PENGAJARAN PELAFALAN BAHASA PERANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARTIKULATORIS : Studi Eksperimen pada Mahasiswa Tingkat I Program Pendidikan Bahasa Prancis Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 1999-2000.

PENGAJARAN PELAFALAN BAHASA PERANCIS DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL ARTIKULATORIS

(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Tingkat I Program Pendidikan Bahasa
Perancis Universjtas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 1999-2000)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Penyelesaian Program Magister
Pendidikan pada Program Studi Pengajaran Bahasa Indonesia

Oleh:

YULIARTI MUTIARSIH
NIM : 979648

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2000


LEMBARAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Disetujui untuk mengikuti Ujian Tahap II

Prof. Dr. H. Yus Rusvana

Pembimbing I

Prof. Dr. Hi. Svamsunuwiyati Mar'at
Pembimbinq II

ABSTRAK

Bahasa Perancis sebagai bahasa asing yang dipelajari secara formal baik di
Sekolah Menengah Umura maupun di Perguruan Tinggi mempunyai sistem bunyi
yang sangat berbeda dengan sistem bunyi bahasa Indonesia. Kesulitan pertama
yang ditemukan oleh pembelajar bahasa Perancis sebagai bahasa asing adalah
adanya perbedaan antara pelafalan bahasa Indonesia dan pelafalan bahasa
Perancis.


Pengajaran pelafalan di Program Pendidikan Bahasa Perancis terdapat
pada mata kuliah Lire I (Pemahaman Teks Dasar), mahasiswa diperkenalkan
sekilas tentang pelafalan vokal dan konsonan bahasa Perancis, dengan kata lain
pengajaran mata kuliah ini menitikberatkan pada pemahaman teks bukan pada
pelafalan, sehingga masih banyak ditemukan mahasiswa yang melakukan
kesalahan dalam pelafalan fonem, kata, dan rangkaian kata.
Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian yang berjudul "Pengajaran
Pelafalan Bahasa Perancis dengan Menggunakan Model Artikulatoris". Masalah
pokok dalam penelitian ini adalah kesulitan dalam melafalkan fonem, kata, dan
rangkaian kata bahasa Perancis serta usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan
tersebut dengan menggunakan model artikulatoris.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain "pre-test
and post-test design". Metode tersebut dipergunakan untuk mengujicobakan
model artikulatoris sebagai model pengajaran pelafalan bahasa Perancis,
sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah studi pustaka, tes, dan angket.
Tes yang berupa tes pelafalan terdiri dari dua jenis yaitu pra-tes dan pos-tes. Dari
analisis pra-tes diketahui bahwa mahasiswa tingkat I semester II mengalami
kesulitan dalam pelafalan fonem, kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis.

Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka digunakan model artikulatoris.

Dari hasil pos-tes dapat diketahui bahwa adanya peningkatan hasil sebelum dan
sesudah pemberian perlakuan, hal ini terlihat dari hasil kegiatan belajar mengajar
setelah dan sebelum menggunakan model artikulatoris dan dari perbedaan antara
hasil pra-tes dan pos-tes yang signifikan : t hitung > t tabel•

DAFTAR ISI

Halaman

KATAPENGANTAR

i

UCAPAN TERIMA KASIH

11

DAFTAR ISI

iv


DAFTAR TABEL

vii

BAB T PENDAHUUJAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1

1.2 Rumusan Masalah

5

1.3 Pentingnya Masalah

5

1.4 Tujuan Penelitian


6

1.5 Manfaat Penelitian

7

1.6 Anggapan Dasar

.'

