PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GUNUNG MULYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GUNUNG MULYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(Skripsi)

Oleh:

NI SAYU KADEK YULIANTARI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GUNUNG MULYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

NI SAYU KADEK YULIANTARI

Berdasarkan data awal yang diperoleh di SD Negeri Gunung Mulyo yaitu hasil belajar siswa pada ulangan tengah semester ganjil pelajaran IPS tanggal 11 Oktober 2012 masih sangat rendah. Sejumlah 10 siswa (34,5%) siswa tuntas, sedangkan 19 siswa (65,5%) siswa belum tuntas. Berdasarkan kenyataan di atas penulis menerapkan pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Penelitian ini melibatkan 29 siswa, terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan, kelas V di SD Negeri Gunung Mulyo pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar. Selanjutnya data dianalisis dengan analisis kulitatif dan analisis kuantitatif.

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran CTL dalam proses pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri Gunung Mulyo dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 62,84% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 76,54%. Sementara nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I 59,65, meningkat pada siklus II menjadi 73,79. Ketuntasan siswa pada siklus I sebesar 55,17% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 79,31%.

Kata kunci: aktivitas, hasil belajar, pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL).


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah ... 1

1.2 Identifilasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 7

a. Pengertian IPS ... 7

b. Tujuan Pembelajaran IPS ... 8

2.2 Belajar ... 9

a. Pengertian Belajar ... 9

b. Teori-teori Belajar ... 10

1) Teori Belajar Behaviorisme ... 10

2) Teori Belajar Kognitivisme... 11

3) Teori Belajar Konstruktivisme ... 11

4) Teori Belajar Humanisme ... 12

c. Faktor-faktor yang mempengeruhi Belajar ... 12

d. Aktivitas Belajar... 13

e. Hasil Belajar ... 14

2.3Model-model Pembelajaran IPS di SD ... 15

a. Pengertian Model Pembelajaran ... 15

b. Model-model Pembelajaran IPS di SD ... 16

2.4Pendekatan CTL ... 17

a. Hakikat Pendekatan CTL ... 17

b. Ciri-ciri Pendekatan CTL ... 18

c. Komponen Pendekatan CTL ... 19

d. Kelebihan dan Kekurangan CTL ... 19

1) Kelebihan Pendekatan CTL ... 19

2) Kekurangan Pendekatan CTL ... 19

e. Langkah-langkah Pembelajaran CTL ... 20


(7)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ... 22

3.2 Setting Penelitian ... 23

a. Tempat Penelitian ... 23

b. Waktu Penelitian ... 24

c. Subjek Penelitian ... 24

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 24

a. Observasi ... 24

b. Tes ... 25

3.4 Alat Pengumpul Data ... 25

3.5 Teknik Analisis Data ... 25

3.6 Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 27

3.7 Indikator Keberhasilan ... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 35

a. Persiapan Pembelajaran ... 35

b. Deskripsi Per Siklus ... 35

4.2 Pembahasan ... 56

a. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 56

b. Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran ... 57

c. Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 59

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 61

5.2 Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Kriteria Keaktifan Kelas dalam Persen ... 26

4.1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 41

4.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus I ... 42

4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 43

4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 52

4.5 Hasil Observasi Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II ... 54

4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 55

4.7 Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran... 56

4.8 Rekapitulasi Persentase Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 58


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 23

4.1 Persentase Aktivitas Siswa Persiklus ... 57

4.2 Persentase Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 58


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 65

2. Silabus Pembelajaran ... 66

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 68

4. Penilaian Kinerja Guru Siklus I ... 83

5. Lembar Aktivitas Siswa Siklus I ... 85

6. Daftar Nilai Siswa Siklus I ... 88

7. Lembar Tugas Siswa Siklus I ... 89

8. Penilaian Kinerja Guru Siklus II ... 92

9. Lembar Aktivitas Siswa Siklus II ... 94

10. Daftar Nilai Siswa Siklus II ... 97

11. Lembar Tugas Siswa Siklus II ... 98


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional itu sendiri adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Guna mewujudkan tujuan dari Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut di atas, diperlukan acuan yang jelas bagi siswa dan guru yaitu kurikulum. Adapun kurikulum yang dijadikan acuan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Ketentuan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1 yang mengatur tentang


(12)

KTSP memuat 10 mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar, salah satunya yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Sardjiyo, dkk., 2009. 1.27). Pembelajaran IPS pada setiap jenjang tidaklah sama tentunya harus disesuai dengan tingkat perkembangan siswa, terutama pada pembelajaran IPS di SD.

