EFEKTIVITAS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 24 Februari 1989. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Ali Hasan dan Ibu Dahlia.

Pendidikan formal yang telah ditempuh dimulai dari taman kanak-kanak yaitu di TK AL-AZHAR 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung pada tahun 1995, pendidikan dasar di SD Negeri 2 Way Halim Permai Bandar Lampung pada tahun 2001. Pada tahun 2004, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 12 Bandar Lampung dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 15 Bandar Lampung pada tahun 2007.

Melalui jalur seleksi Non SPMB Universitas Lampung tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Program Studi Pendidikan Matematika. Selama Kuliah, penulis aktif mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yakni sebagai Anggota Magang Radio Kampus Universitas Lampung (RAKANILA) pada Tahun 2008/2009 dan menjadi Crew Radio Kampus Universitas Lampung (RAKANILA) divisi Marketing Chief periode 2009/2010 dan periode 2010/2011. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Wijaya Bandar Lampung pada tahun 2011.


(2)

Hidup adalah perjuangan

Jadi diri sendiri, mencari jati diri

dan menjadi sosok yang mandiri

Selalu ada jalan untuk kita yang

memiliki niat dan keyakinan yang


(3)

Alhamdulillahirobbil Alamin

Terucap syukur yang mendalamkepada Allah SWT, atas Rahmat dan Nikmat yang tak terhitung.

Shalawat dan Salam kepada Rasululloh Muhammad SAW

ku persembahkan karya kecilku ini sebagai tanda cinta, kasih sayang, danbaktiku kepada :

Kedua Orangtuaku Ayah ( Ali Hasan ) dan Ibuku ( Dahlia ) tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh kesabaran. Terimakasih atas tangan yang

tak pernah berhenti menadah untuk mendo akanku, atas harapan dan kepercayaan yang tak pernah hilang untukku, atas senyuman yang menjadi penyemangatku, atas kasih sayang, dan pengorbananmu untukku, anakmu.

Abangku Dewangga dan adikku Yurika tersayang yang tak pernah lelah mendoa kanku, memberi dukungan, serta motivasi dalam menggapai tujuan.

Para Guru dan Dosen yang telah berjasa memberikan bimbingan dan ilmu yang sangat berharga.

Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku.


(4)

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi as Pendekatan Contextual Teaching and LearningDitinjau dari Aktivitas dan Pemahaman Konsep Siswa

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, Pembimbing Akademik, dan pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(5)

bimbingan, saran serta arahan kepada penulis.

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

7. Bapak Drs. Hi. Zaid Jaya, M.MPd., selaku Kepala SMP Negeri 12 Bandar Lampung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

8. Bapak Drs. Antonius HP., selaku guru matematika kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian dan selalu memberikan dukungan serta motivasi yang luar biasa. 9. Siswa/ siswi kelas VII-G, VII-H, dan VII-I SMP Negeri 12 Bandar Lampung

tahun pelajaran 2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin. 10. Ayah dan ibu tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan

selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik buat anak-anaknya dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.

11. Abang dan adikku tersayang serta semua keluarga besarku

dan my twins Suci Rhamadani yang selalu menyayangi, mendoakan dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.

12. Kakakku Anwar Salam Al-Anshori, yang tidak pernah lelah selalu mendoakan dengan segala ketulusan dan kasih sayangnya

13. Sahabatku Ade Pravita Ningrum dan Yunita Ayu Saputri(ciqo) yang telah membantuku dan senantiasa memberikan dukungan serta motivasinya.

14. Teman- atas

awal kekompakan dan kebersmaan kita, yang menjadikan hari lebih berwarna. Namun perbedaan dalam tujuan yang mungkin membuat kita berdiri sendiri.


(6)

Matematika: Sri, Berta, Vina, Fitri, Yulva, Dina N, Cwie, Marista, Yesi, Lia, Uya, Indah, Reni, mbak Leni, Fiska, Devi, Vivi, Mb dwi, Tanti, Ratna, Achiez, Nesha, Indri, Dea, Tina, Sevia, Ana, Nana, Rita, Mb Eva, Mira, Mbak Yemi, Dina A, Mbak Endah, Bang Lihin, Heru, Ifan, Haris, Robert, Bily, Monmon, Ali, Dani, Komang, Bang Ken, Adi, Munif, atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.

16. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Wijaya Bandarlampung (Mbk Leni, Berta, Berti, Indri, Ika, Lisa, Dila , Siti, Rita, Adi, dan Sandi) atas kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa.

17. Temen-Teman Seperjuangan Rakanila Angakatan 8 (Ciqo, Listya, Ayu, Rosta, Jem, Lindi, Grace, Aci, Iin, Dafi, Iman, Agus dan Dendi) atas perjuangan dan kebersamaannya selama 3 tahun lebih yang sangat luar biasa. Semoga Ilmu dan pengalaman yang telah kita dapatkan bersama kelak bermanfaat serta menjadikannya suatu kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan dalam hidup.

18. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai 2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas kebersamaannya.

19. Almamater yang telah mendewasakanku.


(7)

pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin

Bandarlampung, Juli 2012 Penulis


(8)

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

1. Efektivitas Pembelajaran... . 9

2. Pembelajaran Konvensional ... 11

3. Pendekatan Kontekstual ... 12

4. Aktivitas Belajar ... 18

5. Pemahaman Konsep ... 20

B. Kerangka Pikir ... 23

C. Hipotesis Penelitian ... 25

1. Hipotesis Umum ... 25

2. Hipotesis Kerja ... 26


(10)

B. Desain Penelitian... 27

C. Langkah Penelitian... 28

D. Data Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Instrumen Penelitian... 31

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... 38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Aktivitas Belajar ... 45

2. Pemahaman Konsep Siswa ... 48

B. Pembahasan ... 50

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 55

B. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA


(11)

xv

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 28

3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas ... 34

3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 35

3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 36

3.5 Data Uji Tes Pemahaman Konsep ... 37

3.6 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa ... 39

3.7 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Kemampuan Awal Siswa ... 40

4.1 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa dengan Pendekatan CTL ... 45

4.2 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa dengan Pembelajaran Konvensioanl ... 46

4.3 Statistik Deskriptif Data Pemahaman Konsep Siswa ... 48

4.4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Siswa . 49 4.5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Pemahaman Konsep Siswa ... 50


(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan masyarakat di berbagai bidang. Lembaga pendidikan merupakan sarana yang sangat baik dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Tentunya bidang pendidikan mendapat perhatian, penanganan dan prioritas yang baik dari pemerintah, masyarakat maupun para pengelola pendidikan.

Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis melainkan hal yang dinamis sehingga menuntut adanya peningkatan secara terus menerus. Usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran. Banyak faktor yang menentukan kualitas pendidikan, salah satu peran yang sangat besar pengaruhnya dalam memajukan dunia pendidikan adalah guru. Guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat aktif.

Pendidikan tentunya memegang peranan penting dalam pembangunan nasional, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang dalam pem-bukaan Undang-undang Dasar 1945. Melalui pendidikan, kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan sehingga terwujud masyarakat yang berkualitas, maju dan sejahtera serta berkompetisi dengan negara lain.


(13)

Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk me-nyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Sedangkan menurut UU Nomor 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif me-ngembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Matematika merupakan sarana berfikir ilmiah untuk menuju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selama ini terus berkembang sesuai dengan per-kembangan zaman. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah sampai saat ini, dilihat dari keaktifan dan pemahaman konsep yang dicapai masih tergolong belum optimal. Padahal telah banyak upaya yang di-lakukan oleh guru dan sekolah agar keaktifan dan pemahaman konsep siswa bisa meningkat lebih baik. Namun, hal itu tidak cukup tanpa diimbangi dengan usaha dari siswa.

Interaksi pembelajaran yang baik adalah guru sebagai pengajar tidak men-dominasi kegiatan tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh karena itu dalam pem-belajarannya, faktor keaktifan dan pemahaman kosep sebagai subjek belajar sangat menentukan. Peserta didik yang baik memiliki karakter bersemangat tinggi dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya. Namun, bagi peserta


(14)

didik yang berkemampuan rata-rata sedang atau kurangpun dapat dilatih untuk memiliki karakter yang mampu menyelesaikan masalah.

Dewasa ini telah banyak perbaikan dalam pembelajaran agar pembelajaran lebih bermakna, salah satunya adalah perbaikan dalam pembelajaran matematika. Secara umum, matematika dipandang oleh siswa sebagai pelajaran yang sulit. Kesulitan dalam belajar matematika salah satunya disebabkan oleh ketidak bermaknaan pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika menjadi tidak bermakna karena selama pembelajaran berlangsung siswa hanya mendengar penjelasan dari guru dan tidak terlibat aktif dalam pembelajaran, artinya disini pembelajaran hanya terpusat pada guru. Paradigma pembelajaran konvensional yang hanya berpusat pada guru hendaknya diubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa yang berarti bahwa siswa menjadi lebih parsitipatif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang diharapkan adalah adanya interaksi edukatif antara siswa dengan guru. Seperti yang tertuang pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 19 (2007:14) bahwa:

roses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk ikut berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

Selain itu, kesulitan dalam belajar matematika juga disebabkan objek kajian matematika yang abstrak. Oleh karena itu, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dari hal yang bersifat konkret ke abstrak. Pembelajaran matematika yang dimulai dari hal yang bersifat konkret dapat disajikan dengan mengaitkan materi matematika dengan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa. Dengan diberikannya masalah matematika yang berkaitan dengan situasi nyata, siswa akan lebih mudah mengkontruksi dan memahami materi yang diberikan.


(15)

Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Hal itu karena selama pembelajaran berlangsung, siswa diberikan suatu masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari mereka dan siswa secara aktif berusaha memecahkan masalah tersebut. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Pendekatan kontekstual menekankan pada siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Siswa dituntut untuk aktif pada proses pembelajaran, sehingga siswa mampu menghadirkan kreativitas dalam mengkontruksi pengetahuan yang akan di-perolehnya. Dimana pendekatan kontekstual terdiri dari tujuh komponen pem-belajaran kontekstual yaitu: konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment).

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran kon-vensional yang dimaksudkan telah mengarah kepada pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran dengan diskusi kelompok, siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi secara kelompok, bertanya baik kepada temen atau kepada guru, dan siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan soal. Dengan kegiatan seperti ini siswa mampu bekerjasama dengan teman-teman dalam satu kelompoknya.


(16)

Proses pembelajaran dan aktivitas siswa SMP Negeri 12 Bandar Lampung sudah terlihat cukup baik. Siswa telah mempu belajar secara berkelompok dan bertanya baik kepada guru atau teman kelompok. Hal ini tentunya mendasari komponen pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yaitu bertanya dan masyarakat belajar. Pada pendekatan CTL guru mengarahkan siswa untuk mengkontruksi pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat memahami materi yang diberikan dan menemukan (inquiry). Interaksi yang baik antar guru dan siswa juga merupakan elemen yang penting dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Dengan adanya interaksi yang baik, maka efektifitas pemahaman konsep matematika siswa akan terbentuk dan berjalan secara optimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam contextual teaching and learning lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung?

Dari rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan pertanyaan penelitian secara rinci sebagai berilkut:

1. Apakah aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pen-dekatan contextual teaching and learning lebih tinggi dari pada aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?

2. Apakah rata-rata pemahman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan contextual teaching and learning lebih


(17)

tinggi dari pada pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran melalui pendekatan contextual teaching and learning ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi khasanah teori pembelajaran matematika yang berkaitan dengan pendekatan contextual teaching and learning pada aktivitas dan pemahaman konsep siswa. Dengan mengetahui kadar kekuatan aktivitas siswa diharapkan dapat mengefektifkan pemahaman konsep siswa. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan siswa tentang cara belajar matematika.

b. Bagi guru, diharapkan melalui penelitian ini guru mengenal pendekatan contextual teaching and learning dan termotivasi untuk berani melakukan inovasi pembelajaran dalam rangka memaksimalkan hasil belajar matematika siswa pada jenjang pendidikan sekolah menengah.

c. Bagi kepala sekolah, diharapkan dengan penelitian ini kepala sekolah memperoleh informasi sebagai masukan dalam upaya mengefektifkan pembinaan para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.


(18)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas pembelajaran adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dapat dikatakan lebih efektif jika aktivitas dan pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan CTL lebih baik dibandingkan dengan aktivitas dan pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran konven-sioanal.

2. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran yang dimaksud yaitu pembelajaran yang digunakan di sekolah yang diteliti, yaitu dominasi guru sudah banyak berkurang, karena tidak terus menerus berbicara. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Saat mengerjakan soal latihan, guru memberi kesempatam kepada siswa untuk berdiskusi secara kelompok.

