PENGAJARAN PELAFALAN BAHASA PERANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARTIKULATORIS : Studi Eksperimen pada Mahasiswa Tingkat I Program Pendidikan Bahasa Prancis Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 1999-2000.
PENGAJARAN PELAFALAN BAHASA PERANCIS DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL ARTIKULATORIS
(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Tingkat I Program Pendidikan Bahasa
Perancis Universjtas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 1999-2000)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Penyelesaian Program Magister
Pendidikan pada Program Studi Pengajaran Bahasa Indonesia
Oleh:
YULIARTI MUTIARSIH
NIM : 979648
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2000
LEMBARAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Disetujui untuk mengikuti Ujian Tahap II
Prof. Dr. H. Yus Rusvana
Pembimbing I
Prof. Dr. Hi. Svamsunuwiyati Mar'at
Pembimbinq II
ABSTRAK
Bahasa Perancis sebagai bahasa asing yang dipelajari secara formal baik di
Sekolah Menengah Umura maupun di Perguruan Tinggi mempunyai sistem bunyi
yang sangat berbeda dengan sistem bunyi bahasa Indonesia. Kesulitan pertama
yang ditemukan oleh pembelajar bahasa Perancis sebagai bahasa asing adalah
adanya perbedaan antara pelafalan bahasa Indonesia dan pelafalan bahasa
Perancis.
Pengajaran pelafalan di Program Pendidikan Bahasa Perancis terdapat
pada mata kuliah Lire I (Pemahaman Teks Dasar), mahasiswa diperkenalkan
sekilas tentang pelafalan vokal dan konsonan bahasa Perancis, dengan kata lain
pengajaran mata kuliah ini menitikberatkan pada pemahaman teks bukan pada
pelafalan, sehingga masih banyak ditemukan mahasiswa yang melakukan
kesalahan dalam pelafalan fonem, kata, dan rangkaian kata.
Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian yang berjudul "Pengajaran
Pelafalan Bahasa Perancis dengan Menggunakan Model Artikulatoris". Masalah
pokok dalam penelitian ini adalah kesulitan dalam melafalkan fonem, kata, dan
rangkaian kata bahasa Perancis serta usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan
tersebut dengan menggunakan model artikulatoris.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain "pre-test
and post-test design". Metode tersebut dipergunakan untuk mengujicobakan
model artikulatoris sebagai model pengajaran pelafalan bahasa Perancis,
sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah studi pustaka, tes, dan angket.
Tes yang berupa tes pelafalan terdiri dari dua jenis yaitu pra-tes dan pos-tes. Dari
analisis pra-tes diketahui bahwa mahasiswa tingkat I semester II mengalami
kesulitan dalam pelafalan fonem, kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka digunakan model artikulatoris.
Dari hasil pos-tes dapat diketahui bahwa adanya peningkatan hasil sebelum dan
sesudah pemberian perlakuan, hal ini terlihat dari hasil kegiatan belajar mengajar
setelah dan sebelum menggunakan model artikulatoris dan dari perbedaan antara
hasil pra-tes dan pos-tes yang signifikan : t hitung > t tabel•
DAFTAR ISI
Halaman
KATAPENGANTAR
i
UCAPAN TERIMA KASIH
11
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
vii
BAB T PENDAHUUJAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Rumusan Masalah
5
1.3 Pentingnya Masalah
5
1.4 Tujuan Penelitian
6
1.5 Manfaat Penelitian
7
1.6 Anggapan Dasar
.'
7
1.7 Hipotesis
8
1.8 Definisi Operasional
8
1.9 Metodologi Penelitian
8
1.9.1 Metode Penelitian
8
1.9.2 Teknik Penelitian
9
1. Angket
9
2. Studi Pustaka
9
3. Tes
9
BAB II LANDASAN TEORETIS
2.1 Fonetik
10
2.1.1 Pengertian Fonetik
10
2.1.2 Berbagai Cabang Fonetik
10
iv
2.2 Pembentukan Bunyi Bahasa
11
2.2.1 Sistem Bunyi Bahasa Perancis
13
2.2.2 Sistem Ejaan Bahasa Perancis
29
2.2.2.1 Ejaan Bahasa Perancis Menuliskan Bunyi
30
2.3 Tempat dan Cara Produksi Bunyi Vokal, Konsonan, dan
Semi Vokal Bahasa Perancis
39
2.4 Deskripsi Ramalan Kesulitan-kesulitan Bahasa Perancis
42
2.5 Model Pengajaran Bahasa
47
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
55
3.2 Populasi dan Sampel
55
3.3 Instrumen Penelitian
56
3.3.1 Instrumen Perlakuan
3.3.1.1 Model Artikulatoris I
3.3.2 Instrumen Tes
56
56
73
3.3.2.1 Rekapitulasi Bahan Tes
73
3.3.2.2 Tabel Pokok Uji
73
3.3.2.3 Tabel Perimbangan
74
3.3.2.4 Tabel Kisi-kisi Soal
74
3.3.3 Angket
3.4 Prosedur Pelaksanaan Tes Pelafalan Bahasa Perancis
3.4.1 Cara Koreksi dan Penilaian Tes Ucapan
74
75
75
3.5 Penilaian Butir-butir Soal
76
3.6 Analisis Data
77
BAB IV ANALISIS DATA
4.1 Deskripsi dan Analisis Hasil Pra-tes Pelafalan Bahasa Perancis
78
4.1.1 Pelafalan Fonem
79
4.1.2 Pelafalan Kata
88
4.1.3 Pelafalan PasanganKata
92
4.1.4 Pelafalan Rangkaian Kata
98
4.2 Deskripsi dan Analisis Hasil Pos-tes Pelafalan Bahasa Perancis
102
4.2.1 Pelafalan Fonem
102
4.2.2 Pelafalan Kata
107
4.2.3 Pelafalan Pasangan Kata
109
4.2.4 Pelafalan Rangkaian Kata
114
4.3 Analisis Perhitungan Hasil Tes
118
4.4 Analisis Model Artikulatoris II
120
BAB V PEMBAHASAN
170
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
172
6.2 Saran-saran
174
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1
Tabel Pembeda Vokal Oral dan Nasal Bahasa
Perancis
16
Tabel Pembeda Konsonan Bahasa Perancis
22
Tabel
2
Tabel
3
: Rekapitulasi Bahan Tes
73
Tabel
4
: Pokok Uji
73
Tabel
5
: Perimbangan Tes
74
Tabel
6
:
Kisi-kisi Soal
74
Tabel
7
Kisi-kisi Angket Penelitian
75
Tabel
8
Ketidaktepatan dan
Ketepatan Pelafalan Fonem
dalam Pra-tes
Tabel
9
79
: Persentase Ketidaktepatan Pelafalan Fonem dalam
Pra-tes
Tabel
10
83
Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Kata dalam
Pra-tes
Tabel
11
88
: Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Kata dalam Pra-tes
Tabel
12
90
Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Pasangan
Kata dalam Pra-tes
Tabel
13
92
Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Pasangan Kata dalam Pra-tes
Tabel
14
Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Rangkaian
Kata dalam Pra-tes
Tabel
15
95
98
Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Ranekaian Kata dalam Pra-tes
VI!
100
Tabel
16
: Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Fonem
dalam Pos-tes
Tabel
17
102
: Persentase Ketidaktepatan Pelafalan Fonem dalam
Pos-tes
Tabel
18
105
: Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Kata dalam
Pos-tes
Tabel
19
107
: Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Kata dalam Pos-tes
Tabel
20
108
: Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Pasangan
Kata dalam Pos-tes
Tabel
21
109
: Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Pasangan Kata dalam Pos-tes
Tabel
22
: Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Rangkaian
Kata dalam Pos-tes
Tabel
Tabel
23
24
Ill
114
: Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Rangkaian Kata dalam Pos-tes
115
: Analisis Perhitungan Hasil Tes
118
VI it
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Bahasa yang digunakan manusia di dunia tidak hanya satu macam, hal ini
disebabkan oleh masing-masing bangsa minimal memiliki satu bahasa. Pada
umumnya manusia berkomunikasi melalui bahasa dengan cara berbicara atau
menulis. Apabila komunikasi itu dengan tulisan, tidak ada alat yang ikut terlibat
tetapi
kalau komunikasi tersebut diiakukan secara lisan, maka alat ucap
memegang peranan yang sangat penting.
