PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

(1)

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA

Konsentrasi Pendidikan Fisika Sekolah Lanjutan

Oleh:

Irwan Muhammad Ridwan 1007227

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM


(2)

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman

untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Oleh:

Irwan Muhammad Ridwan

S.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2009

Tesis yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Konsentrasi

Fisika Sekolah Lanjutan

© Irwan Muhamad Ridwan 2013 M.Pd, Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Dadi Rusdiana, M.Si. NIP. 196810151994031002

Pembimbing II

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 196807031992032001

Mengetahui


(4)

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Prof. Dr. Anna Permanasari


(5)

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAPILAN PROSES SAINS SISWA SMPini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Bandung, 6 September 2013 Yang membuat pernyataan,

Irwan Muhamad Ridwan NIM. 1007227


(6)

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa


(7)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA Irwan Muhammad Ridwan

NIM 1007227

Pembimbing I : Dr. Dadi Rusdiana, M.Si. Pembimbing II : Dr. Ida Kaniawati, M.Si.

Pendidikan IPA Fisika Konsentrasi Fisika Sekolah Lanjutan

Abstrak

Telah dilakukan penelitian eksperimen semu tentang penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains materi pokok kalor siswa SMP. Sampel penelitian ini siswa kelas tujuh di salah satu SMP di Tasikmalaya tahun pelajaran 2012/2013 dengan desain penelitian Randomized Control Group Pretest-Posttest Design. Instrumen yang digunakan meliputi tes pemahaman konsep yang mencakup aspek translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi, tes keterampilan proses sains, angket tanggapan siswa. Kelompok eksperimen menerima model pembelajaran berbasis pengalaman sedangkan kelas kontrol menerima pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman konsep siswa meningkat dengan kategori sedang dengan rata-rata gain yang dinormalisasi 0,52 untuk kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol mengalami peningkatan kategori sedang dengan rata-rata gain yang dinormalisasi 0,41. Peningkatan keterampilan proses sains pada kelas ekspermen ditunjukan dengan gain yang dinormalisasi 0,65 pada kategori sedang dan kelas kontrol 0,41 pada kategori sedang. Hasil uji statistik (Uji-t) menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman dengan nilai sebesar 93%.

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Pengalaman, Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains


(8)

ii

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA Irwan Muhammad Ridwan, Dadi Rusdiana, Ida Kaniawati

Nurul Yaqin Junior High School Indonesia University of Education Indonesia University of Education

Abstracs

It has been done the research of illusion experiment about the implementation experience-based learning (EBL) to improve the results of concept comprehension and science process skill in the topic of heat. A sample of this research was student at the seventh grade at one of junior high school in Tasikmalaya in year 2012/2013 with a randomized control group pretest-posttest design. The instrument used concept comprehension test include the translation, interpretation, and extrapolation, the science process skill test, and questionare. The experiment group received EBL while the control group received conventional learning. The result of this research show that the comprehension of

students’ concept increase with medium category in average of normalized gain is

0,52 for the experiment class while control class get the increasing of medium category with average of normalized gain is 0,41. The increasing of science process skill can be showed with normalized gain is 0,65 in medium category at experiment class and the control class can be showed with normalized gain is 0,41 in medium category. The results of statistics test (t-test) show that implementation EBL can improve concept comprehension and science process skill significantly compared with conventional learning. The students give positive response toward the implementation of EBL was 93%.

Keywords: experience-based learning, concept comprehension, science procces skill.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Batasan Masalah... 7

1.5. Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Definisi Operasional... 9

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Pembelajaran IPA di SMP ... 11

2.2 Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman ... 13

2.3 Pemahaman Konsep ... 19

2.4 Keterampilan Proses Sains ...17

2.5 Asumsi dan Hipotesis Penelitian. ...22

2.5.1. Asumsi Penelitian...22

2.5.2. Hipotesis Penelitian. ...23

2.6. Materi Pokok Kalor ... 23

2.6.1 Pengertian Kalor... 23

2.6.2 Kalor dapat mengubah suhu suatu benda. ... 24

2.6.3 Kalor dapat mengubah wujud zat ... .24

2.6.3.1 Menguap ... .25

2.6.3.2 Mendidih ... ……….25

2.6.4 Perpindahan kalor... .26


(10)

viii

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.6.4.2 Konveksi ... .27

2.6.4.3 Radiasi. ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian ... 29

3.2 Subjek Penelitian ... 31

3.3 Instrumen Penelitian ... 31

3.3.1. Tes Pemahaman Konsep ... 31

3.3.2. Tes Keterampilan Proses Sains ... 31

3.3.3. Lembar Pengamatan ... 32

3.3.4. Angket ... 32

3.4. Pengembangan Instrumen. ... 33

1. Validitas ... .33

2. Reliablitas ... .34

3. Daya Pembeda ... .35

4. Tingkat Kesukaran ... .35

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... .36

3.6. Teknik Analisis Data ... .38

3.6.1. Data Kuantitatif ... 38

3.6.2. Uji Hipotesis ... .38

3.6.3. Data Kualitiatif ... .39

3.7. Hasil Ujicoba Instrumen. ... 40

3.7.1. Pemahaman Konsep ... 41

3.7.2. Keterampilan Proses Sains ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 43

4.1.1. Pelaksanaan Penelitian. ... 43

4.1.2. Peningkatan Pemahaman Konsep. ... 45

4.1.3. Pengujian Statistik Peningkatan Pemahaman Konsep. ... 47

4.1.3.1. Uji Normalitas. ... 48

4.1.3.2. Uji Homogenitas. ... 48

4.1.3.3. Uji Hipotesis. ... 49

4.1.4. Peningkatan Keterampilan Proses Sains. ... 49

4.1.5. Pengujian Statistik Keterampilan Proses Sains. ... 54

4.1.5.1. Uji Normalitas. ... 54

4.1.5.2. Uji Homogenitas. ... 55

4.1.5.3. Uji Hipotesis. ... 55

4.1.6. Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbasis Pengalaman. ... 56

4.2. Pembahasan. ... 57

4.2.1. Keterlaksanaan Pembelajaran. ... 57

4.2.2. Peningkatan Pemahaman Konsep. ... 60

4.2.3. Peningkatan Keterampilan Proses Sains. ... 62


(11)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan ... 67 5.2. Rekomendasi ... 67 DAFTAR PUSTAKA


