HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENGENDALIAN HIPERTENSI DENGAN KEBERHASILAN PENURUNAN Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Hipertensi Dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah Pada Kejadian Hipertensi Esensial Di Puskesmas Kratonan Surakarta.
TEKANAN DARAH PADA KEJADIAN HIPERTENSI
ESENSIAL DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
Rr.NIKEN PRABANINGRUM
J 410 100 096
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
(2)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Jl. A. Yani Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Surakarta 57102
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan ini pembimbing/ skripsi/ tugas akhir : Pembimbing I
Nama : Yuli Kusumawati, SKM., M.Kes (Epid) NIP/NIK : 863
Pembimbing II
Nama : Farid Setyo Nugroho, SKM NIP/NIK : -
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama : Rr.Niken Prabaningrum NIM : J 410 100 096
Program Studi : Kesehatan Masyarakat Judul Skripsi :
“HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENGENDALIAN
HIPERTENSI DENGAN KEBERHASILAN PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA KEJADIAN HIPERTENSI ESENSIAL DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA”
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, Juli 2014
Pembimbing I Pembimbing II
Yuli Kusumawati, SKM., M.Kes (Epid) Farid Setyo Nogroho, SKM
(3)
Bismillahirrahmanirrohim
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Rr.NIKEN PRABANINGRUM NIM : J 410 100 096
Fak/ Prodi : FIK/Kesehatan Masyarakat Jenis : Skripsi
Judul :
“HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENGENDALIAN HIPERTENSI DENGAN KEBERHASILAN PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA KEJADIAN HIPERTE NSI ESENSIAL DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA”
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1 .Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2 .Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.
3 .Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, Juli 2014 Yang Menyatakan
Rr.NIKEN PRABANINGRUM J 410 100 096
(4)
Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Hipertensi dengan Keberhasilan Penurunan
Tekanan Darah pada Kejadian Hipertensi Esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta PUBLIKASI ILMIAH
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
1 HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENGENDALIAN HIPERTENSI DENGAN KEBERHASILAN PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA KEJADIAN HIPERTENSI
ESENSIAL DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA
Rr.Niken Prabaningrum*, Yuli Kusumawati**, Farid Setyo Nugroho***
*Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS, **Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS, ***Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS
ABSTRAK
Hipertensi merupakan penyebab kematian peringkat ketiga di Indonesia, namun angka morbiditas dan mortalitas hipertensi dapat diturunkan dengan menurunkan tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara perilaku pengendalian hipertensi dengan keberhasilan penurunan tekanan darah di Puskesmas Kratonan Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi esensial rawat jalan selama bulan Maret-Mei 2014 sebanyak 1.022 orang. Pemilihan sampel pada kelompok kasus sebanyak 42 orang dan kontrol sebanyak 42 orang dilakukan menggunakan Purposive Sampling. Teknik uji statistik menggunakan uji Chi
Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan
keberhasilan penurunan tekanan darah (p=0,028;OR=2,667;95%CI=1,099–6,468), ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan keberhasilan penurunan tekanan darah (p=0,015;OR=3,026;95%CI=1.509–7.872) dan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan keberhasilan penurunan tekanan darah (p=0,794) pada kejadian hipertensi esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta.
Kata Kunci : Perilaku Pengendalian Hipertensi, Penurunan Tekanan Darah, Hipertensi Esensial
ABSTRACT
Hypertension is the third causes of death in Indonesia, but the morbidity and mortality of hypertension can be reduced by reducing blood pressure. The purpose of this research is to analyze the relationship between behavioral control hypertension with successful blood pressure reduction in essential hypertension at Puskesmas Kratonan Surakarta. This research is an observational study with case control design. The population in this research is essential hypertension ambulatory patients during March-May 2014 as many as 1.022 people. The selection of the sample in the case group as many as 42 people and in the control group as many as 42 people using purposive sampling technique. Techniques of statistical tests using chi square test. The results showed that there is a relationship between diet with success of blood pressure reduction (p=0.028;OR=2.667;95%CI=1.099–6,468), there is a relationship between medication adherence with the success of blood pressure reduction (p=0.015;OR=3.026; 95%CI=1.509–7.872) and no the relationship between physical activity with the success of blood pressure reduction (p=0.794) in the incidence of essential hypertension in Puskesmas Kratonan Surakarta .
Key Words : Behavioral Control Hypertension, Blood Pressure Reduction, Essential Hypertension
(5)
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
2 PENDAHULUAN
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Pada studi tentang beban penyakit global tahun 1990, PTM menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian di negara-negara maju (Anies, 2006). Berdasarkan data WHO (2013) pada tahun 2008 angka kematian PTM di Indonesia mencapai 647 per 100.000 penduduk. Salah satu PTM yang menjadi penyebab kematian paling umum adalah hipertensi. Berdasarkan data Kemenkes RI (2012), Hipertensi merupakan penyakit penyebab kematian peringkat ketiga di Indonesia dengan CFR
(Case Fatality Rate) sebesar 4,81%. Hipertensi merupakan salah satu PTM dengan jumlah kasus tertinggi dibandingkan dengan kasus PTM lainnya di Surakarta. Berdasarkan data DKK Surakarta, pada tahun 2013 jumlah kasus hipertensi esensial tertinggi terdapat di Puskesmas Kratonan yaitu sebanyak 6.381 (DKK Surakarta, 2014).
Menurut Ridjab (2007) , angka morbiditas dan mortalitas hipertensi dapat diturunkan dengan menurunkan tekanan darah. Langkah pertama penanganan tekanan darah disesuaikan dengan anjuran
Joint National Committee 7, antara lain dengan modifikasi gaya hidup seperti penurunan berat badan, penerapan diet kombinasi DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension), pengurangan asupan garam, aktivitas fisik yang teratur, dan pembatasan asupan alkohol. Apabila target tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai setelah pelaksanaan modifikasi gaya hidup, langkah penanganan selanjutnya dapat dilakukan dengan pe mberian obat antihipertensi.
