Pengaruh Pembelajaran Koopratif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NHT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KELAS III SD MUHAMMADIYAH 12 PAMULANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd)

Oleh: HUSNUL RIZQI NIM. 109018300106

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014/1435


(2)

12

disusun oleh Husnul Rizqi,

NIM 109018300106,

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK)

uIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dan

telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqosah pada tanggal

6 Mei

2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sa{ana

51 (S.pd.) dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaivah.

Jakarta, 08 Mei 2014

panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jutusan)

Dr, Fauzan. M.A.

NtP.t9761t07 200701

I 013

Penguji

I

Abdul Muin S.Si.. M.pd NIP.l97sl201 200604

I

003

Penguji

II

Dr. Kadir .M.Pd

NIP.19670812 199402

I

001

Tanggal Tanda Tangan

Il

NVt't 2oit .y/.,!.1@-ot9

L:t:;

li!:l

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif llidayatullah

Dra. Nurl6na Rifa'i, MA.

ph.If

NIP.19591020 198603 2 00r


(3)

MUEAMMADryAH 12 PAMUI,ANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sa{ana Pendidikan (S.Pd)

Oleh Husnul Rizoi

NIM : 109018300106

Di Bawah Bimbingan Pembimbing

Firdausi. S.Si, M.Pd

NIP : 196 90629200s011 003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAtr IBTIDATYAH

FAKT]LTAS ILMU TARBTYAH DAN KEGT]RI]AN

UNTVERSMAS ISLAM NEG,ERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

belajar Maternatika

III

oleh Husnul Rizqi, NIM. 109018300106, Jurusan Kependidikan Islam Program

Stucli Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaivah (PGMD, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, April 2014 Yang mengesahkan,

Pembimbing I

Firdausi. S.Si. M'Pd


(5)

12

disusun oleh Husnul Rizqi,

NIM 109018300106,

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK)

uIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dan

telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqosah pada tanggal

6 Mei

2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sa{ana

51 (S.pd.) dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaivah.

Jakarta, 08 Mei 2014

panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jutusan)

Dr, Fauzan. M.A.

NtP.t9761t07 200701

I 013

Penguji

I

Abdul Muin S.Si.. M.pd NIP.l97sl201 200604

I

003

Penguji

II

Dr. Kadir .M.Pd

NIP.19670812 199402

I

001

Tanggal Tanda Tangan

Il

NVt't 2oit .y/.,!.1@-ot9

L:t:;

li!:l

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif llidayatullah

Dra. Nurl6na Rifa'i, MA.

ph.If

NIP.19591020 198603 2 00r


(6)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawahini:

Nama : Husnul Rizqi

NIM : 109018300106

Jurusan :Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Angkatantahun : 2009

Alamat :Perum Ciluar Permai Jln. Sirsak I Blok f 3 no 5 Cijujung, Sukaraja, Kab. Bogor

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul“ Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SD Muhammadiyah Pamulang” adalah benar hasil karya sendiri di bawah ini bimbingan dosen:

Nama : Firdausi, S.Si,M.Pd NIP : 196 906292005011 003 Dosen jurusan : Pendidikan matematika

Dengan demikian surat peryataan ini saya dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala kosekuen siapa bila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta,24 April 2014 Yang menyatakan,


(7)

ABSTRAK

HUSNUL RIZQI, Pengaruh Pembelajaran Koopratif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang,

Skripsi, Jurusan Kependidikan Islam, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dan bagaimana hasil belajar matematika siwa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT, dibanding dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional, Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah 12 Pamulang dari Januari sampai Februari tahun ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Subjek penelitian ini adalah 60 siswa terdiri atas siswa kelas eksperimen 30 siswa dan siswa kelas kontrol 30 siswa. Instrument penelitian yang diberikan berupa tes yang terdiri dari 13 soal uraian terbatas. Uji prasyarat yang digunakan adalah uji Liliefors untuk menguji normalitas data, sedangkan uji Fisher untuk menguji homogenitas data. Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh bahwa kedua populasi berditribusi normal. Sedangkan hasil uji homogenitas diperoleh bahwa kedua populasi homogen (sama).

Berdsarkan hasil penelitian siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif Tipe NHT terlihat nilai rata-rata hasil belajar siswa lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaan konvensional Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen 82,46 dan nilai rata-rata kelas kontrol 74,56. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar matematika siswa yang dapat dilihat dari hasil perhitungan uji-t dengan nilai t-hitung > t-tabel (2,886 > 2,001) dengan derajat kebebasan (db) = 58, dengan taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian ditolak dan diterima, yang artinya rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen berbeda dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol.


(8)

ABSTRACT

HUSNUL RIZQI, The effect of Cooperative Learning Tipe NHT of Result

Mathematics Student Grade III SD Muhammadiyah 12 Pamulang, The Mini

thesis to obtain doktorandous degree, Islamic Education Department, Elementary School Education Study, Faculty of Tarbiyah and Teacher Science, Islamic State University of Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research aimed to determine whether is differences in mathematics learning outcome between student learning mathematics using cooperative learning tipe NHT and students who learn mathematics use conventional learning. Research conduct at SD Muhammadiyah 12, Pamulang. From January to February academic year 2013/2014. The method used in this study was quasi experiment. Sampling was done by cluster random sampling. The subjects of the current study was 60 students comprised student exeperiment class of 30 students and control class 30 students. The instrument are provided in is objective test were 13 items about. Analytical techniques used was Liliefors to test the normality of the data, while the Fisher test for its homogeneity test samples taken from the same population. Based on results of test of normality is obtained that the two populations of normal distributions. While its homogeneity test result is obtained that the two populations are homogeneous (equal)

Based on results the students who teach with cooperative learing tipe NHT had more average value of mathematics learning equal the students who teach with conventional learning. Can we see based on value of experimental class average is 82,46 and the average value of control class is 74,56. There significant infuence between learning with cooperative tipe NHT concerning the result of mathematics learning we van see the calculation result obtain by testing hypotheses t-count price > t-table (2,886 > 2,001) with degree of freedom is 5%. So the null hypothesis (Ho) is rejected, while Ha is received, so that average value of mathematics learning of students who learn mathematics use cooperative learning tipe NHT is different from the students who learn with conventional learning.


