PENERAPAN MODEL BENGKEL SASTRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI DRAMA MAHASISWA.

(1)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

i DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ... -

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat Penelitian ... 13

F. Definisi Operasional ... 15

BAB II. PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL BENGKEL SASTRA A. Kajian Teori ... 17

1. Hakikat Pembelajaran Apresiasi Drama ... 17

a. Pengertian Apresiasi ... 17

b. Pengertian Drama ... 19

c. Fungsi Drama ... 24


(2)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ii

e. Drama Sebagai Seni Pertunjukan: Seni Kolaboratif ... 34

f. Pengertian Apresiasi Drama ... 37

g. Pembelajaran Apresiasi Drama dan Ekspresi Drama sebagai Parameter Tertinggi Apresiasi Drama ... 41

2. Hakikat Akting (Peran) dan Aktor (Pemeran/Pemain) ... 45

a. Definisi Akting (Peran) dan Aktor (Pemeran/Pemain) ... 45

b. Modal Awal dan Rangkaian Latihan Pemeranan ... 52

c. Ikhtisar Pelajaran Richard Boleslavsky ... 60

d. Teknik Berperan Rendra ... 61

e. Teknik Berperan Edward A. Wright ... 63

f. Teknik Pemeranan Stanislavsky ... 65

3. Hakikat Pendidikan dan Pengembangan Karakter ... 70

a. Hakikat Karakter dan Pendidikan Karakter ... 70

b. Pentingnya Pendidikan dan Pengembangan Karakter ... 74

4. Model Pembelajaran Bengkel Sastra ... 78

a. Pengertian Model Bengkel Sastra ... 78

b. Orientasi Pembelajaran Apresiasi Drama dengan Model Bengkel Sastra ... 80

c. Konsep Model Bengkel Sastra dalam Pembelajaran Apresiasi Drama ... 81

d. Penerapan Model Bengkel Sastra dalam Pembelajaran Apresiasi Drama ... 84

e. Dampak Instruksional dan Penyerta Model Bengkel Sastra ... 87 f. Keterpaduan Pembelajaran Apresiasi Drama dengan Menggunakan


(3)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

iii

Optimisme, serta Semangat Mengembangkan Potensi Diri

Mahasiswa ... 87

B. Kerangka Berpikir ... 92

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Mixed Methods ... 94

B. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 96

C. Sumber Data Penelitian ... 98

D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 98

E. Instrumen Penelitian ... 101

F. Teknik Analisis Data ... 101

G. Langkah-langkah Penelitian ... 103

H. Waktu dan Tempat Penelitian ... 108

BAB IV. ANALISIS HASIL PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL BENGKEL SASTRA A. Deskripsi Awal Kemampuan Pemeranan ... 109

1. Format Kodifikasi Nama Mahasiswa ... 109

2. Hasil Observasi Awal Kemampuan Pemeranan Mahasiswa ... 110

B. Pembelajaran Apresiasi Drama dengan Menggunakan Model Bengkel Sastra ... 115

1. Satuan Acuan Perkuliahan Apresiasi Drama dengan Menggunakan Model Bengkel Sastra ... 115

2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Drama dengan Menggunakan Model Bengkel Sastra ... 118

C. Hasil Penelitian Kualitatif Pembelajaran Apresiasi Drama dengan Menggunakan Model Bengkel Sastra ... 130


(4)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

iv

1. Hasil Wawancara dengan Dosen Pembina atau Penanggung Jawab Mata Kuliah Apresiasi Drama ... 130 2. Hasil Wawancara dengan Rekan Sejawat ... 132 3. Hasil Wawancara dengan Mahasiswa ... 133 4. Analisis Hasil Observasi Kemampuan Berperan Mahasiswa setelah

Proses Pembelajaran Model Bengkel Sastra ... 139 5. Pembahasan Hasil Penelitian Kualitatif ... 147 D. Analisis dan Hasil Penelitian Kuantitatif Pembelajaran Apresiasi

Drama dengan Menggunakan Model Bengkel Sastra ... 167 1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Kelas Kontrol dan

Eksperimen ... 167 2. Hasil Pembelajaran Pemeranan Pada Kelas Kontrol dan

Eksperimen ... 179 3. Pembuktian Hasil Penelitian Kualitatif dengan Menggunakan

Analisis Kuantitatif ... 183 E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 186 BAB V. DESKRIPSI KERJA SAMA, SIKAP DAN PERILAKU,

OPTIMISME, SERTA SEMANGAT MENGEMBANGKAN POTENSI DIRI MAHASISWA

A. Deskripsi Awal Kerja Sama, Sikap dan Perilaku, Optimisme, serta Semangat Mengembangkan Potensi Diri Mahasiswa ... 190 B. Deskripsi Kerja Sama, Sikap Dan Perilaku, Optimisme, Serta

Semangat Mengembangkan Potensi Diri Mahasiswa setelah Mengalami Pembelajaran Apresiasi Drama dengan menggunakan Model Bengkel Sastra ... 207 C. Analisis Keterpaduan Proses Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi

Drama dengan menggunakan Model Bengkel Sastra pada Pembiasaan Bekerja Sama, Bersikap dan Berperilaku Baik, Optimisme, serta Semangat Mengembangkan Potensi Diri Mahasiswa ... 226 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN


(5)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

v

A. Simpulan ... 223

B. Saran ... 239

DAFTAR PUSTAKA ... 241

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Gambar 2.1. Fase Model Bengkel Sastra ... 81

2. Gambar 2.2. Kerangka Berpikir ... 92

3. Gambar 3.1. Desain Penelitian ... 94

4. Gambar 3.2. Langkah-langkah Metode Kombinasi ... 103


(6)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vi

DAFTAR GRAFIK

Halaman 1. Grafik 4.1. Perbaikan Ketelitian Berperan Mahasiswa ... 187 2. Grafik 4.2. Perbaikan Keselarasan Peran Mahasiswa ... 187 3. Grafik 4.3. Perbaikan Keutuhan Peran Mahasiswa ... 188


(7)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 4.1. Pengodifikasian Nama Mahasiswa ... 109

2. Tabel 4.2. Data Awal Kemampuan Berperan Mahasiswa ... 110

3. Tabel 4.3. Pedoman Kriteria Penilaian Peran ... 110

4. Tabel 4.4. Hasil Pengriteriaan Kemampuan Berperan Pada Observasi Awal .... 110

5. Tabel 4.5. Hasil Wawancara dengan Bapak Jojo Nuryanto, M.Hum. ... 130

6. Tabel 4.6. Hasil Wawancara dengan Ibu Hj. Enen Khoeriyah, M.M. ... 132

7. Tabel 4.7. Hasil Wawancara dengan Ibu Titin Setiartin Ruslan, M.Pd. ... 133

8. Tabel 4.8. Hasil Wawancara dengan Ibu Welly Norres, S.Pd. ... 135

9. Tabel 4.9. Hasil Wawancara dengan Kelompok I ... 137

10.Tabel 4.10. Hasil Wawancara dengan Kelompok II ... 138

11.Tabel 4.11. Hasil Wawancara dengan Kelompok III ... `139

12.Tabel 4.12. Hasil Wawancara dengan Kelompok IV ... 141

13.Tabel 4.13. Hasil Observasi Kemampuan Berperan Mahasiswa setelah Proses Pembelajaran ... 143

14.Tabel 4.14. Pembagian Kelompok, Pemilihan Naskah, dan Peran Pada Mahasiswa Pembelajar ... 149

15.Tabel 4.15. Pengelompokkan mahasiswa berdasarkan jumlah kelompok, peran, dan naskah drama ... 169

16.Tabel 4.16. Pembagian Kelompok, Pemilihan Naskah, dan Peran Pada Mahasiswa Pembelajar di Kelas Eksperimen ... 171

17.Tabel 4.17. Hasil Pembelajaran Pemeranan di tiap Parameter Pemeranan dengan menggunakan Model Diskusi Kelompok pada Kelas Kontrol ... 174

18.Tabel 4.18. Nilai Hasil Belajar Pemeranan di Kelas Kontrol ... 176


(8)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

viii

19.Tabel 4.19. Pedoman Kriteria Penilaian Peran ... 179

20.Tabel 4.20. Hasil Pembelajaran Pemeranan di tiap Parameter Pemeranan dengan menggunakan Model Bengkel Sastra pada Kelas Eksperimen ... 180

21.Tabel 4.21. Nilai Hasil Belajar Pemeranan di Kelas Eksperimen ... 184

22.Tabel 4.22. Pedoman Kriteria Penilaian Peran ... 186

23.Tabel 4.23. Descriptive Statistics ... 187

24.Tabel 4.24. Descriptive Statistics Normallity ... 187

25.Tabel 4.25. Ranks ... 188


(9)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Drama hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai sebuah karya seni yang memiliki dua dimensi. Selain dapat dipandang sebagai seni sastra drama juga dapat dipandang sebagai seni pertunjukan. Dalam hal ini drama dibangun melalui unsur-unsur pembangun seni pertunjukan yang di dalamnya terdapat beberapa seni lainnya, seperti seni gerak, seni tari, seni vokal, seni musik, seni rupa, dan seni sastra. Setidaknya uraian singkat di atas melandasi sebuah pernyataan bahwa pementasan atau pertunjukan drama merupakan karya seni kolaboratif. Artinya karya seni gerak, seni tari, seni vokal, seni musik, seni rupa, seni sastra melebur menjadi satu mengembangkan sebuah karya seni yang padu yang disebut dengan seni pertunjukan drama atau teater. Unsur-unsur pembangun pertunjukan drama terdiri dari naskah drama, sutradara, aktor, artistik, musik dan tata cahaya.

