KONTRIBUSI PENGELOLAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG) DAN KETERSEDIAAN SARANA PRAKTIK TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN : Studi Tentang Persepsi Siswa Pada Smk Negeri Dan Swasta Di Kota Cirebon.

(1)

Halaman

ABSTRAK …………... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ……….. 15

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. Manfaat Penelitian ... 17

1. Secara Teoretis ... 17

2. Secara Praktis …... 17

E. Anggapan Dasar …………... 18

F. Hipotesis Penelitian... 20

G. Definisi Operasional……… 20

H. Metode Penelitian... 22

1. Lokasi Penelitian... 22

2. Populasi dan Sampel Penelitian... 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA………..……… 24

A. Efektivitas Pembelajaran di SMK dalam Konteks Administrasi Pendidikan ………...…..……... 26

1. Konsep Dasar Administrasi Pendidikan ………. 26

2. Konsep Dasar Efektivitas …...…... 26

3. Efektivitas Pembelajaran... 29

B. Pendidikan Sistem Ganda (PSG)………. 35

1. Pengertian PSG... 35


(2)

3. Karakteristik PSG …...…... 38

C. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dalam PSG …… 47

D. Sarana Pendidikan …………..……….……...… 58

1. Konsep Dasar Sarana Pendidikan ……….. 58

2. Ketersediaan Sarana Praktik... 61

BAB III METODE PENELITIAN………....……. 66

A. Pendekatan Penelitian………... 66

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 68

1. Populasi ……….. 68

2. Sampel... 68

C. Teknik Pengumpulan Data …... 71

D. Instrumen Penelitian... 74

E. Uji Coba Instrumen... 76

1. Menguji Validitas... 77

2. Menguji Reliabilitas... 83

F. Uji Normalitas dan Uji Linieritas Data... 87

1. Uji Normalitas …... 87

2. Uji Linieritas ...………... 97

G. Analisis Data Penelitian………...………….…………. 100

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 104

A. Hasil Penelitian ……... 104

1. Hasil Analisis Data Deskriptif ……..…….……… 104

2. Pengujian Hipotesis Penelitian... 114

3. Interpretasi Hasil Analisis Korelasi... 121

B. Pembahasan …….……….……... 123

1. Gambaran Aktual Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar dalam PSG …………... 123

2. Gambaran Aktual Ketersediaan Sarana Praktik……… 124

3. Gambaran Aktual Efektivitas Pembelajaran……… 126

4. Kontribusi Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar dalam PSG terhadap Efektivitas Pembelajaran…. ………128


(3)

5. Kontribusi Ketersediaan Sarana Praktik terhadap Efektivitas

Pembelajaran ………..….. 130

6. Kontribusi Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar dalam PSG dan Ketersediaan Sarana Praktik terhadap Efektivitas Pembelajaran………....…………. 131

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 133

A. Kesimpulan... 133

B. Implikasi……… 134

C. Rekomendasi………... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 137

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 140


(4)

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tingkat keberhasilan pembangunan Indonesia di segala bidang sangat tergantung pada sumber manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan perkembangan seluruh sumber daya manusia yang dimiliki. Dalam kondisi yang demikian, hanya tenaga kerja berkualitas yang mampu bersaing dalam menghadapi setiap sendi kehidupan. Menghadapi kondisi tersebut, semua negara termasuk Indonesia sedang dan telah berupaya meningkatkan mutu sumber daya manusia dengan meningkatkan mutu pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal.

Salah satu lembaga pada jalur pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan pada dunia kerja, antara lain melalui pendidikan menengah kejuruan. Tampaknya perhatian pemerintah saat ini terhadap pendidikan kejuruan menjadi sangat penting mengingat tuntutan kualitas sumber daya manusia di pasaran semakin meningkat.

Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja, dan mengembangkan diri di kemudian hari. (Depdiknas, 2004 :1).

Sedangkan tujuan penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan adalah “mempersiapkan peserta didik untuk menjadi manusia produktif yang dapat langsung bekerja pada bidangnya melalui serangkaian pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi “ ( Depdiknas, 2004 :3 ).


(6)

Salah satu pendidikan kejuruan jalur formal yang dikembangkan di Indonesia adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK ). SMK merupakan suatu lembaga pendidikan yang menyiapkan lulusannya untuk menjadi tenaga kerja yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam bidang kejuruan. Lulusan SMK diharapkan menjadi individu yang produktif, mampu bekerja sebagai tenaga kerja tingkat menengah saat ini semakin didambakan masyarakat, khususnya masyarakat yang langsung berkecimpung dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan pendidikan kejuruan tersebut memang memiliki kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang memiliki keterampilan vokasional sesuai dengan bidangnya.

Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional telah mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam renstra Program Penguatan Kebijakan Depdiknas dengan RPJM Bappenas, salah satunya adalah pengembangan sekolah berbasis keunggulan lokal di setiap kabupaten/kota. Khusus mengenai SMA dan SMK Depdiknas memiliki kebijakan untuk meningkatkan rasio SMK lebih besar dari pada SMA yaitu 70% SMK dan 30% SMA pada tahun 2015. Kebijakan ini merupakan salah satu bentuk kesadaran bahwa bangsa Indonesia pada saat ini masih banyak memerlukan tenaga kerja tingkat menengah.

Kenyataan ini didasari oleh pengembangan sumber daya manusia yang belum benar-benar mengarah kepada kondisi yang diharapkan. Hal ini ditandai dengan (1) struktur tenaga kerja Indonesia masih didominasi oleh tenaga kerja yang kurang terdidik, sehingga tidak banyak berpengaruh terhadap meningkatnya pertumbuhan ekonomi; (2) penyiapan tenaga kerja tingkat menengah seakan-akan


(7)

hanya menjadi tugas dan dilakukan oleh SMK, sementara sebagian tamatan SMA atau yang sederajat tidak melanjutkan pendidikannya dan masuk ke pasar kerja; (3) tingkat pengangguran tamatan sekolah menengah masih besar, tingkat pengangguran tamatan SMK lebih besar dari pada tamatan SMA; (4) penguasaan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan tenaga-tenaga kerja di negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Semua ini menyebabkan tenaga kerja Indonesia sulit bersaing bahkan tidak sedikit peluang kerja yang ada di Indonesia diisi oleh pekerja asing. Oleh karena itu maka peningkatan mutu sumber daya manusia harus menjadi prioritas dalam pembangunan.

Kebijakan yang tepat dari pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi hal tersebut di atas. Untuk itulah pemerintah berupaya mengubah paradigma bahwa sekolah kejuruan adalah sekolah “kelas dua” setelah SMA. Pemerintah juga telah menetapkan SMK menjadi primadona sekolah menengah. Kebijakan pemerintah yang menargetkan angka perbandingan SMK terhadap SMA hingga 70% : 30% sampai tahun 2015 mengandung pengertian bahwa ke depan SMA hanya fokus mempersiapkan siswa yang akan mengambil karir di bidang akademik sedangkan SMK untuk siswa yang berorientasi kerja.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan SMA, sekalipun di sisi lain juga memiliki kelemahan. Kelebihannya antara lain bahwa lulusannya dapat mengisi peluang kerja pada dunia usaha/industri karena terkait dengan suatu sertifikasi yang dimiliki oleh lulusannya melalui Uji Kompetensi dan Uji Profesi. Dengan sertifikasi tersebut,


(8)

sepanjang lulusan tersebut memenuhi persyaratan, lulusan SMK juga dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi sesuai dengan program studi dan kriteria yang dipersyaratkan.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan jumlah SMK sehingga dicapai rasio tersebut diatas, maka jumlah SMK akan terus bertambah. Penambahan ini dilakukan dengan cara membuat UPT SMK baru atau mengubah SMA yang tidak berkembang, sehingga berdiri SMK-SMK baru baik negeri maupun swasta dengan berbagai jenis dan bidang serta program studi keahlian.Kebijakan tersebut dilaksanakan dengan meningkatkan daya tampung dan kualitas pendidikan menengah kejuruan.

Gambaran tentang kualitas pendidikan kejuruan yang disarikan oleh Finch dan Crunkkilton dalam (Erna Fasiati, 2005 : 7) bahwa ‘kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda yaitu ukuran sekolah atau in-school success

students dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-school students’.

Kriteria pertama, meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam memenuhi tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja. Sedangkan keriteria kedua, meliputi keberhasilan peserta didik yang ditampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai standar kompetensi kerja nasional maupun

internasional setelah mereka berada di lapangan kerja yang sebenarnya. Kualitas

kerja yang dimaksud adalah memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan industri yaitu memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi kerja yang dipersyaratkan, serta senantiasa berusaha


(9)

mengembangkan kompetensi tersebut sesuai dengan perkembangan teknologi untuk lebih meningkatkan produktivitasnya.

Depnakertrans RI ( 2004 : 1 ) memberikan pengertian tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia( SKKNI ) yaitu :

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia adalah uraian kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang harus dimiliki seseorang untuk menduduki jabatan pekerjaan tertentu yang berlaku secara nasional.