(9)

KATA PENGANTAR

Bsimillahhirrohmanirrohim

Segala puji serta syukur atas kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “ Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas 3 SD Muhammadiyah Pamulang.”

Salawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad saw yang telah menjadi uswah hasanah bagi para pengikutnya, sehingga dapat melahirkan peradaban baru di dunia ini, yaitu peradaban islam yang tidak pernah goyah oleh perkembangan zaman.

Penuyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat pencapaian gelar Sarjana (SP.d) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Padakesempatan ini, peulis ingin mengucapakan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyususnan skripsi ini terutama kepada :

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA,Ph.D,. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

3. Dosen pembimbing akademik, bapak Syaripulloh,M.Si yang telah memberikan arahan dan bimbingan.

4. Bapak Firdausi, S.Si,M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sangat sabar dan bersedia menyempatkan waktunya dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

5. Para dosen dan staf tarbiyah khususnya PGMI yang telah memberikan ilmu pengetahuannnya serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Bapak Syafruddin,SP.d selaku kepala sekolah SD Muhammadiyah 12 Pamulang, yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian. 7. Para guru SD Muhammadiyah 12 Pamulang yang telah memberikan

kesempatan dan motivasi kepada penulis.

8. Kepada yang teristimewa untuk keluargaku khususnya kedua orang tua, ayah, mama dan adik-adiku tercinta yang senantiasa memberikan semangatnya serta tiada bosan mendoakan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada teman-teman angkatan 2009 khususnya PGMI C, yang selalu bersama-sama dalam mengkuti perkuliahan sampai selesai serta semangat kebersamaannya. Khususnya Emi, Ecy, Tya, Ica, Tara, Sita, Siti Fadil,


(10)

Anggi Palupi, Handini, Nadia, Neneng, Linda, Laily, Ryan dan Sri yang tiada hentinya menghibur dan memotivasi disaat-saat terakhir hilang semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Serta kepada semua pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-mudahan segala bantuan, yang telah diberikan mendapat balasan oleh Allah SWT .Akhir kata, semoga skripsi ini bermafaat bagi para pembacanya. Amin yarabbalalamin.

Jakarta, 24 April 2014


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai ke tingkat pendidikan tinggi. Matematika merupakan alat yang berfungsi untuk membangun penalaran, pola pikir logis, kritis, kreatif, objektif dan rasional yang diperlukan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.1

Menurut Hudjono, matematika adalah suatu alat untuk berpikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari majuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak MI/SD, bahkan sejak TK.2 Dari sini seharusnya kita sudah tahu kalau matematika memang penting.

Menurut hasil studi Trends in International Mathematics and

Science Study (TIMSS) tahun 2011 menunjukan bahwa penguasaan

matematika siswa Indonesia berada pada peringkat 38 dari 45 negara. Indonesia hanya mampu mengumpulkan 386 poin dari skor rata rata 500. Hasil ini menjadi tamparan bagi bangsa Indonesia, karena poin di tahun 2011 menurun karena, pada tahun 2007 hasilnya memperlihatkan bahwa peserta didik Indonesia mampu menempati peringkat 36 dari 49 negara, dengan pencapaian skor 405 dan masih di bawah skor rata-rata internasional yaitu 500.3

Demikian juga dengan hasil belajar matematika di SD Muhammadiyah 12 Pamulang, rata-rata nilai matematika yang diperoleh siswa umumnya lebih rendah dari nilai mata pelajaran lain.

1

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta : Kencana, 2013) h. 185

2

Esti Yuli Widayanti, Pembelajaran Matematika MI, (Malang; Lapis PGMI, 2009) h. 8

3

Ina V. S. Mullis, dkk TIMSS 2011, International Mathematics Report,(Boston: TIMSS & Pirls International Study Center, 2011) h. 358


(12)

Berdasarkan pengamatan peneliti ketika melakukan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) selama kurang lebih 2 bulan di SD Muhamadiyah 12 Pamulang. Rendahnya hasil belajar juga terjadi di kelas III Hamka SD Muhammadiyah 12 Pamulang. Hal ini dapat terlihat dari hasil ulangan harian kelas III Hamka yang masih hampir setengahnya mendapatkan nilai dibawah KKM. Hasil observasi, diketahui bahwa 17 (56%) dari 30 siswa belum mencapai standar KKM sebesar 65 pada mata pelajaran Matematika. Hasil tersebut menimbulkan rasa prihatin peneliti dengan hasil belajar siswa kelas III, selain itu hasil wawancara dengan guru kelas juga menunjukkan masih banyak masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran matematika.4

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa tidak terlepas dari Faktor- faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar itu sendiri. Menurut Ngalim Purwanto Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar digolongkan menjadi 2, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

Faktor yang ada pada organisme itu sendiri yang disebut faktor individual antara lain kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan pribadi. Faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor sosial yang antara lain: keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasisosial.5

Menurut hasil pengamatan permasalahan yang ada di kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang terjadi dikarenakan dua faktor yaitu faktor internal dari dalam diri siswa yaitu motivasi belajar dan eksternal yaitu pembelajaran yang berlangsung cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional yakni ceramah. Alasan lainnya yang menyebabkan hasil belajar matematika rendah adalah siswa menganggap matematika sulit hal ini dikarenakan siswa menerima baru sebelum materi pembelajaran

4

Wahyuni S.Ag, Wawancara,Pamulang 30 April 2013

5


(13)

sebelumnya terpenuhi karena mengejar target kurikulum. Hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi masalah agar tidak berkelanjutan, guru harus terus berusaha menyusun dan menetapkan berbagai pendekatan yang bervariasi. Guru harus menetapkan suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat mengembangkan aktivitas serta minat belajar siswa pada pembelajaran guna tercapai segala tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Seharusnya, pembelajaran seperti itu harus diubah sesuai dengan perkembangan zaman. Pemebelajaran yang sebelumya berpusat pada guru, harus menuju pusat pembelajaran pada siswa. Dimana peran guru hanya sebagai fasilitator, disainer pembelajaran, dan menejer pembelajaran.Agar siswa dan guru lebih aktif terlibat dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak dianggap menjemukan, tidak menarik, tidak menyenangkan dan juga tidak menakutkan siswa. Sementara itu, peserta didik juga didorong agar kreatif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran dapat meningkat.