Sebagai alat komunikasi, bahasa sangat dibutuhkan manusia, oleh karena
itu manusia tidak dapat melepaskan diri dan terlepas dari bahasa. Menurut Goiys
Keraf (1986: 16), bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa
lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Lebih lanjut Joseph A. De Vito (1970:7) dalam Chaedar Alwasilah
(1993:79), menyatakan bahasa itu ujaran dan merupakan media bahasa yang
terpenting dalam berbahasa.
Dalam pandangan Ferdinand de Saussure bahasa sebagai sistem tanda
selalu terdiri atas petanda (signifie) dan penanda (signifiant). Petanda itu tidak
lain ialah konsep sedangkan penanda berupa gambaran akustik yang diwujudkan
dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa.
Banyak linguis mengemukakan pendapat bahwa bunyi adalah sarana yang
lebih mudah bagi perkembangan bahasa daripada setiap alternatif yang tersedia.
Berbeda dengan isyarat-isyarat atau substansi lain apa pun perbedaanperbedaannya dapat ditangkap dengan indra penglihat ; bunyi tidak tergantung
pada kehadiran sumber cahaya dan tidak begitu sering terhaiang oleh benda-benda
di hadapannya, oleh karena itu cocok digunakan untuk berkomunikasi pada
malam maupun siang hari. Berbeda pula dengan berbagai macam substansi yang
tergantung pada indra peraba untuk
membuat
dan menangkap perbedaan-
perbedaannya, bunyi tidak menuntut pengirim dan penerima agar berdekatan dan
membiarkan tangan bebas melakukan tugas-tugas lain (John Lyons, 1995:63).
Dari pendapat tersebut
di atas secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa salah satu unsur penting yang terdapat dalam bahasa adalah bunyi, baik
bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa sebagai sistem ujaran maupun bahasa
sebagai sistem tanda.
Para pendukung hipotesis analisis kontrastif (dalam Tarigan, 1995:23)
mengemukakan bahwa dalam pembelajaran bahasa kedua khususnya bahasa asing
dapat terjadi transfer positif dan transfer negatif. Transfer positif terjadi tatkala
dua bahasa atau lebih serupa, dan apabila bahasa-bahasa itu berbeda, maka
transfer negatif
yang
muncul. Dengan perkataan lain, pada waktu terjadi
penguasaan bahasa kedua (bahasa asing) semua unsur bahasa yang mirip baik
bentuk, arti maupun distribusi akan mempercepat proses belajar bahasa kedua
(transfer positif), sedangkan unsur-unsur bahasa yang berbeda dari bahasa
pertama diduga akan menjadi penghambat (transfer negatif).
Menurut Lado (1977:12) ada kecenderungan
pada pembelajar
untuk
mentransfer sistem bahasanya sendiri ke dalam sistem bahasa yang sedang
mereka pelajari. Unsur-unsur yang ditransfer ke dalam bahasa kedua itu ialah
fonem-fonem beserta varian-variannya, pola-pola tekanan kata dan ritme, transisi,
pola-pola intonasi beserta hubungan-hubungannya dengan fonem-fonem lain.
Berkenaan dengan pembelajaran bahasa khususnya bahasa asing, Samsuri
(1993:8) menegaskan bahwa bahasa asing sebaiknya diajarkan
dengan dasar
mendengar dan menirukan ucapan-ucapannya, dan kemampuan membaca serta
menulis harus dibangun atas dasar penguasaan bahasa secara lisan.
Guy CAPELLE (dalam Leon, 1964:xii) mengemukakan bahwa pengajaran
pelafalan harus diberikan pada awal pengajaran bahasa. Hal ini sejalan dengan
pendapat Leon bahwa pengajaran pelafalan harus menjadi bagian di kelas bahasa
Perancis sebagai bahasa asmg, karena pengajaran pelafalan merupakan syarat
dalam penguasaan dua kemampuan berbahasa, yaitu penguasaan menyimak dan
berbicara (1964:1). Beliau mengemukakan pula bahwa apa pun metode yang
digunakan, pengajaran fonetik dapat menjadi bagian materi pengajaran bahasa,
dan diberikan tidak hanya kepada pemula tetapi juga kepada semua tingkat.
Bahasa Perancis sebagai bahasa asing yang dipelajari secara formal baik
di Sekolah Menengah Umum maupun di Perguruan Tinggi mempunyai sistem
bunyi yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Perbedaan sistem bunyi pada
kedua bahasa tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi pembelajar. Kesulitan
pertama yang paling sederhana bagi seseorang yang mempelajari bahasa Perancis
adalah adanya perbedaan pelafalan pada bahasa Indonesia dan bahasa Perancis.
Dalam sistem bunyi bahasa Perancis dengan jelas dibedakan secara
fonemik antara [v] - [fj,
[z] - [s],
[u] - [y],
[o] - [3],
[s] - [f], [oe] -[»],
dan Iain-lain. Misalnya, untuk melafalkan kata-kata base [baz], basse [bas],
bache, terdapat tiga fonem konsonan berbeda yaitu Izl, Is/, Iff, kemudian kata rue
[Ry] dan ragaSsj •
Mulut terbuka
1 •
Bibir lebih ditarik dari [e]
N
!
i
/
v
/
V
[a]
(
1
|
(~>\
i
^^
jcfl^S^^fe
\
\
•
] •
Mulut terbuka
1
Bibir sedikit tersenyum
S? A
i
/
/
Lidah ditekan antara gigi bawah
•
61
Lidah diletakkan di belakang gigi bawah
[a]
Mulut terbuka
Bibir bulat tanpa keluar udara
\ * Lidah ditekan.
pada pangkal gigi bagian
3 !
bawah
Mulut terbuka
Bibir agak bundar, sangat lemas (tidak tegang)
[0]
Lidah sangat menurun
Mulut hampir tertutup
Bibir ke depan dan bulat
[u]
Lidah berada di belakang, ujungnya berada di
bawah
Mulut hampir tertutup
Bibir dimajukan ke depan
62
\ • Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah
Mulut hampir tertutup
Bibir dibulatkan, ditempelkan pada gigi
v
Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah
[0]
i
Of
_rtv»
m
Mulut sedikit tertutuup dari [ y ]
Bibir dibulatkan menempel pada gigi
v
Lidah ditekan di antara gigi bagian bawah
M
Mulut lebih terbuka lebar
Bibir dibulatkan
[ex]
Lidah ditekan di antara gigi bagian bawah
Mulut terbuka
Bibir dibulatkan
63
Lidah ditekan antara gigi bagian bawah
[e]
s>>
Mulut terbuka lebar
,1,
'¥'1
Iv/
[a]
Bibir tersenyum
Udara dilepas melalui hidung
Lidah sedikit diturunkan
Mulut agak terbuka
Bibir bulat tanda gerakan ujung bibir
Udara dilepas melalui hidung
X
Lidah sangat menurun
Mulut hampir tertutup
Bibir dibulatkan dan dimajukan ke depan
Udara dilepas melalui hidung
Lidah dimajukan
Mulut terbuka
Bibir bulat
Udara dilepas melalui hidung
64
[p]
\ • Bibir bawah merapat pada bibir atas
Biarkan terbuka sehingga udara lepas
Pita suara tidak bergetar
\i
/
Bibir bawah merapat pada bibir atas
-r~—[b]
Biarkan terbuka sehingga udara lepas
• Pita suara bergetar
,.