Beberapa faktor makanan dapat mempengaruhi tekanan darah. Modifikasi diet yang efektif menurunkan tekanan darah diantaranya pengurangan asupan garam dan peningkatan asupan kalium (Appel et all, 2006). Selain itu, penyebab paling sering tidak terkontrolnya tekanan
darah adalah minum obat tidak teratur yang mencapai 48–53,2%. Kegagalan terapi karena ketidakpatuhan minum obat memberikan andil besar terhadap gagalnya pencapaian target tekanan darah (Rohman, 2011). Aktifitas fisik juga sangat mempengaruhi fa ktor risiko peningkatan tekanan darah. Aktivitas fisik sehari-hari dengan intensitas sedang merupakan faktor penentu bagi kesehatan diantaranya dapat membantu menurunkan tekanan darah, mengurangi lemak tubuh, dan meningkatkan metabolisme glukosa (Waxman, 2003).
Penelitian ini pertujuan untuk menganalisis hubungan antara perilaku pengendalian hipertensi yang meliputi pola makan, kepatuhan minum obat antihipertensi dan aktivitas fisik dengan keberhasilan penurunan tekanan darah pada kejadian hipertensi esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta.
METODE
Jenis penelitian ini Observational, dengan rancangan Case Control dimana faktor risiko dari suatu penyakit dipelajari menggunakan pendekatan retrospektif. Lokasi penelitian ini adalah wilayah kerja Puskesmas Kratonan Surakarta yang dilaksanakan pada bulan April–Juli 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi esensial rawat jalan di Puskesmas Kratonan Surakarta selama bulan Maret-Mei 2014 yang berjumlah 1.022 pasien. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan Odds Ratio (OR) dari penelitian terdahulu yaitu OR asupan kalium terhadap kejadian hipertensi sebesar 3,6 (Hiroh, 2013) yang dihitung dengan bantuan software Open Epi. Sehingga didapatkan sampel sebanyak 42 kasus dan 42 kontrol.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Purposive Sampling
yaitu didasarkan pada pemenuhan kriteria inklusi sejumlah sampel yang ditentukan.
(6)
Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Hipertensi dengan Keberhasilan Penurunan
Tekanan Darah pada Kejadian Hipertensi Esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta PUBLIKASI ILMIAH
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
3 1. Kriteria Inklusi
a. Kasus
1) Pasien hipertensi esensial yang merupakan pasien di Puskesmas Kratonan Surakarta.
2) Pasien yang rutin melakukan kontrol dalam tiga bulan terakhir (Maret-Mei)
3) Tidak menunjukkan penurunan tekanan darah atau tekanan darah tetap dibandingkan dengan pemeriksaan sebelumnya dalam jangka waktu tiga bulan terakhir (Maret-Mei). 4) Bersedia menjadi subjek
penelitian atau menjadi responden penelitian hingga akhir penelitian.
5) Mampu berkomunikasi dengan baik.
b. Kontrol
1) Pasien hipertensi esensial yang merupakan pasien di Puskesmas Kratonan Surakarta.
2) Pasien yang rutin melakukan kontrol dalam tiga bulan terakhir (Maret-Mei)
3) Menunjukkan penurunan tekanan darah atau tekanan darah tetap dibandingkan dengan pemeriksaan sebelumnya dalam jangka waktu tiga bulan terakhir (Maret-Mei).
4) Bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden penelitian hingga akhir penelitian.
5) Mampu berkomunikasi dengan baik.
2. Kriteria Ekslusi
a.
Menderita penyakit diabetes, ginjal, stroke dan jantung.b.
Pasien yang sedang dalam masa kehamilan.c.
Pasien yang berasal dari luar wilayah kerja Puskesmas Kratonan.Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persenta se masing-masing variabel, baik variabel dependent ataupun variabel
independent. Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependent dengan variabel
independent, yang dilakukan
menggunakan uji Chi-Square. HASIL
A. Karakteristik Responden 1 . Umur Responden
Distribusi umur responden untuk kelompok kasus terbanyak terdapat pada umur 50–56 tahun dengan jumlah 15 orang (35.7%) dan kelompok kontrol terbanyak terdapat pada umur 57– 63 tahun, yaitu 13 orang (23,8%). Sedangkan distribusi umur responden terendah terdapat pada umur 36-41 tahun, baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu sebanyak 2 orang (4,8%).
2 . Jenis Kelamin Responden
Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin untuk kelompok kasus da n kontrol sebagian besar merupakan perempuan. Pada kelompok kontrol sebanyak 31 orang (73,8%) dan pada kelompok kasus sebanyak 34 orang (81%).
3 . Pendidikan
Sebagian besar responden merupakan tamatan SD (Sekolah Dasar) baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Pada kelompok kasus sebanyak 12 orang (28,6%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 13 orang (31%). Sedangkan tingkat pendidikan dengan jumlah responden paling sedikit adalah perguruan tinggi, baik pada kelompok kontrol
(7)
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
4 sebanyak 3 orang (7,1%) maupun
kelompok kasus sebanyak 1 orang (2,3%).
4. Pekerjaan Responden
Pada kelompok kontrol sebagian besar responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 18 orang (42,8%), sedangkan pada kelompok kasus
sebagian besar responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 17 orang (40,5%). Hanya sedikit responden yang bekerja sebagai PNS atau Pegawai BUMN yaitu sebanyak 3 orang (7,1%) pada kelompok kontrol dan sebanyak 2 orang (4,8%) pada kelompok kasus.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Kategori
Kasus Kontrol
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(n) (%) (n) (%)
1. Umur Responden
36-42 2 4.8 2 4.8
43-49 12 28.6 11 26.2
50-56 15 35.7 10 23.8
57-63 10 23.8 13 30.9
64-70 3 7.1 6 14.3
Jumlah 42 100 42 100
2 . Jenis Kelamin Responden
Laki-Laki 8 19 11 26.2
Perempuan 34 81 31 73.8
Jumlah 42 100 42 100
3 . Pendidikan Responden
Tidak Sekolah 2 4.8 4 9.5
Tidak Tamat SD 12 28.6 7 16.7
Tamat SD 13 31 12 28.6
Tamat SMP 8 19 10 23.8
Tamat SMA 6 14.3 6 14.3
Perguruan Tinggi 1 2.3 3 7.1
Jumlah 42 100 42 100
4 . Pekerjaan Responden
PNS/BUMN 2 4.8 3 7.1
Pegawai Swasta 3 7.1 7 16.7
Wiraswasta 17 40.5 7 16.7
IRT 14 33.3 18 42.8
Lain-Lain 6 14.3 7 16.7
(8)
Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Hipertensi dengan Keberhasilan Penurunan
Tekanan Darah pada Kejadian Hipertensi Esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta PUBLIKASI ILMIAH
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
5 B. Analisis Univariat
1. Tekanan Darah
Pada bulan April-Maret perbedaan tekanan darah sistole untuk kelompok kasus sebesar +6,31 mmHg dan bulan Mei-April sebesar +5,6 mmHg, dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tekanan darah sistole pada kelompok kasus mengalami peningkatan. Sedangkan untuk
kelompok kontrol, perbedaan tekanan darah sistole pada bulan April-Maret adalah sebesar –12,55 mmHg dan pada bulan Mei-April sebesar –5,28 mmHg sehingga disimpulkan bahwa tekanan darah sistole pada kelompok kontrol mengalami penurunan (Tabel 2).