Number Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat dijadikan alternative metode pembelajaran yang diberikan guru. Number Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada kerja kelompok siswa yang pada dasarnya merupakan varian dari diskusi kelompok.

Dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, NHT memiliki beberapa keistimewaan. Ditinjau dari sisi proses, penerapan NHT lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan model koperatif tipe lainnya. Menurut Kagan, Numbered head together (NHT) hanya memuat empat tahap pembelajaran, yaitu: (1) penomoran, (2) pengajuan pertanyaan, (3) berpikir bersama, (4) menjawab).6

Ditinjau dari sisi perolehan belajar, NHT tidak kalah potensinya dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif lainnya. Numbered head

6

Ibrahim M. dkk ,Pembelajaran Kooperatif, ( Surabaya : Universitas Negeri Surabaya, 2000) h.3


(14)

together (NHT) membantu penguasaan konsep matematika, meningkatkan kemampuan kerja sama, dan kemampuan berfikir kritis. Bagi siswa yang hasil belajarnya rendah, menurut Lundgren NHT mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa, memperbaiki tingkat kehadirannya dalam proses belajar mengajar, lebih mudah menerima orang lain, mengurangi perilaku yang mengganggu, mengurangi konflik antar pribadi, meningkatkan budi pekerti, kepekaan sosial dan toleransi, memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, serta hasil belajar lebih baik.7

Berdasarkan uraian diatas maka penulis menganggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Pembelajaraan

Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil

Belajar Siswa Kelas 3 SD Muhammadiyah 12 Pamulang Pada Mata

Pelajaran Matematika”.

B.

Identifikasi Masalah

Dari observasi yang penulis lakukan terdapat beberapa masalah di kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang yaitu :

a. Hasil belajar rata-rata siswa matematika rendah b. Metode pembelajaran konvensional

c. Motivasi belajar matematika kurang, sehingga hasil belajar rata-rata siswa rendah

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah yang diidentifikasi, maka demi terarahnya penelitian ini penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti yaitu :

1. Hasil belajar yang akan diukur dalam penelitian ini hasil belajar hanya pada ranah kognitif (C1-C3) yaitu aspek pengetahuan (C1), pemahaman(C2), dan aplikasi(C3).

7

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif-Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2009) hal 58


(15)

2. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas 3 SD Muhammadiyah 12 Pamulang.

D.

PerumusanMasalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis merasa perlu untuk merumuskan apa yang menjadi masalah penelitian. Secara umum masalah yang dipertanyakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pembelajaran konvensional ?

2. Apakah hasil belajar siswa yang pembelajarannya dengan kooperatif tipe NHT lebih besar daripada siswa yang pembelajarannya secara konvesional?

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Apakah siswa yang pembelajarannya dengan kooperatif tipe NHT nilai hasil belajarnya lebih besar dibandingkan dengan siswa pembelajarannya secara konvensioal.

F.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :

1) Bagi siswa : meningkatkan hasil belajar siswa

2) Bagi guru : menambah kualitas dan wawasan dalam pembelajaran matematika


(16)

lainnya dalam rangka perbaikan proses pembelajaran matematika

4) Bagi orang tua : menambah wawasan dalam dunia pendidikan

5) Bagi peneliti : sebagai sumbangan pemikiran untuk kemajuan pendidikan kedepan.


(17)

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(NHT)

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaan dimana siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki latar belakang yang berbeda. Belajar dalam kelompok kecil mendorong terciptanya kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan komunikasi, interaksi edukatif dua arah dan banyak arah.

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompok heterogen.1 Sedagkan menurut Isjoni pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.2

Lebih lanjut, Sanjaya menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sitem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelammin, dan ras yang berbeda (heterogen).3

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa dengan cara membelajarkan kecakapan akademik sekaligus keterampilan keterampilan sosial yang menggunakan pengelompokan kecil yang bersifat heterogen untuk mencapai tujuan.

1

Robert E. Slavin, Cooperative learning: theory reserch and practice, Terj. Nurlita Yusron ,( Bandung: Nusa Media, 2005), h. 4

2

Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, (Bandung: Alfabeta, 2013) h. 15

3

Wina Sanjaya, Perencanaan Pembelajaran dan Desain System Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008) h. 194


(18)

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu :4

a. Penghargaan kelompok.

Kelompok dalam pembelajaran kooperatif dapat memperoleh penghargaan apabila mereka mencapai atau diatas kriteria yang ditentukan

b. Tanggung jawab individu

Keberhasilan kelompok bergantung dari pembelajaran individu yang dipelajari setiap anggota kelompok. Hal ini mendorong seriap anggota kelompok saling membantu satu sama lain dan memastikan setiap anggota kelompoknya siap untuk menghadapi test dan tugas lainnya.

c. Kesempatan yang sama untuk berhasil

Setiap siswa menyumbang kepada kelompok mereka dengan perbaikan diatas kinerja yang lalu. Dengan metode setiap siswa baik yang berprestasi rendah atau tinggi memeroleh kesempatan untuk melakukan yang terbaik bagi kelompoknya

Sedangkan menurut Rusman pembelajaran kooperatif menurut memiliki karakteristik :5

a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat siswa belajar. Setiap anggota tim harus membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling bantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan cara pembelajaran ini sisawa lebih termotivasi untuk mencapai tujuaanya, biasanya tujuannya disini adalah hasil belajar.

