HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEKOLAH BERASRAMA DENGAN PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA: Studi Derskriptif Korelasional terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung.

(1)

HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEKOLAH BERASRAMA DENGAN PENGEMBANGAN KECERDASAN

SPIRITUAL SISWA

(Studi Deskeriptif Korelasional terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh : Hanaan NIM. 0900358

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Hubungan antara Pelaksanaan Kegiatan

Pembelajaran Sekolah Berasrama dengan

Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa

(Studi Deskriptif Korelasional Terhadap

Siswa Kelas VIII di SMP Daarut Tauhiid

Boarding School Bandung)

Oleh Hanaan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Hanaan 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

HANAAN

0900358

HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEKOLAH BERASRAMA DENGAN PENGEMBANGAN KECERDASAN

SPIRITUAL SISWA

(Studi Deskeriptif Korelasional terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Daarut Tauhiid

Boarding School Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Mengetahui : Pembimbing I

Dr. H. Dinn Wahyudin, MA NIP. 19540206 197803 1 003

Pembimbing II

Dr. Deni Darmawan, M. Si NIP. 19711228 199802 1 003

Ketua Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Dr. Toto Ruhimat, M.Pd. NIP 19591121 198503 1 001

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Dr. Rusman, M.Pd. NIP 19720505 199802 1 001


(4)

(5)

ABSTRAK

Hanaan (0900358), Hubungan antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah Berasrama dengan Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa (Studi Derskriptif Korelasional terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung).

Skripsi. Program Studi Teknologi Pendidikan, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 2013.

Fokus penelitian ini yaitu untuk mengetahui “Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung?”. Secara lebih khusus rumusan masalah terdiri dari (1) Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama? (2) Bagaimana pengembangan kecerdasan spiritual siswa melalui kegiatan pembelajaran sekolah berasrama di SMP Daarut Tauhiid Boarding School?, (3) Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa SMP Daarut Tauhiid Boarding School?.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen yang digunakan berupa angket, wawancara, observasi. Teknik sampling yang digunakan yaitu Simple Random Sampling, jumlah sampel sebanyak 30 0rang. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Pearson.

Hasil uji hipotesis pada (α= 0,05) menunjukkan adanya korelasi sebesar 0,592 maka H1 diterima. Secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Adapun kesimpulan khusus pada penelitian ini adalah (1) pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama telah berjalan sesuai dengan perencanaan dan komponen pembelajaran, (2) pengembangan kecerdasan spiritual siswa dilakukan melalui kegiatan pembelajaran sekolah berasrama yang didalamnya berisi tata nilai yang diberikan melalui proses pencelupan budaya dan pembiasaan, (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa SMP Daarut Tauhiid Boarding School.

Perlu pematangan perencanaan pembelajaran terutama untuk membuat hasil revisi kurikulum terbaru, Karena kurikulum sebagai acuan para guru untuk melaksanakan pembelajaran pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan. Kata Kunci : Pembelajaran Sekolah Berasrama, Pengembangan Kecerdasan Spiritual.


(6)

ABSTRACT

Hanaan (0900358). Correlations between Implementation of Boarding School Learning Activities with Development of Students Spiritual Intelligence (Derskriptive Correlational Study of the Students VIII Grade in SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung).

Reasearch Paper. Majoring in Educational Technology, Departement of Curriculum and Educational Technology, in 2013.

The focus of this research is to know "Whether there are positive and significant correlation between the implementation of boarding school learning activities with the development of spiritual intelligence students in SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung?. In more specific formulation of the problem consists of (1) How is the implementation of learning activities of boarding school? (2) How the development of spiritual intelligence students through the learning activities of the boarding school in SMP Daarut Tauhiid Boarding School?, (3) Whether there is a positive and significant correlation between the implementation of boarding school learning activities with the development of spiritual intelligence students in SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung?.

This research uses descriptive correlational method with quantitative approach. The research instruments used are questionnaires, interviews and observation. The sampling technique used is simple random sampling, sample size of 30 respondents. Technique of data analysis in this study using the Pearson Correlation test.

Hypothesis test result at (α= 0,05) showed a correlation of 0.592, then H1 is accepted. In general it can be concluded that there is positive and significant correlation between the implementation of boarding school learning activities with the development of spiritual intelligence students. As for the specific conclusions on the research is, (1) boarding school learning activities implementation has been running in accordance with the planning and learning components, (2) development of spiritual intelligence learning activities carried out through student school boarding which contains the values that are given through a process of cultural immersion and conditioning, (3) There is a positive and significant relationship between boarding school learning activity implementation with the development of spiritual intelligence students in SMP Daarut Tauhiid Boarding School.

Need learning planning maturation especially to make the results of the latest curriculum revisions, because the curriculum as reference for teachers to carry out learning in accordance with the learning that has been planned.

Key Words: Boarding School Learning, The Development Of Spiritual Intelligence.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Pembelajaran... 10

1. Pengertian Belajar ... 10

2. Proses Belajar ... 11

3. Pengertian Pembelajaran ... 12

4. Ciri-Ciri Pembelajaran ... 13

5. Komponen-Komponen Pembelajaran ... 13

6. Pendekatan Pembelajaran... 18

B. Konesep Sekolah Berasrama ... 25

1. Pengertian Sekolah Berasrama ... 25

2. Sistem Sekolah Berasrama ... 25


(8)

C. Pengembangan Kecerdasan Spiritual ... 33

1. Pengertian Kecerdasan ... 33

2. Pengertian Kecerdasan Spiritual ... 35

D. Implementasi Antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah Berasrama Terhadap Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa ... 38

E. Asumsi ... 39

F. Hipotesis ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41

1. Lokasi Penelitian ... 41

2. Populasi Penelitian ... 41

3. Sampel Penelitian ... 42

B. Variabel dan Desain Penelitian ... 43

C. Pendekatan Metode penelitian ... 44

1. Pendekatan Penelitian ... 44

2. Metode Penelitian... 45

D. Definis Operasional ... 46

E. Instrumen Penelitian... 47

F. Teknik Pengumpulan Data ... 48

1. Wawancaara ... 48

2. Observasi ... 49

3. Angket ... 49

G. Teknik Uji Instrumen Penelitian ... 50

1. Uji Validitas ... 50

2. Uji Realibilitas ... 51

H. Teknik Analisis Data ... 53


(9)

2. Persentase Perolehan Skor ... 54

3. Uji Hipotesis ... 54

4. Uji Koefisien Determinasi ... 57

I. Prosedur dan Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

1. Profil SMP Daarut Tauhiid Boarding School ... 58

2. Hasil Uji Coba Instrumen... 60

3. Deskrpsi Data Penelitian ... 67

B. Analisis Data ... 73

1. Uji Normalitas Data ... 73

2. Uji Hipotesis ... 77

3. Uji Koefisien Determinasi ... 80

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

1. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah Berasrama ... 80

2. Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa ... 83

3. Hubungan Antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah Berasrama Terhadap Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa ... 84

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 87

B. Rekomendasi ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa SMP Daarut Tauhiid Boarding School ... 41

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian ... 42

Tabel 3.3 Hubungan Antar Variabel ... 44

Tabel 3.4 Rentang Skala Likert ... 50

Tabel 3.5 Kategori Persentase Jawaban ... 54

Tabel 3,6 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisen Korelasi ... 56