3. Pendekatan CTL merupakan pendekatan yang terpusat pada siswa, artinya siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran CTL mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata yang memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment).


(19)

4. Aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan yang di sampaikan guru, menjawab pertayaan guru, mengerjakan LKS bekerja sama dengan satu kelompok, berdiskusi tentang maslah yang di hadapi, bertukar pendapat antar teman dalam kelompok, mengambil keputusan, mempre-sentasikan jawaban, dan merespon jawaban teman.

5. Pemahaman konsep matematika siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep materi pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa setelah dilakukan tes pemahaman konsep Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep.

6. Pemahaman konsep siswa dalam penelitian ini dapat diketahui dari nilai tes akhir matematika siswa di kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung yang dilakukan pada akhir pokok bahasan Bangun Datar Segiempat


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas menurut Starawaji (2009) merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Sedangkan keefektifan pembelajaran menurut Trianto (2009: 20) adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Lince dalam Trianto (2009: 20) menyatakan bahwa efisiensi dan keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui keefektifan mengajar, dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pembelajaran.

Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pembelajaran, yaitu :

1. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM; 2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa;

3. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan ; dan


(21)

4. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang yang mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4), menurut Soemosasmito (dalam Trianto, 2009: 20)

Terkait pembelajaran yang efektif, Sutikno (2005: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan..

Guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dan presentasi waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif atau hukuman. menurut Soemosasmito (dalam Trianto, 2009: 20)

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pembelajaran yang efektif, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses pembelajaran dengan memberikan kebebasan terarah kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, respon siswa terhadap pem-belajaran dan pemahaman konsep matematika siswa.


(22)

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:523) konvensional artinya berdasarkan kebiasaan atau tradisional. Jadi, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada umumnya pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Akibatnya terjadi praktik belajar pembelajaran yang kurang optimal karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.

Burrowes (dalam Juliantara, 2009) menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Djamarah (dalam Kholik, 2009) mengemukakan bahwa pembelajaran kon-vensional adalah pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.

Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pem-belajaran yang digunakan disekolah yang sedang diteliti. Metode yang sering dipakai dalam pembelajaran konvensional antara lain adalah ekspositori. Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan pada guru sebagai pemberi informasi. Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru sudah banyak berkurang, karena tidak terus menerus berbicara. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab.


(23)

Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan soal latihan dan bekerja sama dalam kelompok. Walaupun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran masih kepada guru tetapi dominasi guru sudah banyak berkurang.

3. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran

Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Kontekstual dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Adapun yang melandasi pengembangan pende-katan kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu. Rbaryans (2007)

Pendekatan CTL merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara dan tenaga kerja (US Department of Education the National School to Work Office(dalam Trianto, 2009)

Hal di atas senada dengan beberapa hal yang diidentifikasi sebagai unsur Pendekatan kontekstual menurut University of Washington dalam Muhfahroyin (2006: 9-10) yaitu: Pembelajaran bermakna, penerapan pengetahuan, berpikir


(24)

yang lebih tinggi, kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar, responsif terhadap budaya dan penilain autentik.

COR (Center for Occupational Research) di Amerika (dalam Muslich, 2007:41) mengatakan dalam Pembelajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (expe-riencing), menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring). Lima bentuk belajar tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a) Relating adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata

b) Experiencing adalah belajar dalam konteks eksplorasi,penemuan, dan penciptaan. .

c) Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar ke dalam penggunaan dan kebutuhan praktis. Dalam praktiknya, siswa menerapkan konsep dan informasi ke dalam kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan.

d)Cooperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespons, dan saling berkomunikasi.

e) Transfering adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.

Dari keterangan di atas diharapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 12 Banadar Lampung. Hal tersebut dikarenakan pendekatan kontekstual


(25)

terdiri dari tujuh unsur yang bermanfaat dalam suatu pembelajaran yang digambarkan sebagai berikut.

Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment) (Muslich 2007:43). Adapun tujuh komponen tersebut sebagai berikut.

a) Konstruktivisme (Constructivism)

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL. Pendekatan yang berciri kotruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Nurhadi (2004: 39-40) mengemukakan bahwa dalam pem-belajaran di kelas, penerapan pempem-belajaran konstruktivistik muncul dalam lima langkah pembelajaran yaitu : Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge), pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) dalam memahami pengetahuan, siswa perlu menyelidiki dan menguji semua hal yang memungkinkan dari pengetahuan baru itu, menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh (applying knowledge), dan melakukan refleksi (reflecting on knowledge).

b) Menemukan(Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kon-tekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.


(26)

Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi(observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclusion).

c) Bertanya(Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang dimulai dari bertanya. Sanjaya (2008: 266) menyatakan bahwa kegiatan bertanya berguna untuk

pelajaran, 2) membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, 3) merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu, 4) memfokuskan siswa pada sesuatu yang dinginkan, 5) membimbing siswa untuk menemukan dan menyimpulkan sesuatu.

d) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil sharing

antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar pembelajaran saling belajar. Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan teman atau orang lain (Nurhadi,2002:15). Masyarakat belajar terjadi bila ada komunikasi dua arah yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.

e) Pemodelan(Modeling)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemon-strasikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian konsep contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.


(27)

Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.

f) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima (Nurhadi,2002: 18). Realisasinya dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut. 1) Pernyataan langsung, tentang apa-apa yang diperoleh hari itu.

2) Catatan atau jurnal di buku siswa.

3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. 4) Diskusi.

5) Hasil karya.

g) Penilaian yang sebenarnya(Authentic Asessment)

Penilaian adalah pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan Pendekatan kontekstual (Nurhadi 2000: 4) adalah :


(28)

a) Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya (masalah kontekstual) sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran bermakna.

b) Permasalahan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.

2. Pengembangan:

a) Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model matematis simbolik secara informal terhadap persoalan atau masalah yang diajukan.

b) Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif. Siswa diberi kesempatan menjelaskan dan memberi alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, dan mencari alternatif penyelesaian yang lain.

3. Penutup/penerapan:

Melakukan refleksi terhadap setiap langkah atau terhadap hasil pembelajaran.