[t]
• Daun lidah menempel pada gusi atas laiu ditarik
ke bawah
• Biarkan udara iepas
•
Pita suara tidak bergetar
/
/
\
• Daun lidah menempel pada gusi atas laiu ditarik
[d]
ke bawah
•
Biarkan udara lepas
•
Pita suara bergetar
65
Ujung lidah berada di bawah
Pangkal lidah menempel pada langit-langit laiu
ditarik
Biarkan udara lepas
Pita suara tidak bergetar
• Ujung lidah berada di bawah
[g]
• Pangkal lidah menempel pada langit-langit laiu
ditarik
• Biarkan udara lepas
• Pita suara bergetar
/
• Bibir dirapatkan laiu dibuka
[m]
• Udara keluar melalui hidung
• Pita suara bergetar
~\)
^
\
•
Daun lidah menyentuh gigi atas laiu ditarik
\
i
dengan cepat
!
i
>/
J
♦
Udara keluar melalui hidung
i
j • Pita suara bergetar
66
Ujung lidah ditekan pada gigi bawah
[ ]
Pangkal lidah menyentuh langit-langi dengan
cepat
Udara keluar melalui hidung
Pita suara bergetar
Gigi atas menempel pada bibir bawah tanpa
[f]
penurunan dagu
Udara keluar secara terus-menerus antara bibir
,/
r\* ' '
" "•
S
dan gigi
;-1
Pita suara tidak bergetar
Gigi atas menempel pada bibir bawah tanpa
[v]
penurunan dagu
Udara keluar secara terus-menerus antara bibir
,/
dan gigi
"^
[s]
Pita suara bergetar
\
]
• Lidah berada di gigi bagian bawah
*
Udara keluar secara terus-menerus
♦
Pita suara tidak bergetar
67
\
• Lidah berada di gigi bagian bawah
[z]
•
Udara keluar secara terus-menerus
Pita suara bergetar
Ujung lidah digerakkan ke arah langit-langit
[ ]
Bibir dimajukan ke depan
Udara keluar secara terus-menerus
O
Pita suara tidak bergetar
\
s
• Ujung lidah digerakkan ke arah langit-langit
[ ]
• Bibir dimajukan ke depan
\
•
Udara keluar secara terus-menerus
•
Pita suara bergetar
• Ujung lidah berada di gigi bawah
[R]
• Pangkal lidah menyentuh langit-langit
•
Udara keluar melalui mulut secara terusmenerus
• Pita suara bergetar
68
\
• Ujung lidah menempel pada gigi bagian atas
[1]
♦
Udara keluar lewat mulut secara terus-menerus
Pita suara tidak bergetar
• Lidah dimajukan seperti pada pelafalan [i]
[J]
• Lidah naik mendekati geraham
• Pita suara bergetar
\
W
• Lidah dimajukan seperti pada pelafalan [y]
Bibir bulat
Pita suara bergetar
\
'-
Lidah dikebelakangkan seperti pada pelafalan
[w]
[u]
Bibir bulat
Pita suara bergetar
69
PELAFALAN KATA
[e]
:
des [de]
tes [te]
nez [nez]
ses [se]
mes [me]
les [le]
des [ds]
taie [ts]
nait [ne]
sait [ss]
mais [ms]
lait [Is]
lame [lam]
pate [pat]
lame [lam]
patte [pat]
port[poR]
bo! [bol]
grosse [gRos]
sotte [sot]
faute [fot]
pomme [p om]
pot [po]
beau [bo]
gros [gRo]
sot [so]
faux [fo]
paume [pom]
[s]
[a]
:
:
tache [tap
[a]
:
tache [taj* ]
[o]
[o]
:
:
70
[0]
:
jeune [^0n]
veut [v0]
jeune [^.cen]
veulent [vcel]
roue [Ru]
tout [tu]
pousse [pus]
sous [su]
fou [fu]
bout [bu]
rue[Ry]
tu [ty]
puce [pys]
sur [syR]
fut [fyt]
bu [by]
en[ ]
vent [va,]
sans [sco]
dans [da]
gant [ga]
cent [s ^
hein [sj
vin [vs]
sain [ssf
daim [dsj
gain [gs]
cinq [ssf
peux [p0]
[oe] :
neuf [ncef]
[u]
[y]
[s]
:
:
:
71
[p]
:
pas [pa]
[b]
cab [kab]
fou [fu]
passif [pasif]
vous [vu]
passive [pasiv]
nier [nje]
fille [fij]
nuit [nt|i ]
fuit [fU| ]
nuee [rime]
foue [fwe]
:
vaux [vo]
0]
debit [debi]
:
faux [fo]
[v]
cape [kap]
:
bas [ba]
[f]
depit [dopi]
:
miette [mjst]
If] :
muette [mij st]
[w]
:
mouette [mwst]
72
PHRASES
1. lis vont au cinema avee leur amis
2. Je prends Pavion pour aller a Jakarta
3. lis invitent mes amis a diner chez eux
4,Mon oncle passe ses vacances
S.EIIe mange du pain pour le petit
dejeuner
6. Nous
faisons
du
velo
au
Bois
de
Boulogne
7. Elle est sortie avec sa mere
8,11 a un chien qui s'appelle Medor
9, Les etudiants ont lu des journaux
lO.Les
eleves
vacances
sont
alles
au
zoo
en
3.3.2
Instrumen Tes
Tes yang diberikan berupa tes pelafalan bahasa Perancis, yaitu pelafalan
vokal dan konsonan, pelafalan kata, pelafalan dua kata yang berbeda, dan
membaca kalimat.
3.3.2.1 Rekapitulasi Bahan Tes
Rekapitulasi ini merupakan langkah awal dalam penyusunan tes yang
menyangkut aspek kognitifdan berisi semua bahanyang akan diuji kepada siswa.
Tabel 3
Rekapitulasi Bahan Tes
No
Materi
Jumlah soal
Aspek kognitif
1
Foneir.
20
Aplikasi
2
Kata
20
Aplikasi
3
Kalimat
5
Aplikasi
Total
45
3.3.2.2 Tabel Pokok Uji
Untuk menentukan bentuk soal yang akan diberikan kepada siswa, terlebih
dahulu penulis membuat tabel pokok uji yang berisikan bahan dan tipe soal yang
sesuai dengan jenjang dan tujuan yang hendak dicapai.
Tabel 4
Pokok Uji
No
Pokok Uji
Aspek Kognitif
Tipe Soal
1
Meiafalkan fonem
Aplikasi
2
Melafalkan kata
Aplikasi
Lisan
D
Melafalkan pasangan kata
Aplikasi
(Pelafalan)
4
Melafalkan rangkaian kalimat
Aplikasi
3.3.2.3 Tabel Perimbangan
Penyusunan tabel perimbangan bertujuan untuk menentukan jumlah soal
tes, bentuk soal, bobot nilai, dan waktu yang diperlukan untuk tiap-tiap soal yang
akan diujikan.
Tabel 5
Perimbangan Tes
Tipe Soal
No
Jumlah
Waktu
Soal
Total
Bobot
Skor
1
Pelafalan fonem
20
r
1
20
2
Pelafalan kata
10
r
1
10
3
Pelafalan pasangan kata
10
2'
9
20
4
Pelafalan rangkaian kata
5
2'
2
10
3.3.2.4
Tabel Kisi-kisi Soal
Tabel 6
Kisi-kisi Soal
No
Materi
Jumlah Soal
%
1
Fonem
20
44
2
Kata
20
44
5
12
45
100
Kalimat
Total
3.3.3 Angket
Penulis menyebarkan angket kepada mahasiswa tingkat I semester 2
Program Pendidikan Bahasa Perancis UPI tahun akademik 1999-2000 untuk
mendapatkan keterangan atau infomiasi tentang latar belakang bahasa mahasiswa,
juga bahasa yang sering digunakan di rumah dan di kampus. Untuk lebih jelasnya,
tabel kisi-kisi angket disusun sebagai berikut:
Tabel 7
Kisi-kisi angket penelitian
Aspek yang diteiiti
No
1
Bahama yang digunakan
2
Pelafalan bahasa Perancis
3
Usaha-usaha mengatasi kesulitan pelafalan fonem
4
40
2
10
1
20
10
100
Kemampuan mahasiswa dalam melafalkan fonem
bahasa Perancis
Total
3.4
%
30
bahasa Perancis
4
f
Prosedur Pelaksanaan Tes Pelafalan Bahasa Perancis
Pelaksanaan tes pelafalan dilakukan di laboratorium bahasa sebanyak 2
kali yaitu sebelum dan setelah perlakuan diberikan. Dalam pelaksanaannya, baik
untuk pra-tes maupun pos-tes
mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang mahasiswa, mereka diminta untuk
merekam suara mereka dengan cara melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata
bahasa Perancis. Untuk memperlancar proses pelaksanaan tes ini, penulis
meminta bantuan 4 orang pengajar bahasa Perancis.
