PENINGKATAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA IPS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL): Suatu Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI IPS SMA Pasundan 2 Bandung.

(1)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Matematis Siswa SMA IPS Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)” ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada suri tauladan umat hingga akhir jaman, Rasulullah Muhammad Salallahu’alaihi Wa Sallam, kepada para keluarganya, sahabatnya, serta kepada seluruh umatnya yang senantiasa taat pada ajarannya.

Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pembelajaran matematika dengan

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dilaksanakan di SMA

Pasundan 2 Bandung.

Sebagai manusia yang tak luput dari salah dan khilaf, begitupun skripsi ini yang masih banyak kekurangan. Dengan demikian, saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan penulis dikemudian hari. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat. Amin.

Bandung, Agustus 2012 Penulis


(2)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya skripsi ini alhamdulillah dapat terselesaikan. Tak lupa, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman jahilliyah menuju jaman yang terang benderang.

Dalam menyusun skripsi ini, menghadapi berbagai kesulitan dan rintangan. Alhamdulillah, dengan bantuan berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Buat mama tercinta, ma’endah, yang telah senantiasa membimbing dan bersabar dalam mendidik saya. Semoga kelak suatu saat nanti saya akan bisa membanggakan mamah tercinta.

2. Papa, mama dan keluarga tercinta yang senantiasa berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi penulis, serta yang setiap waktu memberikan, dorongan do’a, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis.

3. Kakak saya tercinta, Ratu Cevty Wiendayunia yang telah memberikan dukungan dan doa serta telah menjadi kakak yang baik bagi saya.

4. Bapak Prof. Yaya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D., selaku dosen pembimbing I yang sabar membimbing dan terus memberikan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi.


(3)

5. Bapak Drs. Bambang Avip M.Si., selaku dosen pembimbing II yang sabar membimbing dan terus memberikan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi. 6. Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika FPMIPA UPI.

7. Drs. H. Erman Suherman M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing saya semasa perkuliahan, serta memberikan semangat untuk terus menuntut ilmu.

8. Seluruh staff pengajar dan staff administrasi di Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung yang telah memberikan bantuan dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama di bangku perkuliahan.

9. Aa gegen, kakak sepupu yang baik hati, yang telah menyemangati dan mengingatkan saya untuk mengerjakan skripsi di tengah kesibukan saya. 10.Yolanda Stevani, Deslyn Everina, Ino Rustandi, Anggitawati Suwandi, Nina

Permaningtyas, Shita Asri Septiyanti serta teman-teman seperjuangan yang selalu menjadi sahabat yang baik dalam suka dan duka.

11.Rochmat Fajar Akbar, terima kasih banyak telah menjadi kekasih yang baik hati, yang senantiasa setia menemani saya dalam suka dan duka.

12.Drs. Edi Mulyadi, selaku wakasek bidang kurikulum SMA Pasundan 2 Bandung yang telah memberikan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian. 13.SMA Pasundan 2 Bandung, yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan

dan pengalaman bagi saya sebagai guru matematika.

14.Siswa-siswi SMA Pasundan 2 Bandung terutama kelas XI IPS 1 dan kelas XI IPS 2 yang sudah membantu dalam proses pembelajaran di dalam kelas.


(4)

15.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis hanya bisa berdo’a untuk seluruh amal yang telah diberikannya semoga mendapatkan kebaikan dari Allah SWT. Amin.

Bandung, Agustus 2012

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR LAMPIRAN... xii

DAFTAR TABEL... xiiii

DAFTAR GAMBAR... DAFTAR DIAGRAM... xvi xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan dan Batasan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Manfaat Masalah... 8

1.5. Definisi Operasional... 9

1.6. Hasil Penelitian Yang Relevan... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Pemahaman Matematis... 15

2.2. Contextual Teaching and Learning (CTL)... 22


(6)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode dan Desain Penelitian... 28

3.2. Variabel Penelitian... 29

3.3. Populasi dan Sampel... 29

3.4. Instrumen Penelitian... 31

3.5. Prosedur Penelitian... 38

3.6. Materi Pembelajaran... 40

3.7. Teknik Pengolahan Data... 41

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Analisis Data Hasil Penelitian... 50

4.2. Hasil Analisis terhadap Angket Skala Sikap... 61

4.3. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan CTL 64 4.4. Hasil Wawancara... 67

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 77

5.2. Saran... 77

Daftar Pustaka... 79

Lampiran-Lampiran... 83


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A HASIL DATA PENELITIAN

A.1. Nilai Pretes-Postes kelas Eksperimen ... 84

A.2. Nilai indeks gain kelas eksperimen ... 85

A.3. Nilai Pretes-Postes kelas kontrol ... 86

A.4. Nilai indeks gain kelas kontrol ... 87

LAMPIRAN B PERANGKAT PEMBELAJARAN B.1. Silabus ... 88

B.2. RPP Kelas Eksperimen ... 93

B.3. Lembar Kerja Siswa ... 102

B.4. Soal Pretes ... 111

B.5. Soal Postes ... 112

LAMPIRAN C INSTRUMEN PENELITIAN C.1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 113

C.2. Nilai Hasil Uji Instrumen ... 115

LAMPIRAN D HASIL PENGUMPULAN DATA D.1. Jurnal Harian Siswa ... 116

D.2. Kisi-kisi Angket Sikap Siswa ... 118

D.3. Angket Sikap Siswa... 121

D.4. Lembar Observasi terhadap Aktivitas Guru dan Siswa ……… ... 129


(8)

D.6. Pedoman Wawancara ... 140 LAMPIRAN E SURAT-SURAT ... 143 LAMPIRAN F DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 147


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Pendekatan CTL dengan Konvensional ... 27

Tabel 3.1 Klasifikasi Validitas... 33

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Tes... 33

Tabel 3.3 Klasifikasi Derajat Reliabilitas………... 34

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda………... 35

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Tiap Butir Soal……... 36

Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran………... 36

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal….... 37

Tabel 3.8 Subpokok Bahasan Materi Penelitian... 41

Tabel 3.9 Kriteria Indeks Gain... 45

Tabel 3.10 Panduan Pemberian Skor Skala Sikap Siswa... 47

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……...………... 51

Tabel 4.2 Uji Normalitas Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……...………... 52

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……...………... 53

Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa………... 53

Tabel 4.5 Deskripsi Statistik Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……...………... 54


(10)

Tabel 4.6

Uji Normalitas Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……...………... 55

Tabel 4.7

Uji Homogenitas Nilai Postes Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ……...………... 56

Tabel 4.8

Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Postes Kemampuan

Pemahaman Matematis Siswa………... 57

Tabel 4.9

Deskripsi Statistik Nilai Indeks gain Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ...………... 58