IPS di SD merupakan mata pelajaran yang dikemas secara terpadu dari berbagai kajian sejarah, geografi, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, dan ekologi. Tujuan dari mata pelajaran IPS di SD yakni menggambarkan penekanan sasaran akhir yang hendak dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses dan menyelesaikan pendidikan dalam program sekolah dasar.

Berdasarkan pengalaman guru selama mengajar di kelas V SD Negeri Gunung Mulyo, banyak siswa tidak kritis dan tidak kreatif terhadap pelajaran IPS yang diterima, artinya siswa hanya sekedar menerima apa yang diajarkan. Siswa tidak semangat untuk mencari dan menemukan sesuatu yang baru. Belum lagi gejala lain yang muncul, seperti keengganan siswa untuk belajar mandiri, keterasingan siswa terhadap dunianya (dunia anak), ketidak pedulian siswa terhadap lingkungannya, serta berkurangnya minat membaca dan berlatih di kalangan siswa, semuanya itu merupakan fenomena yang harus dicermati.

Pemikiran yang mengarah pada siswa lebih aktif, kritis, kreatif, mandiri, mencintai dunianya peduli pada lingkungannya, serta upaya mentradisikan membaca dan berlatih merupakan modal penting bagi siswa yang akan tumbuh


(13)

3

berkembang di era globalisasi ini. Dalam kehidupan sehari-hari anak berhadapan langsung dengan berbagai fakta dan persoalan yang menuntut kesiapan mereka untuk turut memecahkan persoalan yang ada.

Namun setiap siswa mempunyai kepribadian yang unik, berbeda satu dengan yang lainnya. Baik dalam tingkat intelegensi, kondisi fisik dan emosi maupun kemampuan sosialnya. Sementara di sekolah, sebagaian besar anak menerima layanan pendidikan yang sama. Disamping itu umumnya proses belajar mengajar di sekolah masih termasuk tradisional konvensional dalam arti sangat terstruktur, guru lebih mendominasi proses pembelajaran, guru banyak menggunakan metode ceramah dan sangat sedikit tuntutan aktif dari siswa. Akibatnya ada sebagian anak yang hasil belajar mereka jauh di bawah teman-teman sekelasnya.

Selama ini metode yang digunakan oleh guru kelas V SD Negeri Gunung Mulyo dalam proses pembelajaran adalah metode pembelajaran konvensional, tidak mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Siswa menyalin materi yang telah ditulis oleh guru di papan tulis, mendengarkan guru menjelaskan materi dan mengerjakan tugas.

Berdasarkan hasil ulangan tengah semester ganjil pelajaran IPS pada tanggal 11 Oktober 2012 yang menunjukkan bahwa dari 29 siswa kelas V SD Negeri Gunung Mulyo terdapat 10 siswa (34,5%) yang mendapat nilai diatas KKM dan 19 siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM (70).

Berdasarkan kondisi di atas, pembelajaran dapat diperbaiki dari model konvensional yang bersifat satu arah dan cenderung membosankan dengan pendekatan CTL yang bersifat menyenangkan dan lebih bermakna, sehingga


(14)

siswa menjadi lebih aktif. Guru dalam pembelajaran CTL ini hanya menjadi fasilitator dan motivator.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Gunung Mulyo masih rendah.

b. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Gunung Mulyo masih rendah.

c. Belum digunakannya pendekatan pembelajaran CTL dalam pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Gunung Mulyo.

d. Metode pembelajaran yang digunakan guru masih konvensional dengan penerapan metode ceramah dan penugasan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain sebagai berikut:

a. Bagaimanakah penggunaan pendekatan CTL pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Gunung Mulyo dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?

b. Apakah penggunaan pendekatan CTL pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Gunung Mulyo dapat meningkatkan hasil belajar siswa?


(15)

5

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Gunung Mulyo dengan menggunakan pendekatan CTL.

b. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Gunung Mulyo dengan menggunakan pendekatan CTL.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Siswa

1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas V SD Negeri Gunung Mulyo.

2) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SD Negeri Gunung Mulyo.

b. Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai penggunaan pendekatan CTL, serta mengembangkan kemampuan profesional guru dan bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelasnya.

c. Sekolah

Dapat memberikan kontribusi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SD Negeri Gunung Mulyo, sehingga memiliki output yang berkualitas dan kompetitif.


(16)

d. Peneliti

Menambah pengetahuan serta wawasan peneliti dalam menerapkan pendekatan CTL pada pembelajaran IPS, serta dapat memecahkan permasalahan yang terdapat di sekolah dasar.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian IPS

Kurikulum 2006 menjelaskan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Depdiknas, 2008: 162). Djahiri (Sapriya, dkk., 2006: 7) mengemukakan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Shermis mengemukakan bahwa IPS merupakan ilmu yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan yang berisikan aspek-aspek ilmu sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, filsafat yang dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi (Sapriya, dkk., 2007: 12). IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Sardjiyo, dkk., 2009. 1.27).


(18)

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa IPS adalah ilmu yang memadukan sejumlah ilmu-ilmu sosial yang mengkaji mengenai peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Kurikulum 2006 (Depdiknas: 2008: 162) menjelaskan bahwa pembelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

IPS sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalaran disamping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial dan bersifat hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk hafalan (Winataputra, dkk., 2008: 9.4). Menurut Hasan (Supriatna, dkk., 2007: 5), tujuan pembelajaran IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan intektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi.

Solihatin & Raharjo (2007: 14) menjelaskan bahwa pada dasarnya tujuan dari pembelajaran IPS adalah untuk mendidik dan memeberi bekal kemampuan dasar pada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.


(19)

9

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS bertujuan untuk mendidik para siswa agar lebih paham terhadap kehidupan sosial, serta ilmu-ilmu sosial lainnya sehingga dapat menjalankan kehidupan dengan baik. Maka dari itu dalam pembelajaran IPS guru diharapkan membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan sehingga dalam menyampaian materi pelajaran dapat di terima oleh siswa dengan seksama.

2.2 Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain (Fajar, 2009: 10). Menurut Fathurrohman & Sutikno (2010: 6) belajar adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Winataputra, dkk. (2008: 1.14) berpendapat bahwa belajar adalah perubahan perilaku individu sebagai akibat dari proses pengalaman baik yang dialami ataupun sengaja dirancang.

Bruner (Trianto, 2010: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor (Hernawan, dkk., 2007: 2).


(20)

Berdasarkan pengertian belajar di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah kegiatan seseorang yang memberikan perubahan tingkah laku dari aspek pengetahuan, sikap serta keterampilan, dan merupakan hasil pengalaman yang diperolehnya.

b. Teori-teori Belajar

Sesuai dengan penjelasan Roberts dalam Lapono (2008) jenis teori belajar yang banyak mempengaruhi pemikiran tentang proses pembelajaran dan pendidikan adalah teori belajar Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme, dan Humanisme.

1) Teori Belajar Behaviorisme

Lapono,dkk (2008) mengemukakan bahwa kajian konsep dasar belajar dalam Teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan salah satu jenis perilaku (behavior) individu atau peserta didik yang dilakukan secara sadar. Individu berperilaku apabila ada rangsangan (stimuli), sehingga dapat dikatakan peserta didik di SD/MI akan belajar apabila menerima rangsangan dari guru. Semakin tepat dan intensif rangsangan yang diberikan oleh guru akan semakin tepat dan intensif pula kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Dalam belajar tersebut kondisi lingkungan berperan sebagai perangsang (stimulator) yang harus direspon individu dengan sejumlah konsekuensi tertentu.

2) Teori Belajar Kognitivisme

Cognition diartikan sebagai aktifitas mengetahui, memperoleh, mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuan (Lefrancois Dalam Lapono, 2008). Tekanan utama psikologi kognitif adalah struktur kognitif,


(21)

11

yaitu perbendaharaan pengetahuan pribadi individu yang mencakup ingatan jangka panjang (long-term memory). Psikologi kognitif memandang manusia sebagai makhluk yang selalu aktif mencari dan menyeleksi informasi untuk diproses. Perhatian utama psikologi kognitif adalah pada upaya memahami proses individu mencari, menyeleksi, mengorganisasikan, dan menyimpan informasi. Belajar kognitif berlangsung berdasar skemata atau struktur mental individu yang mengorganisasikan hasil pengamatannya. 3) Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut Lapono,dkk (2008) pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing. Peserta didik akan mengaitkan materi pembelajaran baru dengan materi pembelajaran lama yang telah ada.