3.4.1 Cara Koreksi dan Penilaian Tes licapan
Soal pra-tes dan pos-tes yang digunakan terdiri dari empat bagian, 20
soal pelafalan fonem, 10 soal pelafalan kata, 10 soal pelafalan pasangan kata, dan
5 soal pelafalan rangkaian kalimat. Pada bagian 1 dan 2, penulis memberikan skor
76
1untuk jawaban tepat dan 0 untuk jawaban tidak tepat. Sedangkan pada bagian 3
penulis memberikan skor 2 untuk jawaban tepat kedua pasangan kata, skor 1
untuk jawaban salah satu kata yang tepat, dan skor 0 untuk jawaban tidak tepat
kedua pasangan kata. Untuk bagian 4, masing-masing kalimat yang terdiri dari 4
kata diberi skor 2.
Selanjutnya, skor 2, 1, dan 0 menggambarkan ketepatan dan
ketidaktepatan pelafalan. Misalnya pada bagian pertama, untuk menghasilkan
bunyi [ej responden harus melafalkan dengan artikulasi sebagai berikut:
-
Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah
-
Mulut sedikit terbuka dari bunyi [i]
-
Bibir sedikit tersenyum
Apabila salah satu tahapan ini tidak dilakukan oleh responden, maka bunyi yang
dihasilkan tidak akan sesuai dengan bunyi yang diharapkan, dengan kata lain
bunyiyang dihasilkan tidak tepat.
3.5
Penilaian Butir-butir Soal
Setelah penyusunan butir-butir soal tes, tahap selanjutnya yaitu meminta
expert jugement, yaitu penilaian terhadap butir-butir soal oleh para ahli yang ada
di Program Pendidikan Bahasa Perancis dan Pusat Kebudayaan Perancis dengan
tujuan agar instrumen tersebut benar-benar valid dan reliabel untuk diujikan pada
mahasiswa.
3.6 Analisis Data
Rumus
yang digunakan untuk menghitung efektivitas perlakuan (X)
adalah :
Md
^ N(N -1)
keterangan :
Md = mean dari deviasi (d) antara postes dan pretes
xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md)
N
= banyaknya subjek
db = ditentukan dengan N - 1
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan
mencari model pengajaran pelafalan bahasa
Perancis yang tepat, guna mempermudah mahasiswa dalam melafalkan fonem,
kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis.
Penelitian tersebut
dilakukan di Program Pendidikan Bahasa Perancis
selama satu semester. Penulis mengadakan pra-tes untuk mengetahui kemampuan
awal mahasiswa, setelah diketahui kemampuan awal mereka barulah diadakan
perlakuan yaitu penggunaan model artikulatoris dalam pengajaran pelafalan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa mahasiswa tingkat I yang
mempelajari bahasa Perancis masih melakukan kesalahan dalam melafalkan
fonem-fonem tertentu. Pada umumnya,
mahasiswa melakukan kesalahan
melafalkan bunyi fonem [oe], [0], [y], [oe], [8^, [ol, [e], [sf dan menggantikannya
dengan fonem yang dekat dengan bahasa yang telah mereka kuasai betul.
Misalnya, bunyi [oe] dan bunyi [0] dilafalkan [d], bunyi [y] dilafalkan [u] pada
kata tu [ty], bunyi [o] dilafalkan [on], bunyi [s] dilafalkan [e] pada kata pres
[pRe]. Menurut Leon Monique (1964:1), kesulitan-kesulitan mempelajari bahasa
asing dapat berawal dari penggunaan alat ucap karena kebiasaan pelafalan,
kebiasaan ritme, kebiasaan irama, dan kebiasaan kesulitan bahasa. Selanjutnya,
John
Lyons
(1995:101)
berpendapat
pula
bahwa
"ketidakmampuan"
mengucapkan bunyi-bunyi tertentu pada umumnya merupakan faktor-faktor
lingkungan pada masa kanak-kanak, dan faktor utamanya adalah mempelajari
bahasa ibu seseorang seperti apa yang didengar dari cara pengucapannya. Hal ini
berarti kebiasaan dalam berbahasa pertama (Bl) sangat berpengaruh terhadap
pemerolehan B2.
Kendala yang
dihadapi mahasiswa dapat disebabkan oleh faktor
kebiasaan berbahasa ibu. Hal tersebut didukung pula oleh angket sebagai data
tambahan bahwa pada umumnya bahasa yang sering digunakan mahasiswa baik di
lingkungan keluarga maupun ketika berkomunikasi dengan teman adalah bahasa
Indonesia (50%),
bahasa
daerah Sunda (40%), bahasa daerah lainnya yaitu
bahasa Padang dan Bali (10%). Untuk mengatasinya, diperlukan suatu pengajaran
pelafalan bahasa Perancis yang diberikan sedini mungkin sehingga mahasiswa
terlatih dan terbiasa untuk melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata dengan
baik dan benar. Di dalam penelitian ini penulis membuat suatu model pengajaran
pelafalan yang dapat melatih, membiasakan, mempermudah, dan mempercepat
penguasaan pelafalan mahasiswa.
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, model
artikulatoris yang
digunakan dalam pengajaran pelafalan bahasa Perancis ternyata dapat mengatasi
kendala yang dihadapi mahasiswa meskipun dilihat dari tingkat keberhasilan
belum mencapai seratus persen. Hal tersebut bisa dimengerti karena model ini
belum digunakan secara maksimal.
Dalam proses uji coba model artikulatoris penulis mendapat masukan
dalam penyempurnaan model. Model artikulatoris II yang penulis kembangkan
dan sempurnakan dari model artikulatoris I sangat sistematis karena dibuat
berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan teori.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Mengingat bahasa yang dipelajari mahasiswa adalah bahasa Perancis yang
mempunyai sistem bunyi yang sangat berbeda dengan bahasa yang telah mereka
kuasai, yaitu bahasa Indonesia dan atau bahasa daerah, maka kesulitan pertama
yang mereka temukan adalah melafalkan sistem bunyi bahasa yang sedang
mereka pelajari yaitu bahasa Perancis.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes pelafalan, dapat
disimpulkan terdapat dua macam kategori
kesalahan yang dibuat oleh
mahasiswa.
Pertama bahwa masih banyak mahasiswa tingkat I semester II bahasa
Perancis secara fonologis cenderung mentransfer sistem fonologi bahasa
Indonesia atau bahasa daerah ke dalam bahasa Perancis pada waktu melafalkan
fonem, kata dan rangkaian kata, misalnya bunyi [0| dilafalkan [0], bunyi [oe]
dilafalkan [a], [u], [e].
Kedua masih terdapat mahasiswa bahasa Perancis yang malas untuk
memfungsikan alat ucap dengan baik dan benar, misalnya dalam melafalkan
vokal nasal bahasa Perancis [6], [£], dan [ce] kurang memfungsikan bibir dan
mulut sehingga bunyi yang dihasilkan [on], [en], dan [Of)] ringan dan tidak
sempurna.