Tabel 4.10

Uji Normalitas Gain Pretes-Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...………... 58

Tabel 4.11

Uji Homogenitas Nilai Gain Pretes-Postes Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol………... 59

Tabel 4.12

Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Gain Pretes-Postes Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol………... 60

Tabel 4.13

Indikator Sikap Minat Siswa Terhadap Pelajaran

Matematika……….. 61

Tabel 4.14

Hasil Angket Sikap Minat Siswa Siswa Terhadap

Pelajaran Matematika……….. 62

Tabel 4.15

Indikator Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran dengan

Pendekatan CTL... 63

Tabel 4.16

Hasil Angket Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran

dengan Pendekatan CTL... 63 xv


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Aktivitas Siswa Pada Saat Pembagian LKS ... 65 Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Pada Saat Belajar Kelompok ... 66 Gambar 4.3 Aktivitas Siswa Pada Saat Bertanya Kepada Guru ... 67


(12)

DAFTAR DIAGRAM


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mengupayakan pendidikan yang berkualitas, tentu dibutuhkan suatu inovasi, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam kurikulum pendidikan. Sujatmikowati (2010: 2) menyebutkan bahwa pelajaran matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan beragumentasi. Ruseffendi (dalam Sujatmikowati, 2010: 3) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran matematika dapat memberikan kontribusi dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bahasa dan alat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta bagi matematikawan merupakan bidang yang amat menarik dan menantang. Jadi, matematika memiliki peranan penting dan berpengaruh besar untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Depdiknas (2006: 346) menjelaskan tujuan dari pelajaran matematika bagi siswa yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), antara lain:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.


(14)

2 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model matematika, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Pada umumnya, pemahaman menjadi tolak ukur penting dalam proses pembelajaran karena paham berarti siswa sudah memahami materi yang telah disampaikan. Dengan demikian, pemahaman matematis pun menjadi poin penting dalam proses belajar matematika.

Menurut Munthe (dalam Trias, 2010) pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dapat terlihat jika siswa dapat menjelaskan informasi dengan bahasanya sendiri, menerjemahkan, memperkirakan, menentukan (metode/prosedur) dan memahami (konsep, kaitan antara fakta, isi pokok).

Sementara itu, Markaban (2006) menjelaskan bahwa prestasi belajar matematika siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah


(15)

3 masih jauh dari harapan. Hal tersebut didasarkan pada hasil prestasi siswa-siswa Indonesia yang merupakan siswa-siswa terbaik di dalam

International Mathematics Olympiad (IMO) yang pertama kali diikuti

pada tahun 1988 di Canberra Australia dan sampai tahun 2005 mendapat 1 perak, 10 perunggu, dan 16 Honorable Mentions (Muchlis dalam Markaban, 2006).

Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS)

merupakan suatu lembaga yang mengukur dan membandingkan kemampuan matematis siswa-siswa grade 8 antarnegara. TIMSS mengemukakan hasil yaitu pada tahun 1999, Indonesia menduduki peringkat ke-32 dari 38 negara yang diteliti. Tahun 2003, Indonesia menduduki peringkat ke-36 dari 45 negara yang diteliti. Pada tahun 2007, Indonesia menempati urutan ke-41 dari 48 negara yang diteliti. Pada tahun 2007, rata-rata skor yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 397. Skor ini masih jauh dari skor internasional yaitu 500. Dengan demikian, pemahaman matematis pun dapat dikatakan lemah (Herlanti, 2009).

Wahyudin (Nurhayati dalam Trias, 2010) mengemukakan bahwa kurangnya kemampuan pemahaman matematis siswa disebabkan oleh lima hal yang membuat siswa gagal menguasai dengan baik pokok-pokok bahasan dalam matematika, yaitu mereka kurang memiliki pengetahuan prasyarat yang baik, kurang memiliki kemampuan untuk memahami serta mengenali konsep-konsep dasar matematika yang


(16)

4 berkaitan dengan pokok bahasan tertentu, kurang memiliki kemampuan dan kelebihan dalam menyimak kembali sebuah jawaban yang diperoleh dan kurang memiliki nalar yang logis dalam menyelesaikan masalah soal matematika yang diberikan.

Pada jenjang SMA, pemahaman matematis dibutuhkan oleh siswa. Pada matematika IPS lebih banyak aplikasi matematika dalam bentuk soal cerita yang dikaitkan dengan pemecahan masalah ekonomi, geografi dan mata pelajaran IPS lainnya. Untuk itu, siswa diharapkan mampu memahami soal kemudian mengubah makna soal tersebut ke dalam bahasa matematika. Dengan demikian, kemampuan pemahaman matematis siswa SMA IPS perlu ditingkatkan untuk membantu siswa dalam memecahkan soal-soal aplikasi matematika.

Pemahaman matematis dapat dipandang sebagai proses dan tujuan dari suatu pembelajaran matematika. Pemahaman matematis sebagai proses berarti suatu pengamatan kognisi yang tidak langsung menyerap pengertian dari konsep atau teori yang akan dipahami. Akan tetapi, menunjukkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep atau teori yang dipahami pada keadaan dan situasi-situasi lainnya. Pemahaman matematis sebagai tujuan berarti suatu kemampuan memahami konsep, membedakan sejumlah konsep-konsep yang saling terpisah serta kemampuan melakukan perhitungan secara bermakna pada situasi atau permasalahan-permasalahan yang lebih luas (Trias, 2010).


(17)

5 Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Hudoyo (dalam Herdian, 2010) yang menyatakan “Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami

peserta didik”. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa siswa kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu agar bahan yang disampaikan dipahami sepenuhnya oleh siswa.

Sampai saat ini, pembelajaran matematika di Indonesia masih didominasi oleh guru yang berfokus sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga ceramah sering menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar.

Untuk meningkatkan pemahaman matematis siswa IPS dibutuhkan inovasi pembelajaran matematika di dalam kelas. Siswa perlu mengaitkan isi materi pelajaran dengan kehidupan mereka sehingga matematika terasa bermanfaat dan terkait dengan pelajaran-pelajaran IPS lainnya. Untuk itu, dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat mengaitkan isi pelajaran dengan lingkungan. Pembelajaran yang demikian, salah satunya pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

Dengan adanya pendekatan kontekstual, siswa IPS akan lebih mudah untuk memahami keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan pendekatan kontekstual matematika akan langsung dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga memberikan


(18)

6 kesan nyata manfaat mempelajari matematika. Adapun pendekatan konstekstual yang tepat yaitu Contextual Teaching and Learning (CTL).

Johnson (2002) menjelaskan bahwa untuk memahami teori dan implementasi CTL dalam pendidikan, ada empat konsep kunci yang saling terkait, yaitu teaching, learning, instruction, dan curriculum.