Tabel 4.1Uji Validitas Angket Variabel X ... 61

Tabel 4.2 Uji Validitas Validitas Variabel Y ... 63

Tabel 4.3 Uji Realibilitas Angket Variabel X ... 65

Tabel 4.4 Uji Realibilitas Angket Variabel Y ... 66

Tabel 4.5 Nilai Statistik Variabel X ... 67

Tabel 4.6 Nilai Statistik Variabel Y ... 68

Tabel 4.7 Persentase Perolehan Skor Variabel X /item ... 69

Tabel 4.8 Persentase Perolehan Skor Variabel X /aspek ... 70

Tabel 4.9 Persentase Perolehan Skor Variabel Y /item ... 72

Tabel 4.10 Persentase Perolehan Skor Variabel Y / aspek ... 73


(11)

Tabel 4.12 Uji Koerlasi Pearson Variabel X dan Variabel Y ... 77 Tabel 4.13 Pedoman untuk memberikan interpretasi Koefisen Korelasi ... 78

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen-Komponen Pembelajaran ... 14 Gambar 4.1 Grafik normal Q-Q plot variabel X ... 75 Gambar 4.2 Grafik normal Q-Q plot variabel Y ... 76


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan pendahuluan penelitian yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. LATAR BELAKANG MASALAH

Masa remaja merupakan masa perkembangan dimana merupakan fase yang sangat penting dalam rentang kehidupan karena pada masa ini banyak hal yang terjadi. Masa ini dikenal sebagai masa peralihan, perubahan, usia yang bermasalah, masa pencarian identitas, masa tidak realistik dan masa ambang dewasa. Dengan melihat keadaan sekarang ini ,tidak henti-hentinya kita mendengar berita tentang kriminalitas yang dilakukan oleh siswa-siswa seperti yang terjadi di beberapa daerah yang hampir setiap minggu diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Siswa sekolah yang melakukan tawuran (perkelahian antar remaja) yang tidak sedikit menimbulkan korban, pergaulan yang menimbulkan seks bebas dikalangan pelajar yang dapat merusak moral.

Wabsite Koran harian Kompas pada tanggal 27 September 2012 menunjukkan "Tercatat sepanjang tahun 2012, telah terjadi perkelahian pelajar sebanyak sebelas kali. Dari sebelas kejadian, ada 5 korban jiwa," jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Kamis (27/9/12) di Mapolda Metro Jaya. Tahun lalu jumlah korban jiwa sebanyak lima orang.

Hal diatas menambah panjang deretan kekerasan yang terjadi dikalangan antarpelajar, tidak sedikit pelajar yang terlibat kekerasan antar pelajar tersebut. Padahal kekerasan dan kericuhan yang terjadi memiliki dampak yang sangat tidak baik bagi pelajar itu sendiri, lingkungan sekitarnya dan juga memberikan image negatif bagi sekolah.

Website Okezone.com pada tanggal 28 maret 2013 menunjukkan. Gerakan moral Jangan Bugil di Depan Kamera (JBDK) mencatat adanya


(13)

2

peningkatan secara signifikan peredaran video porno yang dibuat oleh anak-anak dan remaja di Indonesia. Jika pada tahun 2007 tercatat ada 500 jenis video porno asli produksi dalam negeri, maka pada pertengahan 2010 jumlah tersebut melonjak menjadi 800 jenis. Fakta paling memprihatinkan dari fenomena di atas adalah kenyataan bahwa sekitar 90 persen dari video tersebut, pemerannya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Sesuai dengan data penelitan yang dilakukan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Watak tidak bermoral yang kian marak di negeri ini, sudah saatnya siswa-siswa mengakhirinya dengan menumbuhkan prinsip-prinsip ajaran Ilahi, akal pikiran, dan moral yang dijunjung tinggi agar siswa dapat meneruskan eksistensinya sebagai generasi harapan bangsa. Sepanjang rentang hidupnya seorang individu atau remaja memiliki sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus terselesaikan pada setiap tahapannya untuk menghindari berbagai hambatan atau permasalahan dalam diri individu tersebut.

Dalam upaya mewujudkan manusia yang seutuhnya atau sumber daya manusia yang berkualitas tersebut, diperlukan upaya-upaya konkrit secara maksimal. Salah satu diantaranya adalah pendidikan melalui pambinaan dan peningkatan moral siswa. Setiap orang berhak mandapatkan pendidikan sesuai usianya sebagai kebutuhan hidup dimasa depannya. Kebutuhan pendidikan setiap orang berbeda-beda karena setiap orang memiliki bakat, minat, dan kemampuannya di bidang yang berbeda-beda serta tingkat yang berbeda pula. Untuk mengembangkan kemampuan tersebut, diperlukan pelayanan pendidikan yang optimal sehingga mencapai hasil yang maksimal.

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.


(14)

3

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.

Penyelenggaraan pendidikan disekolah dilakukan melalui proses belajar mengajar. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan pada saat ini mempengaruhi cara pandang masyarakat dan orang tua siswa dalam memberikan aprisiasi terhadap proses yang dijalankan oleh lembaga pendidikan secara cepat dan akurat, sejak dari sistem, layanan, metode pembelajaran serta dampak hiden kurikulum yang muncul dalam perilaku siswa. Dengan demikian pentingnya menanamkan kecerdasan Spiritual sebagai acuan dari agama dapat mempermudah siswa dalam memahami makna dari nilai dalam kehidupan ini. Seperti yang dikemukakan Ian Marshall dan Dana Zohar ( 2002:10) bahwa siswa yang memiliki kemampuan bersikap dapat melepaskan diri dari pengaruh budaya masyarakat modern.

Menurut Ari Ginanjar (2001:44) “bahwa kecerdasan spiritual adalah upaya menjernihkan hati agar bersih dari belenggu paradikma dan prasangka yang salah satu upayamemunculkan fitnah manusia”. Lain halnya yang dikemukakan oleh Dana Zohar Marshall dalam Ari Ginanjar (2001 :46) mengemukakan bahwa, “kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadap persoalan makna atau value” yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku hidup kita dalam konteks makna yang lebih luasdan kaya, Dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


(15)

4

kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada dibalik kenyataan apa adanya. Kecerdasan ini lebih berusaha pada pencerahan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinyasecara utuh. Kecerdasan spiritual tidak bergantung pada budaya atau nilai-nilai masyarakat yang ada, tetapi menciptakan untuk memiliki dasar-dasar spiritual, sehingga siswa secara pribadi terpuruk, terjebak oleh kebiasaan dan kekhawatiran. Dengan demikian kecerdasan spiritual (Spiritual Quatien) tampaknya merupakan jawaban terhadap kondisi semacam itu. Seseorang dalam membangun dasar kecerdasan spiritualnya harus berdasarkan rukun iman dan lima rukun Islam.

Walaupun kecerdasan spiritual berasaskan agama Islam, ini tidak berarti kecerdasan spiritual hanya ditunjukkan secara eksklusif untuk individu Islam saja, tapi kecerdasan spiritual adalah untuk semua tanpa melihat agama atau bangsa. Kecerdasan spiritual juga merupakan suatu usaha yang telah dapat menghubungkan agar siswa bermoral. Jadi siswa harus dididik untuk mempunyai beberapa kecerdasan dalam dirinya sebelum tumbuh menjadi siswa yang tidak bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai moral ditanamkan dalam diri siswa sedini mungkin. Jadi dalam upaya pembinaan moral dilakukan untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang dalam rangka mengembangkan kualitas manusia tentang pemahaman dan nilai-nilai yang buruk dan baik melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang pelaksanaannya berkesinambungan sehingga siswa tumbuh menjadi yang berahklaq, bermoral, beretika dan berbudi pekerti.