Drama sebagai seni pertunjukan tidak hadir begitu saja. Pertunjukan drama hadir atas dasar pengejawantahan karya sastra yang tentunya berbentuk drama. Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke dalam bentuk karya. Perjalanan batin tersebut diterima pengarang melalui indera perasa, baik melalui pendengaran, penglihatan bahkan perasaannya ketika mengalami sebuah kejadian. Setelah diterima, perjalanan batin itu langsung diolah di dalam otak pengarang, diproses dan disaring dengan


(10)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perasaan lalu jadilah sebuah karya setelah ditulis menjadi sebuah karya yang utuh. Berdasarkan uraian tersebut, di dalam drama pasti terkandung nilai-nilai yang dapat dijadikan cerminan, barometer bahkan filtrasi manusia dalam menjalani kehidupan.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 261) tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia ialah sebagai berikut.

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

2. Menghargai dan bangsa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

6. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Berkaitan dengan hal di atas, khususnya poin 5, dapat ditafsirkan bahwa pembelajaran sastra pada hakikatnya dimaksudkan untuk memperhalus budi pekerti siswa melalui nilai-nilai dan pesan moral yang diambil dari karya sastra. Lebih rincinya pengajaran sastra merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan kepada siswa nilai-nilai yang dikandung karya sastra dan mengajak siswa ikut menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan itu.

Secara khusus, pengajaran sastra bertujuan mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai efektif, nilai keagaaman, dan nilai sosial secara sendiri-sendiri atau gabungan dari keseluruhan itu, sebagai


(11)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mana tercermin dalam karya sastra. Salah satu bentuk menghayati pengalaman yang disajikan pengarang dalam karya sastra berbentuk drama ialah dengan cara mementaskannya. Secara lebih komprehensif, Rusyana (1982: 6) mengungkapkan bahwa tujuan pengajaran sastra adalah untuk beroleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra dan hal-hal di atas merupakan tantangan besar bagi guru-guru/calon-calon guru Bahasa dan Sastra Indonesia, apakah mereka dapat menyukseskan tujuan pembelajaran sastra tersebut?

Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 merupakan usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulai, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Depdiknas, 2003: 1). Berdasarkan pendapat tersebut, pada hakikatnya pendidikan mengarah kepada proses pelaksanaan bimbingan bagi peserta didik untuk membantu peserta didik mengembangkan diri secara optimal di dalam kehidupannya di masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Abidin (2009: iii) “Pendidikan haruslah diarahkan pada upaya menciptakan situasi agar siswa mampu belajar dan memiliki kemampuan berpikir tahap tinggi. Guna dapat mencapai fungsi di atas, pendidikan saat ini haruslah menekankan pada upaya pengembangan kompetensi kepada para siswa.”

Sekait dengan pengertian pendidikan di atas, proses pembelajaran, yang merupakan inti dari proses pendidikan, harus pula dilakukan dengan


(12)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menitikberatkan pada pengembangan potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa memperoleh bekal guna menghadapi kehidupan di masyarakat. Proses pembelajaran bukan proses memaksakan kehendak, tetapi merupakan suatu upaya menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan anak, yaitu memberikan kemudahan bagi anak untuk mengembangkan dirinya. Konsep ini berlaku pula dalam proses pembelajaran sastra khususnya drama di perguruan tinggi.

Terhadap pembelajaran drama, Endraswara (2011: 9) menyatakan “Drama dianggap sulit. Selain itu masih ada asumsi, drama itu merupakan objek garap yang banyak memakan waktu dan tempat. Akibatnya, drama sering kurang mendapat perhatian. Jangankan para subjek didik, pengajar pun ada yang mencoba menghindar dari drama.”

Hal di atas sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yus Rusyana pada tahun 1979 (Waluyo, 2006: 2) yang menyimpulkan “Minat siswa dalam membaca karya sastra yang terbanyak ialah prosa, menyusul puisi, baru kemudian drama. Perbandingannya ialah 6:3:1.” Hasil penelitian ini menandai bahwa perkembangan pembelajaran drama dari tahun 1979 belum mengalami perkembangan yang pesat jika direlevansikan dengan pendapat Endraswara di atas. Selain itu dapat ditafsirkan bahwa pada tahun 1979 penyebab minat baca siswa rendah terhadap drama mungkin saja disebabkan guru yang menghindari pembelajaran drama dengan alasan-alasan seperti yang dikemukakan Endraswara di atas.


(13)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kenyataan di atas mengisyaratkan bahwa permasalahan yang substansi dari pembelajaran drama di sekolah ialah guru itu sendiri. Terkait dengan faktor guru, keluhan terhadap pengajaran sastra terutama berkenaan dengan keprofesionalan guru sastra yang selama ini masih dipersoalkan. Jamaludin (2003: 94) menyimpulkan bahwa masalah tersebut berakar dari wawasan guru tentang sastra yang masih rendah, rendahnya kecintaan guru terhadap sastra, rendahnya kepedulian guru terhadap perkembangan sastra, dan rendahnya kemauan guru untuk berlatih meningkatkan kemampuan bersastranya termasuk memainkan drama.

Kenyataan di atas tentu saja bertentangan dengan syarat-syarat guru sastra yang baik, seperti yang dikemukakan oleh Rusyana (1982: 9 – 11) yang mengungkapkan bahwa guru sastra yang baik harus mempunyai kecintaan terhadap sastra, kemampuan apresiasi yang baik terhadap sastra, terus berlatih mengadakan kritik terhadap karangan yang dibacanya, dan mampu memilih bahan ajar sendiri. Selain bertentangan dengan syarat-syarat guru sastra yang baik, permasalahan guru di atas juga bertentangan dengan kenyataan dewasa ini “peran guru mendapat banyak dimensi tambahan sekaligus menjadikan guru sebagai karir yang cerah dengan rewarding yang cukup tinggi.” (Abidin, 2009: 1). Mengenai kenyataan tersebut, lebih lanjut Abidin (2009: 1 – 2) menyatakan

Beberapa perubahan kebijakan nasional tentang pendidikan mampu menempatkan guru menjadi satu di antara profesi terfavorit. Beberapa perubahan yang berdampak langsung tersebut antara lain adalah diluncurkannya sertifikasi guru yang menuntut peningkatan mutu dan profesionalisme sekaligus menjanjikan rewarding yang sepadan.


(14)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Permasalahan guru di atas perlu ditanggapi secara serius. Hal ini berarti tidak hanya cukup membicarakan guru, lebih jauh harus pula membicarakan bagaimana “memproduksi guru” di perguruan tinggi. Kiranya cukuplah wajar bila dugaan yang muncul adalah semenjak para guru masih menjadi mahasiswa perguruan tinggi kependidikan tidak terlatih untuk memahami, menelaah, menginterpretasikan, menilai, serta mementaskan sastra secara langsung.

Kenyataan yang terjadi, calon guru bahasa dan sastra Indonesia yang menempuh pendidikan akademik di Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK) tidak semuanya meminati drama sebagai “keterampilan khusus” sebagai calon guru bahasa dan sastra Indonesia yang akan mengajarkan drama di sekolah, bahkan cenderung minoritas. Hal ini dibuktikan dengan pembuatan skripsi calon guru bahasa dan sastra Indonesia yang lebih banyak menyinggung soal pembelajaran puisi dan prosa pada “wilayah” skripsi pembelajaran sastra. Selain itu rendahnya minat mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia untuk bergabung dengan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang berkaitan dengan pertunjukan drama (UKM Teater) juga menjadi bukti lain dari “keminoritasan” peminat drama di kalangan mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

Pada sisi lain, berkenaan dengan “keminoritasan” peminat drama di kalangan mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia hakikatnya bertentangan dengan karakter, terutama karakter tanggung jawab terhadap profesinya di masa yang akan datang. Karakter mahasiswa merupakan


(15)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

salah satu aspek penting yang harus dibentuk sedini mungkin sebelum nantinya akan terjun ke dunia pendidikan sebagai praktisi. Hal ini sejalan dengan pendapat Abidin (2009: 1) “Pendidikan bukan hanya diperuntukkan membina kemampuan baca, tulis, hitung, melainkan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan proses fundamental, persiapan guna menghadapi dunia kerja, pengembangan karakter siswa, dan wahana untuk mengembangkan warga negara yapng patriotik.”