Tabel 2. Rata-Rata Tekanan Darah Responden
Bulan
Kasus Kontrol
Rata-Rata
(mmHg) SD
Rata-Rata
(mmHg) SD
1. Tekanan Darah Sistole
Maret 159.52 ±13.058 156.43 ±10.317 April 165.83 ±14.310 143.88 ±5.384 Mei 171.43 ±13.583 138.60 ±8.477
2. Tekanan Darah Diastole
Maret 87.98 ±10.064 93.45 ±7.847 April 92.86 ±6.73 89.29 ±4.215 Mei 95.36 ±7.358 86.07 ±5.242
2. Pola Makan
Sebagian besar kelompok kontrol memiliki pola makan yang baik, yaitu sebanyak 24 orang (57,1%). Namun hal tersebut tidak terjadi pada kelompok kasus, karena sebagian besar responden memiliki pola makan yang buruk yaitu sebanyak 28 orang (66,7%) (Tabel 3).
a. Kesukaan Makanan Asin
Jumlah responden yang suka mengkonsumsi makanan asin sebanyak 27 orang pada kelompok kasus (64,3%) dan 21 orang (50%) pada kelompok kontrol, hal tersebut menunjukkan bahwa responden pada kelompok kasus lebih
suka mengkonsumsi makanan asin (Tabel 4).
b. Konsumsi Ikan Asin atau
Telur Asin
Jumlah responden yang mengkonsumsi ikan asin atau telur asin sebanyak 13 orang (30,9%) pada kelompok kasus dan 10 orang pada kelompok kontrol (23,8%), hal tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok kasus sebagian besar mengkonsumsi ikan atau teur asin. Pada kelompok kasus yang lebih banyak mengkonsumsi ikan atau telur asin, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki frekuensi makan ikan asin atau
(9)
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
6
telur asin <3x seminggu (jarang) yaitu sebanyak 10 orang (23,8%) (Tabel 4).
c. Konsumsi Makanan Awetan
Jumlah responden yang mengkonsumsi makanan awetan pada kelompok kasus sebanyak 13 orang (30,9%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 16 orang (38,1%). Dengan kata lain, responden pada kelompok kontrol lebih suka mengkonsumsi makanan yang diawetkan. Pada kelompok kontrol yang lebih banyak mengkonsumsi makanan yang diawetkan, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki frekuensi konsumsi makanan yang diawetkan <3x seminggu (jarang) yaitu sebanyak 14 orang (33,3% ) (Tabel 4).
d. Konsumsi Cemilan
Jumlah responden yang mengkonsumsi cemilan sebanyak 35 orang (83,3%) pada kelompok kasus dan 27 orang pada kelompok kontrol (64,3%), hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi cemilan pada kelompok kasus lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kasus. Pada kelompok kasus yang lebih banyak mengkonsumsi cemilan, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki frekuensi konsumsi cemilan <3x seminggu (jarang) yaitu sebanyak 18 orang (42,9%) (Tabel 4).
e. Konsumsi Mie Instan
Konsumsi mie instan pada kelompok kasus lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol, dimana pada kelompok kasus sebanyak 25 orang (59,5%) sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 16 orang (38,1%). Jika dilihat pada kelompok kasus sebagian besar memiliki frekue nsi konsumsi mie instan <3x seminggu (jarang), yaitu sebanyak 19 orang (45,2%). Sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok kasus lebih suka mengkonsumsi mie instan namun dengan frekuensi yang jarang (Tabel 4).
f. Konsumsi Fast Food
Konsumsi fast food pada kelompok kontrol lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kasus, dimana pada kelompok kontrol sebanyak 10 orang (23,8%) sedangkan pada kelompok kasus sebanyak 12 orang (28,6%). Jika dilihat pada kelompok kasus sebagian besar memiliki frekuensi konsumsi fast food <3x seminggu (jarang), yaitu sebanyak 7 orang (16,7%). Sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok kasus lebih suka mengkonsumsi fast food namun dengan frekuensi yang jarang(Tabel 4).
g. Penggunaan Bumbu
Penyedap
Jumlah responden yang suka menggunakan bumbu penyedap makanan sebanyak 40 orang (95,2%) pada kelompok kontrol dan 36 orang pada kelompok kasus (85,7%), hal tersebut menunjukkan bahwa responden pada kelompok kontrol sebagian
(10)
Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Hipertensi dengan Keberhasilan Penurunan
Tekanan Darah pada Kejadian Hipertensi Esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta PUBLIKASI ILMIAH
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
7
besar menggunakan bumbu penyedap masakan (Tabel 4).
h. Konsumsi Sayuran
Jumlah responden yang mengkonsumsi sayuran lebih tinggi pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 33 orang (78,6%) sedangkan pada kelompok kasus sebanyak 29 orang (67%). Namun frekuensi konsumsi sayuran pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki frekuensi konsumsi sayur <3x seminggu (jarang) yaitu sebanyak 19 orang (45,2%) (Tabel 4).
i. Konsumsi Buah Pisang
Konsumsi buah pisang pada kelompok kasus lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, dimana pada kelompok kasus sebanyak 37 orang (88,1%) seda ngkan pada kelompok kontrol sebanyak 35 orang (83,8%). Pada kedua kelompok menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki frekuensi konsumsi buah pisang =3x seminggu (sering), dimana pada kelompok kasus sebanyak 24 orang (57,1%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 23 orang (54,7%) (Tabel 4).
j. Membaca Label Kandungan
Gizi
Responden yang membaca label kandungan gizi dalam makanan kemasan lebih tinggi
pada kelompok kontrol (8 orang atau 19%) dibandingkan dengan kelompok kasus (3 orang atau 7,1%). Namun jika dilihat dari jumlah responden yang membaca label kandungan gizi dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tetap mengkonsumsi makanan kemasan yang mengandung natrium, yaitu sebanyak 4 orang (9,5%) (Tabel 4).