Berbagai layanan pendidikan dan motede pendekatan yang efektif, secara terencana dan terus-menerus diusahakan oleh para guru, pembina dan seluruh element yang terlibat dalam peroses pendidikan dan pengajaran, agar menghasilkan output siswa yang berprestasi sesuai dengan visi lembaga yang dicanangkan. Salah satu program yang ada di Indonesia adalah Sekolah Berasrama. Sekolah Berasrama adalah sistem sekolah dengan asrama, dimana peserta didik, para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada


(16)

5

dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya.

Di lingkungan sekolah, para siswa dapat melakukan interaksi dengan sesama siswa, bahkan berinteraksi dengan para guru setiap saat. Contoh yang baik dapat mereka saksikan langsung di lingkungan mereka tanpa tertunda. Dengan demikian, pendidikan kognisi, afektif, dan psikomotor siswa dapat terlatih lebih baik dan optimal.

Perkembangan sekolah berasrama saat ini tidak hanya sebatas dalam bentuk pondok pesantren atau berbasis agama Islam saja, namun juga sudah memulai memadukan unsur lain, seperti pendidikan umum dan pendidikan kedisiplinan. Beberapa lembaga pendidikan berbasis agama (selain Islam) yang menerapkan sekolah berasrama pun mulai bermunculan. Ada juga sekolah berasrama yang berbasis nasionalis, yang mencoba memindahkan pola pendidikan kedisiplinan di militer kedalam pendidikan di sekolah berasrama. Selain itu berkembang juga sekolah berasrama yang bersifat umum, yang siswanya berasal dari berbagai kalangan.

Saat ini semakin banyak sekolah yang menggunakan sistem sekolah berasrama. Salah satunya Pesantren Daarut Tauhiid Bandung yang dikembangkan oleh K.H Abdullah Gymnastiar yaitu Sekolah Menengah Pertama, Di sekolah para siswa mendapatkan pendidikan dengan kuantitas dan kualitas yang berada di atas rata-rata pendidikan dengan sistem konvensional. Untuk menjawab kemajuan jaman, sekolah-sekolah dengan sistem sekolah berasraman telah merancang kurikulumnya dengan orientasi kebutuhan masa depan. Kurikulum yang disajikan kepada para siswa pun sedikit berbeda di banding sekolah lainnya.

Sekolah Menengah Pertama Daarut Tauhiid Boarding School memiliki banyak keunggulan, antara lain menyediakan program pendidikan komprehensif yang menyentuh berbagai aspek perkembangan siswa didik, keberadaan fasilitas yang lengkap, keberadaan guru-guru yang berkualitas yang umumnya tidak hanya berfungsi sebagai pengajar di kelas, lingkungan yang kondusif untuk siswa, keberadaan siswa yang heterogen dan jaminan


(17)

6

keamanan dan kualitas. Latar belakang siswa yang berasal dari berbagai daerah dengan kodisi sosial budaya, tingkat kecerdasan, kemampuan akademik yang sangat beragam berkontribusi bagi siswa untuk membangun wawasan nasional dan juga siswa terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk lebih menghargai perbedaan.

Kehidupan di sekolah dikenal dengan kepatuhan dan kemandirian siswanya yang dapat tercermin dari kemampuan siswa untuk mandiri tidak hanya secara emosi melainkan juga melainkan juga tingkah laku dan nilai dalam membangun pandangan hidup. Di sekolah siswa diajarkan untuk memiliki disiplin dan kesadaran diri dalam melakukan kegiatan apa pun, sehingga nantinya mereka dapat memahami manfaat dari apa yang telah mereka lakukan.

Kemandirian di sekolah meliputi kemandirian dari segi pribadi dan kemandirian dari segi sosial, bergaul dengan teman-temannya secara baik dengan tidak membeda-bedakan antara teman satu dengan teman yang lain, selalu berpikir positif tidak terlalu berburuk sangka, saling bekerja sama dan tolong menolong dalam kebaikan. Selain itu juga terlihat dari aturan-aturan yang dibuat untuk menunjang terciptanya kepatuhan dan kemandirian siswa dalam melaksanakan kehidupannya sehari-hari, walaupun tetap saja semua itu kembali kepada kepribadian masing-masing siswa dan kecerdasan emosi yang dimilikinya. Budaya disiplin dan mandiri ini juga diharapkan mampu menimbulkan jiwa kepemimpinan siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi di atas, maka peneliti merumuskan judul penelitian “HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEKOLAH BERASRAMA DENGAN PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA” (Studi Deskriptif Korelasional terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung).


(18)

7

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang dipaparkan, rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah : “Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengemembangan kecerdasan spiritual siswa SMP Daarut Tauhiid Boarding school Bandung?”. Adapun rumusan masalah secara khusus yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung?;

2. Bagaimana pengembangan kecerdasan spiritual siswa melalui kegiatan pembelajaran sekolah berasrama di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung?;

3. Apakah terdapat hubungan yang posistif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung?.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memperoleh data tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama di SMP Daarut Tauhiid Boarding School.

2. Memperoleh data pengembangan kecerdasan spiritual siswa melalui kegiatan pembelajaran sekolah berasrama di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung.

3. Mengetahui apakah terdapat hubungan yang posistif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan


(19)

8

pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang hubungan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan perkembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Taauhiid Boarding School Bandung diharapkan dapat memberikan manfaat positif, diantaranya:

1. Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan dalam pengembangan dan evaluasi yang dianggap positif untuk perbaikan kegiatan pembelajaran;

2. Praktis

a. Lembaga yang diteliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi posotif kepada lembaga diantaranya dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada orang tua, konselor dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa untuk menggali serta mengambangkan kecerdasan spiritual yang dimilikinya. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan evaluasi yang dianggap positif untuk melakukan peningkatan dan perbaikan berbagai upaya untuk menumbuh kembangkan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung, diantaranya dengan :

1) Pengenalan dan pemahaman siswa tentang Kecerdasan Spiritual melalui pembinaan oleh Guru, baik guru di sekolah atau di asrama;

2) Mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diharapkan mampu menumbuhkembangkan Kecerdasan Spiritual siswa.


(20)

9

b. Jurusan Kurikulum dan Teknologi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi mengenai hubungan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Tauhiid Boarding School. Hal ini juga menjadi bagian dari kawasan teknologi pendidikan, yakni kawasan implementasi; c. Peneliti

Memberikan gambaran dan wawasan pengetahuan yang lebih dalam serta menjawab rasa keingintahuan peneliti mengenai Hubungan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spitiual siswa di SMP Daarrut Tauhiid Boarding School Bandung.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik uji instrumen, teknik analisis data, serta prosedur dan tahap-tahap pelaksanaan penelitian.

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penempatan lokasi penelitian sangat penting dalam rangka mempertangung jawabkan data yang diperoleh. Oleh karena itu, maka lokasi penelitian ditentukan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, lokasi yang peneliti pilih adalah SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung. Karena kegiatan pembelajaran yang berlangsung di SMP ini sudah menggunakan Kurikulum berbasis asrama (Boarding School). 2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 117).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Daarut Tauhiid Boarding school. berdasarkan data yang diperoleh jumlah populasi kelas VIII SMP Daarut Tauhiid Boarding School terdiri dari 151 siswa, rincian jumlah populasi siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Populasi siswa kelas VIII SMP Daartu Tauhiid Boarding School

KELAS JUMLAH

VIII-A 25 siswa

VIII-B 25 siswa


(22)

42

VIII-D 24 siswa

VIII-E 26 siswa

VIII-F 25 siswa

JUMLAH 151 siswa

3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian

Sampel Penelitian adalah suatu bagian dari populasi. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012: 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut ”. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel harus representatif.

