PENDAHULUAN Pengaruh Strategi Inside Outside Circle Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan Tahun Ajaran 2013/2014.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang selalu ada dalam
kehidupan manusia. Pendidikan menjadi kebutuhan manusia yang harus
dipenuhi. Dalam prinsip pembangunan Nasional Indonesia yang diatur dalam
TAP MPR No.IV tahun 1978, pendidikan menjadi program yang sangat
diperhatikan dalam pembangunan Nasional Indonesia, karena pendidikan
menjadi faktor utama yang mempengaruhi perkembangan sumber daya
manusia yang harus selalu di-upgrade sesuai dengan perkembangan jaman.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan dalam rangka memproses
manusia agar dapat berkembang secara optimal. Pernyataan tersebut sejalan
dengan pemikiran Pemerintah Indonesia pada saat ini. Dalam UU RI No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pemerintah mulai merubah sistem pendidikan di Indonesia yang menekankan
pada suasana belajar dan proses pembelajaran.”
Proses pembelajaran yang dimaksud dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 19
ayat 1, yang berbunyi:
1
2
“Proses pembelajaran hendaknya dikemas secara inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif,
memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa kreatifitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat minat dan perkembangan fisik serta
psikologi siswa.”
Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tersebut dirumuskan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No.41 tahun 2007 tentang standar proses satuan
pendidikan dasar dan menengah pasal 1 ayat 1 yang menyebutkan bahwa
Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Berdasarkan landasan tersebut Pemerintah mulai memperbaiki kompetensi
dan paradigma guru dalam mengajar hingga adanya sertifikasi profesi guru.
Pada intinya
Pemerintah ingin
menyelenggarakan
pendidikan
yang
menekankan pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan.
Kebijakan Pemerintah yang menghendaki adanya penekanan pada
proses pembelajaran masih berbanding terbalik dengan pelaksanaannya di
lapangan. Pendidikan di berbagai daerah Indonesia masih menekankan pada
substansi materi dan output yang diharapkan. Para guru masih mendominasi
proses pembelajaran dalam rangka untuk mengejar “deadline” selesainya
materi. Guru hanya berharap siswa bisa menerima semua materi dengan
proses pembelajaran yang masih konvensional. Dalam buku yang ditulis oleh
Mubiar Agustin (2011: 82) disebutkan bahwa pendekatan konvensional masih
sangat banyak diminati oleh kalangan guru. Padahal proses pembelajaran ini
3
dapat mengakibatkan proses belajar yang tidak berjalan secara kreatif, efektif,
dan menyenangkan. Proses pembelajaran konvensional hanya mengasah
kemampuan mendengarkan dan mencatat, siswa hanya cenderung menyerap
informasi dengan otak kiri saja yang hanya memiliki daya serap sebesar 20
persen. Padahal belajar dapat dikatakan berhasil bila otak kanan dan kiri
difungsikan secara optimal.
Perlu diketahui bahwa seluruh mata pelajaran memerlukan
keseimbangan yang optimal antara otak kanan dan otak kiri. Keseimbangan
tersebut mempengaruhi daya serap siswa ketika menerima informasi dari
guru. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
yang pokok dalam pendidikan jenjang sekolah dasar. Materi pelajaran IPS
sangat luas cakupannya, dan banyak ditemukan materi yang bersifat hafalan,
maka dari itu perlu adanya daya serap yang tinggi agar cakupan materi IPS
dapat tersampaikan secara optimal. Penggunaan strategi pembelajaran yang
berbasis active learning dapat mengasah otak kanan dan otak kiri siswa,
sehingga materi yang banyak sekalipun dapat diserap oleh siswa dengan baik,
maka dari itu penggunaan strategi konvensional harus dihindari.
Pernyataan yang telah dikaji tersebut perlu diuji kebenarannya
dengan
melakukan
pengamatan
di
lapangan.