3. Kepatuhan Minum Obat
Antihipertensi
Kepatuhan minum obat antihipertensi pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kasus, dimana pada kelompok kontrol sebanyak 23 orang (54.8%) patuh dalam meminum obat antihipertensi sedangkan pada kelompok kasus hanya sebanyak 12 orang (28.6%) yang patuh dalam meminum obat antihipertensi (Tabel 3).
4. Aktivitas Fisik
Sebagian besar responden memiliki aktivitas tinggi baik pada kelompok kontrol (28 orang atau 66,7%) maupun pada kelompok kasus (25 orang atau 59,% ). Sedangkan untuk aktivitas dengan intensitas rendah dan ringan, jumlah responden terbanyak terdapat pada kelompok kasus yaitu sebanyak 11 orang (26,26%) aktivitas intensitas sedang dan 6 orang (14,3%) aktivitas intensitas rendah (Tabel 3).
(11)
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
8 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pola Makan, Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi dan Aktivitas Fisik
Kategori
Kasus Kontrol
Frekuensi (f) Persentase (%) Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Pola Makan
Buruk 28 66.7 18 42.9 Baik 14 33.3 24 57.1
Jumlah 42 100 42 100
2. Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi Tidak
Patuh 30 71.4 19 45.2 Patuh 12 28.6 23 54.8
Jumlah 42 100 42 100
3. Aktivitas Fisik
Rendah 6 14.3 5 11.9
Sedang 11 26.2 9 21.4 Tinggi 25 59.5 28 66.7
Jumlah 42 100 42 100
Tabel 4. Distribusi Responden
Berdasarkan Frekuensi Konsumsi
Makanan
Kategori
Kasus Kontrol
Jumlah (n) Persentase (%) Jumlah (n) Persentase (%)
1. Kesukaan Makanan Asin
Ya 27 64.3 21 50
Tidak 15 35.7 21 50
Jumlah 42 100 42 100
2. Konsumsi Ikan atau Telur Asin
Sering (=3x
Seminggu) 3 7.1 2 4.8
Jarang (=3x
Seminggu) 10 23.8 8 19.0
Tidak
Mengkonsumsi 29 69.1 32 76.2
Jumlah 42 100 42 100
Kategori
Kasus Kontrol
Jumlah (n) Persentase (%) Jumlah (n) Persentase (%)
3. Konsumsi Makanan Awetan
Sering (=3x
Seminggu) 3 9.5 2 4.8
Jarang (=3x
Seminggu) 9 21.4 14 33.3
Tidak
Mengkonsumsi 29 69.1 26 61.9
Jumlah 42 100 42 100
4. Konsumsi Cemilan
Sering (=3x
Seminggu) 17 40.5 18 42.9
Jarang (=3x
Seminggu) 18 42.9 9 21.4
Tidak
Mengkonsumsi 7 16.6 15 35.7
Jumlah 42 100 42 100
5. Konsumsi Mie Instan
Sering (=3x
Seminggu) 6 14.3 3 7.1
Jarang (=3x
Seminggu) 19 45.2 13 31.0
Tidak
Mengkonsumsi 17 40.5 26 61.9
Jumlah 42 100 42 100
6. Konsumsi Fast Food
Sering (=3x
Seminggu) 5 11.9 3 7.1
Jarang (=3x
Seminggu) 7 16.7 7 16.7
Tidak
Mengkonsumsi 30 71.4 32 76.2
Jumlah 42 100 42 100
7. Penggunaan Bumbu Penyedap
Ya 36 85.7 40 95.2
Tidak 6 14.3 2 4.8
Jumlah 42 100 42 100
8. Konsumsi Sayur
Sering (=3x
Seminggu) 12 28.6 14 33.3
Jarang (=3x
Seminggu) 17 40.5 17 40.5
Tidak
Mengkonsumsi 13 31.0 9 21.4
(12)
Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Hipertensi dengan Keberhasilan Penurunan
Tekanan Darah pada Kejadian Hipertensi Esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta PUBLIKASI ILMIAH
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
9
Kategori
Kasus Kontrol
Jumlah (n)
Persentase (%)
Jumlah (n)
Persentase (%) 9. Konsumsi Buah Pisang
Sering (=3x
Seminggu) 12 28.6 14 33.3
Jarang (=3x
Seminggu) 17 40.5 17 40.5
Tidak
Mengkonsumsi 13 31.0 9 21.4
Jumlah 42 100 42 100
10. Konsumsi Makanan Kemasan
Mengkonsumsi 2 4.8 4 9.5
Tidak
Mengkonsumsi 1 2.4 4 9.5
Tidak Membaca
Label 39 92.9 34 81.0
Jumlah 42 100 42 100
C. Analisis Bivariat
1. Analisis Hubungan Antara Pola
Makan dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah
Ada hubungan antara pola makan dengan keberhasilan penurunan tekanan darah (nilai p=0,028). Responden dengan pola makan yang baik lebih banyak terdapat pada kelompok kontrol, sedangkan responden dengan pola makan yang buruk lebih banyak pada kelompok kasus. Nilai OR yang diperoleh yaitu sebesar 2,667 (95% CI=1.099–6.468) sehingga dapat diartikan bahwa seseorang yang memiliki pola makan buruk berisiko sebesar 3 kali untuk tidak mengalami penurunan tekanan darah (Tabel 5).
2. Analisis Hubungan Antara
Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah
Ada hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan keberhasilan penurunan tekanan darah (nilai p= 0,015). Responden yang patuh minum obat antihipertensi lebih banyak terdapat pada kelompok kontrol daripada kelompok kasus. Nilai OR yang diperoleh yaitu sebesar 3,026 (95% CI=1.225– 7.474) sehingga dapat diartikan bahwa seseorang yang tidak patuh minum obat antihipertensi berisiko sebesar 3 kali untuk tidak mengalami penurunan tekanan darah (Tabel 5).
