PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN PEMAHAMAN KONSEP DI SEKOLAH DASAR.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN
PEMAHAMAN KONSEP DI SEKOLAH DASAR

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Pengembangan Kurikulum

Oleh
KUSTIANA
NIM. 999552

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVEERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2003

LUMBAR PENGESAHAN

Tesis ini telah disahkan oleh untuk mengikuti Ujian Tahap 11, oleh


Pembimbina

Pembimbina II

Prof.Dr. H. Oemar Hamalik

Prof.Dr.H. Ishak Abdulhak, M.Pd

Mengetahui
Ketua Program Pengembangan Kurikulum

PPS UPI Bandung

Prof. Dr. H. R. Ibrahim, MA

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan Tesis dengan judul " Penerapan Model Pembelajaran Terpadu untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir dan Pemahaman Konsep


di Sekolah Dasar " ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya
sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat ke-

llmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung ressiko atau sangsi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya ini.

Bandung,

3 Oktober 2003

Peneliti

rA

Kustiana

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keadaan mutu pendidikan yang
semakin jauh dari harapan dan merupakan dampak dari implementasi kurikulum

1994. Di samping itu berbagai perubahan dalam struktur dan sistem pendidikan
yang saat ini berlangsung sebagai realisasi diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah daan diikuti dengan
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan
Propinsi sebagai daerah otonomi.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu menemukan suatu
model pembelajaran Terpadu yang cocok dan dibutuhkan di Sekolah Dasar.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian tindakan

kelas dengan menggunakan pendekatan naturalistik yang berlangsung sebanyak
tiga siklus

Berdasarkan data hasil sebelum dan sesudah siswa mengikuti
pembelajaran melalui model pembelajaran terpadu, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:

1. Penelitian tindakan kelas dengan penerapan model pembelajaran terpadu,
dapat membangkitkan atau meningkatkan keterampilan mengajar, terutama

dalam merancang pembelajaran. Dari penelitian ini, kemampuan guru dalam
merancang model pembelajaran terpadu, diketahui secara kuantitatif pada
setiap siklus (I, II, dan III) diketahui prosestase rata-rata untuk setiap siklus,
yaitu 54,1%, 74,11%, dan 82,78%.

2. Pelaksanaan penerapan model pembelajaran terpadu yang dilakukan guru
dinilai dengan menggunakan instrumen, dan diketahui hasil prosestase ratarata untuk setiap siklusnya (I, II, III), yaitu 55,1%, 68,78%, dan 80,67%.

3. Penilaian selama penerapan model pembelajaran terpadu, yaitu dilihat dari
kadar atau aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran. Hasil evaluasi
diketahui bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran yang
silaksanakan sebanyak tiga siklus, diketahui 54% pada siklus I, 74,3% siklus
II, dan 93% pada siklus III.

4. Hasil evaluasi terhadap keterampilan berpikir siswa selama penerapan
pembelajaran terpadu yang dilaksanakan pada siklus I, siklus II, dan siklus III,
diketahui hasilnya sebagai berikut: prosestase rata-rata keterampilan berpikir
setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari hasil pretes dan
postes, yaitu: siklus I, pretes 41,66%, postes 46,33%. Siklus II, pretes 53,33%
dan postes 63,33%. Siklus III, pretest 60% dan postest 70,55%.

5. Pemahaman konsep dievaluasi dengan cara memberikan pretes dan postes.
Berikut ini hasilnya: Sikluis I, pretes 48,33, postest 55,33%. Siklus II, pretes
58,33% dan postes 66,67%. Siklus III, pretes 66,11% dan postes 78,89%.

6. Tanggapan siswa secara umum terhadap penerapan model pembelajaran
terpadu dapat diketahui dari hasil pernyataan yang dijaring dengan
menggunakan kuesioner, bahwa belajar dengan menggunakan model
pembelajaran terpadu membuat siswa menjadi: (a) menyenangkan, (b) mudah
mengerti, (c) berani bertanya, (d) giat belajar, dan(e) prestasi meningkat.

DAFTARISI
Halaman

Halaman Judul

Halaman Pengesahan

Abstrak

j


Kata Pengantar

jj

Daftar Isi

jv

DaftarTabel

vjj

Daftar Gambar

vjjj

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang Masalah


\

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

8

1. Rumusan Masalah

g

2. Pertanyaan Penelitian

10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

10

1. Tujuan Penelitian


10

a. Tujuan Umum

10

b. Tujuan Khusus

H

2. Manfaat Penelitian

H

D. Definisi Operasional

13

E. Lokasi Penelitian


14

IV

BAB n PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN
PEMAHAMAN KONSEP

A. Konsep Pendidikan Dasar

16

B. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemahaman
Konsep

21

C. Konsep Model Pembelajaran Terpadu


34

D. Hasil Penelitian Terdahulu

51

BAB m METODOLOGI PENELITIAN

A. Disain Penelitian

60

B. Instrumen Penelitian

^,6

C. Pengolahan dan Analisis Data

70


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum SD Negeri Cibaduyut VKecamatan Bojongloa
Kidul Kota Bandung
B. Penerapan Model Pembelajaran Terpadu di SD

72
79

C. Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran
Terpadu

D. Pembahasan Hasil Penelitian

p^

127

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan

146

B. Rekomendasi

147

DAFTAR PUSTAKA

150

LAMPIRAN

152

VI

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1

: Pemlaian Perencanaan Penerapan Model PembelajaranTerpadu

67

Tabel 3.2

: Teknik Pengumpulan Data

68

Tabel 3.3

: Tanggapan Siswa

69

Tabel 4.1

: Keadaan Siswa Kelas V SD Cibaduyut

73

Tabel 4.2

: Prestasi Akademik Siswa Kelas V SD Cibaduyut..

74

Tabel 4.3

: Keadaan Personiol SDN Cibaduyut

75

Tabel 4.4

: Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir
(Siklus I)

Tabel 4.5

94

: Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir
(Siklus II)

Tabel 4.6

118

: Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir
(Siklus III)

Tabel 4.7

125

: Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model
Pembelajaran Terpadu

Tabel 4.8

126

: Tabulasi Hasil Penelitian

vn

129

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1

Proses berpikir kritis

25

Gambar 2.2

Bagan pendekatan pemecahan masalah

29

Gambar 2.3

Proses pemecahan masalah

30

Gambar 2.4

Model terpadu antar bidang studi

35

Gambar 2.5

Model pembelajaran terpadu

36

Gambar 2.6

Model pembelajaran terpadu Robin Pogarty

39

Gambar 2.7

Flow chart prosedur penerapan model pembelajaran terpa- 58
du

Gambar 3.1

Alur penelitian penerapan model pembelajaran terpadu

Vlll

64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam menyukseskan pembangunan

bangsa, yang diharapkan dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat
membangun dirinya, serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
negara dan bangsa. Oleh sebab itu pendidikan perlu mendapat perhatian dari semua

agar dapat mengejar ketertinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mutlak diperlukan untuk meningkatkan pembangunan bangsa dan negara secara
efektif dan efesien dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur baik
materil maupun spiritual.