(12)

x

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Pengalaman ... 18

Tabel 2.2. Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya. ... 21

Tabel 2.3. Titik Didih Normal dan Kalor Uap Beberapa Zat... 26

Tabel 3.1. Desain Penelitian. ... 29

Tabel 3.2. Interpretasi Nilai rxy. ... 34

Tabel 3.3. Indek Reliabilitas. ... 34

Tabel 3.4. Interpretasi Nilai DP. ... 35

Tabel 3.5. Interpretasi Nilai P. ... 36

Tabel 3.6. Teknik Pengumpulan Data. ... 37

Tabel 3.7. Kriteria Gain yang Dinormalisasi. ... 38

Tabel 3.8. Tabel Skor Angket Likert. ... 40

Tabel 3.9. Skor Kuantitatif Angket. ... 40

Tabel 3.10. Hasil Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep. ... 41

Tabel 3.11. Hasil Uji Coba Instrumen Keterampilan Proses Sains... 42

Tabel 4. 1. Hasil Uji Normalitas Pemahaman Konsep... 48

Tabel 4.2. Hasil Uji Homogenitas Pemahaman Konsep. ... 48

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas KPS. ... 54


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman. ... 16

Gambar 2.2. Perubahan Zat. ... 24

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian... 30

Gambar 4.1. Diagram aktivitas Guru tiap Pertemuan. ... 44

Gambar 4.2. Diagram Aktivitas Siswa tiap Pertemuan... 45

Gambar 4.3. Diagram Batang Perbandingan nila Rata-rata Pretest, Posttest, dan N-gain Pemahaman Konsep. ... 46

Gambar 4.4. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Gain yang di Normalisasi Per Kategori Pemahaman Konsep. ... 47

Gambar 4.5. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Pretest, Postest, dan N-gain KPS. ... 50

Gambar 4.6. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Gain yang di Normalisasi Per Tipe KPS. ... 51

Gambar 4.7. Diagram Batang Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman. ... 56


(14)

xii

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Perangkat Pembelajaran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Lembar Kerja Siswa

Lampiran B. Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Soal Pemahaman Konsep 2. Kisi-kisi soal keterapilan proses sains 3. Soal pemahaman konsep dan KPS 4. Kunci jawaban soal

5. Format Observasi Keterlaksanaan Pemebelajaran Berbasis Pengalaman 6. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

7. Angket

Lampiran C:

1. Hasil Uji Coba Pemahaman Konsep 2. Hasil uji Coba Keterampilan Proses Sains 3. Lembar Judgement Instrumen Penelitian

Lampiran D:

1. Hasil Tes Awal Pemahaman Konsep Eksperimen 2. Hasil Tes Akhir Pemahaman Konsep Eksperimen 3. Hasil Tes Awal Pemahaman Konsep Kontrol 4. Hasil Tes Akhir Pemahaman Konsep Kontrol 5. Rekapitulasi N-gain Pemahaman Konsep 6. Rekap N-gain Pemahaman Konsep Eksperimen 7. Rekap N-gain Pemahaman Konsep Kontrol 8. Hasil Tes Awal KPS Eksperimen


(15)

9. Hasil Tes Akhir KPS Eksperimen 10. Hasil Tes Awal KPS Kontrol 11. Hasil Tes Akhir KPS Kontrol 12. Rekapitulasi N-gain KPS

13. Rekapitulasi N-gain KPS Eksperimen 14. Rekapitulasi N-gain KPS Kontrol

Lampiran E: 1. Uji Normalitas 2. Uji Homogenitas 3. Uji Signifikansi

4. Hasil Observasi Aktivitas guru 5. Hasil Observasi Aktivitas Siswa 6. Hasil Angket Tanggapan Siswa

Lampiran F: 1. Foto Kegiatan 2. Surat Izin Penelitian


(16)

1

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena tanpa pendidikan tidak akan terjadi sebuah perubahan menuju arah yang lebih baik. Maju mundurnya peradaban dan kebudayaan suatu bangsa tergantung pada tingkat kemajuan pendidikannya. Oleh sebab itu pendidikan tidak dapat dipungkiri lagi memegang peranan yang sangat berarti dalam perubahan zaman.

Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa , dan negara. (Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Pendidikan IPA sebagai bagian dari pendidikan formal seharusnya ikut memberi kontribusi dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, termasuk dalam hal ini adalah fisika. Fisika merupakan ilmu yang mempelajari alam semesta.

Salah satu masalah yang dihadapi pendidikan saat ini adalah lemahnya kualitas proses pembelajaran. Proses pembelajaran masih menekankan pada hapalan yang berakibat pada lebih mementingkannya isi daripada proses. Selain itu siswa pun kurang diarahkan pada pembelajaran yang menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Bahkan menurut Dahar (1996) salah satu keluhan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan IPA adalah siswa hanya diajarkan untuk menghapal tanpa memahami benar isi pelajaran,


(17)

2

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep termasuk didalamnya mata pelajaran IPA. Hal ini menyebabkan siswa mudah lupa dan tidak bisa menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain.

Hal ini diperkuat oleh hasil Trends in International Mathematics and

Science Studies (TIMSS) 2011 yang menunjukan bahwa nilai rata-rata matematika

siswa kelas VIII menempati urutan ke-38 dari 46 negara. Hasil sains tak kalah mengecewakan, Indonesia diurutan ke-40 dari 42 negara. Bahkan nilai-nilai matematika dan sains siswa kelas VIII Indonesia berada di bawah Palestina yang negaranya sedang berada dalam konflik berkepanjangan dengan Israel.

Rendahnya kemampuan siswa Indonesia dalam mata pelajaran sains juga tercermin dalam Program for International Student Assesment (PISA) yang mengukur kecapan anak-anak berusia 15 tahun dalam implementasi pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia nyata. Indonesia telah ikut dalam siklus tiga tahunan penilaian tersebut, yaitu tahun 2003, tahun 2006, dan tahun 2009. Hasilnya sangat memprihatinkan. Siswa-siswi Indonesia berada di peringkat bawah.

Selain permasalahan yang telah dipapakan, fisika sebagai salah satu bagian IPA di sekolah menengah pertama (SMP) sering dianggap oleh siswa sebagai salah satu pelajaran yang tidak menarik, sehingga seringkali siswa mempunyai sikap yang negatif terhadap pelajaran fisika. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Yurneti (2002):

Fisika merupakan salah satu cabang sains yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar dan menengah dan salah satu mata pelajaran yang ditakuti oleh peserta didik. Padahal, mata pelajaran fisika itu sebenarnya menarik dan dekat dengan kehidupan. Oleh sebab itu perlu penerapan metode, strategi dan model yang bervariasi dalam pembelajaran fisika, sehingga sisiwa tidak menganggap fisika adalah suatu yang perlu ditakuti Pernyataan di atas ada benarnya juga, sejauh pengalaman peneliti hal tersebut dikarenakan kebanyakan anak didik hanya menerima informasi dan penerima pasif. Sebanyak apapun bahan yang diberikan kepada anak didik,


(18)

3

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

apabila tidak diarahkan untuk dapat memahami hubungannya dengan lingkungan nyata, maka anak didik akan kurang mampu menerapakan konsep tersebut.

Menurut Commision on Education for the “21” century dalam Trianto

(2011), ada empat strategi dalam upaya menyukseskan proses pendidikan: Pertama, learning to learn, yaitu memuat bagaimana siswa mampu untuk belajar dari informasi yang ada di sekitarnya; kedua, learning to be, yaitu siswa diharapkan mampu untuk mengenali dirinya sendiri, serta mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya; ketiga, learning to do, yaitu belajar untuk melakukan aksi yang dapat menjadikan siswa lebih paham mengenai apa yang di pelajari; dan keempat, learning to be together, yaitu bagaimana kita dapat belajar dalam masyarakat yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga mampu bekerjasama dan bersaing secara sehat.