4) Teori Belajar Humanisme

Menurut Lapono,dkk (2008) kajian konsep dasar belajar dalam Teori Humanisme didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam upayanya memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Dalam proses pembelajaran, kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu diperhatikan agar peserta


(22)

didik tidak merasa dikecewakan. Apabila peserta didik merasa upaya pemenuhan kebutuhannya terabaikan maka besar kemungkinan di dalam dirinya tidak akan tumbuh motivasi berprestasi dalam belajarnya.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1) Faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Di dalam membicarakan faktor intern terbagi menjadi tiga faktor, yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan.

2) Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dalam belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

d. Aktivitas Belajar

Nasution (2003:85) mengatakan bahwa aktivitas adalah segala sesuatu tingkah laku atau usaha manusia atau apa saja yang dikerjakan, diamati, oleh seseorang mencakup kerja pikiran dan badan. Hal ini menunjukkan bahwa semua yang dipikirkan dan dilakukan oleh siswa dalam proses belajar merupakan aktivitas.

Mudjiono (2006: 236-238) mengemukakan aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran.


(23)

13

Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Kusnandar (2010: 277) menyebutkan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala bentuk keterlibatan siswa baik fisik maupun mental yang ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

e. Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Menurut Kunandar (2010: 277) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kualitatif maupun kuantitatif.

Bloom (dalam Sudjana, 2010: 22) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah


(24)

afektif berkenaan dengan sikap, dan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Hasil belajar dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada anak. Ini berarti bahwa guru perlu menyusun rancangan dan pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan anak bebas untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya.

Adapun ciri-ciri hasil belajar yang baik menurut Rakhmat (1998) adalah sebagai berikut:

a) Validitas

Istilah validitas pada dasarnya menunjukkan pada tingkat ketepatan dalam mengungkap data yang semestinya diungkapkan. Hasil belajar yang valid akan mengungkap aspek-aspek hasil belajar secara tepat.

b) Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan ketepatan, keajegan, atau kemantapan. Suatu tes yang reliabel akan mampu menghasilkan data yang relatif ajeg dan konsisten, sehingga hasilnya dapat dipercaya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan pembelajaran berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan diiringi pengevaluasian guna mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam belajar.

2.3 Model-model Pembelajaran IPS di SD a. Pengertian Model Pembelajaran

Joyce dan Weil (dalam Rusman 2010) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk


(25)

15

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Selanjutnya, Rusman (2010:155) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Berdasarkan pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan oleh guru, dan merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan dan strategi pembelajaran.

b. Model-model Pembelajaran IPS di SD

Model-model pembelajaran dalam pelajaran IPS di SD adalah sebagai berikut:

1) Model pembelajaran kooperatif

Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hasan dalam Solihatin, 2007: 4). Belajar kooperatif adalah belajar dengan memanfaatkan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Johnson dalam Solihatin, 2007: 4).

Cooperative learning memiliki berbagai variasi atau tipe-tipe di antaranya Student Team Achievement Division (STAD), Team Games


(26)

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI), Jigsaw, dan Model Co-op Co-op (Asma, 2006: 12). 2) Model pembelajaran CTL

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai angota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alami dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi lebih dipentingkan daripada hasil belajar.

Menurut Nurhadi (2003:13) Pendekatan CTL adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata siswa ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis memutuskan untuk menggunakan pendekatan CTL dalam penelitian tindakan kelas ini. Karena dalam pembelajaran CTL, proses pendidikan bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan materi pelajaran dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.


(27)

17

2.4 Pendekatan CTL

a. Hakikat Pendekatan CTL

Pendekatan CTL merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai angota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alami dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi lebih dipentingkan daripada hasil belajar.