3. Analisis Hubungan Antara
Aktivitas Fisik dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah
Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan keberhasilan penurunan tekanan darah (nilai p= 0,794). Responden pada kedua kelompok yang mempunyai aktivitas fisik intensitas tinggi lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas intensitas rendah. Selain itu, responden yang memiliki aktivitas fisik intensitas rendah pada kedua kelompok mempunyai jumlah yang sama (Tabel 5)
(13)
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
10 Tabel 5. Hasil Analisis Bivariat pada Kelompok Kasus dan Kontrol dengan Uji Chi Square
Kategori Kasus Kontrol p
Value OR 95% CI
n % n %
1. Pola Makan
Buruk 24 57.1 14 33.3 0.028 2.667 1.099 - 6.468 Baik 18 42.9 28 66.7
Jumlah 42 100 42 100
2. Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi
Tidak Patuh 30 71.4 19 45.2 0.015 3.026 1.225–7.474 Patuh 12 28.6 23 54.8
Jumlah 42 100 42 100
3. Aktivitas Fisik
Rendah 6 14.3 5 11.9 0.794 Sedang 11 26.2 9 21.4
Tinggi 25 59.5 28 66.7
Jumlah 42 100 42 100
PEMBAHASAN
A.Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa responden pada kelompok kasus sebagian besar terdapat pada umur 50-56 tahun sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar terdapat pada umur 57-63 tahun. Seperti yang telah diketahui bahwa umur merupaka n salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi dimana berkaitan dengan perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Peningkatan penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar menyebabkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah, dan hal tersebut dipengaruhi oleh umur. Perubahan susunan pembuluh darah tersebut menyebabkan penurunan compliance aorta dan pembuluh darah besar sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Kusumawardhani, 2006).
B.Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa responden baik pada kelompok kasus dan kelompok kontrol sebagian besar merupakan perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko hipertensi, wanita akan mengalami peningkatan risiko tekanan darah setelah menopause (Suiraoka, 2012). Menopause terjadi pada wanita akibat ovarium yang menua tidak berespon lagi terhadap gonadotropin. Sehingga mengakibatkan kadar estrogen turun dan kadar LH, FSH, dan GnRH meningkat. Tidak adanya estrogen akan menimbulkan berbagai efek, salah satunya meningkatan risiko penyakit hipertensi (kardiovaskular) (Corwin, 2001).
(14)
Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Hipertensi dengan Keberhasilan Penurunan
Tekanan Darah pada Kejadian Hipertensi Esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta PUBLIKASI ILMIAH
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
11
C.Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa responden baik pada kelompok kasus dan kelompok kontrol sebagian besar merupakan tamatan SD. Menurut Timmreck (2003), seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi akan berorientasi pada tindakan preventif atau dapat dikatakan lebih banyak mengetahui tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang baik.
D.Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa responden pada kelompok kasus sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga. Menurut Timmreck (2003), penyakit atau kondisi serta gangguan tertentu dapat terjadi dalam suatu pekerjaan. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan risiko dan pajanan yang dapat terjadi pada saat bekerja, disamping itu merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat dalam populasi pekerjaan.
E.Hubungan Antara Pola Makan dengan
Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah
Ada hubungan antara pola makan dengan keberhasilan penurunan tekanan darah pada kejadian hipertensi esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta (nilai p= 0,028 atau <0,05). Hal tersebut dapat dilihat dengan pola makan yang baik pada responden kelompok kontrol lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol, sedangkan responden dengan pola makan yang buruk lebih banyak terdapat pada kelompok kasus. Nilai estimasi faktor risiko pola makan dengan
penurunan tekanan darah diperoleh OR sebesar 2,667 (95% CI=1.099–6.468) sehingga dapat diartikan bahwa seseorang yang memiliki pola makan buruk berisiko sebesar 3 kali untuk tidak mengalami penurunan tekanan darah.
Menurut Geleijnse et all (2003), pengurangan asupan natrium dan kalium memiliki pengaruh yang besar untuk pencegahan hipertensi. Pengurangan asupan natrium dapat menurunkan tekanan darah sistole sebesar 2,54 mmHg dan sebesar 1,96 mmHg pada tekanan darah diastole. Sedangkan peningkatan asupan kalium dapat menurunkan tekanan darah sistole sebesar 2,42 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 1,57 mmHg. Perubahan asupan natrium berhubungan dengan perubahan timbal balik pembentukan angiotensin II, sehingga jika asupan natrium meningkat maka akan mengakibatkan penurunan pembentukan angiotensin II dengan menurunnya sekresi rennin. Penurunan kadar angiotensin II mengakibatkan penurunan reabsorpsi natrium oleh tubulus sehingga meningkatkan ekskresi natrium oleh ginjal (Guyton, 2012). Penurunan pembentukan angiotensin II akan berpengaruh pada peningkatan kontraksi otot polos yang mengakibatkan penurunan garis tengah pembuluh dan peningkatan TPR sehingga akan meningkatkan tekanan darah secara langsung (Corwin, 2001).
Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan terjadinya ekskresi kalium (Price dan Lorraine, 2006). Hal tersebut diimbangi oleh peningkatan reabsorpsi air, sehingga volume plasma meningkat. Peningkatan volume plasma tersebut akan meningkatkan aliran balik vena ke jantung, sehingga volume sekuncup dan curah jantung meningkat yang secara langsung akan meningkatka n tekanan darah sistemik (Corwin, 2001).
(15)
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
12
F.Hubungan antara Kepatuhan Minum
Obat Antihipertensi dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah
Ada hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan keberhasilan penurunan tekanan darah pada kejadian hipertensi esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta (nilai P=0,015 atau <0,05). Dimana sebagian besar patuh dalam meminum obat antihipertensi pada responden kelompok kontrol, sedangkan responden yang tidak patuh sebagian besar terdapat pada kelompok kasus. Nilai OR yang diperoleh yaitu sebesar 3,026 (95% CI=1,225–7,474) sehingga dapat diartikan bahwa seseorang yang tidak patuh minum obat antihipertensi berisiko sebesar 3 kali untuk tidak mengalami penurunan tekanan darah.
Menurut Osterberg dan Blaschke (2005), pada umumnya ketidakpatuhan terhadap pengobatan berpengaruh terhadap perkembangan penyakit, terjadinya kematian, dan peningkatan biaya perawatan kesehatan.
G.Hubungan antara Aktivitas Fisik
dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah
Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan keberhasilan penurunan tekanan darah pada kejadian hipertensi esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta (nilai P=0,794 atau >0,05). Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis univariat distribusi frekuensi aktivitas fisik, dimana sebagian besar responden sudah mempunyai aktivitas fisik yang tinggi baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi atau latihan fisik yang teratur berkaitan dengan menurunnya angka mortalitas dan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Aktivitas fisik
yang tinggi dapat mencegah atau memperlambat onset tekanan darah tinggi dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Gibney et all, 2009).