4

Dr Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009) hal 131-132

5

Dr Rusman, Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 206-207


(19)

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen memiliki tiga fungsi , yaitu: (a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang telah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. (2) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menujukkan bahwa dalam pembelajaran koopertif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes. c. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran tidak akan mencapai hail yang optimal. Maka mau tidak mau siswa meciptakan lingkungan yang kondusif agar kerja sama dirasakan lebih mudah. Kondisi lingkungan ini juga memicu pengaruh proses dan hasil belajar.

d. Keterampilan bekerjasama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Dari beberapa karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif adalah setiap siswa bertanggung jawab kepada kelompoknya, bekerja secara tim, adanya penghargaan kelompok dan adanya keterampilan bekerjasama.


(20)

3. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

Menurut beberapa ahli pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut :6

a. Slavin mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap dan toleransi, dan menghargai pendapat orang lain

b. Ratumanan menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

c. Kardi & Nur mengemukakan bahwa belajar kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan antar suku dan etnis dalam kelas multibudaya dan memperbaiki hubungan antara siswa normal dan siswa penyandang cacat.

4. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Menurut Slavin NHT adalah sebuah varian dari pembelajaran kooperatif dimana ada satu siswa yang mewakili kelompoknya tetapi tidak sebelumnya diberitahu siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut. Hal tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa, siswa saling berbagi informasi, dengan cara mereka menerima sebuah pertanyaan tanpa tahu nomor berapa yang dipanggil.7

Menurut Trianto NHT atau penomeran berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

6

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif-Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2009 Hal 62

7


(21)

mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Tipe ini dikembangkan oleh Spancer Kagan memperkenalkan model ini pada tahun 1992 dengan melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.8

Lebih lanjut menurut Anita Lie NHT adalah tehnik pembelajaran kooperatif dimana tekhnik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, selain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.9

Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah salah satu varian dari pembelajaran kooperatif dimana guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang berisi 4-5 orang dimana setiap siswa dalam masing kelompok mendapat nomer diri yang berbeda, dimana saat proses pembelajaran siswa memikirkan bersama jawaban dari apa yang ditanyakan guru bersama kelompoknya, untuk selanjutya menjawab pertayaan tanpa tahu nomer berapa yag akan di panggil oleh guru.

a. Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Numbered Head Together (NHT) memiliki empat langkah sebagai

berikut:10

Tabel 2.1

Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

TAHAP KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

Tahap 1

Penomoran

Guru membagi siswa menjadi beberapa

Membentuk kelompok

8

Trianto, op. cit.,h. 82

9

Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT. Grasindo, 2010) h. 59

10


(22)

(Numbering). kelompok atau tim yang beranggotakan 4 atau 5 orang dan

memberi nomor

sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam suatu kelompok disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam kelompok tersebut

Tahap 2

Pengajuan Pertanyaan (Questioning)

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa; pertanyaan bervariasi dari yang spesifik hingga yang bersifat umum.

Siswa meperhatikan pertanyaan dari guru

Tahap 3

Berpikir bersama (Head Together)

Guru mengawasi siswa

Siswa berpikir

bersama untuk

menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap anggota dalam

timnya telah

mengetahui jawaban tersebut.


(23)

Tahap 4

Pemberian jawaban (Answering)

Guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswa dari

tiap kelompok

dengan nomor yang sama mengangkat

tangan dan

menyiapkan jawaban untuk seluruh siswa dalam kelas itu.

Satu nomer yang

ditunjuk guru

menjawab pertanyaan yang telah ditentukan oleh guru.

b. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelemahan dan kelebihannya masing-masing, tanpa kecuali model pembelajaran tipe NHT. Menurut Anita Lie kelebihan dari model pembelajaran tipe NHT adalah sebagai berikut:11

1. Memudahkan dalam pembagian tugas

2. Memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya

3. Setiap siwa menjadi siap 4. Guru mudah memonitor

5. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

6. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

c. Definisi Operasional Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

Dari pendapat Trianto mengenai langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT, Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah

11


(24)

modifikasi dari langkah-langkah pmbeajaran kooperatif tipe NHT yang dikemukakan oleh Trianto yaitu:

1) Numbering, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian siswa dalam kelompok diberi nomer yang berbeda. 2) Questioning, guru memberikan pertanyaan pada siswa untuk kemudian dipikirkan bersama.

3) Head Together, siswa memikirkan bersama jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru, dan memastikan setiap anggota kelompoknya memiliki jawaban yang sama dengan anggota kelompok yang lain.

4) Answering. tiap kelompok yang nomernya dipanggil menjelaskan jawaban yang diberikan oleh guru di hadapan teman-temannya. Kemudian guru memberikan poin tambahan untuk kelompok yang perwakilan kelompoknya telah ditunjuk oleh guru dan menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh guru

B. Hasil Belajar Matematika

1. Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaknya mengetahui dan memahami objek yang akan diajarkannya, yaitu matematika.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.12

Menurut Tinggih matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya. Melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya. Namun penunjukan kualitas seperti itu belum

12

Depertemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: gramedia, 2008) h. 388


(25)

memenuhi sasaran matematika yang lain, yaitu yamg ditujukan kepada hubungan, pola, bentuk, dan struktur.13

Begle menyatakan bahwa sasaran atau objek penelaahan matematika adalah fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Objek penelaahan tersebut menggunakan simbol-simbol yang kosong dari dalam arti ciri ini yang memungkinkan dapat memasuki wilayah bidang studi atau cabang lain. Lebih lanjut, Hudjono mengartikan matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK, sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak MI/SD, bahkan sejak TK.14

Berdasarkan beberapa pengertian matematika di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat matematika merupakan ilmu yang menekankan pada aktivitas penalaran dapat dikatakan juga suatu ilmu yang berhubungan dengan bentuk, konsep, susunan yang saling berkaitan, serta dapat dijadikan sebagai pembimbing pola pikir, maupun sebagai pembentuk sikap dan dapat digunakan dalam berbagai bidang.