Teaching adalah refleksi sistem kepribadian guru yang bertindak secara

proporsional; learning adalah refleksi sistem kepribadian siswa yang menunjukkan perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan;

instruction adalah sistem sosial tempat berlangsungnya mengajar dan

belajar; sedangkan curriculum adalah sistem sosial yang berujung pada sebuah rencana unuk pengajaran. Lebih lanjut, Johnson (2002) menggambarkan CTL sebagai berikut:

...an educational process that aims to help students see meaning

in academic material they are studying by connecting academic subjects with the context of their activity lives, that is, with context of their personal, social, and cultural circumstance.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMA IPS melalui Pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL)”.

1.2. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian yaitu:


(19)

7 1. Apakah peningkatan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) lebih baik daripada pembelajaran konvensional?

2. Bagaimanakah sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) ?

Untuk menghindari kekeliruan pemahaman dan tujuan dalam penelitian, maka ruang lingkup penelitian dibatasi sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini materi yang diberikan kepada siswa yaitu materi Fungsi Komposisi.

2. Subjek penelitian ini adalah siswa IPS kelas XI SMA Pasudan 2 Bandung angkatan 2011/2012.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk:

1. Mengetahui apakah peningkatan pemahaman matematis yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik daripada

pembelajaran konvensional.

2. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).


(20)

8 1.4. Manfaat Penelitian

Secara garis besar ada dua manfaat dari penelitian ini, yakni: 1. Secara Teoritis

Secara umum, penelitian ini memberikan sumbangan pada pembelajaran matematika terutama pada pelayanan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa SMA IPS. Telah diakui secara luas bahwa pemahaman matematis memiliki peran yang cukup besar bagi siswa dalam hal motivasi, penampilan dan kecakapannya dalam kehidupan. Oleh karena itu, merupakan suatu kewajaran jika guru mempunyai keyakinan intervensi dengan siswanya melalui peningkatan pemahaman matematis siswa SMA IPS.

Good and Brophy (dalam Mudhofar, 2008) menjelaskan pengharapan guru (teacher expectations) adalah bagaimana guru menciptakan prestasi akademik saat ini dan pada waktu yang akan datang dan tingkah laku siswanya secara umum. Harapan guru tersebut meliputi keyakinan guru (teacher belief) terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa SMA IPS, potensi siswa dalam memahami instruksi dan kesulitan materi yang dihadapi siswa atau kelas. Penelitian ini juga memperkaya pembelajaran matematika dengan pendekatan CTL.

Secara khusus, penelitian ini memberikan kontribusi kepada strategi pembelajaran matematika berupa pergeseran paradigma


(21)

9 mengajar menjadi paradigma belajar dalam suasana yang gembira dan menyenangkan. De Porter dan Hernacki (dalam Mudhofar, 2008) menjelaskan bahwa telah menjadi pandangan yang cukup mapan bahwa paradigma belajar dalam suasana yang gembira untuk memecahkan masalah matematika merupakan aspek yang esensial dalam pembelajaran matematika.

2. Secara Praktis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa. Bagi guru matematika hasil penelitian dapat digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan pembelajaran yang inovatif dan dapat diaplikasikan dalam mengembangkan model-model pembelajaran lebih lanjut. Bagi siswa, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa SMA IPS dalam bidang matematika maupun secara umum kemampuan mengatasi permasalahan hidupnya.

1.5. Definisi Operasional

1) Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

CTL adalah konsep pembelajaran dengan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan sehari-hari. Ada 7 (tujuh) asas-asas CTL yaitu: (1) konstruktivisme (Constructivism); (2) inkuiri (Inquiry); (3) bertanya (Questioning); (4)


(22)

10 masyarakat belajar (Learning community); (5) pemodelan (Modelling); (6) refleksi (Reflection); dan (7) penilaian nyata (Authentic assessment). 2) Kemampuan Pemahaman matematis

Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, bahwa materi-materi yang diberikan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Secara terperinci, jenjang kognitif pemahaman mencakup hal-hal berikut:

a. Pemahaman konsep;

b. Pemahaman prinsip, aturan, dan generalisasi; c. Pemahaman terhadap struktur matematika; d. Kemampuan untuk membuat transformasi; e. Kemampuan untuk mengikuti pola berpikir;

f. Kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan masalah sosial atau data matematika.

3) Pembelajaran Konvensional

Pada pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, guru lebih banyak aktif dibandingkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru menjelaskan materi pelajaran kemudian siswa mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru, kemudian siswa dianjurkan bertanya apabila ada materi yang belum dipahami yang telah dijelaskan guru.


(23)

11 1.6. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Priatna tahun 2003 (Tobing, 2011) terhadap siswa kelas 3 SLTP di Kota Bandung menemukan kualitas kemampuan penalaran dan pemahaman matematika yang belum memuaskan, yaitu masing-masing hanya sekitar 49% dan 50% dari skor ideal. Namun apabila ditinjau dari peringkat sekolah, kemampuan penalaran dan pemahaman matematika siswa peringkat sekolah cukup baik, sedangkan untuk sekolah peringkat sedang dan kurang masih belum memuaskan. Berkaitan dengan hal ini terdapat hubungan positif yang signifikan antara kemampuan penalaran dan pemahaman matematis siswa berdasarkan indikator analogi, generalisasi, kondisional, dan silogisme dengan kemampuan penalaran dan pemahaman matematika siswa.

Penelitian yang dilakukan Herlianawati (2008) bertujuan untuk mengetahui perbandingan prestasi belajar siswa, antara siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan CTL melalui penyajian masalah terbuka, apakah lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran CTL tanpa penyajian masalah terbuka. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 31 Bandung. Berdasarkan analisis data hasil tes prestasi belajar dengan taraf 5% dapat disimpulkan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan CTL melalui penyajian masalah terbuka lebih baik daripada siswa yang


(24)

12 mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan CTL tanpa masalah terbuka. Sementara itu, berdasarkan hasil angket, jurnal harian dan lembar observasi sebagian besar siswa menunjukkan respons yang positif terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

Penelitian yang dilakukan Puspita (2007) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pegaruh pendekatan CTL dalam pembelajaran matematika terhadap peningkatan hasil belajar siswa, perbedaan hasil belajar siswa antara yang pembelajarannya dengan pendekatan CTL dan siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional, serta respons siswa terhadap proses pembelajaran dengan pendekatan CTL. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gunungguruh kabupaten Sukabumi. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan terhadap data tes hasil belajar, yaitu tes awal, akhir dan indeks gain, dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dengan taraf signifikan 0,01. Dari analisis kualitatif yang dilakukan dengan angket dapat diketahui bahwa respons siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan CTL. Berdasarkan hasil data kuantitatif dan kualitatif dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.