Dari uraian di atas, pembelajaran melalui pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang mampu memberdayakan potensi siswa untuk membangun pengetahuan yang ada di dalam dirinya. Melalui pembelajaran matematika kontekstual, siswa mampu mengkonstruksi suatu pengetahuan yang baru, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa yang akhirnya akan berdampak positif terhadap konsep belajar siswa. Selain itu, dengan pendekatan ini siswa dilatih mengamati suatu hal, menganalisisnya, dan menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya. Dengan demikian, kesan yang didapat siswa akan lebih lama terekam dibandingkan dengan yang hanya menerima transfer ilmu dari guru. Dengan adanya pemberian refleksi pada pendekatan kontekstual, siswa


(29)

akan lebih memahami apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana prosesnya. Hal inilah yang diharapkan mampu membuat siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

4. Aktivitas Belajar

Menurut Mulyono (2001 : 26), a

segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas. Sedangkan Menurut Sriyono (dalam, Ahmad. 2010) aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing ). Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya.

Hamalik (2001: 175-176) mengungkapkan bahwa penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pembelajaran pada siswa karena:

Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara

integral.


(30)

4. Siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis. 6. Mempererat hubungan sekolah, masyarakat dan orang tua dengan guru.

7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan verbalitas.

8. Pengajaran di sekolah menjadi lebih hidup sebagimana aktivitas dalam

Diedrich (dalam Rohani, 9-10) setelah mengadakan penyelidikan, menyimpulkan terdapat 177 macam kegiatan pesrta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain sebagai berikut:

Visual activities, membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

2. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya

3. Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.

4. Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin dan sebagainya.

5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebgainya.

6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, memelihara bintang, dan sebagainya.

7. Mental activities, mengganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya

8. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah saru sama lain. Dalam setiap ak-tivitas motoris terkandung akak-tivitas mental disertai oleh perasaan tertentu dan seterusnya. Pada setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan. Prinsip aktivitas yang diuraikan diatas didasarkan pada pandangan psikologi bahwa, segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan (mendengar, melihat, dan sebagainya) sendiri dan pengalaman sendiri. Guru hanyalah merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran. Sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah siswa.


(31)

Berdasarkan beberapa pemaparan di atas aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran, mi-salnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu melakukan kegiatan.

5. Pemahaman Konsep

Dalam kamus Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Sedangkan dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi pemahaman konsep adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

Kemampuan pemahaman konsep matematika merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematika juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan.

Dalam (Muhfida 2004), Asikin menggungkapkan teori-teori Bruner yaitu teori konstruksi, notasi, kekontrasan dan variasi, serta konektivitas menyatakan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi-materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur itu. Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu materi menjadikan materi itu dipahami secara


(32)

lebih komprehensif lain dari itu peserta didik lebih mudah mengingat materi itu apabila yang dipelajari merupakan pola yang berstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah terjadinya transfer. Dengan kata lain pemahaman konsep yaitu memahami sesuatu kemampuan mengerti, mengubah informasi ke dalam bentuk yang bermakna.

Herman Hudojo (2003: 123) dalam Muhfida mengungkapkan langkah-langkah dalam menanamkan suatu konsep matematika berdasarkan penggabungan beberapa teori belajar Bruner antara lain teori konstruksi, teori notasi, teori kekontrasan dan variasi serta teori konektivitas adalah sebagai berikut:

Pengajar memberikan pengalaman belajar berupa contoh-contoh yang berhubungan dengan suatu konsep matematika dari berbagai bentuk yang sesuai dengan struktur kognitif peserta didik.

2. Peserta didik diberikan dua atau tiga contoh lagi dengan bentuk pertanyaan. 3. Peserta didik diminta memberikan contoh-contoh sendiri tentang suatu

konsep sehingga dapat diketahui apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami konsep tersebut.

4. Peserta didik mencoba mendefinisikan konsep tersebut dengan bahasanya sendiri.

5. Peserta didik diberikan lagi contoh mengenai konsep dan bukan konsep. 6. Peserta didik diberikan drill untuk memperkuat konsep tersebut.

Pemahaman konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar atau kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Berkenaan dengan hal tersebut (Dimyati, 2006: 3) yang mengungkapkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar.


(33)

Hamalik (2002: 164) menyatakan beberapa kegunaan konsep, yaitu sebagai berikut:

1. Konsep mengurangi kerumitan lingkungan

2. Konsep membantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar mereka

3. Konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat menggunakan konsep-konsep yang telah dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru 4. Konsep mengarahkan kegiatan instrumental

5. Konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran

6. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda dalam kelas yang sama.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan matematika seseorang untuk memahami suatu materi atau objek dalam suatu pembelajaran matematika.

Adapun kriteria dari pemahaman konsep adalah: a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep.


(34)

Hasil belajar merupakan salah satu indikator untuk menentukan terkuasai atau tidaknya konsep yang telah diajarkan kepada siswa selama kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini, hasil belajar tersebut berupa skor yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep.

B. Kerangka Pikir

Pendekatan kontekstual yang memiliki tujuh komponen merupakan pendekatan yang mengaitkan situasi nyata kedalam kelas. Pengaitan ini menyebabkan siswa mempunyai gambaran konkret tentang matematika. Hal itu menyebabkan siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Komponen pembelajaran kontekstual yaitu: konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan(Modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment).

Pada pendekatan kontekstual memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah yang rill bagi siswa sesuai pengalaman dan tingkat pengetahuannya sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran bermakna. Permasalahan yang di-berikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif, siswa diberi kesempatan menjelaskan dan memberi alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, menyatakan setuju atau tidaj setuju terhadap jawabannya. Sehingga diharapkan siswa dapat menemukan suatu konsep dalam pembelajaran matematika. Di dalam masyakat belajar siswa dituntut untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan pemodelan siswa lebih mudah untuk memahami dan memyelesaikam permasalahan suayu pemahaman konsep. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya langsung kepada guru ketika memalami


(35)

kesulitan. Pada penilain yang sebenarnya, siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sehingga pemahaman konsep matematika siswa menjadi lebih baik dan aktivitas belajar siswa menjadi lebih relevan saat pembelajaran berlangsung

