PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS

PROYEK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP DAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Fisika SL

Oleh

INTAN SETIAWATI 1004701

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep ii DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Andi Suhandi, M.Si NIP. 196908171994031003

Pembimbing II

Dr. Setiya Utari, M.Si NIP. 196707251992032002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPA

Prof. Dr. Anna Permanasari NIP. 195807121983032002


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Januari 2013 Yang membuat pernyataan,

Intan Setiawati NIM.1004701


(4)

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Pemecahan Masalah

Intan Setiawati, 1004701

Abstrak

Telah dilakukan studi eksperimen tentang penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek dalam pembelajaran materi Pesawat Sederhana pada siswa SMP. Tujuan studi ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan pemecahan masalah siswa sebagai impak penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek. Masalah yang

ingin dijawab melalui penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan pemecahan masalah siswa SMP sebagai impak penerapan model pembelajaran fisika

berbasis proyek?”. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experiment dengan desain one

group pretest-posttest. Subyek penelitian adalah 30 orang siswa kelas VIII di salah satu SMP Negeri

di kab. Bandung Barat, Prov. Jawa Barat. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan model, tes pemahaman konsep berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda dan tes keterampilan pemecahan masalah berbentuk tes tertulis jenis uraian terkait materi Pesawat Sederhana, serta skala sikap tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan pemecahan masalah secara umum dengan kategori sedang, setelah dilakukan penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek . Hal ini diindikasikan oleh rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> pemahaman konsep sebesar 58%. Rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> pada setiap indikator pemahaman konsep dari yang tertinggi terjadi pada indikator mencontohkan sebesar 72%, mengklasifikasikan 67%, menafsirkan 65%, menjelaskan 55%, membandingkan 46% dan yang paling rendah pada indikator menyimpulkan 29%. Sedangkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> keterampilan pemecahan masalah meningkat 60% dengan kategori sedang. Dengan rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> pada indikator memberi alasan strategi yang digunakan sebesar 65%, memberi alasan solusi sebesar 61%, mengidentifikasi masalah sebesar 58%, dan indikator memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah sebesar sebesar 55%. Hasil analisis skala sikap menunjukkan bahwa semua guru setuju dengan persentase sebesar 100% dan hampir semua siswa setuju dengan persentase sebesar 95% terhadap penerapan model pembelajaran fisika yang dilaksanakan. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran fisika berbasis proyek merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan pemecahan masalah siswa.

Kata Kunci: Model pembelajaran fisika berbasis proyek, pemahaman konsep, keterampilan


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Variabel Penelitian ... 6

1.5 Definisi Operasional ... 6

1.6 Tujuan Penelitian ... 7

1.7 Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek ... 8

2.1.1 Model Pembelajaran Fisika ... 8

2.1.2 Pembelajaran Berbasis Proyek ... 9

2.1.2.1 Konsep dan Karakteristik ... 9

2.1.2.2 Teoritik ... 11

2.1.3 Keuntungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 12

2.1.4 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 14

2.2 Pemahaman Konsep ... 15

2.3 Keterampilan Pemecahan Masalah ... 20

2.4 Keterkaitan Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek dengan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Pemecahan Masalah ...23

2.5Kajian Materi ...24

2.5.1 Tuas ... 24

2.5.2 Katrol ... 26


(6)

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep ii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 29

3.2Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

3.3Prosedur Penelitian ... 30

3.4Instrumen Penelitian ... 35

3.4.1 Jenis Instrumen Penelitian ... 35

3.4.1.1 Lembar Observasi ... 35

3.4.1.2 Tes Pemahaman Konsep ... 35

3.4.1.3 Tes Keterampilan Pemecahan Masalah ... 36

3.4.1.4 Skala Sikap ... 37

3.4.2 Teknik dan Analisis Uji Coba Instrumen ... 38

3.4.2.1 Validitas ... 38

3.4.2.2 Reliabilitas ... 38

3.4.2.3 Tingkat Kesukaran ... 40

3.4.2.4 Daya Pembeda ... 43

3.5 Teknik Pengolahan Data ... 47

3.5.1 Pemberian Skor ... 47

3.5.2 Pengolahan Data Observasi Keterlaksanaan ... 47

3.5.3 Perhitungan Gain yang dinormaliasi ... 48

3.5.4 Pengolahan Data Skala Sikap ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 51

4.1.1 Analisis Hasil Observasi ... 51

4.1.1.1 Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru ... 51

4.1.1.2 Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Siswa ... 52

4.1.2 Analisis Hasil Tes Pemahaman Konsep ... 54

4.1.2.1Secara Umum ... 54

4.1.2.2Pemahaman Konsep pada setiap Indikator ... 55

4.1.3 Analisis Hasil Tes Keterampilan Pemecahan Masalah ... 57

4.1.3.1Secara Umum ... 57

4.1.3.2 Keterampilan Pemecahan Masalah pada setiap Indikatornya ... 58

4.1.4 Analisis Hasil Skala Sikap ... 59

4.1.4.1 Tanggapan Guru ... 60

4.1.4.2 Tanggapan Siswa ... 61

4.2 Temuan dan Pembahasan ... 62

4.2.1. Keterlaksanaan Penelitian ... 62

4.2.2. Peningkatan Pemahaman Konsep ... 64

4.2.3. Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah ... 66


(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan ... 70 5.2.Saran dan Rekomendasi ... 71


(8)

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Berbasis Proyek dan

Pembelajaran Tradisional ... 10

Tabel 2.2 Sintak Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 14

Tabel 2.3 Dimensi Proses Kognitif Memahami ... 19

Tabel 2.4 Matrik Keterkaitan Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Pemahaman Konsep dan Keterampilan Pemecahan Masalah ... 23

Tabel 3.1 Rancangan Instrumen Penelitian ... 37

Tabel 3.2 Makna Koefisien Korelasi Product Moment ... 40

Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kesukaran ... 41

Tabel 3.4 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Pemahaman Konsep ... 41

Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Keterampilan Pemecahan Masalah ... 42

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 43

Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Pemahaman Konsep ... 44

Tabel 3.8 Hasil Analisis Daya Pembeda Keterampilan Pemecahan Masalah ... 45

Tabel 3.9 Hasil Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep ... 46

Tabel 3.10 Hasil Uji Coba Instrumen Keterampilan Pemecahan Masalah ... 46

Tabel 3.11 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 48

Tabel 3.12 Kriteria Rata-rata Gain yang dinormalisasi ... 49

Tabel 3.13 Kriteria Skala Sikap ... 50

Tabel 4.1 Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru ... 52


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagian-bagian pada Tuas ... 24

Gambar 2.2 Tuas jenis kesatu ... 25

Gambar 2.3 Tuas jenis kedua ... 25

Gambar 2.4 Tuas jenis ketiga ... 26

Gambar 2.5. Katrol Tetap... 26

Gambar 2.6. Katrol Bergerak ... 27

Gambar 2.7 Sistem Katrol ... 27

Gambar 2.8 Bagian-bagian Bidang Miring ... 28

Gambar 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest ... 29

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian ... 34

Gambar 4.1 Diagram Batang Persentase Rata-rata Pretest, Rata-rata Posttest, dan Rata-rata Gain yang dinormalisasi <g> Pemahaman Konsep ..54

Gambar 4.2 Diagram Batang Perbandingan Persentase rata Pretest, Rata-rata Posttest, setiap Indikator Pemahaman Konsep...55

Gambar 4.3 Diagram Batang Persentase Rata-rata Gain <g> setiap Indikator Pemahaman Konsep...56

Gambar 4.4 Diagram Batang Persentase rata Pretest dan Posttest, dan Rata-rata Gain yang dinormalisasi <g> Keterampilan Pemecahan Masalah...57

Gambar 4.5 Diagram Batang Perbandingan Persentase rata Pretest, Rata-rata Posttest, setiap Indikator Keterampilan Pemecahan Masalah...58

Gambar 4.6 Diagram Batang Perbandingan Rata-rata Gain yang dinormalisasi <g> setiap Indikator Keterampilan Pemecahan Masalah...59