Penelitian yang dilakukan Kasihani (2010) bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dengan menggunakan benda manipulatif pada operasi pecahan dan kesulitan yang dialami siswa


(25)

13 dalam melakukan operasi pecahan. Penelitian ini dilakukan pada kelas VII MTs Tajhizdiniyah. Proses pembelajaran dengan menggunakan benda manipulatif berupa kertas yang dapat dilipat, pada penelitian ini diketahui hasilnya terdapat peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran operasi pecahan. Kesulitan yang dialami oleh siswa dalam melakukan operasi pecahan dengan menggunakan kertas yang dapat dilipat meliputi: 1) Mengubah pecahan ke dalam bentuk lain; 2) Menyelesaikan soal yang lebih dari satu langkah solusi.

Penelitian yang dilakukan Praningtyas (2010) bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep keliling dan luas daerah segitiga melalui desain riset. Penelitian ini diarahkan pada analisis pengembangan bahan ajar, bagaimana cara guru mengajar dan siswa memberi jawaban mengikuti prinsip desain riset di kelas VII MTs Sarbini Kebumen dengan sampel 10 siswa. Dari analisis hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pemahaman siswa sudah meningkat terhadap konsep keliling dan luas segitiga. Selain itu juga, siswa memberikan respons positif terhadap pembelajaran matematika. Adapun kesulitan siswa dalam pembelajaran ini yaitu siswa kesulitan untuk menemukan ide dalam menemukan rumus luas segitiga karena siswa harus mengotak-atik (memanipulasi) gambar-gambar segitiga.

Berdasarkan hasil penelitian relevan yang telah dipaparkan, diketahui bahwa pemahaman matematis siswa masih harus ditingkatkan. Selain itu juga, pendekatan CTL masih layak digunakan dalam proses


(26)

14 pembelajaran matematika. Telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya tentang kesulitan siswa SMA IPS untuk memecahkan soal-soal aplikasi matematika, maka peneliti mencoba menerapkan proses pembelajaran matematika dengan pendekatan CTL pada jenjang SMA khususnya siswa SMA IPS.


(27)

28

BAB III

Metodologi Penelitian

3.1. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan pemahaman matematis siswa SMA IPS melalui pembelajaran dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan menggunakan desain

penelitian berbentuk “pretest-posttest control group” atau desain kelompok kontrol pretes-postes (Ruseffendi, 1998).

Pada penelitian ini diambil dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kontrol dari kelas XI. Masing-masing kelas diberikan pretes dan postes. Pada kelas eksperimen diberi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), sedangkan pada kelas kontrol diberi pembelajaran konvensional.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: O X O

O O keterangan :

X : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL).


(28)

29

3.2.Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (indenpendent). Variabel bebas adalah variabel perlakuan atau sengaja dimanipulasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel terikat adalah adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas. Oleh karena itu, variabel terikat menjadi indikator keberhasilan variabel bebas. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) sebagai variabel bebas (X).

2. Kemampuan pemahaman matematis siswa sebagai variabel terikat (Y).

3.3.Populasi Dan Sampel 3.3.1. Populasi

Sugiyono (dalam Saputra, 2010) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Subjek populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2011/2012. Adapun beberapa pertimbangan dipilihnya siswa kelas XI IPS SMA Pasundan 2 Bandung sebagai populasinya adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran matematika kelas XI IPS SMA Pasundan 2 Bandung, bahwa siswa-siswa IPS kurang menyukai matematika karena pelajaran matematika dianggap terlalu abstrak sehingga


(29)

30

sulit untuk dipahami. Oleh karena itu, dengan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) diharapkan mampu meminimalisir anggapan

matematika terlalu abstrak sehingga mampu menjelaskan keterkaitan matematika dengan jurusan IPS.

2. Berdasarkan informasi dari Guru mata pelajaran matematika, kemampuan matematika pada siswa kelas XI IPS SMA Pasundan 2 Bandung umumnya beragam, ada yang berkemampuan rendah, sedang dan masih jarang siswa IPS yang benar-benar menyukai matematika. Berdasarkan informasi diketahui bahwa kelas XI SMA Pasundan 2 Bandung terdiri dari 3 kelas, yaitu mulai dari kelas XI IPS-1 sampai dengan kelas XI IPS-3.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel yang diambil harus benar-benar representatif. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam teknik Probability sampling, dimana tiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel penelitian. Oleh karena itu, pemilihan subjek sampel dilakukan secara acak (random) dari kelas XI IPS SMA Pasundan 2 Bandung.

Adapun langkah-langkah dalam pemilihan sampel sebagai berikut: (1) Populasi penelitian ini adalah kelas XI IPS SMA Pasundan 2 Bandung dengan 3 kelas paralel; (2) Dipilih 1 kelas dari 3 kelas paralel sebagai kelas eksperimen dengan cara diundi; (3) Langkah terakhir, dipilih 1 kelas dari 3 kelas paralel


(30)

31

dengan cara diundi, diperoleh 2 kelas yaitu kelas XI IPS-2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS-1 sebagai kelas kontrol.

3.4. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data mengenai peningkatan pemahaman matematis siswa melalui pendekatan CTL maka diperlukan seperangkat instrumen penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemahaman matematis, skala sikap, lembar wawancara dan lembar observasi. 3.4.1.Tes Kemampuan Pemahaman Matematis

Tes yang digunakan bertujuan untuk mengukur peningkatan pemahaman matematis siswa melalui soal-soal tentang fungsi komposisi. Bentuk tes yang digunakan dalam pembelajaran ini yaitu soal berbentuk uraian yang terdiri atas empat soal. Tes ini diberikan sebanyak dua kali kepada kelas kontrol maupun kelas eksperimen yaitu berupa tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal (pretes) dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal pemahaman matematis siswa, sedangkan tes akhir (postes) bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman matematis siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan CTL pada kelas eksperimen.

Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, terlebih dahulu instrumen tersebut dilakukan analisis validitas isi dan validitas muka melalui judgement dosen pembimbing kemudian diuji cobakan kepada siswa di luar sampel. Instrumen tes diujicobakan kepada siswa yang telah


(31)

32

mempelajari materi fungsi komposisi. Uji coba instrumen dilakukan pada siswa kelas XII IPS-1 SMA Pasundan 2 Bandung. Setelah data hasil uji coba diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda setiap butir soal.