Pada pembelajaran konvensional, pembelajaran dimulai dengan pemberian materi oleh guru melalui ceramah, diskusi kelompok, dan pemberian tugas. Pada pembelajaran ini, guru berperan aktif sebagai pemberi informasi di kelas sehingga siswa lebih terbiasa mendapat informasi tentang konsep-konsep yang disampaikan oleh guru dan menyebabkan siswa malas untuk berpikir sehingga pemahaman konsep siswa kurang dapat berkembang. Keadaan ini dapat membuat siswa merasa jenuh sehingga menyebabkan peluang munculnya aktivitas siswa yang kurang relevan dalam pembelajaran semakin besar. Diskusi kelompok yang terjadi pada pembelajaran konvensional lebih didominasi oleh siswa tertentu saja sehingga kesempatan siswa dalam mengandalkan siswa lain dalam kelompoknya semakin besar, hal ini membuat pemahaman konsep matematika siswa semakin kurang berkembang dan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran semakin kecil.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan CTL diharapkan mampu menciptakan suasana yang aktif bagi siswa. Dengan kata lain, keaktifan siswa dapat meningkat dalam rangka mewujudkan pembelajaran efektif serta dapat membangun pengetahuan dari dalam diri siswa sendiri yang akan mengakibatkan meningkatnya pemahaman konsep matematika siswa jika di-bandingkan dengan pembelajaran konvensional.


(36)

1. Hipotesis Umum

Hipotesis dalam penelitian ini adalah pendekatan contextual teaching and learning lebih efektif pada pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung semester genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012 ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan contextual teaching and learninglebih tinggi dari pada aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan contextual teaching and learning lebih tinggi dari pada pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.


(37)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012, yang terdiri dari 9 kelas. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Tahap-tahap pengambilan sampel dijelaskan sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata dari 9 kelas, menurut pertimbangan guru terdapat 3 kelas yang memiliki rata-rata kemampuan awal yang hampir sama. Dan 3 kelas tersebut diajar oleh guru yang sama. Ternyata setelah di uji, dari 3 kelas tersebut memiliki rata-rata kemampuan awal yang sama.

2. Mengambil seacara acak 2 kelas yang memiliki rata-rata kemampuan awal yang sama, yang ditunjukkan dari rata-rata tes uji blok Semester I.

3. Dari dua kelas yang terpilih menetukan kelas kontrol dan kelas eksperimen.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) meng-gunakan desain post-test only dengan kelompok pengendali yang tidak diacak sebagaimana dikemukankan Furchan (1982: 368)


(38)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Group Perlakuan Post-test

Kelas Eksperimen (E) Pembelajaran dengan

pendekatan CTL Skor Post-test(O1) Kelas Kontrol (P) Pembelajaran

konvensional Skor Post-test(O2)

C. Langkah Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan

a. Mengambil data nilai Ulangan semester ganjil/hasil tes formatif siswa pada materi sebelumnya untuk digunakan sebagai nilai awal siswa.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) . c. Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).

d. Membagi siswa ke dalam kelompok secara heterogen yang terdiri 4-5 orang berdasarkan nilai awal siswa.

e. Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa.

f. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep beserta aturan penskorannya.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Pendekatan Contextual Teaching and Learning yang telah disusun. Urutan pembelajarannya sebagai berikut.


(39)

Memberikan motivasi dan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab untuk menggali kemampuan prasyarat siswa mengenai materi yang akan dibahas, serta membagi siswa ke dalam kelompok

b. Kegiatan Inti

1) Guru mengembangkan pemikiran siswa bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika bekerja sendiri dan mengkonstruksi pengetahuan yang bermakna melalui pengalaman nyata kemudian dikaitkan dengan materi pembelajaran. 2) Guru merancang kegiatan yang merujuk siswa pada kegiatan menemukan

masalah sesuai dengan materi terkait.

3) Guru mengembangkan rasa ingin tau siswa dalam proses bertanya (menggali informasi, mengejek pemahaman, membangkitkan respon siswa, membangkitkan pertanyaan siswa dan menyegarkan kembali pengetahuan siswa).

4) Guru menciptakan masyarakat belajar (kelompok belajar) pada kelompok-kelompok belajar yang anggotanya heterogen agar yang pandai mengari yang lemah dan membagikan LKS sehingga berlasung diskusi, ini terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi

5) Guru menyiapkan pemodelan, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.

6) Perwakilan dari kelompok mempresentasikan atau berbagi hasil diskusinya dan siswa yang lain menanggapi presentasi.


(40)

1) Guru dan siswa merefleksi tentang apa saja yang baru dipelajari, merespon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima

2) Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dan melakukan penilaian autentik (aktivitas selama kegiatan berlangsung dan tes formatif pada akhir materi pembelajaran).

3. Analisis Data

4. Penyusunan Laporan

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data aktivitas belajar siswa (memperhatikan yang di sampaikan guru, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan LKS, bekerja sama dengan satu kelompok, berdiskusi tentang maslah yang di hadapi, bertukar pendapat antar teman dalam kelompok, mengambil keputusan, mempresentasikan jawaban, dan merespon jawaban teman) selama proses pembelajaran melalui pendekatan CTL berlangsung merupakan data kualitatif

2. Data berupa nilai kemampuan pemahaman konsep siswa yang diperoleh melalui tes pemahaman konsep yang dilakukan di akhir pokok bahasan dengan menggunakan pendekatan CTL merupakan data kuantitatif.

E. Teknik Pengumpulan Data


(41)

1. Observasi

Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa. Observasi dilakukan oleh observer untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran dengan pedekatan CTL berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa.

2. Tes

Tes yang diberikan berupa tes pemahaman konsep yang dilakukan pada akhir pokok bahasan. Pemberian tes ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pedekatan CTL.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis.

1. Tes

Tes adalah instrumen yang disusun secara khusus untuk mengukur sesuatu yang sifatnya penting dan pasti. Instrumen tes dapat dikatakan memenuhi persyaratan sebagai alat apabila sekurang-kurangnya instrumen tersebut valid dan reliabel. Tes yang diberikan berupa tes formatif yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui Pendekatan CTL. Penyusunan soal tes formatif ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan di ukur sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku pada populasi, menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih, menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk menjamin validitas isi soal tes yang diujikan.


(42)

Validitas dan reliabilitas instrumen tes merupakan dua hal yang sangat penting dalam penelitian ilmiah karena merupakan karakter utama yang menunjukkan apakah suatu tes baik atau tidak. Validitas dan reliabilitas perlu diketahui sebelum digunakan untuk penelitian agar kesimpulan penelitian nantinya tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan sebenarnya. Data dalam penelitian ini berupa data Pemahaman konsep siswa yang diperoleh dari data hasil belajar siswa melalui tes pemahaman konsep siswa.