172
Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan pula ramalan kesulitan
pelafalan
bahasa Perancis bagi mahasiswa yang sedang mempelajari bahasa
Perancis. Mahasiswa diramalkan akan menemukan kesulitan dalam melafalkan
bunyi [ y ] dan menggantikannya dengan bunyi [u], bunyi [ ('] dengan bunyi [s],
bunyi [z] dengan bunyi [j] atau dengan bunyi [s], bunyi [ z] dengan bunyi [j],
bunyi [v] dengan bunyi [fj, bunyi [f] dengan bunyi [p] bunyi [e ] dengan bunyi
[e], bunyi [o] dengan bunyi [3], bunyi [oe] dan bunyi [0] dengan bunyi [d], bunyi
[2C]dengan bunyi [an], bunyi [6 ] dengan [on], bunyi
Berdasarkan
[s'] dengan bunyi [en].
hasil analisis tes temyata tidak semua fonem yang diramalkan
tersebut tidak dapat dilafalkan oleh mahasiswa, dengan kata lain mahasiswa tidak
mengalami kesulitan untuk melafalkan bunyi [e],[f],[p],[z],[o],[v],[
MENGGUNAKAN MODEL ARTIKULATORIS
(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Tingkat I Program Pendidikan Bahasa
Perancis Universjtas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 1999-2000)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Penyelesaian Program Magister
Pendidikan pada Program Studi Pengajaran Bahasa Indonesia
Oleh:
YULIARTI MUTIARSIH
NIM : 979648
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2000
LEMBARAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Disetujui untuk mengikuti Ujian Tahap II
Prof. Dr. H. Yus Rusvana
Pembimbing I
Prof. Dr. Hi. Svamsunuwiyati Mar'at
Pembimbinq II
ABSTRAK
Bahasa Perancis sebagai bahasa asing yang dipelajari secara formal baik di
Sekolah Menengah Umura maupun di Perguruan Tinggi mempunyai sistem bunyi
yang sangat berbeda dengan sistem bunyi bahasa Indonesia. Kesulitan pertama
yang ditemukan oleh pembelajar bahasa Perancis sebagai bahasa asing adalah
adanya perbedaan antara pelafalan bahasa Indonesia dan pelafalan bahasa
Perancis.
Pengajaran pelafalan di Program Pendidikan Bahasa Perancis terdapat
pada mata kuliah Lire I (Pemahaman Teks Dasar), mahasiswa diperkenalkan
sekilas tentang pelafalan vokal dan konsonan bahasa Perancis, dengan kata lain
pengajaran mata kuliah ini menitikberatkan pada pemahaman teks bukan pada
pelafalan, sehingga masih banyak ditemukan mahasiswa yang melakukan
kesalahan dalam pelafalan fonem, kata, dan rangkaian kata.
Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian yang berjudul "Pengajaran
Pelafalan Bahasa Perancis dengan Menggunakan Model Artikulatoris". Masalah
pokok dalam penelitian ini adalah kesulitan dalam melafalkan fonem, kata, dan
rangkaian kata bahasa Perancis serta usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan
tersebut dengan menggunakan model artikulatoris.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain "pre-test
and post-test design". Metode tersebut dipergunakan untuk mengujicobakan
model artikulatoris sebagai model pengajaran pelafalan bahasa Perancis,
sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah studi pustaka, tes, dan angket.
Tes yang berupa tes pelafalan terdiri dari dua jenis yaitu pra-tes dan pos-tes. Dari
analisis pra-tes diketahui bahwa mahasiswa tingkat I semester II mengalami
kesulitan dalam pelafalan fonem, kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka digunakan model artikulatoris.
Dari hasil pos-tes dapat diketahui bahwa adanya peningkatan hasil sebelum dan
sesudah pemberian perlakuan, hal ini terlihat dari hasil kegiatan belajar mengajar
setelah dan sebelum menggunakan model artikulatoris dan dari perbedaan antara
hasil pra-tes dan pos-tes yang signifikan : t hitung > t tabel•
DAFTAR ISI
Halaman
KATAPENGANTAR
i
UCAPAN TERIMA KASIH
11
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
vii
BAB T PENDAHUUJAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Rumusan Masalah
5
1.3 Pentingnya Masalah
5
1.4 Tujuan Penelitian
6
1.5 Manfaat Penelitian
7
1.6 Anggapan Dasar
.'
7
1.7 Hipotesis
8
1.8 Definisi Operasional
8
1.9 Metodologi Penelitian
8
1.9.1 Metode Penelitian
8
1.9.2 Teknik Penelitian
9
1. Angket
9
2. Studi Pustaka
9
3. Tes
9
BAB II LANDASAN TEORETIS
2.1 Fonetik
10
2.1.1 Pengertian Fonetik
10
2.1.2 Berbagai Cabang Fonetik
10
iv
2.2 Pembentukan Bunyi Bahasa
11
2.2.1 Sistem Bunyi Bahasa Perancis
13
2.2.2 Sistem Ejaan Bahasa Perancis
29
2.2.2.1 Ejaan Bahasa Perancis Menuliskan Bunyi
30
2.3 Tempat dan Cara Produksi Bunyi Vokal, Konsonan, dan
Semi Vokal Bahasa Perancis
39
2.4 Deskripsi Ramalan Kesulitan-kesulitan Bahasa Perancis
42
2.5 Model Pengajaran Bahasa
47
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
55
3.2 Populasi dan Sampel
55
3.3 Instrumen Penelitian
56
3.3.1 Instrumen Perlakuan
3.3.1.1 Model Artikulatoris I
3.3.2 Instrumen Tes
56
56
73
3.3.2.1 Rekapitulasi Bahan Tes
73
3.3.2.2 Tabel Pokok Uji
73
3.3.2.3 Tabel Perimbangan
74
3.3.2.4 Tabel Kisi-kisi Soal
74
3.3.3 Angket
3.4 Prosedur Pelaksanaan Tes Pelafalan Bahasa Perancis
3.4.1 Cara Koreksi dan Penilaian Tes Ucapan
74
75
75
3.5 Penilaian Butir-butir Soal
76
3.6 Analisis Data
77
BAB IV ANALISIS DATA
4.1 Deskripsi dan Analisis Hasil Pra-tes Pelafalan Bahasa Perancis
78
4.1.1 Pelafalan Fonem
79
4.1.2 Pelafalan Kata
88
4.1.3 Pelafalan PasanganKata
92
4.1.4 Pelafalan Rangkaian Kata
98
4.2 Deskripsi dan Analisis Hasil Pos-tes Pelafalan Bahasa Perancis
102
4.2.1 Pelafalan Fonem
102
4.2.2 Pelafalan Kata
107
4.2.3 Pelafalan Pasangan Kata
109
4.2.4 Pelafalan Rangkaian Kata
114
4.3 Analisis Perhitungan Hasil Tes
118
4.4 Analisis Model Artikulatoris II
120
BAB V PEMBAHASAN
170
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
172
6.2 Saran-saran
174
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1
Tabel Pembeda Vokal Oral dan Nasal Bahasa
Perancis
16
Tabel Pembeda Konsonan Bahasa Perancis
22
Tabel
2
Tabel
3
: Rekapitulasi Bahan Tes
73
Tabel
4
: Pokok Uji
73
Tabel
5
: Perimbangan Tes
74
Tabel
6
:
Kisi-kisi Soal
74
Tabel
7
Kisi-kisi Angket Penelitian
75
Tabel
8
Ketidaktepatan dan
Ketepatan Pelafalan Fonem
dalam Pra-tes
Tabel
9
79
: Persentase Ketidaktepatan Pelafalan Fonem dalam
Pra-tes
Tabel
10
83
Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Kata dalam
Pra-tes
Tabel
11
88
: Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Kata dalam Pra-tes
Tabel
12
90
Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Pasangan
Kata dalam Pra-tes
Tabel
13
92
Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Pasangan Kata dalam Pra-tes
Tabel
14
Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Rangkaian
Kata dalam Pra-tes
Tabel
15
95
98
Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Ranekaian Kata dalam Pra-tes
VI!
100
Tabel
16
: Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Fonem
dalam Pos-tes
Tabel
17
102
: Persentase Ketidaktepatan Pelafalan Fonem dalam
Pos-tes
Tabel
18
105
: Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Kata dalam
Pos-tes
Tabel
19
107
: Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Kata dalam Pos-tes
Tabel
20
108
: Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Pasangan
Kata dalam Pos-tes
Tabel
21
109
: Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Pasangan Kata dalam Pos-tes
Tabel
22
: Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Rangkaian
Kata dalam Pos-tes
Tabel
Tabel
23
24
Ill
114
: Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Rangkaian Kata dalam Pos-tes
115
: Analisis Perhitungan Hasil Tes
118
VI it
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Bahasa yang digunakan manusia di dunia tidak hanya satu macam, hal ini
disebabkan oleh masing-masing bangsa minimal memiliki satu bahasa. Pada
umumnya manusia berkomunikasi melalui bahasa dengan cara berbicara atau
menulis. Apabila komunikasi itu dengan tulisan, tidak ada alat yang ikut terlibat
tetapi
kalau komunikasi tersebut diiakukan secara lisan, maka alat ucap
memegang peranan yang sangat penting.