SKKNI yang telah disusun dan telah mendapatkan pengakuan oleh para pemangku kepentingan akan dirasakan manfaatnya apabila telah terimplementasi secara konsisten. SKKNI digunakan sebagai acuan untuk : (1) menyusun uraian pekerjaan; (2) Menyusun dan mengembangkan program pelatihan dan sumber daya manusia; (3) Menilai unjuk kerja seseorang; dan (4) Akreditasi profesi di tempat kerja. Dengan dikuasainya kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka seseorang akan mampu : (1) Mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan; (2) Mengorganisasikan agar pekerjaan dapat dilaksanakan; (3) Menentukan langkah apa yang harus dilakukan pada saat terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula; dan (4) Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda. Untuk mencapai kualitas lulusan pendidikan kejuruan sesuai tuntutan dunia kerja terebut, perlu dilakukan upaya-upaya, mengingat masih terjadi kelemahan-kelemahan pada pendidikan kejuruan model lama, sebagaimana dijelaskan Indra Djati Sidi (2001:111) bahwa kelemahan pendidikan kejuruan model lama umumnya berkisar pada konsep dan pelaksanaannya. Adapun kelemahan-kelemahan tersebut yaitu :


(10)

Pertama, dari segi konsep, pendidikan kejuruan model konvensional memiliki kelemahan-kelemahan berikut ini : (1) Penerapan pendekatan “ supply

driven “ dimana totalitas penyelenggaraan pendidikan kejuruan dilakukan secara

sepihak oleh Depdiknas; (2) Penerapan “school based model “ telah membuat peserta didik tertinggal oleh kemajuan dunia usaha/industri; (3) Pengajaran berbasis mata pelajaran telah membuat tidak jelas pencapaian kompetensi; (4) Pendidikan kejuruan berbasis sekolah kurang luas (kaku); (5) Tidak mengakui keahlian yang diperoleh dari luar sekolah; (6) Pendidikan kejuruan hanya menyiapkan tamatan untuk bekerja di sektor formal; (7) Pendidikan kejuruan merupakan “dead-end career“ (terminal ); (8) Kurang adanya integrasi antara pendidikan dan pelatihan kejuruan; (9) Guru kejuruan tidak memiliki pengalaman kerja industri; (10) Pengelolaan pendidikan kejuruan terlalu sentralistis; dan (11) Pembiayaan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah (SMK Negeri) dan sepenuhnya oleh siswa ( SMK Swasta ).

Kedua, dilihat dari segi praktik, pendidikan kejuruan model lama juga memiliki banyak kelemahan, yaitu kurang mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja, tidak efisien, kurang mampu menjaga relevansi dengan perubahan pasar kerja, kurang mutakhir, sukar berubah atau konservatif. Tamatan SMK sering dikritik kurang mampu mengikuti perubahan, karena mereka kurang dibekali hal-hal berikut ini : (1) Keterampilan dasar (baca, tulis, dengar, bicara, hitung, dan matematika); (2) Keterampilan berpikir (berpikir kreatif, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, belajar cara belajar, dan mampu mengemukakan


(11)

alasan); (3) Kualitas kalbu (tanggung jawab, kejujuran, integritas, kerja sama, kerja keras, disiplin dan jiwa kewirausahaan).

Ketiga, dilihat dari segi sistem, pendidikan yang berlaku pada sekolah kejuruan model lama kurang sesuai dengan tuntutan dunia usaha/industri. Perbedaan yang mendasar antara budaya sekolah dan budaya industri ini tidak harus terjadi sekiranya dunia usaha/industri diikutsertakan secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan.

Keempat, dilihat dari tradisi, banyak kebiasaan salah yang dilakukan terus menerus oleh guru tanpa ada kesadaran bahwa apa yang dilakukan itu sebenarnya salah. Diantara beberapa kebiasaan salah yang memerlukan koreksi tersebut yaitu : (1) pelajaran praktik dasar tidak diajarkan sesuai dengan prinsip dasar yang benar; (2) membiarkan siswa menghasilkan mutu hasil kerja asal jadi; (3) membiarkan siswa bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan; dan (4) membiarkan siswa bekerja tanpa memperhatikan keselamatan kerja.

Menyadari akan kelemahan-kelemahan tersebut, maka upaya-upaya dalam melakukan perubahan secara mendasar (reformasi) terhadap penyelenggaraan pendidikan kejuruan konvensional di Indonesia perlu dilakukan agar dapat mengejar ketertinggalan dalam penyiapan tamatan sekolah menengah kejuruan yang berkualitas.

Sejalan dengan itu, Mamiek Slamet (1997:17) mengemukakan bahwa perubahan-perubahan mendasar dalam pendidikan menengah kejuruan tersebut adalah :

Perubahan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan memberikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai di dunia kerja yang


(12)

tidak mungkin atau sulit didapat di sekolah antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.

Sementara, Wardiman Djoyonegoro (2001 :6) mengungkapkan bahwa : Hakikat pembaharuan pendidikan kejuruan sesuai dengan kebijakan link

and match, adalah adanya perubahan pola pendidikan lama yang cenderung

berbentuk pendidikan demi pendidikan ke suatu yang lebih terang, jelas dan konkret menjadi pendidikan kejuruan sebagai program pengembangan sumber daya manusia.

Link and Match adalah kebijakan pemerintah yang dicetuskan oleh

Wardiman Djoyonegoro (Mendikbud pada waktu itu) untuk perubahan pendidikan kejuruan. Secara harfiah “link” berarti terkait, dan “match“ berarti cocok, menyangkut hasil harus sesuai atau sepadan. Sehingga link and match sering diterjemahkan menjadi terkait dan cocok/sepadan. Mengacu pada konsep ini, diharapkan terdapat keterkaitan dan kecocokan antara dunia pendidikan dan dunia kerja, yang mana orientasi pendidikan kejuruan dan pelatihan sumber daya manusia diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja. Untuk itu diperlukan penerapan konsep link and match dalam berbagai kebijakan dan program-program pendidikan. Beberapa prinsip utama dari konsep tersebut yaitu : (1) sistem pendidikan harus terkait dan sepadan dengan kebutuhan yang terus berkembang dari berbagai sektor industri akan tenaga kerja yang menguasai keterampilan dan keahlian profesional dalam berbagai cabang Iptek; (2) sistem pendidikan harus terkait dan sepadan dengan nilai, sikap, perilaku, dan etos kerja masyarakat yang sudah mulai mengarah pada era industri dan teknologi, dan (3) sistem pendidikan harus terkait dan sepadan dengan masa depan yang akan ditandai dengan perubahan dan perkembangan yang terus berlangsung (Suryadi, 1977:19).


(13)

Dalam rangka mengantisipasi hal seperti tersebut tersebut, diamanatkan dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam lembaran negara bagian c menyebutkan bahwa :

Sistem pendidikan nasional mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan-perubahan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan perubahan-perubahan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Pembaharuan pendidikan perlu dilakukan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang sesuai / relevan dan yang mampu memenuhi kebutuhan dunia usaha/dunia industri. Oleh karena itu pendidikan dan pelatihan sudah seharusnya dirancang dan dilaksanakan berdasarkan apa yang dapat dilakukan di tempat kerja yang diarahkan kepada unjuk kerja sesuai dengan standar kompetensi kerja yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Pendidikan Sistem Ganda atau Dual System merupakan salah satu konkretisasi dari reformasi pendidikan kejuruan sebagaimana diuraikan tersebut.

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan suatu bentuk penyeleng-garaan pendidikan dan pelatihan kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui praktik langsung di dunia kerja (Indra Djati Sidi, 2001 : 127).

Dengan demikian, para siswa SMK dengan program Pendidikan Sistem Ganda ini akan memiliki tingkat profesional yang sambung dengan dunia kerja yang dibutuhkan. Sebagaimana gambar di bawah ini yang menunjukan putaran program pembelajaran siswa yang terjadi di sekolah dan di dunia kerja.


(14)

Gambar 1.1.

Interaksi antara Sekolah dan Industri melalui Para Siswa Sumber : Indra Djati Sidi ( 2001 : 128 ).