2. Karakteristik Matematika

Ada ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah:15

a. Memiliki objek kajian abstrak

Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah objek-objek abstrak. Objek tersebut adalah objek-objek pikiran. Objek tersebut meliputi fakta, konsep, operasi atau relasi, dan prinsip. Dari objek dasar itulah dapat disusun suatu pola dan struktur matematika.

13

Esti Yuli Widiyanti dkk, Pembelajaran Matematika MI (Malang: Lapis PGMI, 2009) hal. 8

14

Ibid 6

15

R.Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstansi Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan, (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2000) hal 13 – 19


(26)

Adapun objek dasar tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) Fakta berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu. Contohnya simbol bilangan 2 secara umum dipahami sebagai bilangan dua. Jika disajikan dengan angka 2 otomatis orang sudah dengan sendirinya menangkap bahwa itu adalah dua.

2) Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasi sekumpulan objek.

Misalnya “segitiga” adalah nama suatu konsep abstrak. Dengan

konsep itu sekumpulan objek dapat di golongkan sebagai contoh segitiga atau bukan contoh segitiga.

3) Operasi atau relasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan al jabar dan pengerjaan matematika yang lain. Sebagai contoh perkalian, penjumlahan, pengurangan dan pembagian.

4) Prinsip adalah objek matematika yang komplek. Prinsip terdiri dari beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan dengan suatu relasi ataupun operasi. Contohnya adalah sifat misalnya sifat dari segitiga adalah memiliki tiga buah sisi, memiliki tiga buah titik sudut, dan memiliki tiga buah sudut.

b. Bertumpu pada kesepakatan

Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting. Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan berpikir primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam pembuktian. Sedangkan konsep primitif diperlukan untuk menghindari berputar-putar dalam pendefinisian. c. Berpola pikir deduktif

Pola berpikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum ke khusus.

Contohnya seorang siswa mengerti makna konsep “persegi” yang


(27)

menunjukkan pigura tersebut berbentuk persegi atau bukan bentuk persegi.

d. Memiliki simbol yang kosong dari arti

Dalam pembelajaran matematika jelas terlihat banyak sekali simbol yang digunakan baik berupa huruf maupun bukan huruf. Rangkaian simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model matematika. Huruf yang digunakan dalam model persamaan misalnya x+y=z belum tentu bermakna atau bebrti bilangan, deikian juga tanda + belum tentu berarti operasi tambah untuk dua bilangan. Makna huruf dan tanda itu tergantung dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model itu.

e. Memperhatikan semesta pembicaraan

Dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Bila lingkup pembicaraannya bilangan, maka simbol-simbol diartikan bilangan, bila lingkup pebicaraannya transformasi, maka simbol-simbol itu diartikan suatu trasformasi. Contohnya dalam semesta pembicaraan bilangan bulat, terdapat model 2x=5.Jika diselesaikan biasa tanpa memperhatikan semestanya diperoleh hasil jawaban x = 2,5 .

namun jika melihat semestanya jawaban yang sesuai adalah “tidak

ada jawabannya” atau serong disebut juga himpunan kosong.

f. Konsisten dalam sistemnya

Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai kaitan antara satu dengan yang lain dan ada pula sstem yang terlepas satu sama lainnya. Misalnya dikenal sistem-sistem al-jabar, sistem geometri. Sistem al-jabar dan sistem geometri tersebut dipandang terlepas terpalas satu sama lai, tetapi di dalam al jabar sendiri terdapat beberapa sistem yang lebih kecil yang

terkait antara satu dan lainnya. Contohnya pengenalan angka “8”

misalnya, tidak langsungpad simbol delapan itu, tetapi diawali dengan benda konkret, misalnya kelereng, yang banyaknya


(28)

delapan. Setelah menangkap makna kata delapan baru dikenalkan pada simbolnya, yang jelas dan lebih abstrak.

3. Hasil Belajar Matematika

a. Belajar dan Hasil Belajar

Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena telah sangat dikenal, seakan-akan orang yang telah mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan belajar. Kemungkinan besar jawaban atas pertanyaan tersebut akan mendapatkan jawaban yang bermacam-macam, demikian pula dikalangan para ahli.

Beberapa aliran psikologi mendefinisikan belajar sebagai berikut:16

1) Psikologi klasik

Belajar adalah melihat objek dengan menggunakan ubtansi dan sensasi. Kita mengembangkan kekuatan mencipta, ingatan, keinginan, dan pikiran dengan melatihnya.

2) Psikologi daya

Belajar adalah melatih semua daya yang dimiliki oleh manusia.

3) Teori Mental State

Belajar adalah memperoleh pengetahuan melaui alat indera yang disampaikan dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar.

4) Psikologi behavioristik

Belajar adalah latihan pembentukan hubungan stimulus dan repon.

Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat learning is change in organism due to experience

16

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) h. 39-43


(29)

which can affect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.17

Menurut Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.18

Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas, definisi belajar hampir selalu diidentikkan dengan adanya pengalaman dan perubahan. Belajar adalah perubahan pada seseorang yang bersifat permanen atau menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Setelah siswa melakukan serangkaian proses belajar, diakhir proses belajar itu akan dihasilkan suatu perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari belajar. Menurut Ngalim Purwanto hasil belajar adalah hasil-hasil pelajaran oleh guru kepada siswa dalam jenjang waktu tertentu.19 Sedangkan Dimyanti dan Mudjiono mengatakan, hasil belajar menekankan pada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.20

Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar merupakan bukti pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah melalui serangkaian pengalaman dalam kegiatan pembelajaran, yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian

17

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010), h 88.