Pendapat di atas mengungkapkan bahwa salah satu tujuan pendidikan ialah pengembangan karakter pada peserta didik. Jika dikaitkan dengan pernyataan penulis bahwa “keminoritasan” peminat drama di kalangan mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia hakikatnya bertentangan dengan karakter, terutama karakter tanggung jawab terhadap profesinya di masa yang akan datang, maka dapat disimpulkan, bagaimana mungkin seorang lulusan guru sastra yang tidak bertanggung jawab dapat mengembangkan karakter siswa khususnya berkenaan dengan tanggung jawab. Dalam hal ini karakter tanggung jawab hanyalah salah satu dari karakter yang harus ada pada diri seorang guru bahasa dan sastra Indonesia.

Sejalan dengan uraian di atas, UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mengembangkan karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang


(16)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mengenai pengertian karakter, Sudrajat (2010) menyatakan bahwa “Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.” Berdasarkan pendapat tersebut, karakter dapat dikatakan sebagai perwujudan nilai-nilai manusiawi pada pola tingkah laku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan. Landasan perilaku manusia yang berkarakter berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Salah satu proses pendidikan karakter dapat dilakukan dalam proses pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, lebih lanjut Sudrajat (2010) menyatakan

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.


(17)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Melihat kenyataan di atas, sudah sepantasnya ekologi pengajaran sastra di perguruan tinggi harus dirombak. Hal ini sejalan dengan harapan Hidayat (Sarumpaet, 2002: 110) yang mengemukakan bahwa pembicaraan pengajaran sastra di sekolah harus pula melibatkan perguruan tinggi sebagai produsen guru sastra. Ini berindikasi bahwa dalam praktiknya, kegiatan perkuliahan sastra hendaknya lebih terarah pada usaha melibatkan mahasiswa secara langsung dengan karya sastra agar mahasiswa memperoleh pengalaman sastra yang sebenarnya, sebab pengajaran sastra hakikatnya adalah sebuah pengalaman. Usaha memberikan pengalaman bersastra juga tidak sekadar untuk mengapresiasi karya sastra tetapi lebih jauh mencapai taraf mementaskan sastra. Selain itu ekologi pembelajaran sastra di perguruan tinggi diharapkan mampu menjadi pengejawantahan wujud pendidikan karakter bagi mahasiswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3.

Endraswara (2003a: 16) mengemukakan bahwa kegiatan pengajaran sastra di perguruan tinggi harus kreatif seperti hanya menyelenggarakan kegiatan ziarah sastra, wisata sastra, kemping sastra, dan atau bengkel sastra dengan tujuan agar mahasiswa mampu benar-benar memahami, menghayati, dan mencipta sastra. Dalam pelaksanaannya sastrawan juga dapat dilibatkan untuk berbagai pengalaman dan pengetahuan tentang mengapresiasi sastra, mencipta sastra, dan mementaskan sastra.


(18)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Endraswara (2003b: 194) mengemukakan bahwa salah satu model

classroom action research yang segera diketahui hasilnya, yakni model bengkel

sastra. Model pengajaran bengkel sastra, kemungkinan akan menambat situasi krisis pengajaran sastra yang selama ini sering sekedar diwejang dengan teori dan judul-judul karya beserta nama penulisnya. Mungkin, jarang disadari bahwa melalui bengkel sastra akan menawarkan sesuatu yang amat berharga terutama bagi mahasiswa agar dapat berolah sastra bahkan mementaskan sastra.

Perlu diakui bahwa bengkel sastra memang hal baru di tengah perbincangan pengajaran sastra. Karenanya, di sana-sini masih diperlukan gerilya pengajaran sastra dan perjuangan mati-matian untuk merombak model lama yang telah lekat di benak para mahasiswa. Paling tidak, ihwal yang perlu ditanamkan kepada mereka bahwa melalui bengkel sastra, baik pengajar maupun mahasiswa akan terusik untuk selalu berkenalan dengan karya sastra, menyenangi, menggemari, dan semakin akrab dengannya (karya sastra). Pengajar dan mahasiswa juga akan sama-sama aktif dan tergoda untuk berolah sastra, menemukan informasi, mendialogkan, dan mencari pengalaman tentang karya sastra seperti mementaskan sastra. Tentu saja, hal ini dapat terwujud tidak sekedar seperti membalik telapak tangan saja, melainkan memerlukan komitmen keras kedua kubu antara pengajar dan mahasiswa agar saling terlibat menggauli dan mengapresiasikan karya sastra serta mementaskan sastra itu sendiri.

Sejalan dengan pendapat di atas, Abidin (2005: 352) melalui hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa “Model bengkel sastra dapat digunakan


(19)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam berolah sastra khususnya dalam menulis cerita pendek. Model ini mampu meningkatkan daya kreatif penciptaan cerpen dari tingkat dasar hingga mencapai tingkat cukup baik” Kelebihan model bengkel sastra juga diungkapkan Endraswara (2005: 194) yang menyatakan bahwa “Model bengkel sastra dipandang mampu meningkatkan kreativitas peserta didik dalam proses berolah sastra karena terlibat langsung dalam kegiatan penciptaan karya sastra”. Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis mengasumsikan bahwa model bengkel sastra merupakan model pembelajaran yang baik digunakan dalam pembelajaran memerankan tokoh dan mengembangkan karakter mahasiswa.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian berkenaan dengan proses pembelajaran sastra di perguruan tinggi khususnya dalam hal memerankan tokoh. Secara lengkap penelitian yang akan penulis laksanakan berjudul ”Penerapan Model Bengkel Sastra untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa (Penelitian Mixed Methods Tipe Exploratory pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat penulis kemukakan bahwa masalah-masalah pengajaran bermain drama di sekolah terkait dengan berbagai hal terutama berkenaan dengan calon guru sastra. Calon guru sastra yang notabene akan mengajarkan sastra – drama salah satunya – kurang memiliki bekal yang


(20)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

cukup untuk mengajarkan drama terutama masalah bermain drama. Artinya bagaimana mungkin seorang guru sastra dapat memberikan kesempatan pada siswa di sekolah untuk memerankan tokoh dalam naskah drama jika ia sendiri tidak memiliki bekal yang cukup yang seharusnya diperoleh melalui pengalamannya sendiri dalam memerankan tokoh dalam naskah drama. Salah satu penyebab dari problematika ini diduga kuat karena kurang berhasilnya pendidikan guru selama di perguruan tinggi.

Proses pendidikan guru di perguruan tinggi selayaknya memberikan pengalaman langsung kepada calon guru untuk memerankan tokoh. Kegiatan memerankan tokoh ini meliputi kegiatan mengapresiasi permainan drama dan tingkah laku akting itu sendiri. Di dalam proses tersebut calon guru sastra akan mendapatkan kritik dan mengkritik cara memerankan tokoh orang lain. Dengan kegiatan perkuliahan yang memberikan pengalaman berharga ini, mahasiswa ketika menjadi guru diharapkan mampu memperbaiki sistem pengajaran yang kurang tepat selama ini. Oleh sebab itu, proses perkuliahan harus benar-benar melibatkan mahasiswa untuk beroleh pengalaman berapresiasi dan pengetahuan bermain drama.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Berbagai masalah yang terungkap dalam latar belakang penelitian tidak semuanya akan penulis kaji. Masalah utama yang akan penulis kaji dalam penelitian ini adalah penerapan model bengkel untuk meningkatkan kemampuan apresiasi drama mahasiswa. Kemampuan apresiasi drama ini ditekankan pada


(21)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

aspek memainkan peran berdasarkan naskah drama yang dibaca. Selain itu sebagai upaya mengembangkan karakter mahasiswa penulis akan menggali dan mendeskripsikan karakter mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan model bengkel sastra. Permasalahan karakter yang penulis gali dan deskripsikan ini dibatasi seputar kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa. Penggalian dan pendeskripsian ini didasarkan pada asumsi bahwa keempat aspek di atas merupakan aspek-aspek yang akan menentukan kualitas proses belajar mahasiswa dan berujung atau bermuara pada kualitas kompetensi mahasiswa terutama berkenaan dengan kemampuan apresiasi drama.

Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah penelitian ini penulis rumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan model bengkel sastra?

2. Bagaimanakah kemampuan apresiasi drama mahasiswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan model bengkel sastra?