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Rata-rata tekanan darah sistole pada bulan Maret untuk kelompok kasus sebesar 159,52 mmHg, bulan April sebesar 165,83 mmHg dan bulan Mei sebesar 171,43 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistole untuk kelompok kontrol pada bulan Maret sebesar 156,43 mmHg, bulan April sebesar 143,88 mmHg dan bulan Mei sebesar 138,60 mmHg.
2. Rata-rata tekanan darah diastole pada bulan Maret untuk kelompok kasus sebesar 87,98 mmHg, bulan April sebesar 92,86 mmHg dan bulan Mei sebesar 95,36 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastole untuk kelompok kontrol pada bulan Maret sebesar 93,45 mmHg, bulan April sebesar 88,29 mmHg dan bulan Mei sebesar 86,07 mmHg.
3. Sebagian besar kelompok kontrol memiliki pola makan yang baik, yaitu sebesar 57,1% (24 orang).
4. Kepatuhan minum obat antihipertensi pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kasus, dimana pada kelompok kontrol sebanyak 23 orang responden (54,8%) patuh dalam meminum obat antihipertensi sedangkan pada kelompok kasus hanya sebanyak 12 orang responden (28,6%) yang patuh dalam meminum obat antihipertensi.
5. Sebagianbesar responden memiliki aktivitas tinggi baik pada kelompok
(16)
Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Hipertensi dengan Keberhasilan Penurunan
Tekanan Darah pada Kejadian Hipertensi Esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta PUBLIKASI ILMIAH
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
13
kontrol (66,7% atau 28 orang) maupun pada kelompok kasus (59,% atau 25 orang).
6. Ada hubungan antara pola makan dengan keberhasilan penurunan tekanan darah (p=0,028 ; OR=2,667 ; 95%CI=1,099–6,468).
7. Ada hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan keberhasilan penurunan tekanan darah. (p=0,015 ; OR=3,026 ; 95%CI=1,509–7,872)
8. Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan keberhasilan penurunan tekanan darah (p=0,794).
B. SARAN
1. Bagi Instansi Terkait
Petugas kesehatan diharapkan dapat tetap memberikan upaya promotif dan preventif terkait pentingnya melakukan pengendalian hipertensi khususnya dengan mengatur pola makan dan meminum obat secara teratur melalui pemberian informasi baik kepada pasien ataupun masyarakat pada umumnya agar tekanan darah dapat terkendali. Selain itu, petugas kesehatan perlu memberikan motivasi kepada pasien agar tetap melakukan pengendalian hipertensi untuk mencegah terjadinya kenaikan tekanan darah ataupun komplikasi.
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat secara umum hendaknya juga mengetahui pentingnya pengendalian penyakit hipertensi agar dapat memberikan motivasi bagi penderita hipertensi di lingkungan sekitarnya untuk melakukan pengendalian hipertensi melalui pengaturan pola makan dengan mengurangi konsumsi
makanan asin, makanan awetan, konsumsi cemilan, mengurangi penggunaan bumbu penyedap masakan, meningkatkan konsumsi sayuran serta buah terutama pisang. Selain itu, pengendalian juga dilakukan dengan meminum obat antihipertensi secara teratur.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor -faktor lain yang mempengaruhi penurunan tekanan darah, misalnya kebiasaan merokok, indeks massa tubuh, konsumsi makanan berlemak, dan konsumsi alkohol.
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan
dari Aspek Perilaku dan Lingkungan.
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Appel LJ., Brands MW., Daniels SR.,
Karanja R., Elmer PJ., Sacks FM. 2006. Dietary Approaches to Prevent and Treat Hypertension: A Scientific Statement From the American Heart Association. Journal of The American Heart Association : Hypertension. 2006;47:296-308
Corwin EJ. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
DKK Surakarta. 2014. Profil Kesehatan
Kota Surakarta. Surakarta : Dinas
Kesehatan Kota Surakarta
Geleijnse JM, Kok FJ and Grobbee DE. 2003. Blood Pressure Response to Changes In Sodium and Potassium Intake : A Metaregression Analysis of Randomised Trials. Journal of Human Hypertension 17 : 471–480
(17)
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
14
Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, dan Arab L. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
Guyton. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC Hiroh, A. 2012. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Terjadinya Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan
di RSUD Kabupaten Karanganyar.
[Skripsi Ilmiah]. Surakarta : Fakuktas Ilmu Kesehatan UMS
Kemenkes RI. 2012. Profil Data Kesehatan
Indonesia Tahun 2011. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
Kusumawardhani T. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia. J. Peny
Dalam, Volume 136 7 Nomor 2 Mei
2006
Osterberg L and Blaschke T. 2005. Drug Therapy Adherence to Medication. The New England Journal of Medicine 353:5
Price SA dan Lorraine MW. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC Ridjab DA. 2007. Modifikasi Gaya Hidup dan Tekanan Darah. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 57 Nomor 3
Rohman MS. 2011. Pemahaman Dokter Indonesia Mengenai Hipertensi dan Permasalahan yang Dihadapi pada Praktik Sehari-Hari. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 61 Nomor 2.
Timmreck TC. 2003. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta : EGC
Waxman A. 2003. Prevention of Chronic Diseases: WHO Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health. Food and Nutrition Bulletin Volume. 24 No. 3
WHO. 2013. World Health Statistic 2013. Geneva : WHO Press
(1)
Kategori
Kasus Kontrol Jumlah
(n)
Persentase (%)
Jumlah (n)
Persentase (%) 9. Konsumsi Buah Pisang
Sering (=3x
Seminggu) 12 28.6 14 33.3
Jarang (=3x
Seminggu) 17 40.5 17 40.5
Tidak
Mengkonsumsi 13 31.0 9 21.4
Jumlah 42 100 42 100
10. Konsumsi Makanan Kemasan
Mengkonsumsi 2 4.8 4 9.5
Tidak
Mengkonsumsi 1 2.4 4 9.5
Tidak Membaca
Label 39 92.9 34 81.0
Jumlah 42 100 42 100
C. Analisis Bivariat
1. Analisis Hubungan Antara Pola Makan dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah
Ada hubungan antara pola makan dengan keberhasilan penurunan tekanan darah (nilai p=0,028). Responden dengan pola makan yang baik lebih banyak terdapat pada kelompok kontrol, sedangkan responden dengan pola makan yang buruk lebih banyak pada kelompok kasus. Nilai OR yang diperoleh yaitu sebesar 2,667 (95% CI=1.099–6.468) sehingga dapat diartikan bahwa seseorang yang memiliki pola makan buruk berisiko sebesar 3 kali untuk tidak mengalami penurunan tekanan darah (Tabel 5).