(10)

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A

1. Silabus ...77

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan Panduan Tugas Proyek Pertemuan Pertama ...81

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan Panduan Tugas Proyek Pertemuan Kedua ... 94

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan Panduan Tugas Proyek Pertemuan Ketiga ...106

Lampiran B 1. Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep ... 117

2. Kisi-kisi Tes Keterampilan Pemecahan Masalah... 129

3. Analisis Validitas Isi oleh penJudgment Instrumen ... 137

4. Rubrik Penilaian Tes Pemahaman Konsep ... 140

5. Rubrik Penilaian Tes Keterampilan Pemecahan Masalah ... 141

6. Lembar Jawaban Uji Coba ... 143

7. Analisis Reliabilitas Tes Pemahaman Konsep ... 145

8. Analisis Reliabilitas Tes Keterampilan Pemecahan Masalah ... 147

9. Perhitungan Reliabilitas ... 149

10. Analisis Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep ... 151

11. Analisis Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Pemecahan Masalah ... 153

12. Perhitungan Tingkat Kesukaran ... 155

13. Analisis Daya Pembeda Tes Pemahaman Konsep ... 156

14. Analisis Daya Pembeda Tes Keterampilan Pemecahan Masalah ... 158


(11)

Lampiran C

1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 163

2. Pretest-Posttest Tes Pemahaman Konsep ... 169

3. Pretest-Posttest Tes Keterampilan Pemecahan Masalah ... 173

4. Lembar Jawaban Pretest-Posttest ... 176

5. Rubrik Penilaian Pretest-Posttest Tes Pemahaman Konsep ... 178

6. Rubrik Penilaian Pretest-Posttest Tes Keterampilan Pemecahan Masalah ... 179

7. Skala Sikap Tanggapan Guru terhadap Model Pembelajaran ... 181

8. Skala Sikap Tanggapan Siswa terhadap Model Pembelajaran ... 182

Lampiran D 1. Analisis Prosentase Observasi Keterlaksanaan ... 184

2. Rekapitulasi Analisis Pretest Pemahaman Konsep ... 186

3. Rekapitulasi Analisis Posttest Pemahaman Konsep ... 187

4. Rekapitulasi Analisis Gain yang dinormalisasi <g> Pemahaman Konsep ... 188

5. Rekapitulasi Analisis Pretest, Posttest, Gain yang dinormalisasi untuk setiap Indikator Pemahaman Konsep ... 189

6. Rekapitulasi Analisis Pretest Keterampilan Pemecahan Masalah ... 192

7. Rekapitulasi Analisis Posttest Keterampilan Pemecahan Masalah ... 193

8. Rekapitulasi Analisis Gain yang dinormalisasi <g> Keterampilan Pemecahan Masalah ... 194

9. Rekapitulasi Analisis Pretest, Posttest, Gain yang dinormalisasi untuk setiap Indikator Keterampilan Pemecahan Masalah ... 195

10. Analisis Data Skala Sikap Tanggapan Guru ... 197


(12)

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep viii Lampiran E

1. Foto-Foto Kegiatan Penelitian ... 200 2. Riwayat Hidup ... 209


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih menjadi berpusat pada siswa (student centered), yang semula didominasi ekspositori berganti ke partisipatori, yang semula bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. (Komarudin dalam Trianto, 2011). Hal ini menuntut guru untuk selalu kreatif dan inovatif dalam menciptakan susasana pembelajaran yang akan membuat siswa senang, tertantang dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir. Peran guru harus dapat menyelenggarakan pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik (Permendiknas 2005).

Namun pada kenyataannya masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan harapan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMP Negeri di Bandung Barat dalam pembelajaran IPA fisika, siswa terlihat kurang tertarik dengan pelajaran IPA fisika, mereka lebih banyak bermain-main dengan temannya dibandingkan memperhatikan gurunya, hal ini dikarenakan tidak adanya motivasi atau tantangan yang diberikan guru diawal pembelajaran. Guru terlihat kurang mempersiapkan pembelajaran dengan baik, guru cenderung mengejar materi kurikulum sehingga menjejali siswa dengan konsep-konsep yang harus dihapalkan, guru minim melatihkan keterampilan untuk memecahkan masalah fisika pada siswa. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap siswa, kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa proses pembelajaran IPA fisika kurang menarik dan tidak menyenangkan, sehingga mereka lebih cepat jenuh dengan paparan guru yang monoton, selain itu mereka tidak merasa perlu belajar fisika karena kurangnya motivasi dari guru tentang pentingnya keterampilan memecahkan masalah fisika dalam kehidupan


(14)

sehari-2

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep hari, padahal hal tersebut menjadi tujuan pembelajaran pemerintah, yakni; menunjukkan kemampuan berfikir logis, kritis dan kreatif dengan bimbingan guru; menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana (KTSP, 2006). Kurangnya inovasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran menjadi penyebab turunnya motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, dalam arti yang substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya (Trianto, 2011). Kurangnya pemahaman konsep fisika siswa salah satunya disebabkan karena siswa tidak banyak dilibatkan dalam proses pengkonstruksian suatu konsep dalam pikirannya, siswa tidak terlibat untuk mendiskusikan dan menanyakan banyak hal dalam kegiatan pembelajarannya, melainkan tidak lebih dari sekedar mendengar ceramah yang dilakukan guru. Selain itu guru juga kurang menguasai bahan fisika dan kurang mampu mengajarkan bahan itu kepada siswa dengan tepat, menarik, dan efektif (Suparno, 2007). Seorang guru fisika hendaknya menyadari pentingnya proses pembelajaran, mampu menciptakan kondisi belajar bagi siswanya agar kemampuan mereka dapat berkembang secara maksimal (Utari, 2010).

Dampak dari permasalahan di atas menyebabkan pemahaman konsep siswa rendah, begitu pula dengan keterampilan pemecahan masalah yang dimiliki siswa sangatlah kurang, diperkuat dengan hasil wawancara kepada guru IPA fisika, mereka mengatakan nilai ulangan harian siswa 65% masih di bawah KKM, dari hasil analisa tes uraian, siswa juga lemah dalam mengidentifikasi masalah, memberi alasan solusi, memberi alasan strategi yang digunakan, memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah. Rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional, dimana suasana kelas cenderung teacher centered sehingga menjadikan siswa menjadi pasif (Trianto,2011).

Pentingnya proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan

menyenangkan, akan membuat siswa termotivasi mengikuti kegiatan pembelajaran, seperti yang dipaparkan Silberman (2009) :


(15)

3

Pada saat kegiatan belajar itu aktif, peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan yang mereka lakukan. Mereka menggunakan otak mereka...mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang dipelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati

Kebanyakan siswa mau belajar fisika secara sungguh-sungguh bila pembelajarannya menarik dan menyenangkan. Ada istilah physics is fun, jika siswa senang mereka akan belajar sendiri, dan mereka akan berusaha menguasai pelajaran fisika dan menjadi berkompetensi. Salah satu prinsip dalam Quantum Learning adalah bahwa belajar itu harusnya mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira sehingga pintu masuk informasi baru akan lebih lebar dan terekam dengan baik (Abdurrahman A, 2009).

Terkait dengan permasalahan pembelajaran di atas, peneliti merasa perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang diusulkan peneliti adalah suatu model pembelajaran yang diawali dengan pemberian motivasi berupa tantangan untuk mengerjakan proyek. Proyek harus menantang siswa untuk melakukan dan menyelesaikan (Suparno, 2007). Tantangan yang diajukan dapat berupa tugas menyelesaikan masalah, tugas menjelaskan fenomena alam, tugas menjelaskan fisis yang dialami dalam keseharian siswa, atau berupa proyek membuat prakarya dengan menggunakan dasar konsep fisika yang dipelajari (Yalcin, 2009). Tugas proyek dikerjakan diakhir kegiatan inti, dimana penanaman konsep melalui diskusi dan demonstrasi selesai dilakukan, sehingga siswa sudah memahami konsep yang diterapkan. Tugas proyek yang dikerjakan harus dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan fisika, misalnya dalam materi pesawat sederhana siswa ditugaskan membuat model gerobak, model rangkaian katrol, dan model penerapan bidang miring, yang memiliki keuntungan mekanis besar. Dalam mengerjakan proyek siswa dituntut untuk aktif dan berperan serta dalam pembelajaran. Pembelajaran seperti ini disebut sebagai Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning).