Mengacu pada konsep tersebut, idealnya proses pendidikan tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk menghapal informasi atau konsep yang diajarkan, tetapi siswa harus belajar dari apa yang sering mereka lihat dan alami dalam kehidupan sehari-hari kemudian menyelesaikan apa yang menjadi masalah dalam hal tersebut, sehingga pengalaman tersebut dapat menjadi bekal yang sangat berharga untuk proses belajar IPA.

Djamarah (2010) menjelaskan bahwa belajar sambil melakukan (learning

by doing) lebih mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang tersimpan

dalam benak anak didik akan lebih bertahan lama. Selain belajar untuk melakukan, kegiatan pembelajaran pun harus diarahkan untuk memberdayakan semua potensi pesera didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu. Dengan demikian, proses pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) berpusat pada peserta didik (Student

centered), 2) mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik, 3)

menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan dan menantang, 4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan 5) menyediakan


(19)

4

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep pengalaman belajar yang dapat mengembangkan kemampuan konsep dan keterampilan proses siswa.

Salah satu tujuan pelajaran IPA adalah agar siswa menguasai berbagai konsep dan prinsip IPA untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran fisika juga dimaksudkan untuk pembentukan sikap yang positif terhadap fisika, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari fisika lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam serta kemampuan fisika dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapan fisika dalam teknologi. Untuk mencapai tujuan tersebut, proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru perlu direncanakan dan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Tugas guru bukan hanya mengajar, tapi lebih kepada proses membelajarkan siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman belajar yang dirancang dan dipersiapkan guru. Pengalaman belajar yang dimaksud adalah pengalaman belajar yang diperoleh pancaindra yang diolah oleh kreasi pemikiran siswa. Proses belajar merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu yang ada di sekitar siswa.

Dalam kerangka itu, pengembangan pembelajaran dilakukan berdasarkan pendekatan kompetensi yang ingin dicapai. Penggunaan pendekatan ini memungkinkan desain pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan tepat. Hasil-hasil pembelajaran dinilai dan dijadikan umpan balik untuk mengadakan perubahan dan perbaikan terhadap tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Dalam konsep-konsep tertentu, terdapat pengalaman siswa yang dapat dimanfaatkan guru untuk membantu proses belajar mengajar. Pengalaman tersebut dapat dimanfaatkan oleh guru dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses siswa, yaitu melalui pembelajaran yang menekankan pada pengalaman yang sering terjadi dan dialami oleh siswa. Hal ini didasarkan


(20)

5

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada kenyataan bahwa siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep karena guru tidak menghubungkan apa yang dipelajari dengan pengalaman yang sering dijumpai siswa.

Pembelajaran yang menekankan pada pengalaman siswa dapat menjadi solusi dalam proses belajar mengajar yang mengedepankan proses dan hasil belajar secara lebih proporsional. Menurut Rustaman (2007) walaupun ada sebagian kecil guru yang sudah melaksanakan proses belajar mengajar dengan mengedepankan keterampilan proses, namun masih lebih banyak yang belum melaksanakannya. Keterampilan proses hanya baru dikenal di dalam buku tapi belum dikuasai oleh guru di lapangan.

Koes (2003) menjelaskan hasil penelitian tentang pembelajaran fisika sebagai berikut:

1. Metode yang paling dominan dalam pembelajaran fisika adalah ceramah, dengan guru sebagai pengendali dan aktif menyampaikan informasi.

2. Buku ajar sebagai inti dari pembelajaran fisika, dan tujuan guru adalah menyampaikan semua isi buku.

3. Metode penugasan dan latihan dalam fisika berada pada urutan kedua setelah ceramah.

4. Demonstrasi merupakan aktivitas pada urutan kedua yang sering digunakan guru-guru fisika. Sebagian besar demonstrasi siswa berperilaku sebagai pengamat pasif.

5. Karena keterbatasan waktu, teknik inkuiri jarang digunakan. Aktivitas siswa hanya berupa latihan dalam buku teks untuk membuktikan informasi yang diberikan oleh guru.

Hasil penelitian di atas memperlihatkan bahwa proses pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa secara aktif masih jarang digunakan, padahal keterlibatan aktif siswa di dalam pembelajaran sangat menentukan proses pengembangan konstruksi konsep siswa. Selanjutnya teknik pembelajaran yang berbasis pada pengalaman siswa pun jarang dilaksanakan di kelas, sehingga pembelajaran yang menekankan partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika yang dekat dengan lingkungan siswa tidak terjadi. Oleh


(21)

6

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep karena itu, siswa disarankan untuk melakukan eksperimen-eksperimen yang membuat siswa menemukan prinsip-prinsip tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi awal di lapangan yang menunjukan rata-rata nilai ulangan harian IPA kurang dari 30% yang mencapai KKM. Menurut pendapat peneliti, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang masih bersifat konvensional dimana siswa hanya diberikan informasi tanpa diberi peran aktif dan kurang terlibat dalam proses pembelajaran dalam arti bahwa siswa hanya sebagai “pendengar yang baik” dalam proses pembelajaran. Selan itu, guru pun kurang memanfaatkan kejadian alam ataupun fenomena fisika yang sering terjadi untuk dijadikan bahan ataupun sarana dalam menunjang keantusiasan siswa dalam pembelajaran.

Penelitian tentang pengembangan dan penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman yang dilakukan oleh Kaniawati (2011) menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman dapat meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan proses sains dan pemecahan masalah siswa pada materi pesawat sederhana. Sejalan dengan penelitian tersebut, Nuryanti (2010) menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran berbasis pengalaman ini dikembangkan dari suatu model pembelajaran berbasis masalah (PBM) yang merupakan bagian dari pembelajaran kontekstual. Pengalaman siswa yang dijadikan dasar pengamatan berupa fenomena/peristiwa yang sering dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman tersebut dijadikan bahan kajian dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilaksanakan bersifat kontekstual dan dekat dengan apa yang sering dialami siswa.

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep kalor. Pemilihan konsep kalor sebagai materi yang diteliti dikarenakan pada konsep


(22)

7

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut banyak konsep yang berkaitan dengan fenomena/kejadian yang sering dilihat, dirasakan, dan dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian dengan menerapkan suatu model yang menjadikan pengalaman siswa sebagai sarana dalam memahami suatu konsep. Judul yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah “Penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman untuk meningkatkan pemahan konsep dan keterampilan proses sains siswa”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana perbandingan peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan model pembelajaran berbasis pengalaman dan yang mendapatkan pembelajaran konvensional pada materi pokok kalor”.

Untuk mempermudah dalam membahas permasalahan penelitian, maka pertanyaan penelitian yang diajukan sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep pada materi pokok kalor antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran berbasis pengalaman dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan proses sains pada materi pokok kalor antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran berbasis pengalaman dan yang mendapatkan pembelajaran konvensional

3. Bagaimana perbandingan peningkatan pemahaman konsep pada materi pokok kalor antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran berbasis pengalaman dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?