7

1.7 Hipotesis

8

1.8 Definisi Operasional

8


1.9 Metodologi Penelitian

8

1.9.1 Metode Penelitian

8

1.9.2 Teknik Penelitian

9

1. Angket

9

2. Studi Pustaka

9


3. Tes

9

BAB II LANDASAN TEORETIS
2.1 Fonetik

10

2.1.1 Pengertian Fonetik

10

2.1.2 Berbagai Cabang Fonetik

10
iv

2.2 Pembentukan Bunyi Bahasa


11

2.2.1 Sistem Bunyi Bahasa Perancis

13

2.2.2 Sistem Ejaan Bahasa Perancis

29

2.2.2.1 Ejaan Bahasa Perancis Menuliskan Bunyi

30

2.3 Tempat dan Cara Produksi Bunyi Vokal, Konsonan, dan
Semi Vokal Bahasa Perancis

39


2.4 Deskripsi Ramalan Kesulitan-kesulitan Bahasa Perancis

42

2.5 Model Pengajaran Bahasa

47

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

55

3.2 Populasi dan Sampel

55


3.3 Instrumen Penelitian

56

3.3.1 Instrumen Perlakuan
3.3.1.1 Model Artikulatoris I

3.3.2 Instrumen Tes

56
56

73

3.3.2.1 Rekapitulasi Bahan Tes

73

3.3.2.2 Tabel Pokok Uji


73

3.3.2.3 Tabel Perimbangan

74

3.3.2.4 Tabel Kisi-kisi Soal

74

3.3.3 Angket
3.4 Prosedur Pelaksanaan Tes Pelafalan Bahasa Perancis

3.4.1 Cara Koreksi dan Penilaian Tes Ucapan

74
75

75

3.5 Penilaian Butir-butir Soal

76

3.6 Analisis Data

77

BAB IV ANALISIS DATA

4.1 Deskripsi dan Analisis Hasil Pra-tes Pelafalan Bahasa Perancis

78

4.1.1 Pelafalan Fonem

79

4.1.2 Pelafalan Kata

88

4.1.3 Pelafalan PasanganKata

92

4.1.4 Pelafalan Rangkaian Kata

98

4.2 Deskripsi dan Analisis Hasil Pos-tes Pelafalan Bahasa Perancis

102

4.2.1 Pelafalan Fonem

102

4.2.2 Pelafalan Kata

107

4.2.3 Pelafalan Pasangan Kata

109

4.2.4 Pelafalan Rangkaian Kata

114

4.3 Analisis Perhitungan Hasil Tes

118

4.4 Analisis Model Artikulatoris II

120

BAB V PEMBAHASAN

170

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

172

6.2 Saran-saran

174

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1

Tabel Pembeda Vokal Oral dan Nasal Bahasa
Perancis

16

Tabel Pembeda Konsonan Bahasa Perancis

22

Tabel

2

Tabel

3

: Rekapitulasi Bahan Tes

73

Tabel

4

: Pokok Uji

73

Tabel

5

: Perimbangan Tes

74

Tabel

6

:

Kisi-kisi Soal

74

Tabel

7

Kisi-kisi Angket Penelitian

75

Tabel

8

Ketidaktepatan dan

Ketepatan Pelafalan Fonem

dalam Pra-tes

Tabel

9

79

: Persentase Ketidaktepatan Pelafalan Fonem dalam
Pra-tes

Tabel

10

83

Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Kata dalam
Pra-tes

Tabel

11

88

: Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Kata dalam Pra-tes

Tabel

12

90

Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Pasangan
Kata dalam Pra-tes

Tabel

13

92

Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan

Pasangan Kata dalam Pra-tes

Tabel

14

Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Rangkaian
Kata dalam Pra-tes

Tabel

15

95

98

Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Ranekaian Kata dalam Pra-tes

VI!

100

Tabel

16

: Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Fonem
dalam Pos-tes

Tabel

17

102

: Persentase Ketidaktepatan Pelafalan Fonem dalam
Pos-tes

Tabel

18

105

: Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Kata dalam
Pos-tes

Tabel

19

107

: Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Kata dalam Pos-tes

Tabel

20

108

: Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Pasangan
Kata dalam Pos-tes

Tabel

21

109

: Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan

Pasangan Kata dalam Pos-tes
Tabel

22

: Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Rangkaian
Kata dalam Pos-tes

Tabel

Tabel

23

24

Ill

114

: Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan

Rangkaian Kata dalam Pos-tes

115

: Analisis Perhitungan Hasil Tes

118

VI it

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Bahasa yang digunakan manusia di dunia tidak hanya satu macam, hal ini
disebabkan oleh masing-masing bangsa minimal memiliki satu bahasa. Pada
umumnya manusia berkomunikasi melalui bahasa dengan cara berbicara atau

menulis. Apabila komunikasi itu dengan tulisan, tidak ada alat yang ikut terlibat

tetapi

kalau komunikasi tersebut diiakukan secara lisan, maka alat ucap

memegang peranan yang sangat penting.