18

Slameto , Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 2010) h. 2.

19

Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2004) h. 33

20

Dimyanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h. 190


(30)

tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Hasil belajar diketahui dengan nilai yang dicapai oleh seseorang dengan kemampuan maksimal setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran berupa data kuantitatif.

Benyamin Bloom, dkk yang menyatakan bahwa ada tiga domain (ranah) hasil belajar yaitu21 :

1) Ranah kognitif, berkenaan dengan haisl belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistematis, dan evaluasi.

2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap, dan

3) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan tindakan.

Untuk menilai hasil belajar dapat digunakan test. Test adalah alat yang digunakan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapai oleh siswa. Test bertujuan untuk membangkitkan motivasi kepada siswa agar mereka memperhatikan pelajaran serta mendorong mereka agar dapat mengorganisasikan pelajaran dengan baik. Test dapat juga digunakan sebagai feedback bagi guru dalam memperbaiki program pengajaran.22

b. Hasil Belajar Matematika

Belum ada defisini pasti tentang pengertian hasil belajar matematika,namun dari penggabungan dari definisi hasil belajar dan matematika yang telah dikaji sebelumnya dapat disimpulkan, hasil belajar matematika adalah bukti pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah melalui serangkaian pengalaman dalam kegiatan pembelajaran, yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran matematika yang telah ditentukan.

21

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta. PT. Grasindo,1991) hal 149

22

Suharsini Arikunto: Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1999) hal 53


(31)

c. Bentuk-bentuk Hasil Belajar Matematika

Seperti bidang lainnya hasil belajar matematika dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif, bidang afektif serta bidang psikomotor. Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan harus merupakan hasil belajar siswa di sekolah dalam proses pembelajaran.23Berikut uraian unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar tersebut:

a. Tipe hasil belajar bidang kognitif

1. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)

Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihafal, diingat, agar dapat dikuasai dengan baik. Misalnya membaca berulang-ulang menggunakan teknik mengingat. Tingkah laku operasional khusus yang berisikan tipe hasil belajar ini antara lain: menyebutkan, menjelaskan kembali, membilang dan lain-lain. Contoh soal : Tulislah lambang bilangan pecahan dua per tiga, tiga per tujuh, lima per enam, dan satu per empat!

2. Tipe hasil belajar pemahaman (komprehensif)

Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep.24Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Kata-kata operasional untuk merumuskan tujuan instruksional dalam bidang pemahaman, antara lain: membedakan, menghitung, menjelaskan, meramalkan, menafsirkan dan lain-lain. Contoh soal : Dona mempunyai m tali merah. Feri mempunyai m

tali merah. Siapakah yang mempunyai tali merah lebih panjang?

3. Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)

Kesanggupan menerapkan, mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Kata kerja operasional untuk

23

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya , 1990) cetekan ke 14 2009 h. 22

24


(32)

merumuskan tujuan instruksional, antara lain: memecahkan, mendemonstrasikan, mengungkapkan dan lain-lain. Contoh soal :

Lantai ruang pertemuan di sekolah Nia berbentuk persegi. Panjang sisinya adalah 27 m. Berapa m-kah keliling lantai ruang pertemuan tersebut?

4. Tipe hasil belajar analisis25

Kemampuan menalar pada hakikatnya mengandung unsur analisis. Bila kemampuan analisis telah dimiliki maka akan dapat mengkreasi sesuatu yang baru. Kata-kata operasional yang lazim dipakai untuk analisis antara lain: menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan dan lain-lain.

5. Tipe hasil belajar sintesis

Kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas. Kata-kata operasional yang tercermin antara lain: mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun dan lain-lain.

6. Tipe hasil belajar evaluasi

Evaluasi dalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materi, dll. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mampu memberikan evaluasi tentang kebijakan mengenai kesempatan belajar, kesempatan kerja dan lain-lain.

b. Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif

Ranah afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai, apresiasi (penghargaan), dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afeksi ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut:

1. Kemauan Menerima

25


(33)

Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku, mendengarkan music, atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras berbeda.

2. Kemauan Menanggapi

Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas laboratorium, atau menolong orang lain.

3. Berkeyakinan

Berkeyakinan dalam hal ini berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu. Seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan untuk melakukan sesuatu di dunia sosial.

4. Mengorganisasi

Pengorganisasian berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang lebih tinggi. Seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, bertanggung jawab atas hal telah dilakukan, memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri, atau menyadari peran perencanaan dalam memecahkan suatu masalah.

5. Tingkat Karateristik/ Pembentukan Pola

Ini adalah tingkatan afeksi tertinggi. Pada tarap ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya, seperti bersikap objektif terhadap banyak hal.

c. Tipe hasil belajar bidang psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:


(34)

1. Persepsi yakni berkenaan dengan penggunaan indera dalam melakukan kegiatan. Dimensi persepsi adalah :

a. Sensori stimulasi, yakni berhubugan dengan sebuah stimuli yang berkaitan dengan organ tubuh, yaitu : Auditori, visual, tactile, taste, smell, dan kinestetik.

b. Seleksi isyarat, yakni menetapkan bagian isyarat sehingga orang harus merespon untuk melakukan tugas tertentu dari suatu kinerja. c. Translasi, yakni berhubugan dengan persepsi terhadap aksi dalam

membentuk gerakan. 2. Kesiapan

Kesiapan merupakan perilaku yang siaga untuk kegiatan ataupun pengalaan tertentu. Termasuk didalamnya kesiapan mental, fisik, ataupun emosi untuk melakukan suatu tindakan. 3. Gerakan terbimbing

Gerakan terbimbing adalah gerakan yang berada pada tingkat mengikuti suatu model, kemudian meniru model tersebut dengan cara mencoba sampai dapatmenguasai dengan benar suatu gerakan. 4. Gerakan terbiasa

Gerakan terbiasa adalah berkenaan dengan penampilan respons yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga gerakan yang ditampikan menunjukkan suatu kemahiran. 5. Gerakan yang kompleks

Gerakan yang kompleks adalah suatu gerakan yang berada pada tingkat keterampilan tertinggi. Gerakan itu menampilkan suatu tindakan motorik yang menuntut pola tertentu dengan tingkat kecermatan dan atau keluwesan, serta efisiensi yang tinggi.