Penentuan jumlah sampel menurut Arikunto, suharsimi (200: 112) adalah:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Mengingat jumlah populasi besar (di atas 100), berdasarkan teori diatas maka sampel penelitian ini digunakan 20% dari populasi. Berarti diambil 20% dari 151 siswa yang hasilnya adalah 30,2 orang. Kemudian dibulatkan menjadi 30 orang siswa dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian

KELAS JUMLAH

VIII-A

5 siswa

VIII-B

5 siswa

VIII-C


(23)

43

VIII-D

5 siswa

VIII-E

5 siswa

VIII-F

5 siswa

JUMLAH

30 siswa

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012: 118).

Cara yang digunakan pada teknik simple random sampling penelitian ini adalah dengan cara ordinal, yaitu mengambil anggota populasi dari atas ke bawah (Zainal Arifin 2011:218). Caranya adalah dengan mengambil lima orang siswa dengan nomor urut presensi bilangan kelipatan angka 5, yaitu 5, 10, 15, dan 20.

B. Variabel dan Desain Penelitian

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2012: 60) “variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian maka penelitian ini terdiri dari dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Seddangkan variabel terikat merupakan varaibel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang


(24)

44

menjadi variabel bebas (X) adlah pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dan variabel terikat (Y) adalah pengembangan kecerdasan spiritual siswa.karena penelitian ini merupakan penelitian korelasinal, maka hubungan antara variabel X dan Y digambarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.3

Hubungan Antar Vaeriabel

Keterangan :

XY : Hubungan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa.

C. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sugiyono (2011:114) menjelaskan.

Metode penelitian kuantitatif dapat dirtikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan isntrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

X

Y

XY

Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa

(Y)

Pelaksanaan Kegiaatan Pembelajaran Sekolah


(25)

45

2. Metode penelitian

Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan pendekatan penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang ditetapkan. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti perlu menjawab sekurang-kurangnya tiga pertanyaan pokok, yaitu: (a) urutan kerja atau prosedur apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan suatu penelitian?, (b) alat-alat (instrumen) apa yang akan digunakan dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan data serta teknik apa yang akan digunakan dalam menganalisis data?, (c) bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?

“Metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam merancang dan melaksanakan, menolah, dan menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian tertentu” (Sukmadinata, 2008:317). Fokus dalam penelitian ini adalah melihat apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Tauhiid Boarding School. Maka berdasarkan rumusan masalah yang ingin dijawab dan focus utama dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian yang bersifat deskriptif korelasional, dengan pendekatan kuantitatif.

Menurut Arikunto (2009 :234), “penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan”. Metode ini dipergunakan untuk meneliti masalah-masalah yang sedang berlangsung pada masa sekaraang dengan menjelaskan dana memahami apa yang ada, pendapat yang berkembang, proses berlangsung dan akibat atau efek yang telah terjadi/ kecenderungan yang telah berkembang.


(26)

46

Penelitian deskriptif tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol hal-hal yang sementara terjadi dan hanya dapat mengukur apa yang ada. Maksud utama penggunaan metode deskriptif menurut Ali (2010:47) adalah “untuk mendeskripsikan keberadaan fenomena berdasarkan data empirik sebagai jawaban terhadap masalah yang terjadi saat riset dilakukan”.

Nana Sudjana dan Ibrahim (2007:77) menjelaskan mengenai pengertian dari metode penelitian deskriptif korelasional, “studi korelasi mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabelm lain.” Hal ini senada dengan Nana Syaodih (2008:79) “studi hubungan (associational study), disebut juga studi korelasional (correlational study), meneliti hubungan dua hal, dua variabel atau lebih.” Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat hubungan dua variabel tanpa merubah atau mengadakan perlakuan terhadap variabel-variabel tersebut.

Sejalan dengan Muhammad Ali (2010:60) mengatakan bahwa studi korelasional biasanya dimaksudkan untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang terkait hubungan kesejalanan (hubungan paralel) antara dua atau lebih variabel. Menurut Zainal Arifin (2011:41) mengatakan “Pola-pola penelitisn deskriptif antara lain survey, studi kasus,kausal komparatif, korelasional dan pengembangan”. Sehingga dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif korelasional.

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi keasalah pahaman dalam memakai kata-kata pada penelitian ini maka peneliti mencantumkan definisi operasional, sebagai berikut:


(27)

47

Kegiatan pembelajaran sekolah berasrama merupakan sistem pembelajaran dimana siswa didik dan juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya.dengan aktifitas yang padat. Disinilah karakter demi karakter dipersiapkan untuk menghadapi masa depan.

Diantaranya adalah program pendidikan yang paripurna, lingkungan yang kondusif, guru yang berkualitas, siswa yang heterogen, jaminan keamanan dan disiplin yang tinggi. Di lingkungan sekolah, para siswa dapat melakukan interaksi dengan sesama siswa, bahkan berinteraksi dengan para guru setiap saat. Contoh yang baik dapat mereka saksikan langsung di lingkungan mereka tanpa tertunda. Dengan demikian, pendidikan kognisi, afektif, dan psikomotor siswa dapat terlatih lebih baik dan optimal.

2. Pengembangan kecerdasan spiritual

Kata pengembangan bermakna : peningkatan (up-grading), perluasan (ekstensifikasi), pendalaman (intensifikasi) dan penyesuaian (adaptasi). Kecerdasan spiritual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemempuan dan upaya untuk memahami kesadaran diri, memiliki visi, bersikap fleksibel, melakukan perubahan, menjadi sumber inspirasi, dan merefleksi diri.

Jadi pengembangan kecerdasan spiritual, bermakna peningkatan, perluasan, pendalaman, dan penyesuaian (terhadap perubahan pendangan) mengenai kemempuan dan upaya untuk memahami kesadaran diri, memiliki visi, bersikap fleksibel, melakukan perubahan, menjadi sumber inspirasi, dan merefleksi diri.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, pedoman wawancara dan pedoman observasi. Instrument penelitian


(28)

48

merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam mengumpulkan data penelitian digunakan instrument penelitian. Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Seperti yang dikemukakan Sugiyono (2011:148), “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati”. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.

Angket sebagai instrumen penelitian yang dilakukan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian atau responden. Dalam penelitian ini, angket sebagai instrumen penelitian utama. Angket ini digunakan untuk melihat gambaran pelaksanaan pembelajaran sekolah berasrama dan pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data yang lebih mendalam lagi dengan cara melakukan wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan sebagian guru. Pedoman observasi digunakan untuk melihat secara langsung keadaan kedua variabel penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banayk digunakan dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif (Sukmadinata, 2008:216).