Sebagai alat komunikasi, bahasa sangat dibutuhkan manusia, oleh karena
itu manusia tidak dapat melepaskan diri dan terlepas dari bahasa. Menurut Goiys

Keraf (1986: 16), bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa
lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Lebih lanjut Joseph A. De Vito (1970:7) dalam Chaedar Alwasilah
(1993:79), menyatakan bahasa itu ujaran dan merupakan media bahasa yang
terpenting dalam berbahasa.

Dalam pandangan Ferdinand de Saussure bahasa sebagai sistem tanda
selalu terdiri atas petanda (signifie) dan penanda (signifiant). Petanda itu tidak
lain ialah konsep sedangkan penanda berupa gambaran akustik yang diwujudkan
dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa.

Banyak linguis mengemukakan pendapat bahwa bunyi adalah sarana yang

lebih mudah bagi perkembangan bahasa daripada setiap alternatif yang tersedia.

Berbeda dengan isyarat-isyarat atau substansi lain apa pun perbedaanperbedaannya dapat ditangkap dengan indra penglihat ; bunyi tidak tergantung
pada kehadiran sumber cahaya dan tidak begitu sering terhaiang oleh benda-benda
di hadapannya, oleh karena itu cocok digunakan untuk berkomunikasi pada

malam maupun siang hari. Berbeda pula dengan berbagai macam substansi yang
tergantung pada indra peraba untuk

membuat

dan menangkap perbedaan-

perbedaannya, bunyi tidak menuntut pengirim dan penerima agar berdekatan dan
membiarkan tangan bebas melakukan tugas-tugas lain (John Lyons, 1995:63).

Dari pendapat tersebut

di atas secara garis besar dapat disimpulkan

bahwa salah satu unsur penting yang terdapat dalam bahasa adalah bunyi, baik

bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa sebagai sistem ujaran maupun bahasa
sebagai sistem tanda.

Para pendukung hipotesis analisis kontrastif (dalam Tarigan, 1995:23)
mengemukakan bahwa dalam pembelajaran bahasa kedua khususnya bahasa asing
dapat terjadi transfer positif dan transfer negatif. Transfer positif terjadi tatkala
dua bahasa atau lebih serupa, dan apabila bahasa-bahasa itu berbeda, maka
transfer negatif

yang

muncul. Dengan perkataan lain, pada waktu terjadi

penguasaan bahasa kedua (bahasa asing) semua unsur bahasa yang mirip baik
bentuk, arti maupun distribusi akan mempercepat proses belajar bahasa kedua
(transfer positif), sedangkan unsur-unsur bahasa yang berbeda dari bahasa

pertama diduga akan menjadi penghambat (transfer negatif).
Menurut Lado (1977:12) ada kecenderungan

pada pembelajar

untuk

mentransfer sistem bahasanya sendiri ke dalam sistem bahasa yang sedang

mereka pelajari. Unsur-unsur yang ditransfer ke dalam bahasa kedua itu ialah
fonem-fonem beserta varian-variannya, pola-pola tekanan kata dan ritme, transisi,

pola-pola intonasi beserta hubungan-hubungannya dengan fonem-fonem lain.
Berkenaan dengan pembelajaran bahasa khususnya bahasa asing, Samsuri
(1993:8) menegaskan bahwa bahasa asing sebaiknya diajarkan

dengan dasar

mendengar dan menirukan ucapan-ucapannya, dan kemampuan membaca serta
menulis harus dibangun atas dasar penguasaan bahasa secara lisan.
Guy CAPELLE (dalam Leon, 1964:xii) mengemukakan bahwa pengajaran

pelafalan harus diberikan pada awal pengajaran bahasa. Hal ini sejalan dengan
pendapat Leon bahwa pengajaran pelafalan harus menjadi bagian di kelas bahasa

Perancis sebagai bahasa asmg, karena pengajaran pelafalan merupakan syarat
dalam penguasaan dua kemampuan berbahasa, yaitu penguasaan menyimak dan

berbicara (1964:1). Beliau mengemukakan pula bahwa apa pun metode yang
digunakan, pengajaran fonetik dapat menjadi bagian materi pengajaran bahasa,
dan diberikan tidak hanya kepada pemula tetapi juga kepada semua tingkat.
Bahasa Perancis sebagai bahasa asing yang dipelajari secara formal baik
di Sekolah Menengah Umum maupun di Perguruan Tinggi mempunyai sistem

bunyi yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Perbedaan sistem bunyi pada
kedua bahasa tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi pembelajar. Kesulitan
pertama yang paling sederhana bagi seseorang yang mempelajari bahasa Perancis
adalah adanya perbedaan pelafalan pada bahasa Indonesia dan bahasa Perancis.
Dalam sistem bunyi bahasa Perancis dengan jelas dibedakan secara

fonemik antara [v] - [fj,

[z] - [s],

[u] - [y],

[o] - [3],

[s] - [f], [oe] -[»],

dan Iain-lain. Misalnya, untuk melafalkan kata-kata base [baz], basse [bas],

bache, terdapat tiga fonem konsonan berbeda yaitu Izl, Is/, Iff, kemudian kata rue
[Ry] dan ragaSsj •