3. Adakah perbedaan hasil pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan model bengkel sastra dan dengan menggunakan model diskusi kelompok? 4. Bagaimanakah deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta

semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa setelah pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan model bengkel sastra?


(22)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. proses pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan model bengkel sastra;

2. kemampuan apresiasi drama mahasiswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan model bengkel sastra;

3. perbedaan hasil pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan model bengkel sastra dan dengan menggunakan model diskusi kelompok; dan

4. deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa setelah pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan model bengkel sastra.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan penulis lakukan diharapkan memiliki manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber acuan/sumber kepustakaan berkenaan dengan proses pembelajaran bermain drama khususnya penerapan model pembelajaran bengkel sastra.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat khususnya untuk pihak-pihak sebagai berikut.

a. Penulis, sebagai wahana pengembangan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman terutama berkenaan dengan pembelajaran drama dengan menggunakan model bengkel sastra.


(23)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Mahasiswa, bermanfaat sebagai wahana latihan dan penambah pengetahuan tentang proses pembelajaran dengan model pembelajaran bengkel sastra serta bermanfaat sebagai wahana meningkatkan kemampuan apresiasi drama.

c. Pengajar sastra, sebagai bahan masukan bahwa dalam mengajarkan drama haruslah menggunakan model pembelajaran kreatif yang mampu mengarahkan pembelajar sastra agar bersentuhan langsung dengan proses berapresiasi khususnya memerankan tokoh sebagai parameter tertinggi apresiasi drama sehingga tercapailah tujuan pengajaran sastra seperti yang diharapkan oleh kurikulum.

d. Lembaga pendidikan dan instansi terkait, sebagai bahan masukan bahwa pelaksanaan pendidikan tidak harus selalu bersifat otoriter, artinya pengajar atau dosen sebaiknya diberikan keluasaan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang tidak hanya berpusat di dalam kelas tetapi juga diluar kelas guna ketercapaian tujuan pendidikan.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Model pembelajaran bengkel sastra dalam pembelajaran apresiasi drama

Model pembelajaran bengkel sastra dalam penelitian ini adalah model pembelajaran pemeranan yang diterapkan dalam mata kuliah apresiasi drama dengan menekankan pada aspek “bongkar pasang” pemeranan. Maksudnya, dalam


(24)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memerankan tokoh sering kali terdapat kesalahan-kesalahan yang bersifat teknis maupun pemahaman karakter tokoh yang harus diperbaiki dan dibongkar pasang melalui proses kritik mengkrtitik antar mahasiswa. Alat ukur variabel ini meliputi (1) keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran, (2) kerja sama mahasiswa, (3) suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran, dan (4) ketercapaian sasaran, yakni mahasiswa mampu menyelesaikan tugas. Untuk memberikan penilaian terhadap kriteria di atas, penulis menggunakan penilaian model skala rating dari 1 sampai dengan 4. Skala rating yang digunakan berupa pernyataan penilaian, yaitu sangat baik, baik, cukup dan kurang baik.

2. Kemampuan apresiasi drama

Kemampuan apresiasi drama dalam penelitian ini dikonsepsikan sebagai kemampuan mengapresiasi drama berdasarkan parameter apresiasi drama yang terdiri dari menggemari, menikmati, mereaksi, dan menciptakan. Aspek menciptakan sebagai tingkat tertinggi apresiasi drama diwujudkan dengan kemampuan memerankan tokoh berdasarkan naskah drama yang dibaca mahasiswa. Oleh sebab itu kemampuan inilah yang harus dicapai mahasiswa. Tingkat kemampuan memerankan tokoh diukur melalui (1) ketelatenan; (2) keselarasan, dan (3) keutuhan. Aspek-aspek tersebut dijadikan alat ukur variabel ini sejalan dengan indikator yang harus dicapai mahasiswa dalam pembelajaran. Untuk memberikan penilaian terhadap kriteria di atas, penulis menggunakan model penilaian analitik dengan skor 1 sampai dengan 100. Penilaian analitik tersebut berdasarkan jenjang pada tiap aspek pemeranan dengan jenjang yang


(25)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

disesuaikan namanya dengan parameter pemeranan yang digunakan. Contohnya ialah tidak teliti/telaten, kurang teliti/telaten, teliti/telaten, sangat teliti/telaten. 3. Deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat

mengembangkan potensi diri mahasiswa

Deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa dalam penelitian ini dikonsepsikan sebagai salah satu upaya mengetahui bagaimana efek penerapan model bengkel sastra dalam pembelajaran apresiasi drama pada kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa. Untuk mendapatkan data berkenaan dengan keempat aspek tersebut melalui teknik observasi dan wawancara.


(26)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian Mixed Methods

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian mixed

methods. Penggunaan metode penelitian ini didasari pada beberapa pendapat

yakni Creswell (2007: 5) As a method, mixed methods focuses on collecting,

analiyzing, and mixing both quantitative and qualitative data in a single study or series or studies. Its central premise is that the use of quantitative and qualitative approaches in combination provides a better understanding of research problems than either approach alone. Sebagai sebuah metode penelitian, mixed methods

berfokus pada pengumpulan, penganalisisan, dan pencampuran data kuantitatif dan kualitatif dalam suatu penelitian tunggal atau lanjutan. Anggapan dasarnya ialah bahwa penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif dalam satu penelitian dapat memberikan pemahaman atau jawaban dari masalah penelitian secara lebih baik dibandingkan dengan penggunaan salah satunya.

Pembagian tipe dalam penelitian mixed methods dapat dibagi menjadi empat, yakni; tipe embedded, explanatory, exploratory, dan triangulation (Cresswell, 2007: 62 – 79). Lebih lanjut, Cresswell (Sugiono, 2011: 406 – 407) membagi penelitian kombinasi atau mixed methods menjadi dua model utama yakni model sequential (urutan) dan model concurrent (campuran). Model

sequential (urutan) dibagi menjadi dua yakni sequential explanatory (pembuktian)


(27)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yakni model concurrent triangulation (campuran kuantitatif dan kualitatif secara berimbang) dan model concurrent embedded (campuran penguatan/metode kedua memperkuat metode pertama).

Berdasarkan pembagian tipe Penelitian Mixed Methods, penulis memilih menggunakan desain tipe exploratory yang termasuk ke dalam model sequential (urutan). Desain tipe ini merupakan desain penelitian mixed methods yang dilakukan dengan cara melaksanakan penelitian kualitatif terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan dengan penelitian kuantitatif. (Abidin, 2011: 40)

Terhadap urutan penggunaan metode penelitian di atas, secara lebih komperehensif Cresswell (Sugiono, 2011: 409) menyatakan Sequential

exploratory strategy in mixed methods research involves a first phase of qualitative data collection and analysis followed by a second phase of quantitative data collection and analysis that builds on the results of the first qualitative phase. Pada tahap awal metode penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dan tahap berikutnya menggunakan metode kuantitatif. Penekanan metode lebih pada metode pertama, yakni metode kualitatif dan selanjutnya dilengkapi dengan metode kuantitatif. Pencampuran data kedua metode bersifat

connecting (menyambung) antara hasil penelitian pertama dan tahap berikutnya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka desain penelitian yang akan penulis gunakan ialah sebagai berikut.

QUAL quan

Interpretation based on QUAL → quan results

Gambar 3.1


(28)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki tiga buah variabel, yakni satu variabel terikat, satu variabel bebas, dan satu variabel extraneous (tambahan). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran bengkel sastra dengan orientasi pemeranan. Variabel terikatnya adalah kemampuan apresiasi drama mahasiswa. Variabel extraneous (tambahan) dalam penelitian ini ialah deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa. Operasionalisasi variabel penelitian akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Model pembelajaran bengkel sastra dalam pembelajaran apresiasi drama Model pembelajaran bengkel sastra dalam pembelajaran apresiasi drama pada penelitian ini adalah model pembelajaran bermain drama yang diterapkan dalam pembelajaran apresiasi drama dengan menekankan pada aspek “bongkar pasang” tingkah laku akting. Maksudnya, dalam memerankan tokoh sering kali terdapat kesalahan-kesalahan yang bersifat teknis maupun pemahaman karakter tokoh yang harus diperbaiki dan dibongkar pasang melalui proses kritik mengkrtitik antar mahasiswa. Dengan demikian diharapkan melalui proses bengkel sastra tersebut mahasiswa mampu merefleksi kemampuan berperannya berdasarkan kritik yang disampaikan temannya maupun kritik yang disampaikan pada orang lain. Dalam pelaksanaanya model bengkel sastra dengan orientasi pemeranan dilaksanakan dalam lima tahapan yaitu (1) tahap pemahaman karakter tokoh dalam naskah drama, (2) tahap publikasi pemahaman karakter tokoh, (3) tahap memerankan tokoh, (4) tahap pengkritikkan teknik pemeranan oleh