4. Bagaimana perbandingan peningkatan keterampilan proses sains pada materi pokok kalor antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran berbasis pengalaman dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?


(23)

8

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep 5. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis

pengalaman pada materi pokok kalor? 1.3. Batasan Masalah

1. Pemahaman konsep yang diukur dalam penelitian ini menyangkut aspek translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi.

2. Peningkatan pemahaman konsep siswa ditunjukkan dengan adanya perubahan pemahaman konsep siswa yang dinyatakan dengan rata-rata gain yang dinormalisasi yang didapat dari skor pretest dan posttest.

3. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini menyangkut keterampilan-keterampilan yang diukur dengan tes tertulis.

4. Peningkatan keterampilan proses sains siswa ditunjukan dengan adanya perubahan keterampilan proses sains yang dinyatakan dengan rata-rata gain yang dinormalisasi skor pretest dan posttest.

5. Tanggapan siswa yang dimaksud adalah tanggapan terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman yang dilihat dari rata-rata frekuensi skala sikap yang dipilih. Skala sikap tanggapan siswa terdiri dari empat pilihan jawaban siswa (sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju) terhadap tiap pernyataan didasarkan pada kategori skala Likert.

1.4. Tujuan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan:

1. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa yang menerapkan model pembelajaran berbasis pengalaman dan yang mendapatkan pembelajaran konvensional.


(24)

9

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mengetahui peningkatan keterampilan proses sains yang menerapkan model pembelajaran berbasis pengalaman dan yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

3. Mengetahui perbandingan peningkatan pemahaman konsep siswa yang mendapatkan model pembelajaran berbasis pengalaman dan yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

4. Mengetahui perbandingan peningkatan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan model pembelajaran berbasis pengalaman dan yang menerapkan pembelajaran konvensional.

5. Mendapatkan gambaran tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman dalam pembelajaran IPA fisika di sekolah. 1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bukti empiris mengenai efektivitas model pembelajaran berbasis pengalaman dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains, dan untuk selanjutnya dapat dijadikan bahan untuk pengembangan model pembelajaran berbasis pengalaman di kelas.

1.6. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran berbasis pengalaman didefinisikan sebagai model pembelajaran yang menyajikan pengalaman sebagai bagian dari proses pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran berbasis pengalaman dimulai dengan 1) orientasi siswa pada pengalaman nyata, 2) penyajian model dari peristiwa yang dialami siswa, 3) penanaman konsep melalui pemberian pengalaman langsung melakukan inkuiri sains, 4) penjelasan fisis dari peristiwa yang dialami siswa, 5) penguatan dan tindak lanjut belajar. Keterlaksanaan pembelajaran diamati dengan lembar observasi.


(25)

10

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep 2. Model pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai model pembelajaran

yang biasa digunakan di sekolah tempat penelitian, yang biasanya didominasi oleh metode ceramah dan tanya jawab dimana guru cenderung lebih aktif sebagi sumber informasi bagi siswa (teacher centered) dan siswa cenderung pasif dalam menerima pembelajaran. Guru lebih banyak berperan dalam hal menerangkan materi pelajaran, memberi contoh-contoh penyelesaian soal, serta menjawab permasalahan yang diajukan siswa.

3. Pemahaman konsep merupakan ukuran kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep yang diberikan. Indikator pemahaman konsep dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis yaitu menerjemahkan, menafsirkan dan mengekstrapolasi. Pemahaman konsep siswa dapat diukur dengan menggunakan tes pemahaman konsep berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup aspek pemahaman konsep yaitu: translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi.

4. Keterampilan proses sains didefinisikan sebagai keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik (manual) maupun keterampilan sosial (Rustaman, 1997). Keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian ini diantaranya (1) mengamati, (2) meramalkan (3) menerapkan konsep (4) mengkomunikasikan (5) mengajukan hipotesis. Keterampilan-keterampilan tersebut diukur dengan menggunakan tes keterampilan proses berdasarkan indikator-indikator keterampilan proses sains yang ditinjau.

5. Tanggapan siswa dalam penelitian ialah informasi tentang respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman pada materi pokok kalor. Informasi tentang tanggapan siswa diukur melalui angket tanggapan siswa.


(26)

29

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dan metode deskriptif, metode kuasi eksperimen digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman dengan model pembelajaran konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah

Randomized Control Group Pretest-Posttest Design. seperti diperlihatkan dalam

Tabel 3.1.

Penelitian ini dilaksanakan pada dua kelas yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol, diawali dengan memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa, kemudian dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman, setelah pembelajaran selesai, dilakukan posttest untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest

O1 O3

X1 X2

O2 O4 (Sugiyono, 2009) Keterangan :

O1 : Pretest kelas eksperimen O2 : Posttest kelas eksperimen O3 : Pretest kelas kontrol O4 : Posttest kelas kontrol


(27)

30

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep X1 : Perlakuan dengan model pembelajaran berbasis pengalaman

X2 : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional Adapun alur penelitian secara garis besar ditunjukan oleh Gambar 3.1

Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran IPA

Model pembelajaran konvensional

Model pembelajaran fisika berbasis pengalaman Penentuan sampel

Kesimpulan Pengolahan dan

analisis data Penentuan Subyek

Tes awal

Tes akhir

Angket Observasi Penerapan model dalam

pembelajaran IPA fisika di SMP


(28)

31

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1. Diagram alur penelitian

3.2.Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII pada salah satu SMP di Kabupaten Tasikmalaya. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas tujuh yang terdiri dari tiga kelas. Pengambilan sampel diambil dengan teknik cluster

random sampling. Sampel penelitian diambil satu kelas untuk kelas eksperimen

dan satu kelas lagi untuk kelas kontrol. 3.3.Instrumen Penelitian

Jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa data tentang peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains melalui model pembelajaran berbasis pengalaman yang diperoleh dari normal gain hasil pretest dan posttest. Sedangkan data kualitatif berupa data tentang gambaran aktivitas guru dan siswa dalam setiap tahapan model pembelajaran berbasis pengalaman dan data mengenai tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman.

3.3.1. Tes Pemahaman Konsep

Tes yang digunakan adalah tes objektif dengan bentuk pilihan ganda. Jumlah pilihan yang diberikan sebanyak empat pilihan a,b,c, dan d. Tes ini dibuat untuk menguji pemahaman siswa terhadap materi pokok Kalor. Tes dilakukan dua kali, yaitu tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap konsep kalor, dan tes akhir untuk mengukur pemahaman konsep setelah diterapkan model pembelajaran berbasis pengalaman. Instrumen tes pemahaman konsep secara jelas dapat dilihat pada lampiran B.1.