Mulut terbuka

1 •

Bibir lebih ditarik dari [e]

N

!

i

/

v

/

V

[a]

(
1

|

(~>\

i

^^
jcfl^S^^fe

\

\



] •

Mulut terbuka

1

Bibir sedikit tersenyum

S? A

i

/
/

Lidah ditekan antara gigi bawah



61

Lidah diletakkan di belakang gigi bawah

[a]

Mulut terbuka

Bibir bulat tanpa keluar udara

\ * Lidah ditekan.

pada pangkal gigi bagian

3 !

bawah

Mulut terbuka

Bibir agak bundar, sangat lemas (tidak tegang)

[0]

Lidah sangat menurun

Mulut hampir tertutup

Bibir ke depan dan bulat

[u]

Lidah berada di belakang, ujungnya berada di
bawah

Mulut hampir tertutup
Bibir dimajukan ke depan

62

\ • Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah
Mulut hampir tertutup

Bibir dibulatkan, ditempelkan pada gigi

v

Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah

[0]
i

Of

_rtv»

m

Mulut sedikit tertutuup dari [ y ]
Bibir dibulatkan menempel pada gigi

v

Lidah ditekan di antara gigi bagian bawah

M
Mulut lebih terbuka lebar
Bibir dibulatkan

[ex]

Lidah ditekan di antara gigi bagian bawah
Mulut terbuka
Bibir dibulatkan

63

Lidah ditekan antara gigi bagian bawah

[e]
s>>

Mulut terbuka lebar
,1,

'¥'1

Iv/

[a]

Bibir tersenyum

Udara dilepas melalui hidung

Lidah sedikit diturunkan

Mulut agak terbuka

Bibir bulat tanda gerakan ujung bibir
Udara dilepas melalui hidung

X

Lidah sangat menurun
Mulut hampir tertutup
Bibir dibulatkan dan dimajukan ke depan
Udara dilepas melalui hidung

Lidah dimajukan
Mulut terbuka
Bibir bulat

Udara dilepas melalui hidung

64

[p]

\ • Bibir bawah merapat pada bibir atas
Biarkan terbuka sehingga udara lepas
Pita suara tidak bergetar

\i

/

Bibir bawah merapat pada bibir atas

-r~—[b]

Biarkan terbuka sehingga udara lepas
• Pita suara bergetar

,.

[t]

• Daun lidah menempel pada gusi atas laiu ditarik
ke bawah

• Biarkan udara iepas


Pita suara tidak bergetar

/
/

\

• Daun lidah menempel pada gusi atas laiu ditarik

[d]
ke bawah



Biarkan udara lepas



Pita suara bergetar

65

Ujung lidah berada di bawah

Pangkal lidah menempel pada langit-langit laiu
ditarik

Biarkan udara lepas

Pita suara tidak bergetar

• Ujung lidah berada di bawah

[g]
• Pangkal lidah menempel pada langit-langit laiu
ditarik

• Biarkan udara lepas

• Pita suara bergetar

/

• Bibir dirapatkan laiu dibuka

[m]

• Udara keluar melalui hidung
• Pita suara bergetar

~\)
^

\



Daun lidah menyentuh gigi atas laiu ditarik

\
i

dengan cepat

!
i

>/

J


Udara keluar melalui hidung

i

j • Pita suara bergetar

66

Ujung lidah ditekan pada gigi bawah

[ ]
Pangkal lidah menyentuh langit-langi dengan
cepat

Udara keluar melalui hidung
Pita suara bergetar

Gigi atas menempel pada bibir bawah tanpa

[f]
penurunan dagu
Udara keluar secara terus-menerus antara bibir

,/
r\* ' '

" "•

S

dan gigi

;-1

Pita suara tidak bergetar

Gigi atas menempel pada bibir bawah tanpa

[v]
penurunan dagu
Udara keluar secara terus-menerus antara bibir

,/

dan gigi

"^
[s]

