PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TAKTIS DAN TEKNIS BERDASARKAN PADA KEMAMPUAN KETERAMPILAN AWAL YANG BERBEDA TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN SOFT BAL : Penelitian Eksperimen Terhadap Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani dan Rekreasi Fakultas Pend

(1)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN...

i ii iii

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... C. Pembatasan Masalah... D. Perumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian... F. Manfaat Penelitian... G. Definisi Operasional... H. Anggapan Dasar dan Hipotesis...

1 1 5 6 7 8 9 10 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

A. Hasil Belajar Keterampilan Bermain ...l... B. Keterampilan Bermain Softball………... C. Kemampuan Keterampilan Awal…..………... D. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Belajar

Keterampilan Gerak... E. Model Pendekatan Pembelajaran dalam Permainan

Softball…..………... F. Hasil Belajar dalam Permainan Softball………...

18 18 24 62 66 70 77 BAB III PROSEDUR PENELITIAN...

A. Metode Penelitian..……..……….

79 79


(2)

B. Tempat dan Waktu Penelitian...………... C. Variabel Penelitian……… D. Populasi dan Sampel Penelitian……… E. Rancangan Penelitian……… F. Instrumen Penelitian……….. G. Prosedur Penelitian………... H. Program Pembelajaran……….. I. Teknik Analisis Data……….

79 81 81 84 92 105 109 111 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

A. Deskripsi Data………..……..……….. B. Pengujian Prasyarat Analisis Varian.….………... C. Pengujian Hipotesis Penelitian……….. D.Pembahasan Penelitian…... E. Keterbatasan penelitian……..………...

113 113 117 122 129 134 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..….

A. Kesimpulan.. ... B. Saran………...………

137 137 138

DAFTAR PUSTAKA ... 139 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 143


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seperti diketahui, proses pendidikan yang dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan, mulai taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi semakin dibutuhkan, lebih-lebih dalam pendidikan aspek perkembangan afektif, kognitif, dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut terkait dengan tuntutan situasi dan kondisi perkembangan pembangunan negara dewasa ini.

Sekolah dan Perguruan Tinggi merupakan lingkungan pendidikan formal yang menyelenggarakan serangkaian kegiatan yang terencana dan terorganisir, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar atau proses perkuliahan di kelas dan di luar kelas. Kegiatan proses belajar mengajar yang dilaksanakan di lingkungan perguruan tinggi ditujukan untuk menghasilkan perubahan-perubahan positif pada diri mahasiswa dalam kaitannya dengan tuntutan kehidupan global yang kian kompetitif.

Melalui kegiatan belajar yang terarah dan terpimpin, bahkan dikem-bangkan dalam situasi belajar berkolaborasi, mahasiswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang mengantarnya ke level kesiapan untuk bersaing ditingkat global. Karena itu, perumusan-perumusan tujuan yang ditetapkan akan menentukan hasil-hasil apa yang seharusnya diperoleh pada aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik.


(4)

Seperti diketahui, dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, FPOK UPI sebagai sebuah Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan memiliki peranan penting untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, khsususnya dalam bidang pendidikan. Untuk itu proses pendidikan dan pembelajaran yang diselenggarakan harus mampu menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing tinggi untuk bersaing di tingkat global.

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, selama ini proses perkuliahan praktek kecabangan olahraga masih dilaksanakan dengan meng-gunakan model pembelajaran yang sama dengan yang diberikan kepada atlet, dimana penguasaan keterampilan menjadi tujuan utama pembelajaran tanpa memperhatikan karakteristik mahasiswa dan jenis olahraganya. Proses pembel-ajaran lebih menekankan pada aspek kompetitif yang mengarah pada pemben-tukan keterampilan gerak, sementara pengembangan aspek kognitif dan afektif masih terabaikan.

Pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam proses perkuliahan praktek dengan tujuan agar hasil belajar keterampilan gerak dapat dikuasi dengan baik, merupakan upaya yang harus dilakukan oleh setiap dosen. Untuk itu, perlu dikembangkan model-model pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, sesuai tuntutan dan karakteristik mahasiswa yang belajar. Karena hal tersebut berhubungan dengan karakteristik tingkat kompleksitas gerak yang terkandung dalam permainan softball itu sendiri. Artinya mahasiswa yang memiliki keterampilan awal dari pola-pola gerak permainan softball masih dalam kategori rendah, akan mendapat kesulitan untuk mempelajarinya apabila


(5)

dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran melalui pendekatan yang asal-asalan. Terkait dengan kendala tersebut, tentunya pemilihan model pembelajaran melalui berbagai pendekatan sangatlah efektif untuk terciptanya hasil belajar yang diharapkan.

Berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan sampai saat ini, ada beberapa model pembelajaran yang sering digunakan dalam pelaksanaan kegiatan perkuliahan praktek, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran teknik atau konvensional, termasuk dalam kegiatan perkuliahan permainan softball. Gambaran pelaksanaan model pembelajaran melalui pendekatan teknis lebih menekankan kepada pembelajaran keterampilan teknis atau beberapa teknik dasar permainan (softball) secara sendiri-sendiri atau terpisah-pisah. Sementara pemahaman tentang makna permainan itu sendiri sering dilupakan. Dengan pola pendekatan teknis dosen sering menghabiskan waktu pembelajarannya hanya untuk mempelajari teknik dasar saja, ada kesan pada mahasiswa pendekatan semacam ini membosankan dan kurang menarik karena situasi belajar terkesan monoton. Selain itu, mahasiswa cenderung kurang mampu untuk mengimple-mentasikan keterkaitan antara beberapa teknik dasar yang telah dikuasai dengan sistem pola bermain softball secara utuh. Meskipun model pembelajaran teknik ini diduga dapat meningkatkan penguasaan keterampilan teknik dasar, namun ternyata banyak mendapatkan kritikan, salah satunya dikemukakan oleh Griffin, dkk., (1997:8) yang menyatakan bahwa keterampilan yang diajarkan sebelum subjek ajar dapat mengerti keterkaitannya dengan situasi bermain yang sesungguhnya, hasilnya dapat menghilangkan esensi dari perminan itu sendiri.


(6)

Sesuai dengan kritikannya, Griffin, dkk. (1997) mengembangkan sebuah model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya menerapkan sistem pola permainan yang sesungguhnya. Pola pendekatan pembelajarannya dilaksanakan melalui aktivitas bermain, dan pembelajaran penguasaan teknik dasar dilakukan bersamaan dengan pola bermain. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran pendekatan taktis.

Dalam kaitannya dengan permainan softball, model pembelajaran taktis dimaksudkan untuk mendorong mahasiswa dalam memecahkan masalah-masalah taktis dalam permainan softball atau bagaimana menerapkan beberapa keteram-pilan teknik dalam situasi permainan yang sebenarnya. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan taktis menekankan pada bagaimana membelajarkan mahasiswa agar dapat memahami konsep bermain softball. Pendekatan taktis dalam permainan softball disesuaikan dengan kebutuhan untuk meningkatkan mutu pembelajaran permainan softball.

Sesuai dengan uraian di atas, peneliti tertarik untuk membandingkan efektifitas model pembelajaran teknik dengan taktis terhadap hasil belajar keterampilan bermain softball dikaitkan dengan kemampuan awal yang dimiliki saat itu oleh para mahasiswa ketika memulai proses pembelajaran Selanjutnya penulis merumuskannya dalam sebuah judul penelitian: “Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Taktis dan Teknis Berdasarkan Pada Kemampuan Keterampilan Awal yang Berbeda Terhadap Keterampilan Bermain Soft Ball” Penelitian ini penulis anggap memiliki nilai penting dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas perkuliahan atau pembelajaran mata


(7)

kuliah praktek cabang olahraga yang pada gilirannya diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar mata kuliah permainan softball khususnya, dan umunya bisa dijadikan bahan pertimbangan oleh para dosen lain untuk diterapkan dalam mata kuliah praktek cabang olahraga yang lain. Lebih penting dari itu, diharapkan mahasiswa PJKR sebagai generasi pewaris keilmuan dibidang kependidikan diharapkan bisa menjadi duta-duta pendidikan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajan di sekolah-sekolah mulai Sekolah Dasar, Sekolah Menangah Pertama, dan Sekolah Menengah Umum.

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka perlu diidentifikasi beberapa permasalahan untuk dipilih dan dirumuskan menjadi masalah utama agar permasalahan dapat dibatasi, sehingga penelitian dapat dibatasi pula. Permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi ini kemudian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) apakah melalui pendidikan dapat meningkatkan sumber daya suatu bangsa? (2) Apakah sektor pendidikan lebih utama untuk dijadikan sebagai program pembinaan kualitas sumber daya manusia pada pembangunan jangka panjang suatu bangsa? (3) Program pendidikan apakah yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa dapat dikembangkan? (4) Model pembelajaran pendidikan jasmani yang bagaimanakah yang dapat meningkatkan keterampilan bermain olahraga mahasiswa? (5) Apakah tingkat keterampilan awal yang dimiliki oleh mahasiswa saat itu dapat berpengaruh terhadap kemampuan penguasaan keterampilan suatu cabang olahraga? (6) Apakah tingkat penguasaan


(8)

keterampilan olahraga softball dipengaruhi oleh tinggi rendahnya keteramplan gerak awalnya? (7) Model pembelajaran apakah yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan softball mahasiswa FPOK? (8) Apakah model pembelajaran taktis memberi pengaruh terhadap hasil belajar permainan softball mahasiswa FPOK? (9) Apakah model pembelajaran teknis memberi pengaruh terhadap hasil belajar permainan softball mahasiswa FPOK ? (10) Secara keseluruhan, apakah terdapat perbedaan hasil belajar permainan softball antara yang diajar melalui pembelajaran taktis dengan pembelajaran teknis mahasiswa FPOK? (11) Apakah model pembelajaran taktis lebih besar pengaruhnya dari pada model pembelajaran teknis terhadap hasil belajar permainan softball mahasiswa FPOK? (12) Bagi mahasiswa FPOK yang memiliki keterampilan awal tinggi, apakah terdapat perbedaan hasil belajar permainan softball antara yang diajar melalui model pembelajaran taktis dengan model pembelajaran teknis? (13) Bagi mahasiswa FPOK yang memiliki keterampilan awal rendah, apakah terdapat perbedaan hasil belajar permainan softball antara yang di ajar melalui model pembelajaran taktis dengan model pembelajaran teknis? (14) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan keterampilan awal terhadap hasil belajar permainan softball mahasiswa FPOK?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang dikemukakan dalam identifikasi masalah, maka ruang lingkup permasalahan yang akan di kaji perlu dibatasi agar lebih jelas dan terarah sesuai dengan pokok permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai. Maksud lain yang menjadi pertimbangan penulis adalah keterbatasan


(9)

yang ada pada penulis, baik menyangkut tenaga maupun biaya, disamping itu pula agar memudahkan dalam pengumpulan, pengolahan, dan interpretasi data, sehingga tujuan penelitian yang digariskan dapat tercapai dan sesuai tanpa mengalami rintangan yang berat.

