk usia dewasa muda (18-25 tahun), yaitu 7 sampai 9 jam. Oleh sebab itu, dapat disebutkan bahwa kualitas tidur mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” kurang baik.


(15)

Universitas Kristen Maranatha 

Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jessica (2016) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” menggambarkan bahwa dari 30 mahasiswa Fakultas Kedokteran terdapat 13 mahasiswa dengan IMT (Indeks Masa Tubuh) normal dan 17 orang dengan IMT (Indeks Masa Tubuh) berlebihan. Hal ini merupakan gambaran dari dimensi

physical wellness.

Ketika mahasiswa Fakultas Kedokteran mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian blok, terdapat sembilan (56.25%) mahasiswa merasakan tertekan karena kesulitan dalam memahami serta mengingat materi ujian yang cukup banyak ketika akan ujian blok, terutama ujian seperti OSPE. Ketika akan menghadapi ujian blok, mereka merasakan gelisah dan khawatir sehingga dapat berpengaruh pada kemampuan mereka dalam menjawab persoalan. Ditambah, tiga dari sembilan mahasiswa tersebut merasa khawatir mengenai hasil ujian tersebut sampai pada hari pengumuman hasil ujian. Hal ini merupakan gambaran dari dimensi emotional/mental wellness.

Kemudian, tuntutan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi lainnya, adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk lebih banyak belajar secara mandiri dibandingkan pertemuan dalam kelas dan aktif di dalam kelas. Namun, terdapat lima (31,25%) mahasiswa Fakultas Kedokteran mengalami kesulitan untuk memahami materi yang didapatkan di dalam kelas maupun mencari materi di luar kelas. Meskipun demikian, mereka tidak mau bertanya mengenai materi yang mereka kurang mengerti kepada dosen didalam kelas. Selain itu, kesulitan lain yang mereka alami yaitu menyelesaikan tugas yang menggunakan jurnal-jurnal tertentu dengan baik. Hal ini karena jurnal yang mereka miliki belum tentu memiliki jawaban sesuai yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga mereka harus tetap mencari dan memilih jurnal yang tepat serta memahami isi jurnal tersebut. Hal tersebut merupakan gambaran dari dimensi intellectual wellness.


(16)

Universitas Kristen Maranatha 

Dalam mempelajari materi perkuliahan, empat belas (87,5%) mahasiswa menyatakan mereka butuh belajar bersama dengan teman-teman karena mempermudah mereka dalam mempelajari materi sehingga mereka berusaha untuk meluangkan waktu untuk belajar. Mereka dapat berbagi jurnal kedokteran, materi perkuliahan, ataupun motivasi dan informasi lainnya dengan sesama teman belajar sehingga ilmu yang mereka dapat lebih mendalam. Selain belajar bersama dengan teman- teman, mereka bisa mendapatkan hal yang telah disebutkan diatas dengan menjalin relasi dan interaksi dengan junior atau senior, bahkan alumni. Dalam perkuliahan mereka juga dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari 10 orang, seperti dalam kelas tutorial dan skills lab. Dua (12,5%) mahasiswa menyatakan bahwa mereka mengalami kesulitan bekerjasama dalam kelompok karena sulit menyesuaikan diri dengan teman sekelompoknya sehingga sukar untuk menyampaikan pendapatnya kepada teman-teman sekelompoknya. Ketika menemukan permasalahan dalam perkuliahan sebanyak lima belas (93,75%) mahasiswa akan menceritakan kepada teman terdekat atau keluarganya agar menjadi lebih tenang tetapi, satu (6,25%) mahasiswa merasa tidak bisa membicarakan permasalahan yang dialaminya kepada teman terdekatnya maupun keluarga dan hanya memendam permasalahannya dalam diri. Oleh sebab itu, mereka harus memiliki kemampuan untuk menjalin relasi dan interaksi. Hal ini merupakan gambaran dari dimensi social wellness.

Dalam menempuh pendidikan kedokteran, mereka dididik menjadi dokter yang siap berkarier dan memberikan pelayanan yang primer. Enam belas (100%) mahasiswa menyatakan bahwa mereka memilih Fakultas Kedokteran karena memiliki tujuan hidup untuk menolong orang lain dengan cara menjadi dokter. Meskipun demikian, terdapat dua mahasiswa (12,5%) merasa sulit dalam mencapai tujuan hidup tersebut. Hal ini karena mereka merasa kurang bisa memanfaatkan informasi yang didapatkannya selama kuliah


(17)

Universitas Kristen Maranatha 

kedalam kasus sehingga menimbulkan kurangnya kepercayaan diri mahasiswa tersebut. Hal ini menggambarkan dari dimensi spiritual wellness.