Upaya pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia telah

dimulai sejak lama, dan lebih giat lagi sejak tahun 1969 dalam Pelita I, melalui

proyek-proyek pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dasar, menengah

dan pendidikan tinggi, dengan dana APBN ataupun dana pinjaman luar negeri.
Seiring dengan bertambahnya penduduk secara kuantitatif hasilnya terlihat
antara lain dari bertambahnya jumlah Sekolah Dasar, SLTP, SMU, SMK, dan

Perguruan Tinggi seperti Politeknik, jumlah dan jenis sarana pendidikan, guru dan
tenaga kependidikan yang telah mengikuti pelatihan, demikian juga kepala sekolah
dan staf, serta karyawan.

Ironisnya, secara kualitatif, mutu pendidikan dasar dan menengah relatif
menurun bila dibandingkan dengan mutu pendidikan pada periode 1965-1975.

Pada periode tersebut banyak guru-guru MIPA Indonesia yang diminta
pembelajaran di Malaysia untuk meningkatkan mutu pendidikan mereka, saat ini

pada tahun 2000-an terjadi sebaliknya, banyak guru-guru kita yang dikirim ke
Malaysia untuk belajar di Perguruan Tinggi mereka dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan kita.

Dalam Rakorkesra yang dilaksanakan pada bulan September dan Oktober

2001, Mendiknas memaparkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, antara

lain : Hasil studi The Third International Mathematics and Science Study Repeat
(1991) menunjukkan bahwa untuk 1PA, siswa SLTP Indonesia menempati
peringkat ke 32 dan matematika ke 34 dari 38 negara yang di survey di Asia,
Australia dan Afrika. (Suderadjat, 2002:1)

Data tersebut di atas menggambarkan rendahnya mutu akademik lulusan

SLTP kita, padahal Kurikulum 1994 dengan suplemenya tahun 1999 adalah

kurikulum yang berorientasi akademik yang terdiri atas mata pelajaran yang
terpisah-pisah (separate subject curriculum). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa secara akademik penyelenggaraan Kurikulum 1994 kurang berhasil. Ada
beberapa kemungkinan yang menjadi penyebabnya, antara lain, pertama kurikulum
memuat terlalu banyak mata pelajaran dan setiap mata pelajaran memuat terlalu

banyak materi pelajaran (sarat materi), setiap materi pelajaran diarahkan kepada
kecakapan akademik dari mata pelajaran yang bersangkutan. Kedua dengan

ketetapan bahwa Kurikulum 1994 adalah kurikulum minimal maka semua sekolah

mendapat kewajiban untuk melaksanakan seluruh mata pelajaran dan seluruh

materi yang ada dalam mata pelajaran, yang kemudian mengakibatkan guru-guru
merasa kekurangan waktu untuk menyelenggarakan KBM, sehingga akhirnya
proses pembelajaran berlangsung secara transfer ofknowledge atau penyampaian

informasi saja Ketiga penyelenggaraan EBTANAS dan mendapatkan NEM yang
tinggi.

Hari Suderadjat (2002:6), dalam Landasan Konseptual Teoritis Pendidikan
Berbasis Luas (BBE) dan Life Skill, mengemukakan bahwa

Kurikulum 1994 merupakan separate subject curriculum, yaitu kurikulum
yang terdiri atas mata pelajaran yang terpisah dan berorientasi akademik.

Banyaknya mata pelajaran pada kurikulum 1994 dan saratnya materi pada
setiap mata pelajaran, menyebabkan tujuan akademik yang ditetapkan pada
setiap mata pelajaran akhirnya tidak tercapai, karena proses pembelajaran
lebih banyak berlangsung secara penyampaian informasi (transfer of

knowledge) dan cenderung kearah terjadinya verbalisme.

Tidak sedikit konsep-konsep pendidikan yang tidak dapat terlaksana, antara

lain misalnya:

a.

Pembelajaran yang berfokus pada siswa (student centerd atau student

active learning), tidak dapat terlaksana, padahal kita ketahui

bahwasanya proses pembelajaran yang efektif adalah dengan adanya

aktivitas dan kreativitas siswa yang dominan. Artinya kalau siswa
tidak mendapat kesempatan belajar dan berlatih untuk menguasai dan
memiliki kemampuan, maka ia tidak akan memperoleh apa-apa.

b. Evaluasi hasil belajar yang cenderung pada domain kognitif tingkat
rendah, mendorong siswa untuk menghafalkan materi pengetahuan dan
berorientasi pada perolehan nilai yang berujung pada perolehan STTB
(sertiftcate oriented), dan bukan pada kecakapan.

c. Proses dan hasil belajar yng kurang terkait dengan lingkungan,
membuat siswa tidak mampu memanfaatkan konsep kunci keilmuan
dalam proses pemecahan masalah kehidupan yang dialami siswa
sehari-hari. Hasil belajar siswa tidak dalam bentuk kompetensi atau
kecakapan hidup yang bermanfaat bagi peningkatan harkat dan
martabatnya sebagai calon pemimpin.

Apabila ketiga hal tersebut terjadi, maka ada kecenderungan hasil belajar

siswa kearah verbalisme dengan mutu akademik yang rendah. Mutu pendidikan
yang rendah tersebut, berkaitan juga dengan mutu proses pembelajaran yang
rendah, yang menurut penelitian Blazely dkk pada 1997 bahwa:
Pembelajaran di Indonesia cenderung sangat teoritik dan tidak terkait

dengan lingkungan dimana siswa berada. Akibatnya peserta didik mampu

menerapkan apa yang dipelajarinya di sekolah, guna memecahkan masalah
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan telah mencabut

peserta didik dari lingkungannya sehingga mereka menjadi asing di dalam
masyarakatnya. (Suderadjat, 2002:2)

Penyelenggaraan pembelajaran yang tidak kontekstual atau yang tidak

berwawasan lingkungan tersebut, sebenarnya dapat juga merupakan dampak dari
kurikulum yang bersifat sentralistik dan berorientasi akademik secara parsial dan
masing-masing mata pelajaran. Kualitas hasil pendidikan dan kualitas proses
pembelajaran yang rendah tersebut, merupakan gambaran dari rendahnya kualitas
sistem pendidikan di Indonesia. Berdasarkan data Survey the Political and
Economics Risk Consultation melaporkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia

berada pada peningkatan ke 12 dari 12 negara yang disurvey.
Rendahnya mutu sistem pendidikan di Indonesia berdampak pada
rendahnya mutu SDM, yang tergambar dari hasil penelitian yang dilakukan Human

Development Index (HDI) menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke102 dari 106 negara yang disurvey, satu tmgkat di bawah Vietnam.
Era Otonomi Daerah atas dasar UU Nomor 22 tahun 1999 dan UU Nomor

25 tahun 1999 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pembagian

Kewenangan antara Pusat dan Daerah membawa nuansa baru, antara lain ber-

kembangnya pemikiran untuk melaksanakan desentralisasi pengelolaan pendidikan
sejalan dengan otonomi daerah.