3.4.1.1. Validitas Butir Soal

Uji validitas dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji valid atau tidaknya item instrumen penelitian. Validitas item ditentukan dengan rumus koefisien korelasi Pearson Product Moment. Jika rhitung > rtabel dengan taraf kepercayaan 95% dan dk = n – 2 , maka butir soal dinyatakan valid dan jika sebaliknya maka butir soal tidak signifikan atau tidak valid. Adapun rumus koefisien korelasi Pearson Product Moment, yaitu:

 

 

 

2 2

2

 

2

    y y n x x n y x xy n rxy Keterangan:

Adapun klasifikasi koefisien korelasi yang digunakan adalah klasifikasi menurut Guilford (dalam Suherman, 2003) adalah sebagai berikut:

xy

r = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y x = Skor siswa pada tiap butir soal

y = Skor total tiap siswa


(32)

33

Tabel 3.1 Klasifikasi Validitas

Korelasi Interpretasi

0,00 ≤ r xy < 0,20 sangat rendah

0,20 ≤ r xy < 0,40 rendah

0,40 ≤ r xy < 0,60 cukup

0,60 ≤ r xy < 0,80 tinggi

0,80 ≤ r xy≤ 1,00 sangat tinggi

Hasil perhitungan validitas setiap butir soal yang sudah diuji cobakan beserta interpretasinya disajikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Tes No.

Soal

Koefisien Korelasi (r xy )

rtabel Interpretasi

1 0,45 0,355 valid

2 0,34 0,355 tidak valid

3 0,49 0,355 valid

4 0,58 0,355 Valid

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas untuk soal nomor 1, 3, dan 4 diperoleh

rhitung > rtabel dengan taraf kepercayaan 95% dan dk = n – 2. Dengan demikian, butir soal 1, 3, dan 4 dinyatakan valid. Sedangkan pada soal nomor 2 diperoleh hasil tidak valid.

3.4.1.2 Reliabilitas

Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil evaluasi tersebut tidak berubah ketika digunakan untuk subjek yang berbeda. Untuk mengetahui reliabilitas soal perlu dicari terlebih dahulu koefisien reliabilitasnya dengan rumus sebagai berikut:              

2

2 11 1 1 t i S S n n r


(33)

34

Keterangan:

11

r reliabilitas tes secara keseluruhan

n = banyak butir soal (item)

2 i

S = jumlah varians skor tiap item 2

t

S = varians skor total (Suherman dan Sukjaya, 1990) Sedangkan untuk menghitung varians (Suherman, 2003: 154) adalah

 

 

1

2 2 2   

N N X X s n Keterangan:

 n

s2 = Varians tiap butir soal

2

X = Jumlah skor tiap item

2

X = Kuadrat jumlah skor tiap item

N

= Jumlah peserta tes

Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 2003), yaitu:

Tabel 3.3

Klasifikasi Derajat Reliabilitas Derajat Reliabilitas Interpretasi

r 11≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 < r 11 < 0,40 Rendah

0,40 < r 11 < 0,70 Sedang

0,70 < r 11 < 0,90 Tinggi

0,90 < r 11 ≤ 1,00 Sangat tinggi

Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai koefisien reliabilitas tes sebesar 0,63, karena 0,63 > 0,355 atau rhitung > rtabel dengan taraf kepercayaan 95% dan dk = n


(34)

35

– 2. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen yang digunakan termasuk kategori sedang.

3.4.1.3. Daya Pembeda

Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal, digunakan rumus sebagai berikut:

DP = SMI

X

XAB

Keterangan:

DP = Daya pembeda, SMI = Skor maksimum ideal A

X = Rata-rata skor siswa kelompok atas

B

X = Rata-rata skor siswa kelompok bawah

Selanjutnya koefisien daya pembeda yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sesuai dengan Tabel 3.4 (Suherman, 2003)

Tabel 3.4

Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai DP Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat Buruk

0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Hasil perhitungan daya pembeda beserta kategorinya disajikan dalam Tabel 3.4 berikut.


(35)

36

Tabel 3.5

Hasil Pehitungan Daya Pembeda Tiap Butir Soal

3.4.1.4. Indeks Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat/indeks kesukaran dari tiap butir soal, digunakan rumus sebagai berikut :

P=

N S

X m

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

X= Jumlah skor pada butir soal yang diolah

Sm= Jumlah Skor maksimum pada butir soal yang telah diolah

N = Jumlah peserta tes

Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sesuai dengan Tabel 3.6 (Suherman, 2003), yaitu:

Tabel 3.6

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Hasil pengolahan data dihitung dengan cara manual. Indeks kesukaran soal untuk tiap butir soal disajikan dalam Tabel 3.7 yaitu:

Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,47 Baik

2 0,78 Sangat Baik

3 0,47 Baik

4 0,33 Cukup

Nilai IK Interpretasi IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 < IK < 1,00 Soal mudah


(36)

37

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Berdasarkan validitas butir soal, reliabilitas tes, daya pembeda, dan indeks kesukaran dari setiap butir soal yang diuji cobakan serta dengan mempertimbangkan indikator yang terkandung dalam setiap butir soal tersebut, maka semua soal digunakan sebagai instrumen tes dalam penelitian.

Setelah hasil uji instrumen selesai dianalisis, diperoleh soal nomor 2 tidak valid. Oleh karena nilai koefisien validitas dengan nilai rtabel Pearson Product

Moment tidak terlalu jauh, maka soal nomor 2 tidak dibuang. Akan tetapi,

diadakan revisi terhadap validitas mukanya, dengan cara merevisi pertanyaan tersebut. Setelah soal nomor 2 selesai direvisi, maka soal uji instrumen digunakan untuk penelitian.

3.4.2. Skala Sikap

Skala sikap yang digunakan dalam penelitian adalah skala likert, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana sikap siswa SMA IPS terhadap pembelajaran dengan pendekatan CTL.

Skala sikap siswa ini memuat 10 pernyataan yang menghendaki siswa untuk menyatakan sikapnya dalam bentuk: SS (sangat setuju), S (setuju), TS

Nomor Soal

Indeks Kesukaran Soal

Interpretasi

1 0,64 Sedang

2 1,00 Terlalu Mudah

3 0,67 Sedang


(37)

38

(tidak setuju), atau STS (sangat tidak setuju). Skala sikap siswa ini hanya diberikan kepada siswa kelas eksperimen sebanyak 30 siswa di akhir pembelajaran.

3.4.2.1. Lembar Observasi

Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua jenis dengan tujuan terjadi pengamatan terhadap guru dan siswa, yaitu:

a. Pedoman Observasi terhadap Aktivitas atau Kinerja Guru

Dalam hal ini yang bertindak sebagai guru adalah peneliti sendiri. Adapun pengisian lembar observasi ini dilakukan oleh seorang observer pada saat pembelajaran berlangsung.

b. Pedoman Observasi terhadap Aktivitas Belajar Siswa

Pedoman observasi ini dikembangkan sendiri oleh peneliti yang pengisiannya dilakukan oleh observer. Pedoman observasi ini difokuskan pada aktivitas siswa dalam setiap tahapan pembelajarannya.