Sesuai dengan beberapa pertimbangan di atas, maka penelitian ini hanya akan difokuskan pada Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Keterampilan Awal Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bermain Softball Pada mahasiswa FPOK UPI. Dengan demikian batasan-batasan istilah dalam penelitian ini terdiri atas (1) model pembelajaran taktis dan teknis, (2) kemampuan keterampilan awal yang tinggi dan rendah,(3) hasil belajar keterampilan bermain softball.

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel bebas, yaitu (1) model pembelajaran (taktis dan teknik) sebagai variabel bebas aktif, dan (2) keterampilan awal mahasiwa (kategori tinggi dan rendah) sebagai variabel bebas atribut. Selanjutnya satu variabel terikat, yaitu hasil belajar keterampilan bermain softball mahasiswa FPOK Program Studi Pendidikan Jas-mani Kesehatan dan Rekreasi yang mengontrak mata kuliah permainan softball.

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan apakah terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan

bermain softball antara mahasiswa yang diajar melalui model pembelajaran taktis dengan model pembelajaran teknis?


(10)

2. Pada mahasiswa yang memiliki keterampilan awal tinggi, apakah terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan bermain softball antara mahasiswa yang diajar melalui model pembelajaran taktis dengan model pembelajaran teknis ? 3. Pada mahasiswa yang memiliki keterampilan awal rendah, apakah terdapat

perbedaan hasil belajar keterampilan bermain softball antara mahasiswa yang diajar melalui model pembelajaran taktis dengan model pembelajaran teknis ? 4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

keterampilan awal terhadap hasil belajar keterampilan bermain softball mahasiswa FPOK Universitas Pendidikan Indonesia?

E. Tujuan Penelitian.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh model pembelajaran dan keterampilan awal terhadap hasil belajar keterampilan bermain softball mahasiswa FPOK Universitas Pendidikan Indonesia. Ada pun secara khusus akan didasarkan pada beberapa rumusan tujuan sebagai berikut:

1. Perbedaan hasil belajar keterampilan bermain softball antara mahasiswa yang diajar melalui model pembelajaran taktis dengan model pembelajaran teknik 2. Perbedaan hasil belajar keterampilan bermain softball antara mahasiswa yang

diajar melalui model pembelajaran taktis dengan model pembelajaran teknik pada mahasiswa yang memiliki keterampilan awal tingi

3. Perbedaan hasil belajar keterampilan bermain softball antara mahasiswa yang diajar melalui model pembelajaran taktis dengan model pembelajaran teknik pada mahasiswa yang memiliki keterampilan awal rendah.


(11)

4. Pengaruh interaksi antara model pembelajaran keterampilan awal terhadap hasil belajar keterampilan bermain softball pada mahasiswa FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan akan berguna dalam usaha memperkokoh landasan upaya pembangunan kualitas sumber daya manusia, khususnya dalam mata kuliah permainan softball melalui bentuk penguasaan keterampilan bermain softball. Untuk lebih rincinya kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Merupakan sumbangan pemikiran dalam pengembangan model pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran mata kuliah praktek.

2. Dapat menjadi sumber berharga bagi para dosen Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) atau Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), khususnya dalam rangka aplikasi model pembelajaran permainan softball bagi mahasiswa FPOK (FIK)

3. Dapat dijadikan sebagai rujukan oleh para dosen atau pembina olahraga lainnya dalam menentukan model pembelajaran permainan softball yang lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan bermain softball.

4. Sebagai bahan informasi bagi lembaga yang terkait untuk digunakan sebagai dasar menentukan kebijakan program pengembangan perkuliahan mata kuliah praktek di FPOK UPI khususnya, dan di FIK-FIK yang ada di Indonesia.


(12)

H. Definisi Operasional

Untuk memperjelas batasan-batasan istilah dan variabel-variabel dalam penelitian ini, maka dapat dijabarkan secara operasional sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran

Menurut Suriasumantri (1996) model adalah suatu abstraksi dari dunia nyata yang disederhanakan sehingga hanya parameter-parameter yang penting saja yang muncul dalam bentuknya, dan dengan adanya model permasalahan tidak menjadi sukar, malah dapat dipermudah. Sedangkan pembelajaran adalah aktivitas kegiatan belajar mengajar yang tersusun secara sistematik, terarah, dan terencana (Sadiman, dkk., 1990). Sesuai dengan kedua pengertian tadi, maka model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu parameter dari bentuk aktivitas kegiatan belajar mengajar yang tersusun secara sistematik, terarah dan terencana.

a. Model Pembelajaran Taktis

Menurut Griffin, dkk., (1997) model pembelajaran taktis adalah suatu usaha yang terencana untuk menyempurnakan penampilan permainan yang didalamnya terkandung penggabungan unsur kesadaran taktis dan pelaksanaan keterampilan. Apabila dihubungkan dengan konsep bermain softball, maka model pembelajaran taktis dapat diartikan sebagai bentuk aktivitas kegiatan belajar mengajar permainan olahraga yang dilaksanakan dengan penggabungan unsur kesadaran taktis dan pelaksanaan beberapa keterampilan dengan tujuan untuk mening-katkan kesadaran mahasiswa terhadap konsep bermain softball sesuai dengan situasi permainan softball.


(13)

b. Model Pembelajaran Teknis

Menurut Dick (1989) model pembelajaran teknis adalah proses kegiatan latihan aktivitas fisik yang dilaksanakan secara bertahap untuk mengkoor-dinasikan pola-pola gerak dasar menjadi satu kesatuan. Kemudian Bompa (1994) menjelaskan bahwa latihan teknis adalah suatu kombinasi dari elemen gerak dasar yang didalamnya terkandung aktivitas fisik yang dikoordinasikan secara sistematis dengan cara menghubungkan satu elemen gerak dengan yang lainnya untuk saling mendukung terhadap penampilan gerak secara keseluruhan. Sedangkan Griffin, dkk., (1997) menyatakan bahwa latihan teknis lebih terpusat pada teknik yaitu penekanan pada keterampilan pribadi, misalnya siswa harus menguasai keterampilan teknik dasar permainan softball seperti lempar, tangkap dan memukul bola terlebih dahulu sebelum mulai bermain. Harsono (1988:100) lebih jelas menyatakan bahwa “latihan teknik adalah latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan untuk mampu melakukan cabang olahraga yang dilakukan atlet; misalnya teknik menendang bola, melempar lembing, menangkap bola, membendung smes, dan sebagainya”.

Dengan demikian konsep model pembelajaran teknis adalah suatu kerangka konseptual mengenai interaksi belajar mengajar yang dirancang secara sistematis dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan penguasaan teknik yang mengutamakan pengulangan pola gerak dasar sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu penguasaan keterampilan bermain softball.


(14)

2. Kemampuan Keterampilan Awal

Menurut Lutan (1988) keterampilan dapat dipahami sebagai indikator dari tingkat kemahiran atau penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh. Keterampilan juga dapat dinyatakan untuk menggambarkan tingkat kemahiran seseorang melaksanakan suatu tugas, sehingga terdapat perbedaan tingkat keterampilan, ada yang tingkat keterampilan tinggi dan adapula tingkat keterampilan rendah. Hal ini didasarkan oleh pengalaman intensitas melakukan aktivitas gerak-gerak sebelumya, sehingga muncul isltilah pemain pemula dan pemain yang berprestasi tinggi. Dengan demikian konsep dasar dari kemampuan keterampilan awal adalah kapasitas tingkat kemahiran dasar yang dimiliki seseorang pada waktu mulai mempelajari keterampilan motorik yang baru.

3. Hasil Belajar Keterampilan Bermain Softball

Untuk mendefinisikan secara operasional tentang hasil belajar kete-rampilan bermain softball, terlebih dahulu perlu didefinisikan pengertian beberapa isitilah di bawah ini secara operasional, yaitu sebagai berikut:

a. Belajar keterampilan gerak

Belajar keterampilan gerak adalah seperangkat proses internal yang mengantarkan kearah perubahan perilaku terutama perilaku gerak yang relatif permanen sebagai akibat dari proses latihan atau pengalaman dan bukan karena pengaruh kondisi tubuh yang bersifat sementara seperti keadaan sakit, lelah, jenuh, karena obat-obatan atau proses kematangan fisik (Schmidt (1991:345-348); Fischman dan Oxendine, 1993:11).


(15)

b. Hasil Belajar

Hasil Belajar adalah tingkat penguasaan mahasiswa terhadap tujuan belajar berupa perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. Mengacu pada definisi ini maka hasil belajar dalam konteks belajar keterampilan bermain softball dapat diartikan sebagai performa atau tingkat kemampuan penguasaan terhadap tujuan belajar keterampilan bermian soffball. Tingkat penguasaan ini diukur melalui tes tertentu sesuai dengan jenis keterampilan gerak yang dipelajarinya.

c. Keterampilan Bermain Softball

Secara konseptual, keterampilan bermain softball adalah kemampuan untuk menghasilkan beberapa gerakan secara maksimal dengan sedikit mengeluarkan tenaga atau waktu dalam memainkan permainan softball. Sesuai dengan definisi ini, secara operasional keterampilan bermain softball dapat diartikan sebagai kemampuan mahasiswa dalam menampilkan kemahiran geraknya secara efektif dan efisien dalam permainan softball yang dapat diamati melalui penampilannya dalam memperagakan keterampilan bermain softball yang meliputi aspek keterampilan batting, base running, dan fielding.

d. Hasil Belajar Keterampilan Bermain Softball

Sesuai dengan definisi-definsi di atas, maka hasil belajar keterampilan bermain softball dapat diartikan sebagai tingkat penguasaan atau tingkat kemam-puan mahasiswa terhadap tujuan belajar keterampilan bermain softball dengan indikator keterampilan batting, base running, dan fielding, yang dinyatakan dalam


(16)

bentuk skor numerik dan diukur melalui tes bermain softball dan tes keterampilan gerak batting, base running, dan fielding.

I. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar

Softball merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang memiliki karakteristik dan prinsip bermain yang khas dibandingkan dengan cabang-cabang olahraga lainnya. Pola-pola gerak yang sering dilakukan dalam permainan softball meliputi gerak melempar bola, menangkap bola, memukul bola, dan berlari. Pola-pola gerak tersebut menjadi semakin kompleks apabila dilakukan dalam situasi dan kondisi dinamika permainan yang tinggi. Karena itu, untuk mengatasi kompleksitas dari pola-pola gerak tersebut, setiap pemain perlu melakukan latihan secara intensif, terprogram, dan sistematik agar perkembangan penguasaan pola gerak dapat ditingkatkan disesuaikan dengan tingkat kedinamisan pola permainan. Untuk alasan itu, agar dapat bermain softball dengan baik setiap pemain terlebih dahulu harus menguasai teknik dasar yang meliputi menangkap bola, melempar bola, memukul bola, berlari, meluncur atau sliding. Namun perlu pula diketahui bahwa dari sekian banyak teknik dasar permainan softball yang harus dikuasai oleh setiap pemain, masing-masing memiliki organisasi dan kom-pleksitas gerak yang bervariasi.

Permainan softball dapat dikuasai dengan efektif, apabila setiap pemain terampil dan mampu menguasai teknik-teknik gerak yang sesuai dengan karakteristik permainannya. Hal ini tidak serta merta didapatkan dengan cara melihat atau menonton pemain softball sedang beraksi di lapangan, namun yang


(17)

paling penting yang harus dilakukan adalah “action”, artinya melakukan latihan beberapa pola gerak yang terdapat pada teknik bermain softball. Bentuk –bentuk latihannya pun perlu dirancang dan direncanakan dalam situasi dan kondisi yang mampu memberikan rangsangan terhadap keinginan.

Dalam konteks pembelajaran permainan softball, khususnya bagi mahasiswa FPOK Universitaas Pendidikan Indonesia yang memiliki karakteristik kemampuan keterampilan motorik awal yang bervariasi, perlu kiranya disusun dan dikondisikan model-model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat keterampilan awalnya. Banyak model pembelajaran yang dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap hasil belajar keterampilan permainan softball, khususnya bagi mahasiswa FPOK UPI namun model pembelajaran yang mana yang sesuai dengan perkembangan keterampilan awal pada waktu mereka mulai belajar permainan softball, hal itu perlu diperhatikan secara serius dan lebih persuasif, karena akan berpengaruh kepada kelangsungan sistematika proses belajar-mengajar, yang pada akhirnya berdampak terhadap hasil belajarnya.

Dalam kaitan itu, penelitian ini mencoba mengkaji dua model pembelajaran yang sekiranya dapat memberikan hasil belajar yang positif terhadap perkem-bangan kemampuan keterampilan permainan softball. Model pembelajaran yang dimaksud adalah (1) model pembelajaran taktis, dan (2) model pembelajaran teknis. Masing-masing model tersebut memiliki keuntungan dan kelemahannya sendiri-sendiri, mungkin ada yang cocok untuk mahasiswa yang memiliki keterampilan awal tinggi, ada pula yang cocok untuk mahasiswa yang memiliki keterampilan awal rendah.


(18)

Adapun gambaran singkat dari perbedaan kedua model di atas terhadap keberhasilan belajar keterampilan softball mahasiswa FPOK UPI yang memiliki keterampilan awal yang berbeda adalah: (1) pada model pembelajaran taktis, proses latihan dalam kegiatan pembelajarannya lebih ditekankan kepada pola-pola bermain dan hanya sebagian waktu digunakan untuk latihan kemahiran teknik secara pribadi saja yang bermain secara aktif (Griffin, dkk., 1997). Dari perlakuan proses model pembelajaran taktis ini, terdapat beberapa hal penting yang muncul yaitu penampilan siswa dalam melakukan permainan lebih sempurna, karena dilakukan melalui kombinasi kesadaran taktis dan gerakan tanpa bola, serta mampu menguasai dalam memilih dan menggunakan kemahiran keterampilannya. Oleh karena model pembelajaran taktis mengarahkan siswa kepada pola berpikir taktis, yang tentunya hal itu hanya dapat dicerna oleh seseorang yang memiliki pengalaman gerak yang intensif yang sebelumnya, atau memiliki keterampilan awal yang tinggi, sehingga berdampak terhadap hasil belajar yang lebih bermakna. Sedangkan pada (2) model pembelajaran teknis, proses latihan dalam pembelajarannya lebih menekankan kepada latihan teknik terlebih dahulu sebelum beralih ke taktik bermain, maksudnya yaitu penekanan pada tuntutan untuk kemahiran secara pribadi (Dick, 1989). Misalnya siswa harus menguasai kemahiran teknik dasar softball seperti melempar bola, menangkap bola, dan memukul bola terlebih dahulu sebelum beralih ke keterampilan bermain yang sebenarnya. Bahkan Griffin, dkk.,(1997) memberikan gambaran bahwa kenyataan di lapangan beberapa pengajar mengeluh atas pendekatan model pembelajaran ini, karena siswa tidak dapat menggunakan


(19)

kemahiran yang dipelajarinya secara efektif pada saat permainan, dan meskipun mereka menghabiskan banyak waktu belajar teknis, siswa tidak merasa puas karena kurang melakukan pendekatan dalam bentuk permainan. Seolah-olah kurang memunculkan nilai permainan sebenarnya yang merupakan nilai utama dari olahraga softball.

2. Hipotesis

Berdasarkan anggapan dasar yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan hipotesis penelitian yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :

(1) Secara keseluruhan hasil belajar keterampilan bermain softball mahasiswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran taktis lebih baik daripada model pembelajaran teknis.

(2) Pada mahasiswa yang memiliki keterampilan awal tinggi, hasil belajar keterampilan bermain softball yang diajar melalui model pembelajaran taktis lebih tinggi dari hasil belajar mahasiswa yang diajar melalui model pembelajaran teknis.

(3) Pada mahasiswa yang memiliki keterampilan awal rendah, hasil belajar keterampilan bermain softball yang diajar melalui model pembelajaran teknis lebih tinggi dari hasil belajar mahasiswa yang diajar melalui model pembelajaran taktis.

(4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan kete-rampilan awal terhadap hasil belajar ketekete-rampilan bermain softball.


(20)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan desain faktorial 2 x 2 . Alasan pokok penggunaan metode eksperimen karena penelitian ini berusaha mencari hubungan sebab akibat antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel bebas, yaitu model pembelajaran dan kemampuan keterampilan awal. Model pembelajaran adalah variabel bebas aktif dan dibagi ke dalam dua klasifikasi, yaitu model pembelajaran taktis dan model pembelajaran teknik. Sedangkan kemampuan keterampilan awal termasuk ke dalam variabel bebas atribut dan dibagi menjadi dua klasifikasi, yaitu kemampuan keterampilan awal tinggi dan rendah. Adapun variabel terikat penelitian ini adalah hasil belajar keterampilan bermain softball.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan terhadap mahasiswa FPOK Universitas Pendidikan Indonesia yang mengikuti mata kuliah permainan soft ball. Karena itu tempat penelitian dilaksanakan di kampus FPOK UPI jalan Setiabudi no. 229. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan, terhitung mulai bulan September sampai dengan Nopember 2007. Frekuensi pertemuan adalah 3 kali seminggu, karena itu, jumlah pertemuan keseluruhan adalah 24 kali, dan


(21)

setiap pertemuan lamanya 2 x 50 menit (100 menit). Rincian setiap pertemuan disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1.

Jadwal Waktu Pertemuan Pembelajaran

No Pertemuan Hari, Tanggal, dan Tahun Keterangan

1. 1. Senin, 8 September 2008 Terlaksana

2. 2. Rabu, 10 September 2008 Terlaksana

3. 3. Jumat, 12 September 2008 Terlaksana

4. 4. Senin, 15 September 2008 Terlaksana

5. 5. Rabu, 17 September 2008 Terlaksana

6. 6. Jumat, 19 September 2008 Terlaksana

7. 7. Senin, 22 September 2008 Terlaksana

8. 8. Rabu, 24 September 2008 Terlaksana

Tanggal 26 September sampai 5 Oktober Libur Hari Raya Iedul Fitri

9. 9. Senin, 6 Oktober 2008 Terlaksana

10. 10. Rabu, 8 Oktober 2008 Terlaksana

11. 11. Jumat, 10 Oktober 2008 Terlaksana

12. 12. Senin, 13 Oktober 2008 Terlaksana

13. 13. Rabu, 15 Oktober 2008 Terlaksana

14. 14. Jumat, 17 Oktober 2008 Terlaksana

15. 15. Senin, 20 Oktober 2008 Terlaksana

Rabu, 22 Oktober 2008 Libur karena Wisuda UPI

16. 16. Jumat, 24 Oktober 2008 Terlaksana

17. 17. Senin, 27 Oktober 2008 Terlaksana

18. 18. Rabu, 29 Oktober 2008 Terlaksana

19. 19. Jumat, 31 Oktober 2008 Terlaksana

20. 20. Senin, 3 Nopember 2008 Terlaksana

21. 21. Rabu, 5 Nopember 2008 Terlaksana

22. 22. Jumat, 7 Nopember 2008 Terlaksana

23. 23. Senin, 10 Nopember 2008 Terlaksana


(22)

C. Variabel Penelitian

Secara operasional penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel terikat. Ada dua variabel bebas yang dilibatkan yaitu model pembelajaran dan kemampuan keterampilan awal. Variabel model pembelajaran adalah variabel bebas aktif, terdiri atas dua klasifikasi yaitu model pembelajaran taktis dan model pembelajaran teknis. Sedangkan variabel kemampuan keterampilan awal adalah variabel bebas atribut sekaligus berfungsi sebagai variabel kontrol, terdiri atas dua klasifikasi, yaitu kemampuan keterampilan awal tinggi dan rendah. Adapun variabel terikat yang dilibatkan adalah hasil belajar keterampilan bermain softball.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FPOK Universitas Pendidikan Indonesia. Oleh karena keterbatasan waktu dan sumber daya penulis, dan juga memperhatikan kondisi mahasiswa yang diasumsikan memiliki karakteristik perkembangan yang hampir sama, maka yang terpilih menjadi populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang mengontrak mata kuliah softball pada semester ganjil Tahun Akademik 2007 / 2008.

Dilandasi oleh pendapat Ary, dkk. (1990:178) yang menyatakan bahwa besarnya sampel tergantung pada ketepatan yang diinginkan peneliti dalam menduga parameter populasi pada taraf kepercayaan tertentu, dan tidak ada satu kaidah pun yang dapat dipakai untuk menetapkan besarnya sampel. Berdasarkan pendapat tersebut dan dihubungkan dengan karakteristik sampel, maka sampel penelitian ditentukan secara random sampling sederhana, terpilih jumlah sampel


(23)

sebanyak 60 mahasiswa, yang didapat dari populasi terjangkau mahasiswa FPOK yang mengikuti mata kuliah softball angkatan 2007/2008 berjumlah 109 orang. Kemudian dari jumlah tersebut dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan secara random pula, masing-masing kelompok berjumlah 15 siswa sesuai dengan tingkat kemampaun keterampilan awal tinggi dan rendah.