2. Analisis Hubungan Antara
Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah
Ada hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan keberhasilan penurunan tekanan darah (nilai p= 0,015). Responden yang patuh minum obat antihipertensi lebih banyak terdapat pada kelompok kontrol daripada kelompok kasus. Nilai OR yang diperoleh yaitu sebesar 3,026 (95% CI=1.225– 7.474) sehingga dapat diartikan bahwa seseorang yang tidak patuh minum obat antihipertensi berisiko sebesar 3 kali untuk tidak mengalami penurunan tekanan darah (Tabel 5).
3. Analisis Hubungan Antara
Aktivitas Fisik dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah
Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan keberhasilan penurunan tekanan darah (nilai p= 0,794). Responden pada kedua kelompok yang mempunyai aktivitas fisik intensitas tinggi lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas intensitas rendah. Selain itu, responden yang memiliki aktivitas fisik intensitas rendah pada kedua kelompok mempunyai jumlah yang sama (Tabel 5)
(2)
Tabel 5. Hasil Analisis Bivariat pada Kelompok Kasus dan Kontrol dengan Uji Chi Square
Kategori Kasus Kontrol p
Value OR 95% CI
n % n %
1. Pola Makan
Buruk 24 57.1 14 33.3 0.028 2.667 1.099 - 6.468
Baik 18 42.9 28 66.7
Jumlah 42 100 42 100
2. Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi
Tidak Patuh 30 71.4 19 45.2 0.015 3.026 1.225–7.474
Patuh 12 28.6 23 54.8
Jumlah 42 100 42 100
3. Aktivitas Fisik
Rendah 6 14.3 5 11.9 0.794 Sedang 11 26.2 9 21.4
Tinggi 25 59.5 28 66.7
Jumlah 42 100 42 100
PEMBAHASAN
A.Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa responden pada kelompok kasus sebagian besar terdapat pada umur 50-56 tahun sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar terdapat pada umur 57-63 tahun. Seperti yang telah diketahui bahwa umur merupaka n salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi dimana berkaitan dengan perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Peningkatan penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar menyebabkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah, dan hal tersebut dipengaruhi oleh umur. Perubahan susunan pembuluh darah tersebut menyebabkan penurunan compliance
aorta dan pembuluh darah besar sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Kusumawardhani, 2006).
B.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa responden baik pada kelompok kasus dan kelompok kontrol sebagian besar merupakan perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko hipertensi, wanita akan mengalami peningkatan risiko tekanan darah setelah menopause (Suiraoka, 2012). Menopause terjadi pada wanita akibat ovarium yang menua tidak berespon lagi terhadap gonadotropin. Sehingga mengakibatkan kadar estrogen turun dan kadar LH, FSH, dan GnRH meningkat. Tidak adanya estrogen akan menimbulkan berbagai efek, salah satunya meningkatan risiko penyakit hipertensi (kardiovaskular) (Corwin, 2001).
(3)
C.Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa responden baik pada kelompok kasus dan kelompok kontrol sebagian besar merupakan tamatan SD. Menurut Timmreck (2003), seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi akan berorientasi pada tindakan preventif atau dapat dikatakan lebih banyak mengetahui tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang baik.
D.Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa responden pada kelompok kasus sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga. Menurut Timmreck (2003), penyakit atau kondisi serta gangguan tertentu dapat terjadi dalam suatu pekerjaan. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan risiko dan pajanan yang dapat terjadi pada saat bekerja, disamping itu merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat dalam populasi pekerjaan.
E.Hubungan Antara Pola Makan dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah
Ada hubungan antara pola makan dengan keberhasilan penurunan tekanan darah pada kejadian hipertensi esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta (nilai p= 0,028 atau <0,05). Hal tersebut dapat dilihat dengan pola makan yang baik pada responden kelompok kontrol lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol, sedangkan responden dengan pola makan yang buruk lebih banyak terdapat pada kelompok kasus. Nilai
penurunan tekanan darah diperoleh OR sebesar 2,667 (95% CI=1.099–6.468) sehingga dapat diartikan bahwa seseorang yang memiliki pola makan buruk berisiko sebesar 3 kali untuk tidak mengalami penurunan tekanan darah.
Menurut Geleijnse et all (2003), pengurangan asupan natrium dan kalium memiliki pengaruh yang besar untuk pencegahan hipertensi. Pengurangan asupan natrium dapat menurunkan tekanan darah sistole sebesar 2,54 mmHg dan sebesar 1,96 mmHg pada tekanan darah diastole. Sedangkan peningkatan asupan kalium dapat menurunkan tekanan darah sistole sebesar 2,42 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 1,57 mmHg. Perubahan asupan natrium berhubungan dengan perubahan timbal balik pembentukan angiotensin II, sehingga jika asupan natrium meningkat maka akan mengakibatkan penurunan pembentukan angiotensin II dengan menurunnya sekresi rennin. Penurunan kadar angiotensin II mengakibatkan penurunan reabsorpsi natrium oleh tubulus sehingga meningkatkan ekskresi natrium oleh ginjal (Guyton, 2012). Penurunan pembentukan angiotensin II akan berpengaruh pada peningkatan kontraksi otot polos yang mengakibatkan penurunan garis tengah pembuluh dan peningkatan TPR sehingga akan meningkatkan tekanan darah secara langsung (Corwin, 2001).
Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan terjadinya ekskresi kalium (Price dan Lorraine, 2006). Hal tersebut diimbangi oleh peningkatan reabsorpsi air, sehingga volume plasma meningkat. Peningkatan volume plasma tersebut akan meningkatkan aliran balik vena ke jantung, sehingga volume sekuncup dan curah jantung meningkat yang secara langsung akan meningkatka n tekanan darah sistemik (Corwin, 2001).