Hasil analisis terhadap jurnal penelitian bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) merupakan model yang sesuai diterapkan pada jenjang


(16)

4

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep pendidikan SMP. Pembelajaran fisika berbasis proyek merupakan hal yang paling sesuai untuk kelas 7-12 dan sangat berguna untuk meningkatkan pemahaman konsep sains (Colley & Kabba, 2008). Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) merupakan pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata. (Berns & Erickson, 2001dalam Komalasari, 2010). Proyek dapat memecahkan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan (J.A Stevenson dalam Hussain, 2011). Project-based learning can be development of thinking skills and understanding the other science. Pembelajaran berbasis proyek membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan meningkatkan pemahaman sains (Renata, 2008). Metode proyek dalam pembelajaran fisika menciptakan ideal situation dalam pembelajaran sains terutama fisika, karena siswa terlibat aktif dalam mendapatkan pengalaman untuk mengaitkan gagasan abstrak dan teori dengan pengamatan yang akan membantu siswa memahami konsep. (Hussain et al. ,2011).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini penting dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang implementasi pembelajaran fisika berbasis proyek terhadap peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan pemecahan masalah. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah menjadikan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) sebagai alternatif pilihan model pembelajaran untuk guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan pemecahan masalah siswa SMP sebagai impak penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek?”


(17)

5

Rumusan masalah di atas secara spesifik dapat dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa sebagai impak penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan pemecahan masalah sebagai impak penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek ?

3. Bagaimanakah tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek dalam pembelajaran materi Pasawat Sederhana?

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan lebih fokus, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut :

1. Peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan pemecahan masalah siswa dimaksudkan sebagai perubahan siswa ke arah yang lebih baik antara sebelum dan sesudah pembelajaran. Kategori peningkatan pemahaman siswa ditentukan oleh rata-rata skor gain yang di normalisasi. 2. Pemahaman konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah

pemahaman konsep menurut Anderson dan Krathwohl, dengan indikator : Menafsirkan, Mencontohkan, Mengklasifikasikan, Merangkum, Menyimpulkan, Membandingkan dan Menjelaskan.

3. Keterampilan pemecahan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah keterampilan pemecahan masalah yang tercantum dalam KTSP, dengan pemilihan indikator disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa SMP, yaitu: mengidentifikasi masalah, memberi alasan solusi, memberi alasan strategi yang digunakan, memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah.


(18)

6

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep

1.4 Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran fisika, sedangkan

variabel terikatnya adalah pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah.

1.5Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dilakukan pendefinisian secara operasional sebagai berikut :

1. Model pembelajaran berbasis proyek didefinisikan sebagai pola atau desain instruksional yang memiliki tahapan-tahapan : diawali dengan mengorientasikan siswa pada tugas proyek sebagai motivasi, dilanjutkan dengan penanaman konsep melalui kegiatan diskusi kelas dan demonstrasi, melaksanakan tugas proyek dan diakhiri dengan evaluasi proyek. Keterlaksanaan model pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran materi pesawat sederhana diamati melalui kegiatan observasi oleh beberapa observer dengan panduan lembar observasi. 2. Pamahaman konsep didefinisikan sebagai tingkatan dimana seorang

siswa tidak sekedar mengetahui konsep-konsep fisika, melainkan benar-benar memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri maupun penerapannya dalam situasi baru. Indikator pemahaman konsep berdasarkan dimensi proses kognitif dalam Anderson & Krathwohl pada kategori memahami (C2), meliputi tujuh indikator yaitu; menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. . Pemahaman konsep ini diukur dengan tes pemahaman konsep berbentuk pilihan ganda yang diteskan pada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran fisika berbasis proyek diterapkan.

3. Keterampilan pemecahan masalah didefinisikan sebagai kemampuan siswa menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan konsep-konsep yang dipelajarinya untuk memecahkan berbagai masalah yang sering dijumpai


(19)

7

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini dipilih 4 indikator yang sesuai dengan perkembangan kognitif siswa SMP, yaitu: mengidentifikasi masalah, memberi alasan solusi, memberi alasan strategi yang digunakan, memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah. Keterampilan siswa dalam memecahkan masalah sebelum dan sesudah pembelajaran diukur dengan menggunakan tes tertulis dalam bentuk uraian.

1.6 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah kemukakan di atas, tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan pemecahan masalah siswa SMP sebagai impak penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini antara lain :

1. Menganalisis peningkatan pemahaman konsep siswa sebagai impak model pembelajaran fisika berbasis proyek diimplementasikan.

2. Menganalisis peningkatan keterampilan pemecahan masalah siswa sebagai impak model pembelajaran fisika berbasis proyek diimplementasikan 3. Mendeskripsikan tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan model

pembelajaran fisika berbasis proyek dalam pembelajaran materi Pasawat Sederhana?

1.7Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti tentang potensi pembelajaran fisika berbasis proyek dalam meningkatkan pemahaman konsep, dan keterampilan pemecahan masalah siswa SMP, yang nantinya dapat memperkaya hasil-hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan untuk berbagai kepentingan, seperti guru-guru sekolah menengah, para mahasiswa di LPTK, praktisi pendidikan dan lain-lain.


(20)

29

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan tentang metode dan desain penelitian, populasi dan

sampel penelitian, prosedur penelitian dan instrumen penelitian serta teknik pengolahan data penelitian.

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Karena dalam penelitian ini peneliti hanya ingin melihat gambaran dari

penerapan model pembelajan fisika berbasis proyek terhadap peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan pemecahan masalah, tidak sampai pada pengujian efektivitasnya jika dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran yang lain. Maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Eksperimen dengan Desain penelitian Pre-Eksperimental Design. Menurut Sugiyono (2011:109) desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hal ini terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random.

Bentuk desain penelitian yang dipilih adalah One-Group Pretest-Posttest, dimana dilakukan pretest sebelum diberi perlakuan, sehingga hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat dibandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Bentuk desain One-Group Pretest-Posttest hanya menggunakan satu kelas eksperimen sebagai sampel tanpa pembanding. Dimana sampel diberi pretest/tes awal dulu (O), kemudian diberi perlakuan (X), dan terahir diberikan posttest/tes akhir (O). Instrumen pada saat pretest dan posttest sama, tetapi diberikan dalam waktu yang berbeda. Bentuk desainnya seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest

O

X O


(21)

30

Keterangan :

O = Tes awal / pretest sama dengan Tes akhir / posttest X = Model pembelajaran fisika berbasis proyek

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan

memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada salah satu SMP di Kabupaten Bandung Barat semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.

Agar sampel dapat representatif maka dalam pemilihannya harus menggunakan teknik sampling. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Menurut Riduan (2010:63) Purposive Sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.

Dikuatkan oleh Sugiyono (2011:124) “Sampling Purposive adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Dari paparan di atas maka peneliti mengambil sampel satu kelas yaitu kelas VIII A dengan jumlah siswa 30 orang, pertimbangan yang diambil berdasarkan informasi dari guru di sekolah tersebut bahwa siswa kelas VIII A respon belajarnya bagus, antusias terhadap pelajaran dan dan partisipasi siswanya cukup baik. Sehingga diharapkan proses penelitian dapat berjalan dengan lancar tanpa banyak kendala teknis seperti siswa kurang serius, siswa kurang antusias dan cenderung main-main.

3.3 Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap implementasi, tahap akhir.