Pengelompokan kemampuan keterampilan awal tinggi dan rendah dilakukan dengan cara tes awal pada waktu akan memulai eksperimen. Tes awal yang digunakan adalah tes keterampilan bermain softball dari “O’Donnell Test” dalam Nurhasan (2007:245-250). Jenis-jenis item tes yang digunakan adalah tes speed throw, throw and catch, fielding fly balls, repeated

throw, fungo batting, dan overhand accuracy throw. Hasil tes awal ini dibuat

ranking berdasarkan skor tertinggi dan skor terendah. Penentuan keterampilan awal tinggi dan rendah didasarkan pada perhitungan sebagai berikut: (1) kategori kelompok keterampilan awal tinggi adalah mahasiswa yang termasuk ke dalam 27% skor tertinggi, dan kategori kelompok keterampilan awal rendah adalah mahasiswa yang termasuk ke dalam 27% skor terendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Don R. Kirkendall. 1980;115, yaitu : “....we rank them from high to low on the basis of the total test score and then divide them into extrem groups-the top 27 percent and bottom 27 percent”. Jadi sesuai dengan jumlah populasi terjangkau diperoleh 27% dari 109 orang = 29,43 (dibulatkan 30) untuk kelompok mahasiswa yang mendapat skor kemampuan awal tertinggi dan 27% dari 109 orang = 29,43 (dibulatkan 30) untuk kelompok mahasiswa yang memiliki skor keterampilan awal terendah. Dari mahasiswa yang memiliki kemampuan


(24)

awal tinggi dan rendah masing-masing dibagi menjadi dua kelompok yang seimbang dengan matching system sehingga masing-masing sel terdiri dari 15 orang. Penentuan jumlah sampel tersebut dikaitkan dengan persyaratan efektifitas jumlah pemain softball yang dilatih atau belajar dalam setiap timnya berkisar antara 15-25 pemain dan juga berdasarkan atas kebutuhan jumlah tiap-tiap kelompok perlakuan dari variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini.

Model Pembelajaran A

Keterampilan Awal (B)

TAKTIS A1

TEKNIS A2

TINGGI B1

A1 B1 (15 orang) A2 B1 (15 orang) RENDAH

B2 A1 B2 (15 orang) A2 B2 (15 orang)

Gambar 3.1. Teknik Pengambilan Sampel Keterangan:

A1 B1 = Kelompok mahasiswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran taktis dan memiliki keterampilan awal yang tinggi dalam permainan softball

POPULASI SASARAN

(Mahasiswa Putra FPOK UPI)

POPULASI TERJANGKAU

(Mahasiswa Putra yang mengontrak Mata Kuliah Softbal TA. 2008/2009


(25)

A2 B1 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran teknis dan memiliki keterampilan awal yang tinggi dalam permainan softball

A1 B2 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran taktis dan memiliki keterampilan awal yang rendah dalam permainan softball

A2 B2 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran teknis dan memiliki keterampilan awal yang rendah dalam permainan softball

E. Rancangan Penelitian 1. Jenis Rancangan

Penelitian ini bermaksud mengkaji hubungan kausal antara variabel model pembelajaran dan kemampuan keterampilan awal dengan hasil belajar keterampilan bermain softball. Variabel model pembelajaran dimanipulasi secara simultan untuk diteliti pengaruhnya terhadap variabel terikat. Sementara variabel kemampuan keterampilan awal adalah variabel bebas kontrol untuk diteliti pengaruhnya terhadap variabel terikat. Selanjutnya, kedua variabel bebas akan diteliti juga pengaruh interaksinya terhadap variabel terikat.

Berdasarkan hal tersebut, untuk membuktikannya diperlukan suatu rancangan penelitian, dan untuk kebutuhan itu rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorial. Hal ini sesuai dengan pandangan Kerlinger (2002:562) bahwa rancangan faktorial adalah struktur penelitian dimana dua faktor atau lebih saling diperhadapkan untuk mengkaji akibat-akibatnya yang mandiri dan yang interaktif terhadap suatu variabel terikat. Serupa dengan pandangan tersebut, Ary, dkk. (1990:331) menjelaskan rancangan faktorial sebagai jenis desain penelitian dimana dua faktor atau lebih dimanipulasi secara simultan untuk


(26)

diteliti pengaruhnya secara independen dan atau interaktif terhadap suatu variabel terikat. Berdasarkan kedua pandangan tersebut, maka rancangan penelitian yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial 2x2 atau 22 (2x2

factorial design). Lebih jelas disajikan pada gambar 3.2. di halaman berikut:

Tabel 3.2.

Rancangan Eksperimen Faktorial 2 x 2

Model Pembelajaran A

Keterampilan Awal (B)

Taktis A1

Teknik A2

Tinggi

B1 A1B1 A2B1

Rendah

B2 A1B2 A2B2

Keterangan:

A = Model pembelajaran dibagi menjadi dua klasifikasi A1 = Model pembelajaran taktis

A2 = Model pembelajaran teknis

B = Kemampuan keterampilan awal dibagi menjadi dua klasifikasi B1 = Kemampuan keterampilan awal tinggi

B2 = Kemampuan keterampilan awal rendah

A1 B1 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran taktis dan memiliki keterampilan awal yang tinggi dalam permainan softball

A2 B1 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran teknis dan memiliki keterampilan awal yang tinggi dalam permainan softball

A1 B2 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran taktis dan memiliki keterampilan awal yang rendah dalampermainan softball


(27)

teknis dan memiliki keterampilan awal yang rendah dalam permainan softball

Berdasarkan rancangan di atas dapat diketahui subyek penelitian dibagi menjadi empat kelompok eksperimen, yakni (1) kelompok kombinasi antara model pembelajaran taktis dengan keterampilan awal tingi (A1B1) disebut kelompok eksperimen satu (K-1), (2) kelompok kombinasi antara model pembelajaran teknik dengan keterampilan awal tinggi (A2B1) disebut kelompok eksperimen dua (K-2), (3) kelompok kombinasi antara model pembelajaran taktis dengan keterampilan awal rendah (A1B2) disebut kelompok eksperimen tiga (K-3), dan (4) kelompok kombinasi antara model pembelajaran teknik dengan keterampilan awal rendah (A2B2) disebut kelompok eksperimen empat (K-4).

Pemilihan dan penentuan subyek untuk setiap kelompok dilakukan melalui metode penugasan secara random, metode ini diperlukan untuk memperoleh kelompok yang ekuivalen atau menyetarakan kelompok-kelompok yang diteliti sebelum diberi perlakuan.

2. Validitas Rancangan

Ada dua jenis validitas rancangan berkenaan dengan hasil eksperimen dalam penelitian ini yakni validitas internal dan eksternal. Validitas internal ber-hubungan dengan akibat yang ditimbulkan oleh perlakuan terhadap variabel terikat. Sejauhmanakah perubahan yang terjadi dalam variabel terikat benar-benar disebabkan oleh pemberian perlakuan model pembelajaran, bukan karena pengaruh faktor-faktor lain yang tidak sesuai maupun faktor kebetulan. Adapun


(28)

validitas eksternal berkaitan dengan aplikasi hasil eksperimen. Sejauh-mana hasil eksperimen dapat digeneralisasikan terhadap populasi, situasi, dan waktu yang berbeda.

Merujuk kepada pendapat Campbell & Stanley (1963:8), Cook & Campbell (dalam Latipun, 2002, 54-59), Azwar (2003:98), dan Thomas, dkk (2005:327):validitas internal dan eksternal yang dikontrol dalam penelitian ini terdiri atas:

a. Validitas Internal

Validitas internal berhubungan dengan pertanyaan sejauhmana perubahan yang terjadi pada variabel terikat dalam suatu eksperimen benar-benar hanya terjadi karena perlakuan yang diberikan dan bukan karena pengaruh faktor lain (Neuman, 2000:236). Validitas internal berkaitan dengan pertanyaan apakah perlakuan yang diberikan benar-benar menjadi penyebab dari hasil yang diamati dalam penelitian yang dilaksanakan Jadi, validitas internal adalah validitas yang berkaitan dengan hubungan sebab dan akibat antara perlakuan dan hasil pengamatan.

Pengontrolan validitas internal bertujuan untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang dapat mengganggu dan mempengaruhi perlakuan yang diberikan selama eksperimen dan dapat menimbulkan interpretasi lain. Variabel-variabel luar yang dikontrol karena dianggap dapat mengancam validitas internal adalah variabel sejarah, kematangan, tes, instrumentasi, pemilihan subyek, mortalitas, instabilitas, peneliti, dan sosial psikologis. Dalam kaitannya dengan


(29)

pelaksanaan eksperimen yang telah dilakukan, semua variabel internal di atas berusaha dikendalikan pengaruhnya dengan cara sebagai berikut:

1) Pengaruh sejarah. Variabel ini menunjuk kepada adanya kegiatan tambahan di luar eksperimen atau kejadian-kejadian yang dialami sampel penelitian diluar eksperimen yang muncul selama eksperimen berlangsung yaitu antara mulai aksperimen sampai akhir eksperimen. Pengaruh sejarah dikendalikan dengan cara mengatur rencana eksperimen dengan jelas dan terjadwal dengan baik, serta menyarankan kepada sampel penelitian untuk tidak menggunakan waktu luangnya dengan melakukan aktivitas olahraga soft ball.

2) Pengaruh kematangan. Perubahan dalam hasil eksperimen dapat terjadi karena berlalunya waktu dan perubahan alamiah sebagai akibat dari faktor pertumbuhan dan perkembangan sampel, karena itu perlakuan tidak diberikan terlalu lama dan subyek penelitian ditentukan melalui penugasan secara random.

3) Pengaruh pengetesan. Variabel ini dikontrol dengan memberikan selang waktu yang cukup untuk mengembalikan kondisi tubuh mahasiswa kepada keadaan semula. Mahasiswa mulai mengikuti program penelitian pada tanggal 8 September 2008 dua hari setelah melaksanakan tes kemampuan keterampilan awal. Demikian pula untuk pelaksanaan tes akhir, mahasiswa melaksanakannya pada tanggal 14 Nopember 2008 satu hari setelah pertemuan akhir.