Dalam pengertian tersebut, terdapat dua pihak yaitu lembaga pendidikan (sekolah) dan dunia kerja (industri/ perusahaan) secara bersama-sama menyeleng-garakan suatu program pendidikan dan pelatihan. Pergeseran pendidikan kejuruan dari model konvensional menuju model Pendidikan Sistem Ganda merupakan perubahan yang sangat mendasar (reformasi), oleh karena itu memerlukan perubahan-perubahan dalam sistem, budaya, dan pelakunya. Menyadari akan hal ini, Depdikbud (pada waktu itu) melakukan perbaikan-perbaikan terutama terhadap konsep, program, serta operasionalisasinya melalui pengarahan, pembimbingan, serta dukungan terhadap proses maupun hasil kinerja Pendidikan Sistem Ganda. Dengan pendekatan sistem ganda, diharapkan kualifikasi tamatan

TEORI PRAKTIK

Pemerintahan Dunia Usaha

Pembiayaan oleh Pemerintah Pembiayaan oleh Perusahaan

Sekolah Kejuruan Perusahaan


(15)

pendidikan kejuruan dapat sesuai dengan standar kompetensi kerja yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Secara umum, Pendidikan Sistem Ganda bertujuan untuk menjawab tantangan industri. Sedangkan secara rinci, Pendidikan Sistem Ganda bertujuan : (1) menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat kemampuan kompetensi, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja; (2) meningkatkan dan memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan antara lembaga pendidikan kejuruan dan dunia usaha; (3) meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas profesional; dan (4) memberi pengakuan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan (Indra Djati Sidi, 2001:128). Sebagai bagian dari sistem penyelenggaraan pendidikan kejuruan, dalam Pendidikan Sistem Ganda dituntut adanya perubahan terhadap pengelolaan kegiatan belajar dimana terdapat dua tempat penyelenggaraan pendidikan yaitu sekolah dan institusi pasangan. Sebagaimana dijelaskan dalan Buku Panduan PSG tentang Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar, yaitu :

Pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam Pendidikan Sistem Ganda merupakan serangkaian proses merencanakan, mengorganisasikan, melak-sanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah dan di institusi pasangan sebagai suatu kesatuan yang utuh (Depdikbud, 1997:1).

Melalui proses tersebut, diharapkan dapat dicapai kompetensi lulusan SMK yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Di samping itu perubahan penyelenggaraan pendidikan kejuruan dari sistem persekolahan ( School Broe


(16)

adanya perubahan terhadap pengelolaan peralatan dan bahan praktik sebagai salah satu konsekuensinya. Dengan kata lain, ketersediaan peralatan dan bahan praktik menjadi prasyarat bagi terselenggaranya pendidikan kejuruan. “Peralatan dan bahan praktik yang dimaksud adalah peralatan dan bahan praktik yang digunakan untuk pelaksanaan praktik dasar dan praktik industri/ keahlian yang disusun bersama antara sekolah dan dunia industri “. (Depdikbud, 1997 : 1). Oleh karena itu, perlu pemikiran tentang suatu sistem pengelolaan peralatan dan bahan praktik yang efektif dan efisien.

Memperhatikan uraian tersebut diatas, Pendidikan Sistem Ganda merupakan bentuk kerja sama yang win-win antara sekolah dan industri untuk memenuhi tugas dan fungsi masing-masing. Sekolah melakukan semacam out

sourcing yang dilaksanakan di industri dalam bentuk pemanfaatan sarana praktik,

instruktur dan pengalaman. Sedangkan industri dapat memandang sekolah sebagai bagian dari HRD (Human Resource Departement) mereka untuk menyiapkan tenaga ahli yang profesional. Dengan demikian sumber-sumber (resources) yang digunakan bagi kedua belah pihak menjadi sangat efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi tersebut pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan sekaligus meningkatkan mutu produk dengan harga yang bersaing.

Lembaga pendidikan dalam hal ini SMK bermutu sangat berhubungan dengan harapan keberhasilan siswa setelah lulus, yaitu memiliki moral yang baik, keterampilan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat, serta kemampuan intelektual sehingga pengguna lulusan puas terhadap mutu lulusan sebagai hasil kinerja sekolah. Menurut Edward Sallis (2008:6) salah satu ciri sekolah bermutu


(17)

adalah sekolah yang terfokus pada kepuasan pelanggan ( custumer satisfaction ) baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Hal ini berarti sekolah harus menyadari bahwa siswa, orang tua, dan stakeholder merupakan pelanggan yang harus diperhatikan keberadaannya sehingga keberhasilan sistem pendidikan di sekolah tetap terjaga. Sebagai industri jasa penyelenggara pendidikan, sekolah dapat dianalogikan dengan proses produksi. Sekolah dapat dipandang sebagai lembaga yang memproduksi atau menjual jasa kepada pelanggannya. Dengan berpegang pada konsep ini, maka mutu suatu pendidikan ditentukan oleh sejauh mana pelanggan baik internal maupun eksternal merasa puas terhadap layanan yang diberikan oleh sekolah. Dengan kata lain, sekolah yang bermutu adalah sekolah yang penyelenggaraannya sesuai dengan harapan dan kepuasan para pelanggannya, dalam hal ini adalah sekolah yang dapat menghasilkan lulusan dengan kompetensi kerja sesuai harapan dan tuntutan dunia usaha / industri.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan baik melalui pengamatan maupun wawancara secara tidak formal dengan sejumlah siswa, walaupun Pendidikan Sistem Ganda telah diterapkan sebagai sistem dalam penyelenggaraan pendidikan pada semua SMK Negeri dan swasta di Kota Cirebon, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kesenjangan, antara lain : (1) Pihak sekolah masih kesulitan mencari dunia usaha/industri yang relevan. Dunia usaha/dunia industri sebagi institusi pasangan dalam penyelenggaraan pendidikan sistem ganda sangat heterogen baik dalam tingkat pemahaman maupun tingkat partisipasi dan keterlibatannya dalam kerja sama dengan sekolah untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan kejuruan; (2) Pada


(18)

umumnya sampai saat ini pelaksanaan pendidikan dan pelatihan masih bersifat

supply driven yaitu pengembangan program pendidikan yang lebih mementingkan

jumlah siswa yang tamat, bukan banyaknya tamatan yang bekerja sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan pada dunia kerja (demand driven). Diindikasikan hanya sebagian kecil (kurang dari 30 %) tamatan yang bekerja sesuai dengan bidang yang dipelajarinya; (3) Respon dunia usaha/ industri belum begitu tinggi terhadap sekolah. Pengelolaan kegiatan belajar yang sejalan dengan konsep pendidikan sistem ganda belum sesuai dengan harapan. Kesenjangan ini di satu pihak disebabkan partisipasi institusi pasangan dalam penyelenggaraan pendidikan masih rendah. Keterlibatannya sebagian besar hanya pada kegiatan pengujian yang dilaksanakan pada akhir masa pendidikan. Sementara penyusunan program dan partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar lebih banyak sekolah yang memiliki peran. Disamping itu, sumber daya sekolah antara lain guru dengan latar belakang dan kemampuan yang beragam, serta kualitas dan kuantitas sarana praktik yang belum terstandar .

Fenomena tersebut merupakan bagian dari lemahnya manajemen/ pengelolaan pembelajaran yang mengakibatkan penyelenggaraan sekolah kurang efektif.

Berdasarkan uraian tersebut , masalah ini menarik untuk dikaji lebih mendalam melalui penelitian yang difokuskan pada judul penelitian “Kontribusi

Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar dalam Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan Ketersediaan Sarana Praktik terhadap Efektivitas Pembelajaran” (Studi Tentang Persepsi Siswa pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon)


(19)

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang masalah, bahwa terdapat beberapa kesenjangan dalam penyelenggaraan PSG di SMK khususnya di Kota Cirebon baik negeri maupun swasta. Dari beberapa permasalahan yang ada, masalah pengelolaan pembelajaran dan sarana merupakan masalah yang urgensinya sangat menonjol. Sementara, keduanya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda dalam meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas profesional, yang secara otomatis berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran. Dengan demikian, batasan masalah dalam penelitian ini adalah pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG dan ketersediaan sarana praktik terhadap efektivitas pembelajaran. Sehubungan dengan berbagai keterbatasan, saat ini penelitian baru dilakukan ditinjau dari aspek persepsi siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, masalah dalam penelitian ini dirumuskan berupa pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah gambaran secara aktual pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

2. Bagaimanakah gambaran secara aktual tentang ketersediaan sarana praktik pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

3. Bagaimanakah gambaran sacara aktual tentang efektivitas pembelajaran pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.


(20)

4. Seberapa besar kontribusi pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG terhadap efektivitas pembelajaran pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

5. Seberapa besar kontribusi ketersediaan sarana praktik terhadap efektivitas pembelajaran pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

6. Seberapa besar kontribusi pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG dan ketersediaan sarana praktik secara bersama-sama terhadap efektivitas pembelajaran pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep, teori, dan pendekatan yang berkaitan dengan pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG, ketersediaan sarana praktik, dan efektivitas pembelajaran. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data, mengolah, menganalisis dan menarik kesimpulan yang didasarkan pada hasil analisis data dan teori yang dikemukakan para ahli pada bidang tersebut.

Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Gambaran secara aktual tentang pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

2. Gambaran secara aktual tentang ketersediaan sarana praktik pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

3. Gambaran secara aktual tentang efektivitas pembelajaran pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.


(21)

4. Kontribusi pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG terhadap efektivitas pembelajaran pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon. 5. Kontribusi ketersediaan sarana praktik terhadap efektivitas pembelajaran pada

SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

6. Kontribusi pengelolaan kegiatan belajar mengajar dala PSG dan ketersediaan sarana praktik terhadap efektivitas pembelajaraan pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian ke arah pengembangan konsep-konsep tentang peningkatan efektivitas pembelajaran. Pembahasan topik ini merupakan bagian tak terpisahkan dari peningkatan efektivitas sekolah.