6. Penyesuaian dan keaslian

Pada tingkat ini individu sudah berada pada tingkat yang terampil sehingga ia sudah dapat menyesuaikan tindakannya untuk situasi-situasi yang menuntuk persyaratan tertentu. Individu sudah


(35)

dapat mengembangkan tindakan/ keterampilan baru untuk memecahkan masalah tertentu.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika

1. Faktor Internal26 a) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasman, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya di bawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.

Disamping kondisi-kondisi tersebut, merupakan hal yang penting juga untuk memperhatikan kondisi pancaindera. Bahkan dikatakan oleh Aminuddin Rasyad, pancaindera merupakan pintu gerbang imu pegetahuan (five sense are the golden gate of knowledge). Artinya, kondisi panca indera tersebut akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar. Dengan memahami kelebihan dan kelemahan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman akan mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan atau stimuli dalam proses belajar.

b) Faktor Psikologis

Beberapa faktor psikologis yang dapat diuraikan diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif juga daya nalar.

- Intelegensi

26


(36)

C.P. Chaplin mengatakan intelegensi sebagai (1) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, (2) kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, (3) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar denga cepat sekali. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan, tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. - Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa semata-mata tertuju pada suatu objek ataupun sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada objek-objek yang dapat menarik perhatian siswa. Bila tidak, maka perhatian siswa tidak akan terarah atau focus terhadap objek yang dipelajarinya.

- Minat dan Bakat

Minat diartikan oleh Hilgard sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata setelah belajar dan berlatih.

- Motif dan motivasi

Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Menurut Aminuddin Rasyad, dalam setiap diri manusia pada umumnya mempunyai dua macam motif atau dorongan, yaitu motif yang sudah ada dalam diri yang sewaktu waktu akan muncul tanpa ada pengaruh dari luar, disebut intrinsic motivate. Motif liannya adalah motif yang datang dari luar diri, yakni karena ada pengaruh situasi lingkungannya, motif ini disebut extrinsic motivate. Atas dasar inilah


(37)

dianjurkan kepada guru untuk dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif.

- Kognitif dan daya nalar

Pembahasan mengeni hal ini meliputi tiga hal, yakni persepsi, mengingat dan berfikir. Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam ligkungannya. Penginderaan itu dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara siswa yang satu dengan siswa tidak sama meskipun mereka sama-sama dari sekolah yang sama, bahkan kelas yang sama. Ini ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman pelajar itu sendiri. Karena pengetahuan dan pengalaman akan memperkaya bennaknya dengan perbendaharaan untuk memperkuat daya persepsinya.

Mengingat ini adalah suatu aktivitas kognitif, di mana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh melalui pengalamannya di masa lampau. Berpikir oleh Jalaluddin Rakhmat dibagi menjadi dua macam, yakni berpikir autistik (autistic) dan berpikir realistik (realistic). Yang pertama mungkin lebih tepat disebut melamun: fantasi, menghayal, adalah contoh-contohnya. Berpikir realistik, disebut juga nalar (reasoning), adalah berfikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Dalam kebanyakan usaha pemanfaatan media pembelajaran yang dilakukan guru adalah berusaha untuk membawa para siswanya kepada pemahaman yang realistis. Dengan demikian, pemanfaatan edia dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan daya nalar siswa. 2. Faktor Eksternal


(38)

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapt pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Lingkungan sosial baik yang berwujud maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.

b) Faktor Instrumental27

Faktor instrumental adalah faktor keberadaannya dan penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana, prasarana dan fasilitas, dan guru.

e. Definisi Operasional Hasil Belajar

Definisi operasional hasil belajar matematika adalah bukti pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah melalui serangkaian pengalaman dalam kegiatan pembelajaran, yang didapatkan melalui tes yang meliputi aspek kognitif (C1-C3) yaitu tipe pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3).

Adapun indikator hasil tipe pengetahuan (C1), yaitu siswa mampu membaca pecahan sederhana, menulis lambang pecahan, membilang pecahan sederhana, dan menyajikan nilai pecahan dalam bentuk gambar. Sedangkan indikator pada tipe pemahaman (C2) yaitu membandingkan pecahan sederhana dengan garis bilangan dan cara lain. Dan indikator pada tipe penerapan (C3) yaitu memecahkan masalah yang melibatkan pecahan sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tes ini dilakukan setelah siswa belajar dengan

27

Yudi Munadi, Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru)(Jakarta; Gaung Persada Press, 2002) hal 245


(39)

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kemampuan kognitif siswapada penelitian ini diukur dengan menggunakan instrument tes uraian terbatas sebanyak 13 butir soal.

C. Hasil Penelitian Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siska Andriani dari Universitas

Pendidikan Indonesia dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Siswa Pada Konsep Volume Bangun Ruang Bangun Kubus dan Balok Melalui Model Cooperative Tipe NHT pada Siswa Kelas V SDN Cilutamahi 01 Kecamatan Cariu Kabupaten

Bogor Tahun Ajaran 2010/2011”, hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Eri Yuliani dari Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Pengaruh

Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Heads Together (NHT)

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa” (Studi Eksperimen di

SMPN 1 Ciputat Tahun Ajaran 2007/2008). Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan uji t diperoleh = 2,78 sedangkan =1,66 sehingga diperoleh > . Menunjukkan bahwa pembelajaran NHT dapat memberikan pengruh positif terhadap hasil belajar siswa

Persamaan pada penelitian ini dengan kedua penelitian diatas adalah dalam pembelajaran dikelas metode yang digunakan adalah metode kooperatif tipe NHT. Sedangkan perbedaan dengan penelitian pertama terletak pada metode penelitian yang digunakan. Pada penelitian Siska (2011) metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, sedangkan pada penelitian ini metode yang digunakan adalah quasi eksperimen.Selanjutnya perbedaan yang terdapat pada penelitian Eri (2008) dengan penelitian ini


(40)

adalah subjek penelitian nya pada penelitian tersebut yang menjadi subjek penelitiannya adalah siswa SMP , sedangkan pada penelitian ini subjek penelitiannya adalah siswa SD.