Wawancara dalam penelitian ini, dilakukan secara lisan dengan pertemuan tatap muka secara indifidual untuk mendapatkan atau mengungkapkan individual untuk mendapatkan atau mengungkapkan informasi mengenai persepsi siswa tentang kecakapan hidup dan prestasi belajar siswa serta bagaimana subyek penelitian memandang sesuatu menurut perspektif, pengalamn atau perasaannya (informasi emic). Wawancara yang dilakukan yaitu wawancara berstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara yang digunakan berupa


(29)

pertanyaan-49

pertanyaan yang kemungkinan jawaban pertanyaan telah disiapkan peneliti dan keuntungan dari wawancara berstruktur ini adalah mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:156). “Observasi adalah sebuah pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.”

Dalam mendapatkan data yang objektif dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang berbentuk deskripsi yang faktual, cermat, dan teliti serta terinci mengenai kegiatan di lapangan. Pelaksanaan observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan masalah dari penelitian ini, sehingga penelitia memperoleh data dari informasi yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk melihat pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

3. Angket (Kuisioner)

Angket yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan seperangkat daftar pertanyaan yang telah disusun dan kemudian disebarkan kepada responden untuk memperoleh data yang diperlukan. Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006).

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, dimana pertanyaan atau pernyataan yang telah memiliki alternatif jawaban yang tinggal dipilih oleh responden. Responden tidak bisa memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban. Skala yang digunakan dalam angket ini menggunakan


(30)

50

skala likert dengan skala deskriptif (SS,S,R,TS,STS). Dasar dari skala likert ini adalah merespon seseorang terhadap sesuatu dapat dinyatakn dengan pernyataan persetujuan (setuju- tidak setuju) terhadap suatu objek (Syaodih:2007:238).

Tabel 3.4 Rentang Skala Likert Pernyataan

sikap

Sangat Setuju

Setuju Kurang Setuju/Ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

(+) 5 4 3 2 1

(-) 1 2 3 4 5

(Sumber: Syaodih 2007:240)

G. Teknik Uji Instrumen

Sebuah instrumen dikatakan baik jika isntrumen tersebut mampu mengukur apa yang digunakan dan dapat menangkap data variabel yang diteliti secara tepat. Terdapat dua persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian, yaitu validitas dan releabilitas. Dalam penelitian ini, teknik uji instrumen yang akan digunakan yaitu.

1. Uji Validitas

Uji validitas berkaitan dengan ketepatan atau kesesuaian alat ukur terhadap konsep yang akan diukur, sehingga alat ukur benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Pada penelitian ini, uji validitas dari instrumen angket menggunakan teknik uji validiitas empirical validity, dimana angket yang digunakan diujikan kepada sampel yang bukan sampel penelitian kemudian skor-skor yang diperoleh dari angket tersebut dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi product moment dan Karl Pearson dalam Arikunto. Adapun perhitungannya menggunakan rumus koefisien korelasi prduct moment dari Karl Pearson, yaitu:


(31)

51

∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑ (Sumber: Suharsimi Arikunto 2006:254) Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y N : jumlah responden

X : jumlah jawaban item Y : jumlah item keseluruhan

Uji validitas digunakan untuk menguji angket dengan menghitung nilai validitas dari setiap butir soal yang ada dalam angket. Uji validitas yang digunakan untuk menguji angket dengan menghitung nilai validitas dari setiap butir soal yang ada dalam angket. Dalam hal ini dimana angket yang digunakan diujikan kepada 26 orang sampel yang bukan sampel sebenarnya, kemudian skor-skor yang diperoleh dari angket tersebut dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi product moment dari Karl Pearson dengan bantuan Ms. Excel.

2. Uji Reliabilitas

Sudjana dan Ibrahim, (2007:120-121) menyebutkan bahwa uji “reliabilitas adalah ketepatan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya kapanpun alat itu digunakan maka akan memberikan hasil ukur yang sama”.

Metode uji releabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas internal consistency method. Dengan menggunakan Cronbach’s Alpha. Menurut Ronny S Kountur (2003:158)”Cronbach

alpha (α) merupakan teknik pengujian reliabilitas suatu tes atau angket yang paling sering digunakan, karena dapat digunakan pada tes-tes atau angket-angket yang jawaban atau tanggapannya berupa pilihan. Pilihannya dapat teerdiri atas dua pilihan atau lebih.

Menurut Arikunto (2006:196) “rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya


(32)

52

angket atau soal bentuk uraian”. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mencari reliabilitas dengan menggunakan Cronbach Alpha sebagai berikut:

a. Mencari varians total

∑ ∑

(Sumber : Suharsimi Arikunto 2006:196) Keterangan:

σt2

: Varian total ∑Y2

: Jumlah kuadrat skor total setiap responden (∑

Y) 2 : jumlah kuadrat seluruh skor total dari setiap responden

N : jumlah responden uji coba

b. Mencari harga-harga varians setiap item

∑ ∑

(Suharsimi Arikunto 2006:196) Keterangan:

Σb2

: Varians butir setiap varians ∑X2

: Jumlah kuadrat jawaban responden pada setiap varians (∑X) 2

: Jumlah kuadrat skor seluruh responden dari setiap item N : Jumlah responden uji coba

c. Rumus Alpha (

) ∑

(Sumber : Suharsimi Arikunto 2006:196) Keterangan:

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir item

∑σb2


(33)

53

σt2

: varians total

Metode uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan menggunakan program SPSS versi 20.

H. Teknik Analisis Data

Setelah peneliti melakukan penelitian dilapangan dan mengumpulkan data-data, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan analisis data. Data yang dikumpulkan merupakan data yang masih bersifat mentah karena data yang diperoleh masih berupa uraian menganai subjek yang diteliti seperti pengetahuan, pengalaman, pendapat maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengolahan data adalah

1. Menghitung jumlah lembar jawaban yang telah diisi oleh responden. 2. Memeriksa hasil jawaban responden dan memberikan skor.

3. Mentabulasikan data, yang meliputi kegiatan-kegiatan:

a. Menghitung skor mentah yang telah diperoleh dari responden.

4. Mengolah data menggunakan uji statistika non-parametrik atau parametrik berdasarkan hasil uji normalitas. Jika data berdistribusi normal, maka pengolahan data menggunakan statistika parametric. Sebaliknya, jika data tidak berdistribusi noemal, maka digunakan statistika non-parametrik.

5. Menguji hipotesis dengan uji-t. jika thitung > ttabel. Maka hipotesis nol ditolak, begitu juga sebaliknya.

6. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. 1. Uji Normalitas Data

Uji normalitasa data bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal, maka digunakan metode statistika parametrik. Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistika non-parametrik.