Menurut Howey R, Keneth, (dalam Rusman 2010: 190), mendefinisikan CTL sebagai berikut, CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

Menurut Nurhadi (2003:13) Pendekatan CTL adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata siswa ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa pembelajaran CTL adalah merupakan suatu konsep belajar di mana guru mengahdirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan


(28)

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari kontek yang terbatas, sedikit-demi sedikit, dan dari proses mengkontruksikan sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

b. Ciri-ciri Pendekatan CTL

Menurut Sugiyanto (2007: 8) mengemukakan ciri-ciri kelas yang menggunakan pendekatan CTL meliputi :

1) Pengalaman nyata

2) Kerja sama, saling menunjang 3) Gembira, belajar dengan bergairah 4) Pembelajaran dengan terintegrasi 5) Menggunakan berbagai sumber 6) Siswa aktif dan kritis

7) Menyenangkan dan tidak membosankan 8) Sharing dengan teman

9) Guru kreatif

c. Komponen Pendekatan CTL

Menurut Rusman (2010 : 193-197) penerapan pembelajaran berbasis CTL ini memiliki tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community),


(29)

19

pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Auhentic Assessment).

d. Kelebihan dan Kurangan CTL 1) Kelebihan Pendekatan CTL

(a) Meningkatkan kecakapan individu. (b) Meningkatkan kecakapan kelompok. (c) Meningkatkan komitmen.

(d) Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya. (e) Tidak bersifat kompetitif.

(f) Tidak memiliki rasa dendam

2) Kekurangan Pendekatan CTL

(a) Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.

(b) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

e. Langkah-langkah Pembelajaran CTL

Rusman (2010) mengemukakan bahwa pada intinya pengembangan setiap komponen CTL, pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a) Guru menyajikan materi pokok yang akan dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan pemikirannya sendiri dan mengonstruksi sendiri pengetahuan yang baru diberikan.

b) Siswa diminta untuk mencari dan menemukan materi pembelajaran dari berbagai sumber belajar.


(30)

c) Guru mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

d) Guru menciptakan masyarakat belajar dengan cara membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 siswa. Setiap kelompok diberi lembar kerja kelompok.

e) Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran dengan menggunakan berbagai media.

f) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap hasil kinerja kelompok.

g) Guru melakukan penilaian secara objektif kepada setiap siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan pendekatan CTL dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Gunung Mulyo Tahun Pelajaran 2012/2013”.


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research, Wardhani, dkk. (2007: 1.3) mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Arikunto, dkk., 2006: 16).

Bagan Siklus PTK

Gambar 3.1. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Modifikasi dari Arikunto (2006: 16) 3.2 Setting Penelitian

Perencanaan

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Observasi

Observasi

Refleksi Pelaksanaan

SIKLUS I

SIKLUS II


(32)

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SD Negeri Gunung Mulyo, yang terletak di Desa Gunung Mulyo Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013, serta dilaksanakan dalam jangka waktu 3 bulan, dihitung dari perencanaan sampai penggandaan dan pengiriman hasil.

c. Subjek Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah 1 orang guru dan siswa kelas V SD Negeri Gunung Mulyo Tahun Pelajaran 2012/2013, yang terdiri dari 29 siswa dengan komposisi 15 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu observasi dan tes.

a. Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan lembar observasi. Observasi dilakukan oleh satu orang teman sejawat di kelas yang diteliti. Teman sejawat juga mengamati dan menilai kinerja guru dengan instrumen lembar panduan observasi penilaian kinerja guru. Data dari lembar observasi yang


(33)

23

diperoleh dari setiap pertemuan pada masing-masing siklus yang berupa skor aktivitas siswa akan digunakan sebagai refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.

b. Tes

Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah diberikan pelajaran dengan pendekatan CTL. Tes diberikan setiap akhir siklus.

3.4 Alat Pengumpulan Data

a. Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan pendekatan CTL.

b. Soal-soal tes, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa, khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan CTL.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif ini digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu data tentang kinerja guru, aktivitas siswa dan interaksi pembelajaran, sedangkan data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang


(34)

menunjukkan dinamika hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

a) Analisis kualitatif, akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri dari data kualitatif.