(29)

32

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep 3.3.2. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes pilihan ganda digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa tentang materi pokok kalor. Tes ini mengacu kepada indikator keterampilan proses sains. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada saat tes awal dan pada saat tes akhir setelah pembelajaran konsep kalor. Berdasarkan data tes awal dan tes akhir dapat dihitung peningkatan keterampilan proses sains siswa sebagai hasil penggunaan kedua model pembelajaran yang dilakukan. Instrumen tes keterapilan proses sains secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B.1.

3.3.3. Lembar Observasi

Lembar observasi pembelajaran digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran yang diterapkan, yaitu untuk mengamati sejauh mana tahapan model pembelajaran berbasis pengalaman yang telah direncanakan terlaksana dalam pembelajaran. Instrumen lembar observasi dalam penelitian ini terbagi dua yaitu lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengamati aktivitas guru selama pembelajaran. Sedangkan lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran. Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan lembar daftar cek. Lembar observasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B.5.

3.3.4. Angket

Angket yang dirancang berisi tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis pengalaman. Angket ini bertujuan untuk mengungkap pendapat siswa tentang penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman, mengungkap ketertarikan siswa terhadap pembelajaran, dan mengungkap motivasi siswa akibat pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pengalaman. Angket ini menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab suatu


(30)

33

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pernyataan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S= 3, TS = 2 dan STS = 1, dan sebaliknya. Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 15 pernyataan. Dengan demikian skor maksimal yang dapat dicapai oleh siswa adalah 60 dan minimal 15.

Skor dari setiap pernyataan untuk seluruh siswa dirata-ratakan dan dinyatakan dalam bentuk persentase dengan menggunakan persamaan:

Dalam penelitian ini, penulis hanya ingin mengetahui persentase sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis pengalaman pada konsep kalor di kelas VII. Angket secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B.7.

3.4.Pengembangan Instrumen

Untuk mendapatkan sebuah tes yang baik, maka instrumen tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu. Hasil uji coba ini akan diuji validitas dan reliabilitasnya agar setiap butir soal yang akan digunakan telah memenuhi syarat. 1. Validitas

Instrumen evaluasi yang akan digunakan dituntut harus valid. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas yang baik jika hasilnya sesuai dengan kriterium, yaitu memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson (Arikunto,2006).

2 2



2 2

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rXY            (Arikunto, 2006) % 100 (%) x maksimum skor Jumlah siswa tiap skor Jumlah

Nilai  (3.1)


(31)

34

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Keterangan :

rXY = Koefisien korelasi (validitas) X = Skor tiap item soal

Y = Skor tiap siswa

Perhitungan dilakukan dengan bantuan software Anates V.4. Setelah dihitung validitasnya dengan bantuan software Anates V.4. maka didapat nilai koefisien korelasi yang selanjutnya akan diinterpretasikan terhadap tabel nilai r seperti yang ditunjukan oleh Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Interpretasi Nilai rXY

Angka Korelasi Makna

0,81< r11 ≤ 1,0 0,61 r11≤ 0,80 0,41 r11 ≤ 0,60 0,21 r11 ≤ 0,40 0,00 r11≤ 0,20

Sangat tinggi Tinggi Agak rendah Rendah Sangat rendah (Surapranata, 2005)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk menguji tingkat keajegan instrumen yang digunakan (sejauh mana instrumen tersebut dapat menghasilkan nilai yang konsisten). Pada penelitian ini untuk mencari reliabilitas instrumen uji coba soal digunakan metode belah dua dengan rumus Spearman-Brown sebagai berikut: ) 1 ( 2 2 / 21 / 1 2 / 21 / 1 11 r r r   (Arikunto, 2006) Keterangan:

r11 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

r1/21/2 = Indeks korelasi antara skor-skor setiap belahan tes (3.3)


(32)

35

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menghitung reliabilitas tes, perhitungan dilakukan dengan bantuan

software Anates V.4. Tolok ukur untuk menginterpretasikan nilai r11 adalah: Tabel 3.3

Indeks Reliabilitas

Angka Korelasi Makna

0,81< r11≤ 1,0 Sangat tinggi 0,61 r11≤ 0,80 Tinggi 0,41 r11 ≤ 0,60 Agak rendah 0,21 r11 ≤ 0,40 Rendah 0,00 r11 ≤ 0,20 Sangat rendah

(Surapranata, 2005) 3. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa yang pintar dengan siswa yang kurang pintar. Untuk mengetahui daya pembeda soal objektif digunakan rumus:

B A B B A A

P P J B J B

D   

(Arikunto, 2007: 213)

Keterangan:

D = Daya pembeda

Ba = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar Bb = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan salah Ja = Banyaknya siswa kelas atas

Jb = Banyaknya siswa kelas bawah

Untuk menghitung daya pembeda soal, perhitungannya menggunakan bantuan software Anates V.4. Hasil perhitungan diinterpretasikan dalam Table 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.4


(33)

36

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Interpretasi Nilai DP

Besarnya Nilai D Interpretasi 0,00< D ≤ 0,20 Jelek 0,21< D ≤ 0,40 Cukup 0,41< D ≤ 0,70 Baik 0,71< D ≤ 1,00 Baik Sekali

(Arikunto, 2007) 4. Uji Tingkat Kesukaran

Uji tingkat kesukaran ini dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00-1,00 dengan menggunakan rumus:

Indeks

JS B P

(Arikunto, 2007) Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh peserta tes

Perhitungan uji tingkat kesukaran dilakukan dengan menggunakan

software Anates V.4. Setelah didapat nilai P, selanjutnya nilai tersebut di cocokan

dengan kriteria tingkat kesukaran soal sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi nilai P

Nilai p Kategori

p < 0, 3 soal sukar 0,30≤ p ≤ 0,70 soal sedang

p > 0, 7 soal mudah (Surapranata, 2005)


(34)

37

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.5.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini sampel akan diberi perlakuan berupa penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman sebanyak tiga kali. Sampel akan diberi

pretest untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan awal siswa, kemudian

dilanjutkan dengan pemberian perlakuan yaitu berupa penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman dan setelah tiga pertemuan pembelajaran, terakhir kedua kelas diberi posttest dengan menggunakan instrumen yang sama seperti pada pretest. Instrumen yang digunakan sebagai pretest dan postest dalam penelitian ini merupakan instrumen untuk mengukur pemahaman konsep dan keterampilan proses sains yang telah dijudgement oleh Dosen ahli dan diuji cobakan terlebih dahulu.

Untuk mengumpulkan data tentang keterlaksanaan model pembelajaran berbasis pengalaman maka digunakan lembar pengamatan. Lembar pengamatan yang digunakan berupa lembar pengamatan aktivitas guru dan lembar pengamatan aktivitas siswa. Lembar pengamatan digunakan sebagai teknik pengumpulan data keterlaksanaan model pembelajaran berbasis pengalaman berkenaan dengan perilaku siswa, proses kerja, gejala-gejala yang terjadi di dalam kelas.