Sebagai alat komunikasi, bahasa sangat dibutuhkan manusia, oleh karena
itu manusia tidak dapat melepaskan diri dan terlepas dari bahasa. Menurut Goiys
Keraf (1986: 16), bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa
lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Lebih lanjut Joseph A. De Vito (1970:7) dalam Chaedar Alwasilah
(1993:79), menyatakan bahasa itu ujaran dan merupakan media bahasa yang
terpenting dalam berbahasa.
Dalam pandangan Ferdinand de Saussure bahasa sebagai sistem tanda
selalu terdiri atas petanda (signifie) dan penanda (signifiant). Petanda itu tidak
lain ialah konsep sedangkan penanda berupa gambaran akustik yang diwujudkan
dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa.
Banyak linguis mengemukakan pendapat bahwa bunyi adalah sarana yang
lebih mudah bagi perkembangan bahasa daripada setiap alternatif yang tersedia.
Berbeda dengan isyarat-isyarat atau substansi lain apa pun perbedaanperbedaannya dapat ditangkap dengan indra penglihat ; bunyi tidak tergantung
pada kehadiran sumber cahaya dan tidak begitu sering terhaiang oleh benda-benda
di hadapannya, oleh karena itu cocok digunakan untuk berkomunikasi pada
malam maupun siang hari. Berbeda pula dengan berbagai macam substansi yang
tergantung pada indra peraba untuk
membuat
dan menangkap perbedaan-
perbedaannya, bunyi tidak menuntut pengirim dan penerima agar berdekatan dan
membiarkan tangan bebas melakukan tugas-tugas lain (John Lyons, 1995:63).
Dari pendapat tersebut
di atas secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa salah satu unsur penting yang terdapat dalam bahasa adalah bunyi, baik
bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa sebagai sistem ujaran maupun bahasa
sebagai sistem tanda.
Para pendukung hipotesis analisis kontrastif (dalam Tarigan, 1995:23)
mengemukakan bahwa dalam pembelajaran bahasa kedua khususnya bahasa asing
dapat terjadi transfer positif dan transfer negatif. Transfer positif terjadi tatkala
dua bahasa atau lebih serupa, dan apabila bahasa-bahasa itu berbeda, maka
transfer negatif
yang
muncul. Dengan perkataan lain, pada waktu terjadi
penguasaan bahasa kedua (bahasa asing) semua unsur bahasa yang mirip baik
bentuk, arti maupun distribusi akan mempercepat proses belajar bahasa kedua
(transfer positif), sedangkan unsur-unsur bahasa yang berbeda dari bahasa
pertama diduga akan menjadi penghambat (transfer negatif).
Menurut Lado (1977:12) ada kecenderungan
pada pembelajar
untuk
mentransfer sistem bahasanya sendiri ke dalam sistem bahasa yang sedang
mereka pelajari. Unsur-unsur yang ditransfer ke dalam bahasa kedua itu ialah
fonem-fonem beserta varian-variannya, pola-pola tekanan kata dan ritme, transisi,
pola-pola intonasi beserta hubungan-hubungannya dengan fonem-fonem lain.
Berkenaan dengan pembelajaran bahasa khususnya bahasa asing, Samsuri
(1993:8) menegaskan bahwa bahasa asing sebaiknya diajarkan
dengan dasar
mendengar dan menirukan ucapan-ucapannya, dan kemampuan membaca serta
menulis harus dibangun atas dasar penguasaan bahasa secara lisan.
Guy CAPELLE (dalam Leon, 1964:xii) mengemukakan bahwa pengajaran
pelafalan harus diberikan pada awal pengajaran bahasa. Hal ini sejalan dengan
pendapat Leon bahwa pengajaran pelafalan harus menjadi bagian di kelas bahasa
Perancis sebagai bahasa asmg, karena pengajaran pelafalan merupakan syarat
dalam penguasaan dua kemampuan berbahasa, yaitu penguasaan menyimak dan
berbicara (1964:1). Beliau mengemukakan pula bahwa apa pun metode yang
digunakan, pengajaran fonetik dapat menjadi bagian materi pengajaran bahasa,
dan diberikan tidak hanya kepada pemula tetapi juga kepada semua tingkat.
Bahasa Perancis sebagai bahasa asing yang dipelajari secara formal baik
di Sekolah Menengah Umum maupun di Perguruan Tinggi mempunyai sistem
bunyi yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Perbedaan sistem bunyi pada
kedua bahasa tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi pembelajar. Kesulitan
pertama yang paling sederhana bagi seseorang yang mempelajari bahasa Perancis
adalah adanya perbedaan pelafalan pada bahasa Indonesia dan bahasa Perancis.
Dalam sistem bunyi bahasa Perancis dengan jelas dibedakan secara
fonemik antara [v] - [fj,
[z] - [s],
[u] - [y],
[o] - [3],
[s] - [f], [oe] -[»],
dan Iain-lain. Misalnya, untuk melafalkan kata-kata base [baz], basse [bas],
bache, terdapat tiga fonem konsonan berbeda yaitu Izl, Is/, Iff, kemudian kata rue
[Ry] dan ragaSsj •
Mulut terbuka
1 •
Bibir lebih ditarik dari [e]
N
!
i
/
v
/
V
[a]
(
1
|
(~>\
i
^^
jcfl^S^^fe
\
\
•
] •
Mulut terbuka
1
Bibir sedikit tersenyum
S? A
i
/
/
Lidah ditekan antara gigi bawah
•
61
Lidah diletakkan di belakang gigi bawah
[a]
Mulut terbuka
Bibir bulat tanpa keluar udara
\ * Lidah ditekan.
pada pangkal gigi bagian
3 !
bawah
Mulut terbuka
Bibir agak bundar, sangat lemas (tidak tegang)
[0]
Lidah sangat menurun
Mulut hampir tertutup
Bibir ke depan dan bulat
[u]
Lidah berada di belakang, ujungnya berada di
bawah
Mulut hampir tertutup
Bibir dimajukan ke depan
62
\ • Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah
Mulut hampir tertutup
Bibir dibulatkan, ditempelkan pada gigi
v
Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah
[0]
i
Of
_rtv»
m
Mulut sedikit tertutuup dari [ y ]
Bibir dibulatkan menempel pada gigi
v
Lidah ditekan di antara gigi bagian bawah
M
Mulut lebih terbuka lebar
Bibir dibulatkan
[ex]
Lidah ditekan di antara gigi bagian bawah
Mulut terbuka
Bibir dibulatkan
63
Lidah ditekan antara gigi bagian bawah
[e]
s>>
Mulut terbuka lebar
,1,
'¥'1
Iv/
[a]
Bibir tersenyum
Udara dilepas melalui hidung
Lidah sedikit diturunkan
Mulut agak terbuka
Bibir bulat tanda gerakan ujung bibir
Udara dilepas melalui hidung
X
Lidah sangat menurun
Mulut hampir tertutup
Bibir dibulatkan dan dimajukan ke depan
Udara dilepas melalui hidung
Lidah dimajukan
Mulut terbuka
Bibir bulat
Udara dilepas melalui hidung
64
[p]
\ • Bibir bawah merapat pada bibir atas
Biarkan terbuka sehingga udara lepas
Pita suara tidak bergetar
\i
/
Bibir bawah merapat pada bibir atas
-r~—[b]
Biarkan terbuka sehingga udara lepas
• Pita suara bergetar
,.