Data kualitatif siswa diperoleh dari data aktivitas siswa. Data aktivitas siswa diperoleh pada saat pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi. Dalam tiap pertemuan, setiap siswa diamati aktivitasnya menggunakan lembar observasi aktivitas dengan memberi tanda ”√”(cheklist) jika aktivitas yang dilakukan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan guru. Setelah data kualitatif siswa dikumpulkan, maka dirumuskan presentase siswa aktif sebagai berikut :

PA= X100%

PA = Presentasi Aktivitas Siswa ∑AS = Jumlah Siswa Aktif

N = Banyak Siswa yang Belajar

Tabel 3.1. Kriteria Keaktifan Kelas dalam Persen Tingakat Keberhasilan Kategori

>80% Sangat tinggi/sangat aktif

60-79% Tinggi/aktif

40-59% Sedang/cukup aktif

20-39% Rendah/ kurang aktif

≤20% Sangat rendah/pasif

(Diadopsi dari Aqib, dkk. 2009:41)

b) Analisis kuantitatif, digunakan untuk menganalisis data dari instrumen tes. Data hasil penelitian tergolong data kuantitatif secara deskriptif, yakni


(35)

25

dengan menghitung ketuntasan klasikal dan kentutasan individual dengan rumus sebagai berikut:

1) Perhitungan hasil belajar siswa secara individu.

Hasil belajar siswa secara individual dihitung dengan rumus sebagai berikut :

S = R X 100% N

Keterangan :

S : nilai siswa secara individu R : Jumlah skor diperoleh N : Skor maksimum dari tes

Siswa dinyatakan tuntas belajar jika memperoleh nilai serendah- rendahnya 70.

2) Ketuntasan klasikal

S = Jumlah siswa yang tuntas belajar X 100% Jumlah seluruh siswa

3.6 Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menggunakan prosedur penelitian dengan 4 (empat) tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut:

Siklus I

1. Perencanaan


(36)

a) Menetapkan dan mendiskusikan dengan teman sejawat (observer), rancangan pembelajaran yang akan diterapkan kepada siswa di kelas sebagai tindakan.

b) Menyiapkan silabus IPS untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

c) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan pendekatan CTL sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

d) Menyiapkan media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran. e) Menyiapkan lembar instrumen observasi untuk melihat aktivitas belajar

siswa ketika pembelajaran berlangsung, tindakan guru selama pembelajaran.

f) Menyiapkan soal-soal tes (soal evaluasi) sebagai alat evaluasi siswa. g) Merencanakan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

2. Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses belajar dengan pembelajaran dengan pendekatan CTL, dengan kegiatan sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal ini guru menyampaiakan penjelasan tentang pembelajaran kontekstual sebelum menampilkan fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan sebagai tindakan apersepsi agar peserta didik lebih terarah dalam pelaksanaannya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran.


(37)

27

Guru menjelaskan mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok dan tanggung jawab kelompok terhadap keberhasilan kelompoknya.

b) Kegiatan Inti

1) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai materi yang akan dipelajari.

2) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. Anggota kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen.

3) Siswa bersama kelompok mengerjakan dan mendiskusikan lembar kerja kelompok (LKK).

4) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok.

5) Guru bersama siswa membahas Lembar Kerja Kelompok (LKK). 6) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari

terjadinya kesalahan konsep dan sekaligus sebagai evaluasi lisan. 7) Siswa mengerjakan soal tes individual, sebagai pengukuran

ketercapaian.

c) Kegiatan Penutup

1) Guru memberikan penghargaan kelompok.

2) Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah dipelajari namun kurang atau belum dipahami/dimengerti.


(38)

3. Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi kinerja guru.

Data yang didapat diolah dan digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan guna perbaikan, baik teknik, cara penyampaian, atau hal apa pun yang mempengaruhi jalannya proses pembelajaran dalam pelaksanaan siklus yang telah direncanakan dan dilaksanakan.

4. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta pengkajian aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, hal ini dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran baru pada siklus-siklus berikutnya.

Refleksi diadakan agar pada pelaksanaan siklus yang baru, perencanaan yang matang pun dapat dilaksanakan dengan maksimal. Refleksi dibuat melalui observasi dan analisis oleh peneliti dan guru untuk mendapatkan hasil dan tujuan yang ingin dicapai serta harapan dari penelitian ini.