Pita suara bergetar

\

]

• Lidah berada di gigi bagian bawah
*

Udara keluar secara terus-menerus



Pita suara tidak bergetar

67

\

• Lidah berada di gigi bagian bawah

[z]


Udara keluar secara terus-menerus

Pita suara bergetar

Ujung lidah digerakkan ke arah langit-langit

[ ]
Bibir dimajukan ke depan
Udara keluar secara terus-menerus

O

Pita suara tidak bergetar

\

s

• Ujung lidah digerakkan ke arah langit-langit

[ ]
• Bibir dimajukan ke depan

\



Udara keluar secara terus-menerus



Pita suara bergetar

• Ujung lidah berada di gigi bawah

[R]
• Pangkal lidah menyentuh langit-langit


Udara keluar melalui mulut secara terusmenerus

• Pita suara bergetar

68

\

• Ujung lidah menempel pada gigi bagian atas

[1]


Udara keluar lewat mulut secara terus-menerus

Pita suara tidak bergetar

• Lidah dimajukan seperti pada pelafalan [i]

[J]
• Lidah naik mendekati geraham

• Pita suara bergetar

\

W

• Lidah dimajukan seperti pada pelafalan [y]
Bibir bulat

Pita suara bergetar

\

'-

Lidah dikebelakangkan seperti pada pelafalan

[w]
[u]
Bibir bulat

Pita suara bergetar

69

PELAFALAN KATA

[e]

:

des [de]

tes [te]

nez [nez]

ses [se]

mes [me]

les [le]

des [ds]

taie [ts]

nait [ne]

sait [ss]

mais [ms]

lait [Is]

lame [lam]

pate [pat]

lame [lam]

patte [pat]

port[poR]

bo! [bol]

grosse [gRos]

sotte [sot]

faute [fot]

pomme [p om]

pot [po]

beau [bo]

gros [gRo]

sot [so]

faux [fo]

paume [pom]

[s]

[a]

:

:

tache [tap
[a]

:

tache [taj* ]
[o]

[o]

:

:

70

[0]

:

jeune [^0n]

veut [v0]

jeune [^.cen]

veulent [vcel]

roue [Ru]

tout [tu]

pousse [pus]

sous [su]

fou [fu]

bout [bu]

rue[Ry]

tu [ty]

puce [pys]

sur [syR]

fut [fyt]

bu [by]

en[ ]

vent [va,]

sans [sco]

dans [da]

gant [ga]

cent [s ^

hein [sj

vin [vs]

sain [ssf

daim [dsj

gain [gs]

cinq [ssf

peux [p0]

[oe] :
neuf [ncef]

[u]

[y]

[s]

:

:

:

71

[p]

:

pas [pa]

[b]

cab [kab]

fou [fu]

passif [pasif]

vous [vu]

passive [pasiv]

nier [nje]

fille [fij]

nuit [nt|i ]

fuit [fU| ]

nuee [rime]

foue [fwe]

:

vaux [vo]

0]

debit [debi]

:

faux [fo]

[v]

cape [kap]

:

bas [ba]

[f]

depit [dopi]

:

miette [mjst]

If] :

muette [mij st]
[w]

:

mouette [mwst]

72

PHRASES
1. lis vont au cinema avee leur amis

2. Je prends Pavion pour aller a Jakarta
3. lis invitent mes amis a diner chez eux

4,Mon oncle passe ses vacances

S.EIIe mange du pain pour le petit
dejeuner
6. Nous

faisons

du

velo

au

Bois

de

Boulogne
7. Elle est sortie avec sa mere

8,11 a un chien qui s'appelle Medor
9, Les etudiants ont lu des journaux
lO.Les

eleves

vacances

sont

alles

au

zoo

en

3.3.2

Instrumen Tes

Tes yang diberikan berupa tes pelafalan bahasa Perancis, yaitu pelafalan
vokal dan konsonan, pelafalan kata, pelafalan dua kata yang berbeda, dan
membaca kalimat.

3.3.2.1 Rekapitulasi Bahan Tes

Rekapitulasi ini merupakan langkah awal dalam penyusunan tes yang
menyangkut aspek kognitifdan berisi semua bahanyang akan diuji kepada siswa.
Tabel 3

Rekapitulasi Bahan Tes
No

Materi

Jumlah soal

Aspek kognitif

1

Foneir.