Selanjutnya, untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman, seluruh siswa akan diberi angket yang berisi tentang tanggapan mereka (siswa) mengenai model pembelajaran berbasis pengalaman yang meliputi: (1) persepsi siswa tentang model pembelajaran berbasis pengalaman, (2) ketertarikan siswa terhadap model pembelajaran berbasis pengalaman, (3) motivasi akibat penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3. 6

Teknik Pengumpulan Data No Sumber

Data


(35)

38

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep 1. Siswa Pemahaman

konsep siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan

Pretest dan Posttest Butir soal pilihan ganda yang memuat pemahaman konsep siswa.

2. Siswa Keterampilan proses sains siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan.

Pretest dan Posttest Butir soal pilihan ganda yang memuat kemampuan

keterampilan proses sains.

3. Siswa Tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman

Kuesioner Angket yang memuat

pernyataan-pernyataan yang dapat menjaring tanggapan siswa terhadapa model 4. Guru Keterlaksanaan

model

pembelajaran berbasis pengalaman

Observasi/pengamatan Pedoman observasi aktivitas guru selama pembelajaran sesuai dengan RPP dan LKS yang dikembangkan.

3.6.Teknik Analisis Data 3.6.1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa skor tes awal (pretest) dan skor tes akhir (posttest) pemahaman konsep dan keterampilan proses sains. Data skor pretest dan postest dilakukan normalisasi gain dengan menggunakan rumus:

Nilai gain ternormalisasi dimasukan/dicocokan kedalam kriteria penilaian hasil perhitungan gain ternormalisasi yang dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7

Kriteria Gain yang Dinormalisasi


(36)

39

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

N-Gain Kriteria

G ≥ 0,7 0,3< G < 0,7

G < 0,3

Tinggi Sedang Rendah

3.6.2. Uji Hipotesis

Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu nilai rata-rata pretest siswa pada kelas eksperimen dengan pretest siswa pada kelas kontrol, nilai rata-rata posttest siswa pada kelas eksperimen dengan nilai rata-rata posttest siswa pada kelas kontrol, dan uji kesamaan rata-rata untuk gain yang dinormalisasi. Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows versi 16.0 yaitu uji-t dua sampel independen (Independent-Sample t Test)

Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen: (Uyanto, 2009) 1. Dengan Asumsi kedua variance sama besar (equal variances assumed) :

       y x p n n S y x t 1 1

dengan derajat kebebasan: nx + ny -2 2 ) 1 ( ) 1

( 2 2

      y x y y x x p n n S n S n S

Keterangan : nx = besar sampel pertama ny = besar sampel kedua

2. Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar (equal variances not

assumed) :        y y x x n S n S y x t 2 2 (3.7) (3.8) (3.9)


(37)

40

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Apabila data tidak berdistribusi normal maka dipakai uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney (Ruseffendi, 1998).

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program

SPSS for windows versi 16.0. Sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis

inferensial), terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa kedua kelas. Dalam penelitian uji normalitas data akan menggunakan One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

kesamaan varians kedua kelas. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene test, kemudian dilakukan uji-t. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dipakai untuk membandingkan perbedaan dua rata-rata.

3.6.3. Data Kualitatif

Data yang diperoleh melalui lembar pengamatan dan angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat kategori SS (Sangat Setuju) diberi skor 4, S (Setuju) diberi skor 3, TS (Tidak Setuju) diberi skor 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif kategori STS diberi skor tertinggi, makin menuju ke SS skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:

1. Menghitung skor angket yang diperoleh siswa yang mengacu pada tabel 3.8 di bawah ini:

Tabel 3.8 Skor Angket Likert

No Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

1 Positif 4 3 2 1


(38)

41

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Skor angket yang telah dihitung diubah ke dalam nilai persentase (%) dengan cara:

3. Menafsirkan nilai prosentase (%) ke dalam kategori skor kuantitatif angket yang bisa dilihat dalam tabel 3.9 di bawah ini:

Tabel 3.9

Skor Kuantitatif Angket Kategori tanggapan Persentase

Baik sekali Baik Cukup Kurang

Jelek

80 % – 100% 60% - 79% 40 % – 59% 21% - 31%

0% - 20%

Ridwan (Mira, 2009) 3.7.Hasil Uji Coba Instrumen

Setelah dilaksanakan uji coba instrumen, selanjutnya dilakukan perhitungan validitas butir soal, validitas butir soal, daya pembeda dan tingkat kesukaran instrumen tes menggunakan software Anates V4.

3.7.1.Pemahaman Konsep

Instrumen tes pemahaman konsep yang telah di judgement oleh Dosen ahli kemudian diujicoba. Setelah dilakukan ujicoba didapat hasil ujicoba yang tercantum dalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Hasil Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep %

100

(%) x

maksimum skor

Jumlah

siswa tiap skor Jumlah


(39)

42

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep No

Soal

D.Pembeda (%)

Tingkat Kesukaran

Validitas Makna Ket

1 0.00 Sedang 0.152 Sangat rendah Dibuang 2 100.00 Sedang 0.756 Tinggi Digunakan

3 40.00 Sukar 0.523 Sedang Dibuang

4 80.00 Sedang 0.609 Tinggi Digunakan 5 100.00 Sedang 0.822 Sangat tinggi Digunakan 6 80.00 Sedang 0.609 Tinggi Digunakan 7 40.00 Mudah 0.427 Sedang Digunakan 8 40.00 Sedang 0.414 Rendah Dibuang 9 100.00 Sedang 0.650 Tinggi Digunakan 10 40.00 Sedang 0.283 Rendah Dibuang 11 60.00 Sedang 0.573 Sedang Digunakan 12 60.00 Sedang 0.500 Sedang Digunakan 13 0.00 Sukar 0.012 Sangat rendah Dibuang 14 80.00 Sedang 0.486 Sedang Digunakan 15 60.00 Mudah 0.427 Sedang Digunakan 16 60.00 Sedang 0.598 Sedang Digunakan 17 40.00 Sedang 0.348 Rendah Direvisi 18 100.00 Sedang 0.755 Tinggi Digunakan 19 60.00 Sedang 0.457 Sedang Digunakan 20 40.00 Sedang 0.459 Sedang Digunakan

Kriteria instrumen yang digunakan untuk dijadikan instrumen penelitian adalah berdasar pada 1) validitas soal, 2) saran Dosen ahli, 3) proporsi tiap aspek/indikator. Berdasarkan hasil uji coba tes pemahaman konsep, ada tiga soal yang validitasnya rendah dan sangat rendah, yaitu no 1, dan 13. Untuk soal no 3. Untuk soal no 8 dan 10 validitasnya rendah. Untuk no 3 karena proporsi untuk aspek translasi dan ada soal sejenis, maka dibuang, sehingga ada lima soal yang dibuang yaitu: 1, 3, 8, 10, 13 dibuang. Untuk soal 17 validitasnya termasuk kategori rendah, tapi direvisi dipergunakan sebagai instrument penelitian. Untuk validitas tes didapat 0,90 yang termasuk kategori tinggi.