1. Tahap Persiapan a. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan model pembelajaran yang biasa digunakan di SMP yang berkaitan


(22)

31

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dengan motivasi dan kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran. Studi pendahuluan ini dilaksanakan dengan observasi langsung ke lapangan. Hasilnya ditemukan bahwa kegiatan siswa dalam pembelajaran kurang begitu aktif dan termotivasi, pembelajaran terlihat monoton meskipun sudah dilakukan metode diskusi informasi, demonstrasi, dan praktikum, karena kegiatan pembelajaran keseluruhan masih didominasi oleh guru (teacher-centered), sehingga dalam pemberian materinya siswa tidak dibimbing untuk menemukan konsep-konsep yang berhubungan dengan sehari-hari.

b. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan model pembelajaran berbasis Proyek, indikator mengenai pemahaman konsep dan indikator keterampilan pemecahan masalah siswa , serta materi pesawat sederhana yang akan dijadikan sebagai materi pokok dalam penelitian.

c. Kajian Kurikulum

Materi yang akan digunakan dalam penelitian disesuaikan dengan standard kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sudah ditentukan. Dengan mengkaji SK dan KD akan diperoleh konsep-konsep pesawat sederhana yang akan dituangkan dalam materi pokok melalui penjabaran indikator-indikator.

d. Pembuatan Perangkat Pembelajaran

Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan lembar tugas proyek kemudian mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran fisika untuk mendapatkan masukan sehingga dapat mengimplementasikan pembelajaran dengan baik di kelas. Kemudian dibuat juga lembar observasi untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran di kelas yang akan dilakukan oleh observer, dan skala sikap tanggapan baik dari guru maupun dari siswa terhadap model pembelajaran fisika berbasis proyek.


(23)

32

e. Pembuatan Instrumen

Instrumen yang dibuat yaitu lembar observasi, dimaksudkan untuk melihat keterlaksanaan penerapan model pembelajaran, instrumen pemahaman konsep sesuai indikatornya berupa soal pilihan ganda dan instrumen keterampilan pemecahan masalah sesuai indikatornya berupa tes tertulis jenis uraian, kemudian disiapkan rubrik penilaiannya. Setelah dilakukan penyusunan instrumen penelitian maka dilakukan judgement oleh pakar untuk mengetahui validitas isi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian, kemudian skala sikap tanggapan baik yang diberikan pada guru maupun pada siswa.

f. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen penelitian tersebut digunakan, maka dilakukan uji validitas, reliabilitas, uji daya pembeda, dan uji tingkat kemudahan. Pengujian instrumen penelitian dengan teknik test-retest yang diujicobakan pada siswa yang sama dengan waktu yang berbeda di salah satu SMP Kabupaten Bandung Barat. Dari hasil uji coba butir soal yang tidak memenuhi syarat, dapat dianulir/dibuang, sehingga terhadap butir soal yang tidak memenuhi syarat, tidak dilakukan uji coba lagi atau langsung digunakan untuk mengambil data tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

2. Tahap Implementasi a. Pretest

Pretest dilakukan sebelum penerapan pembelajaran fisika berbasis proyek, dengan maksud untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah sebelum pembelajaran diberikan. b. Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek

Penerapan Pembelajaran berbasis proyek dilakukan selama tiga kali pertemuan dimana setiap pertemuan berdurasi 80 menit (2JP). Saat penerapan pembelajaran berlangsung, observer mengisi lembar


(24)

33

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep observasi keterlaksanaan pembelajaran yang memuat daftar kegiatan model pembelajaran fisika berbasis proyek.

c. Posttest

Posttest dilakukan setelah pembelajaran fisika berbasis proyek selesai. d. Setelah implementasi ini selesai dilakukan, baik guru maupun siswa

diminta untuk mengisi skala sikap tanggapan mengenai model pembelajaran fisika berbasis proyek.

3. Tahap Akhir

a. Pengolahan Data

Data-data yang dihasilkan seperti observasi keterlaksanaan pembelajaran, nilai pretest dan posttest, dan skala sikap tanggapan guru dan siswa kemudian diolah. Untuk data hasil pretest dan posttest dicari rata-rata gain yang dinormalisasinya <g>.

b. Analisis Data

Dari data yang diolah, dilakukan pembahasan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian dihasilkan analisis data.

c. Kesimpulan

Dari hasil analisis kemudian ditarik kesimpulan. Alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.2


(25)

34

Tahapan Perlakuan

Penyusunan Instrumen Penyusunan

Perangkat Pembelajaran

Analisis Data Tes Akhir

(Posttest) Model Pembelajaran

Berbasis Proyek Kelas

Eksperimen

Tes Awal (Pretest)

Kesimpulan Uji coba,

Validasi,Reliabilitas Revisi

Studi Pendahuluan

Observasi Keterlaksanaan

Pembelajaran

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian Keterampilan

Pemecahan Masalah

Skala Sikap Tes Pemahaman

Konsep

Skala Sikap Observasi Judgement

Pengolahan Data Studi Literatur

Kajian Kurikulum TAHAP PENDAHULUAN

TAHAP AKHIR


(26)

35

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep

3.4 Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan untuk

memperoleh data-data empiris yang dipergunakan untuk pencapaian tujuan penelitian. Sedangkan alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah disebut instrumen (Arikunto,2010).

3.4.1 Jenis Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

3.4.1.1 Lembar Observasi

Lembar observasi yang diisi oleh observer ini memuat daftar keterlaksanaan model pembelajaran berbasis proyek yang dilaksanakan. Instrumen keterlaksanaan model pembelajaran ini berbentuk rating scale yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer hanya memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru dan siswa yang diobservasi mengenai keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang diterapkan. Pada lembar observasi ini juga terdapat kolom catatan keterangan untuk mencatat kekurangan-kekurangan dalam setiap fase pembelajaran. Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran C.1.

3.4.1.2 Tes Pemahaman Konsep

Instrumen tes pemahaman konsep diberikan pada kelas yang akan diteliti yaitu sebelum (pretest) dan setelah (posttest) penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek. Langkah penyusunan instrumen pemahaman konsep adalah membuat kisi-kisi, konsultasi dengan pembimbing dan uji coba soal. Kisi-kisi yang disusun mencakup materi pokok, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pemahaman berdasarkan indikator pembelajaran yang hendak dicapai. Perancangan butir soal berpedoman pada taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson & Krathwohl (2011), yaitu dengan 7 indikator pemahaman:


(27)

36

menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan. Butir soal dibuat dalam bentuk PG (pilihan ganda) dengan empat pilihan yang difokuskan pada pemahaman konsep.

Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di awal (pretest) dan akhir (posttest) perlakuan. Pretest digunakan untuk melihat kondisi awal subyek penelitian, dan posttest digunakan untuk melihat kondisi akhir subjek penelitian. Hasil tes ini akan dihitung gain yang dinormalisasi <g> digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman konsep pada materi pesawat sederhana yang dapat dikembangkan melalui penerapan pembelajaran fisika berbasis proyek. Instrumen tes pemahaman konsep yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran C.2.

3.4.1.3Tes Keterampilan Pemecahan Masalah

Instrumen keterampilan pemecahan masalah digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Perancangan butir soal berpedoman pada keterampilan pemecahan masalah yang tertulis dalam KTSP, yaitu dengan indikator : mengidentifikasi masalah, memberi alasan solusi, memberi alasan strategi yang digunakan, memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah.. Instrumennya berbentuk tes uraian dimana tes uraian memiliki kelebihan antara lain dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis, dan sistematis selain itu dapat mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. (Sudjana 2010) .

Tes keterampilan pemecahan masalah diberikan sebanyak dua kali, yaitu di awal (pretest) sebelum perlakuan maupun akhir (posttest) setelah perlakuan. Tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan pemecahan masalah sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Pretest digunakan untuk melihat kondisi awal subyek penelitian berkaitan keterampilan pemecahan masalah dan dilihat persentase rata-rata pretestnya, dan posttest digunakan untuk melihat hasil akhir keterampilan pemecahan masalah yang kemudian dicari persentasi rata-rata posttestnya. Dari rata-rata hasil pretest-posttest kemudian dihitung rata-rata gain


(28)

37

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep yang dinormalisasi <g>, untuk melihat peningkatan keterampilan pemecahan masalah.