Desentralisasi pendidikan diharapkan akan mendorong peningkatan

pelayanan di bidang pendidikan kepada masyarakat yang bermuara pada upaya
peningkatan kualitas pengelolaan pendidikan dalam tataran yang paling bawah (at
the bottom), yaitu sekolah melalui penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
MBS sebagai suatu model implementasi kebijakan desntralisasi pendidikan
merupakan suatu konsep inovatif, yang bukan hanya dikaji sebagai wacana baru

dalam pengelolaan pendidikan tetapi sebaiknya juga dipertimbangkan sebagai
langkah inovatif dan strategis kearah peningkatan mutu pendidikan melalui
pendekatan manajemen yang bercirikan akar rurnput (grass root).

Dewasa mi sering diamati dalam pembelajaran klasikal pada satu bidang
studi, guru kurang memperhatikan relevansi bahan yang disampaikan, dengan
kebutuhan hidup anak di masyarakat, lebih cenderung bersifat transfer of
knowledge, kurang bermakna bag, anak didik dalam menambah pengalaman
belajar.

Frema Elbaz (1981) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa

kelemahan penguasaan bidang studi oleh guru mencakup (1) penguasaan isi bidang
studi, (2) orientasi bidang studi, dan (3) penguasaan struktur.

Kelemahan penguasaan bidang studi oleh guru berkaitan dengan lemahnya
penguasaan guru mengenai isi kurikulum, baik itu berkenaan ruang lingkup (scope)

maupun urutan (squence). Selain itu kelemahan terjadi pada orientasi bidang studi,

yaknik reflect the way that subject ,s field. Hal ini berkaitan dengan cara guru
menguasai bidang studi.

Makagiansar (1990) mengemukakan bahwa "melalui pendidikan harus

mampu mengembangkan empat hal pada siswa, yaitu kemampuan mengantisipasi

(anticipate), mengerti dan mengatasi (cope), mengakomodasi (accomodate), dan
mereorientasi (reorient).

Ke empat hal di atas, harus dipersiapkan anak didik supaya bisa
mengantisipasi perkembangan berdasarkan ilmu pengetahuan. Kalau kita kembali

kepada praktek pendidikan sekarang masih jarang mengembangkan kemampuan
ini. Misalnya, seorang guru pembelajarankan sosiologi, kebanyakan yang diajarkan
adalah teori-teori yang sudah ada, sementara itu, guru tidak membangkitkan
potensi intelektual dan perasaan, sikap (afeksi) yang ada pada setiap anak didik

tersebut untuk mampu mengantisipasi, masih kurang disentuh. Kemampuan
antisipasi memang bukan hanya ditentukan oleh faktor intelektual, melainkan oleh

afeksi. Selain itu, pengembangan kemampuan dari sikap siswa untuk dapat
menangani situasi dan berhadapan dengan situasi yang baru.

Kemampuan berikutnya adalah kemampuan siswa untuk dapat
mengakomodasi setiap perubahan yang serba cepat, sehingga dapat mengikuti
setiap langkah dan gerak perubahan. Selain itu, mampu menyerap dan
menampungnya. Untuk itu dituntut kemampuan seleksi, membedakan mana yang

penting dan kurang penting, yang besar dengan yang kurang besar. Jadi perlu filter,
di sini sistematika dan struktur berpikir perlu sekali.

Hasil pemantauan peneliti sebelum tindakan dilakukan, menunjukkan

bahwa kegiatan belajar siswa pada umumnya hanya melakukan apa yang
diinstruksikan guru, siswa kurang aktif, sehingga suasana belajar tampak kaku.
Persoalan ini juga merupakan persoalan guru kelas pada penyelenggaraan
pembelajaran, dan hal ini terungkap pada hasil diskusi antara peneliti dengan guru
tentang masalah dan kendala KBM sekolah dasar. Persoalan yang erat kaitannya,

sebagaimana dikemukakan guru kelas, yaitu kurangnya kemampuan dan

keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan dan

masalah yang ingin dipelajari, menyelesaikan tugas dengan baik, kehadiran belajar
dan lain sebagainya.

Mempelajari masalah dan kendala tersebut, diyakini bahwa aspek
pembelajaran terpadu mampu menjembataninya untuk menciptakan siswa belajar

aktif dan efektif Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dipahami
secara umum, adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan konsep-

konsep dari beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi anak didik.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Rumusan Masalah

Bertumpu pada preposisi yang telah dikemukakan pada latar belakang
masalah, maka permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran yang perlu
untuk dikaji adalah: (a) Aspek pembelajaran terpadu yang memfasilitasi

terciptanya kesempatan bagi siswa untuk melihat dan membangun kaitan

konseptual intra dan antar bidang studi yang sangat membantu peningkatan
kebermaknaan belajar, (b) Aspek pengetahuan dan keterampilan guru yang
diperlukan untuk peningkatan kemampuan profesional guru sekolah dasar.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka tidak ada pilihan lain upaya

pengembangan strategi pembelajaran harus diarahkan kepada keaktifan optimal

belajar siswa. Knowles (1926) menyarankan bahwa sebagai hasil dari cepatnya
perubahan, pendidikan harus kembali memikirkan peranannya serta

memperhatikan terhadap sikap dan keterampilan pembelajaran siswa yang
dibutuhkan bagi pencarian dirinya secara langsung. Lebih lanjut Alfred North

(1926) menyatakan bahwa buah nyata dan pendidikan adalah proses berpikir
sebagai hasil dari mempelajari mata pelajaran, bukan akumulasi dari informasi

yang diterima. Sementara ini masih terus terjadi di mana banyak sekolah-sekolah

atau universitas yang menekankan pada belajar informasi dan isi daripada
pengembangan kemampuan berpikir. Model kuliah atau belajar masih

mendominasi

gaya pembelajaran.

Siswa membutuhkan kemampuan

mengembangkan konsep berpikimya dan hal mi yang harus dimasukkan ke dalam

kurikulum sebagai sebuah inovasi. Karena pada dasarnya kebutuhan terhadap
pengembangan kemampuan berpikir ditandai oleh pertumbuhan yang mengacu
pada berpikir kritis dan inovatif.

Salah satu model yang dapat memfasilitasi terhadap kemungkinan
terangkatnya kemampuan berpikir kritis pada peserta didik, yaitu model

pembelajaran terpadu. Melalui model pembelajaran terpadu, pengetahuan dapat
diterima dan tersimpan lebih baik, karena pengetahuannya masuk otak setelah

melalui proses "masuk akal". Model pembelajaran terpadu dapat juga dikatakan

sebagai upaya mendekatkan siswa kepada objek yang dibahas. Pengajaran yang
menjadikan materi pelajaran yang dibahas secara langsung dihadapkan kepada
siswa atau siswa secara langsung mencari informasi tentang hal yang dibahas
melalui lingkungan atau masyarakat sekitarnya.