(40)

43

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen tes keterampilan proses sains yang telah di judgement oleh Dosen ahli kemudian diujicoba. Setelah dilakukan ujicoba didapat hasil ujicoba yang tercantum dalam Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Hasil Uji Coba Instrumen Keterampilan Proses Sains No

Soal

D.Pembeda (%)

Tingkat kesukaran

Validita s

Makna Ket

1 100.00 Sedang 0.893 Sangat tinggi Digunakan 2 100.00 Sedang 0.665 Tinggi Digunakan 3 100.00 Sedang 0.832 Sangat tinggi Digunakan 4 0.00 Sangat Sukar -0.007 Sangat rendah Dibuang 5 80.00 Sukar 0.813 Sangat tinggi Digunakan 6 100.00 Sedang 0.802 Sangat tinggi Digunakan 7 -20.00 Sedang -0.156 Sangat rendah Dibuang

8 80.00 Sedang 0.692 Tinggi Digunakan

9 60.00 Sangat Sukar 0.678 Tinggi Digunakan

10 80.00 Sukar 0.657 Tinggi Digunakan

11 40.00 Mudah 0.245 Rendah Direvisi

12 80.00 Sedang 0.710 Tinggi Digunakan

13 60.00 Mudah 0.374 Rendah Direvisi

14 60.00 Sukar 0.691 Tinggi Digunakan

15 80.00 Sukar 0.786 Tinggi Digunakan

16 40.00 Sedang 0.506 Sedang Digunakan

17 60.00 Sedang 0.451 Sedang Digunakan

Sama seperti kriteria pada instrumen pemahaman konsep, kriteria instrumen yang digunakan untuk dijadikan instrumen penelitian keterampilan proses sains juga berdasar pada 1) validitas soal, 2) saran Dosen ahli, 3) proporsi tiap aspek/indikator. Berdasarkan hasil ujicoba instrumen tes keterampilan proses sains, ada dua soal yang dibuang yang validitasnya sangat rendah/jelek, yaitu no 24 dan 27. Untuk soal no 11 dan 13 direvisi selanjutnya dipergunakan dalam instrumen penelitian. Untuk reliabilitas didapat nilai 0,92 yang termasuk kategori tinggi.


(41)

67

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemahaman konsep siswa yang mendapatkan model pembelajaran berbasis pengalaman dan yang mendapatkan pembelajaran konvensional mengalami peningkatan dengan kategori sedang.

2. Keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman dan yang mendapatkan pembelajaran konvensional mengalami peningkatan dengan kategori sedang.

3. Model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pada materi pokok kalor dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional

4. Model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterapilan proses sains pada materi pokok kalor dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional

5. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis pengalaman pada materi pokok kalor termasuk kedalam kategori baik sekali, hal ini disebabkan sebagian besar siswa sangat setuju terhadap penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman.

5.2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman padamateri pokok kalor, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran berbasis pengalaman menuntut guru untuk menguasai berbagai keterampilan mengoperasikan alat-alat praktikum, oleh karena itu sebaiknya


(42)

68

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

guru mempersiapkan sebaik mungkin dalam keterampilan mengoperasikan alat dan dalam persiapan alat untuk kegiatan praktikum.

2. Guru sebaiknya memberikan pengarahan terlebih dahulu mengenai tata tertib di laboratorium, agar kegiatan praktikum berjalan dengan baik dan untuk menghindari kerusakan alat-alat praktikum oleh siswa.

3. Dalam mengukur indikator keterampilan proses sains mengkomunikasikan, selain menggunakan tes tertulis sebaiknya diukur pula melalui membaca dan berbicara dalam arti komunikasi siswa selama proses pembelajaran atau melakukan wawancara mengenai konsep yang dipelajari sehingga keterampilan proses sains mengkomunikasikan tidak hanya diukur melalui tulisan saja.

4. Dalam langkah Penanaman konsep melalui pemberian pengalaman langsung melalui inkuiri sains, praktikum kelompok mengalami kendala yang disebabkan belum terbiasanya siswa melakukan praktikum sehingga membutuhkan waktu yang banyak. Oleh karena itu, sebaiknya guru dibantu oleh laboran agar proses kegiatan praktikum dapat berjalan sesuai rencana dan agar setiap kelompok mendapat bimbingan yang maksimal.

5. Banyak siswa yang lemah dalam matematika, sehingga guru ataupun peneliti yang ingin mengembangkan instrumen pemahaman konsep dan keterampilan proses sains hendaknya menghindari membuat soal yang membutuhkan penyelesaian matematika.


(43)

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Abduhzen. (2013). “Kurikulum 2013, Profesionalisme Guru antara Harapan

Kenyataan”. Suara Guru (Edisi Mei-Juni 2013)

Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan

Metode “Discovery” dan “Inquiry bagian I. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Bloom, B.S. (1979). Taxonomy Of Educational Objectives. London: Longman Group Ltd.

Dahar, R. W. (1985). Kesiapan Guru Mengajarkan Sains di SD ditinjau dari Segi

Pengembangan Keterampilan Proses Sains. Disertasi pada PPS IKIP

Bandung: Tidak diterbitkan.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung: Penerbit Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, S.B. (2010). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu

Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.

Funk, James H. (1979). Learning Science Process Skill. Lowa: Kendali/Hunt Publishing.

Hofstein, et.al. (2005). “Developing Student’s Ability to Ask More and Better

Question Resulting Inquiry Type Chemistry Laboratories”. Journal of Science


(44)

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Holzer, M. dan Raul, H.A. (2000). “Experiental Learning in Mechanics With Multimedia. International Journal England Education 16 No.5. Printed in Great Britain.

Indrawati. (2007). Keterampilan Berpikir Dasar. Jakarta. Depdiknas

Kaniawati, I. Tayubi, Y. R. dan Hikmat. (2011). Pembelajaran Fisika Berbasis

Pengalaman untuk Mengembangkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Pemecahan Masalah. Bandung: Laporan

Penelitian.

Koes, S. (2003). Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang.

Kolb, D. 1984. Experiential learning. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ.

Meltzer, E. David. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation And

Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible Hidden Variable In Diagnostic Pretest Score. American Journal Physics. 70(2), 1259-1268.

Nurhadi. Yasin, B. dan Senduk, A. G. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan

Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Nurhayati. (2010). Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman untuk Meningkatkan

Konsep Pesawat Sederhana dan Keterampilan Proses Sains. Tesis SPS UPI.

tidak diterbitkan.

Nuryanti, L. (2010). Model Pembelajaran Experiental Kolb untuk meningkatkan

penguasaan konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Pada Konsep Kalor. Tesis UPI: tidak diterbitkan.

Ridwan, M. (2009). Hubungan hasil belajar dengan sikap siswa terhadap

pembelajaran metode gasing. Skripsi UIN SGD Bandung: tidak diterbitkan.

Roy, J. Richards, D. and Pisan, Y (2002). “Helping Teachers implement Experience

Based Learning”. Journal of Computer Society. 02,(0)-7695-1509-6/02. Ruhimat, T, et al. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Rajawali Press. Rustaman, N. (1995). Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains.


(45)

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Rustaman, N. (2007). Keterampilan Proses Sains. Makalah Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rustaman, N. et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Biologi FPMIPA UPI.