(29)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mahasiswa lain, (5) dan tahap perevisian teknik pemeranan. Alat ukur variabel ini meliputi (1) keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran, (2) kerja sama mahasiswa, (3) suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran, dan (4) ketercapaian sasaran, yakni mahasiswa mampu menyelesaikan tugas. Untuk mengevaluasi variabel ini akan digunakan instrumen berupa pedoman observasi dan angket. b. Kemampuan apresiasi drama

Kemampuan apresiasi drama dalam penelitian ini dikonsepsikan sebagai kemampuan mengapresiasi drama berdasarkan parameter apresiasi drama yang terdiri dari menggemari, menikmati, mereaksi, dan menciptakan. Aspek menciptakan sebagai tingkat tertinggi apresiasi drama diwujudkan dengan kemampuan memerankan tokoh berdasarkan naskah drama yang dibaca mahasiswa. Oleh sebab itu kemampuan inilah yang harus dicapai mahasiswa. Tingkat kemampuan memerankan tokoh diukur melalui (1) ketelatenan; (2) keselarasan, dan (3) keutuhan. Aspek-aspek tersebut dijadikan alat ukur variabel ini sejalan dengan indikator yang harus dicapai mahasiswa dalam pembelajaran. Untuk memberikan penilaian terhadap kriteria di atas, penulis menggunakan model penilaian analitik dengan skor 1 sampai dengan 100. Penilaian analitik tersebut berdasarkan jenjang pada tiap aspek pemeranan dengan jenjang yang disesuaikan namanya dengan parameter pemeranan yang digunakan. Contohnya ialah tidak teliti/telaten, kurang teliti/telaten, teliti/telaten, sangat teliti/telaten. Oleh sebab itu, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes unjuk kerja.


(30)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa

Deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa dalam penelitian ini dikonsepsikan sebagai salah satu upaya mengetahui bagaimana efek penerapan model bengkel sastra dalam pembelajaran apresiasi drama pada kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa. Oleh sebab itu teknik pengumpulan data yang digunakan ialah teknik observasi dan wawancara.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa tingkat II semester IV pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Siliwangi pada kelas A dan B yang semuanya berjumlah empat (4) kelompok pementas. pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Siliwangi.

D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Sejalan dengan model penelitian yang penulis gunakan, maka teknik pengumpulan data pada penelitian yang penulis laksanakan terdapat dua jenis teknik, yakni teknik kualitatif (studi kasus) yang diikuti teknik kuantitatif (eksperimen).

1. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif (Studi Kasus)

Salah satu karakteristik dan kekuatan utama penelitian studi kasus yaitu memanfaatkan berbagai macam sumber dalam teknik pengumpulan data. Yin (2006: 103) berpendapat ada enam (6) sumber bukti yang dapat digunakan untuk


(31)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengumpulkan data studi kasus, yaitu: dokumen, rekaman/catatan arsip, wawancara, observasi langsung, observasi berperan serta, dan bukti fisik. Oleh sebab itu teknik pengumpulan data dalam penelitian yang penulis laksanakan berdasarkan keenam sumber tersebut. Berikut penjabaran teknik pengumpulan data dalam penelitian studi kasus yang penulis laksanakan.

a. Pengumpulan dokumen; mengumpulkan bahan-bahan dan informasi mengenai teori dan konsep untuk menjelaskan fenomena yang berhubungan dengan dimensi penelitian melalui dokumen tertulis. Dalam studi kasus, tinjauan pustaka atau analisis dokumen merupakan alat untuk mencapai tujuan (Yin, 2006: 14). Bentuk-bentuk dokumen yang dikumpulkan penulis ialah berupa teori-teori para ahli, hasil observasi, dan hasil wawancara dari berbagai sumber.

b. Rekaman arsip; berupa rekaman pementasan drama yang dilakukan subjek penelitian.

c. Wawancara; dilakukan pada dosen pengampu mata kuliah dan rekan sejawat untuk mendapatkan tanggapan mengenai penelitian yang dilakukan dan kepada mahasiswa untuk mendapatkan data mengenai tanggapan mereka sebagai pembelajar di model bengkel sastra dan minat serta motivasi belajar mereka.

d. Observasi langsung; dilakukan pada saat proses pembelajaran dilakasanakan di dalam kelas. Observasi langsung ini dilakukan untuk mengamati fenomena-fenomena yang terjadi selama pembelajaran.


(32)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

e. Observasi berperan serta; dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak segala kejadian yang terjadi selama kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Penulis bertindak sebagai observer pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh pengajar di dalam kelas.

2. Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif (Eksperimen)

Teknik pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan cara studi lapangan atau langsung pada saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Data-data yang diperoleh berupa nilai-nilai kemampuan berperan mahasiswa berupa angka. Berikut penjabaran teknik studi lapangan yang penulis laksanakan.

a. Teknik Tes

Teknik tes dipakai untuk mengukur kemampuan mahasiswa, baik kemampuan awal, perkembangan, atau peningkatan kemampuan selama dikenai tindakan, dan kemampuan pada akhir pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini jenis tes yang akan digunakan yakni tes unjuk kerja. Tes unjuk kerja digunakan untuk mengevaluasi dan mengukur kemampuan mahasiswa memerankan tokoh.

b. Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung meliputi kinerja mahasiswa di dalam kelas selama mengalami proses pembelajaran memerankan tokoh.

c. Teknik wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengetahui pendapat para observer tentang hubungan antara penerapan model bengkel sastra dengan kemampuan memerankan tokoh.


(33)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

E. Instrumen Penelitian

Sejalan dengan teknik pengumpulan data di atas, maka instrumen penelitian yang penulis gunakan ialah sebagai berikut.

1. Kisi-kisi Alat Evaluasi Pemeranan.

2. Kisi-kisi pedoman observasi deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa.

3. Kisi-kisi instrumen wawancara;

a. dengan dosen pengampu mata kuliah Apresiasi Drama; b. dengan rekan sejawat; dan

c. dengan mahasiswa. F. Teknik Analisis Data

Sejalan dengan penelitian mixed method yang penulis gunakan dalam penelitian ini, maka teknik analisis data penelitian terdiri dari dua teknik yakni teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif.

1. Teknik Analisis Data Kualitatif (Studi Kasus)

Teknik analisis data studi kasus yang akan penulis lakukan lebih bersumber pada data-data hasil pengumpulan sebelum, selama, dan sesudah kegiatan pembelajaran berlangsung. Data-data yang bersumber pada dokumen, rekaman/catatan arsip, wawancara, observasi langsung, observasi berperan serta, dan bukti fisik akan dikaji dan dijelaskan secara terperinci dan mendalam guna mendapatkan hasil penelitian yang baik.

Metode yang digunakan ialah metode perbandingan tetap (constant


(34)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

membandingkan satu data dengan data lainnya kemudian secara tetap kategori dengan kategori lainnya (grounded research).

Untuk melengkapi dan membuktikan hasil analisis data studi kasus ini penulis akan menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi ini akan memadukan data-data dari sumber-sumber yang terkait dengan proses penelitian. Sumber-sumber data itu ialah; (1) mahasiswa pembelajar; (2) dosen pengampu mata kuliah; (3) dan rekan sejawat sebagai observer penelitian. Teknik pengumpulan data untuk teknik triangulasi ini menggunakan teknik wawancara. Data yang diharapkan diperoleh melalui teknik wawancara ini ialah data tentang tanggapan mereka terhadap proses penerapan model bengkel sastra.

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Teknik analisis data kemampuan memerankan tokoh dan pengembangan karakter penulis menggunakan rumus-rumus statistik. Penganalisisan kedua data di atas bersumber pada data hasil pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Sebelum menguji hasil data kualitatif terlebih dahulu penulis menguji persyaratan analisis (uji normalitas) pada masing-masing data di kelas kontrol maupun eksperimen. Uji normalitas tersebut berfungi untuk mengetahui apakah data-data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Jika tidak maka penulis menghitung atau menguji hasil penelitian kualitatif menggunakan metode non-parametrik dengan metode Mann-Whitney, jika kedua atau salah satu data tersebut berdistribusi normal, maka penulis akan menggunakan metode Chi-Kuadrat disebabkan n data lebih dari 30. Pada saat uji persyaratan analisis maupun


(35)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengujian hasil penelitian kualitatif, penulis menggunakan program olah data SPSS versi 17.

G. Langkah-langkah Penelitian

Sesuai dengan metode penelitian yang dikemukakan di atas, prosedur pelaksanaan penelitian atau langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut.