Berdasarkan yang sudah dipaparkan, terdapat perbedaan penghayatan akan kemampuan pada setiap dimensi wellness pada diri mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung. Corbin (2008) menyatakan bahwa setiap dimensi yaitu dimensi intellectual, emotional-mental, physical, social dan spiritual dari wellness saling berkaitan sehingga dimensi-dimensi tersebut saling memengaruhi satu sama yang lain dan berkontribusi untuk bekerja secara efektif sehingga dapat turut memengaruhi dalam mengoptimalkan peran sebagai mahasiswa dan meningkatkan kemungkinan lulusan sesuai dengan tujuan Fakultas Kedokteran. Oleh sebab itu, peneliti terdorong untuk meneliti mengenai wellness pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui gambaran wellness pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran wellness pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran wellness mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung melalui dimensi emotional-mental wellness,


(18)

Universitas Kristen Maranatha  intellectual wellness, physical wellness, social wellness, dan spiritual wellness serta faktor-faktor yang berpengaruh pada wellness tersebut.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan informasi bagi ilmu psikologi, terutama dalam bidang ilmu psikologi kesehatan mengenai wellness mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung.

2. Memberikan informasi bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik mengenai wellness pada mahasiswa fakultas lain atau universitas lain.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi pada pihak Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung mengenai gambaran wellness pada mahasiswa Fakultas Kedokteran agar dapat memaksimalkan wellness mahasiswa dengan cara menyediakan sesi atau program yang mendukung atau meningkatkan wellness mahasiswa. 2. Memberikan informasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran mengenai

gambaran wellness agar lebih menyadari kekurangan dan kelebihan diri kemudian fokus pada kelebihan tersebut dan belajar untuk mengelola kekurangan dalam diri sehingga menjadi lebih efektif dalam kehidupan sehari-hari maupun perkuliahan.

3. Memberikan informasi pada dosen wali mengenai gambaran wellness pada mahasiswa Fakultas Kedokteran sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan bimbingan dan arahan yang sesuai pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dalam bentuk konseling.


(19)

Universitas Kristen Maranatha  1.5Kerangka Pemikiran

Kurikulum Fakultas Kedokteran menuntut mahasiswa melakukan tugas yang diberikan dalam kelas, praktikum, keterampilan klinik, dan presentasi kasus yang dilakukan selama perkuliahan serta ujian blok. Tuntutan kurikulum selama perkuliahan memberikan tekanan-tekanan yang berbeda pada mahasiswa Fakultas Kedokteran. Hal ini tergantung pada penghayatan tiap mahasiswa Fakultas Kedokteran. Penghayatan akan kemampuan mahasiswa Fakultas Kedokteran menggambarkarn wellness dan dalam mencapai wellness yang optimal, dibutuhkan penghayatan yang positif dalam memandang masing-masing dari dimensi

wellness. Penghayatan yang positif akan kemampuan yang dimiliki lebih penting daripada kemampuan aktual yang dimiliki individu tersebut.

Wellness adalah integrasi dari berbagai komponen yang berbeda (intelektual, emosional-mental, sosial, spiritual, dan fisik) yang mengembangkan potensi seseorang untuk hidup (kualitas hidup) dan bekerja secara efektif dan membuat kontribusi yang maksimal di dalam masyarakat (Corbin, 2008). Wellness merefleksikan bagaimana individu menghayati hidupnya serta kemampuan individu untuk berfungsi secara efektif. Wellness terdiri dari lima dimensi, yaitu intellectual wellness, emotional wellness, physical wellness, social wellness

,dan spiritual wellness.

Dimensi yang pertama adalah intellectual wellness. Dimensi ini menekankan pada penghayatan akan kemampuan individu untuk belajar dan menggunakan informasi yang ada untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-harinya dan berfungsi secara optimal. Dimensi intellectual wellness terlihat pada mahasiswa yang mampu memanfaatkan informasi yang dimilikinya, dan mencari stimulasi secara mental untuk mencapai kepuasan hidup seperti dari usaha yang dilakukan mahasiswa Fakultas Kedokteran membaca buku-buku dan jurnal penunjang perkuliahan dari internet maupun sarana lain sebagai bahan referensi


(20)

Universitas Kristen Maranatha 

pengerjaan tugas-tugas, belajar mandiri atau persiapan menghadapi ujian blok. Selain itu, terlihat dari adanya dorongan untuk berdiskusi dengan teman-teman lain dalam rangka memperluas pengetahuan. Mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan derajat intellectual wellness yang tinggi akan mencari informasi dari lingkungan serta membagi pengetahuan yang dimilikinya kepada lingkungan sekitar, sedangkan mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan derajat intellectual wellness yang rendah akan menunjukkan sikap tidak peduli terhadap informasi yang ada untuk mendukung perkuliahannya.

Dimensi yang kedua adalah emotional-mental wellness, dimensi ini menekankan pada penghayatan akan kemampuan individu untuk mengatasi situasi sehari-hari dan mengatasi perasaan pribadi dalam cara yang positif, optimis, dan konstruktif. Dalam hal ini, situasi sehari-hari yang dapat menimbulkan tekanan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran dapat dilihat dari pesiapan dan menjalani empat ujian yaitu MP, OSCA, OSCE, OSPE. dan OSCE tiap bulan. Mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan derajat emotional-mental wellness yang tinggi akan merasa siap dalam menghadapi tuntutan ujian tersebut, sedangkan mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan derajat emotional-mental wellness yang rendah akan memiliki pandangan mental dan emosional yang negatif seperti khawatir atau tertekan selama proses pengerjaan ujian blok maupun tugas-tugas dalam tuntutan perkuliahan mereka.