3.4.3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun dan dikembangkan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui pandangan, saran dan kritik siswa mengenai pembelajaran matematika dengan pendekatan CTL.

3.5. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

a. Menentukan topik permasalahan. b. Membuat proposal.


(38)

39

d. Membuat instrumen penelitian.

e. Mengurus perizinan uji instrumen dan penelitian. f. Menguji instrumen penelitian.

g. Merevisi instrumen penelitian.

h. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pretest terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Menerapkan pembelajaran melalui pendekatan CTL di kelas

eksperimen.

c. Memberikan angket dan jurnal kepada kelas eksperimen.

d. Melakukan observasi yang dibantu oleh guru dan atau rekan mahasiswa.

e. Melaksanakan wawancara.

f. Memberikan postes terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengumpulkan data kuantitatif maupun kualitatif. b. Mengolah dan menganalisis data kuantitatif. c. Mengolah dan menganalisis data kualitatif. d. Mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing. 4. Tahap Penulisan Laporan

a. Menyusun laporan hasil penelitian.


(39)

40

Diagram 3.1 Prosedur Penelitian

3.6. Materi Pembelajaran

Pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam kegiatan penilitian, maka perlu sehingga pelaksanaan pembelajaran diusahakan harus sesuai dengan apa yang direncanakan. Bahan ajar yang akan digunakan terlebih dahulu disusun kemudian dikonsultasikan dengan pembimbing kemudian direvisi. Bahan ajar dalam penelitian ini berupa LKS (Lembar Kerja Siswa) mengenai materi Fungsi Komposisi sesuai dengan kurikulum KTSP yang ada di SMA IPS kelas XI semester genap.

Secara lengkap Subpokok bahasan dan kemampuan pemahaman matematis yang dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut:

Uji Revisi Pretes

Peningkatan Pemahaman Matematis Siswa SMA IPS

dengan menggunakan Pendekatan CTL

Pembelajaran KoKonvensional Postes

Analisis Kesimpulan Persiapan

Pembuatan perangkat pembelajaran dan instrumen pembelajaran


(40)

41

Tabel 3.8

Subpokok Bahasan Materi Penelitian

No Subpokok Bahasan Kemampuan Pemahaman

Matematis yang dikembangkan 1. a. Definisi relasi dan Fungsi

b. Sifat-sifat fungsi

Fungsi injektif (satu-satu) Fungsi surjektif (onto)

Fungsi bijektif (korespondensi satu-satu)

1. Mengidentifikasi konsep secara verbal dan tulisan; 2. Mengidentifikasi contoh dan

bukan contoh;

3. Menggunakan diagram untuk mereprentasikan suatu konsep;

4. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep. 2. a. Menentukan fungsi komposisi

b. Menentukan nilai fungsi komposisi.

c. Menentukan komponen fungsi komposisi jika fungsi komposisi dan komponen fungsi komposisi yang lain diketahui.

3.7. Teknik Pengolahan Data

Untuk melaksanakan penelitian dan memperoleh data, maka perlu ditentukan teknik pengumpulan data yang digunakan. Data yang dihasilkan berupa data kualitatif dan kuantitatif.

3.7.1. Pengolahan Data Kuantitatif

Untuk melihat peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilakukan analisis data kuantitatif. Langkah-langkah dalam melakukan analisis data kuantitatif adalah sebagai berikut:

3.7.1.1. Analisis Data Pretest dan Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol Setelah dilakukan pretes dan postes di kelas eksperimen dan kontrol, dilakukan pengolahan dan analisis data untuk mengetahui kemampuan awal dan akhir siswa serta peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa (indeks


(41)

42

gain) untuk masing-masing kelas. Analisis data dilakukan dengan bantuan software SPSS 17.0.

3.7.1.2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Nasrudin (2011) menjelaskan bahwa untuk menguji normalitas data sampel menggunakan bantuan software SPSS 17.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Merumuskan hipotesis uji normalitas sebagai berikut: H0 : data berdistribusi normal.

H1 : data tidak berdistribusi normal.

b) Menguji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov pada SPSS 17.0 karena banyaknya data sampel pada kelas eksperimen 30 siswa dan pada kelas kontrol juga terdapat 30 siswa.

c) Melihat nilai signifikansi pada kolom uji Kolmogorov Smirnov, dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Adapun kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka H0 diterima.

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka H0 ditolak.

Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas data dengan menggunakan uji


(42)

43

3.7.1.3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data digunakan untuk mengetahui homogen atau tidaknya data sampel yang diambil dari populasi yang sama. Nasrudin (2011) menjelaskan bahwa untuk menganalisis homogenitas data digunakan uji Levene, dengan langkah-langkah pada software SPSS 17.0 sebagai berikut:

a) Merumuskan hipotesis pengujian homogenitas data, yaitu: H0 : data bervariansi homogen.

H1 : data tidak bervariansi homogen.

b) Menggunakan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene pada SPSS 17.0.

c) Melihat nilai signifikansi pada uji Levene, dengan menggunakan taraf

signifikansi 5% (α=0,05). Adapun kriteria pengambilan keputusannya

adalah sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka H0 diterima.

Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak.

3.7.1.4. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata skor pretes dan postes kedua kelas sama atau berbeda. Nasrudin (2011) menjelaskan bahwa untuk menguji kesamaan dua rata-rata, ada tiga alternatif pilihan, yaitu:

a) Untuk data yang memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas maka pengujiannya menggunakan uji t. Adapun langkah-langkah untuk menguji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0, yaitu:


(43)

44

1) Merumuskan hipotesis pengujian kesamaan nilai rata-rata pretes atau postes, yaitu:

H0 : terdapat kesamaan rata-rata kelas eksperimen dan kontrol.

H1 : tidak terdapat kesamaan rata-rata kelas eksperimen dan kontrol.

2) Menghitung uji kesamaan dua rata-rata pretes atau postes dengan menggunakan uji independent sample t-test pada SPSS 17.0.

3) Melihat nilai signifikansi pada uji independent sample t-test, dengan

menggunakan taraf signifikansi 5% (α=0,05). Adapun kriteria

pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka H0 diterima.

Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak.

b) Jika data dari kedua kelas normal tetapi tidak homogen, maka masih dapat menggunakan uji independent sample t-test. Akan tetapi, untuk membaca hasil dari pengujiannya yaitu pada kolom Equal Variance Not Asumed (diasumsikan varians tidak sama) dengan langkah-langkah dan kriteria yang sama seperti pada bagian a).

c) Jika salah satu atau kedua kelas eksperimen dan kontrol tidak berdistribusi normal, maka tidak diuji homogenitasnya, tetapi digunakan uji

non-parametrik dengan uji Mann-Whitney pada SPSS 17.0, dengan

langkah-langkah dan kriteria pengujian yang sama seperti pada bagian a). 3.7.1.5. Analisis Indeks Gain

Analisis indeks gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa SMA IPS kelas eksperimen dan kelas


(44)

45

kontrol yang diberi perlakuan berbeda, dilihat dari pretes dan postes kedua kelompok tersebut. Namun sebelum analisis indeks gain dilakukan, terlebih dahulu diuji normalitas dan homgenitas indeks gain, untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan varians yang sama. Nasrudin (2011) menjelaskan bahwa langkah-langkah pengujian normalitas dan homogenitas serta indeks gain, sama seperti poin 1 dan 2).

Rumus untuk normalized gain (gain ternormalisasi) menurut Meltzer (dalam Kurniawan, 2011) adalah:

Indeks gain diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria seperti dalam Tabel 3.9 menurut Hake (Kurniawan, 2011) yaitu:

Tabel 3.9

Kriteria Indeks (Gain) Indeks Gain Kriteria

Tinggi Sedang Rendah

Selanjutnya dalam analisis indeks gain ini ada tiga alternatif yang dapat dilakukan, yaitu:

a) Jika indeks gain dari kedua kelas tersebut normal dan homogen, maka digunakan uji independent sample t-test, dengan langkah-langkah dan kriteria sebagai berikut:


(45)

46

(1) Merumuskan hipotesis pengujiannya, sebagai berikut:

H0 : peningkatan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan

pembelajaran CTL lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

H1 : peningkatan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan

pembelajaran CTL tidak lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

(2) Menghitung nilai t dengan menggunakan uji independent sample t-test pada SPSS 17.0.

(3) Melihat nilai t pada baris Equal Variance Asumed (diasumsikan varians

sama). Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (α=0,05), kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika thitung > ttabel, maka H0 diterima.

Jika thitung <ttabel, maka H0 ditolak.

b) Jika data dari dua kelas normal tapi tidak homogen, maka masih digunakan uji independent sample t-test. Akan tetapi, untuk membaca hasil dari pengujiannya yaitu pada kolom Equal Variance Not Asumed (diasumsikan varians tidak sama), dengan langkah-langkah dan kriteria pengujiannya sama seperti pada bagian a).

c) Jika salah satu atau kedua kelas data kelas eksperimen dan kontrol tidak berdistribusi normal, maka tidak diuji homogenitasnya, tetapi digunakan uji statistik non-parametrik dengan uji Mann-Whitney pada SPSS 17.0, dengan langkah-langkah dan kriteria pengujiannya sama seperti pada bagian a).


(46)

47

3.7.2. Pengolahan Data Kualitatif

Data kualitatif yang terdiri dari angket skala sikap, lembar observasi dan pedoman wawancara diberikan khusus kepada kelas eksperimen untuk mengetahui sikap mereka terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan CTL untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa. Adapun data kualitatif yang diolah, yaitu:

3.7.2.1. Pengolahan Data Skala Sikap

Menganalisis hasil skala sikap, skala kulitatif ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) kategori SS diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) untuk kategori SS diberi skor terendah, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur tinggi. Pembobotan yang paling sering dipakai dalam mentransfer skala kualitatif ke dalam skala kuantitatif (Suherman, 2003) adalah:

Tabel 3.10

Panduan Pemberian Skor Skala Sikap Siswa

Pernyataan Bobot Pendapat

SS S TS STS

Favorable 5 4 2 1

Unfavorable 1 2 4 5

Setelah angket skala sikap terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan cara seperti di atas, sikap siswa terhadap sebuah pernyataan dapat digolongkan ke dalam sikap positif atau negatif. Penggolongan dapat dilakukan dengan membandingkan skor subjek dengan jumlah skor alternatif jawaban


(47)

48

netral dari pernyataan. Jika rata-rata skor siswa terhadap pernyataan lebih dari skor jawaban netral (3) maka siswa digolongkan bersikap positif. Jika rata-rata skor siswa terhadap pernyataan kurang dari skor jawaban netral, maka siswa mempunyai sikap negatif. Rumus yang digunakan untuk menafsirkan data angket yang diperoleh yaitu

% 100  

n f P

dengan

P = Persentase jawaban f = Frekuensi jawaban n = Banyak responden

3.7.2.2. Pengolahan Data Hasil Observasi

Data hasil observasi merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Penyajian data hasil observasi dibuat dalam bentuk tabel untuk kemudahan dalam menginterpretasikannya.

3.7.2.3. Pengolahan Data Hasil Wawancara

Data hasil wawancara ini dirangkum berdasarkan jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dijawab oleh siswa kelas eksperimen.


(48)

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa SMA IPS yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional;

2. Berdasarkan hasil analisis data kualitatif, pembelajaran dengan pendekatan CTL kepada siswa SMA IPS secara umum cenderung positif, karena siswa senang dan tertarik karena mendapatkan keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa dapat belajar dengan teman sebaya dan pada saat proses diskusi dapat meningkatkan keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat tentang materi yang sedang dipelajari.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan, yaitu: 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa CTL masih layak digunakan untuk alternatif pembelajaran matematika di dalam kelas, mengingat peningkatan pemahaman matematis siswa SMA IPS yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih tinggi


(49)

78

2. Secara Praktis

a. Bagi guru matematika, bisa menggunakan pendekatan CTL dengan teknik-teknik yang lebih variatif lagi untuk memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa atau kemampuan matematis yang lainnya.

b. Bagi peneliti, penelitian ini menambah ilmu dan wawasan secara praktik untuk pengalaman mengajar.

c. Bagi pembaca, semoga penelitian ini bisa menimbulkan ide untuk lebih memunculkan pembelajaran yang aktif, inovatif dan bervariatif lagi.


(50)

79 DAFTAR PUSTAKA

Herdian, (2010).Kemampuan Pemahaman Matematika.[Online]. Tersedia

:

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/ (Jum’at, 15 Juli 2011)

Herlanti, Y. (2009). Prestasi Sains Indonesia di TIMMS. [Online]. Tersedia : http://yherlanti.wordpress.com/2009/01/07/prestasi-sains-indonesia-di-timms/ (02 Januari 2012)

Herlianawati, Rena. (2008). Pembelajaran Matematika Dengan Penyajian

Masalah Terbuka Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. Skripsi Pada Sarjana FPMIPA UPI Bandung:Tidak

diterbitkan.

Hermana dkk,. (2010).Contextual Teaching and Learning. Garut: Rahayasa Research and Training.