Setelah
dilakukannya
pengamatan proses pembelajaran IPS di kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan,
diketahui bahwa SD tersebut masih menggunakan strategi konvensional
dalam proses pembelajaran. Berdasarkan dokumentasi data, dapat diketahui
4
nilai rata-rata ujian tengah semester siswa kelas 5 SD Muhammadiyah
Baturan, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.1 Nilai rata-rata UTS kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan untuk 5
mata pelajaran pokok.
Mata Pelajaran
Matematika
IPA
Bahasa Indonesia
IPS
Pkn
Nilai Rata-Rata
Kelas
66
68
75
64
69
KKM
60
65
75
65
70
Tabel tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa masih
dikatakan rendah. Hasil belajar IPS siswa yang paling rendah adalah dalam
penguasaan materi belajar “peninggalan agama Hindhu dan Budha di
Indonesia”. Materi tersebut disampaikan selama 8 kali pertemuan dengan
alokasi waktu 15 jam pelajaran, namun siswa yang lulus KKM sebanyak
50%, sedangkan siswa yang lain masih perlu diberikan remidi, padahal
setidaknya terdapat 75% atau lebih siswa yang seharusnya lulus KKM.
Berdasarkan wawancara dengan Supartinah, S.Pd.SD., sebagai wali kelas 5
SD Muhammadiyah Baturan pada tanggal 4 November 2013, terdapat
beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa hasil belajar IPS siswa
kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan masih rendah, yaitu sebagai berikut:
1. Jam pelajaran IPS yang terlalu sedikit yaitu hanya 3 jam dalam satu
minggu.
2. Terlalu banyak materi hafalan dalam mata pelajaran IPS.
3. Ruang lingkup mata pelajaran IPS yang sangat luas.
5
4. Mata pelajaran IPS bukan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian
Nasional, sedangkan guru lebih terfokus pada mata pelajaran yang diujikan
dalam Ujian Nasional, maka dari itu pendalaman dan penekanan materi
IPS yang disampaikan masih kurang.
5. Materi IPS yang banyak menyebabkan guru cenderung menggunakaan
metode ceramah saja.
Guru kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan memang sudah
menggunakan strategi
pembelajaran “cepat-tepat” untuk merangsang
keaktifan siswa, namun penerapan strategi pembelajaran lain yang berbasis
active learning masih diabaikan, sehingga pelaksanaan proses pembelajaran
terkesan monoton.
Berdasarkan uraian tersebut, terbukti bahwa penerapan strategi
pembelajaran konvensional menghasilkan output yang kurang optimal,
khususnya dalam mata pelajaran IPS. Setelah itu, perlu adanya penelitian
lanjut untuk mendeskripsikan pengaruh strategi pembelajaran yang berbasis
active learning terhadap daya serap siswa terhadap materi pelajaran IPS
sebagai pembanding strategi konvensional. Daya serap siswa yang dimaksud
dapat diketahui dengan melihat hasil belajar IPS siswa.
Adapun contoh strategi pembelajaran yang berbasis pada model
pembelajaran active learning, yaitu picture and picture, examples non
examples, sort card, make a match, talking stick, snowball throwing, role
playing, dan lain sebagainya. Strategi inside outside circle merupakan salah
satu strategi pembelajaran yang dapat merangsang keaktifan siswa dan
6
berbasis active learning. Dalam Isjoni (2013: 79) disebutkan bahwa strategi
inside outside circle yang diciptakan oleh Spencer Kagan, menekankan pada
kegiatan siswa yang saling membagi informasi pada saat yang bersamaan,
dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Berdasarkan uraian di atas penelitian yang berjudul “Pengaruh
Strategi Inside Outside Circle Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 SD
Muhammadiyah Baturan Tahun Ajaran 2013/2014” relevan untuk dilakukan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diadakannya penelitian yang
berjudul “Pengaruh Strategi Inside Outside Circle Terhadap Hasil Belajar IPS
Siswa Kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan Tahun Ajaran 2013/2014”, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pendekatan konvensional yang masih marak digunakan oleh guru-guru.