Model pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk: 1) berlatih

memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari

buku/bacaan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari; 2) siswa diberi

kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas, baik informasi yang sifatnya
benda/bacaan, penglihatan (objek langsung, TV/radio/intemet) maupun
orang/pakar/tokoh; 3) membuat altematif untuk mengatasi topik/objek yang
dibahas; 4) membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan
dengan konsep yang telah dipelajarinya; dengan mempertimbangkan nilai-nilai
yang ada di masyarakat; dan 5) merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk

ft''
4&&

mengatasi masalah dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan\dlr^iS^f/•
yang dibahas.

2. Pertanyaan Penelitian

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana

Penerapan Model Pembelajaran Terpadu untuk meningkatkan Keterampilan
Berpikir dan pemahaman konsep? Agar penelitian ini lebih terarah, maka masalah
penelitian tersebut dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran terpadu di SD, terutama yang
berkaitan dengan:

a. Bagaimana perencanaan model pembelajaran terpadu?

b. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran terpadu?
c. Bagaimana evaluasi model pembelajaran terpadu?
2. Apakah model pembelajaran terpadu dapat:
a. Meningkatkan keterampilan berpikir siswa?

b. Meningkatkan penguasaan konsep-konsep pada siswa kelas VSD?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran terpadu?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini memiliki tujuan untuk menerapkan
model pembelajaran yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas
proses pembelajaran serta meningkatkan keterampilan berpikir dan

11

pemahaman konsep serta hasil pendidikan di sekolah dasar. Selain itu,

juga sejauhmana

model pembelajaran terpadu dapat meningkatkan

kreativitas anak dalam keterampilan berpikir dan pemahaman konsep dari
masing-masing bidang studi yang dipadukan.
b. Tujuan Khusus

Adapun secara khusus tujuan penelitian, yaitu:

1) Memperoleh gambaran penerapan model pembelajaran terpadu, dalam
hal:

a. Perencanaan model pembelajaran terpadu.

b. Pelaksanaanmodel pembelajaran terpadu.
c. Evaluasi model pembelajaran terpadu.

2. Mengetahui dampak penerapan model pembelajaran terpadu terhadap
kemampuan berpikir.

3. Mengetahui dampak penerapan model pembelajaran terpadu terhadap
pemahaman konsep.

4. Mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran
terpadu.
2. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat,
terutama bagi kepentingan:

a. Praktis

1) Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk memperkaya
wawasan dan bekal untuk menanamkan konsep-konsep tertentu, juga

dapat dijadikan sebagai alternatif dalam memilih model pembel
ajaran.

2) Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menilai sejauhmana keberhasilan pengelolaan proses
pendidikan di Sekolahnya.

3) Bagi Pengawas TK/SD, dapat dijadikan sebagai acuan untuk mem-

bimbing dan membina dalam rangka pembinaan profesionalisme guru
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

4) Bagi Kepala Cabang Dinas Pendidikan dapat dijadikan referensi un

tuk menilai kualitas pendidikan di Kecamatan yang menjadi tanogungjawabnya.

5) Bagi masyarakat yang tergabung dalam Dewan Sekolah dijadikan
sebagai bahan kajian untuk dipromosikan kembali kepada masyarakat
untuk memperoleh dukungan dalam membantu meningkatkan mutu
pendidikan.

6) Bagi pengembang program pendidikan bagi calon guru SD (PGSD),

penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam rangka
meningkatkan kualitas perkuliahan (mata kuliah Pembelajaran
Terpadu).

7) Kontribusi lainnya, yaitu pada sistem pembelajaran di sekolah dan

dapat dijadikan sebagai landasan awal untuk penelitian lebih lanjut.
b. Teori

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembuktian

tentang pengembangan model pembelajaran terpadu, yang dapat

memperkaya dan memberikan kontribusi bagi pengembangan landasan,
konsep, prosedur model pembelajaran terpadu.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai langkah awal dan

perlu ditindaklanjuti sebagai upaya untuk meningkatkan serta
memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang selama ini dilakukan

guru. Selain itu, juga dijadikan sebagai bahan kajian untuk
mengembangkan model pembelajaran yang relevan.
D. Definisi Operasional

Berikut ini dikemukakan penjelasan singkat beberapa istilah yang menjadi
kajian utama dan ruang lingkup permasalahan yang diteliti, yaitu:

1. Penerapan Model, adalah salah satu usaha untuk menerapkan atau menyajikan konsep atau disain sistem pembelajaran.

2. Pembelajaran Terpadu, yaitu suatu bentuk kegiatan pembelajaran tertentu
yang berusaha mengintegrasikan pembelajaran dari berbagai bidang studi.
Dengan kata lain meniadakan batas-batas antara berbagai bidang studi dan

menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk tematik atau keseluruhan. Dengan

kebulatan bahan pembelajaran ini diharapkan dapat membentuk peserta didik
menjadi pribadi-pribadi yang integrated, yaitu manusia seutuhnya dalam arti

manusia yang sesuai atau selaras hidupnya dengan kebutuhan dirinya serta
lingkungan sekitarnya.

3. Keterampilan Berpikir, yaitu merupakan proses mental yang didasarkan pada
penalaran untuk memperoleh pengetahuan serta pengambilan keputusan yang
dimanifestasikan dalam bentuk keterampilan mengingat (recalling), membayangkan (imagining), mengelompokkan (classifyaing), menggenaralisasikan

(generalizing), membandingkan (comparing), mengevaluasi (evaluating),
menganalisis (analyzing), menyintesis (synthesizing), mendeduksi (deducing),
dan membuat kesimpulan (inferring).

4. Pemahaman Konsep, yaitu kemampuan yang dimiliki siswa dalam memahami
hubungan antar konsep yang terorganisir secara baik dan bermakna.

5. Sekolah Dasar, yaitu jenjang pendidikan formal, dan merupakan lingkungan
baru bagi anak yang baru memasuki dunia pendidikan formal. Menurut

jenjangnya anak mengikuti pendidikan pada tingkat dasar, yaitu 6tahun, mula.
dari kelas I sampai dengan kelas VI.
E. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penerapan model pembelajaran terpadu ini, dilaksanakan di

Sekolah Dasar Negeri Cibaduyut VKecamatan Bojongloa Kidul Kota Banndung.
Yang menjadi alasan Sekolah Dasar dipilih sebagai tempat dalam menerapkan

model pembelajaran terpadu, hal ini didasarkan pada pendapat para pakar

pendidikan, bahwa sekolah dasar merupakan tempat yang cocok dan strategis
untuk menerapkan model pembelajaran terpadu, mengingat guru di sekolah dasar

adalah guru kelas (bukan bidang studi). Alasan lain, bahwa SD. Cibaduyut V
merupakan sekolah dasar negeri yang tergolong baik diwilayah Kecamatan

Bojongloa Kidul, dan hasil penelitian sangat memungkinkan untuk dikembangkan
pada SD-SD lain yang ada di wilayah Kecamatan Bojongloa Kidul.