.

3.4.1.4Skala Sikap

Ada dua macam skala sikap yang digunakan yaitu skala sikap untuk guru dan skala sikap untuk siswa. Skala sikap ini diberikan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek dalam pembelajaran materi pesawat sederhana. Tanggapan oleh siswa yaitu apa yang dirasakan siswa saat mengikuti pembelajaran fisika berbasis proyek sedangkan tanggapan oleh guru berupa pandangan /opini terhadap model pembelajaran fisika berbasis proyek dan dampaknya terhadap siswa. Aspek-aspek yang ditanggapi baik oleh guru maupun siswa secara garis besar sama yaitu mencakup aktivitas, motivasi, dan dampak penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek. Instrumen skala sikap ini memuat kolom , setuju (S), tidak setuju (TS), dan Guru dan siswa diminta memberikan tanda cek () pada pernyataan yang terdapat pada skala sikap.

Tabel 3.1 Rancangan Instrumen Penelitian

Target Subjek Metode/Teknik Bentuk Instrumen

Pemahaman Konsep Siswa

Tes dengan

sellected response (PG) mencari gain dari pretest dan posttest

Kisi-kisi instrumen Pemahaman konsep berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda (PG).

Keterampilan

Pemecahan Masalah Siswa

Tes dengan essay (uraian) Mencari gain dari pretest dan posttest

Kisi-kisi instrumen Keterampilan Pemecahan Masalah berbentuk tes tertulis jenis uraian Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Siswa dan Guru

rating scale memuat kolom ya dan tidak kemudi an diprosentasikan.

Kisi-kisi lembar

observasi keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek Skala Sikap Guru Persentase yang

menjawab setuju

Kisi-kisi pernyataan skala sikap tanggapan guru dan siswa terhadap

penerapan model

pembelajaran fisika berbasis proyek

Skala Sikap Siswa

Persentase yang menjawab setuju


(29)

38

3.4.2 Teknik dan Analisis Uji Coba Instrumen

Menurut Arikunto (2010:211) :“Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.” Untuk itu dilakukan analisis instrumen dengan menguji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya. Hasil analisis instrumen secara lengkap terdapat pada lampiran, penjabaran analisisnya sebagai kerikut :

3.4.2.1 Validitas

Arikunto (2010:211) Mengatakan bahwa :” Validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.” Sebuah Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Pengujian validitas dilakukan dengan cara meminta pertimbangan (judgement) oleh ahli, dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun sudah mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan). Pengujian validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan (SK dan KD) dan indikator pemahaman konsep serta indikator keterampilan pemecahan masalah. Jumlah tenaga ahli yang digunakan dalam validitas isi adalah tiga orang, terdiri dari dua orang bergelar doktor fisika, dan satu orang guru SMP bergelar master. Hasil dari ketiga tenaga ahli yang diminta pertimbangan (judgment), diperoleh kesimpulan bahwa instrumen pemahaman konsep dan instrumen keterampilan pemecahan masalah pada materi pesawat sederhana yang disusun sudah memenuhi validitas isi dan dapat digunakan untuk keperluan penelitian. Hasil pertimbangan (judgement) oleh ahli validitas isi untuk tes pemahaman konsep dan keterampilan pemecahan masalah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.3

3.4.2.2Reliabilitas

Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama (Sudjana, 2010 : 16). Untuk menguji


(30)

39

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep reliabilitas dalam penelitian ini digunakan Test-retest, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya berbeda. (Sugiyono,

2011:184). Menurut Sudjana (2010:17):”Tes ulang (retest) adalah penggunaan alat penilaian terhadap subjek yang sama, dilakukan dua kali dalam waktu yang

berlainan.” Untuk memperoleh koefisien korelasinya (r) maka hasil penilaian

yang pertama dikorelasikan dengan hasil penilaian kedua.

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau tidak berubah-ubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik korelasi yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah yang dikemukakan oleh pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment angka kasar (Arikunto 2010):

....(3.1)

Keterangan:

rXY = koefisien korelasi

X = skor rata-rata tes pertama Y = skor rata-rata tes kedua N = jumlah sampel

Harga rxy menunjukkan indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan,

kemudian nilai rxy tersebut di interpretasikan pada Tabel 3.2

 

  } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rXY


(31)

40

Tabel 3.2 Makna Koefisien Korelasi Product Moment

Angka korelasi Kategori

0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi (baik)

0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup (sedang)

0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah (kurang)

rxy ≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan persamaan product moment dengan bantuan Microsoft Excel 2010 diperoleh koefisien korelasi (rxy) untuk pemahaman

konsep sebesar 0,73 kemudian nilai tersebut dikonsultasikan ke Tabel 3.2, interpretasinya adalah ada korelasi yang tinggi antara tes pertama dan tes kedua , artinya instrumen tes pemahaman konsep memiliki reliabilitas tinggi. Perhitungan reliabilitas untuk tes pemahaman konsep selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.7 dan Lampiran B.9.

Untuk hasil keterampilan pemecahan masalahnya dihasilkan rxy sebesar 0,90

maka diinterpretasikan memiliki reliabilitas yang sangat tinggi antara tes ke satu dan tes ke dua. Perhitungan reliabilitas untuk tes keterampilan pemecahan masalah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.8 dan Lampiran B.9.

3.4.2.3 Tingkat Kesukaran

Sangatlah penting untuk melihat tingkat kesukaran soal dalam rangka menyediakan berbagai alat diagnostik kesulitan belajar peserta didik. Tingkat kesukaran soal juga dapat ditentukan oleh kedalaman soal, kompleksitas, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kemampuan yang diukur oleh soal. Para ahli tes menentukan tingkat kesukaran berdasarkan seberapa banyak peserta tes dapat menjawab dengan benar pada soal yang diberikan.(Surapranata, 2009)

Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan proporsi menjawab benar, adalah:


(32)

41

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Keterangan :

p = proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran

x = banyaknya peserta tes yang menjawab benar Sm = skor maksimum

N = jumlah peserta tes

Nilai p dikonsultasikan dengan Tabel 3.3

Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kesukaran

Nilai p Kategori

p < 0.3 0.3 ≤ p < 0,7

p ≥ 0.7

Sukar Sedang Mudah

(Sumber : Surapranata, 2009)

Perhitungan besarnya tingkat kesukaran soal uji coba dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2010 . Rangkuman hasil analisis untuk tes pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 3.4, dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.10 dan Lampiran B.12

Tabel 3.4 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Pemahaman Konsep

No p Kategori

1 0,54 Sedang

2 0,39 Sedang

3 0,38 Sedang

4 0,26 Sukar

5 0,59 Sedang

6 0,74 Mudah

7 0,78 Mudah

8 0,56 Sedang

9 0,80 Mudah

10 0,64 Sedang

11 0,74 Mudah

12 0,39 Sedang

13 0,24 Sukar

14 0,10 Sukar

15 0,56 Sedang

16 0,79 Mudah


(33)

42

No p Kategori

18 0,68 Sedang

19 0,75 Mudah

20 0,75 Mudah

21 0,63 Sedang

22 0,39 Sedang

23 0,83 Mudah

24 0,75 Sedang

25 0,58 Sedang

26 0,25 Sukar

27 0,53 Sedang

28 0,61 Sedang

29 0,19 Sukar

30 0,68 Sedang

Untuk rangkuman hasil analisis tes keterampilan pemecahan masalah dilihat pada Tabel 3.5 dan perhitungan selengkapnya pada Lampiran B.11 dan Lampiran B.12

Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Keterampilan Pemecahan Masalah

No p Kategori

1 0,55 Sedang

2 0,45 Sedang

3 0,63 Sedang

4 0,57 Sedang

5 0,57 Sedang

6 0,53 Sedang

7 0,40 Sedang

8 0,41 Sedang

9 0,42 Sedang

10 0,65 Sedang

11 0,51 Sedang

12 0,68 Sedang

13 0,56 Sedang

14 0,58 Sedang

15 0,57 Sedang


(34)

43

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep

3.4.2.4Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) Indeks yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah adalah indeks daya pembeda (item discrimination). Indeks daya pembeda soal-soal yang ditetapkan dari selisih proporsi yang menjawab dari masing-masing kelompok. Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Yang paling stabil dan sensitive serta paling banyak digunakan adalah dengan menentukan 27% kelompok atas 27% kelompok bawah (Kelley:1939,Crocker dan Algina : 1986) dalam Surapranata, (2009).