(4)
F.Hubungan antara Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah
Ada hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan keberhasilan penurunan tekanan darah pada kejadian hipertensi esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta (nilai P=0,015 atau <0,05). Dimana sebagian besar patuh dalam meminum obat antihipertensi pada responden kelompok kontrol, sedangkan responden yang tidak patuh sebagian besar terdapat pada kelompok kasus. Nilai OR yang diperoleh yaitu sebesar 3,026 (95% CI=1,225–7,474) sehingga dapat diartikan bahwa seseorang yang tidak patuh minum obat antihipertensi berisiko sebesar 3 kali untuk tidak mengalami penurunan tekanan darah.
Menurut Osterberg dan Blaschke (2005), pada umumnya ketidakpatuhan terhadap pengobatan berpengaruh terhadap perkembangan penyakit, terjadinya kematian, dan peningkatan biaya perawatan kesehatan.
G.Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah
Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan keberhasilan penurunan tekanan darah pada kejadian hipertensi esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta (nilai P=0,794 atau >0,05). Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis univariat distribusi frekuensi aktivitas fisik, dimana sebagian besar responden sudah mempunyai aktivitas fisik yang tinggi baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi atau latihan fisik yang teratur berkaitan dengan menurunnya angka mortalitas dan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Aktivitas fisik
yang tinggi dapat mencegah atau memperlambat onset tekanan darah tinggi dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Gibney et all, 2009).
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Rata-rata tekanan darah sistole pada bulan Maret untuk kelompok kasus sebesar 159,52 mmHg, bulan April sebesar 165,83 mmHg dan bulan Mei sebesar 171,43 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistole untuk kelompok kontrol pada bulan Maret sebesar 156,43 mmHg, bulan April sebesar 143,88 mmHg dan bulan Mei sebesar 138,60 mmHg.
2. Rata-rata tekanan darah diastole pada bulan Maret untuk kelompok kasus sebesar 87,98 mmHg, bulan April sebesar 92,86 mmHg dan bulan Mei sebesar 95,36 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastole untuk kelompok kontrol pada bulan Maret sebesar 93,45 mmHg, bulan April sebesar 88,29 mmHg dan bulan Mei sebesar 86,07 mmHg.
3. Sebagian besar kelompok kontrol memiliki pola makan yang baik, yaitu sebesar 57,1% (24 orang).
4. Kepatuhan minum obat antihipertensi pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kasus, dimana pada kelompok kontrol sebanyak 23 orang responden (54,8%) patuh dalam meminum obat antihipertensi sedangkan pada kelompok kasus hanya sebanyak 12 orang responden (28,6%) yang patuh dalam meminum obat antihipertensi.
5. Sebagianbesar responden memiliki aktivitas tinggi baik pada kelompok
(5)
kontrol (66,7% atau 28 orang) maupun pada kelompok kasus (59,% atau 25 orang).
6. Ada hubungan antara pola makan dengan keberhasilan penurunan tekanan darah (p=0,028 ; OR=2,667 ; 95%CI=1,099–6,468).
7. Ada hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan keberhasilan penurunan tekanan darah. (p=0,015 ; OR=3,026 ; 95%CI=1,509–7,872)
8. Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan keberhasilan penurunan tekanan darah (p=0,794).
B. SARAN
1. Bagi Instansi Terkait
Petugas kesehatan diharapkan dapat tetap memberikan upaya promotif dan preventif terkait pentingnya melakukan pengendalian hipertensi khususnya dengan mengatur pola makan dan meminum obat secara teratur melalui pemberian informasi baik kepada pasien ataupun masyarakat pada umumnya agar tekanan darah dapat terkendali. Selain itu, petugas kesehatan perlu memberikan motivasi kepada pasien agar tetap melakukan pengendalian hipertensi untuk mencegah terjadinya kenaikan tekanan darah ataupun komplikasi.
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat secara umum hendaknya juga mengetahui pentingnya pengendalian penyakit hipertensi agar dapat memberikan motivasi bagi penderita hipertensi di lingkungan sekitarnya untuk melakukan pengendalian hipertensi melalui pengaturan pola makan dengan mengurangi konsumsi
makanan asin, makanan awetan, konsumsi cemilan, mengurangi penggunaan bumbu penyedap masakan, meningkatkan konsumsi sayuran serta buah terutama pisang. Selain itu, pengendalian juga dilakukan dengan meminum obat antihipertensi secara teratur.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor -faktor lain yang mempengaruhi penurunan tekanan darah, misalnya kebiasaan merokok, indeks massa tubuh, konsumsi makanan berlemak, dan konsumsi alkohol.
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan
dari Aspek Perilaku dan Lingkungan.
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Appel LJ., Brands MW., Daniels SR.,
Karanja R., Elmer PJ., Sacks FM. 2006. Dietary Approaches to Prevent and Treat Hypertension: A Scientific Statement From the American Heart Association. Journal of The American Heart Association : Hypertension. 2006;47:296-308
Corwin EJ. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
DKK Surakarta. 2014. Profil Kesehatan
Kota Surakarta. Surakarta : Dinas
Kesehatan Kota Surakarta
Geleijnse JM, Kok FJ and Grobbee DE. 2003. Blood Pressure Response to Changes In Sodium and Potassium Intake : A Metaregression Analysis of Randomised Trials. Journal of Human Hypertension 17 : 471–480
(6)
Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, dan Arab L. 2009. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : EGC
Guyton. 2012. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC
Hiroh, A. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan
di RSUD Kabupaten Karanganyar.
[Skripsi Ilmiah]. Surakarta : Fakuktas Ilmu Kesehatan UMS
Kemenkes RI. 2012. Profil Data Kesehatan
Indonesia Tahun 2011. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
Kusumawardhani T. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia. J. Peny
Dalam, Volume 136 7 Nomor 2 Mei
2006
Osterberg L and Blaschke T. 2005. Drug Therapy Adherence to Medication.
The New England Journal of Medicine 353:5
Price SA dan Lorraine MW. 2006.
Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC
Ridjab DA. 2007. Modifikasi Gaya Hidup dan Tekanan Darah. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 57 Nomor 3
Rohman MS. 2011. Pemahaman Dokter Indonesia Mengenai Hipertensi dan Permasalahan yang Dihadapi pada Praktik Sehari-Hari. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 61
Nomor 2.
Timmreck TC. 2003. Epidemiologi Suatu
Pengantar Edisi 2. Jakarta : EGC
Waxman A. 2003. Prevention of Chronic Diseases: WHO Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health.
Food and Nutrition Bulletin Volume. 24 No. 3
WHO. 2013. World Health Statistic 2013. Geneva : WHO Press