Dalam penelitian ini validitas tes yang digunakan adalah validitas isi a) Validitas isi

Validitas isi merupakan validitas yang dilihat dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Validitas ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah isi dari tes tersebut sudah mewakili dari keseluruhan materi yang telah dipelajari. Jadi dalam penelitian ini validitas isi digunakan untuk mengetahui isi suatu tes untuk mengukur pemahaman konsep siswa.

Validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan membandingkan isi yang terkandung dalam tes hasil belajar dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan (untuk pembelajaran matematika). Jadi disini dapat diketahui apakah hal-hal yang terdapat pada tujuan konstruksional khusus sudah dapat mewakili secara nyata pada tes hasil belajar atau belum. Oleh karena itu, dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VII di SMP Negeri 12 Bandar Lampung. Jika penilaian dosen dan guru menyatakan bahwa perangkat tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan in-dikator maka tes tersebut dikategorikan valid.


(43)

Setelah tes dinyatakan valid, tes tersebut diuji coba di luar sampel tetapi masih dalam populasi, uji coba tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat reliabilitas tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran tes.

b) Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas. Reabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi , apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak di ukur. Ini berarti semakin reliable suatu tes memiliki persyaratan maka semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali. Sukardi (2003 :127)

Untuk menentukan reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha dalam Anas Sudijono (2008: 208)

r = n

n 1 1

S S Dengan :

r11 = koefisien reliabilitas tes

n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes S = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item S = varian total

Menurut Sudijono, apabila 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang di uji reliabilitasnya dinyatakan telah memilki reabilitas yang tinggi (rreliable).


(44)

Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas

Nilai Interpretasi

Antara 0,00 s.d 0,20 Reliabilitas sangat rendah Antara 0,20 s.d 0,40 Reliabilitas rendah Antara 0,40 s.d 0,70 Reliabilitas sedang Antara 0,70 s.d 0,90 Reliabilitas tinggi Antara 0,90 s.d 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Ruseffendi (1994: 144) Dalam penelitian ini kriteria tes yang digunakan jika reliabilitas lebih dari 0,70.

c) Tingkat Kesukaran (TK)

Berdasarkan pendapat, Sudijono (2008:370) Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukran item itu adalah sedang atau cukup. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes digunakan rumus berikut:

maks i

S

S

TK

Dengan :

TKi : tingkat kesukaran butir tes ke-i

S : rataan skor siswa pada butir ke-i Smaks: skor maksimum butir ke-i

Penafsiran atas tingkat kesukaran butir tes digunakan kriteria menurut Witherington dalam Sudijono (2008:374) berikut:


(45)

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran Butir Tes

Besarnya TKi Interpretasi

Kurang dari 0,30 Sangat Sukar

0,30-0,70 Cukup (Sedang)

Lebih dari 0,70 Terlalu Mudah

Dalam penelitian ini digunakan butir-butir soal dengan derajat kesukaran item sedang dan butir-butir soal dengan kategori terlau sukar dan terlalu mudah tidak digunakan .

d) Daya Pembeda (DP)

Daya Pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi(pandai) dengan testee yang kemampuannya rendah (kurang pandai) demakian rupa sehingga sebagian besat testee yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab benar, sementara testee yang kemampuannya rendah untuk menjawab butir item tersebut sebagiab besar tidak dapat menjawab item dengan benar. Sudijono (2008:386)

Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).

Daya pembeda ditentukan dengan rumus berikut.

DP = JA JB

IA

dengan,


(46)

JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = Skor maksimum butir soal yang diolah

Penafsiran interpretasi nilai daya pembeda butir tes digunakan kriteria menurut Sudijono (2003: 389) dalam Tabel 3.4 berikut

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

20 , 0 DP

negatif Lemah Sekali(Jelek)

40 , 0 20

,

0 DP Cukup(Sedang)

70 , 0 40

,

0 DP Baik

00 , 1 70

,

0 DP Baik Sekali

Untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini digunakan butir soal dengan daya pembeda lebih dari atau sama dengan 0,30

Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan, diperoleh data yang tertera pada Tabel 3.5 berikut

Tabel 3.5 Data Uji Tes Pemahaman Konsep

Test No

Soal Validitas Reliabilitas

Daya Pembeda Tingkat Kesukaran 1 Valid 0,79 (Reliabilitas Tinggi)

0,36 (Sedang) 0,53 (Sedang) 2 Valid 0,38 (Sedang) 0,54 (Sedang) 3 Valid 0,34 (Sedang) 0,48 (Sedang) 4 Valid 0,42(Baik) 0,55 (Sedang) 5 Valid 0,53(Baik) 0,44 (Sedang) 6 Valid 0,45 (Baik) 0,49 (Sedang)


(47)

Berdasarkan tabel hasil tes uji coba di atas, diperoleh bahwa seluruh butir soal telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa.

2. Observasi

Observasi adalah instrumen yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan. Dalam penelitian kuantitatif, instrumen observasi lebih sering digunakan sebagai alat pelengkap instrument lain termasuk quesioner. Dalam observasi ini peneliti lebih banyak menggunakan salah satu dari pancaindranya yaitu indra penglihatan. Dimana instrumen lebih efektif bila informasi yang hendak diambil berupa fakta alami dan tingkah laku. Indikator dalam penelitian ini adalah memperhatikan yang di sampaikan guru, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan LKS bekerja sama dengan satu kelompok, berdiskusi tentang masalah yang di hadapi, bertukar pendapat antar teman dalam kelompok, mengambil keputusan, mempresentasikan jawaban, dan merespon jawaban teman.

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Data Kemampuan Awal

Sebelum eksperimen dilakukan, untuk memastikan kesamaan rata-rata kemampuan awal kedua sampel, dilakukan uji kesamaan dua rata-rata terhadap data kemampuan awal tersebut, namun terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians. Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan sebagai berikut.


(48)

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data kemampuan awal sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah.

1) Hipotesis Uji:

H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

2) Taraf Signifikansi 3) Statistik uji:

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273):

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat

Oi = frekuensi observasi

Ei = frekuensi harapan

4) Keputusan uji:

Tolak H0 jika 1 3 2

k

x

x dengan taraf = taraf nyata untuk pengujian. Dalam hal lainnya H0diterima.