(34)

54

2. Persentase Perolehan Skor

Dimaksudkan untuk mengetahui gambaran atau masing-masing aspek yang diteliti. Langkah yang dilakukan adalah dengan cara menaksir rata-rata skor yang diperoleh dibandingkan dengan skor ideal, uantuk selanjutnya interval skor yang didapatkan kemudian dikategorikan dalam interpretasi tertentu. Rumus yang dipergunakan untuk menghitung persentase perolehan skor variabel X dan Y digunakan rumus:

(Muhammad Ali dalam Rochman, Fauzi 2011:40-41) dimana :

P : Persentase Jawaban f0 : Jumlah Skor yang Muncul

N : Jumlah Skor Total/ideal

Presentase jawaban yang diperoleh kemudian diiterpretasikan melalui tabel berikut :

Tabel 3.5 Kategori Persentase Jaweban

Interval Kategori

81 %-100 % Sangat Baik

61 %-80 % Baik

50 %-60 % Cukup

35 %-49 % Kurang Baik

< 35 % Sangat Kurang Baik 3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan. Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan dilakukan langkah pengujian sebagai berikut:


(35)

55

Koefisisen korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel. Jika data yang ada berdistribusi normal maka rumus yang digunakan adalah koefisien korelasi Product Moment dari Pearson, dengan rumus sebagai berikut:

∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑

(Sumber: Suharsimi Arikunto 2006:254) Sedangkan jika data yang ada berdistribusi tidak normal, maka pengolahan data dilakukan dengan statistika non-parametrik. Rumus yang dipakai adalah koefisien korelasi Rank Spearmen, dengan rumus sebagai berikut:

(Sugiyono 2012:229) Keterangan :

ρ : koefisien korelasi

n : jumlah responden

∑b i2

: jumlah kuadrat hasil ranking xi-yi b. Keberartian Korelasi

Keberartian korealasi dimaksudkan untuk mengetahui berarti tidaknya hubungan antaria variabel X (pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama) dengan variabel Y (pengembangan kecerdadsan spiritual siswa), dengan menggunakan criteria interpretasi koefisien korelasi. Koefisien korelasi biasanya berkisar antara +0,00 s/d 1,00, tanda (+) berarti menunjukkan arah hubungan positif, tanda (-) menunjukkan arah hubungan negative. Nilai koefisien korelasi yang telah dihitung kemudian diinterpretasikan berdasrkan tabelm berikut ini:


(36)

56

Tabel 3.6

Pedoman untuk memberikan interpretasi Koefisen Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat Rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono 2012:257) Koefisien korelasi positif berarti individu yang memperoleh skor tinggi pada suatu variabel, akan tinggi pula skornya pada variabel lain yang dikorelasikan. Sebaliknya individu yang mendapatkan skor rendah pada suatu variabel, akan rendah pula skor pada variabel lainnya. Sedangkan koefisien negatif berarti individu yang memperoleh skor tinggi pada suatu variabel, akan mendapat skor rendah pada variabel lain yang dikorelasikan. Sebaliknya individu yang mendapatkan skor rendah pada suatu variabel, akan tinggi pada variabel lainnya.

c. Uji Signifikansi Korelasi

√ √

(Sugiyono, 2010:257 ) Keterangan:

t = nilai t hitung

ρ = nilai koefisien korelasi


(37)

57

Setelah mendapatkan nilai t hitung dari uji signifikansi korelasi,

kemudian hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nila t tabel. Setelah itu dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitain. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima dan apabila t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

4. Uji Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi atau koefisien penentu dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Koefisien Determinasi (KD) yaitu sebagai berikut :

KD = r2 x 100% dimana :

KD : Koefisien determinasi R : Kuadrat koefisien korelasi

I. Prosedur dan Tabap-tahap Pelaksanaan Penelitian

Prosedur dan tahap-tahap penelitian merupakan kegiatan pelaksanaan penelitianitian yang dimulai dari tahapan persiapan awal hingga tahap akhir penyusunanan laporan. Tahapan pelaksanaan penelitian yang digunakan rnengacu tahapan penelitian yang dijabarkan oleh Arikunto, Suharsimi (2000:22).

1. Pembuatan rancangan penelitian.

Langkah-Iangkah dalam tahapan ini adalah memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan masalah, merumuskan anggapan dasar, memilih pendekatan, dan menentukan variabel dan sumber data. 2. Pelaksanaan penelitian.

3. Langkah dalam tahapan ini adalah menentukan dan menyusun instrumen, mengumpulkan data, analisis data, kemudian menarik kesimpulan.

4. Pembuatan laporan penelitian.

Pada tahapan ini peneliti menulis laporan sesuai dengan data yang telah didapatkan.


(38)

87 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini secara garis besar berisi kesimpulan dan rekomendasi yang diperoleh dari data hasil penelitian yang dilakukan

A. SIMPULAN

Penelitian ini mengungkapkan masalah tentang apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VIII SMP Daarut Tauhiid Boarding School Banduung.

1. Simpulan Umum

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa secara umum hipotesis yang dilakukan peneliti diterima menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Hal itu dapat dilihat dari hasil perhitungan uji koefisien korelasi dengan α = 0,05 adalah sebesar 0,592, tingkat keeratan yang diinterpretasikan kedalam kategori sedang yaitu berada pada kisaran 0,40-0,599.

2. Simpulan Khusus

a. Pelaksanaan kegiatan pemebelajaran sekolah berasrma.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama di SMP Daarut Tauhiid Boarding School berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, diketahui bahwa rata-rata persentase perolehan skor pada aspek pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dikalangan siswa SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung adalah sebesar 71,98 dari skor ideal dan termasuk kedalam kategori baik, terlihat pada


(39)

88

pelaksanaannya, komponen-komponen pembelajaran seperti tujuan, materi, metode, media, pengajar hingga evaluasinya berjalan secara optimal dan bersinergi sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan, sehingga terjadinya interaksi antara siswa dengan lingkungan belajarnya.

b. Pengembangan kecerdasan spiritual siswa melalui pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama.

Berdasarkan data hasi penelitian dapat disimpulkan bahwa pengembangan kecerdasan spiritual siswa dikembangkan dan dipengaruhi beberapa faktor , antara lain faktor lingkungan, faktor keluarga dan sekolah. Salah satunya dilakukan melalui kegiatan pembelajaran sekolah berasrama. Kecerdasan yang dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran dengan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama diantaranya para siswa diharapkan memiliki ciri-ciri orang yang mengembangkan kecerdasan spiritualnya, yaitu, mampu untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri dan membuat seseorang mengerti akan makna hidupnya. Melalui proses pencelupan dengan cara pembiasaan budaya lembaga diantaranya Shalat Tahajjud, Shalat Dhuha, Shalat Berjamaah, Shaum Sunnah Senin Kamis atau Shaum Daud, dan juga implementasi Nilai-Nilai MQ, yaitu kedisiplinan kebersihan dan kerapihan, Akhlakul Karimah.

Pengembangan kecerdasan yang dilakukan melalui kegiatan pembelajaran sekolah berasrama didalamnya berisi tata nilai SMP Daarut Tauhiid boarding shool yaitu, beribadah dengan benar dan istiqamah, berakhlak mulia, belajar tiada henti, budaya kerja 5 As


(40)

89

(kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja berkualitas, kerja tuntas), bersahaja dalam hidup, bantu sesama, bersihkan hati selalu. c. Hubungan antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah

Berasrama dengan Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Hal itu dapat dilihat dari hasil perhitungan uji koefisien korelasi dengan α = 0,05 adalah sebesar 0,592, tingkat keeratan yang diinterpretasikan kedalam kategori sedangyaitu berada pada kisaran 0,40-0,599.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasramadapat menunjang dan memberikan kontribusi positif dalam upaya pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Semakin baik perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa, sehingga siswa mampu mengembangkan kecerdasan spiritualnya terus-menerus dan peningkatan yang cukup baik agar mampu memiliki ciri-ciri orang yang mengembangkan kecerdasan spiritualnya.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang dirumuskan dalam simpulan tersebut diatas, bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama memliki hubungan yang positif dan signifikan dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa, maka penulis mengajukan saran dan rekomendasi sebagai berikut:

1. SMP Daarut Tauhiid

Berdasarkan temuan tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari penelitian ini maka diharapkan:


(41)

90

a. Perencanaan pembelajaran harus lebih matang, terutama untuk membuat hasil revisi kurikulum terbaru, karena kurikulum sebagai acuan para guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

b. Mengembangkan dan mengoptimalkan kecerdasan spiritual siswa yang berperan dalam keberhasilan siswa baik disekolah maupun dilingkungan sekitarnya, maka disarankan kepada pihak sekolah untuk lebih berperan aktif mengawasi tingkah laku siswa yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan siswa khususnya kecerdasan spiritual.