Siklus II

1. Perencanaan


(39)

29

a) Menetapkan dan mendiskusikan dengan teman sejawat (observer), rancangan pembelajaran yang akan diterapkan kepada siswa di kelas sebagai tindakan.

b) Mengambil data hasil ujian IPS kelas V semester ganjil yang digunakan sebagai pedoman pembagian kelompok.

c) Menyiapkan silabus IPS untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

d) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan pendekatan CTL sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

e) Menyiapkan media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran.

f) Menyiapkan lembar instrumen observasi untuk melihat aktivitas belajar siswa ketika pembelajaran berlangsung.

g) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat tindakan guru selama pembelajaran.

h) Menyiapkan perangkat tes (soal evaluasi) sebagai alat evaluasi siswa. i) Merencanakan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

2. Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses belajar dengan pembelajaran dengan pendekatan CTL, dengan kegiatan sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal ini guru menyampaiakan penjelasan tentang pembelajaran kontekstual sebelum menampilkan fenomena dalam


(40)

kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan sebagai tindakan apersepsi agar siswa lebih terarah dalam pelaksanaannya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Guru menjelaskan mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok dan tanggung jawab kelompok terhadap keberhasilan kelompoknya.

b) Kegiatan Inti

1) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai materi yang akan dipelajari.

2) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. Anggota kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen.

3) Siswa bersama kelompok mengerjakan dan mendiskusikan lembar kerja kelompok (LKK).

4) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili oleh wakil kelompok.

5) Guru bersama siswa membahas Lembar Kerja Kelompok (LKK). 6) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari

terjadinya kesalahan konsep dan sekaligus sebagai evaluasi lisan. 7) Siswa mengerjakan soal tes individual, sebagai pengukuran

ketercapaian.

c) Kegiatan Penutup


(41)

31

2) Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah dipelajari namun kurang atau belum dipahami/dimengerti.

3) Guru memotivasi siswa dan menutup pelajaran.

3. Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru (dilihat dari observasi kinerja guru dalam pembelajaran). Bentuk observasi yang digunakan adalah observasi terbimbing merujuk pada lembar observasi yang telah dibuat.

Data yang didapat diolah dan digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan guna perbaikan, baik teknik, cara penyampaian, atau hal apa pun yang mempengaruhi jalannya proses pembelajaran dalam pelaksanaan siklus yang telah direncanakan dan dilaksanakan.

4. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta pengkajian aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, hal ini dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran baru pada siklus-siklus berikutnya.

Refleksi diadakan agar pada pelaksanaan siklus yang baru, perencanaan yang matang pun dapat dilaksanakan dengan maksimal.


(42)

Refleksi dibuat melalui observasi dan analisis oleh peneliti dan guru untuk mendapatkan hasil dan tujuan yang ingin dicapai serta harapan dari penelitian ini.

3.7 Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil apabila :

a. Ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. b. Rata-rata hasil belajar siswa mencapai sekurang-kurangnya 70.


(43)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri Gunung Mulyo pada mata pelajaran IPS, dapat disimpulkan bahwa:

a. Penggunaan pendekatan CTL pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, yaitu pada siklus I (62,84%), dan siklus II (79,89%).

b. Penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran IPS di kelas V, dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu siklus I (59,65), dan siklus II (73,79).

Dengan demikian, penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri Gunung Mulyo tahun 2013.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis menyarankan kepada pembaca atau pihak yang berkepentingan diantaranya: a. Bagi siswa harus selalu menjaga kekompokan di dalam kelas dan

kelompoknya serta mampu menjalin kerjasama yang baik dalam proses pembelajaran, senantiasa aktif dan kritis agar proses belajar dan


(44)

pembelajaran menjadi kondusif dan bermakna sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

b. Bagi guru yang mengampu mata pelajaran lain untuk dapat mencoba menerapkan pendekatan CTL dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dan senatiasa memotivasi siswa untuk lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi., dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Guru SD, SLB,SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Depdiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.Balitbang Diknas. Jakarta.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Fajar, Erni. 2009. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Rosda. Bandung. Fathurrohman, Pupuh & Sutikno M Sobry. 2010. Strategi Belajar Mengajar.

Refika Aditama. Bandung.

Hernawan, Asep Herry dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Nasution. 2003. Asas-Asas Kurikulum. Bumi Aksara. Jakarta.

Nurhadi, Senduk A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching And Learning (CTL) dan penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang (UMPRESS). Malang.

Rakhmat, Cece dkk. 1998. Evaluasi Pengajaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jakarta.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.