Mengacu pada gambar di atas, bahwa dalam penelitian Mixed Methods

Sequential Exploratory Design dimulai dengan pelaksanaan penelitian pada

tataran kualitatif yang selanjutnya diikuti penelitian pada tataran kuantitatif. Masing-masing penelitian tersebut memiliki tujuan dan fungsinmya masing-masing. Jika penelitian kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis maka penelitian kuantitatif berfungsi untuk menguji temuan hipotesis tersebut.

Masalah dan

Potensi Kajian Teori

Pengumpulan dan analisis

data

Temuan hipotesis Metode kualitatif: menemukan hipotesis

Metode kuantitatif: menguji hipotesis

Populasi dan sampel

Pengumpulan

Data Analisis Data

Kesimpulan saran

Gambar 3.2

Langkah-langkah Metode Kombinasi (Mixed Methods) Sequential Exploratory Design (Sugiono, 2011: 474)


(36)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sejalan dengan uraian di atas, lebih lanjut Sugiono (2011: 474) memaparkan pada tahap pertama penelitian Mixed Methods Sequential

Exploratory Design menggunakan metode kualitatif dengan langkah-langkah:

menentukan setting penelitian yang terdapat masalah, atau potensi, atau hanya ingin tahu di setting itu ada apa. Selanjutnya peneliti melakukan kajian teori perspektif yang berfungsi untuk memandu peneliti masuk ke setting penelitian dengan melakukan pengumpulan data dan analisis data kualitatif, dan akhirnya peneliti dapat menemukan gambaran yang utuh dari obyek penelitian tersebut, mengonstruksi makna dan hipotesis-hipotesis. Pada tahap kedua peneliti menggunakan metode kuantitatif yang berfungsi untuk menguji hipotesis yang ditemukan pada penelitian tahap pertama. Langkah-langkah dalam penggunaan metode kuantitatif adalah: menentukan populasi dan sampel sebagai tempat untuk menguji hipotesis, mengembangkan dan menguji instrumen untuk pengumpulan data, analisis data, dan selanjutnya membuat laporan yang diakhiri dengan kesimpulan dan saran.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis merumuskan langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut.

1. Tahap Pertama: kualitatif

a. Menentukan setting penelitian: setting penelitian yang penulis tentukan ialah pada mahasiswa pengontrak mata kuliah apresiasi drama. Penulis menduga terdapat masalah terkait dengan kualitas apresiasi drama mahasiswa yang kurang baik. Hal ini dilandasi pada kenyataan-kenyataan terkait dua masalah tadi yang terjadi pada pengontrak mata kuliah apresiasi


(37)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

drama semester sebelumnya. Disebabkan terjadinya masalah tersebut selalu berulang dan berkelanjutan maka penulis berasumsi bahwa pada mahasiswa pengontrak mata kuliah apresiasi drama ini terdapat masalah yang sama.

b. Melakukan kajian teori: penulis mengkaji teori-teori yang berkenaan dengan pembelajaran apresiasi drama, pemeranan beserta teknik dan latihannya. Pengkajian terhadap teori-teori tersebut diharapkan dapat membantu penulis untuk mengkaji masalah-masalah yang terjadi pada mahasiswa pengontrak mata kuliah apresiasi drama terkait dengan kualitas pemeranan. Sehingga penulis mampu memahami apa yang menjadi penyebab terjadinya masalah. Setelah mempelajari dan mengkaji teori-teori di atas, selanjutnya penulis mempelajari dan mengkaji teori-teori yang berkenaan dengan proses pembelajaran (model pembelajaran). Hal ini dilandasi oleh temuan penulis berupa akar masalah yang terjadi ialah pada penerapan model pembelajaran apresiasi drama. Model pembelajaran apresiasi drama yang sebelumnya dilakukan diasumsikan tidak mampu menyediakan alternatif perbaikan kreativitas berperan mahasiswa untuk menjadi lebih baik, sehingga pembelajar menjadi bosan belajar dan gairah belajarnya menurun akibat ia merasa kurang mendapat “fasilitas” tersebut pada pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu rendahnya pengembangan karakter mahasiswa pun diasumsikan diakibatkan penggunaan model pembelajaran yang cenderung berpusat pada diskusi kelompok diskusi biasa. Pemusatan pembelajaran pada diskusi kelompok


(38)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

biasa diasumsikan kurang memberikan dorongan-dorongan pada mahasiswa untuk bekerja sama, berperilaku dan bersikap baik serta santun, bersemangat untuk mengembangkan potensi diri melalui kreativitas berperan, dan selalu optimis menghadapi benturan-benturan kreatif ketika menampilkan peran. Oleh sebab itu dibutuhkan model pembelajaran yang

mampu memberikan “fasilitas” proses pembelajaran yang menunjang

kualitas pemeranan melalui aspek “bongkar-pasang dan kritik-mengkritik”

dan menunjang pengembangan karakter mahasiswa melalui “pola

pembiasaan” pada rangkaian aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran

yang dimaksud penulis ialah model bengkel sastra. Maka kajian teori bengkel sastra menjadi kajian teori yang dilakukan penulis untuk merumuskan rangkaian pembelajaran yang diasumsikan memecahkan masalah di atas.

c. Mengumpulkan dan menganalisis data: penulis mengumpulkan data sejalan dengan tahapan-tahapan penelitian kualitatif studi kasus dan instrumen penelitian yang telah dibuat. Setelah data terkumpul, selanjutnya penulis menganalisis data tersebut dengan menggunakan teknik analisa data studi kasus.

d. Menemukan hipotesis: setelah data terkumpul dan dianalisis oleh penulis, maka selanjutnya hasil analisis tersebut penulis gunakan untuk menemukan hipotesis penelitian yang selanjutnya akan dibuktikan dengan menggunakan penelitian kuantitatif.


(39)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Tahap Kedua: kuantitatif

a. Menentukan populasi dan sampel: penentuan populasi pada penelitian yang penulis lakukan sejalan dengan penentuan setting penelitian kualitatif sebelumnya. Setelah penentuan populasi selesai dilaksanakan, selanjutnya penulis menentukan sampel penelitian dengan menggunakan teknik random atau acak dari populasi yang telah ditentukan.

b. Mengembangkan dan menguji instrumen: pada langkah ini penulis melaksanakan penelitian pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan metode True Experimental Pretest-Posstest Control Group

Design yang dilakukan secara berulang. Pada metode ini penulis

melaksanakan pembelajaran pemeranan dengan menggunakan tahapan-tahapan pada model bengkel sastra di kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model diskusi kelompok seperti yang biasa dilakukan.

c. Pengumpulan dan analisis data: pengumpulan data penelitian dilakukan selama dan sesudah kegiatan pembelajaran dilakukan di dalam kelas, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Pengumpulan data ini berdasarkan teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian yang telah ditentukan dan dibuat penulis. Setelah data terkumpul, selanjutnya penulis menganalisa data dengan menggunakan rumus statistik.

d. Pelaporan: setelah langkah-langkah di atas selesai dilakukan penulis selanjutnya penulis melaporkan hasil penelitian ini berupa tesis dengan


(40)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menyajikan data-data beserta analisisnya dan kesimpulan penelitian beserta saran yang ditujukan pada pihak-pihak tertentu.

H. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis akan melaksanakan penelitian ini di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Siliwangi Tasikmalaya pada mahasiswa tingkat II Tahun Akademik 2011/2012. Penulis melaksanakan penelitian ini mulai Maret 2012 sampai dengan Mei 2012.


(41)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

DESKRIPSI KERJA SAMA, SIKAP DAN PERILAKU, OPTIMISME, SERTA SEMANGAT MENGEMBANGKAN

POTENSI DIRI MAHASISWA

A. Deskripsi Awal Kerja Sama, Sikap dan Perilaku, Optimisme, serta Semangat Mengembangkan Potensi Diri Mahasiswa

Telah penulis singgung pada bab II (kajian teoretis) bahwa selain memiliki kompetensi intelektual, seorang guru juga dituntut untuk memiliki karakter yang baik, agar ia senantiasa mengerjakan tugasnya sesuai dengan porsinya dan bertanggung jawab. Seperti yang telah penulis ungkapkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah bahwa karakter yang dimiliki mahasiswa PBSI FKIP Unsil Tasikmalaya perlu dikembangkan. Hal ini dibuktikan dengan deskripsi awal karakter mahasiswa yang terekam penulis saat melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Berikut ialah data hasil observasi awal karakter mahasiswa.

Nama Mahasiswa : PM 1

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Kera sama antar kelompok suidah bagus dan lebih maju. Terbukti bahwa kekompakan antarsesama anggota kelompok yang tidak pandang bulu dalam pementasan. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

Tuturan yang disampaikan oranhg lain dapat diterima dengan bak dan mampu bersikap santun dalam hal bekerja sama pada saat pementasan.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Audisi para pemain sebelum pementasan merupakan hal terpenting sehingga dapat mengembangka potensi diri dengan selalu bersikap santun.