2. Mata pelajaran IPS memiliki cakupan materi yang luas dan banyak
ditemukan materi yang bersifat hafalan.
3. Strategi pembelajaran IPS yang diterapkan di kelas 5 SD Muhammadiyah
Baturan masih monoton/konvensional.
4. Perlu penelitian lanjut yang untuk mendeskripsikan pengaruh strategi
pembelajaran yang berbasis active learning yaitu strategi Inside Outside
Circle terhadap hasil belajar IPS.
7
C. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Obyek penelitian ini adalah hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD
Muhammadiyah Baturan dan siswa kelas 5 SD Negeri 2 Blulukan tahun
ajaran 2013/2014 setelah dilakukan treatment.
2. Subyek penelitian ini meliputi siswa-siswi kelas 5 SD Muhammadiyah
Baturan dan siswa-siswi kelas 5 SD Negeri 2 Blulukan tahun ajaran
2013/2014.
3. Aktivitas inti dalam penelitian ini adalah pada pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan dengan mata
pelajaran IPS yang menggunakan strategi pembelajaran inside outside
circle, dan di kelas 5 SD Negeri 2 Blulukan dengan strategi konvensional.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat dirumuskan
masalah yaitu “Apakah penerapan strategi pembelajaran inside outside circle
dapat mempengaruhi hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD Muhammadiyah
Baturan tahun ajaran 2013/2014?”
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Mendeskripsikan hasil verifikasi teori bahwa penerapan strategi
pembelajaran yang bervariasi dan merangsang keaktifan siswa dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
8
2. Tujuan Khusus:
Mendeskripsikan pengaruh penerapan strategi pembelajaran inside
outside
circle
terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD
Muhammadiyah Baturan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh setelah dilakukannya penelitian ini
yaitu: diketahuinya pengaruh penerapan strategi pembelajaran inside outside
circle terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang selalu ada dalam
kehidupan manusia. Pendidikan menjadi kebutuhan manusia yang harus
dipenuhi. Dalam prinsip pembangunan Nasional Indonesia yang diatur dalam
TAP MPR No.IV tahun 1978, pendidikan menjadi program yang sangat
diperhatikan dalam pembangunan Nasional Indonesia, karena pendidikan
menjadi faktor utama yang mempengaruhi perkembangan sumber daya
manusia yang harus selalu di-upgrade sesuai dengan perkembangan jaman.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan dalam rangka memproses
manusia agar dapat berkembang secara optimal. Pernyataan tersebut sejalan
dengan pemikiran Pemerintah Indonesia pada saat ini. Dalam UU RI No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pemerintah mulai merubah sistem pendidikan di Indonesia yang menekankan
pada suasana belajar dan proses pembelajaran.”
Proses pembelajaran yang dimaksud dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 19
ayat 1, yang berbunyi:
1
2
“Proses pembelajaran hendaknya dikemas secara inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif,
memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa kreatifitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat minat dan perkembangan fisik serta
psikologi siswa.”
Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tersebut dirumuskan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No.41 tahun 2007 tentang standar proses satuan
pendidikan dasar dan menengah pasal 1 ayat 1 yang menyebutkan bahwa
Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Berdasarkan landasan tersebut Pemerintah mulai memperbaiki kompetensi
dan paradigma guru dalam mengajar hingga adanya sertifikasi profesi guru.
Pada intinya
Pemerintah ingin
menyelenggarakan
pendidikan
yang
menekankan pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan.