4) Pengaruh instrumentasi. Variabel instrumentasi menunjuk kepada perubahan pada hasil eksperimen sebagai akibat dari perubahan yang terjadi pada proses pengukuran yang dilakukan. Misalnya petugas pengukuran yang tidak sama tingkat keterampilannya, keterlibatan peneliti dalam proses perlakuan, dan


(30)

lain-lain. Pengendalianya dilakukan dengan cara tidak mengubah proses pengukuran pada saat pengumpulan data dan tidak mengganti apapun yang ada hubungannya dengan instrumen yang digunakan, baik pengukuran pada uji coba instrumen maupun pada saat pengumpulan data. Petugas tes adalah dosen yang diasumsikan memiliki tingkat keterampilan yang hampir sama, dan peneliti tidak terlibat langsung dalam proses penelitian dan juga dalam proses pengumpulan data.

5) Pengaruh pemilihan sampel. Pengaruh pemilihan sampel menunjuk kepada adanya komposisi kelompok sampel yang akan dikenai perlakuan yang berpeluang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Pengendalian terhadap pengaruh pemilihan sampel dilakukan dengan cara memilih sampel penelitian dengan teknik penugasan secara random sehingga semua sampel memiliki peluang yang sama untuk berada pada kelompok perlakuan.

6) Pengaruh mortalitas. Pengaruh mortalitas menunjuk kepada hilangnya peserta eksperimen yang mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi dalam kelompok eksperimen. Pengendaliannya dilakukan dengan cara memberikan motivasi terus menerus dan memonitor kehadiran sampel secara hangat dan ketat melalui daftar hadir, juga memberikan penjelasan singkat dan jelas tentang fungsi dan manfaat penelitian bagi subyek khususnya dan perkembangan softball di Indonesia umumnya.

8) Pengaruh instabilitas. Pengaruh instabilitas menunjuk kepada adanya ketidaktetapan dalam memperoleh skor sebagai akibat dari proses pengukuran. Pengendalian terhadap pengaruh instabilitas dilakukan dengan melakukan uji


(31)

validitas dan reliabilitas terhadap instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.

9) Pengaruh peneliti. Harapan-harapan peneliti terhadap hasil penelitian dapat mempengaruhi proses eksperimen yang dilakukan, karena itu eksperimen dirancang sedemikian rupa agar sedapat mungkin tidak diganggu atau dicemari oleh harapan-harapan atau keinginan peneliti, karena itu pula peneliti tidak terlibat secara aktif (mengajar) dalam pelaksanaan perlakuan dan disediakan 1 orang dosen untuk setiap kelompok dengan asumsi setiap dosen memiliki keterampilan yang hampir sama.

10) Pengaruh aspek sosial dan psikologis. Variabel ini menunjuk kepada interaksi sosial dan dinamika psikologis yang terjadi pada saat eksperimen berlangsung dan dapat mengancam validitas internal, terdiri dari tiga sub variabel yakni: (a) difusi, menunjuk kepada terjadinya pertukaran informasi antara anggota kelompok eksperimen sebagai akibat dari adanya komuniksi satu sama lain. Pengendaliannya dilakukan dengan cara memisahkan kelompok eksperimen berdasarkan perlakuan pada wilayah waktu yang berbeda sehingga satu sama lain tidak saling berkomunikasi; (b) kompetisi antar kelompok eksperimen, menunjuk kepada respon emosional salah satu kelompok eksperimen terhadap kelompok eksperimen lain sehingga memacunya untuk berlatih lebih keras daripada kelompok lainnya. Pengendaliannya dilakukan dengan memisahkan kelompok eksperimen dan memberikan penjelasan kepada subyek kelompok mengenai eksperimen yang sedang dilakukan; (c) hilangnya semangat, menunjuk kepada adanya satu kelompok eksperimen yang merasa diabaikan, sementara kelompok


(32)

lain memperoleh perlakuan khusus. Hal ini menyebabkan munculnya perasaan iri sehingga menjadi kurang termotivasi. Pengendaliannya dilakukan dengan mem-berikan penjelasan bahwa eksperimen yang dilakukan merupakan bagian dari kegiatan sekolah atau perkumpulan dan sedapat mungkin mengurangi perhatian-perhatian khusus yang diberikan kepada salah satu kelompok.

b. Validitas eksternal

Validitas eksternal menunjuk kepada kerepresentatifan hasil eksperimen atau berhubungan dengan pertanyaan sejauhmana suatu eksperimen dapat digeneralisasikan kepada populasi, keadaan, dan waktu yang berbeda atau di luar lingkup eksperimen. Pengertian ini didasarkan pada dua pendapat yang menyatakan validitas eksternal sebagai kerepresentatifan hasil eksperimen atau sejauhmana hasil eksperimen dapat digeneralisasikan (Tuckman, 1978:4.; Ary, dkk., 1990:316) dan pandangan yang menegaskan bahwa validitas eksternal berkenaan dengan persoalan generalisasi hasil penelitian kepada orang, keadaan, dan waktu lain di luar lingkup eksperimen.

Pengontrolan validitas eksternal ditujukan untuk mengendalikan beberapa variabel yang dapat mempengaruhi generalisasi hasil penelitian. Dua jenis validitas eksternal adalah validitas populasi dan ekologi (Bracht dan Glass dalam Ary, dkk., 1990:316)

1) Validitas populasi. Pengontrolan terhadap validitas populasi dimaksud-kan agar hasil penelitian dapat digeneralisasidimaksud-kan ke populasi eksperimen atau terjangkau. Salah satu variabel yang dapat mengancam validitas populasi adalah pengaruh interaksi antara karakteristik sampel dengan perlakuan (interaction of


(33)

subject characteristics and treatment), karena itu pengontrolan dilakukan dengan

cara memberikan batasan yang jelas tentang karakteristik sampel penelitian, yakni (a) subyek penelitian berjenis kelamin putra (b) mahasiswa angkatan 2006/2007, dan (c) termasuk pemain pemula.

2) Validitas ekologi. Validitas ini dikontrol dengan cara: (a) seluruh

program perlakuan disusun dan dijadwalkan secara jelas, (b) dosen berjumlah empat orang untuk empat kelompok eksperimen yang berstatus sebgai dosen FPOK UPI yang mengajar mata kuliah permainan soft ball dan diasumsikan memiliki kompetensi yang sama.

F. Instrumen Penelitian 1. Jenis Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Sesuai dengan variabel dalam penelitian ini, ada dua instrumen pokok yang digunakan, yaitu instrumen tes keterampilan awal bermain softball dan keterampilan bermain softball.

a. Tes Kemampuan awal

Tes keterampilan awal yang digunakan dalam penelitian ini adalah O’Donnell Test dalam Nurhasan (2007:245-250). Tes ini terdiri dari 6 item tes, yaitu tes speed throw, throw and catch, fielding fly balls, repeated throw, fungo

batting, dan overhand accuracy throw. Tes ini digunakan pada saat tes awal. Tes

keterampilan awal dilaksanakan dua hari sebelum pelaksanaan perlakuan, sedangkan tes akhir dilaksanakan satu hari setelah pertemuan perlakuan terakhir.


(34)

Tes awal digunakan untuk membagi kelompok eksperimen, yakni kelompok keterampilan awal tinggi dan kelompok keterampilan awal rendah. Instrumen tes O’Donnell ini mempunyai validitas an 0,78 dan reliabilitasnya 083. Adapun prosedur dan petunjuk pelaksanaan tes dijelaskan sebagai berikut:

1) Speed Throw

Pelaksanaan tes: Subjek berdiri di belakang garis yang dibuat sejauh

19,76 m dari dinding. Setelah aba-aba diberikan subjek melemparkan bola tersebut ke dinding.

Gambar 3.2. Cara Pelaksanaan tes speed throw

Cara menskor: waktu yang dicatat mulai dari aba-aba diberikan sampai

bola mengenai tembok. Tiap orang coba/subjek diberi kesempatan tiga kali lemparan. Lemparan yang terbaik yang digunakan sebagai skor dari tes tersebut.


(35)

Pelaksanaan tes: Subjek berdiri di belakang garis yang dibuat sejauh 1,82

m dari dinding, sambil memegang bola. Ketika aba-aba diberikan bola dilemparkan ke dinding di atas garis batas yang dibuat setinggi 3,64 m dari lantai, selama 30 detik. Bola selalu dilemparkan dari belakang garis, tetapi boleh ia menangkap bola tersebut di depan garis.

Gambar 3.3. Cara Pelaksanaan tes throw and catch

Cara menskor: Jumlah lemparan yang benar selama 30 detik. Tiap orang

coba hanya diberikan satu kali percobaan.

3) Fielding Fly Balls

Pelaksanaan tes : Sebuah tali direntangkan diatas garis start setinggi 2,43 m. Subjek melemparkan bola tersebut ke atas melalui tali tersebut dan kemudian lari dan menangkap bola tersebut diudara. Subjek berusaha menempuh jarak semaksimal dan menangkap bola tersebut diudara.


(36)

Gambar 3.4. Cara Pelaksanaan tes fielding fly balls

Cara menskor: jarak dari start sampai kepada tumit kaki depan subjek

tersebut, yang diukur sebagai skor untuk tes ini. Tiap subjek diberi kesempatan melakukan tiga kali percobaan dicatat skor terbaik dari ketiga percobaan tersebut.

4) Repeated Throw

Pelaksanaan tes : Subjek berdiri di belakang garis start yang dibuat dengan jarak 4,56m dari dinding sambil memegang bola. Subjek melemparkan bola tersebut ke dinding di atas garis yang dibuat setinggi 2,28m dari lantai, dan menangkap bola tersebut dan melemparkan kembali ke dinding, selama 30 detik.

Cara menskor : Jumlah lemparan yang benar selama 30 detik, merupakan skor dari subjek tersebut dalam tes ini.


(37)

Gambar 3.5. Cara Pelaksanaan tes repeated throw

5) Fungo Batting

Pelaksanaan tes: Subjek berdiri didalam “Batter’s Box” sambil memegang batt dan bola. Kemudian ia lambungkan bola tersebut dan segera ia memukul bola itu ke arah outfield.


(38)

Cara menskor: bola yang jatuh di daerah; (1) outfield mendapat skor 5,

(2) infield mendapat skor 3, (3) foulballs mendapat skor 1. Tiap subjek diberi kesempatan 10 kali memukul, jumlah skor dari sepuluh pukulan tersebut merupakan skor dari tes ini.

6) Overhand Accuracy Throw

Target: Sebuah target berbentuk lingkaran digambat di dinding setinggi 99

cm dari titik tengah lingkaran tersebut ke lantai. Pada target tersebut dibuat 4 buah lingkaran yang masing-masing lingkaran berradius 3 inchi, 11 inchi, 21 inchi, dan 33 inchi dengan urutan skor dari tiap lingkaran sebagai berikut : 4, 3, 2 dan 1.