Dimensi yang ketiga adalah physical wellness, dimensi ini menekankan pada penghayatan akan kemampuan individu untuk berfungsi secara efektif dalam menghadapi tuntutan pekerjaan sehari-hari. Dimensi physical wellness terlihat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang memiliki kebugaran fisik dan keterampilan motorik dalam pengerjaan tuntutan perkuliahannya maupun ujian blok. Komposisi tubuh yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran merupakan bagian dari kebugaran fisik. Mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan derajat phyical wellness yang tinggi akan memiliki kebugaran fisik,


(21)

Universitas Kristen Maranatha 

sedangkan mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan derajat physical wellness yang rendah tidak akan memiliki kebugaran fisik.

Dimensi yang keempat adalah social wellness, dimensi ini menekankan pada penghayatan akan kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain secara sukses dan membangun hubungan yang bermakna yang dapat meningkatkan kualitas bagi semua orang yang terlibat dalam interaksi (termasuk diri sendiri). Dimensi ini terlihat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dalam memberikan dukungan dan menerima dukungan, serta hubungan yang terpenuhi dengan orang-orang di sekitarnya. Hubungan yang dijalin mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan orang-orang di sekitarnya seperti teman, junior, atau senior serta keluarga bisa menjadi dukungan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran dalam menempuh pendidikannya. Mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan derajat social wellness

yang tinggi terlibat dalam kehidupan sosial, sedangkan mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan derajat social wellness yang rendah akan merasa kesepian dalam menempuh pendidikannya.

Dimensi yang kelima dan terakhir adalah spiritual wellness, dimensi ini menekankan pada penghayatan akan kemampuan individu untuk membentuk sistem nilai dan bertindak berdasarkan sistembelief untuk membangun dan melaksanakan tujuan hidup yang bermakna serta konstruktif. Dimensi ini terlihat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang memiliki kejelasan prinsip hidup dan bertindak berdasarkan prinsip hidup yang dimiliki. Dalam prinsip hidup yang dimiliki, terdapat suatu tujuan, nilai (value), dan makna. Contohnya, ketika mahasiswa Fakultas Kedokteran yang memiliki tujuan hidup untuk menolong orang lain dengan belajar di perkuliahan sebaik mungkin. Mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan derajat spiritual wellness yang tinggi akan terpenuhi secara spiritual (fulfilled), sedangkan mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan derajat spiritual wellness yang rendah akan merasa tidak terpenuhi secara spiritual (unfulfilled).


(22)

Universitas Kristen Maranatha 

Terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi wellness, seperti faktor hereditas,

health care system, faktor lingkungan yang terdiri dari fisik, intelektual, sosial, dan spiritual serta gaya hidup sehat. Faktor hereditas merupakan faktor yang tidak dapat diubah, tetapi faktor ini dapat ditanggulangi atau diatasi apabila mahasiswa Fakultas Kedokteran menyadari riwayat medis keluarga masing-masing dan berupaya untuk mengatasinya dengan baik. Gangguan hereditas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran, seperti penyakit jantung bawaan atau diabetes bisa memengaruhi aktivitasnya saat menjalani perkuliahannya. Hal ini dapat menghambat aktivitas mahasiswa tersebut apabila penyakit jantung bawaan atau diabetes ini kambuh sewaktu berada di kelas ataupun saat praktikum. Meskipun demikian, mahasiswa Fakultas Kedokteran yang memiliki gangguan hereditas, tetapi memiliki penghayatan positif terhadap hidupnya, akan lebih “well” dibandingkan dengan mahasiswa Fakultas Kedokteran yang tidak memiliki gangguan hereditas dan tidak memiliki penghayatan positif terhadap hidupnya.

Faktor yang memengaruhi wellness selanjutnya adalah sistem perawatan kesehatan

(health-care system). Meskipun dalam penelitian ini, mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas “X” memiliki akses sistem perawatan kesehatan, tetapi tetap dibutuhkan peran aktif bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk mencari mengenai informasi kesehatan. Dalam menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran, cukup banyak informasi mengenai kesehatan yang mereka pelajari yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran dalam meningkatkan wellness mereka. Ketika mahasiswa Fakultas Kedokteran mengetahui kondisi kesehatan mereka dan aktif mencari berbagai informasi mengenai cara meningkatkan dan mempertahankan kualitas kesehatan seperti membaca buku-buku dan jurnal online mengenai kesehatan, dapat meningkatkan wellness yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Contohnya, mahasiswa Fakultas Kedokteran yang memiliki penyakit diabetes dapat mencari informasi mengenai makanan yang harus dihindari atau dikurangi.


(23)

Universitas Kristen Maranatha 

Faktor berikutnya adalah faktor lingkungan yang terdiri dari fisik, sosial, spiritual, intelektual. Faktor lingkungan fisik tergantung pada mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk menentukan lingkungan tempat tinggalnya. Mahasiswa Fakultas Kedokteran dapat menentukan lingkungan yang sehat dalam arti lingkungan yang tenang serta terhindar dari polusi seperti polusi udara dibandingkan lingkungan yang tidak sehat untuk dirinya. Lingkungan yang sehat dapat mendukung mahasiswa Fakultas Kedokteran agar memiliki kondisi yang baik secara fisik sehingga terhindar dari stres.