2. Manfaat Praktis

Pada tataran praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kepala sekolah, guru maupun lembaga pendidikan. Dari penelitian ini diharapkan dapat ditemukan kondisi nyata, bagaimana meningkatkan efektivitas pembelajaran sehingga sekolah dapat melakukan perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk memenuhi harapan dunia usaha/industri melalui pengelolaan kegiatan belajar mengajar dan ketersediaan sarana praktik. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dalam melakukan penelitian sejenis


(22)

untuk mencari permasalahan lain yang ada diluar pembahasan masalah penelitian ini.

E. Anggapan Dasar

Pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG dan ketersediaan sarana praktik dapat memberikan kontribusi terhadap efektivitas pembelajaraan pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon, penulis perlu mengemukakan anggapan dasar dalam penelitian ini. Anggapan dasar dapat membantu peneliti dalam memecahkan masalah sehingga hasil penelitian dapat diterima secara ilmiah. Dengan kata lain, penelitian yang baik memerlukan pedoman sebagai dasar penelitian sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dapat dikatakan bahwa asumsi merupakan titik tolak dilakukannya penelitian ditinjau dari segi permasalahan. Hal ini ditegaskan oleh Winarno Surakhmad dalam Suharsimi Arikunto (2006:65) yang menyatakan bahwa asumsi atau anggapan dasar atau postulat adalah “sebuah titik tolak pemikiran, kebenarannya diterima oleh penyelidik”. Anggapan dasar yang dikemukakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu:

1. Dalam pelaksanaan PSG terdapat dua tempat penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang berbeda, yaitu sekolah dan institusi pasangan. Implikasi dari kedua penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tersebut terdapat dua pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang berbeda, akan tetapi tetap utuh sebagai suatu rangkaian upaya pencapaian kompetensi siswa. Pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG merupakan serangkaian proses merenca-nakan, mengorganisasikan, melaksamerenca-nakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar


(23)

mengajar yang dilaksanakan di sekolah dan di Institusi Pasangan sebagai satu kesatuan utuh. (Depdikbud, 1997 :1).

2. Sarana atau peralatan praktik pada SMK merupakan salah satu sarana pendidikan yaitu peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan praktik dasar dan praktik keahlian yang disusun bersama antara sekolah dan dunia usaha/ industri (Depdikbud, 1997:1). Dalam rangka mendukung pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda, maka setiap SMK minimal memiliki beberapa jenis peralatan, bahan, perabot, dan peralatan penunjang praktik baik untuk praktik dasar maupun praktik keahlian. Untuk itu, ketersediaan sarana praktik sangat mempengaruhi pencapaian kompetensi siswa.

3. Efektivitas berarti terjadi suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan. Setiap pekerjaan yang efisien berarti juga efektif, karena dilihat dari segi hasil, tujuan, atau akibat yang dikehendaki dari perbuatan itu telah dicapai secara maksimal baik mutu atau jumlahnya (The Liang Gie, 1981:109). “Efektivitas merupakan suatu dimensi tujuan manajemen yang berfokus pada hasil, sasaran, dan target yang diharapkan” (Komariah, 2006:28). Efektivitas pembelajaran dapat dicapai apabila semua unsur dan komponen yang terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Efektivitas pembelajaran dapat dicapai apabila rancangan pada perencanaan, implementasi dan evaluasi dapat dijalankan sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa efektivitas pembelajaran pada SMK adalah tercapainya kompetensi lulusan yaitu kompetensi yang sesuai dengan tuntutan dunia usaha


(24)

/industri, ketercapaiannya dapat dipengaruhi oleh pengelolaan kegiatan belajar mengajar dan ketersediaan sarana praktik.

F. Hipotesis Penelitian

Berkenaan dengan masalah yang diteliti, maka dirumuskan hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut.

1. Pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG berkontribusi signifikan terhadap efektivitas pembelajaran pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

2. Ketersediaan sarana praktik berkontribusi signifikan terhadap efektivitas pembelajaran pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

3. Pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG dan ketersediaan sarana praktik secara simultan berkontribusi signifikan terhadap efektivitas pembelajaraan pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Singarimbun, M. (2003:46-47) memberikan pengertian tentang definisi operasional, yaitu “definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional merupakan petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel”. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG adalah serangkaian proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan mengajar yang dilaksanakan di sekolah dan di institusi pasangan sebagai suatu


(25)

kesatuan yang utuh. Indikator pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG menurut Depdikbud (1997:1) meliputi : (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) penilaian, dan (d) sertifikasi.

2. Ketersediaan Sarana Praktik adalah suatu kondisi yang menunjukkan tentang kemampuan menyediakan peralatan pokok dan peralatan penunjang yang langsung digunakan dalam kegiatan pembelajaran terutama kegiatan praktik baik praktik dasar maupun praktik keahlian agar tujuan pembelajaran tercapai. Indikator ketersediaan sarana praktik menurut Ambar Arum (2007:8) meliputi: (a) perencanaan, (b) pengadaan, (c) penyimpanan, (d) penggunaan, (e) pemeliharaan, (f) penghapusan.

3. Efektivitas Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap elemen berfungsi secara keseluruhan. Efektivitas pembelajaran menun-jukkan ketercapaian sasaran atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Indikator efektivitas pembelajaran menurut Stufflebeam (Tim MKDK Kurikulum dan Pembelajaran, 2000:40) meliputi: (a) Konteks (context); (b) Masukan (input); (c) Proses (process); dan (d) Hasil (product).

Lebih jelasnya, model dari hubungan yang terdapat antara variabel pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan PSG (X1), ketersediaan sarana praktik (X2), dan efektivitas pembelajaran (Y) digambarkan sebagai berikut:


(26)

Gambar 1.2. Paradigma Penelitian

H. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau langkah dalam mengumpul-kan atau mengorganisasimengumpul-kan, menganalisis serta menginterpretasimengumpul-kan data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif dan teknik survey. Sedangkan sebagai alat pengumpul data menggunakan teknik dokumentasi, wawancara, dan angket (kuesioner).

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Cirebon.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Berkenaan dengan penelitian ini, yang dijadikan populasi adalah siswa-siswa SMK Negeri dan Swasta dari Program Studi Keahlian Teknik Mekanik Otomotif yang sedang atau telah mengikuti Praktik Kerja Industri (kelas XI atau kelas XII ) berjumlah 574 orang.

r x2.y R2yx1x2

r x1.y Pengelolaan Kegiatan

Belajar dalam PSG (X1)

Depdikbud (1997:1)

Ketersediaan Sarana Praktik (X2) Ambar Arum (2007:8)

Efektivitas Pembelajaran (Y)

Stufflebeam (Tim MKDK Kurikulum dan Pembelajaran, 2000:40)

ε


(27)

Sampel diambil sacara acak (teknik random sampling) dengan anggapan bahwa populasi siswa SMK Negeri dan Swasta Program Studi Keahlian Teknik Mekanik Otomotif yang sedang atau telah mengikuti Praktik Kerja Industri adalah homogen. Untuk menghitung ukuran sampel penulis menggunakan rumus menurut Taro Yamane dalam Riduwan (2010:65) yang didasarkan pada estimasi statistik 10 %, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 85 orang.


(28)

66

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian merupakan cara atau langkah dalam mengumpulkan, mengorganisasikan, menganalis, serta menginterpretasikan data. Hal ini sejalan dengan pendapat Winarno Surakhmad (1994:134) yang menyatakan bahwa:

Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat tertentu. Dalam hal ini cara utama itu digunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.

Sugiyono (2008:6) mengemukakan bahwa:

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam pendidikan.

Berdasarkan pengertian tersebut, disamping sebagai cara atau pendekatan yang digunakan untuk mencari jawaban dari permasalahan yang diteliti, metode penelitian juga merupakan cara utama untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian, jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan verifikatif. Traver Travens dalam (Husain Umar, 2001: 21) menjelaskan bahwa : “Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa menghubungkan dengan variabel lain“. Penelitian deskriptif di sini bertujuan untuk memperoleh


(29)

deskripsi atau gambaran mengenai pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG, ketersediaan sarana praktik, dan efektivitas pembelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan melalui persepsi siswa yang telah atau sedang melaksanakan praktik kerja industri sebagai responden dalam penelitian ini. Adapun sifat penelitian yang verifikatif pada dasarnya bertujuan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan.

Berdasarkan jenis penelitian tersebut, metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Menurut Kerlinger dalam (Sugiyono,2008:7) dijelaskan bahwa:

Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Dalam penelitian yang menggunakan metode ini, informasi dari sebagian populasi dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik dengan tujuan mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti. Selain itu, karena penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun yakni mulai bulan April sampai dengan bulan Agustus 2010, metode yang digunakan adalah cross sectional method yaitu metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam kurun waktu tertentu (tidak berkesinambungan dalam kurun waktu yang panjang).