Kebijakan Pemerintah yang menghendaki adanya penekanan pada
proses pembelajaran masih berbanding terbalik dengan pelaksanaannya di
lapangan. Pendidikan di berbagai daerah Indonesia masih menekankan pada
substansi materi dan output yang diharapkan. Para guru masih mendominasi
proses pembelajaran dalam rangka untuk mengejar “deadline” selesainya
materi. Guru hanya berharap siswa bisa menerima semua materi dengan
proses pembelajaran yang masih konvensional. Dalam buku yang ditulis oleh
Mubiar Agustin (2011: 82) disebutkan bahwa pendekatan konvensional masih
sangat banyak diminati oleh kalangan guru. Padahal proses pembelajaran ini
3
dapat mengakibatkan proses belajar yang tidak berjalan secara kreatif, efektif,
dan menyenangkan. Proses pembelajaran konvensional hanya mengasah
kemampuan mendengarkan dan mencatat, siswa hanya cenderung menyerap
informasi dengan otak kiri saja yang hanya memiliki daya serap sebesar 20
persen. Padahal belajar dapat dikatakan berhasil bila otak kanan dan kiri
difungsikan secara optimal.
Perlu diketahui bahwa seluruh mata pelajaran memerlukan
keseimbangan yang optimal antara otak kanan dan otak kiri. Keseimbangan
tersebut mempengaruhi daya serap siswa ketika menerima informasi dari
guru. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
yang pokok dalam pendidikan jenjang sekolah dasar. Materi pelajaran IPS
sangat luas cakupannya, dan banyak ditemukan materi yang bersifat hafalan,
maka dari itu perlu adanya daya serap yang tinggi agar cakupan materi IPS
dapat tersampaikan secara optimal. Penggunaan strategi pembelajaran yang
berbasis active learning dapat mengasah otak kanan dan otak kiri siswa,
sehingga materi yang banyak sekalipun dapat diserap oleh siswa dengan baik,
maka dari itu penggunaan strategi konvensional harus dihindari.
Pernyataan yang telah dikaji tersebut perlu diuji kebenarannya
dengan
melakukan
pengamatan
di
lapangan.
Setelah
dilakukannya
pengamatan proses pembelajaran IPS di kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan,
diketahui bahwa SD tersebut masih menggunakan strategi konvensional
dalam proses pembelajaran. Berdasarkan dokumentasi data, dapat diketahui
4
nilai rata-rata ujian tengah semester siswa kelas 5 SD Muhammadiyah
Baturan, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.1 Nilai rata-rata UTS kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan untuk 5
mata pelajaran pokok.
Mata Pelajaran
Matematika
IPA
Bahasa Indonesia
IPS
Pkn
Nilai Rata-Rata
Kelas
66
68
75
64
69
KKM
60
65
75
65
70
Tabel tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa masih
dikatakan rendah. Hasil belajar IPS siswa yang paling rendah adalah dalam
penguasaan materi belajar “peninggalan agama Hindhu dan Budha di
Indonesia”. Materi tersebut disampaikan selama 8 kali pertemuan dengan
alokasi waktu 15 jam pelajaran, namun siswa yang lulus KKM sebanyak
50%, sedangkan siswa yang lain masih perlu diberikan remidi, padahal
setidaknya terdapat 75% atau lebih siswa yang seharusnya lulus KKM.
Berdasarkan wawancara dengan Supartinah, S.Pd.SD., sebagai wali kelas 5
SD Muhammadiyah Baturan pada tanggal 4 November 2013, terdapat
beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa hasil belajar IPS siswa
kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan masih rendah, yaitu sebagai berikut:
1. Jam pelajaran IPS yang terlalu sedikit yaitu hanya 3 jam dalam satu
minggu.
2. Terlalu banyak materi hafalan dalam mata pelajaran IPS.
3. Ruang lingkup mata pelajaran IPS yang sangat luas.
5
4. Mata pelajaran IPS bukan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian
Nasional, sedangkan guru lebih terfokus pada mata pelajaran yang diujikan
dalam Ujian Nasional, maka dari itu pendalaman dan penekanan materi
IPS yang disampaikan masih kurang.