Daya Pembeda menurut Indeks daya pembeda ini dapat dicari dengan menggunakan persamaan :

∑ ∑

...(3.3)

Keterangan

D = Indeks daya pembeda

∑A = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas

∑B = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah nA = Jumlah peserta tes pada kelompok atas

nB = Jumlah peserta tes pada kelompok bawah n = nA = nB

Klasifikasi untuk daya pembeda di interpretasikan dengan Tabel 3.6

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda

D Kriteria

-1,0 < D < 0,00 0,00 < D  0,20 0,20 < D  0,40 0,40 < D  0,70 0,70 < D  1,00

jelek sekali jelek cukup

baik baik sekali


(35)

44

Indeks Daya Pembeda pada tes uraian yaitu dengan membagi 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah, kemudian dihitung selisih tingkat kesukaran pada kelompok atas dan kelompok bawah, itulah daya pembedanya.

Hasil dari perhitungan dirangkum pada Tabel 3.7 dan Tabel 3.8. Dan perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.13, Lampiran B.14 dan Lampiran B.15

Tabel 3.7 Analisis Daya Pembeda Pemahaman Konsep

No D Klasifikasi

1 0,43 Baik

2 0,29 Cukup

3 0,05 Jelek

4 0,29 Cukup

5 0,52 Baik

6 0,57 Baik

7 0,48 Baik

8 0,48 Baik

9 0,33 Cukup

10 0,76 Baik sekali

11 0,57 Baik

12 0,24 Cukup

13 0,38 Cukup

14 0,05 Jelek

15 0,67 Baik

16 0,43 Baik

17 0,24 Cukup

18 0,71 Baik sekali

19 0,67 Baik

20 0,43 Baik

21 0,29 Cukup

22 0,24 Cukup

23 0,48 Baik

24 0,43 Baik

25 0,52 Baik

26 0,33 Cukup

27 0,43 Baik

28 0,52 Baik

29 0,24 Cukup


(36)

45

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Tabel 3.8 Hasil Analisis Daya Pembeda Keterampilan Pemecahan Masalah

No D Klasifikasi

1 0,44 Baik

2 0.33 Cukup

3 0,32 Cukup

4 0,35 Cukup

5 0,60 Baik

6 0,35 Cukup

7 0,38 Cukup

8 0,17 Jelek

9 0,38 Cukup

10 0,67 Baik

11 0,51 Baik

12 0,56 Baik

13 0,19 Jelek

14 0,24 Cukup

15 0,35 Cukup

16 0,59 Baik

Berdasarkan analisis uji coba instrumen yang meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda, dari 30 soal instrumen pemahaman konsep, yang dipakai sebanyak 27 soal dengan indikator memahami yaitu: Menafsirkan, Mencontohkan, Mengklasifikasikan, Menyimpulkan, Membandingkan dan Menjelaskan. Karena ada 3 soal yang dibuang maka jumlah soal tiap indikator pamahaman konsep adalah menjelaskan 9 soal, menafsirkan 3 soal, menyimpulkan 2 soal, membandingkan 4 soal, mencontohkan 7 soal, dan mengkasifikasikan 2 soal. Lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. 9

Sedangkan untuk instrumen keterampilan pemecahan masalah dari jumlah 16 soal instrumen yang di uji coba setelah dilakukan analisis uji instrumen yang meliputi validitas , reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda yang memenuhi kriteria sebanyak 14 soal, dengan mengidentifikasi masalah 4 soal, memberi alasan solusi 4 soal, memberi alasan strategi yang digunakan 3 soal, memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah 3 soal. Lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.10


(37)

46

Tabel 3.9 Hasil Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep Reliabilitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

Ket rxy Makna P Kategori D Klasifikasi

1

0,73 Tinggi

0,54 Sedang 0,43 Baik Dipakai

2 0,39 Sedang 0,29 Cukup Dipakai

3 0,38 Sedang 0,05 Jelek Dibuang

4 0,26 Sukar 0,29 Cukup Dipakai

5 0,59 Sedang 0,52 Baik Dipakai

6 0,74 Mudah 0,57 Baik Dipakai

7 0,78 Mudah 0,48 Baik Dipakai

8 0,56 Sedang 0,48 Baik Dipakai

9 0,80 Mudah 0,33 Cukup Dipakai

10 0,64 Sedang 0,76 Baik sekali Dipakai

11 0,74 Mudah 0,57 Baik Dipakai

12 0,39 Sedang 0,24 Cukup Dipakai

13 0,24 Sukar 0,38 Cukup Dipakai

14 0,10 Sukar 0,05 Jelek Dibuang

15 0,56 Sedang 0,67 Baik Dipakai

16 0,79 Mudah 0,43 Baik Dipakai

17 0,30 Sukar 0,24 Cukup Dipakai

18 0,68 Sedang 0,71 Baik sekali Dipakai

19 0,75 Mudah 0,67 Baik Dipakai

20 0,75 Mudah 0,43 Baik Dipakai

21 0,63 Sedang 0,29 Cukup Dipakai

22 0,39 Sedang 0,24 Cukup Dipakai

23 0,83 Mudah 0,48 Baik Dipakai

24 0,75 Sedang 0,43 Baik Dipakai

25 0,58 Sedang 0,52 Baik Dipakai

26 0,25 Sukar 0,33 Cukup Dipakai

27 0,53 Sedang 0,43 Baik Dipakai

28 0,61 Sedang 0,52 Baik Dipakai

29 0,19 Sukar 0,24 Cukup Dipakai

30 0,68 Sedang 0,14 Jelek Dibuang

Tabel 3.10 Hasil Uji Coba Instrumen Keterampilan Pemecahan Masalah No Reliabilitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Ket

rxy Makna p Kategori D Klasifikasi

1 0,55 Sedang 0,44 Baik Dipakai

2 0,45 Sedang 0.33 Cukup Dipakai

3 0,63 Sedang 0,32 Cukup Dipakai

4 0,57 Sedang 0,35 Cukup Dipakai


(38)

47

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep No Reliabilitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Ket

rxy Makna p Kategori D Klasifikasi

6

0,90 Sangat Tinggi

0,53 Sedang 0,35 Cukup Dipakai

7 0,40 Sedang 0,38 Cukup Dipakai

8 0,41 Sedang 0,17 Jelek Dibuang

9 0,42 Sedang 0,38 Cukup Dipakai

10 0,65 Sedang 0,67 Baik Dipakai

11 0,51 Sedang 0,51 Baik Dipakai

12 0,68 Sedang 0,56 Baik Dipakai

13 0,56 Sedang 0,19 Jelek Dibuang

14 0,58 Sedang 0,24 Cukup Dipakai

15 0,57 Sedang 0,35 Cukup Dipakai

16 0,58 Sedang 0,59 Baik Dipakai

3.5 Teknik Pengolahan Data 3.5.1 Pemberian Skor

Penskoran hasil tes pemahaman konsep pretest-posttes menggunakan aturan penskoran untuk tes pilihan ganda yaitu 1 atau 0. Skor satu jika jawaban tepat, dan skor 0 jika jawaban salah. Skor maksimum ideal sama dengan jumlah soal yang diberikan. Rubrik penskoran instrumen pretest-posttes pemahaman konsep selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5.

Penskoran hasil tes keterampilan pemecahan masalah siswa menggunakan aturan penskoran untuk tes uraian yaitu menggunakan rubrik penskoran. Rubrik penskoran instrumen pretest-posttes keterampilan pemecahan masalah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6.