2. Guru

a. Diharapkan guru lebih mengembangkan Pelaksanaan kegiatan Pembelajaran dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa dalam rangka peningkatan pembelajaran yang lebih kondusif dan dapat membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, mengembangkan kecerdasannya, dan mengembangkan keilmuannya. b. Perlu adanya variasi dalam penggunaan media dan metode

pembelajaran dikarenakan siswa beraktifitas selama 24 jam di sekolah dan diasrama, baik dalam program pembelajaran dikelas ataupun saat program pembinaan keasramaan, agar siswa tidak merasa jenuh dan menrik perhatian siswa agar fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Siswa

Hasil dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sangat berarti dan banyak memberikan pengalaman berharga jika siswa melaksanakannya dengan baik dan mengaplikasikan pembiasaan yang diberikan oleh sekolah dalam kehidupan sehari-hari dan tidak hanya diaplikasikan saat berada didalam sekolah saja, tetapi diharapkan dapat bermanfaat baik untuk siswa sendiri dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.


(42)

91

Berdasarkan temuan tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari penelitian ini maka diharapkan:

a. Diharapkan dapat memberikan kontribusi melalui pengembangan meodel pembelejaran sekolah berasrama, terhadap perkembangan ilmu teknologi pendidikan, terutama dalam pengembangan kurikulum dalam sekolah dan strategi mengajar untuk guru;

b. Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu mengenai strategi dan pendekatan pembelajaran yang memiliki tujuan institusional tersendiri.

5. Peneliti Selanjutnya

a. Penelitian ini hanya mengkaji tentang hubungan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa, perlu kiranya ada penelitian lebih lanjut dengan mengkaji berbagai aspek yang lebih luas. Kajian lebih luas yang dapat diteliti selanjutnya antara lain studi deskiptif tentang implementasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama, studi evaluatif pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama, maupun mengkaji hubungan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan lainnya.

b. Melakukan penelitian dengan menerapkan konsep-konsep yang lebih luas, serta disarankan untuk menggunakan populasi dan sampel yang lebih luas serta instrumen yang lebih beragam agar data dan informasi yang diperoleh lebih lengkap dan akurat.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ginanjar Ary. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ. Jakarta: Arga.

Ali, Sambas dan Abdurahman, Maman. (2007). Analisis Korelasi Regresi dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Ali, Muhammad. (2010). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.

Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian Jakarta: Rineka Cipta.

________________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

‘Athiyyah, Muhammad, Al Abrasyi. (2003). Perinsip-perinsip dasar pendidikan Bandung: Pustaka Setia. (Terjemah).

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 2- cet. 10, Jakarta: Balai Pustaka,

Gardner, Howard. (2003). Kecerdasan Majemuk : Teori dalam Praktek (terjemahan). Batam: Interaksara.

Hermawan, A.H dkk. (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Himpunan Peraturan Perundang-undangan. (2009). Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003. Bandung: Fokus Media

Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Kountur, Ronny, (2003). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: CV. Teruna Grafica


(44)

93

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sujarwo. (2012). Model-Model Pembelajaran Suatu Strategi Mengajar. Yogyakarta

Sugandi, Achmad, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang:IKIP PRESS.

__________________. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang:UPT MKK UNNES.

Sugiyono. (2008). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

________. (2012), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana. (2010), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Suwito dan Fauzan. (2005). Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Pelajar.

Sagala, Syaiful (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Tafsir, Ahmad, dkk. (2004) Cakrawala pemikiran pendidikan islam. Bandung:

Mimbar Pustaka.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.

Umi Proboyekti dalam makalahnya : Apa itu Research, Riset atau Penelitian?, (Yogyakarta : Fakultas Teknik UKDW).

Zohar, D.& Marshall, I. (2002), SQ. Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Mizan.

Basirun. (2011). Penelitian Korelasi. [Online]. Tersedia : http://basirunmetpel.blogspot.com/. [26 Maret 2013].

Dewa. (2012). Konsep Dasar Kecerdasan [online] Tersedia : http://dewasastra.wordpress.com /2012/03/21/konsep-dasar-kecerdasan/. [3 Mei 2013].

Huda, Michail. (2008). Efektivitas Boarding School [Online] Tersedia : http://michailhuda.multiply.com/journal/item/57/. [20 Mei 2013].


(45)

94

Lestari, Dwi. (2012). Kecerdasan Spiritual [online] Tersedia: http://spiritcitradeel167.blogspot.com/2012/11/kecerdasan-spiritual-spiritual-quotient.html. [10 maret 2013].

Maharani, Dina. (2012). Teori Intelegensi . [Oneline]. Tersedia : http://11055dina.blogspot.com/2012/03/teori-inteligensi-alfred-binet.html [16 Februari 2013].

Sudrajat, Akhmad. (2008, 26 Januari). Tentang Pendidikan Holistik [online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/26/pendidikan-holistik/. [25 Februari 2013].

Sutrisno. Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School) [Online] Tersedia: http://sutrisno02.wordpress.com/author/sutris02/. [15 mei 2013].

Zahara , Karima Arsy. (2008). Pengertian Boarding School [Online] Tersedia : http://lillsalvestada.blogspot.com/2008_06_01_archive.html. [22 Maret 2013].


(1)

89

Hanaan, 2013

Hubungan Antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah Bersama Dengan Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja berkualitas, kerja tuntas), bersahaja dalam hidup, bantu sesama, bersihkan hati selalu. c. Hubungan antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah

Berasrama dengan Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Hal itu dapat dilihat dari hasil perhitungan uji koefisien korelasi dengan α = 0,05 adalah sebesar 0,592, tingkat keeratan yang diinterpretasikan kedalam kategori sedangyaitu berada pada kisaran 0,40-0,599.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasramadapat menunjang dan memberikan kontribusi positif dalam upaya pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Semakin baik perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa, sehingga siswa mampu mengembangkan kecerdasan spiritualnya terus-menerus dan peningkatan yang cukup baik agar mampu memiliki ciri-ciri orang yang mengembangkan kecerdasan spiritualnya.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang dirumuskan dalam simpulan tersebut diatas, bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama memliki hubungan yang positif dan signifikan dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa, maka penulis mengajukan saran dan rekomendasi sebagai berikut:

1. SMP Daarut Tauhiid

Berdasarkan temuan tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari penelitian ini maka diharapkan:


(2)

Hanaan, 2013

Hubungan Antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah Bersama Dengan Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Perencanaan pembelajaran harus lebih matang, terutama untuk membuat hasil revisi kurikulum terbaru, karena kurikulum sebagai acuan para guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

b. Mengembangkan dan mengoptimalkan kecerdasan spiritual siswa yang berperan dalam keberhasilan siswa baik disekolah maupun dilingkungan sekitarnya, maka disarankan kepada pihak sekolah untuk lebih berperan aktif mengawasi tingkah laku siswa yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan siswa khususnya kecerdasan spiritual.