Stauffer, Rusell G. (1970). Language experience, Approach to the teaching of

reading. Newyork: Harper&Row. www.jstor.org/stable/20192891. [1 Mei 2013]

Sugiyarto, T. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2004). Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Sund, R.B & Trowbridge, Leislie, W. (1973). Teaching Science By Inquiry In The

Secondary School. Colombus. Charles C. Merill Publishing.

Surapranata, S. (2005). Analisis Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes

Implementasi Kurikulum 2004. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Syafriani, S. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman dengan

Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Tesis. tidak diterbitkan

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Www. Google.com


(46)

Irwan Muhammad Ridwan, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yurneti, J. (2002). Pembelajaran Kooperatif Sebagai Model Alternatif dalam

Pembelajaran Fisika. Jurnal Fisika HFI. B5, (0561), 1-4. Tersedia online di:


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemahaman konsep siswa yang mendapatkan model pembelajaran berbasis pengalaman dan yang mendapatkan pembelajaran konvensional mengalami peningkatan dengan kategori sedang.

2. Keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman dan yang mendapatkan pembelajaran konvensional mengalami peningkatan dengan kategori sedang.

3. Model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pada materi pokok kalor dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional

4. Model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterapilan proses sains pada materi pokok kalor dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional

5. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis pengalaman pada materi pokok kalor termasuk kedalam kategori baik sekali, hal ini disebabkan sebagian besar siswa sangat setuju terhadap penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman.

5.2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman padamateri pokok kalor, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran berbasis pengalaman menuntut guru untuk menguasai berbagai keterampilan mengoperasikan alat-alat praktikum, oleh karena itu sebaiknya


(2)

68

guru mempersiapkan sebaik mungkin dalam keterampilan mengoperasikan alat dan dalam persiapan alat untuk kegiatan praktikum.

2. Guru sebaiknya memberikan pengarahan terlebih dahulu mengenai tata tertib di laboratorium, agar kegiatan praktikum berjalan dengan baik dan untuk menghindari kerusakan alat-alat praktikum oleh siswa.

3. Dalam mengukur indikator keterampilan proses sains mengkomunikasikan, selain menggunakan tes tertulis sebaiknya diukur pula melalui membaca dan berbicara dalam arti komunikasi siswa selama proses pembelajaran atau melakukan wawancara mengenai konsep yang dipelajari sehingga keterampilan proses sains mengkomunikasikan tidak hanya diukur melalui tulisan saja.

4. Dalam langkah Penanaman konsep melalui pemberian pengalaman langsung melalui inkuiri sains, praktikum kelompok mengalami kendala yang disebabkan belum terbiasanya siswa melakukan praktikum sehingga membutuhkan waktu yang banyak. Oleh karena itu, sebaiknya guru dibantu oleh laboran agar proses kegiatan praktikum dapat berjalan sesuai rencana dan agar setiap kelompok mendapat bimbingan yang maksimal.

5. Banyak siswa yang lemah dalam matematika, sehingga guru ataupun peneliti yang ingin mengembangkan instrumen pemahaman konsep dan keterampilan proses sains hendaknya menghindari membuat soal yang membutuhkan penyelesaian matematika.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abduhzen. (2013). “Kurikulum 2013, Profesionalisme Guru antara Harapan

Kenyataan”. Suara Guru (Edisi Mei-Juni 2013)

Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan

Metode “Discovery” dan “Inquiry bagian I. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Bloom, B.S. (1979). Taxonomy Of Educational Objectives. London: Longman Group Ltd.

Dahar, R. W. (1985). Kesiapan Guru Mengajarkan Sains di SD ditinjau dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains. Disertasi pada PPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung: Penerbit Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, S.B. (2010). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.

Funk, James H. (1979). Learning Science Process Skill. Lowa: Kendali/Hunt Publishing.

Hofstein, et.al. (2005). “Developing Student’s Ability to Ask More and Better

Question Resulting Inquiry Type Chemistry Laboratories”. Journal of Science


(4)

Holzer, M. dan Raul, H.A. (2000). “Experiental Learning in Mechanics With Multimedia. International Journal England Education 16 No.5. Printed in Great Britain.

Indrawati. (2007). Keterampilan Berpikir Dasar. Jakarta. Depdiknas

Kaniawati, I. Tayubi, Y. R. dan Hikmat. (2011). Pembelajaran Fisika Berbasis Pengalaman untuk Mengembangkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Pemecahan Masalah. Bandung: Laporan Penelitian.

Koes, S. (2003). Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang.

Kolb, D. 1984. Experiential learning. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ.

Meltzer, E. David. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation And Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible Hidden Variable In Diagnostic Pretest Score. American Journal Physics. 70(2), 1259-1268. Nurhadi. Yasin, B. dan Senduk, A. G. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan

Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. Nurhayati. (2010). Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman untuk Meningkatkan

Konsep Pesawat Sederhana dan Keterampilan Proses Sains. Tesis SPS UPI. tidak diterbitkan.

Nuryanti, L. (2010). Model Pembelajaran Experiental Kolb untuk meningkatkan penguasaan konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Pada Konsep Kalor. Tesis UPI: tidak diterbitkan.

Ridwan, M. (2009). Hubungan hasil belajar dengan sikap siswa terhadap pembelajaran metode gasing. Skripsi UIN SGD Bandung: tidak diterbitkan.

Roy, J. Richards, D. and Pisan, Y (2002). “Helping Teachers implement Experience

Based Learning”. Journal of Computer Society. 02,(0)-7695-1509-6/02. Ruhimat, T, et al. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Rajawali Press. Rustaman, N. (1995). Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains.


(5)

Rustaman, N. (2007). Keterampilan Proses Sains. Makalah Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rustaman, N. et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Biologi FPMIPA UPI.

Stauffer, Rusell G. (1970). Language experience, Approach to the teaching of

reading. Newyork: Harper&Row. www.jstor.org/stable/20192891. [1 Mei

2013]

Sugiyarto, T. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2004). Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Sund, R.B & Trowbridge, Leislie, W. (1973). Teaching Science By Inquiry In The Secondary School. Colombus. Charles C. Merill Publishing.

Surapranata, S. (2005). Analisis Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Syafriani, S. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman dengan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Tesis. tidak diterbitkan

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Www. Google.com


(6)

Yurneti, J. (2002). Pembelajaran Kooperatif Sebagai Model Alternatif dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Fisika HFI. B5, (0561), 1-4. Tersedia online di: http://hfi.fisika.net. [25 Januari 2008].


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP

11 78 199

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN PEMAHAMAN Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Konsep Matematika (PTK Pada Siswa Kel

0 2 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN PEMAHAMAN Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Konsep Matematika (PTK Pada Siswa Kela

0 1 13

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA.

0 0 39

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN DENGAN PENDEKATAN INKUIRI PADA MATERI CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

0 0 50

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP GELOMBANG SISWA SMP.

0 0 55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 34

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PEMBIASAN CAHAYA DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP.

0 2 41

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS.

0 1 37

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FLUIDA STATIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 2 32