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dimmuskan

sebelumnya, yaitu secara umum penelitian ini bertujuan untuk menerapkan model

pembelajaran terpadu di sekolah dasar. Dengan penelitian ini diharapkan dapat
menghasilkan suatu mmusan praktis dan kontekstual mengenai sistematika

pelaksanaan pembelajaran terpadu sehingga memperoleh pengalaman belajar yang
lebih bermakna bagi siswa Sekolah Dasar, dan bagi guru memperoleh gambaran

yang lebih jelas tentang penerapan pembelajaran terpadu untuk diaplikasikan guna
menciptakan pembahan, perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah dasar.

Untuk mencapai sasaran tersebut, maka diperlukan suatu metode

penelitian yang menitikberatkan pada upaya dihasilkannya suatu solusi praktis dan

kontekstual tanpa mengabaikan hal-hal yang bersifat teoritik. Berdasarkan pada
pertimbangan teoritis dan praktis, maka metode penelitian yang dianggap tepat
adalah metode penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaborasi dengan
gum kelas Vsebagai mitra dalam penelitian ini, dan peneliti berperan sebagai
pengamat dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu yang dilakukan gum.

Carr and Kemmis dalam Jean Mc. Niff (1988) "Action research is aform

ofself-reflective enquiry undertaken byparticipant (teacher, student orprincipals).
Secara esensial bahwa metode kaji tindak mempakan suatu upaya refleksi diri.

60

61

dimana dengan mempartisipasikan pihak-pihak terkait dapat memunculkan dan

menghasilkan ide atau gagasan tertentu yang bersifat inovatif sebagai upaya
perbaikan atau peningkatan (improvement) dari keadaan sebelumnya.

Substansi penelitian tindakan lebih mengarah pada kepentingan yang
bersifat praktis. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya peneliti secara kolaborasi

dengan subjek penelitian, yaitu guru secara aktif terlibat dari mulai perancangan,
pengelolaan sampai akhir kegiatan, sehingga diperoleh gambaran praktis yang
menyeluruh dan kontekstual pola pembelajaran terpadu yang membantu guru
melakukan evaluasi diri melalui keterlibatan dalam penelitian ini.

Sesuai dengan desain penelitian yang dipilih, maka secara oprasional

tahap-tahap kegiatan yang ditempuh pada tiap siklus tindakan yang meliputi empat
kegiatan : 1) tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan atau tindakan, 3) kegiatan
observasi, dan 4) tahap kegiatan refleksi dalam siklus-siklus prosedural untuk

mengadakan tindakan (action). Direncanakan terjadi 2 siklus (awal, perbaikaan,
dan refleksi) serta diakhiri dengan rencana siklus ke-4 sebagai alternatif tindak
lanjut.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas; diawali dengan
menelaah/meng-observasi kelas dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian

mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam proses belajar mengajar yang benar-benar dirasakan dan ingin segera diatasi. Peneliti dan gum
membangun kerjasama yang baik untuk mempelajari, mendiskusikan, merefleksi,
memikirkan dan membuat rencana baru dalam rangka mengatasi kesulitan tersebut.

Pada akhir setiap siklus dilakukan evaluasi yang ditujukan untuk menetapkan hal-

62

hal yang dicapai dan belum tercapai pada setiap siklus. Dari hasil evaluasi ini

dilakukan revisi rencana umum dalam rangka mengatasi keseluruhan kesulitan
yang dialami guru.

Untuk keperluan pengumpulan data tentang proses dan hasil yang dicapai,

dipergunakan teknik: pengamatan, wawancara, catatan lapangan, tes buatan guru.
Data yang terkumpul dianalisa dengan cara deskriptif kualititatif dengan langkahIangkah: reduksi, display data, dan verifikasi.

Rancangan tindakan yang dilakukan adalah: (1) persiapan awal yakni

pendekatan dan perijinan penelitian; (2) mengadakan pelatihan kepada guru-guru

SD Cibaduyut V kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung tentang model
pembelajaran terpadu; dan (3) pelaksanaan tindakan. Pelatihan yang dilakukan

meliputi materi sebagai berikut: (a) pemahaman tentang pengertian dan prinsipprinsip model pembelajaran terpadu, cara membuat perencanaan; (b) praktek
langsung membuat perencanaan model pembelajaran terpadu dengan menggunakan
pendekatan tematik untuk kelas V pada cawu I sekaligus bahan yang akan
dilakukan dalam tindakan; (c) menyajikan contoh pelaksanaan model pembelajaran
terpadu oleh peneliti.

Cara pemantauan dan instrumen yang digunakan serta hal-hal yang

diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) guru terampil membuat
perencanaan model pembelajaran terpadu dengan baik, (2) kualitas penggolongan
proses belajar - mengajar meningkat dan bermakna bagi siswa, (3) seluruh siswa

terlibat aktif dalam proses belajar - mengajar, (4) Hasil belajar siswa meningkat
atau baik, temtama yang berkaitan dengan keterampilan berpikir dan pemahaman

63

konsep, dan (5) guru memahami dan menyenangi pelaksanaan model pembelajaran
terpadu. Selain menjadi tujuan, hal tersebut juga merupakan indikator keberhasilan
pelaksanaan penelitian ini.

Untuk keperluan pengumpulan data tentang proses dan hasil yang dicapai

dipergunakan lima teknik. (a) pedoman pengamatan, untuk merekam data tentang
perilaku, aktivitas siswa dalam belajar dan aktivitas guru dalam melakukan

pembelajaran terpadu, (b) pedaoman wawancara digunakan untuk mengungkap
data seperti sikap, pendapat, wawasan, baik dari siswa maupun guru tentang model

pembelajaran terpadu, (c) catatan lapangan, untuk melukiskan proses, kasus yang
muncul selama tindakan, (d) tes buatan guru yaitu untuk mengukur hasil belajar
siswa yang berkaitan dengan keterampilan berpikir dan pemahaman konsep, dan
(e) alat perekam elektronik.

Untuk lebih jelasnya alur penelitian tindakan kelas, dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

64

Kajian Teori

1 Konsep Pendidikan Dasar

Kajian Empiris

2 Konsep Keterampilan Berpikir
dan Pemahaman Konsep.
3.Konsep Model Pembelajaran

1. Kondisi KBM di SD
2. Kebutuhan Siswa.

3. Lingkungan Belajar

Terpadu.