2. Guru

a. Diharapkan guru lebih mengembangkan Pelaksanaan kegiatan Pembelajaran dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa dalam rangka peningkatan pembelajaran yang lebih kondusif dan dapat membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, mengembangkan kecerdasannya, dan mengembangkan keilmuannya. b. Perlu adanya variasi dalam penggunaan media dan metode

pembelajaran dikarenakan siswa beraktifitas selama 24 jam di sekolah dan diasrama, baik dalam program pembelajaran dikelas ataupun saat program pembinaan keasramaan, agar siswa tidak merasa jenuh dan menrik perhatian siswa agar fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Siswa

Hasil dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sangat berarti dan banyak memberikan pengalaman berharga jika siswa melaksanakannya dengan baik dan mengaplikasikan pembiasaan yang diberikan oleh sekolah dalam kehidupan sehari-hari dan tidak hanya diaplikasikan saat berada didalam sekolah saja, tetapi diharapkan dapat bermanfaat baik untuk siswa sendiri dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.


(3)

91

Hanaan, 2013

Hubungan Antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah Bersama Dengan Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan temuan tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari penelitian ini maka diharapkan:

a. Diharapkan dapat memberikan kontribusi melalui pengembangan meodel pembelejaran sekolah berasrama, terhadap perkembangan ilmu teknologi pendidikan, terutama dalam pengembangan kurikulum dalam sekolah dan strategi mengajar untuk guru;

b. Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu mengenai strategi dan pendekatan pembelajaran yang memiliki tujuan institusional tersendiri.

5. Peneliti Selanjutnya

a. Penelitian ini hanya mengkaji tentang hubungan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa, perlu kiranya ada penelitian lebih lanjut dengan mengkaji berbagai aspek yang lebih luas. Kajian lebih luas yang dapat diteliti selanjutnya antara lain studi deskiptif tentang implementasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama, studi evaluatif pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama, maupun mengkaji hubungan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan lainnya.

b. Melakukan penelitian dengan menerapkan konsep-konsep yang lebih luas, serta disarankan untuk menggunakan populasi dan sampel yang lebih luas serta instrumen yang lebih beragam agar data dan informasi yang diperoleh lebih lengkap dan akurat.


(4)

92 Hanaan, 2013

Hubungan Antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah Bersama Dengan Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ginanjar Ary. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ. Jakarta: Arga.

Ali, Sambas dan Abdurahman, Maman. (2007). Analisis Korelasi Regresi dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Ali, Muhammad. (2010). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.

Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian Jakarta: Rineka Cipta.

________________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

‘Athiyyah, Muhammad, Al Abrasyi. (2003). Perinsip-perinsip dasar pendidikan Bandung: Pustaka Setia. (Terjemah).

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 2- cet. 10, Jakarta: Balai Pustaka,

Gardner, Howard. (2003). Kecerdasan Majemuk : Teori dalam Praktek (terjemahan). Batam: Interaksara.

Hermawan, A.H dkk. (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Himpunan Peraturan Perundang-undangan. (2009). Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003. Bandung: Fokus Media

Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Kountur, Ronny, (2003). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: CV. Teruna Grafica


(5)

93

Hanaan, 2013

Hubungan Antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah Bersama Dengan Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sujarwo. (2012). Model-Model Pembelajaran Suatu Strategi Mengajar. Yogyakarta

Sugandi, Achmad, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang:IKIP PRESS.

__________________. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang:UPT MKK UNNES.

Sugiyono. (2008). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

________. (2012), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana. (2010), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Suwito dan Fauzan. (2005). Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Pelajar.

Sagala, Syaiful (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Tafsir, Ahmad, dkk. (2004) Cakrawala pemikiran pendidikan islam. Bandung:

Mimbar Pustaka.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.

Umi Proboyekti dalam makalahnya : Apa itu Research, Riset atau Penelitian?, (Yogyakarta : Fakultas Teknik UKDW).

Zohar, D.& Marshall, I. (2002), SQ. Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Mizan.

Basirun. (2011). Penelitian Korelasi. [Online]. Tersedia : http://basirunmetpel.blogspot.com/. [26 Maret 2013].

Dewa. (2012). Konsep Dasar Kecerdasan [online] Tersedia : http://dewasastra.wordpress.com /2012/03/21/konsep-dasar-kecerdasan/. [3 Mei 2013].

Huda, Michail. (2008). Efektivitas Boarding School [Online] Tersedia : http://michailhuda.multiply.com/journal/item/57/. [20 Mei 2013].


(6)

Hanaan, 2013

Hubungan Antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah Bersama Dengan Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lestari, Dwi. (2012). Kecerdasan Spiritual [online] Tersedia: http://spiritcitradeel167.blogspot.com/2012/11/kecerdasan-spiritual-spiritual-quotient.html. [10 maret 2013].

Maharani, Dina. (2012). Teori Intelegensi . [Oneline]. Tersedia : http://11055dina.blogspot.com/2012/03/teori-inteligensi-alfred-binet.html [16 Februari 2013].

Sudrajat, Akhmad. (2008, 26 Januari). Tentang Pendidikan Holistik [online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/26/pendidikan-holistik/. [25 Februari 2013].

Sutrisno. Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School) [Online] Tersedia: http://sutrisno02.wordpress.com/author/sutris02/. [15 mei 2013].

Zahara , Karima Arsy. (2008). Pengertian Boarding School [Online] Tersedia : http://lillsalvestada.blogspot.com/2008_06_01_archive.html. [22 Maret 2013].


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS VIII SMP NAWA KARTIKA ISLAMIC BOARDING SCHOOL DENGAN SMP Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa Kelas VIII SMP Nawa Kartika Islamic Boarding School Dengan SMP Negeri 1 Wonogiri.

0 3 11

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS VIII SMP NAWA KARTIKA ISLAMIC BOARDING SCHOOL Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa Kelas VIII SMP Nawa Kartika Islamic Boarding School Dengan SMP Negeri 1 Wonogiri.

1 4 14

PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA DI ASRAMA SMP DAARUT TAUHIID BANDUNG.

0 1 28

ANALISIS BUDAYA SEKOLAH PADA SMK DAARUT TAUHIID BOARDING SCHOOL BANDUNG.

1 0 51

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS OBSERVASI DENGAN METODE KARYAWISATA :Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII-F SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 53

PEMBENTUKAN KARAKTER BAKU (BAIK DAN KUAT) SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP DAARUT TAUHIID BOARDING SCHOOL BANDUNG.

5 16 40

PEMBENTUKAN KARAKTER BAKU (BAIK DAN KUAT) SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP DAARUT TAUHIID BOARDING SCHOOL BANDUNG - repository UPI S KTP 1009305 Title

0 0 3

KECENDERUNGAN RELIGIUSITAS SISWA SMK BOARDING SCHOOL:(Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas X di SMK Daarut Tauhiid Boarding School Bandung Tahun Ajaran 2015 2016) - repository UPI S PPB 0900480 Title

0 0 4

CORRELATION BETWEEN IMPLEMENTATION OF TAKHAṢUḤ TAḤFĪẒ PROGRAM AND CHARACTER DEVELOPMENT OF STUDENTS IN SMP DAARUT TAUHIID BOARDING SCHOOL BANDUNG, HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN PROGRAM TAKHAṢUṢ TAḤFĪẒ DAN PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA DI SMP DAARUT TAUHIID BO

0 0 10

PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA PADA SEKOLAH BERASRAMA : Studi Kasus di SMP Daarut Tauhid Boarding School Bandung - repository UPI S SOS 1202898 Title

0 1 4