Dalam faktor lingkungan sosial, mahasiswa Fakultas Kedokteran sebaiknya berada pada lingkungan sosial yang hangat dan bersahabat agar dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk berinteraksi dengan lingkungan secara sehat dan terhindar dari konflik. Hal ini dapat meningkatkan wellness karena memfasilitasi mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk membangun relasi yang mendalam yang dapat mengarah pada hubungan yang bermakna sehingga dapat menjadi suatu dukungan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran dalam menempuh pendidikannya.

Faktor lingkungan berikutnya faktor spiritual, lingkungan spiritual yang positif memberikan kesempatan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk menemukan pemenuhan kebutuhan spiritual. Lingkungan spiritual dapat memberikan petunjuk dan tuntunan serta membantu penentuan tujuan hidup. Hal tersebut membantu mahasiswa Fakultas Kedokteran dalam pemenuhan kebutuhan spiritual agar merasa terpenuhi (fulfilled). Faktor lingkungan berikutnya adalah faktor intelektual. Faktor ini berkaitan dengan lingkungan pendidikan mahasiswa kedokteran yang dapat mendorong mereka dalam hal belajar dan berpikir kritis.

Faktor yang dapat memengaruhi berikutnya adalah gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat seperti, tidur yang cukup, mengonsumsi makanan yang bernutrisi, mengatur pola makan, mengatur waktu dengan efektif, dan menghindari rokok dapat diterapkan oleh


(24)

Universitas Kristen Maranatha 

mahasiswa Fakultas Kedokteran. Gaya hidup sehat merupakan hal penting karena dapat meningkatkan kesehatan yang baik dan wellness. Hal ini karena wellness merupakan bagian dari kesehatan yang optimal.

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Tinggi Faktor yang

memengaruhi:

• Hereditas

• Sistem perawatan kesehatan

• Lingkungan

• Gaya hidup sehat

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung

Wellness

Dimensi-dimensi

wellness: Intellectual

wellness

Emotional/mental wellness

Physical wellness Social wellness Spiritual wellness


(25)

Universitas Kristen Maranatha  1.6Asumsi Penelitian

1. Tuntutan dari perkuliahan memengaruhi wellness mahasiswa Fakultas Kedokteran 2. Wellness pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung tergambar

melalu lima dimensi, yaitu intellectual wellness, physical wellness, emotional/mental wellness, social wellness, spiritual wellness.

3. Wellness pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung digambar melalui tingkatan skor-skor pada dimensi-dimensi wellness.

4. Dimensi-dimensi dari wellness dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor hereditas, sistem pelayanan kesehatan, faktor lingkungan, dan gaya hidup sehat.


(26)

57 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan terhadap 120 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung, maka didapatkan simpulan sebagai berikut:

1. Lebih banyak mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung yang memiliki derajat wellness yang lebih tinggi pada emotional-mental wellness, ,

physical wellness, social wellness, dan spiritual wellness, tetapi jumlahnya tidak

signifikan antara derajat dimensi wellness yang lebih tinggi dan derajat dimensi

wellness yang lebih rendah.

2. Pada dimensi intellectual wellness, jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung seimbang antara derajat wellness yang lebih tinggi dan derajat wellness yang lebih rendah.

3. Terdapat indikasi keterkaitan antara faktor hereditas dengan semua dimensi dan terdapat juga indikasi keterkaitan antara faktor gaya hidup sehat dengan dimensi

intellectual wellness, emotional-mental wellness, physical wellness dan social

wellness.

4. Terdapat indikasi keterkaitan antara faktor sistem perawatan kesehatan dan

intellectual wellness.

5. Terdapat indikasi keterkaitan antara lingkungan fisik dan social wellness.

6. Terdapat indikasi keterkaitan antara faktor lingkungan sosial dan dimensi-dimensi wellness.


(27)

Universitas Kristen Maranatha 7. Terdapat indikasi keterkaitan antara lingkungan spiritual dan intellectual wellness

serta antara lingkungan spiritual dan social wellness. 5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

1. Bagi peneliti selanjutnya, yang juga ingin melakukan penelitian mengenai

wellness dapat melakukan penelitian lebih mendalam mengenai

faktor-faktor yang memengaruhi dimensi-dimensi wellness, seperti perilaku gaya hidup seperti apa yang memengaruhi wellness atau faktor gangguan hereditas dengan dimensi-dimensi wellness.

2. Bagi penelitian selanjutnya yang akan meneliti wellness menggunakan alat ukur dalam penelitian ini, diharapkan untuk memodifikasi item dimensi

intellectual wellness yang dapat mengukur kualitas hidup sehari-hari.

3. Bagi penelitian selanjutnya yang akan meneliti wellness menggunakan alat ukur dalam penelitian ini, diharapkan untuk memodifikasi item dimensi

emotional-mental wellness yang dapat mengukur situasi sehari-hari.