3.5.2 Pengolahan Data Observasi

Data mengenai keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek merupakan data yang diambil dari observasi. Data observasi ini merupakan keterlaksanaan pembelajaran fisika berbasis proyek baik untuk guru maupun untuk siswa. Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari persentase keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan: 1. Menghitung jumlah jawaban “ya” yang observer isi dengan memberi skor 1


(39)

48

2. Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:

...(3.4)

Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang dilakukan oleh guru, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.11

Tabel 3.11 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran

KMP (%) Kriteria

KMP = 0 Tidak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KMP ≤ 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KMP < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KMP = 50 Setengah kegiatan terlaksana 50 < KMP < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana

75 ≤ KMP < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KMP = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

3.5.3 Perhitungan Gain yang dinormalisasi

Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan secara hierarki statistik. Data primer hasil tes siswa sebelum dan sesudah perlakuan, dianalisis dengan cara membandingkan skor tes awal dan tes akhir. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus faktor gain <g> yang dikembangkan oleh Hake (1999) dengan rumus:

<g> = ( % < Sf > - % < Si >) / (100 - % < Si >) ...(3.5) Keterangan :

<Sf > = rata-rata skor posttest

<Si> = rata-rata skor pretest


(40)

49

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pengolahan data rata-rata skor gain dinormalisasi di persenkan dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan Microsoft Excel 2010.

Tabel 3.12 Kriteria Rata-rata gain yang dinormalisasi

gain dalam % Kriteria

<g> ≥ 70 30  <g> < 70

<g> < 30

tinggi Sedang rendah

Pengolahan dan analisis data rata-rata skor gain dinormalisasi menggunakan Microsoft Excel 2010. Rata-rata peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan pemecahan masalah pada materi Pesawat Sederhana yang dikembangkan melalui pembelajaran , dihitung berdasarkan rata-rata skor gain dinormalisasi <g> (Hake, 1999).

3.5.4 Pengolahan Data Skala Sikap

Data mengenai penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek merupakan data yang diambil dari skala sikap tanggapan yang diberikan pada guru dan siswa. Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari persentase tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan:

1. Menghitung jumlah jawaban setuju yang di isi pada format tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran.

2. Melakukan perhitungan persentase tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:


(41)

50

Untuk mengetahui kategori skala sikap tanggapan tentang model pembelajaran fisika berbasis proyek oleh guru dan siswa, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.13

Tabel 3.13 Kriteria Skala Sikap

TR (%) Kriteria

TR = 0 Tidak satu responden pun 0 < TR ≤ 25 Sebagian kecil responden 25 < TR < 50 Hampir setengah responden

TR = 50 Setengah responden

50 < TR ≤ 75 Sebagian besar responden 75 < TR < 100 Hampir seluruh responden

TR= 100 Seluruh responden


(42)

70

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, hasil temuan, dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep siswa sebagai impak dari penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek pada materi Pesawat Sederhana siswa SMP secara umum meningkat dengan kategori sedang, ditunjukkan oleh rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 58%. Peningkatan pada setiap indikator ditunjukkan oleh <g> dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut, mencontohkan 72% (kategori tinggi), mengklasifikasikan 67% (kategori sedang), menafsirkan 65% (kategori sedang), menjelaskan 55% (kategori sedang), membandingkan 46% (kategori sedang) dan menyimpulkan 29% (ketegori rendah).

2. Keterampilan pemecahan masalah siswa sebagai impak dari penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek pada materi Pesawat Sederhana siswa SMP secara umum meningkat dengan kategori sedang, ditunjukkan dengan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> yaitu sebesar 60%. Peningkatan pada setiap indikator keterampilan pemecahan masalah, ditunjukkan oleh <g> dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut, memberi alasan strategi yang digunakan sebesar 65% (kategori sedang), memberi alasan solusi 61% (kategori sedang), mengidentifikasi masalah sebesar 58% (kategori sedang), dan memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah sebesar 55% (kategori sedang).

3. Seluruh guru memberikan tanggapan setuju dengan persentase sebesar 100% dan hampir seluruh siswa memberikan tanggapan setuju dengan persentase rata-rata sebesar 95% terhadap penerapan pembelajaran fisika berbasis proyek yang dilaksanakan. Guru dan siswa menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan memotivasi siswa untuk belajar sehingga siswa mampu


(43)

71

meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari..

5.2Saran dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru hendaknya meningkatkan kompetensi dalam mengajarnya, dan merancang model pembelajaran fisika berbasis proyek dengan baik sehingga dalam pelaksanaannya dapat lebih efektif.

2. Guru sebaiknya melakukan penekanan terhadap indikator-indikator yang diperlukan sehingga adanya kontrol terhadap siswa yang telah mengikuti kegiatan dikusi, demonstrasi dan melaksanakan proyeknya.

3. Guru lebih mengaktifkan siswa lagi dalam kegiatan demonstrasinya (misalnya membaca alat ukur oleh siswa) sehingga data-data yang dihasilkan dapat diolah sendiri oleh siswa sehingga dalam proses penyimpulannya siswa menjadi terlatih.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti merekomendasikan bahwa perlu diadakan penelitian lanjutan terkait penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek dengan menggunakan kelas kontrol untuk melihat efektivitasnya dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya.


(44)

72

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep

DAFTAR

PUSTAKA

Ajeyalemi, D. A., (1993). Teacher Strategies Used by Exemplary STS Teachers. What Research Says to The Science Teaching, VII. Washington DC : National Science Teachers Association.

Anderson. L. W. (2010). Pembelajaran Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S.(2010). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Abdurrahman, A (2009). Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan. Bandung : Kaifa

Cord. (2001). Contextual Learning Resource. [Online]. Tersedia: http://www.cord.org/lev2.cfm/65. [13 April 2012].

Colley &Kabba (2008) Project based instruction: A Primer, Vermont, United States of America

Catur, F. (2012). Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Proyekuntuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Berfikir Kreatif. Tesis :Universitas Pendidikan Indonesia.

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 : Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Depdiknas.

Driver & Leach. (1993). A Constructivist View of Learning : Children’s Conception and The Nature of Science. Journal NSTA :What Research Says to the Science Teacher-The Science, Technology, Society Movement 7,103-112.

Dahar, R W. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga Hussain et.al (2011) The Effectiveness of Teaching Physics through Project

Method on Academic Achievement of Students at Secondary Level-A Case Study. Journal of Educatin and Practice Vol 2, No 8 Hal:28-34

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia:

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 [12 April 2012].


(45)

73

Khamdi, Waras (2008). Pembelajaran Berbasis Proyek:Model Potensial untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran. [online] Tersedia :http://model- pembelajaran.blogspot.com/2008/08/model-pembelajaran-berbasis-proyek.html

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama

Margo, M. C. (1997), Science and Technology, Manila. The Book Media Press. Mayer, R. E. (1992). Cognition and Instruction : Their Historic Meeting Within

Educational Psychology. Journal of Educational Psychology, 84(4) 405-412.

Riduan, (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta

Renata, H. (2008). “Effective Teaching Methods Project-based Learning in Physics”. US-China Education Review: USA. [Online]. Tersedia http://www.keepandshare.com/.../pbl-physics-pdf-fe [12 November 2012]. Simon, B. (1996). Toward a Model of Workplace Learning : The Learning

Curriculum. Studies in Continuing Education, 18 (1), 43-58.

Sudjana, (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Silberman, M (2009). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif . Yogyakarta. Insan Madani

Surapranata, S. (2004). Analisis Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung : Remaja Rosda Karya

Suhandi, A.(2011). Pengembnangan program pembelajaran fisika berbasis proyek untuk menimngkatkan pemahaman konsep, keterampilan berfikir kreatif dan kemampian pemecahan masalah. Laporan Penelitian : tidak diterbitkan.

Suparno, P (2007). Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif , Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta

Trianto (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka


(46)

74

Intan Setiawati, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Thomas, J. W. Mergendoller, J. R. & Michaelson, A. (1999). Project-Based

Learning: A Handbook for Middle and High School teachers. [Online]. Tersedia http://www. Bgsu.edu/organization/ctl/proj.html. [8 Juni 2012]. Thomas, J. W. (2000). A review of Research on PBL. Vol/2,). [Online]. Tersedia

http://www.bobpearlman.org/BestPractices/PBLResearch.pdf [2 April 2012).