(46)

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung.

______.2007. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Jakarta. Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Sardjiyo, dkk. 2009. Pendidikan IPS di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Coopeative Learning. Bumi Aksara. Jakarta. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Sugiyanto.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Sertifikasi Guru Rayon 13. Surakarta.

Supriatna, Nana dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung. Trianto. 2010. Mendesain model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana.

Jakarta.

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

UU. RI, No. 20. Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional Beserta Penjelasannya. CV Citra Umbara. Bandung.

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Tebuka. Jakarta.

Winataputra, Udin S dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


(1)

2) Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah dipelajari namun kurang atau belum dipahami/dimengerti.

3) Guru memotivasi siswa dan menutup pelajaran.

3. Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru (dilihat dari observasi kinerja guru dalam pembelajaran). Bentuk observasi yang digunakan adalah observasi terbimbing merujuk pada lembar observasi yang telah dibuat.

Data yang didapat diolah dan digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan guna perbaikan, baik teknik, cara penyampaian, atau hal apa pun yang mempengaruhi jalannya proses pembelajaran dalam pelaksanaan siklus yang telah direncanakan dan dilaksanakan.

4. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta pengkajian aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, hal ini dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran baru pada siklus-siklus berikutnya.

Refleksi diadakan agar pada pelaksanaan siklus yang baru, perencanaan yang matang pun dapat dilaksanakan dengan maksimal.


(2)

Refleksi dibuat melalui observasi dan analisis oleh peneliti dan guru untuk mendapatkan hasil dan tujuan yang ingin dicapai serta harapan dari penelitian ini.

3.7 Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil apabila :

a. Ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. b. Rata-rata hasil belajar siswa mencapai sekurang-kurangnya 70.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri Gunung Mulyo pada mata pelajaran IPS, dapat disimpulkan bahwa:

a. Penggunaan pendekatan CTL pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, yaitu pada siklus I (62,84%), dan siklus II (79,89%).

b. Penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran IPS di kelas V, dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu siklus I (59,65), dan siklus II (73,79).

Dengan demikian, penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri Gunung Mulyo tahun 2013.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis menyarankan kepada pembaca atau pihak yang berkepentingan diantaranya: a. Bagi siswa harus selalu menjaga kekompokan di dalam kelas dan

kelompoknya serta mampu menjalin kerjasama yang baik dalam proses pembelajaran, senantiasa aktif dan kritis agar proses belajar dan


(4)

pembelajaran menjadi kondusif dan bermakna sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

b. Bagi guru yang mengampu mata pelajaran lain untuk dapat mencoba menerapkan pendekatan CTL dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dan senatiasa memotivasi siswa untuk lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi., dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Guru SD, SLB,SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Depdiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.Balitbang Diknas. Jakarta.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Fajar, Erni. 2009. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Rosda. Bandung. Fathurrohman, Pupuh & Sutikno M Sobry. 2010. Strategi Belajar Mengajar.

Refika Aditama. Bandung.

Hernawan, Asep Herry dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Nasution. 2003. Asas-Asas Kurikulum. Bumi Aksara. Jakarta.

Nurhadi, Senduk A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching And Learning (CTL) dan penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang (UMPRESS). Malang.

Rakhmat, Cece dkk. 1998. Evaluasi Pengajaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jakarta.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.


(6)

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung.

______.2007. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Jakarta. Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Sardjiyo, dkk. 2009. Pendidikan IPS di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Coopeative Learning. Bumi Aksara. Jakarta. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Sugiyanto.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Sertifikasi Guru Rayon 13. Surakarta.

Supriatna, Nana dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung. Trianto. 2010. Mendesain model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana.

Jakarta.

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

UU. RI, No. 20. Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional Beserta Penjelasannya. CV Citra Umbara. Bandung.

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Tebuka. Jakarta.

Winataputra, Udin S dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD NEGERI 02 ASTOMULYO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 52

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SINAR SEMENDO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 48

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG SUGIH BESAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 47

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KELAS VI SD NEGERI 02 TITWANGI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 78

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GUNUNG MULYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 46

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 44

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD NEGERI 1 BANJARREJO TP 2012/2013

1 2 65

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS V SD 1 DAREN TAHUN PELAJARAN 20132014

0 0 22