20

Aplikasi

2

Kata

20

Aplikasi

3

Kalimat

5

Aplikasi

Total

45

3.3.2.2 Tabel Pokok Uji

Untuk menentukan bentuk soal yang akan diberikan kepada siswa, terlebih
dahulu penulis membuat tabel pokok uji yang berisikan bahan dan tipe soal yang
sesuai dengan jenjang dan tujuan yang hendak dicapai.
Tabel 4

Pokok Uji
No

Pokok Uji

Aspek Kognitif

Tipe Soal

1

Meiafalkan fonem

Aplikasi

2

Melafalkan kata

Aplikasi

Lisan

D

Melafalkan pasangan kata

Aplikasi

(Pelafalan)

4

Melafalkan rangkaian kalimat

Aplikasi

3.3.2.3 Tabel Perimbangan

Penyusunan tabel perimbangan bertujuan untuk menentukan jumlah soal

tes, bentuk soal, bobot nilai, dan waktu yang diperlukan untuk tiap-tiap soal yang
akan diujikan.
Tabel 5

Perimbangan Tes
Tipe Soal

No

Jumlah

Waktu

Soal

Total

Bobot

Skor

1

Pelafalan fonem

20

r

1

20

2

Pelafalan kata

10

r

1

10

3

Pelafalan pasangan kata

10

2'

9

20

4

Pelafalan rangkaian kata

5

2'

2

10

3.3.2.4

Tabel Kisi-kisi Soal
Tabel 6

Kisi-kisi Soal
No

Materi

Jumlah Soal

%

1

Fonem

20

44

2

Kata

20

44

5

12

45

100

Kalimat

Total

3.3.3 Angket

Penulis menyebarkan angket kepada mahasiswa tingkat I semester 2
Program Pendidikan Bahasa Perancis UPI tahun akademik 1999-2000 untuk

mendapatkan keterangan atau infomiasi tentang latar belakang bahasa mahasiswa,

juga bahasa yang sering digunakan di rumah dan di kampus. Untuk lebih jelasnya,
tabel kisi-kisi angket disusun sebagai berikut:
Tabel 7

Kisi-kisi angket penelitian
Aspek yang diteiiti

No
1

Bahama yang digunakan

2

Pelafalan bahasa Perancis

3

Usaha-usaha mengatasi kesulitan pelafalan fonem

4

40

2

10

1

20

10

100

Kemampuan mahasiswa dalam melafalkan fonem
bahasa Perancis
Total

3.4

%

30

bahasa Perancis
4

f

Prosedur Pelaksanaan Tes Pelafalan Bahasa Perancis

Pelaksanaan tes pelafalan dilakukan di laboratorium bahasa sebanyak 2
kali yaitu sebelum dan setelah perlakuan diberikan. Dalam pelaksanaannya, baik
untuk pra-tes maupun pos-tes

mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok yang

masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang mahasiswa, mereka diminta untuk
merekam suara mereka dengan cara melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata

bahasa Perancis. Untuk memperlancar proses pelaksanaan tes ini, penulis
meminta bantuan 4 orang pengajar bahasa Perancis.

3.4.1 Cara Koreksi dan Penilaian Tes licapan

Soal pra-tes dan pos-tes yang digunakan terdiri dari empat bagian, 20

soal pelafalan fonem, 10 soal pelafalan kata, 10 soal pelafalan pasangan kata, dan
5 soal pelafalan rangkaian kalimat. Pada bagian 1 dan 2, penulis memberikan skor

76

1untuk jawaban tepat dan 0 untuk jawaban tidak tepat. Sedangkan pada bagian 3
penulis memberikan skor 2 untuk jawaban tepat kedua pasangan kata, skor 1
untuk jawaban salah satu kata yang tepat, dan skor 0 untuk jawaban tidak tepat
kedua pasangan kata. Untuk bagian 4, masing-masing kalimat yang terdiri dari 4
kata diberi skor 2.

Selanjutnya, skor 2, 1, dan 0 menggambarkan ketepatan dan

ketidaktepatan pelafalan. Misalnya pada bagian pertama, untuk menghasilkan
bunyi [ej responden harus melafalkan dengan artikulasi sebagai berikut:
-

Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah

-

Mulut sedikit terbuka dari bunyi [i]

-

Bibir sedikit tersenyum

Apabila salah satu tahapan ini tidak dilakukan oleh responden, maka bunyi yang
dihasilkan tidak akan sesuai dengan bunyi yang diharapkan, dengan kata lain
bunyiyang dihasilkan tidak tepat.