(30)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber dalam penelitian. Menurut Sudjana ( 1992:6):

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik-karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang dipelajari sifat-sifatnya”.

Berkaitan dengan itu, Sugiyono (2008:90) mendefinisikan populasi sebagai “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek, subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti, untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya“.

Berdasarkan pengertian tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Program Studi Keahlian Teknik Mekanik Otomotif yang ada di Kota Cirebon, baik negeri maupun swasta yaitu:

Tabel 3.1

Keadaan Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah

1 2 3 4 5 7

SMK Negeri 1 SMK PUI SMK Nasional SMK Gracika

SMK Taman Karya Madya Teknik SMK Al Hidayah

122 orang 113 orang 116 orang

117 orang 19 orang 87 orang Jumlah 574 orang

2. Sampel

Pengambilan sampel dari populasi yang representatif dan mewakili, maka diupayakan setiap subjek dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131), yang dimaksud sampel


(31)

adalah “sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Sedangkan menurut Sugiyono (2008:118), yang dimaksud sampel adalah ”bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu”. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi penelitian yaitu sebagian dari jumlah siswa Program Studi Keahlian Teknik Mekanik Otomotif pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

Dalam suatu penelitian, belum tentu semua populasi dapat diteliti, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain keterbatasan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia. Oleh karena itu peneliti diperkenankan untuk mengambil sebagian dari objek populasi yang ditentukan dengan catatan bagian yang diambil tersebut mewakili objek yang diteliti. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono

(2008 :118 ):

Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Suharsimi Arikunto (2006:134) berpendapat bahwa untuk sekedar perkiraan, apabila subjek penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10 % - 15 % , atau 20 % - 25 % atau lebih, tergantung setidak-tidaknya pada: (a) kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana; (b) sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data; serta (c) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.


(32)

Memperhatikan pernyataan tersebut, dengan jumlah populasi lebih dari 100, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random

sampling (secara acak) dan bersifat proporsional dengan anggapan bahwa

populasi siswa Program Studi Keahlian Teknik Mekanik Otomotif pada Sekolah Menengah Kejuruan negeri maupun swasta , merupakan populasi yang homogen. Sedangkan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Taro Yamane atau Slovin dalam Riduwan (2010:65), yaitu:

1 2− = Nd N n Keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d2 = presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95 %)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, diperoleh jumlah sampel sebagai berikut.

85 16 , 85 74 , 6 574 1 01 , 0 . 574 ( 574 1 2

2 − = + = = =

= Nd

N n

Agar mendapat ukuran sampel yang representatif, setiap subjek populasi diupayakan mendapat peluang yang sama untuk menjadi sampel. Dengan jumlah sampel 85 orang, penentuan sampel pada tiap-tiap sekolah dihitung secara proporsional dengan menggunakan rumus berikut.

xS N

n s=

Keterangan :

S = jumlah sampel setiap unit secara proporsi S = jumlah seluruh sampel yang diperoleh N = jumlah seluruh populasi


(33)

Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat dihitung besarnya sampel dari masing-masing sekolah seperti di bawah ini:

Tabel 3.2

Penyebaran Proporsi dan Sampel Pada Setiap Sekolah

No Sekolah Proporsi Sampel

(dibulatkan) 1 SMK Negeri 1

07 , 18 85 574 122 = x 18

2 SMK PUI

73 , 16 85 574 113 = x 17

3 SMK Nasional

17 , 17 85 574 116 = x 17

4 SMK Gracika

33 , 17 85 574 117 = x 17

5 SMK Taman Karya

Madya Teknik 574 85 2,81

19

=

x 3

6 SMK Al Hidayah

88 , 12 85 574 87 = x 13

Jumlah 85

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Sudi dokumentasi, digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena

dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (L. J. Moleong, 2002: 161). Dalam penelitian ini , dokumen adalah alat yang digunakan sebagai pengumpul data yang berhubungan dengan karakter responden antara lain jumlah siswa, jumlah rombongan belajar, jumlah dan jenis program studi keahlian yang dimiliki oleh sekolah, dan sebagainya.

2. Wawancara, digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk melakukan studi pendahuluan dalam rangka menemukan permasalahan yang akan diteliti


(34)

serta mengetahui hal-hal tentang responden yang lebih mendalam . Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008:194), yaitu:

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau

self report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi.

Teknik pengumpulan data dengan wawancara ini digunakan berdasarkan beberapa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode ini sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2008:194) yaitu sebagai berikut (a) bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya; (b) bahwa apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya; (c) bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara tidak berstruktur atau terbuka, yaitu wawancara bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis permasalahan yang akan ditanyakan.Teknik pengumpulan data dengan wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana persepsi siswa terhadap masalah-masalah yang terjadi berkaitan dengan pelaksanaan PSG sekaligus dampaknya terhadap efektivitas pembelajaran.


(35)

3. Angket (Kuesioner)

“Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. (Sugiyono,2008:199). Angket juga merupakan teknik pengumpulan data yang efisien, sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2008:199) Teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur, dan tahu apa yang diharapkan dari responden.

Hal senada dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto ( 1993 : 29 ) tentang keuntungan menggunakan angket sebagai teknik pengumpulan data, yaitu (a) tidak memerlukan hadirnya peneliti; (b) dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden; (c) dapat dijawab oleh responden mmenurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden; (d) dapat dibuat anonim, sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab; (e) dapat dibuat terstandar sehingga semua responden dapat diberi daftar pertanyaan yang benar-benar sama.

Secara umum angket dibedakan atas angket terbuka dan angket tertutup. Dalam penelitian ini digunakan angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dapat memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang atau check list (Akdon dan Sahlan Hadi, 2005:132). Angket tertutup memberi keleluasaan kepada responden dalam merespon pertanyaan / pernyataan yang disediakan.


(36)

D. Instrumen Penelitian

“Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. (Sugiyono, 2006:116). Instrumen dalam penelitian ini merupakan alat untuk mengumpulkan data di lapangan berupa daftar pertanyaan/ pernyataan tentang persepsi siswa terhadap pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan sistem ganda, ketersediaan sarana praktik dan efektivitas pembelajaran yang disusun berdasarkan indikator dari masing-masing variabel tersebut.

Jumlah item pertanyaan / pernyataan untuk mengukur masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut.

1. Variabel pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG 25 item; 2. Variabel ketersediaan sarana praktik 25 item;

3. Variabel efektivitas pembelajaran 25 item.

Penyusunan instrumen dalam penelitian ini menggunakan metode self

assessment yaitu meminta responden untuk memilih jawaban atas pertanyaan/

pernyataan tentang pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG, ketersediaan sarana praktik, dan efektivitas pembelajaran atas keadaan yang dirasakannya. Data yang dihasilkan berupa data berskala pengukuran interval menggunakan skala Likert dengan kisaran skor 1 sampai 4. Alternatif jawaban untuk pernyataan / pernyataan positif sebagai berikut. skor 4 untuk jawaban sangat setuju (SS); skor 3 untuk jawaban setuju (S); skor 2 untuk jawaban tidak setuju (STS); dan skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Sedangkan untuk alternatif jawaban pertanyaan/ pernyataan negatif adalah sebaliknya, yaitu


(37)

sebagai berikut: skor 1 untuk jawaban sangat setuju (SS); skor 2 untuk jawaban setuju (S); skor 3 untuk jawaban tidak setuju (TS); dan skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Adapun kisi-kisi penyusunan instrumen tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3.

Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Penelitian

Variabel Sub

Variabel (Dimensi)

Indikator Nomer

Item

1 2 3 4

Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar dalam PSG (X1)

1. Perencanaan a. Guru dan Instruktur

b. Orientasi dan Sosialisasi Program c. Pola pelaksanaan PSG

d. Alat dan bahan e. Bahan ajar

f. Waktu dan jadwal kegiatan g. Perangkat lunak/Administratif h. pembiayaan

1, 2 3, 4 5 6 7 8 9 10 2. Pelaksanaan a. Koordinasi melibatkan berbagai unsur

b. Penanggungjawab pelaksanaan c. Pembelajaran di sekolah

d. Pembelajaran di industri / Institusi Pasangan

e. Pengawasan dan pengendalian

11 12 13, 14 15, 16

17, 18 3. Penilaian a. Penilaian hasil belajar komponen

normatif, adaptif dan teori kejuruan b. Penilaian komponen praktik keahlian c. Uji kompetensi setelah praktik

keahlian

d. Uji profesi dilakukan oleh asosiasi profesi

19 20 21 22 4. Sertifikasi a. Pengakuan setelah menyelesaikan

paket pendidikan (STTB) b. Pengakuan kewenangan untuk

melakukan tugas oleh Institusi Pasangan

c. Pengakuan kewenangan oleh badan / asosiasi profesi

23 24


(38)

1 2 3 4

Ketersediaan Sarana Praktik (X2)