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung disarankan untuk membuat program yang dapat mempertahankan derajat dimensi-dimensi

wellness mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas yang sudah tinggi

dan meningkatkan derajat dimensi intellectual wellness., salah satunya caranya dengan mengadakan sesi bertanya atau kerja kelompok diluar kelas dengan dosen.

2. Bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung yang memiliki derajat wellness yang lebih rendah pada semua dimensinya


(28)

Universitas Kristen Maranatha diharapkan untuk meningkatkan derajat dimensi – dimensi wellness dengan cara merefleksi diri mengenai kekurangan dan kelebihan diri kemudian fokus pada kelebihan tersebut dan belajar untuk mengelola kekurangan dalam diri.


(29)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WELLNESS PADA MAHASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ‘X’ BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Disusun oleh:

MARTIN MATTHEWS PAMUWESA

1230045

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(30)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi guna memenuhi persyaratan sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Skripsi ini merupakan sebuah wujud kepedulian peneliti terhadap pengembangan Psikologi Kesehatan.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka peneliti akan menemui kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. DR. Irene P. Edwina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas “X” yang sudah mengizinkan peneliti untuk meneliti mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X”.

3. Robert O. Rajagukguk, Ph.D., Psikolog, selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan pada peneliti dengan penuh kesabaran.

4. Cakrangadinata, M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah menyediakan waktu dan tenaga serta memberikan masukan yang bermanfaat pada peneliti.

5. DR. Irene Tarakanita, M. Si., selaku dosen wali, yang mendorong peneliti untuk menyelesaikan skripsi secepatnya.

6. Eveline Sarintohe, M.Si dan Dra. Kuswardhini, M.Psi., selaku dosen pembahas dalam seminar atas masukan dan saran kepada peneliti.

7. Dr. Corbin, yang sudah bersedia mengirimkan referensi melalui surat elektronik yang dapat digunakan peneliti.


(31)

iv   

8. Keluarga tersayang atas segala dukungan, doa, pengorbanan, dana, dan segalanya yang tiada henti mengalir.

9. Alda, Bennettia, Christine, Inri, dan Lusyana, yang hampir selalu memberikan dukungan intelektual, sosial, spiritual maupun emosional kepada peneliti.

10.Jessica S. dan Sabina, selaku mahasiswa pembahas dalam seminar, yang sudah memberikan banyak masukan dan kritikan yang sifatnya membangun, terkhusus untuk Jessica S. yang sudah membantu meminjam buku dari perpustakaan untuk peneliti dengan kartu perpustakaannya.

11.Alfonsus, Davin, Dwi, dan Ray, teman seperjuangan yang bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi mengenai penelitian ini.

12.Dien, rekan asisten dosen Psikologi Komunikasi, yang sudah bersedia meminjamkan buku statistik dan menjadi teman diskusi hampir setiap sebelum kelas Psikologi Komunikasi.

13.Hajeng, yang sudah menunjukkan situs untuk mendapatkan referensi-referensi penelitian yang gratis.

14.Maria U. dan Dwi K., yang selalu memberikan semangat kepada peneliti setiap kali bertemu untuk menyelesaikan skripsi secepatnya.

15.Teman-teman mahasiswa bimbingan Pak Robert, yaitu Angie, Dian, Janet, Monica, dan Priscilla yang sudah memberikan masukan dan saran kepada peneliti saat sedang menunggu giliran bimbingan.

16.Julietta dan Swastika, peneliti mengenai wellness terdahulu, yang sudah memberikan banyak masukan dan kritik serta referensi yang berarti.

17.Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung yang tidak bisa disebutkan namanya yang sudah menyediakan waktu dan tenaga untuk membantu peneliti dalam menyusun penelitian dan mahasiswa Fakultas Kedokteran


(32)

v    

Universitas “X” Bandung yang sudah bersedia menjadi responden peneliti, dimana tanpa ada kesediaan saudara-saudara, penelitian ini pasti akan mengalami hambatan. 18.Teman-teman Fakultas Psikologi Univesitas Kristen Maranatha angkatan 2012 yang

tidak dapat disebutkan satu per satu, bersama kita belajar untuk sebuah cita-cita dan mendukung satu sama lain.

19.Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha dan staf Tata Usaha Fakultas Kedokteran Universitas “X” yang telah membantu peneliti dalam membuat segala surat permohonan yang dibutuhkan.

20.Staf Perpustakaan Universitas Kristen Maranatha yang telah membantu dalam peminjaman buku-buku referensi yang dibutuhkan saat penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu peneliti selama penyusunan skripsi ini sampai akhirnya selesai.

Akhir kata, peneliti menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, oleh sebab itu peneliti terbuka terhadap kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak.

Bandung, Mei 2017


(33)

  60  Universitas Kristen Maranatha  DAFTAR PUSTAKA

Brymer, E., Cuddihy T. F., & Brymer, V.S. (2010). The Role of Nature-Based Experiences in

the Development and Maintenance of Wellness, Asia-Pacific Journal of Health, Sport

and Physical Education, 1:2, 21-27, DOI: 10.1080/18377122.2010.9730328. Diakses 14 Mei 2017

Corbin, Charles. (2008). Concept of Physical Fitness : Active Lifestyle for Wellness. Edisi 14. New York : McGraw –Hill.