3.5

Penilaian Butir-butir Soal

Setelah penyusunan butir-butir soal tes, tahap selanjutnya yaitu meminta
expert jugement, yaitu penilaian terhadap butir-butir soal oleh para ahli yang ada

di Program Pendidikan Bahasa Perancis dan Pusat Kebudayaan Perancis dengan

tujuan agar instrumen tersebut benar-benar valid dan reliabel untuk diujikan pada
mahasiswa.

3.6 Analisis Data

Rumus

yang digunakan untuk menghitung efektivitas perlakuan (X)

adalah :
Md

^ N(N -1)
keterangan :
Md = mean dari deviasi (d) antara postes dan pretes
xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md)

N

= banyaknya subjek

db = ditentukan dengan N - 1

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan

mencari model pengajaran pelafalan bahasa

Perancis yang tepat, guna mempermudah mahasiswa dalam melafalkan fonem,
kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis.

Penelitian tersebut

dilakukan di Program Pendidikan Bahasa Perancis

selama satu semester. Penulis mengadakan pra-tes untuk mengetahui kemampuan
awal mahasiswa, setelah diketahui kemampuan awal mereka barulah diadakan

perlakuan yaitu penggunaan model artikulatoris dalam pengajaran pelafalan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa mahasiswa tingkat I yang

mempelajari bahasa Perancis masih melakukan kesalahan dalam melafalkan
fonem-fonem tertentu. Pada umumnya,

mahasiswa melakukan kesalahan

melafalkan bunyi fonem [oe], [0], [y], [oe], [8^, [ol, [e], [sf dan menggantikannya
dengan fonem yang dekat dengan bahasa yang telah mereka kuasai betul.
Misalnya, bunyi [oe] dan bunyi [0] dilafalkan [d], bunyi [y] dilafalkan [u] pada
kata tu [ty], bunyi [o] dilafalkan [on], bunyi [s] dilafalkan [e] pada kata pres

[pRe]. Menurut Leon Monique (1964:1), kesulitan-kesulitan mempelajari bahasa
asing dapat berawal dari penggunaan alat ucap karena kebiasaan pelafalan,
kebiasaan ritme, kebiasaan irama, dan kebiasaan kesulitan bahasa. Selanjutnya,

John

Lyons

(1995:101)

berpendapat

pula

bahwa

"ketidakmampuan"

mengucapkan bunyi-bunyi tertentu pada umumnya merupakan faktor-faktor
lingkungan pada masa kanak-kanak, dan faktor utamanya adalah mempelajari

bahasa ibu seseorang seperti apa yang didengar dari cara pengucapannya. Hal ini

berarti kebiasaan dalam berbahasa pertama (Bl) sangat berpengaruh terhadap
pemerolehan B2.
Kendala yang

dihadapi mahasiswa dapat disebabkan oleh faktor

kebiasaan berbahasa ibu. Hal tersebut didukung pula oleh angket sebagai data
tambahan bahwa pada umumnya bahasa yang sering digunakan mahasiswa baik di

lingkungan keluarga maupun ketika berkomunikasi dengan teman adalah bahasa
Indonesia (50%),

bahasa

daerah Sunda (40%), bahasa daerah lainnya yaitu

bahasa Padang dan Bali (10%). Untuk mengatasinya, diperlukan suatu pengajaran
pelafalan bahasa Perancis yang diberikan sedini mungkin sehingga mahasiswa
terlatih dan terbiasa untuk melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata dengan

baik dan benar. Di dalam penelitian ini penulis membuat suatu model pengajaran
pelafalan yang dapat melatih, membiasakan, mempermudah, dan mempercepat
penguasaan pelafalan mahasiswa.
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, model

artikulatoris yang

digunakan dalam pengajaran pelafalan bahasa Perancis ternyata dapat mengatasi

kendala yang dihadapi mahasiswa meskipun dilihat dari tingkat keberhasilan
belum mencapai seratus persen. Hal tersebut bisa dimengerti karena model ini
belum digunakan secara maksimal.