1. Perencanaan Sarana Praktik

a. Analisis kebutuhan

b. Menetapkan prioritas kebutuhan c. Penyusunan program

1, 2 3

4 2. Pengadaan

Sarana Praktik

a. Usulan pengadaan sarana praktik b. Pengadaan sesuai prioritas

kebutuhan/kemampuan

c. Mengacu standar sarana praktik pada institusi pasangan

5, 6 7, 8, 9

10

3. Penyimpanan Sarana Praktik

a. Aspek Phisik b. Aspek Administratif

11, 12 13 4. Penggunaan

Sarana Praktik

a. Jadwal penggunaan b. Pendistribusian

c. Pendayagunaan secara optimal d. Inventarisasi

14 15 16, 17, 18

19 5. Pemeliharaan

Sarana Praktik

a. Manfaat pemeliharaan b. Prosedur pemeliharaan

20 21, 22, 23 6. Penghapusan

Sarana Praktik

a. Prosedur penghapusan 24, 25

Efektivitas Pembelajaran (Y)

1. Konteks (Context)

a. Kebijakan

b. Sasaran yang ingin dicapai c. Masalah ketenagaan

1, 2,3 4, 5,6

7 2. Masukan

(Input)

a. Siswa b. Guru c. Kurikulum d. Sarana Prasarana e. Bahan ajar f. Media/Metode

8,9 10, 11 12, 13 14,15 16 17, 18 3. Proses

(Process)

a. Persiapan b. Implementasi c. Penilaian

19 20, 21 22, 23 4. Hasil

(Product)

a. Peningkatan kompetensi siswa sesuai bidang keahliannya

24, 25

Berdasarkan kisi-kisi penyusunan instrumen, maka disusun item-item pernyataan (yang valid dan reliabel) sesuai dengan indikator dan jumlah item yang telah ditetapkan (setelah diuji coba).

E.Uji Coba Instrumen

Sebelum digunakan pada penelitian yang sesungguhnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap instrumen atau alat pengumpul data dengan tujuan


(39)

untuk mengetahui kualitas instrumen yang meliputi sekurang-kurangnya validitas dan reliabilitas instrumen.

Uji coba instrumen dalam penelitian ini dilakukan kepada 30 orang rosponden. Responden untuk uji coba instrumen ditetapkan dengan pertimbangan bahwa ketigapuluh responden tersebut memiliki karakteristik yang relatif sama dengan subjek penelitian sesungguhnya.

1. Menguji Validitas

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan (2009:97) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment adalah.

(

} ) ( . }.{ ) ( . { ) ).( ( ) 2 2 2 2 i i i i i i i i hitung Y Y n X X n Y X Y X n r ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = Keterangan :

r hitung = Koefisien korelasi

∑ Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden.

Distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2) Kaidah keputusan : Jika r hitung > r tabel berarti valid sebaliknya


(40)

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut.

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 – 0,799 : tinggi

Antara 0,400 – 0,599 : cukup Antara 0,200 – 0,399 : rendah

Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid).

a. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar dalam PSG (X1)

Bedasarkan hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG (X1) diperoleh kesimpulan bahwa dari 35 item tersebut yang dinyatakan valid ada 25 item, yaitu item No: 1; 2; 3; 4; 5; 6;8; 9; 11; 12; 13; 14; 17; 19; 21; 23; 25; 26; 27; 30;31; 32; 33; 34; dan 35. Sedangkan yang tidak valid sebanyak 10 item, yaitu item No: 7; 10; 15; 16; 18; 20; 22; 24; 28 dan 29.

Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid harus dibuktikan dengan perhitungan. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan angka pada Corrected

Item-Total Correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor

total item (nilai r hitung) di bandingkan dengan nilai r Tabel. Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r Tabel atau nilai r hitung > nilai r Tabel, maka item tersebut adalah valid dengan menggunakan distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk=n–2 = 30 – 2= 28) sehingga didapat r Tabel = 0,374. Contoh korelasi item No.1 = 0,577; item No.2 = 0,577dan seterusnya sampai item No.35 = 0,577. Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.


(41)

Tabel 3.4

Uji Validitas Item Variabel Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar dalam PSG (X1)

ITEM r hitung r Tabel α = 0,05; n=30

Keputusan

Item No.1 0,577 0,374 Valid

Item No.2 0,577 0,374 Valid

Item No.3 0,795 0,374 Valid

Item No.4 0,409 0,374 Valid

Item No.5 0,824 0,374 Valid

Item No.6 0,795 0,374 Valid

Item No.7 -0,293 0,374 Tidak Valid

Item No.8 0,641 0,374 Valid

Item No.9 0,687 0,374 Valid

Item No.10 0,043 0,374 Tidak Valid

Item No.11 0,795 0,374 Valid

Item No.12 0,433 0,374 Valid

Item No.13 0,795 0,374 Valid

Item No.14 0,577 0,374 Valid

Item No.15 0,048 0,374 Tidak Valid

Item No.16 0,276 0,374 Tidak Valid

Item No.17 0,606 0,374 Valid

Item No.18 0,276 0,374 Tidak Valid

Item No.19 0,590 0,374 Valid

Item No.20 0,199 0,374 Tidak Valid

Item No.21 0,516 0,374 Valid

Item No.22 0,142 0,374 Tidak Valid

Item No.23 0,569 0,374 Valid

Item No.24 -0,311 0,374 Tidak Valid

Item No.25 0,687 0,374 Valid

Item No.26 0,561 0,374 Valid

Item No.27 0,687 0,374 Valid

Item No.28 0,133 0,374 Tidak Valid

Item No.29 0,043 0,374 Tidak Valid

Item No.30 0,719 0,374 Valid

Item No.31 0,795 0,374 Valid

Item No.32 0,470 0,374 Valid

Item No.33 0,577 0,374 Valid

Item No.34 0,483 0,374 Valid


(42)

b. Ketersediaan Sarana Praktik (X2)

Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel ketersediaan sarana praktik (X2) diperoleh kesimpulan bahwa dari 30 item yang dinyatakan valid ada 25 item yaitu: item No.1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 9; 11; 12; 13; 14; 15; 16; 17; 19; 21; 22; 24; 25; 26; 27; 28; 29 dan 30. Sedangkan yang tidak valid sebanyak 5 item, yaitu No.8; 10; 18; 20; dan No.23.

Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid harus dibuktikan dengan perhitungan. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan angka pada Corrected

Item-Total Correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor

total item (nilai r hitung) di bandingkan dengan nilai r Tabel. Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r Tabel atau nilai r hitung > nilai r Tabel, maka item tersebut adalah valid dengan menggunakan distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk=n–2 = 30 – 2= 28) sehingga didapat r Tabel = 0,374. Contoh korelasi item No.1 = 0,602; item No.2 = 0,807 dan seterusnya sampai item No.30 = 0,602 Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5

Uji Validitas Item Variabel Ketersediaan Sarana Praktik (X2) ITEM r hitung r Tabel

α = 0,05; n=30

Keputusan

1 2 3 4

Item No.1 0,602 0,374 Valid

Item No.2 0,807 0,374 Valid

Item No.3 0,557 0,374 Valid

Item No.4 0,807 0,374 Valid

Item No.5 0,454 0,374 Valid

Item No.6 0,549 0,374 Valid


(43)

1 2 3 4

Item No.8 0,122 0,374 Tidak Valid

Item No.9 0,481 0,374 Valid

Item No.10 0,164 0,374 Tidak Valid

Item No.11 0,526 0,374 Valid

Item No.12 0,557 0,374 Valid

Item No.13 0,642 0,374 Valid

Item No.14 0,807 0,374 Valid

Item No.15 0,474 0,374 Valid

Item No.16 0,743 0,374 Valid

Item No.17 0,741 0,374 Valid

Item No.18 0,225 0,374 Tidak Valid

Item No.19 0,515 0,374 Valid

Item No.20 0,106 0,374 Tidak Valid

Item No.21 0,573 0,374 Valid

Item No.22 0,855 0,374 Valid

Item No.23 0,106 0,374 Tidak Valid

Item No.24 0,675 0,374 Valid

Item No.25 0,586 0,374 Valid

Item No.26 0,508 0,374 Valid

Item No.27 0,526 0,374 Valid

Item No.28 0,591 0,374 Valid

Item No.29 0,642 0,374 Valid

Item No.30 0,602 0,374 Valid

c. Efektivitas Pembelajaran (Y)

Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel efektivitas pembelajaran (Y) diperoleh kesimpulan bahwa dari 30 item yang dinyatakan valid ada 25 item yaitu: item No.1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; 11; 13; 14; 15; 16; 17; 19; 21; 22; 24; 26; 27; 29 dan 30. Sedangkan yang tidak valid sebanyak 5 item, yaitu No.10; 12; 18; 25; dan No.28.