Perhitungan uji normalitas terhadap data kemampuan awal siswa dapat dilihat pada Lampiran C.2 dan C.3 dan rangkuman hasil perhitungan uji normalitas tersebut disajikan dalam Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa Kelas xhitung2 2

tabel

x Keputusan Uji Keterangan

Eksperimen 6,961 7,81 H0diterima Normal Kontrol 6,761 7,81 H0diterima Normal


(49)

Berdasarkan data pada Tabel 3.6, terlihat bahwa pada taraf signifikan = 5% nilai 2

hitung x < 2

tabel

x sehingga hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data kemampuan awal siswa memiliki varians yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians ini digunakan uji Bartlet (Sudjana, 2005: 261).

1) Uji hipotesis:

H0: 12 22 (variansi homogen)

H1: 12 22 (variansi tidak homogen)

2)

3) Statistik uji:

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut. a) Menghitung S2dari masing-masing kelas.

b) Menghitung semua varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:

c) Menghitung Harga Satuan B dengan rumus:

d) Uji Barlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:

1 2 2 n x x

si i

1 1 2 2 i i i n s n s 1 )

(logs2 ni B 2 2 log 1 10

ln B ni si


(50)

4) Keputusan uji

Tolak H0 jika x2 x21 k 1 dan terima H0 jika x2 x21 2 1 , dimana 1

2 1 2

x didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 ) dan dk = (2 1).

Perhitungan uji homogenitas terhadap data kemampuan awal siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.4. Rangkuman hasil perhitungan uji homogenitas variansi tersebut disajikan dalam Tabel 3.7

Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Kemampuan Awal Siswa

Berdasarkan data pada Tabel 3.7 di atas, terlihat bahwa pada taraf signifikan = 5% nilai 2

x < x21 2 1 , sehingga hipotesis nol diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai variansi yang sama.

Setelah data kemampuan awal kedua sampel berdistribusi normal dan homogen, dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Analisis data dengan menggunakan uji-t, uji dua pihak. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut.

1) Hipotesis uji H0: 1 2

H1: 1 2

1 = rata-rata data kemampuan awal siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatn CTL

2 = rata-rata data kemampuan awal siswa yang mengikuti pembelajaran konvensianal

Kelas 2

x x21 2 1 Keputusan Uji Keterangan Eksperimen

dan Kontrol


(51)

2) Taraf signifikansi : = 5 % 3) Statistik uji

dengan, 1

x = rata-rata sampel ke-1 2

x = rata-rata sampel ke-2 2

1

s = variansi sampel ke-1 2

2

s = variansi sampel ke-2 1

n = ukuran sampel ke-1 2

n = ukuran sampel ke-2

4) Keputusan uji Terima H0 jika

2 1 1 2

1

1 t t

t , dimana

2 1 1

t didapat dari daftar distribusit

dengan dk = (n1+ n2 2) dan peluang (1 ½ ). Untuk harga-hargatlainnya

H0ditolak.

Dari hasil perhitungan pada Lampiran C.5, diperoleh thitung= 0,01178 dengan = 5% dan dk = 61, didapat ttabel= 1,999624, karena t berada pada daerah penerimaan H0 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan awal siswa pada sampel

kelas VII-I sama dengan rata-rata kemampuan awal siswa pada sampel kelas VIIG.

b. Data Aktivitas Belajar Siswa 2 1 2 1 1 1 n n s x x t ; 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 n n s n s n s


(52)

Penelitian ini aktivitas belajar siswa diamati oleh observer dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi aktivitas belajar siswa yang berbentuk daftar nama siswa dan banyaknya aktivitas belajar selama proses pembelajaran menggunakan p

kolom yang disediakan. Aktivitas belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah mem-perhatikan yang disampaikan guru, berdiskusi antara siswa dengan guru (menyatakan pendapat/bertanya), mengerjakan LKS/berdiskusi kelompok mengenai masalah, mempresentasikan hasil diskusi, memperhatikan presentasi/ menanggapi hasil diskusi dan membuat kesimpulan

Kriteria siswa aktif pada pembelajaran yaitu siswa melakukan 65% dari indikator yang terdapat pada pembelajaran yang dilakukan. Dari data hasil observasi, selanjutnya dihitung persentase rata-rata aktivitas belajar siswa. Dalam menen-tukan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa dengan menggunakan rumus:

A = A

n x 100% Dengan

A : skor rata-rata aktivitas siswa

i

A : jumlah skor aktivitas yang diperoleh n : banyaknya pertemuan

Untuk pengujian hipotesis pada data aktivitas belajar siswa digunakan metode deskriptif.


(53)

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh diana-lisis untuk mengetahui pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians seperti pada data kemampuan awal siswa.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel dengan pendekatan CTL dan dengan pembelajaran konvensional berdistribusi normal atau tidak. Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan sama dengan uji normalitas pada analisis data kemampuan awal siswa.

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji homogenitas ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel dengan pendekatan CTL dan dengan pembelajaran konvensional mempunyai varians yang sama. Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan sama dengan uji homogenitas pada analisis data kemampuan awal siswa.

3. Uji Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis 1 digunakan metode deskriptif.

Untuk pengujian hipotesis 2, jika data normal dan homogen maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Analisis data dengan menggunakan uji-t, uji dua pihak sama dengan data kemampuan awal siswa. Hipotesis uji:


(54)

H0 : 1 2 (Rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa dengan

menggunakan pendekatan CTL sama dengan rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa dengan menggunakan metode konvensional)

H1 : 1 2 (Rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa dengan

menggunakan pendekatan CTL tidak sama dengan rata-rata kemampuan pemahamn konsep siswa dengan menggunakan metode konvensional)


(55)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pembelajaran melalui PendekatanContextual Teaching and Leraning lebih efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung semester genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Hal ini dapat ditunjukkan dengan:

1. Aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran pembelajaran melalui Pendekatan Contextual Teaching and Leraning lebih baik dari pada aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran melalui Pendekatan Contextual Teaching and Leraning lebih baik dari pada pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dikemukakan saran sebagai berikut. 1. Kepada guru matematika hendaknya menerapkan menerapkan pembelajaran

melalui Pendekatan Contextual Teaching and Leraning dalam pembelajaran matematika di kelas, dalam upaya mengembangkan aktivitas belajar siswa dan pemahamn konsep siswa guna memperoleh hasil yang lebih optimal.