Dalam proses uji coba model artikulatoris penulis mendapat masukan
dalam penyempurnaan model. Model artikulatoris II yang penulis kembangkan
dan sempurnakan dari model artikulatoris I sangat sistematis karena dibuat
berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan teori.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Mengingat bahasa yang dipelajari mahasiswa adalah bahasa Perancis yang
mempunyai sistem bunyi yang sangat berbeda dengan bahasa yang telah mereka

kuasai, yaitu bahasa Indonesia dan atau bahasa daerah, maka kesulitan pertama
yang mereka temukan adalah melafalkan sistem bunyi bahasa yang sedang
mereka pelajari yaitu bahasa Perancis.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes pelafalan, dapat
disimpulkan terdapat dua macam kategori

kesalahan yang dibuat oleh

mahasiswa.

Pertama bahwa masih banyak mahasiswa tingkat I semester II bahasa

Perancis secara fonologis cenderung mentransfer sistem fonologi bahasa
Indonesia atau bahasa daerah ke dalam bahasa Perancis pada waktu melafalkan

fonem, kata dan rangkaian kata, misalnya bunyi [0| dilafalkan [0], bunyi [oe]
dilafalkan [a], [u], [e].

Kedua masih terdapat mahasiswa bahasa Perancis yang malas untuk
memfungsikan alat ucap dengan baik dan benar, misalnya dalam melafalkan

vokal nasal bahasa Perancis [6], [£], dan [ce] kurang memfungsikan bibir dan
mulut sehingga bunyi yang dihasilkan [on], [en], dan [Of)] ringan dan tidak
sempurna.

172

Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan pula ramalan kesulitan

pelafalan

bahasa Perancis bagi mahasiswa yang sedang mempelajari bahasa

Perancis. Mahasiswa diramalkan akan menemukan kesulitan dalam melafalkan

bunyi [ y ] dan menggantikannya dengan bunyi [u], bunyi [ ('] dengan bunyi [s],

bunyi [z] dengan bunyi [j] atau dengan bunyi [s], bunyi [ z] dengan bunyi [j],
bunyi [v] dengan bunyi [fj, bunyi [f] dengan bunyi [p] bunyi [e ] dengan bunyi
[e], bunyi [o] dengan bunyi [3], bunyi [oe] dan bunyi [0] dengan bunyi [d], bunyi

[2C]dengan bunyi [an], bunyi [6 ] dengan [on], bunyi
Berdasarkan

[s'] dengan bunyi [en].

hasil analisis tes temyata tidak semua fonem yang diramalkan

tersebut tidak dapat dilafalkan oleh mahasiswa, dengan kata lain mahasiswa tidak

mengalami kesulitan untuk melafalkan bunyi [e],[f],[p],[z],[o],[v],[

Dokumen yang terkait

ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN KONSONAN んPADA MAHASISWA TINGKAT I KELAS A ANGKATAN 2015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

14 59 93

EFEKTIFITAS TEKNIK STORY RETELLING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN CHOUKAI : Penelitian Eksperimen Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia Tingkat II Tahun Ajaran 2012/2013).

4 10 36

TEKNIK PERMAINAN BERBASIS MEDIA KOKAMI (KOTAK DAN KARTU MISTERIUS) DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA BAHASA PERANCIS : Studi Pra-Eksperimen terhadap Mahasiswa Semester II Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Akademik 2

3 8 37

PEMBELAJARAN PELAFALAN SOKUON MENGGUNAKAN WEB MIC-J KITE KITE : Penelitian Eksperimen kepada Mahasiswa Tingkat I Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI Tahun Akademik 2013/2014.

0 2 31

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN PELAFALAN DAN KETERAMPILAN MENYIMAK MAHASISWA SEMESTER VI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FPBS UPI TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 1 38

ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN SOKUON PADA MAHASISWA TINGKAT I PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FPBS UPI.

6 13 42

EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN CERITA BERANTAI DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK PEMBELAJARAN BERBICARA BAHASA PERANCIS : Studi Pra-Eksperimen terhadap Mahasiswa Semester III Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Akademik 20

0 3 37

Kemampuan Mahasiswa Semester I Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis dalam Melafalkan Fonem Konsonan Bahasa Prancis yang Tidak Terdapat dalam Fonem Konsonan Bahasa Indonesia.

0 1 2

Model Pengajaran Bahasa Perancis Spesial

0 0 17

PELAFALAN BUNYI PANJANG BAHASA JEPANG PADA MAHASISWA, PENGAJAR DAN PENUTUR ASLI BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA.

1 1 9