Johnson, Elaine. (2002). Contextual Teaching and Learning. Bandung; MLC.


(51)

80 Kurniawan, Iwan. (2011). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PROBLEM BASED LEARNING) Dengan Metode Course Review Horay. Skripsi Pada Sarjana FPMIPA UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika Dengan Model

Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Depdiknas PPPG Matematika.

Mudhofar, Hafidh. (2008). Model Pembelajaran Berbasis Contextual

Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Program Linear. Skripsi Sarjana FPMIPA Surakarta:

Tidak diterbitkan.

Nasrudin. (2011). Efektivitas Penggunaan Media Flash Card Dalam

Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman Siswa Madrasah Aliyah. Skripsi Pada Sarjana FPBS UPI Bandung; Tidak

diterbitkan.

Kasihani. (2010). Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Dengan

Menggunakan Benda Manipulasi Pada Operasi Pecahan. Skripsi


(52)

81 Praningtyas, Nuniek. (2010). Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa

Terhadap Konsep Keliling dan Luas Daerah Segitiga Melalui Desain Riset. Skripsi Pada Sarjana FPMIPA UPI Bandung:Tidak

diterbitkan.

Puspita, Redda. (2007). Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP. Skripsi Pada Sarjana FPMIPA UPI

Bandung:Tidak diterbitkan.

Qohar, Abdul. (2010). Developing Mathematical Undrestanding,

Mathematical Connection and Mathematics Self-Regulated Of Secondary School Students Using Reciprocal Teaching. Disertasi

Pada Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ratih, Amalia. (2011). Hubungan Antara Kecemasan Matematika Dengan

Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa. Skripsi Pada Sarjana

FPMIPA UPI Bandung:Tidak diterbitkan.

Ruseffendi. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang


(53)

82

Saputra, Rudi. (2010). Kontribusi Kegiatan Kemahasiswaan Terhadap

Motivasi Berprestasi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Arsitektur UPI. Skripsi Pada Sarjana FPTK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Setiawati, Euis. (2008). [Online]. Tersedia : http://pkab.wordpress.com/2008/04/29/pemahaman-pemecahan-masalah-matematik-sq4r-peta-konsep/ [Jumat, 05 Agustus 2011]

Suharyadi dkk. (2009). Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis Untuk

Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung :

Wijayakusumah 157.

Sujatmikowati, Ani. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan

Generalisasi Siswa Dalam Matematika Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA-UPI.


(54)

83

Tobing, Gunawan. (2011). Peningkatan Kemampuan Penalaran Induktif

Matematika Siswa Yang Memperoleh Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL). Skripsi Pada Sarjana FPMIPA UPI

Bandung:Tidak diterbitkan.

Trias, I. (2010). Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Melalui Pemberian Tugas Concept Mapping Pada Akhir Pembelajaran. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(1)

78

2. Secara Praktis

a. Bagi guru matematika, bisa menggunakan pendekatan CTL dengan teknik-teknik yang lebih variatif lagi untuk memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa atau kemampuan matematis yang lainnya.

b. Bagi peneliti, penelitian ini menambah ilmu dan wawasan secara praktik untuk pengalaman mengajar.

c. Bagi pembaca, semoga penelitian ini bisa menimbulkan ide untuk lebih memunculkan pembelajaran yang aktif, inovatif dan bervariatif lagi.


(2)

79 DAFTAR PUSTAKA

Herdian, (2010).Kemampuan Pemahaman Matematika.[Online]. Tersedia

:

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/ (Jum’at, 15 Juli 2011)

Herlanti, Y. (2009). Prestasi Sains Indonesia di TIMMS. [Online]. Tersedia : http://yherlanti.wordpress.com/2009/01/07/prestasi-sains-indonesia-di-timms/ (02 Januari 2012)

Herlianawati, Rena. (2008). Pembelajaran Matematika Dengan Penyajian Masalah Terbuka Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. Skripsi Pada Sarjana FPMIPA UPI Bandung:Tidak diterbitkan.

Hermana dkk,. (2010).Contextual Teaching and Learning. Garut: Rahayasa Research and Training.

Johnson, Elaine. (2002). Contextual Teaching and Learning. Bandung; MLC.


(3)

80 Kurniawan, Iwan. (2011). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PROBLEM BASED LEARNING) Dengan Metode Course Review Horay. Skripsi Pada Sarjana FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika Dengan Model Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Depdiknas PPPG Matematika.

Mudhofar, Hafidh. (2008). Model Pembelajaran Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Program Linear. Skripsi Sarjana FPMIPA Surakarta: Tidak diterbitkan.

Nasrudin. (2011). Efektivitas Penggunaan Media Flash Card Dalam Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman Siswa Madrasah Aliyah. Skripsi Pada Sarjana FPBS UPI Bandung; Tidak diterbitkan.

Kasihani. (2010). Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Dengan Menggunakan Benda Manipulasi Pada Operasi Pecahan. Skripsi Pada Sarjana FPMIPA UPI Bandung:Tidak diterbitkan.


(4)

81 Praningtyas, Nuniek. (2010). Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Keliling dan Luas Daerah Segitiga Melalui Desain Riset. Skripsi Pada Sarjana FPMIPA UPI Bandung:Tidak diterbitkan.

Puspita, Redda. (2007). Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP. Skripsi Pada Sarjana FPMIPA UPI Bandung:Tidak diterbitkan.

Qohar, Abdul. (2010). Developing Mathematical Undrestanding, Mathematical Connection and Mathematics Self-Regulated Of Secondary School Students Using Reciprocal Teaching. Disertasi Pada Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ratih, Amalia. (2011). Hubungan Antara Kecemasan Matematika Dengan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa. Skripsi Pada Sarjana FPMIPA UPI Bandung:Tidak diterbitkan.

Ruseffendi. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.


(5)

82

Saputra, Rudi. (2010). Kontribusi Kegiatan Kemahasiswaan Terhadap Motivasi Berprestasi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Arsitektur UPI. Skripsi Pada Sarjana FPTK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Setiawati, Euis. (2008). [Online]. Tersedia : http://pkab.wordpress.com/2008/04/29/pemahaman-pemecahan-masalah-matematik-sq4r-peta-konsep/ [Jumat, 05 Agustus 2011]

Suharyadi dkk. (2009). Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusumah 157.

Sujatmikowati, Ani. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Generalisasi Siswa Dalam Matematika Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA-UPI.


(6)

83

Tobing, Gunawan. (2011). Peningkatan Kemampuan Penalaran Induktif Matematika Siswa Yang Memperoleh Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL). Skripsi Pada Sarjana FPMIPA UPI Bandung:Tidak diterbitkan.

Trias, I. (2010). Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Melalui Pemberian Tugas Concept Mapping Pada Akhir Pembelajaran. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.