(42)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Optimis dalam Belajar

Kritik yang disampaikan oleh orang lain harus diterima dengan baik oleh para aktor.

Nama Mahasiswa : PM 2

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Sangat bagus, karena ketika bekerja kelompok sikapnya aktif dan tidak memandang jenis kelamin atau perbedaan tingkat sudah akrab dengan teman-teman yang lain.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Sikap dan prilaku cukup baik dan bahasa yang digunakan santun.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Pada saat latihan, mahasiswa tersebut berlatis dengan bersungguh-sungguh sehingga adapat berlatih lebih baik dari teman-temannya

4. Optimis dalam Belajar

Cukup bagus karena dapat menerima dengan senag saat diberikan kritik.

Nama Mahasiswa : PM 3

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Bagus dan antusias ketika berkekompok, tetapi terkadang terkadang suka sibuk sendiri dengan kegiatannya

sehingga tidak dapat memperhatika dialog dengan baik. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

Tutur katanya pada saat mengkritik bagus bersifat membangun dan bisa memotifasi orang lain.


(43)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Berlatih dengan rajin dan kesungguhan.

4. Optimis dalam Belajar

Tidak memeperlihatkan wajah yang sedang kecewa atau sedih ketika mendapat kritik, atau saran dari temannya bahkan menerimanya dengan senang.

Nama Mahasiswa : PM 4

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama Terlihat bagus karena terlihat dari antusias dia ketika menyampaikan pendapatnya dan mendapat respon baik. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

ketika menyampaikan pendapat mahasiswa yang bersangkutan terlihat Tutur kata sangat santun sehingga temannya pun menerima dengan senang hati dan tidak ada kata-kata yang dapat menyakitkan hati.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Latihan berperan maupun bereksperimen mahasiswa yang bersangkutan terlihat sangat bersemangat dalam latihan. Terlihat dari cara dia berlatih dengan ulet dan sungguh-sungguh.

4. Optimis dalam Belajar

Pada saat mendapatkan kritikan dan saran dari temannya, mahasiswa tersebut mampu mengkritik dan menerima kritikan.

Nama Mahasiswa : PM 4

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Tutur kata yang dikeluarkan oleh mahasiswa lain cukup baik. Namun dia bersikap seperti masih ada yang ingin dia katakan tetapi kelihatannya bingung dengan apa yang akan dibicarakan.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Platihan berperan terlihat sangat baik dan antusias sekali mendalami perannya sampai-sampai ketika ada temannya yang salah berperan langsung ditegur dan diarahkan meskipun pada kenyataannya.


(44)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Pada saat menerima masukan dari temannya mahasiswa tersebut terlihat cukup baik dalam menyikapi saran yang dikeluarkan oleh temannya, meskipun banyak yang mengkritik atas kelakuannya yang bertindak otoriter tapi dia merespon cukup baik.

4. Optimis dalam Belajar

Cukup bagus menerima masukan dan kritik orang lain. Dan mau memperbaiki kesalahannya.

Nama Mahasiswa : PM 5

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Bersemangat ketika belajar. Mau bekerjasama dengan teman yanng lainnya sehingga mampu berbaur dengan teman yang lainnya.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Perkataann atau tutur katanya baik serta santun saat menangapi kritikan atau masukan yang diberikan oleh temannya.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Berantusias dan mampu menyampaikan dialog dengan tepat dan bisa mengimprop adegan.

4. Optimis dalam Belajar

Kritikan yang didapatkannya diterima dengan senang hati dan tidak memperlihatkan wajah yang murung atau tidak senang hati pada saat ditegur atau dikritik.

Nama Mahasiswa : PM 6

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Mahasiswa terlihat kurang antusias dalam bekerjasama disebabkan tidak bersemangat dalam belajar

berkelompok, begitu pun pada saat berperan memainkan naskah drama masih terlihat monoton.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Bagus, walaupun terdapat kata-kata yang menyindir kepada teman-teman yang lainnya tetapi penyampaiannya santun dan bijak.


(45)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Bagus karena terlihat serius dalam bekerja kelompok dan tidak banyak beacanda dalm pelaksanaan belajarnya baik secara mandiri maupun secara berkelompok. Selain itu mahasiswa mampu berlatih secara giat.

4. Optimis dalam Belajar

Pada saat menerima kritikan terlihat senang dan tidak memperlihatkan wajah yang kecewa.

Nama Mahasiswa : PM 7

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Kurang antusias dikarenakan mahasiswa ketika bekerjasama dalam berkelompok ada rasa ketidaknyamanan dengan anggota yang lainnya. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

Ada kalimat yang mengintimidasi yang paa akhirnya mahasiswa timbul rasa kecewa akan tetapi kritikannya dapat diterima dengan baik karena bersifat membangun. 3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Antusias untuk belajar bersama atau bekerja kelompok. Mahasiswa pun bisa giat

4. Optimis dalam Belajar

Sering sedih ketika suatu kritikan yang diterimanya sedikit menyinggung, tetapi masih merasa senang. Nama Mahasiswa : PM 8

Kelompok : Telor

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Kekurang antusiasan dalam diskusi membuat mahasiswa menjadin malas, tetapi masih bisa diajak kerja sama dan mengikuti berdiskusi.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Dalam mengkritik suka seenaknya saja. Hal ini disebabkan meras mengenali teman yang diajak berdiskusi.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Berlatih cukup antusias walaupun tidak pernah bertanya tentang haasilnya. Caar berlatihnya pun terasa masih kurang baik.


(46)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Optimis dalam Belajar

Berintrospeksi diri dan mau memperbaiki kesalahan setelah mendapat masukan dari teman-temannya maupuyn dari oprang lain.

Nama Mahasiswa : PM 9

Kelompok : Telor

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Kerja samanya cukup bagus. Karena terlihat berdiam diri pada saat bediskusi atau latihan dan kurangnya

berkomunikasi, tetapi masih terlihat cukup antusias. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

Pendiam akan tetapi tutur katanya santun. Walaupun ada kata yang menekan dan kurang tepat dalam berkomentar. 3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Kurang baik ketika sedang membaca naskah, vokalnya pun tidak lantang.

4. Optimis dalam Belajar

Suatu kritikan yang didapatkan diterimanya dengan baik tanpa merasa terpojokan.

Nama Mahasiswa : PM 10

Kelompok : Telor

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Terlihat kurang antusias. Mahasiswa ,masih memilih-milih temandiskusinya dan tidak percaya diri pada saat berdiskusi.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Dalam berpendapat atau beropini tutur katanya cukup santun dan tepat sasaran dengan apa yang sedang dibicarakan.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Keseriusannya masih terbilang cukup, sehingga dalam berlatih walau terlihat kurang bersemangat.

4. Optimis dalam Belajar

Sikap senang menerima kritikan dan mau menerima masukan dari orang lain.


(47)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nama Mahasiswa : PM 11 Kelompok : Telor

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Terlihat sedikit kurang antusias. Mahasiswa yang tidak bisa berbaur dengan yang lainnya. Mahasiswa masih merasa tidak bisa bekerjasam dengan baik.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Kritikannya menggunakan kata yang mengintimidasi. Hal ini hampir dilakukan oleh semua anggota kelompok. Penyebabnya adalah tidak ada rasa keseriusan dalam berkelompok diskusi dan belajar.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Berlatih memainkan peran terlihat sungguh-sungguh. dengan memainkan perannya secara maksimal dan bisa menjiwai.

4. Optimis dalam Belajar

Komentar atau masukan dari teman diterimanya dengan baik. Dan mengakuisegala kekurangannya.

Nama Mahasiswa : PM 12

Kelompok : Telor

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Antusias dalam bekerjasama dengan cara membuktikan diri sebagai pemimpin kelompok diskusi. Dan tidak membeda-bedakan kawan diskusi kelompok. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

Saat mengkritik santun dan tepat sasaran kepada orang yang dikritiknya.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Pada saat latihan antusias dan mau bekerjasama.

4. Optimis dalam Belajar

Selalu bersemangat saat menerima masukan dan kritikan serta tidak terlihat kecewa.


(1)

santun. Hal ini agar tidak terjadi kesalahpahaman antara mahasiswa yang menanggapi dan yang ditanggapi.

Pada fase kelima, mahasiswa mulai bereksperimen untuk memperbaiki karya dengan jalan memilih berbagai argumen dan alternatif perbaikan peran seperti yang dibahas pada tahap sebelumnya. Pada fase ini, karakter sikap dan perilaku yang baik serta santun terbangun lewat kegiatan setelah mahasiswa bereksperimen peran untuk atau sebagai langkah memperbaiki perannya yang dibantu anggota dalam kelompoknya. Dalam proses ini sikap baik akan tercermin ketika mahasiswa secara baik menerima tanggapan atau bahkan kritik terhadap peran yang telah diperbaikinya. Selain itu dari mahasiswa yang memberikan tanggapan pun ditekankan untuk dapat menyampaikan tanggapan tersebut secara santun apalagi yang ditanggapinya adalah anggota kelompoknya sendiri.