X/7

4. Penelitian Terdahulu

Prakondisi

(awal)

Pengamatan awal

Identifikasi Masalah dan Refleksi

Merancang Model Pembelajaran Terpadu melalui Pendekatan Tematik untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir dan Pemahaman Konsep

SIKLUS I

Pelaksanaan I[J Pengamatan cj

Refleksi

SIKLUS II

Pelaksanaan | qJ | Pengamatan | [A | Refleksi"
SIKLUS in

Pelaksanaan | [} | Pengamatan""] c) | Refleksi
Gambar 3.1

Alur Penelitian Penerapan suatu Model Pembelajaran Terpadu untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir dan Pemahaman Konsep

65

Secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Perencanaan

(Planning), yaitu menyusun rencana tindakan, termasuk revisi dan perubahan
rencana yang hendak dilakukan dalam pengembangan pembelajaran model terpadu.

Secara teknis perencanaan ini dibuat secara kolaboratifantara peneliti dengan guru.
Penyusunannya dilakukan dengan mengindahkan unsur fleksibilitas untuk mengan
tisipasi berbagai pengamh yang mungkin muncul di lapangan yang diduga sejak
awal; b) Pelaksanaan tindakan (activity), yaitu praktek langsung melaksanakan

pembelajaran terpadu dengan model integrated sesuai dengan rencana yang telah
dibuat dan disepakati sebelumnya. Tindakan ini ditujukan untuk eksperimentasi

pola yang telah direncanakan, sehingga diperoleh gambaran empiris validitas pola,

kelebihan dan kekurangan pola yang dikembangkan; c) Observasi (observing),
yaitu pengamatan langsung maupun tidak langsung untuk merekam semua kejadian
pelaksanaan atau proses tindakan, pengaruh tindakan, kendala tindakan, cara
tindakan, serta permasalahan lain yang mungkin timbul selama tindakan model
pembelajaran terpadu berjalan. Hasil observasi ini menjadi dasar refleksi untuk

dikaji ulang dan direnungkan secara lebih mendalam terhadap segala sesuatu proses
tindakan; d) Refleksi (reflecting), yaitu mengkaji dengan cara analitis yang lebih
tajam dan mendalam, merenungkan kembali proses tindakan dengan berbagai
permasalahannya, sesuai hasil kegiatan observasi yang telah dilakukan sebelumnya.
Refleksi dilakukan secara kolaboratifantara peniliti dengan guru serta peserta didik

(siswa) untuk menentukan dan merekonstruksi substansi pembelajaran terpadu,

serta untuk mendapatkan masukan bagi perbaikan (revisi) rencai

eksperimentasi tahap kedua pada keempat tahapan itu berulang lagi.
Memperhatikan karakteristik penelitian ini yang bersifat eksploratif, maka

dalam operasionalnya masih merupakan observasi untuk mengamati kondisi yang
ada di lapangan sebelum dilaksanakan penelitian. Pengamatan terhadap kondisi
awal dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu dengan maksud untuk mencari

informasi atau mengetahui model-model apa saja yang telah dan sedang dilakukan
guru dalam upaya meningkatkan pembelajaran maupun kemampuan atau hasil

belajar. Selain model dan upaya, juga mencatat informasi tentang hambatanhambatan serta pemecahannya dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu. Jika
memperhatikan fenomena tersebut dapat dipahami bahwa penelitian ini terdapat
karakteristik yang bersifat naturalistik.

B. Instrumen Penelitian

Untuk menjaring data yang dibutuhkan agar dapat memenuhi jawab,

an

terhadap rumusan yang diajukan, maka diperlukan instrumen, yaitu:
1. Lembar penilaian persiapan mengajar, seperti tabel di bawah ini.

67

Tabel 3.1

Penilaian Perencanaan Penerapan Model Pembelajaran Terpadu
No

Kriteria

Indikator

1.
2.

B

Unit/Tema dirumuskan

Setidaknya dndentifikasi suatu subtopik yang
sesuai dengan tema
Telah dikembangkan satu TIK ranah kognitif

3.

yang menspesifikasikan:

a. Apa (dengan kata kerja "Action ").
b. Siapa (siswa yang menjadi sasaran).
c. Hingga mana (kuantitas, kualitas).

d. Dengan kondisi apa (bila diperlukan*)
Setidaknya dndentifikasi satu TIK kognitif

tingkat tinggi.
5.

Telah dikembangkan satu tujuan afektif vang

menspesifikasikan:

a. Apa
b. Siapa
c. Hingga mana

d. Dengan kondisi apa
6.

Setidaknya telah diidentitikasi satu tujuan

atektif pada tinggat tinggi.
7.

8.

9.

Telah mengembangkan setidaknya dua kegiatan

belaiar yang konsisten dengan tujuan.
Telah direncanakan setidaknya satu kegiatan
latihan untuk pemantapan bahan kognitif.
Telah direncanakan setidaknya satu kegiatan
latihan untuk tujuan afektif yang melibatkan

kegiatan siswa.
10.

11.

Telah ditentukan sumber belajar yang serasi dan
langsung berhubungan dengan pelajaran (Kete
rampilan berpikir dan pemahaman konsepY

Telah ditentukan sumber belajar yang serasi dan
berhubungan langsung dengan kegiatan latihan

(Keterampilan berpikir dan pemahaman kon-

.sepl

Kebaikan rencana pembelajaran

Kekurangannya

Menurut penialian rencana pembelajaran ini
Catatan:

B=Baik C=Cukup

S=Sedang

K=Kurang

K

68

2. Format pengamatan dan catatan pelaksanaan pembelajaran.
3. Dokumentasi soal (alat tes yang dibuat guru).

4. Sejumlah soal yang terdiri atas 20 soal dengan bentuk isian (essay) dan pilihan
pasangan (menjodohkan), soal tersebut dipergunakan untuk mengungkap

keterampilan berpikir dan pemahaman konsep, yang selanjutnya disebut tes

pemahaman konsep. Pemberian tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada
awal sebelum penerapan model pembelajaran terpadu dan pada akhir setelah
penerapan pembelajaran terpadu.
Tabel 3.2

Teknik Pengumpulan Data Keterampilan Berpikir dan Pemahaman Konsep
dalam Penerapan Model Pembelajaran Terpadu
Teknik
No

Jenis Data

Sasar

Pengumpul

an

an Data
1.

Keterampilan
berpikir

Tes

pema

Siswa

haman kon
sep

Indikator

- Mengingat
- Mengelompok
kan.

- Menggeneralis
asikan.

2.

Pelaksanaan
Awal dan
akhir

penerapan
model

pembelajaran
terpadu.

Pemahaman

Tes

konsep

pemahaman

- Mengevaluasi.
- Menganalisis
- Menyintesis.
Mengacu pada
tema/sub tema,

konsep

yaitu: Hubungan

penerapan

antar Makhluk

model

Hidup

pembelajaran
terpadu.

Siswa

1

5. Tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran terpadu.

Awal dan
akhir

69

Tabel 3.3

Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model pembelajaran Terpadu
No.