Corbin, C.B., Pangrazi, R.P. (2001). Toward a Uniform Definition of Wellness: A

Commentary. President’s Council on Physical Fitness and Sports Research Digest

Seri 3 no. 15.

Dyrbye, L. N., Thomas, R. M., Tait, S. D. (2005). Medical Student Distress: Causes,

Consequences, and Proposed Solutions. Mayo Clinic Proceedings, Vol 80, 12,

1613-1622. http://www.mayoclinicproceedings.org/article/S0025-6196(11)61057-4/fulltext diakses 14 September 2016

Ehman, R., Syed, S., Hussain, M., Shaikh, S. (2013). Health and Spirituality "walk along" in

Wellness Journey of Medical Students. J Pak Med Assoc 2013; 63: 495-500.

https://www.researchgate.net/profile/Sadiqa_Syed2/publication/254262499_Health_a nd_Spirituality_walk_along_in_wellness_Journey_of_medical_students/links/56bc4e a108ae2481ab6aef2a.pdf. Diakses 8 Mei 2017

Friedenberg, L. (1995). Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. USA: Allyn & Bacon.

Guilford, J.P. (1973). Fundamental Statistics in Psychology and Education. Edisi Ketiga. New York: McGraw Hill Book Company, inc.

Hattie, J. A., Myers, J. E., & Sweeney, T. J. (2004). A Factor Structure of Wellness: Theory,

Assessment, Analysis, and Practice. Journal of Counseling & Development, 82(3),

354-364.

Hirshkowitz, Max., Whiton, Kaitlyn., Albert, Steven M., Alessi, Chaty., Bruni, Oliviero., DonCarlos, Lydia., . . . Hilard, P. J. A. (2015). National Sleep Foundation’s Sleep

Time Duration Recommendations: Methodology And Results Summary.

Journal of The National Sleep Foundation. Diunduh dari

http://www.sleephealthjournal.org/article/S2352-7218%2815%2900015-7/fulltext Diakses 20 Septermber 2016

Horton, B. & Snyder, C. (2009). Wellness : Its Impact on Student Grades and Implication for

Business. Journal of Human Resources in Hospitality & Tourism, 8, 215-233

Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia. (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta: Himpunan Psikologi Indonesia.


(34)

Kumar, Ranjit. (2011). Research Methodology : A Step-by-Step Guide For Beginners. Edisi Ketiga. London: Sage Publication Ltd.

Lee, J. dan Graham, A. V. (2001), Students’ Perception of Medical School Stress and Their

Evaluation of a Wellness Elective. Medical Education, 35: 652–659.

doi:10.1046/j.1365-2923.2001.00956.x. Diakses 2 Maret 2017

Liguori, Gary. (2014). Questions And Answers: A Guide To Fitness And Wellness. Edisi 2. New York : McGraw –Hill.

Manurung, Rosida T. (2012). Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Jendela Mas Pustaka.

Moh. Nazir, (2003). Metode Penelitian. Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Seritan, Andreea. (2012). The State of Medical Student Wellness: A Call For Culture Change. Academic Psychiatry, 36:1.

Sugiyono. (2014a). Cara Mudah Menyusun: Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2014b). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Wallace, Jean., Lemaire, Jane E., Ghali, William A. (2009). Physician Wellness : a Missing

Quality Indicator. The Lancet Volume 374, No 9702, p1714-1721. Diunduh dari

http://www.thelancet.com/pdfs/journals/lancet/PIIS0140-6736(09)61424-0.pdf. Diakses 21 Oktober 2016

Williams, Eric S., Rondeau, Kent V., Qian, Xiao., Francescutti, Louis H. (2007). Physician

Workloads: Impact on Physician Attitudes and Outcomes. Health Services

Management Research 2007; 20: 261-69.


(35)

  62  Universitas Kristen Maranatha  DAFTAR RUJUKAN

Buku Panduan Program Studi Pendidikan Dokter. (2013). Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas “X”.

Carolin. 2010. Gambaran Tingkat Stres Pada Mahasiswa Pendidikan Sarjana Kedokteran

Universitas Sumatera Utara (Skripsi).

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25590. Diakses 21 Oktober 2016

Hidayat, S., Prasetya, P. H., Handayani, V., Savitri, J., Azizah, E., Wardani, R., Rajagukguk, R.O. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi - Juli 2015. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Jessica. 2016. Pola Makan Terhadap Status Gizi Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas “X” Tahun 2016 (Skripsi). Fakultas Kedokteran Universitas “X”:

Bandung.

Nanang, E. (2014). Wellness: Paradigma, Model Teoretik, dan Agenda Penelitian Konseling

di Indonesia. (Online).

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/nanang-erma-gunawan-spd- med/wellness-paradigma-model-teoretik-dan-agenda.pdf. Diakses 12 Juni 2017).

Nurlizan. 2015. Hubungan Pola Hidup Terhadap Physical Wellness Pada Mahasiswa/I Fisioterapi S-1 Transfer di Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2013- 2014 (Skripsi). http://eprints.ums.ac.id/32659/. Diakses 21 Oktober 2016

Pertiwi, S. T. 2016. Studi Deskriptif Mengenai Dimensi Wellness Pada Mahasisa Magister

Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Maranatha: Bandung.