[t]
• Daun lidah menempel pada gusi atas laiu ditarik
ke bawah
• Biarkan udara iepas
•
Pita suara tidak bergetar
/
/
\
• Daun lidah menempel pada gusi atas laiu ditarik
[d]
ke bawah
•
Biarkan udara lepas
•
Pita suara bergetar
65
Ujung lidah berada di bawah
Pangkal lidah menempel pada langit-langit laiu
ditarik
Biarkan udara lepas
Pita suara tidak bergetar
• Ujung lidah berada di bawah
[g]
• Pangkal lidah menempel pada langit-langit laiu
ditarik
• Biarkan udara lepas
• Pita suara bergetar
/
• Bibir dirapatkan laiu dibuka
[m]
• Udara keluar melalui hidung
• Pita suara bergetar
~\)
^
\
•
Daun lidah menyentuh gigi atas laiu ditarik
\
i
dengan cepat
!
i
>/
J
♦
Udara keluar melalui hidung
i
j • Pita suara bergetar
66
Ujung lidah ditekan pada gigi bawah
[ ]
Pangkal lidah menyentuh langit-langi dengan
cepat
Udara keluar melalui hidung
Pita suara bergetar
Gigi atas menempel pada bibir bawah tanpa
[f]
penurunan dagu
Udara keluar secara terus-menerus antara bibir
,/
r\* ' '
" "•
S
dan gigi
;-1
Pita suara tidak bergetar
Gigi atas menempel pada bibir bawah tanpa
[v]
penurunan dagu
Udara keluar secara terus-menerus antara bibir
,/
dan gigi
"^
[s]
Pita suara bergetar
\
]
• Lidah berada di gigi bagian bawah
*
Udara keluar secara terus-menerus
♦
Pita suara tidak bergetar
67
\
• Lidah berada di gigi bagian bawah
[z]
•
Udara keluar secara terus-menerus
Pita suara bergetar
Ujung lidah digerakkan ke arah langit-langit
[ ]
Bibir dimajukan ke depan
Udara keluar secara terus-menerus
O
Pita suara tidak bergetar
\
s
• Ujung lidah digerakkan ke arah langit-langit
[ ]
• Bibir dimajukan ke depan
\
•
Udara keluar secara terus-menerus
•
Pita suara bergetar
• Ujung lidah berada di gigi bawah
[R]
• Pangkal lidah menyentuh langit-langit
•
Udara keluar melalui mulut secara terusmenerus
• Pita suara bergetar
68
\
• Ujung lidah menempel pada gigi bagian atas
[1]
♦
Udara keluar lewat mulut secara terus-menerus
Pita suara tidak bergetar
• Lidah dimajukan seperti pada pelafalan [i]
[J]
• Lidah naik mendekati geraham
• Pita suara bergetar
\
W
• Lidah dimajukan seperti pada pelafalan [y]
Bibir bulat
Pita suara bergetar
\
'-
Lidah dikebelakangkan seperti pada pelafalan
[w]
[u]
Bibir bulat
Pita suara bergetar
69
PELAFALAN KATA
[e]
:
des [de]
tes [te]
nez [nez]
ses [se]
mes [me]
les [le]
des [ds]
taie [ts]
nait [ne]
sait [ss]
mais [ms]
lait [Is]
lame [lam]
pate [pat]
lame [lam]
patte [pat]
port[poR]
bo! [bol]
grosse [gRos]
sotte [sot]
faute [fot]
pomme [p om]
pot [po]
beau [bo]
gros [gRo]
sot [so]
faux [fo]
paume [pom]
[s]
[a]
:
:
tache [tap
[a]
:
tache [taj* ]
[o]
[o]
:
:
70
[0]
:
jeune [^0n]
veut [v0]
jeune [^.cen]
veulent [vcel]
roue [Ru]
tout [tu]
pousse [pus]
sous [su]
fou [fu]
bout [bu]
rue[Ry]
tu [ty]
puce [pys]
sur [syR]
fut [fyt]
bu [by]
en[ ]
vent [va,]
sans [sco]
dans [da]
gant [ga]
cent [s ^
hein [sj
vin [vs]
sain [ssf
daim [dsj
gain [gs]
cinq [ssf
peux [p0]
[oe] :
neuf [ncef]
[u]
[y]
[s]
:
:
:
71
[p]
:
pas [pa]
[b]
cab [kab]
fou [fu]
passif [pasif]
vous [vu]
passive [pasiv]
nier [nje]
fille [fij]
nuit [nt|i ]
fuit [fU| ]
nuee [rime]
foue [fwe]
:
vaux [vo]
0]
debit [debi]
:
faux [fo]
[v]
cape [kap]
:
bas [ba]
[f]
depit [dopi]
:
miette [mjst]
If] :
muette [mij st]
[w]
:
mouette [mwst]
72
PHRASES
1. lis vont au cinema avee leur amis
2. Je prends Pavion pour aller a Jakarta
3. lis invitent mes amis a diner chez eux
4,Mon oncle passe ses vacances
S.EIIe mange du pain pour le petit
dejeuner
6. Nous
faisons
du
velo
au
Bois
de
Boulogne
7. Elle est sortie avec sa mere
8,11 a un chien qui s'appelle Medor
9, Les etudiants ont lu des journaux
lO.Les
eleves
vacances
sont
alles
au
zoo
en
3.3.2
Instrumen Tes
Tes yang diberikan berupa tes pelafalan bahasa Perancis, yaitu pelafalan
vokal dan konsonan, pelafalan kata, pelafalan dua kata yang berbeda, dan
membaca kalimat.
3.3.2.1 Rekapitulasi Bahan Tes
Rekapitulasi ini merupakan langkah awal dalam penyusunan tes yang
menyangkut aspek kognitifdan berisi semua bahanyang akan diuji kepada siswa.
Tabel 3
Rekapitulasi Bahan Tes
No
Materi
Jumlah soal
Aspek kognitif
1
Foneir.
20
Aplikasi
2
Kata
20
Aplikasi
3
Kalimat
5
Aplikasi
Total
45
3.3.2.2 Tabel Pokok Uji
Untuk menentukan bentuk soal yang akan diberikan kepada siswa, terlebih
dahulu penulis membuat tabel pokok uji yang berisikan bahan dan tipe soal yang
sesuai dengan jenjang dan tujuan yang hendak dicapai.
Tabel 4
Pokok Uji
No
Pokok Uji
Aspek Kognitif
Tipe Soal
1
Meiafalkan fonem
Aplikasi
2
Melafalkan kata
Aplikasi
Lisan
D
Melafalkan pasangan kata
Aplikasi
(Pelafalan)
4
Melafalkan rangkaian kalimat
Aplikasi
3.3.2.3 Tabel Perimbangan
Penyusunan tabel perimbangan bertujuan untuk menentukan jumlah soal
tes, bentuk soal, bobot nilai, dan waktu yang diperlukan untuk tiap-tiap soal yang
akan diujikan.
Tabel 5
Perimbangan Tes
Tipe Soal
No
Jumlah
Waktu
Soal
Total
Bobot
Skor
1
Pelafalan fonem
20
r
1
20
2
Pelafalan kata
10
r
1
10
3
Pelafalan pasangan kata
10
2'
9
20
4
Pelafalan rangkaian kata
5
2'
2
10
3.3.2.4
Tabel Kisi-kisi Soal
Tabel 6
Kisi-kisi Soal
No
Materi
Jumlah Soal
%
1
Fonem
20
44
2
Kata
20
44
5
12
45
100
Kalimat
Total
3.3.3 Angket
Penulis menyebarkan angket kepada mahasiswa tingkat I semester 2
Program Pendidikan Bahasa Perancis UPI tahun akademik 1999-2000 untuk
mendapatkan keterangan atau infomiasi tentang latar belakang bahasa mahasiswa,
juga bahasa yang sering digunakan di rumah dan di kampus. Untuk lebih jelasnya,
tabel kisi-kisi angket disusun sebagai berikut:
Tabel 7
Kisi-kisi angket penelitian
Aspek yang diteiiti
No
1
Bahama yang digunakan
2
Pelafalan bahasa Perancis
3
Usaha-usaha mengatasi kesulitan pelafalan fonem
4
40
2
10
1
20
10
100
Kemampuan mahasiswa dalam melafalkan fonem
bahasa Perancis
Total
3.4
%
30
bahasa Perancis
4
f
Prosedur Pelaksanaan Tes Pelafalan Bahasa Perancis
Pelaksanaan tes pelafalan dilakukan di laboratorium bahasa sebanyak 2
kali yaitu sebelum dan setelah perlakuan diberikan. Dalam pelaksanaannya, baik
untuk pra-tes maupun pos-tes
mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang mahasiswa, mereka diminta untuk
merekam suara mereka dengan cara melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata
bahasa Perancis. Untuk memperlancar proses pelaksanaan tes ini, penulis
meminta bantuan 4 orang pengajar bahasa Perancis.