(56)

2. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk dapat mempertimbangkan lama waktu pelaksanaan penelitian dalam pembelajaran matematika di kelas agar diperoleh hasil yang maksimal dan membuat kelompok atau masyarakat belajar yang lebih efektif agar dapat dikondisikan dengan baik ketika diskusi berlangsung serta membuat perangkat pembelajaran yang efektif.


(57)

LEARNINGDITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh VERA LIDYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2 0 1 2


(58)

PEMAHAMAN KONSEP SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh Vera Lidya

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(59)

TEACHING AND LEARNINGDITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Vera Lidya Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021056

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP 19610524 198603 1 006 NIP 19591002 198803 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(60)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. ____________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing: Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(61)

DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh VERA LIDYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2 0 1 2


(62)

PEMAHAMAN KONSEP SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh Vera Lidya

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(63)

Ahmad, Defri. 2010. Aktivitas Belajar, (Online). Tersedia :

http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/aktivitas-belajar/. (15 Desember 2011)

Arikunto, Suharsimi. 2007.Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Depdiknas. 2007.Standar Nasional Pendidikan.Sinar Grafika. Jakarta. Depdiknas. 2005.Undang-Undang SISDIKNAS 2003.Sinar Grafika. Jakarta. Dimiyati. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2001.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. ---. 2002.Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasbullah. 2005.Dasar dasar ilmu pendidikan (edisi revisi).Raja Grafindo. Jakarta.

Juliantara, Ketut. 2009.Pendekatam Pembelajaran Konvensional.Tersedia : www.google.co.id.http//warpalah edukasi. Kompasiana.com/2009/12/20. (15 Juni 2012)

Kholik, Muhammad. 2009.Metode Pembelajaran Konvensional. Tersedia : www.gogle.co.id,http://sunartobs.wordpress.com/2009/03/02. (15 Juni 2012) Muhfahroyin. 2006.Pembelajaran Kontekstual Untuk Integrasi Imtaq. Lembaga

Penelitian UM Metro Press.

Muhfida.2009.Pemahaman Konsep. (Online). Tersedia :

http://muhfida.com/pemahaman-konsep/ (15 Desember 2011)

Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL dan Penerapannya Dalam KBK. UM PRESS. Malang.


(64)

2011)

Rohani, Ahmad.___.Pengeloalan Pengajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta Ruseffendi, E.T. 1994.Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta Lainnya. Ikip Semarang Press. Semarang.

Sanjaya, Wina. 2008.Srategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Kencana. Jakarta.

Starawaji. 2009.Efektivitas pembelaran. (Online). Tersedia :

http://starawaji.wordpress.com/2009/03/01/efektivitas-pembelajaran/.(15 Desember 2011)

Sudijono, Anas. 2008.Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sukardi.2003.Metodologi Penelitian.Pendidikan.Bumi Aksara.Yogyakarta Sudjana. 2005.Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Sutikno, M. Sobry. 2005.Pembelajaran Efektif.NTP Pres. Mataram

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi Pustaka. Jakarta.


(65)

TEACHING AND LEARNINGDITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Vera Lidya Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021056

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP 19610524 198603 1 006 NIP 19591002 198803 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(66)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. ____________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing: Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(67)

LEARNINGDITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh Vera Lidya

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(68)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Vera Lidya

NPM : 0743021056

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah dia-jukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengeta-huan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diter-bitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, Agustus 2012 Yang menyatakan,

Materai 6000

Vera Lidya


(1)

Daftar Pustaka

Ahmad, Defri. 2010. Aktivitas Belajar, (Online). Tersedia :

http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/aktivitas-belajar/. (15 Desember 2011)

Arikunto, Suharsimi. 2007.Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Depdiknas. 2007.Standar Nasional Pendidikan.Sinar Grafika. Jakarta. Depdiknas. 2005.Undang-Undang SISDIKNAS 2003.Sinar Grafika. Jakarta. Dimiyati. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2001.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. ---. 2002.Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasbullah. 2005.Dasar dasar ilmu pendidikan (edisi revisi).Raja Grafindo. Jakarta.

Juliantara, Ketut. 2009.Pendekatam Pembelajaran Konvensional.Tersedia : www.google.co.id.http//warpalah edukasi. Kompasiana.com/2009/12/20. (15 Juni 2012)

Kholik, Muhammad. 2009.Metode Pembelajaran Konvensional. Tersedia : www.gogle.co.id,http://sunartobs.wordpress.com/2009/03/02. (15 Juni 2012) Muhfahroyin. 2006.Pembelajaran Kontekstual Untuk Integrasi Imtaq. Lembaga

Penelitian UM Metro Press.

Muhfida.2009.Pemahaman Konsep. (Online). Tersedia :

http://muhfida.com/pemahaman-konsep/ (15 Desember 2011)

Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL dan Penerapannya Dalam KBK. UM PRESS. Malang.


(2)

Rbaryans. 2007.Mengapa CTL Menjadi Pilihan. (Online) Tersedia : contextual teaching and learning, CTL, kontekstual, model pembelajaran (15 Desember 2011)

Rohani, Ahmad.___.Pengeloalan Pengajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta Ruseffendi, E.T. 1994.Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta Lainnya. Ikip Semarang Press. Semarang.

Sanjaya, Wina. 2008.Srategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Kencana. Jakarta.

Starawaji. 2009.Efektivitas pembelaran. (Online). Tersedia :

http://starawaji.wordpress.com/2009/03/01/efektivitas-pembelajaran/.(15 Desember 2011)

Sudijono, Anas. 2008.Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sukardi.2003.Metodologi Penelitian.Pendidikan.Bumi Aksara.Yogyakarta Sudjana. 2005.Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Sutikno, M. Sobry. 2005.Pembelajaran Efektif.NTP Pres. Mataram

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi Pustaka. Jakarta.


(3)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENDEKATACONTEXTUAL TEACHING AND LEARNINGDITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Vera Lidya Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021056

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP 19610524 198603 1 006 NIP 19591002 198803 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. ____________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing: Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(5)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNINGDITINJAU DARI AKTIVITAS DAN

PEMAHAMAN KONSEP SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh Vera Lidya

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(6)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Vera Lidya

NPM : 0743021056

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah dia-jukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengeta-huan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diter-bitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, Agustus 2012 Yang menyatakan,

Materai 6000

Vera Lidya


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI SIKAP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Terbanggi Besar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 18 60

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 68

EFEKTIVITAS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 7 68

EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 14 56

EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 58

EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 13 58

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 63

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014-2015)

1 13 58