Utari, S (2010) . Pengembangan Program Perkuliahan untuk Membekali Calon Guru dalam Merencanakan Kegiatan Eksperimen Fisika di Sekolah Menengah. Disertasi. Bandung UPI

Von Glasserfield, E. (1995). A constructivist approach to teaching. In L. Steffe & J.

Gale (Eds.), Constructivism in education (pp. 3-16). Hillsdale, NJ: Lawrence

Erlbaum

Willard & Dufferin. (2003). Utilizing Project-Based Learning and Competition to develop Student skills ang Interest in Producing Quality Food Items. Ohio [online] http://www.aseanfood.info/Articles/11020660.pdf

Yalcin. A. et al. (2009). The Effect of Project Based Learning on Science

Undergraduates’ Learning of Electricity, Attitude towards Physics and

Scientific Process Skills. International Online Journal of Educational Sciences, 1 (1), 81-105.


(1)

Untuk mengetahui kategori skala sikap tanggapan tentang model pembelajaran fisika berbasis proyek oleh guru dan siswa, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.13

Tabel 3.13 Kriteria Skala Sikap

TR (%) Kriteria

TR = 0 Tidak satu responden pun 0 < TR ≤ 25 Sebagian kecil responden 25 < TR < 50 Hampir setengah responden

TR = 50 Setengah responden

50 < TR ≤ 75 Sebagian besar responden 75 < TR < 100 Hampir seluruh responden

TR= 100 Seluruh responden


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, hasil temuan, dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep siswa sebagai impak dari penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek pada materi Pesawat Sederhana siswa SMP secara umum meningkat dengan kategori sedang, ditunjukkan oleh rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 58%. Peningkatan pada setiap indikator ditunjukkan oleh <g> dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut, mencontohkan 72% (kategori tinggi), mengklasifikasikan 67% (kategori sedang), menafsirkan 65% (kategori sedang), menjelaskan 55% (kategori sedang), membandingkan 46% (kategori sedang) dan menyimpulkan 29% (ketegori rendah).

2. Keterampilan pemecahan masalah siswa sebagai impak dari penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek pada materi Pesawat Sederhana siswa SMP secara umum meningkat dengan kategori sedang, ditunjukkan dengan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> yaitu sebesar 60%. Peningkatan pada setiap indikator keterampilan pemecahan masalah, ditunjukkan oleh <g> dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut, memberi alasan strategi yang digunakan sebesar 65% (kategori sedang), memberi alasan solusi 61% (kategori sedang), mengidentifikasi masalah sebesar 58% (kategori sedang), dan memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah sebesar 55% (kategori sedang).

3. Seluruh guru memberikan tanggapan setuju dengan persentase sebesar 100% dan hampir seluruh siswa memberikan tanggapan setuju dengan persentase rata-rata sebesar 95% terhadap penerapan pembelajaran fisika berbasis proyek yang dilaksanakan. Guru dan siswa menyatakan bahwa pembelajaran yang


(3)

meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari..

5.2Saran dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru hendaknya meningkatkan kompetensi dalam mengajarnya, dan merancang model pembelajaran fisika berbasis proyek dengan baik sehingga dalam pelaksanaannya dapat lebih efektif.

2. Guru sebaiknya melakukan penekanan terhadap indikator-indikator yang diperlukan sehingga adanya kontrol terhadap siswa yang telah mengikuti kegiatan dikusi, demonstrasi dan melaksanakan proyeknya.

3. Guru lebih mengaktifkan siswa lagi dalam kegiatan demonstrasinya

(misalnya membaca alat ukur oleh siswa) sehingga data-data yang dihasilkan dapat diolah sendiri oleh siswa sehingga dalam proses penyimpulannya siswa menjadi terlatih.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti merekomendasikan bahwa perlu diadakan penelitian lanjutan terkait penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek dengan menggunakan kelas kontrol untuk melihat efektivitasnya dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya.


(4)

DAFTAR

PUSTAKA

Ajeyalemi, D. A., (1993). Teacher Strategies Used by Exemplary STS Teachers.

What Research Says to The Science Teaching, VII. Washington DC :

National Science Teachers Association.

Anderson. L. W. (2010). Pembelajaran Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S.(2010). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Abdurrahman, A (2009). Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan. Bandung : Kaifa

Cord. (2001). Contextual Learning Resource. [Online]. Tersedia: http://www.cord.org/lev2.cfm/65. [13 April 2012].

Colley &Kabba (2008) Project based instruction: A Primer, Vermont, United States of America

Catur, F. (2012). Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Berfikir Kreatif.

Tesis :Universitas Pendidikan Indonesia.

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 : Standar Kompetensi, Mata Pelajaran

Fisika, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Depdiknas.

Driver & Leach. (1993). A Constructivist View of Learning : Children’s

Conception and The Nature of Science. Journal NSTA :What Research Says to the Science Teacher-The Science, Technology, Society Movement

7,103-112.

Dahar, R W. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga Hussain et.al (2011) The Effectiveness of Teaching Physics through Project

Method on Academic Achievement of Students at Secondary Level-A Case Study. Journal of Educatin and Practice Vol 2, No 8 Hal:28-34

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia:

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 [12 April 2012].


(5)

Khamdi, Waras (2008). Pembelajaran Berbasis Proyek:Model Potensial untuk

Peningkatan Mutu Pembelajaran. [online] Tersedia : http://model- pembelajaran.blogspot.com/2008/08/model-pembelajaran-berbasis-proyek.html

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama

Margo, M. C. (1997), Science and Technology, Manila. The Book Media Press. Mayer, R. E. (1992). Cognition and Instruction : Their Historic Meeting Within

Educational Psychology. Journal of Educational Psychology, 84(4)

405-412.

Riduan, (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta

Renata, H. (2008). “Effective Teaching Methods Project-based Learning in Physics”. US-China Education Review: USA. [Online]. Tersedia http://www.keepandshare.com/.../pbl-physics-pdf-fe [12 November 2012]. Simon, B. (1996). Toward a Model of Workplace Learning : The Learning

Curriculum. Studies in Continuing Education, 18 (1), 43-58.

Sudjana, (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Silberman, M (2009). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif . Yogyakarta. Insan Madani

Surapranata, S. (2004). Analisis Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung : Remaja Rosda Karya

Suhandi, A.(2011). Pengembnangan program pembelajaran fisika berbasis

proyek untuk menimngkatkan pemahaman konsep, keterampilan berfikir kreatif dan kemampian pemecahan masalah. Laporan Penelitian : tidak

diterbitkan.

Suparno, P (2007). Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif ,

Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta

Trianto (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka


(6)

Thomas, J. W. Mergendoller, J. R. & Michaelson, A. (1999). Project-Based

Learning: A Handbook for Middle and High School teachers. [Online].

Tersedia http://www. Bgsu.edu/organization/ctl/proj.html. [8 Juni 2012]. Thomas, J. W. (2000). A review of Research on PBL. Vol/2,). [Online]. Tersedia

http://www.bobpearlman.org/BestPractices/PBLResearch.pdf [2 April 2012).

Utari, S (2010) . Pengembangan Program Perkuliahan untuk Membekali Calon

Guru dalam Merencanakan Kegiatan Eksperimen Fisika di Sekolah Menengah. Disertasi. Bandung UPI

Von Glasserfield, E. (1995). A constructivist approach to teaching. In L. Steffe & J.

Gale (Eds.), Constructivism in education (pp. 3-16). Hillsdale, NJ: Lawrence

Erlbaum

Willard & Dufferin. (2003). Utilizing Project-Based Learning and Competition to

develop Student skills ang Interest in Producing Quality Food Items. Ohio

[online] http://www.aseanfood.info/Articles/11020660.pdf

Yalcin. A. et al. (2009). The Effect of Project Based Learning on Science Undergraduates’ Learning of Electricity, Attitude towards Physics and

Scientific Process Skills. International Online Journal of Educational