Rivhan, Fauzan. 2015. Gambaran Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014 (Skripsi).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42951/7/Cover.pdf. Diakses 7

September 2016

Rosalia, S. 2015. Studi Deskriptif Mengenai Wellness Pada Mahasiswa Tingkat Akhir

Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung (Skripsi). Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

(Online). http://peraturan.go.id/uu/nomor-36-tahun-2014.html. Diakses 18 Oktober


(1)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi guna memenuhi persyaratan sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Skripsi ini merupakan sebuah wujud kepedulian peneliti terhadap pengembangan Psikologi Kesehatan.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka peneliti akan menemui kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. DR. Irene P. Edwina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas “X” yang sudah mengizinkan peneliti untuk meneliti mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X”.

3. Robert O. Rajagukguk, Ph.D., Psikolog, selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan pada peneliti dengan penuh kesabaran.

4. Cakrangadinata, M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah menyediakan waktu dan tenaga serta memberikan masukan yang bermanfaat pada peneliti.

5. DR. Irene Tarakanita, M. Si., selaku dosen wali, yang mendorong peneliti untuk menyelesaikan skripsi secepatnya.

6. Eveline Sarintohe, M.Si dan Dra. Kuswardhini, M.Psi., selaku dosen pembahas dalam seminar atas masukan dan saran kepada peneliti.

7. Dr. Corbin, yang sudah bersedia mengirimkan referensi melalui surat elektronik yang dapat digunakan peneliti.


(2)

iv   

8. Keluarga tersayang atas segala dukungan, doa, pengorbanan, dana, dan segalanya yang tiada henti mengalir.

9. Alda, Bennettia, Christine, Inri, dan Lusyana, yang hampir selalu memberikan dukungan intelektual, sosial, spiritual maupun emosional kepada peneliti.

10.Jessica S. dan Sabina, selaku mahasiswa pembahas dalam seminar, yang sudah memberikan banyak masukan dan kritikan yang sifatnya membangun, terkhusus untuk Jessica S. yang sudah membantu meminjam buku dari perpustakaan untuk peneliti dengan kartu perpustakaannya.

11.Alfonsus, Davin, Dwi, dan Ray, teman seperjuangan yang bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi mengenai penelitian ini.

12.Dien, rekan asisten dosen Psikologi Komunikasi, yang sudah bersedia meminjamkan buku statistik dan menjadi teman diskusi hampir setiap sebelum kelas Psikologi Komunikasi.

13.Hajeng, yang sudah menunjukkan situs untuk mendapatkan referensi-referensi penelitian yang gratis.

14.Maria U. dan Dwi K., yang selalu memberikan semangat kepada peneliti setiap kali bertemu untuk menyelesaikan skripsi secepatnya.

15.Teman-teman mahasiswa bimbingan Pak Robert, yaitu Angie, Dian, Janet, Monica, dan Priscilla yang sudah memberikan masukan dan saran kepada peneliti saat sedang menunggu giliran bimbingan.

16.Julietta dan Swastika, peneliti mengenai wellness terdahulu, yang sudah memberikan banyak masukan dan kritik serta referensi yang berarti.

17.Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung yang tidak bisa disebutkan namanya yang sudah menyediakan waktu dan tenaga untuk membantu peneliti dalam menyusun penelitian dan mahasiswa Fakultas Kedokteran


(3)

v    

Universitas “X” Bandung yang sudah bersedia menjadi responden peneliti, dimana tanpa ada kesediaan saudara-saudara, penelitian ini pasti akan mengalami hambatan. 18.Teman-teman Fakultas Psikologi Univesitas Kristen Maranatha angkatan 2012 yang

tidak dapat disebutkan satu per satu, bersama kita belajar untuk sebuah cita-cita dan mendukung satu sama lain.

19.Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha dan staf Tata Usaha Fakultas Kedokteran Universitas “X” yang telah membantu peneliti dalam membuat segala surat permohonan yang dibutuhkan.

20.Staf Perpustakaan Universitas Kristen Maranatha yang telah membantu dalam peminjaman buku-buku referensi yang dibutuhkan saat penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu peneliti selama penyusunan skripsi ini sampai akhirnya selesai.

Akhir kata, peneliti menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, oleh sebab itu peneliti terbuka terhadap kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak.

Bandung, Mei 2017


(4)

  60  Universitas Kristen Maranatha  DAFTAR PUSTAKA

Brymer, E., Cuddihy T. F., & Brymer, V.S. (2010). The Role of Nature-Based Experiences in the Development and Maintenance of Wellness, Asia-Pacific Journal of Health, Sport and Physical Education, 1:2, 21-27, DOI: 10.1080/18377122.2010.9730328. Diakses 14 Mei 2017

Corbin, Charles. (2008). Concept of Physical Fitness : Active Lifestyle for Wellness. Edisi 14. New York : McGraw –Hill.

Corbin, C.B., Pangrazi, R.P. (2001). Toward a Uniform Definition of Wellness: A Commentary. President’s Council on Physical Fitness and Sports Research Digest Seri 3 no. 15.