(44)

Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid harus dibuktikan dengan perhitungan. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan angka pada Corrected

Item-Total Correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor

total item (nilai r hitung) di bandingkan dengan nilai r Tabel. Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r Tabel atau nilai r hitung > nilai r Tabel, maka item tersebut adalah valid dengan menggunakan distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk=n–2 = 30 – 2= 28) sehingga didapat r Tabel = 0,374. Contoh korelasi item No.1 = 0,743; item No.2 = 0,663 dan seterusnya sampai item No.30 = 0,463. Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Uji Validitas Item Variabel Efektivitas Pembelajaran (Y) ITEM r hitung r Tabel

α = 0,05; n=30

Keputusan

1 2 3 4

No.1 0,743 0,374 Valid

No.2 0,663 0,374 Valid

No.3 0,647 0,374 Valid

No.4 0,662 0,374 Valid

No.5 0,622 0,374 Valid

No.6 0,600 0,374 Valid

No.7 0,612 0,374 Valid

No.8 0,722 0,374 Valid

No.9 0,632 0,374 Valid

No.10 0,181 0,374 Tidak Valid

No.11 0,685 0,374 Valid

No.12 0,185 0,374 Tidak Valid

No.13 0,722 0,374 Valid

No.14 0,668 0,374 Valid

No.15 0,722 0,374 Valid

No.16 0,708 0,374 Valid


(45)

1 2 3 4

No.18 0,185 0,374 Tidak Valid

No.19 0,553 0,374 Valid

No.20 0,720 0,374 Valid

No.21 0,517 0,374 Valid

No.22 0,534 0,374 Valid

No.23 0,600 0,374 Valid

No.24 0,582 0,374 Valid

No.25 0,067 0,374 Tidak Valid

No.26 0,418 0,374 Valid

No.27 0,752 0,374 Valid

No.28 0,152 0,374 Tidak Valid

No.29 0,472 0,374 Valid

No.30 0,463 0,374 Valid

2. Menguji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keter-andalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut.

Langkah 1: Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:

Keterangan : Si = Varians skor tiap-tiap item

ΣXi2 = Jumlah kuadrat item Xi

(ΣXi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan N = Jumlah responden

N N X X S

i i i

2 2−(Σ )

Σ =


(46)

Langkah 2: Kemudian menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:

Keterangan : ΣΣΣΣ Si = Jumlah Varians semua item S1, S2, S3…..n = Varians item ke-1,2,3…...n

Langkah 3: Menghitung Varians total dengan rumus:

Keterangan : St = Varians total

ΣXt 2

= Jumlah kuadrat X total

(ΣXt)2 = Jumlah X total dikuadratkan

N = Jumlah responden

Langkah 4: Masukkan nilai Alpha dengan rumus :

Keterangan : r11 = Nilai Reliabilitas

Σ Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item St = Varians total

k = Jumlah item

Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus

Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir yaitu:

(

} ) ( . }.{ ) ( . { ) ).( ( ) 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rb ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑

= (Riduwan 2010:115-116)

Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh karenya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan rumus

Spearman Brown yakni:

b b r r + = 1 . 2

r11 Untuk mengetahui koefisien korelasinya

signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 atau α = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk=n–2). Kemudian membuat keputusan membanding-kan r11 dengan r tabel. Adapun kaidah keputusan : Jika r11 > r tabel berarti Reliabel dan r11 < r tabel berarti Tidak Reliabel.

N N X X S t t t 2 2 −(Σ ) Σ =       Σ −       − = t i S S k k

r .1

1 11

n

i S S S S

S = 1+ 2+ 3...


(47)

a. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar dalam PSG (X1)

Pengujian reliabilitas dapat dilihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient = 0,956. Nilai korelasi tersebut, berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan r Tabel (0,374) maka r hitung lebih besar dari r Tabel. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa item pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG (X1) tersebut adalah reliabel, seperti Tabel 3.7 sebagai berikut.

Tabel 3.7

Uji Reliabilitas Item Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar dalam PSG (X1)

b. Ketersediaan Sarana Praktik (X2)

Pengujian reliabilitas dapat dilihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient = 0,856. Nilai korelasi tersebut, berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan r Tabel (0,374) maka r hitung lebih besar dari r Tabel. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa item ketersediaan sarana praktik (X2) tersebut adalah reliabel. seperti Tabel 3.8 sebagai berikut.

Reliability Statistics

.872

18a

.822

17b

35 .933 .965 .965 .956 Value

N of Items Part 1

Value N of Items Part 2

Total N of Items Cronbach's Alpha

Correlation Between Forms Equal Length Unequal Length Spearman-Brown

Coefficient

Guttman Split-Half Coefficient

The items are: item1, item2, item3, item4, item5, item6, item7, item8, item9, item10, item11, item12, item13, item14, item15, item16, item17, item18.

a.

The items are: item18, item19, item20, item21, item22, item23, item24, item25, item26, item27, item28, item29, item30, item31, item32, item33, item34, item35.


(48)

Tabel 3.8

Uji Reliabilitas Item Ketersediaan Sarana Praktik (X2)

c. Efektivitas Pembelajaran (Y)

Pengujian reliabilitas dapat dilihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient = 0,883. Nilai korelasi tersebut, berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan r Tabel (0,374) maka r hitung lebih besar dari r Tabel. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa item efektivitas pembelajaran (Y) tersebut adalah reliabel.

Tabel 3.9

Uji Reliabilitas Item Efektivitas Pembelajaran (Y) Reliability Statistics .890 15a .884 15b 30 .751 .857 .857 .856 Value

N of Items Part 1

Value N of Items Part 2

Total N of Items Cronbach's Alpha

Correlation Between Forms

Equal Length Unequal Length Spearman-Brown

Coefficient

Guttman Split-Half Coefficient

The items are: item1, item2, item3, item4, item5, item6, item7, item8, item9, item10, item11, item12, item13, item14, item15. a.

The items are: item16, item17, item18, item19, item20, item21, item22, item23, item24, item25, item26, item27, item28, item29, item30. b. Reliability Statistics .910 15a .854 15b 30 .792 .884 .884 .883 Value

N of Items Part 1

Value N of Items Part 2

Total N of Items Cronbach's Alpha

Correlation Between Forms

Equal Length Unequal Length Spearman-Brown

Coefficient

Guttman Split-Half Coefficient

The items are: item1, item2, item3, item4, item5, item6, item7, item8, item9, item10, item11, item12, item13, item14, item15. a.

The items are: item16, item17, item18, item19, item20, item21, item22, item23, item24, item25, item26, item27, item28, item29, item30.


(49)

F. Uji Normalitas dan Uji Linieritas Data

Langkah-langkah atau prosedur pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan; (2) menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya; (3) melakukan analisis secara deskriptif, untuk mengetahui kecenderungan data. Dari analisis ini dapat diketahui rata-rata, median, standar deviasi dan varians data dari masing-masing variabel; (4) Melakukan Uji Persyaratan Analisis karena kita menggunakan analisis parametrik. Sebelum melakukan analisis data statistik parametrik (teknik korelasi, regresi dan path analysis) harus memenuhi persyaratan uji analisis yang akan digunakan. Analisis regresi atau korelasi mempunyai persyaratan analisis, yaitu (1) data berbentuk interval dan ratio; (2) data dipilih secara random (acak); (3) sebaran data berdistribusi normal; (4) data linier (5) setiap data yang dikorelasikan mempunyai pasangan yang sama. Untuk menganalisi data yang sudah ditabulasi terlebih dahulu diuji, apakah data tersebut memiliki persyaratan tersebut dengan menguji persyaratan analisis, yaitu (1) uji normalitas dan (2) uji linieritas Riduwan (2010:184). Bisa juga untuk mempercepat perhitungan digunakan bantuan program SPSS 14.

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas masing-masing variabel dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sebaran data tiap variabel tidak menyimpang dari


(50)

ciri-ciri data yang akan berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 14 Uji Kolmogorov-Smirnov. Dengan kriteria apabila nilai probabilitas atau signifikansi lebih kecil dari 0,05 data berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai probabilitas atau signifikansi lebih besar dari 0,05 data tidak berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil analisis pengujian normalitas data, diperoleh data analisis sebagai berikut. (1) Output Test of Normality; (2) Output untuk menguji Normalitas dengan Plot (Q-Q Plot); dan (3) Output untuk menguji Normalitas dengan Plot (Detrended Normal Q-Q Plot) Santoso S. (2000:102-103).

a. Test of Normality Variabel Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar dalam PSG (X1) terhadap Efektivitas Pembelajaran (Y)

1) Output Test of Normality

Pedoman dalam pengambilan keputusan dan pemaknaan dari hasil analisis

Test of Normality untuk variabel pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam

PSG (X1) terhadap efektivitas pembelajaran (Y) adalah :

a) Nilai sig atau signifikansi atau nilai probabilitas ≥ 0,05, maka distribusi adalah

normal.

b) Nilai sig atau signifikansi atau nilai probabilitas ≤ 0,05, maka distribusi adalah

tidak normal.