5. Materi IPS yang banyak menyebabkan guru cenderung menggunakaan
metode ceramah saja.
Guru kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan memang sudah
menggunakan strategi
pembelajaran “cepat-tepat” untuk merangsang
keaktifan siswa, namun penerapan strategi pembelajaran lain yang berbasis
active learning masih diabaikan, sehingga pelaksanaan proses pembelajaran
terkesan monoton.
Berdasarkan uraian tersebut, terbukti bahwa penerapan strategi
pembelajaran konvensional menghasilkan output yang kurang optimal,
khususnya dalam mata pelajaran IPS. Setelah itu, perlu adanya penelitian
lanjut untuk mendeskripsikan pengaruh strategi pembelajaran yang berbasis
active learning terhadap daya serap siswa terhadap materi pelajaran IPS
sebagai pembanding strategi konvensional. Daya serap siswa yang dimaksud
dapat diketahui dengan melihat hasil belajar IPS siswa.
Adapun contoh strategi pembelajaran yang berbasis pada model
pembelajaran active learning, yaitu picture and picture, examples non
examples, sort card, make a match, talking stick, snowball throwing, role
playing, dan lain sebagainya. Strategi inside outside circle merupakan salah
satu strategi pembelajaran yang dapat merangsang keaktifan siswa dan
6
berbasis active learning. Dalam Isjoni (2013: 79) disebutkan bahwa strategi
inside outside circle yang diciptakan oleh Spencer Kagan, menekankan pada
kegiatan siswa yang saling membagi informasi pada saat yang bersamaan,
dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Berdasarkan uraian di atas penelitian yang berjudul “Pengaruh
Strategi Inside Outside Circle Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 SD
Muhammadiyah Baturan Tahun Ajaran 2013/2014” relevan untuk dilakukan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diadakannya penelitian yang
berjudul “Pengaruh Strategi Inside Outside Circle Terhadap Hasil Belajar IPS
Siswa Kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan Tahun Ajaran 2013/2014”, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pendekatan konvensional yang masih marak digunakan oleh guru-guru.
2. Mata pelajaran IPS memiliki cakupan materi yang luas dan banyak
ditemukan materi yang bersifat hafalan.
3. Strategi pembelajaran IPS yang diterapkan di kelas 5 SD Muhammadiyah
Baturan masih monoton/konvensional.
4. Perlu penelitian lanjut yang untuk mendeskripsikan pengaruh strategi
pembelajaran yang berbasis active learning yaitu strategi Inside Outside
Circle terhadap hasil belajar IPS.
7
C. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Obyek penelitian ini adalah hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD
Muhammadiyah Baturan dan siswa kelas 5 SD Negeri 2 Blulukan tahun
ajaran 2013/2014 setelah dilakukan treatment.
2. Subyek penelitian ini meliputi siswa-siswi kelas 5 SD Muhammadiyah
Baturan dan siswa-siswi kelas 5 SD Negeri 2 Blulukan tahun ajaran
2013/2014.
3. Aktivitas inti dalam penelitian ini adalah pada pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan dengan mata
pelajaran IPS yang menggunakan strategi pembelajaran inside outside
circle, dan di kelas 5 SD Negeri 2 Blulukan dengan strategi konvensional.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat dirumuskan
masalah yaitu “Apakah penerapan strategi pembelajaran inside outside circle
dapat mempengaruhi hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD Muhammadiyah
Baturan tahun ajaran 2013/2014?”
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Mendeskripsikan hasil verifikasi teori bahwa penerapan strategi
pembelajaran yang bervariasi dan merangsang keaktifan siswa dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
8
2. Tujuan Khusus:
Mendeskripsikan pengaruh penerapan strategi pembelajaran inside
outside
circle
terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD
Muhammadiyah Baturan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh setelah dilakukannya penelitian ini
yaitu: diketahuinya pengaruh penerapan strategi pembelajaran inside outside
circle terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Baturan.