3. Proses Pembiasaan Semangat Mengembangkan Potensi Diri melalui Pembelajaran Apresiasi Drama dengan menggunakan Model Bengkel Sastra

Proses pembiasaan semangat mengembangkan potensi diri dikembangkan melalui proses pembelajaran yang dilalui mahasiswa selama belajar berperan menggunakan model bengkel sastra. Proses ini sangat tampak pada setiap fase bengkel sastra yang menitikberatkan pada proses pengulangan kegiatan berperan dan perbaikan kualitas peran berdasarkan kritik peran.

Proses atau pola Pembiasaan semangat mengembangkan potensi diri ini sangat tampak pada fase kedua, ketiga, kelima, dan keenam. Sebab pada fase-fase tersebut terdapat proses perwujudan peran baik peran yang masih murni hasil kreativitas mahasiswa maupun peran yang sudah mendapatkan saran, masukan,


(2)

atau bahkan kritik untuk diperbaiki pada bagian-bagian tertentu dari peran. Wujud nyata adanya pembiasaan ini jika ada peningkatan kualitas peran, paling tidak, sesuai dengan hal-hal masukan atau kritik. Artinya peran yang dimunculkan pada tiap fase merupakan peran yang memang telah diperbaiki berdasarkan masukan atau kritik dari mahasiswa lain.

4. Proses Pembiasaan Optimis dalam Belajar melalui Pembelajaran Pemeranan dengan menggunakan Model Bengkel Sastra

Proses pembiasaan optimis dalam belajar dikembangkan melalui proses pembelajaran yang dilalui mahasiswa selama belajar berperan menggunakan model bengkel sastra. Proses ini sangat tampak pada setiap fase bengkel sastra yang menitikberatkan pada proses penerimaan saran, tanggapan, atau bahkan kritik yang dialamatkan pada tiap pemeran.

Sejalan dengan hal di atas, maka proses Pembiasaan optimis dalam belajar melalui pembelajaran pemeranan dengan menggunakan model bengkel sastra sangat tampak pada fase kedua sampai dengan kelima. Sebab pada fase-fase tersebutlah para pemeran akan mendapatkan saran, tanggapan, masukan, atau bahkan kritik baik dari sesama anggota dalam kelompoknya maupun dari luar kelompoknya. Esensinya sama-sama bertujuan untuk memperbaiki kualitas peran yang dimiliki masing-masing pemeran.

Faktor-faktor yang menyebabkan adanya wujud pengembangan kebiasaan bekerja sama, bersikap dan berperilaku baik, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri pada mahasiswa ialah faktor minat dan motivasi mahasiswa yang dipengaruhi juga oleh penggunaan model pembelajaran. Minat dan motivasi mahasiswa yang tinggi terhadap pembelajaran menyebabkan


(3)

mahasiswa tersebut akan senantiasa mengikuti perkuliahan dengan baik. Hal ini dapat diperkuat dengan penggunaan model pembelajaran yang membuat mahasiswa senang mengikuti perkuliahan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan mahasiswa pembelajar apresiasi drama, mereka menganggap bahwa pembelajaran apresiasi drama merupakan hal yang menarik, disebabkan mereka merasa tertantang untuk merasakan hal yang baru, hal yang belum mereka rasakan saat duduk di bangku sekolah.

Selain hal di atas, para mahasiswa juga menganggap penggunaan model bengkel sastra dapat memberikan mereka kesempatan untuk memperbaiki kemampuan apresiasi drama secara berkelompok kecil dan besar. Hal ini, bagi mereka merupakan kegiatan yang menyenangkan disebabkan di dalamnya terdapat proses saling memperbaiki kemampuan berperan yang belum tentu ia dapatkan pada kesempatan lain. Selain itu melalui proses bengkel sastra mereka merasakan adanya pola pembiasaan yang “memaksa” mereka untuk lebih bersikap santun, bekerja sama, optimis dan semangat dalam belajar. Kegiatan yang seperti itu bagi mereka merupakan kegiatan yang positif untuk membantu mereka dalam memperbaiki kualitas kompetensi perannya sekaligus mengembangkan karakternya agar menjadi manusia yang lebih baik lagi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2005). Penerapan Model Bengkel Sastra sebagai Upaya

Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa dalam Menulis Cerita Pendek dan Menyusun Strategi Pembelajaran Menulis Cerita Pendek. Bandung:

UPI (Tesis Tidak Dipublikasikan).

Abidin, Y. (2009). Guru dan Pembelajaran Bermutu. Bandung: PT. Rizqi Press. Abidin, Y. (2011). Penelitian Pendidikan Dalam Gamitan Pendidikan Dasar dan

PAUD. Bandung: PT. Rizqi Press.

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Bahasa Dalam Gamitan Pendidikan Karakter. Bandung: HSAA Press.

Badudu, J. (1985). Sari Kesusastraan Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.

Berg, B.L. (2007). Qualitative Research Methods for the Social Sciences. Boston: Pearson.

Burden dan Bryd. (1999). Methods for Effective Teaching. New York: Allyn and Bacon.

Boliger, D. (2005). Teaching Character Education through Literature. London: Rotlegge Falmer.

Brown, H.D. (2004). Language Assesment. Principles and Classroom Practice. New York: Pearson Education.

Cresswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Desain: Choosing

among Five Tradition. California: Sage Publications.

Cresswell, J.W. (2008). Educational Research: Planning, Conductiong, and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New York: Pearson

Merril Prentice Hall.

Cresswell, J.W. dan Clark, V.L.P. (2007). Designing and Conducting Mixed

Method Research. California: Sage Publications, Inc.

Depdiknas. (2003) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta.


(5)

Denzin dan Lincoln. (1997). Handbook of Qualitative Research. California: Sage Publication Pvt. Ltd.

Elfindri, dkk. (2012). Pendidikan Karakter: Kerangka, Metode, dan Aplikasi

Untuk Pendidik dan Profesional. Jakarta: Baduose Media.

Endraswara, S. (2003a) Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra. Yogyakarta: Kota Kembang.

Endraswara, S. (2003b) Metodologi Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Endraswara, S. (2011). Metode Pembelajaran Drama. Yogyakarta: CAPS.

Fraenkel, J.R. dan Wallen, N.E. (2007). How to Design and Evaluate Research in

Education. Sixth Edition. Boston: McGraw Hill.

Halik, A. (2012). Kajian Bahasa Indonesia di SD. [Online]. Tersedia: http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Mata%20Kuliah%20Awal/ Kajian%20Bahasa%20Indonesia%20SD/BAC/Unit_7.pdf. [26 Februari 2012] Harymawan. (1986). Dramaturgi. Yogyakarta: Rosda.

Hassanudin W.S. (2009). Drama Karya dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa. Iskandarwassid. (2004) Tiga Pilar Pengajaran Sastra. Bandung: UPI.

Ismet, A. (2007). Seni Peran. Bandung: Kelir.

Jamaludin (2003).Problematika Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Adi Cita.

Mulyana, Y., dkk. (1997). Sanggar Sastra. Jakarta: Depdikbud.

Nurgiyantoro, B. (2001). Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: PT. BPFE.

Raka, G., dkk. (2011). Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: PT. Kompas Gramedia.

Rusyana, Y. (1982). Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang. Samsuri. (2011). Mengapa (Perlu) Pendidikan Karakter? Yogyakarta: Bahan

Sosialisasi Mata Kuliah Pendidikan Karakter di FISE UNY Wonosobo. Sarumpaet, R. (2002). Sastra Masuk Sekolah. Magelang: Tera Indonesia.


(6)

Saptaria, E.R. (2006). Handbook Acting. Panduan Praktis Akting Untuk Film dan

Teater. Bandung: Rekayasa Sains.

Sudrajat, A. (2010). Tentang Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp. [12 April 2012].

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sumiati dan Asra. (2007). Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima. Sumardjo, J. (1984). Memahami Kesusastraan. Bandung: ALUMNI.

Stanislavsky, C. (2008). Membangun Tokoh. Jakarta: Gramedia.

Tambayong, Y. (2000). Seni Akting. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tarigan, H.G. (1984). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Waluyo, H.J. (2006). Drama: Naskah, Pementasan, dan Pengajarannya. Surakarta: UNS Press.

Wellek, R. dan Warren, A. (1989). Teori Kesusasteraan. Jakarta: Gramedia. Yin, R.K. (2006). Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Pers.