Dalam analisis Test of Normality ada dua uji yaitu Uji Kolmogorov Smirnov dan Uji Shapiro Wilk. Kedua uji tersebut dapat dimaknai sebagai berikut:

(1) Uji Kolmogorov Smirnov dengan keterangan adalah sama dengan uji

Lilliefors Significance Correction (lihat tanda ‘a’ di bawah Tabel 3.10). Didapat untuk data pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG (X1) terhadap efektivitas pembelajaran (Y) tingkat signifikansi atau nilai probabilitas yang


(1)

berkontribusi yang signifikan terhadap efektivitas pembelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Cirebon baik secara bersama-sama maupun secara individu. Rumus analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM) adalah sebagai berikut:

(

}

)

(

.

}.{

)

(

.

{

)

).(

(

)

2 2 2 2

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

XY

n

r

XY

=

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (–1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = – 1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi Nilai r sebagai berikut.

Tabel 3.18

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah

Sangat Rendah Sumber: Riduwan dan Sunarto (2008:138)

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi PPM tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus :

Keterangan : t hitung = Nilai t

r = Nilai Koefisien Korelasi n = Jumlah sampel

2 1 2 r n r thitung − − =


(2)

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan. Koefisien determinan adalah kuadrat dari koefisien korelasi PPM yang dikalikan dengan 100%. Dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel X mempunyai sumbangan atau ikut menentukan variabel Y. Sumbangan dicari dengan menggunakan rumus:

Keterangan : KD = Nilai Koefisien Determinan (Pengaruh antar variabel) r = Nilai Koefisien Korelasi.

Untuk mengetahui hubungan antara variabel X1 dan X2 secara

bersama-sama terhadap variabel Y digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut.

Analisis lanjut digunakan teknik korelasi baik sederhana maupun ganda. Kemudahan dalam perhitungan digunakan jasa komputer berupa software dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Windows Version 14. a. Pengujian Secara Simultan

Uji secara keseluruhan ditunjukkan pada hipotesis statistik dirumuskan: Ha : rxy1 = rxy2 ≠ 0

Ho : rxy1 = rxy2 = 0

Hipotesis bentuk kalimat.

Ha : Pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG dan ketersediaan sarana praktik secara simultan berkontribusi signifikan terhadap efektivitas pembelajaran.

KD = r 2 x 100%

2 2 . 1 2 . 1 . 2 . 1 2 . 2 2 . 1 . 2 . 1 1 ) ).( ).( ( 2 X X X X Y X Y X Y X Y X Y X X r r r r r r R − − + =


(3)

Ho: Pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG dan ketersediaan sarana praktik secara simultan tidak berkontribusi signifikan terhadap efektivitas pembelajaran.

b. Pengujian Secara Individual

1) Pengaruh pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG terhadap efektivitas pembelajaran

Uji secara individual. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan. Ha : rxy1≠ 0

Ho : rxy1 = 0

Hipotesis bentuk kalimat

Ha : Pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG berkontribusi signifikan terhadap efektivitas pembelajaran.

Ho: Pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG tidak berkontribusi signifikan terhadap efektivitas pembelajaran.

2) Pengaruh ketersediaan sarana praktik terhadap efektivitas pembelajaran Uji secara individual. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan. Ha : rxy2≠ 0

Ho : r xy2 = 0

Hipotesis bentuk kalimat

Ha : Ketersediaan sarana praktik berkontribusi signifikan terhadap efektivitas pembelajaran.

Ho: Ketersediaan sarana praktik tidak berkontribusi signifikan terhadap efektivitas pembelajaran.

Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi analisis korelasi dan regresi, maka dibandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut.

a) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. b) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig


(4)

137

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Akdon. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung : Dewa Ruci.

______. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung : Dewa Ruci.

Ali, M. (2009). Pendidikan Untuk Pendidikan Nasional. Jakarta : Imtima.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arum, Sri Ambar W. (2007). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan.. Jakarta : Multi Karya Mulia.

Depdikbud. (1994). Konsep Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia. Jakarta : Depdikbud.

Depdikbud. (1997). Buku Panduan Pendidikan Sistem Ganda. Jakarta : Depdikbud.

Depdikbud. (1997). Keterampilan Menjelang 2020 Untuk Era Global. Jakarta : Dit. Dikmenjur.

Depdiknas. (2004). Kurikulum SMK Edisi 2004. Jakarta : Depdiknas.

Depnakertrans. (2004). Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Jakarta : Depnakertrans.

Djoyonegoro, W. (1999). Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta : PT. Balai Pustaka.

Engkoswara. (1999). Menuju Indonesia Modern 2010. Bandung : Yayasan Amal Keluarga.

Fasiati, E. (2005). Studi Tentang Manajemen Pembelajaran Untuk Pengembangan Kreativitas Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Kasus di SMK Salatiga). Tesis Program Magister Pendidikan Pada Universitas Muhammadiyah Surakarta : Tidak diterbitkan.

Finch, C dan Crunkilton, JR. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education : Planning, Content and Implementation. Boston. Allyn and Bacon, Inc.

Gie, The Liang. (1989). Ensiklopedi Administrasi. Jakarta : PT Air Agung Putra. Komariah, A dan Triana, C. (2006). Visionary Leadership. Jakarta : Bumi Aksara. Indonesia Australia Partnership for Skills Development. (2001). Competency

Based Training. West Java Institutional Development Project.

Muliati, A. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda. Disertasi Doktor Pada SPS. Universitas Negeri Jakarta : Tidak diterbitkan.


(5)

Mulyasa, E. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pakpahan, J. (1994). Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan, Implementasi Link and Match dalam Upaya Maningkatkan Mutu Pendidikan dan Kejuruan. Makalah Seminar Nasional tentang Pendidikan Sistem Ganda. Surabaya : IKIP Surabaya.

Riduwan. (2010). Metode dan Tehnik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.

_____(2009). Metode dan Tehnik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung : Alfabeta.

_____(2007). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Rivai, V dan Murni, S. (2009). Education Management. Jakarta : Rajawali Pers. Sallis, E. (2008). Total Quality Management in Education. Yogyakarta : IRCISO. Satori, Dj. et al. (2003). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Jawa

Barat. Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Sidi, Djati, I. (2001). Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta : Paramadina, Logos Wacana Ilmu.

Simanjuntak, H. (2008). Efektivitas Implementasi Manajemen Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Terhadap Peningkatan Kualitas Siswa SMK. Tesis Pada SPS Univeritas Pendidikan Indonesia Bandung : Tidak diterbitkan.

Singarimbun. M. dan Effendi.(2003). Metode Penelitian Survai. (Jakarta: LP3ES). Sudjana (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. ________. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Suhardan, D. et al. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik. Bandung: Tarsito.

Sutisna, O. (1993). Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis dan Praktik Profesional. Bandung : Angkasa.

Steers, Richard, M. et. al. (1985). Efektivitas Organisasi. Jakarta : Erlangga. Wena, M. (1996). Pendidikan Sistem Ganda.. Bandung : Tarsito.

JURNAL

Hadi, Winanto D. (1998). Menengok Pendidikan Kejuruan di Republik Federasi Jerman (FRG). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 04, (013).


(6)

Rasyid, Mardi H. (1997). Makna Pentingnya Pendidikan Sistem Ganda Untuk Menghasilkan Tenaga Terampil. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 03, (010).

Slamet, Mamiek. (2004). Hasil Studi kasus Pelaksanaan Sistem Ganda. Jurnal Pendidikan Nasional. Edisi Khusus.

Suryadi, A. (1998). Link and Match Kebutuhan Mendasar Pengembangan SDM. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 04, (013).

Wena, M. (1997). Pemanfaatan Industri Sebagai Sumber Belajar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 03, (010).


Dokumen yang terkait

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU DAN KETERSEDIAAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR PENJASORKES PADA SISWA KELAS VIII DI MTs NEGERI 1 KOTABUMI

0 13 65

KONTRIBUSI KUALITAS MEDIA PEMBELAJARAN DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP Kontribusi Kualitas Media Pembelajaran Dan Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Kreativitas Belajar Akuntansi Pada Siswa Kompetens

0 3 17

PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG) TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS II PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG) TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS II JURUSAN AKUNTANSI DI SMK MUHAMMADIYAH 2KARANGANYAR

0 3 16

PENDAHULUAN PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG) TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS II JURUSAN AKUNTANSI DI SMK MUHAMMADIYAH 2KARANGANYAR.

0 4 9

PENGARUH KETERSEDIAAN PRASARANA DAN SARANA BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SMK NEGERI 1.

0 1 40

EFEKTIVITAS PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG) PADA DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DUDI) BIDANG KEAHLIAN AKUNTANSI SMK NEGERI 1 KLATEN.

3 32 226

EVALUASI PELAKSANAAN PRAKTIK PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG) SISWA KELAS XII JURUSAN AKUNTANSI SMK MANDIRI ipi130089

0 0 14

LAPORAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA PSG

0 0 19

EFEKTIVITAS PROGRAM PSG (PENDIDIKAN SISTEM GANDA) PADA DUDI (DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI) BIDANG KEAHLIAN AKUNTANSI SMK NEGERI 7 DAN SMK MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA

0 0 29

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI

0 0 72