3.4.1 Cara Koreksi dan Penilaian Tes licapan
Soal pra-tes dan pos-tes yang digunakan terdiri dari empat bagian, 20
soal pelafalan fonem, 10 soal pelafalan kata, 10 soal pelafalan pasangan kata, dan
5 soal pelafalan rangkaian kalimat. Pada bagian 1 dan 2, penulis memberikan skor
76
1untuk jawaban tepat dan 0 untuk jawaban tidak tepat. Sedangkan pada bagian 3
penulis memberikan skor 2 untuk jawaban tepat kedua pasangan kata, skor 1
untuk jawaban salah satu kata yang tepat, dan skor 0 untuk jawaban tidak tepat
kedua pasangan kata. Untuk bagian 4, masing-masing kalimat yang terdiri dari 4
kata diberi skor 2.
Selanjutnya, skor 2, 1, dan 0 menggambarkan ketepatan dan
ketidaktepatan pelafalan. Misalnya pada bagian pertama, untuk menghasilkan
bunyi [ej responden harus melafalkan dengan artikulasi sebagai berikut:
-
Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah
-
Mulut sedikit terbuka dari bunyi [i]
-
Bibir sedikit tersenyum
Apabila salah satu tahapan ini tidak dilakukan oleh responden, maka bunyi yang
dihasilkan tidak akan sesuai dengan bunyi yang diharapkan, dengan kata lain
bunyiyang dihasilkan tidak tepat.
3.5
Penilaian Butir-butir Soal
Setelah penyusunan butir-butir soal tes, tahap selanjutnya yaitu meminta
expert jugement, yaitu penilaian terhadap butir-butir soal oleh para ahli yang ada
di Program Pendidikan Bahasa Perancis dan Pusat Kebudayaan Perancis dengan
tujuan agar instrumen tersebut benar-benar valid dan reliabel untuk diujikan pada
mahasiswa.
3.6 Analisis Data
Rumus
yang digunakan untuk menghitung efektivitas perlakuan (X)
adalah :
Md
^ N(N -1)
keterangan :
Md = mean dari deviasi (d) antara postes dan pretes
xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md)
N
= banyaknya subjek
db = ditentukan dengan N - 1
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan
mencari model pengajaran pelafalan bahasa
Perancis yang tepat, guna mempermudah mahasiswa dalam melafalkan fonem,
kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis.
Penelitian tersebut
dilakukan di Program Pendidikan Bahasa Perancis
selama satu semester. Penulis mengadakan pra-tes untuk mengetahui kemampuan
awal mahasiswa, setelah diketahui kemampuan awal mereka barulah diadakan
perlakuan yaitu penggunaan model artikulatoris dalam pengajaran pelafalan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa mahasiswa tingkat I yang
mempelajari bahasa Perancis masih melakukan kesalahan dalam melafalkan
fonem-fonem tertentu. Pada umumnya,
mahasiswa melakukan kesalahan
melafalkan bunyi fonem [oe], [0], [y], [oe], [8^, [ol, [e], [sf dan menggantikannya
dengan fonem yang dekat dengan bahasa yang telah mereka kuasai betul.
Misalnya, bunyi [oe] dan bunyi [0] dilafalkan [d], bunyi [y] dilafalkan [u] pada
kata tu [ty], bunyi [o] dilafalkan [on], bunyi [s] dilafalkan [e] pada kata pres
[pRe]. Menurut Leon Monique (1964:1), kesulitan-kesulitan mempelajari bahasa
asing dapat berawal dari penggunaan alat ucap karena kebiasaan pelafalan,
kebiasaan ritme, kebiasaan irama, dan kebiasaan kesulitan bahasa. Selanjutnya,
John
Lyons
(1995:101)
berpendapat
pula
bahwa
"ketidakmampuan"
mengucapkan bunyi-bunyi tertentu pada umumnya merupakan faktor-faktor
lingkungan pada masa kanak-kanak, dan faktor utamanya adalah mempelajari
bahasa ibu seseorang seperti apa yang didengar dari cara pengucapannya. Hal ini
berarti kebiasaan dalam berbahasa pertama (Bl) sangat berpengaruh terhadap
pemerolehan B2.
Kendala yang
dihadapi mahasiswa dapat disebabkan oleh faktor
kebiasaan berbahasa ibu. Hal tersebut didukung pula oleh angket sebagai data
tambahan bahwa pada umumnya bahasa yang sering digunakan mahasiswa baik di
lingkungan keluarga maupun ketika berkomunikasi dengan teman adalah bahasa
Indonesia (50%),
bahasa
daerah Sunda (40%), bahasa daerah lainnya yaitu
bahasa Padang dan Bali (10%). Untuk mengatasinya, diperlukan suatu pengajaran
pelafalan bahasa Perancis yang diberikan sedini mungkin sehingga mahasiswa
terlatih dan terbiasa untuk melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata dengan
baik dan benar. Di dalam penelitian ini penulis membuat suatu model pengajaran
pelafalan yang dapat melatih, membiasakan, mempermudah, dan mempercepat
penguasaan pelafalan mahasiswa.
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, model
artikulatoris yang
digunakan dalam pengajaran pelafalan bahasa Perancis ternyata dapat mengatasi
kendala yang dihadapi mahasiswa meskipun dilihat dari tingkat keberhasilan
belum mencapai seratus persen. Hal tersebut bisa dimengerti karena model ini
belum digunakan secara maksimal.
Dalam proses uji coba model artikulatoris penulis mendapat masukan
dalam penyempurnaan model. Model artikulatoris II yang penulis kembangkan
dan sempurnakan dari model artikulatoris I sangat sistematis karena dibuat
berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan teori.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Mengingat bahasa yang dipelajari mahasiswa adalah bahasa Perancis yang
mempunyai sistem bunyi yang sangat berbeda dengan bahasa yang telah mereka
kuasai, yaitu bahasa Indonesia dan atau bahasa daerah, maka kesulitan pertama
yang mereka temukan adalah melafalkan sistem bunyi bahasa yang sedang
mereka pelajari yaitu bahasa Perancis.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes pelafalan, dapat
disimpulkan terdapat dua macam kategori
kesalahan yang dibuat oleh
mahasiswa.
Pertama bahwa masih banyak mahasiswa tingkat I semester II bahasa
Perancis secara fonologis cenderung mentransfer sistem fonologi bahasa
Indonesia atau bahasa daerah ke dalam bahasa Perancis pada waktu melafalkan
fonem, kata dan rangkaian kata, misalnya bunyi [0| dilafalkan [0], bunyi [oe]
dilafalkan [a], [u], [e].
Kedua masih terdapat mahasiswa bahasa Perancis yang malas untuk
memfungsikan alat ucap dengan baik dan benar, misalnya dalam melafalkan
vokal nasal bahasa Perancis [6], [£], dan [ce] kurang memfungsikan bibir dan
mulut sehingga bunyi yang dihasilkan [on], [en], dan [Of)] ringan dan tidak
sempurna.
172
Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan pula ramalan kesulitan
pelafalan
bahasa Perancis bagi mahasiswa yang sedang mempelajari bahasa
Perancis. Mahasiswa diramalkan akan menemukan kesulitan dalam melafalkan
bunyi [ y ] dan menggantikannya dengan bunyi [u], bunyi [ ('] dengan bunyi [s],
bunyi [z] dengan bunyi [j] atau dengan bunyi [s], bunyi [ z] dengan bunyi [j],
bunyi [v] dengan bunyi [fj, bunyi [f] dengan bunyi [p] bunyi [e ] dengan bunyi
[e], bunyi [o] dengan bunyi [3], bunyi [oe] dan bunyi [0] dengan bunyi [d], bunyi
[2C]dengan bunyi [an], bunyi [6 ] dengan [on], bunyi
Berdasarkan
[s'] dengan bunyi [en].
hasil analisis tes temyata tidak semua fonem yang diramalkan
tersebut tidak dapat dilafalkan oleh mahasiswa, dengan kata lain mahasiswa tidak
mengalami kesulitan untuk melafalkan bunyi [e],[f],[p],[z],[o],[v],[