Tanggapan Siswa

Jumlah

(%)

Model pembelajaran terpadu yang baru anda ikuti, apakah
sebelumnya pernah diberikan:
a. Pemah

b. Tidak pernah
c. Tidak tahu

Kesan siswa terhadap model pembelajaran terpadu
a. Menyenangkan
b. Kurang menyenangkan
c. Tidak menyenangkan

Belaiar dengan menggunakan model baru pelaiaran menjadi:
a. Mudah dimengert
b. Sulit dimengerti

c. Tidak ada perbedaan dengan biasanya

Belajar dengan menggunakan model baru siswa menjadi
4.

a. Berani bertanya

b. Berani mengemukakan pendapat

c. Berani memberikan jawaban
Adakah kesulitan yang dirasakan dalam kegiatan diskusi
dengan menggunakan model baru :
a. Ada

b. Tidak ada
c. Tidak tahu

Kesan siswa selama mengikuti kegiatan diskusi dalam model
pembelaiaran baru :

a. Menyenangkan.

b. Cukup menyenangkan
c. Tidak menyenangkan

Adakah kesulitan yang dirasakan dalam kegiatan percobaan

7.

dengan menggunakan model baru •
a. Ada
T
E
b. Tidak ada
c. Tidak Tahu

Kesan siswa selama mengikuti kegiatan percobaan dalam
model pembelaiaran baru :
8.

a. Menyenangkan.
b. Cukup menyenangkan
c. Tidak menyenangkan

Belajar dengan menggunakan model baru , semangat belajar

menjadi:
9.

J

a. Giat belaiar
b. Biasa-biasa saja
c. Malas

Belajar dengan menggunakan model baru , rasa ingin tahu

10.

menjadi:
a. Meningkat

b. Biasa-biasa saja
c. Tidak tahu

70

C. Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data, yaitu data penerapan model
pembelajaran terpadu dengan indikator penilaian, yaitu rencana pembelajaran,

pelaksanaan, dan evaluasi. Data Perencanaan pembelajaran yang dibuat guru
diukur dan dianalis dengan menggunakan standar kualitatif, seperti yang tampak
pada gambar 3.1. Sedangkan untuk data pelaksanaan atau apemberian tindakan

yang dilakukan guru dalam pembelajaran dianalisis dengan menggunakan:
1) member-check,

teknik ini dimaksudkan untuk mengkonfirmasikan temuan-

temuan selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator penilaian dalam

pelaksanaan pembelajaran, yaitu (1) mengelola mang dan fasilitas belajar, (2) me

laksanakan kegiatan pembelajaran, (3) mengelola interkasi kelas, (4) bersikap
terbuka, luwes, dan sikap positif, (5) melaksanakan evaluasi. Adapun indikatordata

pelaksanaan evaluasi yang dilakukan
(1) kegairahan

guru selama pembelajaran,

yaitu

belajar, (2) pemusatan perhatian, (3) keterampilan berpikir,

(4) pemahaman konsep. Data tersebut dianalisis dan diolah berdasarkan kategori
kualitatif seperti pada gambar 3.3.
Sedangkan untuk mengetahui dampak dari penerapan model pembelajaran

terpadu terhadap keterampilan berpikir dan pemahaman konsep. Indikator ke
terampilan berpikir yang menjadi bahan penilaian, adalah: (1) mengingat,

(2) mengelompokkan, (3) membandingkan, (4) menggenaralisasikan,

(5) meng

evaluasi, (6) menganalisis, dan (7) menyintesis. Sedangkan untuk pemahaman

konsep,

indikator penilaiannya, yaitu keterpaduan antar bidang studi

tema sentral

" Lingkungan " , yaitu Hubungan

dengan

antar Makhluk Hidup, Energi

71

dan gaya, dan Persamaan Hak dan Kewajiban. Siswa diberikan tes dengan
menggunakan soal (tes pemahaman) sebanyak 20 pertanyaan yang harus dikerjakan

siswa dengan skor tertinggi 100 dan skor terendah 20. Untuk mengetahui adatidaknya peningkatan keterampilan berpikir dan pemahaman, maka dilakukan
kategorisasi, sebagai berikut.
20

-

40

= Rendah

40

-

60

= Sedang

60

-

80

= Cukup Tinggi

80

-

100

= Tinggi

Pengolahan data terhadap tanggapan siswa selama penerapan model

pembelajaran terpadu, dianalisis berdasarkan indikator pertanyaan yang terdapat

pada kuesioner sebanyak 10 item untuk diberi pernyataan oleh siswa. Data yang
terkumpul ditabulasi kemudian diprosentasekan sesuai dengan pernyataan yang

diberikan oleh 40 siswa kelas VSD Negeri Cibaduyut VKecamatan Bojongloa
Kidul Kota Bandung.

BABV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari hasil pengolahan data dan pembahasan yang terdapat pada bab IV
serta temuan-temuan selama penerapan model pembelajaran terpadu di kelas V

SD, maka dalam penelitian ini dapat disampaikan kesimpulan, keterbatasan, dan
saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Penerapan model pembelajaran terpadu yang dilaksanakan gura kelas V

SD Negeri Cibaduyut V Kecamatan Bojongloa Kidul Kodya Bandung, dapat
diketahui sebagai berikut:

1. Perencanaan model pembelajaran terpadu lebih mudah dan lebih efektif serta

efisien, karena tidak harus membuat perencanaan untuk setiap mata pelajaran
tapi hanya membuat satu perencanaan pembelajaran untuk beberapa kali pertemuan yang mencakup berbagai disiplin ilmu atau bidang studi. Setelah bebera

pa kali gura membuat program pembelajaran model pembelajaran terpadu dia
merasa lebih baik membuat perencanaan pembelajarannya dan memang

hasilnya setelah beberapa siklus pengerjaan perencanaan pembelajarannya
semakin baik.

2. Pelaksanaan model pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang aktif,
karena terjadi interaksi multi arah baik antara gura dengan murid maupun antar
murid itu sendiri dengan bimbingan gum. Kreativitas siswa pun berkembang
dengan optimal karena dikondisikan sedemikian rapa oleh guru agar siswa
146

berkembang kreativitasnya. Selain itu model pembelajaran terpadu sangat efek
tifterbukti dengan prestasi belajar yang dicapai siswa senantiasa ada peningkat
an yang signifikan, Serta yang penting anak merasa senang mengikuti proses

pembelajarannya sehingga diharapkan siswa mengalami perubahan tingkahlaku yang bermakna.

3. Pelaksanaan penilaian pada model pembelajaran terpadu meliputi aspek
cognitif, afektif maupun psikomotor yang dilaksanakan secara terpadu dengan
demikian diharapkan menghasilkan outcome yang bersifat utuh menghasilkan
sumber daya manusia yang pmtar, berperilaku terpuji serta memiliki
keterampilan yang tinggi. Evaluasi yang dilaksanakan dalam model

pembelajaran meliputi evaluasi proses dan evaluasi hasil untuk mengetahui
sampai sejuhmana keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.