Pelaksanaan tes: Subjek berdiri di belakang garis start yang dibuat 13,68m

dari target. Kemudian subjek melemparkan bola tersebut kearah target.

Cara menskor: Jumlah skor dari 10 kali lemparan.


(39)

b. Tes Keterampilan Bermain Softball

Sesuai dengan variabel terikat dalam penelitian ini, maka tes akhir yang digunakan adalah tes keterampilan bermain softball dengan menggunakan model pembelajaran pendekatan taktis. Tes ini dilaksanakan dengan menerapkan sistem pola permainan yang sesungguhnya. Artinya, tes dilaksanakan melalui aktivitas bermain softball yang sebenarnya, sekaligus didalamya menggambarkan tingkat penguasaan teknik dasar permainan softball.

Tes ini dikembangkan oleh peneliti dengan merujuk pada keterampilan teknik dasar bermain softball, terdiri dari tiga jenis keterampilan teknik dasar dan 12 jenis bagian-bagian gerakan seperti disajikan berikut ini:

1) Hasil keterampilan memukul termasuk sikap kaki (stance), pegangan (grip), ayunan tongkat pemukul (swing), dan gerak lanjut (follow through). dengan skor minimal pada item tes ini adalah 4 dan skor maksimal adalah 12.

2) Hasil keterampilan base running atau berlari dari base ke base, termasuk sikap awal berlari, sikap saat berlari dan sikap pada saat mencapai base. Skor minimal yang didapat diperoleh adalah 3 dan skor maksimalnya adalah 9; 3) Hasil keterampilan fielding termasuk posisi siap (ready position), sikap

menangkap (catching), gerakan kaki (footwork), sikap melempar (throwing), dan gerak lanjut (follow through). skor minimal yang dapat diperoleh adalah 5 dan skor maksimalnya adalah 15.

Selanjutnya, tabel 3.3. di bawah ini menyajikan kisi-kisi dimensi dan indikator keterampilan bermain softball.


(40)

Tabel 3.3.

Kisi-Kisi Dimensi dan Indikator Keterampilan Bermain Soft Ball

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR PENILAIAN

1 2 3

Tes Keterampilan Bermain Softball Batting / Memukul

1. Stance/Sikap kaki

2. Grip / Pegangan

3. Swing/Ayunan

4. Follow Through/Gerak lanjut

Base Running

5. Sikap Awal

6. Sikap Lari

7. Sikap masuk ke Base

Fielding

8. Ready Position/ Sikap Awal

9. Catching / Sikap Menangkap

10. Footwork / Gerakan Kaki

11. Throwing / Sikap Lempar

12. Follow Through / gerak lanjut

Keterangan:

BAIK (B) : diberikan skor 3, CUKUP (C) : diberikan skor 2, dan KURANG (K) : diberikan skor 1.

Pengetesan dilakukan tiga kali kesempatan, setiap pergerakan dan pukulan bola diamati oleh tiga orang juri dan dicatat pada format yang telah disediakan. Pencatatan dilakukan dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom yang tersedia. Tanda ceklis tersebut digunakan untuk menentukan seorang pemain melakukan pergerakan dan teknik memukul bola dengan baik (nilai 3), cukup baik (nilai 2), dan kurang baik (nilai 1). Pengukuran dengan cara tally diharapkan akan memudahkan mengobservasi dalam mengamati penampilan yang diperagakan secara simultan. Nilai akhir setiap peserta tes ditentukan dengan cara menjumlahkan skor dari tiga orang juri dan dari masing-masing kategori.


(41)

1. Batting

a. Sikap Kaki (Stance) Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila posisi kaki rileks, dibuka selebar bahu/pinggul, lutut ditekuk sedikit dengan posisi kaki rata atau sejajar dan bertumpu pada ujung jari-jari kedua kaki.

Apabila posisi kaki kaku, dibuka selebar bahu, lutut tidak ditekuk, dengan posisi kaki rata atau sejajar dan tidak bertumpu

pada ujung jari-jari kedua kaki.

Apabila posisi kaku, kaki dibuka terlalu lebar atau terlalu dekat, lutut tidak ditekuk, posisi kaki tidak sejajar atau salah satu kaki berada didepan dan tumpuan labil.

b. Pegangan (Grip) Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila jari-jari dan lengan rileks, kedua sikut dibuka, posisi batt miring diantara horizontal dan vertical, leher dan pandangan tidak kaku.

Apabila jari-jari dan lengan terlihat berkontraksi atau tegang, posisi batt miring diantara horizontal dan vertical, leher dan pandangan terlihat kaku atau tegang.

Apabila jari-jari dan lengan terlihat tegang dan kaku, posisi bat berdiri atau tidur, leher dan pandangan telihat sangat kaku.

2) Ayunan bat pemukul (Swing) Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila ayunan pada saat memukul bola terlihat rileks dan flat atau rata, tidak terburu-buru, perkenaan/timing dalam memukul bola sangat baik, hasil pukulan lurus ke depan dan masuk ke daerah fair territory

Apabila ayunan pada saat memukul bola terlihat rileks dan flat atau rata, terburu-buru, perkenaan /timing dalam memukul kurang baik, hasil pukulan melambung keatas atau mantul kebawah dan masuk kedalam fair territory.

Apabila ayunan pada saat memukul bola terlihat kaku dan tidak rata, terburu-buru, perkenaan bola tidak baik atau tidak bisa mengantisipasi bola, hasil pukulan ke belakang atau keluar daerah


(42)

3) Gerak lanjut (Follow through) Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila ayunan dilanjutkan sampai maksimal ke belakang badan, gerakan rileks, perpindahan berat badan yang baik.

Apabila ayunan dilanjutkan sampai maksimal ke belakang badan, gerakan cukup baik, tidak ada perpindahan berat badan.

Apabila ayunan terlihat kaku dan ditahan setelah perkenaan bola gerakannya dilakukan terburu-buru, tidak ada perpindahan berat badan

2. Lari dari base ke base (Base running) a. Sikap Awal

Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila sikap ancang-ancang berlari terlihat rileks, selalu melihat bola dan membaca situasi, ada gerakan mengancam terhadap lawan, dan selalu siap berlari kearah base yang dituju.

Apabila sikap ancang-ancang berlari terlihat kaku, terlihat lengah ketika melihat bola dan kurang membaca situasi, kurang mengancam lawan, dan kurang siap pada awal berlari.

Apabila tidak terlihat sikap ancang-ancang, gerakan lengan kaku, selalu lengah dan tidak membaca situasi, selalu telat dalam mengambil ancang-ancang.

b. Sikap dalam berlari Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila titik berat selalu didepan, ayunan lengan rileks, membelok dengan sempurna, padangan kearah base yang dituju

Apabila titik berat didepan, ayunan lengan kurang rileks, kurang memperhitungan lengkungan lari dan tidak melihat base yang dituju.

Apabila titik berat berada dibelakang, tidak memperhitungkan lengkungan lari sehingga jarak menjadi jauh, ayunan lengan sangat kaku, tidak melihat base yang dituju.

c. Sikap masuk ke base :

Nilai 3 : Apabila sliding mendarat dengan sempurna, pada saat meluncurkan diri seluruh badan rileks.


(43)

Nilai 2

Nilai 1 :

:

Apabila tidak sliding saat mencapai base tidak terlihat kaku dan dapat mengantisipasi dengan berhenti tiba- tiba

Apabila sliding mendarat kurang sempurna, ragu-ragu dalam mengambil keputusan apakah slide atau tidak, apabila tidak slide kurang mampu menguasai irama langkah.

c. Fielding

a. Sikap Awal (Ready Position) Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila badan rileks, kedua lutut ditekuk, pandangan selalu tertuju kearah pemukul, selalu melihat bola, bereaksi sangat cepat.

Apabila badan rileks, kedua lutut kaku, pandangan selalu tertuju kearah pemukul, selalu melihat bola, kurang bereaksi terhadap bola Apabila badan kaku, lutut tidak ditekuk, pandangan selalu lengah, kurang bereaksi terhadap bola.

b. Sikap menangkap (Catching) Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila dapat menangkap bola dengan sempurna baik dari hasil pukulan maupun dari hasil lemparan, bereaksi dengan cepat sesuai dengan posisi fielder masing- masing.

Apabila dapat menangkap bola cukup baik, kurang bereaksi terhadap bola, terlihat bingung memposisikan diri masing-masing. Apabila tidak bisa menangkap bola, telat bereaksi terhadap hasil pukulan maupun hasil lemparan, bingung dan telat dalam memposisikan diri sebagai fielder.

c. Gerakan kaki (Footwork) Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila dalam mengantisipasi bola selalu melakukan crow hop dengan pergerakan kaki yang cepat dan berirama.

Apabila kurang mampu atau telat dalam melakukan crow hop, pergerakan kaki kurang berirama.

Apabila selalu terlihat buru-buru dan tidak ada gerakan kaki atau

crow hop.


(44)

d. Sikap Lempar (Throwing) Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila selalu memposisikan diri untuk melempar dengan baik, selalu melihat target, perpindahan titik berat yang sempurna, ayunan lengan lempar rileks, gerakan lempar yang tenang dan serangkaian gerakan, hasil lemparan sesuai target.

Apabila selalu memposisikan diri untuk melempar dengan baik, selalu melihat target, tidak terdapat gerakan perpindahan titik berat, ayunan lengan lempar kurang rileks, gerakan terlihat buru-buru, hasil lemparan sesuai target.

Apabila telat memposisikan diri untuk melempar, tidak melihat target, tidak ada gerakan perpindahan berat badan, ayunan lengan lempar kaku, gerakan lempar yang terburu-buru, hasil lemparan tidak sesuai target atau melenceng.

e. Gerak Lanjut (Follow Through) Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila selalu melakukan gerakan lanjutan yang searah dengan lemparan, terdapat perpindahan berat badan kearah depan. Apabila gerakan lanjutan terlihat kaku dan berkesan dipaksakan, perpindahan titik berat selalu telat.

Apabila tidak ada gerak lanjut setelah selesai melempar, badan terlihat kaku, tidak terdapat perpindahan titik berat, gerak lanjut yang ditahan.

3. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen penelitian merupakan salah satu proses dan langkah penting yang harus dilalui dalam penelitian. Dengan uji coba akan diperoleh instrument penelitian yang representatif untuk mengumpulkan data. Pada dasarnya uji coba digunakan untuk mendapatkan validitas dan reliablitas instrumen penelitian. Oleh karena syarat utama suatu instrument penelitian yang baik harus memiliki validitas dan reliabilitas. Dalam melakukan uji diperlukan tahap-tahap,


(45)

antara lain: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap analisis data hasil uji coba.

a. Validitas Instrumen

Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Pada dasarnya validitas isi merupakan pengkajian yang sistematis tentang isi atau materi alat ukur yang digunakan dalam menentukan apakah alat ukur tersebut mencakup suatu sampel yang representatif dari aspek-aspek yang akan diukur.

Instrumen keterampilan bermain softball telah disusun secara sistematis sesuai denga langkah-langkah penyusunan instrumen yang didasarkan pada kajian teori. Penyusunan dilakukan mulai dari penjabaran konsep, selanjutnya dirumuskan menjadi definsi konseptual dan definisi operasional. Langkah berikutnya, adalah merumuskan dimensi dan indikator yang dikembangkan menjadi butir-butir instrument yang akan digunakan dalam pengukuran. Dengan demikian langkah-langkah yang ditempuh tersebut sudah mengarah pada validitas isi.

Untuk mengetahui substansi yang akan diukur, maka diperlukan validasi oleh para ahli yang memahami permainan softball. Validasi dilakukan oleh tiga orang pakar softball untuk seluruh butir instrument pengukuran. Hal ini sesuai dengan pendapat Kerlinger yang mengemukakan bahwa “pada intinya validasi terhadap isi dan substansi merupakan bentuk penilaian atau keputusan terhadap kerepresentifan dari butir-butir instrumen (Kerlinger, 2002:732.)”. Dengan demikian secara substansi instrumen pengukuran keterampilan bermain softball telah memenuhi persyaratan sebagai suatu instrumen yang valid.


(46)

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen menunjukkan pada konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur suatu gejala yang sama. Maksudnya adalah bahwa setiap pengukuran yang dilakukan akan memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten.

Selanjutnya untuk melihat konsistensi penilaian juri dilakukan dengan

inter-observer agreement (Safrit, 1986:130). Istilah tersebut pada dasarnya

merujuk kepada pengertian reliabilitas instrumen dengan menggunakan kesepakatan atau kesetaraan diantara beberapa juri atau pengamat yang independen.

Hasil skor yang diperoleh kemudian dikorelasikan untuk mendapatkan koefisien korelasi. Berdasarkan koefisien korelasi tersebut akan tergambar kesepakatan atau kesetaraan diantara para juri. Untuk keperluan penghitungan digunakan analisis varian (Anava) untuk uji konsistensi. Hasil penghitungan uji kompetensi diperoleh bahwa dari ketiga pengamat tidak terdapat perbedaan. Hasil lengkap hitungan uji konsistensi bisa dilihat di lampiran. Sehingga insttrumen penelitian yang digunakan penulis dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan acuan penyusunan tesis.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa tes keterampilan bermain softball memiliki tingkat relliabilitas yang memadai atau memenuhi syarat tes yang reliabel. Untuk itu dari hasil uji coba instrument penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi persayaratan tes yang valid dan reliabel.


(47)

G. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi beberapa tahapan dimulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahap persiapan terdiri dari kegiatan penyeleksian subyek dan tes keterampilan awal. Tahap pelaksanaan adalah tahap pemberian perlakuan atau manipulasi, sedangkan tahap akhir berisi kegiatan pelaksanaan tes akhir.

1. Tahap Persiapan

a. Sub tahap penyeleksian subyek

Berdasarkan data yang diperoleh pada saat orientasi lapangan, jumlah mahasiswa yang mengontrak mata kuliah permainan softball pada tahun akademik 2007/2008 adalah 130 orang, terdiri dari 109 mahasiswa putera dan sisanya sebanyak 21 orang adalah mahasiswa putri. Sesuai dengan karakteristik subyek penelitian yang diinginkan yakni berjenis kelamin putra dan termasuk kelompok pemain pemula, maka semua mahasiwa putra dijadikan sampel penelitian dengan menggunakan teknik sampling acak sederhana. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menginventarisir sebanyak 109 nama mahasiswa putera kedalam tabel, kemudian memberi kode pada masing-masing nama dimulai dari angka 01 - 109. Langkah berikutnya adalah menuliskan kode berupa angka 01 – 109 pada kertas berukuran 2,5 cm x 2,5 cm untuk kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam kotak undian. Setelah gulungan kertas kode di aduk, pengundian kemudian dilakukan untuk mendapatkan dua kelompok sampel yang masing-masing 15


(48)

mahasiswa. Pada tahap ini pengundian dilakukan satu persatu dengan cara mengambil kedalam kotak sampai mencapai jumlah yang dikehendaki. Dengan cara ini dapat dikatakan bahwa peluang untuk masuk kedalam dua kelompok tersebut sama besar. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa hanya kesempatanlah satu-satunya faktor yang menjadikan seorang siswa dapat dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.

Selanjutnya dilakukan tes untuk menentukan kelompok taraf tinggi atau rendah berdasarkan variabel bebas atribut yang telah dipilih yaitu keterampilan awal dengan menggunakan O’Donnell Test. Penentuan kategori tinggi atau rendah skor keterampilan awal, dilakukan dengan cara mengurutkan berdasarkan skor yang diperoleh setiap mahasiswa untuk setiap kelompok perlakuan, kemudian membagi anggota kelompok untuk taraf keterampilan awal tinggi dan rendah berdasarkan prosentase, yaitu 27% untuk kelas atas yang mewakili kelompok skor tinggi dan 27% batas bawah yang mewakili kelompok skor rendah(Kirkendall, D. 1980).

Dengan cara ini didapatkan sebanyak 30 sampel untuk masing-masing kelompok perlakuan yang terdiri dari 15 sampel dengan skor keterampilan awal tertinggi dan 15 sampel dengan skor kemampuan keterampilan rendah. Jumlah tersebut diperoleh dari 27 % batas atas dan 27 % batas bawah yaitu dari masing-masing 14,58 (15 orang) seperti telah dijelaskan sebelumnya.

Sedangkan anggota sampel yang skornya berada diantara kedua kategori tersebut tidak dilibatkan dalam penelitian, tetapi tetap diberikan perlakuan yang sama sesuai dengaan kelompok sampel yang diteliti dan tidak


(49)

diberitahukan kepada mahasiswa. Hal ini dilakukan agar mahasiswa yang tidak masuk kelompok eksperimen tidak merasa tidak diperhatikan. Dengan demi-kian secara keseluruhan jumlah sampel yang mendapatkan perlakuan sebanyak sebanyak 109 mahasiswa putera, sedangkan yang menjadi subjek penelitian sebanyak 60 mahasiswa putera, yang terbagi kedalam empat kelompok perlakuan yaitu dua kelompok untuk model pembelajaran dengan pendekatan taktis (kemampuan awal tinggi dan rendah), dan dua kelompok untuk model pembelajaran dengan pendekatan teknik (kemampuan awal tinggi dan rendah).

c. Sub tahap tes keterampilan awal

Tujuan pokok pemberian tes keterampilan awal adalah untuk menetapkan sampel pada kelompok yang diinginkan, yaitu kelompok mahasiswa yang memiliki keterampilan awal tinggi dan rendah. Pengukuran keterampilan awal tersebut merupakan kegiatan awal sebelum perlakuan diberikan. Tes keterampilan awal ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 6 September 2008.

2. Tahap Pemberian Perlakuan

Seperti telah disebutkan ke 60 subyek penelitian dibagi menjadi empat kelompok eksperimen dengan penugasan secara random sehingga setiap kelompok terdiri dari 15 orang. Kondisi eksperimen didasarkan pada dua klasifikasi model pembelajaran, yaitu model pembelajaran taktis dan teknik serta dua klasifikasi keterampilan awal, yaitu keterampilan tinggi dan rendah. Dengan demikian ada empat kondisi eksperimen yang berbeda yakni, (a) kelompok model pembelajaran taktis dengan keterampilan awal tinggi, kelompok 1, (b) kelompok


(50)

model pembelajaran teknik dengan keterampilan awal tinggi, kelompok 2, (c) kelompok model pembelajaran taktis dengan keterampilan awal rendah, kelompok 3, (d) model pembelajaran teknik dengan keterampilan awal rendah, kelompok 4. Perlakukan dilaksanakan selama 2 bulan dengan frekuensi 3 kali pertemuan dalam seminggu, sehingga jumlah seluruh pertemuan adalah 24 kali pertemuan.

3. Tahap Akhir

Tes akhir diberikan satu hari setelah pertemuan perlakuan terakhir selesai, yaitu pada hari Jumat tanggal 14 Nopember 2008, mulai pukul 13.30 sampai 17.00 WIB. Tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar keterampilan bermain softball yang diperoleh dengan menggunakan tes keterampilan bermain Softball dengan pendekatan model pembelajaran taktis.

E. Program Pembelajaran

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, ada dua perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran permainan softball dengan menggunakan model pendekatan taktis dan model teknis. Program dan materi disusun berdasarkan kebutuhan dan jumlah teknik dasar dalam permainan softball yang harus diajarkan kepada mahasiswa sesuai dengan kurikulum mata kuliah permainan softball. Secara garis besar struktur pembelajaran terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (1) pendahuluan, (2) inti, (3) penutup.

Latihan pendahuluan adalah adalah fase untuk mengarahkan perhatian siswa terhadap kegiatan mempersiapkan fisik dan psikis untuk beradaptasi dengan kegiatan inti. Selain itu, pemanasan berguna pula untuk mencegah kemungkinan


(51)

terjadinya cedera. Latihan inti berisi kegiatan proses pembelajaran, penggunaan metode dan strategi pembelajaran, penyampaian umpan balik, penggunaan penguatan yang tepat, dan lain-lain. Sedangkan penutup atau penenangan berisi kegiatan untuk memulihkan kondisi fisik dan psikis siswa ke keadaan semula seperti sebelum latihan. Tahap ini juga digunakan untuk mengandalkan koreksi secara umum, tanya jawab, dan absensi. Bentuk latihan penenangan adalah peregangan dan pelemasan. Selanjutnya berikut ini disajikan garis besar program pembelajaran kedua model pembelajaran di atas.