Dyrbye, L. N., Thomas, R. M., Tait, S. D. (2005). Medical Student Distress: Causes, Consequences, and Proposed Solutions. Mayo Clinic Proceedings, Vol 80, 12, 1613-1622. http://www.mayoclinicproceedings.org/article/S0025-6196(11)61057-4/fulltext diakses 14 September 2016

Ehman, R., Syed, S., Hussain, M., Shaikh, S. (2013). Health and Spirituality "walk along" in Wellness Journey of Medical Students. J Pak Med Assoc 2013; 63: 495-500. https://www.researchgate.net/profile/Sadiqa_Syed2/publication/254262499_Health_a nd_Spirituality_walk_along_in_wellness_Journey_of_medical_students/links/56bc4e a108ae2481ab6aef2a.pdf. Diakses 8 Mei 2017

Friedenberg, L. (1995). Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. USA: Allyn & Bacon.

Guilford, J.P. (1973). Fundamental Statistics in Psychology and Education. Edisi Ketiga. New York: McGraw Hill Book Company, inc.

Hattie, J. A., Myers, J. E., & Sweeney, T. J. (2004). A Factor Structure of Wellness: Theory, Assessment, Analysis, and Practice. Journal of Counseling & Development, 82(3), 354-364.

Hirshkowitz, Max., Whiton, Kaitlyn., Albert, Steven M., Alessi, Chaty., Bruni, Oliviero., DonCarlos, Lydia., . . . Hilard, P. J. A. (2015). National Sleep Foundation’s Sleep Time Duration Recommendations: Methodology And Results Summary.

Journal of The National Sleep Foundation. Diunduh dari http://www.sleephealthjournal.org/article/S2352-7218%2815%2900015-7/fulltext Diakses 20 Septermber 2016

Horton, B. & Snyder, C. (2009). Wellness : Its Impact on Student Grades and Implication for Business. Journal of Human Resources in Hospitality & Tourism, 8, 215-233

Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia. (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta: Himpunan Psikologi Indonesia.


(5)

Kumar, Ranjit. (2011). Research Methodology : A Step-by-Step Guide For Beginners. Edisi Ketiga. London: Sage Publication Ltd.

Lee, J. dan Graham, A. V. (2001), Students’ Perception of Medical School Stress and Their

Evaluation of a Wellness Elective. Medical Education, 35: 652–659.

doi:10.1046/j.1365-2923.2001.00956.x. Diakses 2 Maret 2017

Liguori, Gary. (2014). Questions And Answers: A Guide To Fitness And Wellness. Edisi 2. New York : McGraw –Hill.

Manurung, Rosida T. (2012). Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Jendela Mas Pustaka.

Moh. Nazir, (2003). Metode Penelitian. Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Seritan, Andreea. (2012). The State of Medical Student Wellness: A Call For Culture Change. Academic Psychiatry, 36:1.

Sugiyono. (2014a). Cara Mudah Menyusun: Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2014b). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Wallace, Jean., Lemaire, Jane E., Ghali, William A. (2009). Physician Wellness : a Missing Quality Indicator. The Lancet Volume 374, No 9702, p1714-1721. Diunduh dari http://www.thelancet.com/pdfs/journals/lancet/PIIS0140-6736(09)61424-0.pdf. Diakses 21 Oktober 2016

Williams, Eric S., Rondeau, Kent V., Qian, Xiao., Francescutti, Louis H. (2007). Physician Workloads: Impact on Physician Attitudes and Outcomes. Health Services Management Research 2007; 20: 261-69.


(6)

  62  Universitas Kristen Maranatha  DAFTAR RUJUKAN

Buku Panduan Program Studi Pendidikan Dokter. (2013). Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas “X”.

Carolin. 2010. Gambaran Tingkat Stres Pada Mahasiswa Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara (Skripsi).

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25590. Diakses 21 Oktober 2016

Hidayat, S., Prasetya, P. H., Handayani, V., Savitri, J., Azizah, E., Wardani, R., Rajagukguk, R.O. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi - Juli 2015. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Jessica. 2016. Pola Makan Terhadap Status Gizi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Tahun 2016 (Skripsi). Fakultas Kedokteran Universitas “X”: Bandung.

Nanang, E. (2014). Wellness: Paradigma, Model Teoretik, dan Agenda Penelitian Konseling di Indonesia. (Online). (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/nanang-erma-gunawan-spd- med/wellness-paradigma-model-teoretik-dan-agenda.pdf. Diakses 12 Juni 2017).

Nurlizan. 2015. Hubungan Pola Hidup Terhadap Physical Wellness Pada Mahasiswa/I Fisioterapi S-1 Transfer di Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2013- 2014 (Skripsi). http://eprints.ums.ac.id/32659/. Diakses 21 Oktober 2016

Pertiwi, S. T. 2016. Studi Deskriptif Mengenai Dimensi Wellness Pada Mahasisa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Rivhan, Fauzan. 2015. Gambaran Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014 (Skripsi). http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42951/7/Cover.pdf. Diakses 7 September 2016

Rosalia, S. 2015. Studi Deskriptif Mengenai Wellness Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan (Online). http://peraturan.go.id/uu/nomor-36-tahun-2014.html. Diakses 18 Oktober 2016