4. Model pembelajaran terpadu meningkatkan keterampilan berpikir siswa, hal ini

terjadi karena siswa dilibatkan secara aktif dalam berbagai kegiatan pembel
ajaran.

5. Model pembelajaran terpadujuga terbukti dapat meningkatkan penguasaan
konsep-konsep pada siswa kelas V SD

6. Tanggapan siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran terpadu dapat
diketahui dari hasil pernyataan yang dijaring dengan menggunakan kuesioner,
bahwa belajar dengan menggunakan model pembelajaran terpadu membuat

siswa menjadi: (a) menyenangkan, (b) mudah mengerti, (c) berani bertanya,
(d) giat belajar, dan (e) prestasi meningkat.

147

B. Saran

Dan hasil temuan selama penelitian ini berlangsung dan pembahasanvdan'-.-"'

data yang berhasil dikumpulkan, maka pada kesempatan penelitian ini, peneliti
menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Gura hendaknya menguasai dengan baik model pembelajaran terpadu agar
dapat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dengan menggunakan berbagai
pendekatan dan model pembelajaran yang bervariasi, sehingga prestasi belajar
siswa tercapai secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor)

2. Kepala Sekolah, hendaknya membantu dalam hal penyediaan sarana dan
prasarana belajar yang dibutuhkan guru dalam kegiatan belajar-mengajar, baik

melalui Dinas maupun bekerjasama dengan Dewan Sekolah, agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Hal lain yang perlu diperhatikan

Kepala Sekolah sebagai memotivator, sekaligus memberi kesempatan kepada
guru-guru untuk senantiasa meningkatkan kemampuan profesionalnya, baik
secara formal mengikuti pendidikan di perguruan tinggi maupun melalui Diklat
dan penataran-penataran.

3. Pengawas TK/SD sebagai pembimbing dan pembina teknis haras memahami

secara utuh dan mendalam mengenai hakikat model pembelajaran terpadu, agar

bisa membimbing dan mengarahkan guru dalam KBM. Media yang paling
efektif untuk menyampaikan melalui kegiatan KKG disetiap gugus sekolah.

4. Kepala Cabang Dinas Pendidikan agar senantiasa meningkatkan kemampuan
profesionalisme gum untuk memahami, menguasai, dan mengimplementasi-

148

kan berbagai model pembelajaran dengan mengadakan pelatihan maupun
penataran yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga terkait maupun meng

adakan sendiri di kecamatan dengan bekerjasama dengan pihak-pihak yang
berkompeten.

5. Masyarakat sebagai stakeholder, melalui Dewan Sekolah hendaknya memper
hatikan berbagai kebutuhan sekolah untuk dibantu pengadaannya, agar proses
pendidikanberlangsung dengan baik..

6. Pengembang program pendidikan bagi calon guru SD (PGSD), hendaknya
menggunakan hasil penelitian sebagai bahan masukan dalam rangka mening
katkan kualitas perkuliahan (mata kuliah Pembelajaran Terpadu).

7. Para pemerhati, khususnya peneliti bidang pendidikan, diharapkan menggu
nakan hasil penelitian ini sebagai data awal untuk mengadakan penelitian lebih
lanjut, agar berkesinambungan dan memperoleh hasil yang lebih baik.

8. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pembuktian
tentang pengembangan model pembelajaran terpadu, yang dapat memperkaya
dan memberikan kontribusi bagi pengembang landasan konsep, prosedur model

pembelajaran terpadu. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai langkah awal
dan perlu ditindaklanjuti sebagai upaya untuk meningkatkan serta memperbaiki
kualitas prosesb belajar-mengajar yang selama ini sering dilakukan gura. Selain
itu, dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk mengembangkan model
pembelajaran yang relevan.

149

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis Wahab,.(2000). Pokok-Pokok Pikiran Tentang Model Alternatif
Implementasi Pendidikan Dalam Rangka Desentralisasi dan Otonomi.
Mimbar Pendidikan: Jumal Pendidikan No. 2 Tahun XX 2001.

,. Undang-Undang otonomi Daerah 1999: UU. No. 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dan UU No. 28

Tahun 1999 tentang Penyelnggara Negara Yang Bersih dan Berwibawa,
Jakarta: Sinar Grafika.

v (1995). IntegratifLearning di SD, Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.

Achmad Djazuli, (2000). Kesiapan dan Problema yang Dihadapi Dalam Rangka
Otonomi Daerah Dalam Bidang Pendidikan. UPI: Seminar Nasional, 31
Agustus 2000.

Bogdan, Robert & Steven J. Taylor,. (1995). Dasar-Dasar Penelitian Kualititatif
(terjemehan), Surabaya: Usaha nasional.

Dadang Sukirman,. (1999). Pengembangan Kurikulum Model Integratif Bandung:
Frpncip

Fogarty, Robin,. (1991). Integrate The Curricula. IRI Skylight Publishing. Inc.
Palatine, Illinois

Hamid Hasan,. (2000). Pengembangan Kurikulum Berbasis Maasyarakat, UPI:
Seminar Nasional 31 Agustus 2000

Indra Djati Sidi, (2000). Kebijakan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Bidang
Pendidikan. UPI: Seminar Nasional, 31 Agustus 2000.

Mc. Niff. Jean (1998). Action Research, Principles and Practice. University of
Bath.

Nana Syaodih Sukmadinata. (l99S).Prinsip dan Landasan Pengembangan
Kurikulum. Jakarta: Departemen P dan K.

5(2000). Pengembangan Kurikulum Berbasis Kemampuan Standar.
UPI: Seminar Nasional, 31 Agustus 2000.

150

Nana Sudjana, (1986). Dasar-Dasar Belajar Mengajar. Bandung- SimtyjGZ** &
Nasution S., (1986). Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars.

Oemar Hamalik, (1989). Pengajaran Unit Pendekatan Sistem. Bandung:
Pascasarjana: Universitas Pendidikan Indonesia.

, (2000). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

s (2000). Model - model Pengembangan Kurikulum.

Bandung :

Universitas Pendidikan Indonesia

Oliva. Peter F., (1991), Developing The

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN PEMAHAMAN Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Konsep Matematika (PTK Pada Siswa Kel

0 2 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN PEMAHAMAN Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Konsep Matematika (PTK Pada Siswa Kela

0 1 13

PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR.

0 5 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN KOMBINASI METODE EKSPERIMEN NYATA-VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS.

0 0 41

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

0 0 46

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH.

1 4 46

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DASAR PECAHAN DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 0 47

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DASAR PECAHAN DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 1 47

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP IPA SISWA SEKOLAH DASAR.

0 0 44

PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH MENENGAH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN ATAS - UNIB Scholar Repository

0 0 5