1. Model Pembelajaran Teknik

Pembelajaran dimulai dengan pemberian penjelasan mengenai prinsip-prinsip model pembelajaran teknis yang akan dipelajari dalam proses pembelajaran setiap pertemuan (selama 24 pertemuan). Lama waktu yang digunakan dalam setiap pertemuan adalah 100 menit (setara 2 SKS) dengan urutan dan rincian sebagai berikut:

a. Pemanasan 10 menit b. Latihan teknik 50 menit c. Latihan bermain 30 menit d. Latihan penenangan 10 menit 2. Model Pembelajaran Taktis

Jumlah waktu yang digunakan dalam satu kali pertemuan sama dengan waktu yang digunakan untuk pembelajaran yang menggunakan model teknik, yaitu 100 menit. Sistematika dan materi latihan sama, perbedaannya hanya pada


(52)

penggunaan waktu dan cara perlakuan. Pada model taktis ini, pembagian waktu pembelajaran di atur sebagai beikut:

a. Pemanasan 10 menit b. Bermain softball 30 menit c. Latihan teknik dasar 20 menit d. Bermain softball 30 menit e. Penenangan 10 menit

H. Teknik Analisis Data

Data tes hasil belajar keterampilan bermain softball yang telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik statistik inferensial. Namun sebelum pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis yang meliputi pengujian persyaratan nomalitas dari distribusi skor dengan menggunakan Uji Bartlet dan uji homogenitas beberapa varian.

Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik Analisis Varian Faktorial (ANAVA) dua arah pada taraf signifikasi α = 0.05, dan jika terdapat interaksi maka akan dilanjutkan dengan Uji tukey. Dengan demikian hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ho : µA1 Hi : µA1

= >

µ A2 µ A2 2. Ho : Interaksi A x B

Hi : Interaksi A x B =

0 0 3. Ho : µ A1 B1

Hi : µ A1 B1

= >

µ A2 B1 µ A2 B1


(53)

4. Ho : µ A1 B2 Hi : µ A1 B2

= >

µ A2 B2 µ A2 B2

Keterangan

µA1 : Rata–rata hasil belajar keterampilan bermain softball kelompok siswa yang diajar dengan pendekatan taktis secara keseluruhan µA2 : Rata–rata hasil belajar keterampilan bermain softball kelompok

siswa yang diajar dengan pendekatan teknis secara keseluruhan µ A1 B1 : Rata–rata hasil belajar keterampilan bermain softball kelompok

siswa yang memiliki keterampilan awal tinggi yang diajar dengan pendekatan taktis

µ A2 B1 : Rata–rata hasil belajar keterampilan bermain softball kelompok siswa yang memiliki keterampilan awal tinggi yang diajar dengan pendekatan teknis

µ A1 B2 : Rata–rata hasil belajar keterampilan bermain softball kelompok siswa yang memiliki keterampilan awal rendah yang diajar dengan pendekatan taktis

µ A2 B2 : Rata – rata hasil belajar keterampilan bermain softball kelompok siswa yang memiliki keterampilan awal rendah yang diajar dengan pendekatan teknis


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang dipaparkan di Bab 4, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara keseluruhan hasil belajar model pembelajaran pendekatan taktis memberikan pengaruh lebih tinggi dan baik daripada model pembelajaran dengan pendekatan teknis terhadap keterampilan bermain softball mahasiswa pemula.

2. Hasil belajar keterampilan bermain softball mahasiswa pemula yang memiliki kemampuan awal tinggi dan diajar dengan menggunakan model pembelajaran taktis lebih tinggi daripada hasil belajar mahasiswa pemula yang diajar melalui model pembelajaran teknis.

3. Tidak ada perbedaan hasil belajar keterampilan bermain softball pada mahasiswa pemula yang memiliki kemampuan awal rendah yang diajar melalui model pembelajaran teknis dengan yang diajar melalui model pembel-ajaran taktis. Artinya, kedua model pembelpembel-ajaran dapat digunakan untuk mahasiswa pemula yang memiliki kemampuan awal rendah.

4. Ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap hasil belajar keterampilan bermain softball mahasiswa pemula.


(55)

B. Saran

Sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian ini, maka beberapa saran atau rekomendasi yang dapat diajukan dalam kaitannya dengan pembelajaran keterampilan bermain softball, yaitu:

1. Para dosen lebih dianjurkan untuk menggunakan model pembelajaran taktis dalam pembelajaran keterampilan bermain soft ball baik yang punya skill awal rendah maupun tinggi.

2. Agar hasil belajarnya lebih tinggi, maka para dosen diharapkan menggunakan model pembelajaran taktis kepada mahasiswa yang memiliki kemampuan awal tinggi.

3. Model pembelajaran taktis dan teknis dapat digunakan dalam pembelajaran keterampilan bermain softball kepada mahasiswa pemula yang memiliki kemampuan awal rendah

4. Hasil penelitian ini merupakan bukti empirik yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian yang lain. Untuk itu disarankan kepada peneliti lain untuk mengadakan penelitian replikasi dengan menggunakan subjek penelitian yang lebih luas dan jenjang pendidikan yang berbeda.

Penulis berharap mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif dalam rangka meningkatkan proses dan hasil pembelajaran permainan softball di Perguruan Tinggi, khususnya di FPOK UPI.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, C.W. (1991). Foundations of Physical Education, Exercise, and Sport Sciences. Philadelphia: Lea & Febiger.

Anderson, J.R.(1995). Learning and Memory. New York. John Willey & Sons. Inc.

Ary, D., Jacobs, L.C., dan Razavieh, A. (1990). Introduction to Research in Education. Philadelphia: Harcourt Brace College Publishers

Azwar, S. (2003). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Banton, N. etc. (1979). Coaching Manual Softball. Canadian Amateur Softball Association.

Bompa, O.Tudor. (1994). Theory and Methodology of Training. Dubuque: Kendal/ Hunt Publishing Company.

Brockmeyer, G.A. dan Potter D.L. (1989). Softball: Steps to Success. Canada. Human Kinetics Publisher, Inc.

Byrd, D.M. and Burden, P.R. (1999). Methods For Effective Teaching. Boston: Allyn and Bacon

Campbell, D.T. and Stanley, J.C. (1963). Experimental And Quasi-Experimental Designs For Research. London: Houghton Mifflin Company Boston. Charles, C.Mc. dan Kneer, M.E. (1976). Soft Ball Slow and Fast Pitch.Dubuque

IOWA. Wmc. Brown Company Publisher

Dick, Frank, W. (1989). Sport Training Principles, Second Edition, A & C Black London.

Fischman, M.G. and Oxendine. J.B. (1993). Motor Skill Learning for Effective Coaching and Performance. In Williams, J.M. Applied Sport Psychology. Personal Growth to Peak Performance. (hh.11-24) London: Mayfield Publishing Company.

Good, T.L. and Brophy, J.E. (1990). Educational Psychology: A Realistic Approach. New York: Longman.

Griffin, Mitchel, dan Oslin (1997). Teaching Sport Concept and Skills a Tactical Games Approach. New Zealand: Human Kinetics


(2)

Hamalik, Oemar. (1993). Evaluasi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: CV Tambak kusuma.

Hergenhahn, B.R. and Olson, M.H. 1997. An Introduction to Theories of Learning. New Jersey: Prentice Hall international. Inc.

Hoedaya, D. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola Voli. Jakarta: Departemen Pendididikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.

Houseworth and Rivkin (1985). Softball Coaching Efective. American. Human Kinetics Publisher, Inc.

Kerlinger, F.N. Terjemahan Simatupang, L.R. (2002). Azas-Azas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Kirkendall, D. (1980). Measurment and Evaluation for Educators. Dubuque: WM. C. Brown Publisher.

Latipun. (2002). Psikologi Eksperimen. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang press.

Lutan, R. (1988). Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Departemen Pendididikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Ma’mun, A dan Subroto, T. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola Voli. Jakarta: Departemen Pendididikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.

Magill, R.A. (1990). Motor Learning, Concept & Application. Dubuque: WM. C. Brown Publisher.

Magill, R.A. (2001). Motor Learning, Concept & Application. Dubuque: WM. C. Brown Publisher.

Neuman, W.L. (2000). Social Research Methods. Qualitative and Quantitative

Approaches. Boston: Allyn and Bacon.

Nichols, B. (1994). Moving and Learning: The Elementary School Physical Education Experience. St. Louis: Mosby.


(3)

Nurhasan. (2007). Modul Tes Pengukuran Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Rachman, H.A. (2002). Pengaruh Model Pembelajaran dan Persepsi Motorik Terhadap Keterampilan Bermain Softball. Disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.

Rahantoknam.(1988). Belajar Motorik, Teori, dan Aplikasinya Dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.

Safrit, Margaret J., (1986). Introduction to Measurement in Physical Education and Exercise Science. St. Louis, Misouri: Mosby College Publishing.

Schmidt, R.A.and Wrisberg, C.A. (2000). Motor Learning and Performance. Canada: Human Kinetics.

Schmidt, R.A. (1991). Motor Learning and Performance, From Principles to Practice. Champaign: Human Kinetics Books.

Siedel, B.L., Biles, F.R., Figley, G.E., and Neuman, B.J. (1975). Sport Skills: A Conceptual Approach to Meaningful Movement. Dubuque: WM.C. Brown Company Publishers.

Singer, R.N. (1972). Coaching Athletics and Psychology, New York: Mc Grow Hill Book Company.

Singer, R.N. (1975). Motor Learning and Human Performance: An Application to Physical Education Skills. (2nd edition). London. Collier Macmillan Publishers

Sugiyanto dan Sudjarwo. (1991). Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta: Depdikbud

Suriasumantri, Jujun, S. (1996). Pendekatan Sistem: Konsep dan Strategi Implementasi. Jakarta: PPS IKIP Jakarta.

Tarigan, B. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Sepakbola. Jakarta: Depdiknas

Thomas, J.R. and Nelson, J.K. dan Silverman, S.J. (2005). Research Methods in Physical Activity. Canada: Human Kinetics, Inc.

Thomas, J.R. and Nelson, J.K. (1985),. Introduction Research in Health, Physical Education, Recreation, and Dance. Illinois: Human Kinetics, Inc.


(4)

Tuckman, B.W. (1978). Conducting Educational Research. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Weinberg.S.W. dan Gould, G. (2003). Foundations of Sport dan Exercise Psychology. United States. Human Kinetics

Wuest, D.A. and Butcher, C.A. (1995). Foundation of Physical Education and Sport. St. Louis: Mosby.

Zaichkowsky, L. and Smith, L. (1978). What Psychological Variables Are Important In an Individual’s Movement. In Cheffers, J. and Evaul. T. Introduction to Physical Education: Concepts of Human Movement. (hh.90-139). New Jersey: Prentice-Hall., Inc. Englewood Cliffs


(5)

(6)

Lampiran 1

Daftar Nama Sampel Penelitian

Lampiran 2

Contoh Cara Penghitungan Uji Normalitas

Lampiran 3

Contoh Cara Penghitungan Uji Homogenitas.

Lampiran 4

Contoh Penghitungan Uji Hipotesis

Lampiran 5

Bukti Dokumentasi Penelitian

Lampiran 6