D. Kerangka Berpikir

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat siswa belajar. Setiap anggota tim harus membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling bantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan cara pembelajaran ini sisawa lebih termotivasi untuk mencapai tujuaanya, biasanya tujuannya disini adalah hasil belajar.

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran tidak akan mencapai hasil yang optimal. Maka mau tidak mau siswa menciptakan lingkungan yang kondusif agar kerja sama dirasakan lebih mudah. Kondisi lingkungan ini juga memicu pengaruh proses dan hasil belajar.

Salah satu pembelajaran kooperatif adalah tipe NHT dengan pembelajaran NHT ini siswa diberikan kesempatan untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat, selain itu metode ini mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama mereka, dan meningkatkan kesiapan dalam menerima pembelajaran. Sehingga siswa dapat meningkatkan motivasi, harga diri, dan hasil belajarnya.

Dalam pembelajaran NHT terdapat 4 tahapan yaitu numbering, questioning, head together, dan answering. Pada tahap numbering guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 4 atau 5 orang dan memberi nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam suatu kelompok disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam kelompok tersebut. Pada tahap questioning guru mengajukan pertanyaan kepada siswa,


(41)

pertanyaan bervariasi dari yang spesifik hingga yang bersifat umum. Pada tahap head together Siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap anggota dalam timnya telah mengetahui jawaban tersebut. Pada tahap answerig guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh siswa dalam kelas itu.

Berdasarkan pernyataan tersebut diatas ada kaiatan antara pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan hasil belajar matematika. Karena membuat siswa lebih siap, pengetahuan bertambah dengan tahap questioning dan answering, kemampuan pemahaman siswa bertambah saat tahap head together dan keampuan penerapan siswa dapat tercapai dengan langkah langkah pembelajaran NHT . Dengan demikian di duga, pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat mempengarui hasil belajar matematika.

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan kerangka berpikir tersebut. Maka hipotesis penelitian ini adalah bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT lebih tinggi dibanding dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

NHT

Numbering

Questioning Head Together Answering


(42)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah 12 Pamulang kelas III pada mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian dilakuka npada semester genap (II) di mulai pada bulan Januari 2014 sampai bulan Februari 2014.

B.

Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen (eksperimen semu) dimana tidak mungkin mengadakan control atau manipulasi semua variable yang relevan. Desain penelitian yang digunakan adalah post test control group design. Dalam desain ini, kedua kelompok yang akan diberiperlakuan dengan pembelajaran yang berbeda. Setelah pembelajaran berakhir diberi test akhir (post test) menggunakan instrument test. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 RancanganPenelitian

Kelompok Perlakuan Posstest

Eksperimen XE T

Kontrol XK T

Keterangan :

T : Tes Akhir (posttest)

XE : Perlakuan pada kelompok dengan menggunakan teknik

Numbered Heads Together

XK :Perlakuan pada kelompok dengan menggunakan pembelajaran

konvensional

Setelah memberikan perlakuan yang berbeda pada kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen diajarkan dengan menggunakan


(43)

model kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode konvensional. Maka diberikan tes akhir dengan soal yang sama kemudian hasil tes kedua kelompok tersebut dianalisis. Dengan demikian dari tes hasil belajar dapat dibuktikan apakah hasil belajar matematika kelompok eksperimen lebih tinggi dari hasil belajar matematika kelompok kontrol.

C.Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian.1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel :

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas (Independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab. variable bebas (X) dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together).

2. Variabel Terikat (Y)

Variable terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel akibat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua anggota kelompok yang tinggal bersama dalam suatu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Populasi dapat dibedakan menjadi dua macam populasi yaitu populasi target dan populasi terjangkau.2

1. Populasi Target

Populasi target adalah populasi yang direncanakan dalam penelitian. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, Agustus 2006), Cet. Ke-13, hal. 96-97

2

Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rodakarya, 2010), cet. Ke-6 hal 251


(44)

Muhammadiyah 12 Pamulang pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah yang dapat ditemui. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

Sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data disebut sampel.3 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas III sebanyak dua kelas. Tekhnik pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling, yaitu teknik memilih sampel kelas secara acak.4 Penentuan sampel dilakukan dengan memilih dua kelas dari empat kelas yang memiliki kesamaan karakter, baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Kelas yang terpilih sebagai kelas eksperimen sebanyak 30 orang yang berasal dari kelas 3 Jarnawi Hadikusumo dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan kelas yang terpilih sebagai kelas kontrol sebanyak 30 orang adalah kelas 3 Sutan Mansyur dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian, digunakan teknik tes. Tes adalah kumpulan pertanyaan atau soal yang harus dijawab oleh siswa dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan serta kemampuan penalaran.5

Jenis tes yang digunakan adalah tes objektif. Tes ini akan diberikan kepada siswa yang telah selesai mempelajari suatu materi atau satu pokok bahasan yang sudah diberi perlakuan. Bentuk soal tes dalam penelitian ini adalah tes uraian terbatas dimana setiap soal memiliki nilai perhitungan yang berbeda sesuai dengan tingkat kesukarannya.

3

Ibid 251

4

Ibid 253

5

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lemlit UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, hal. 53


(45)

Sedangkan dokumentasi yang digunakan adalah semua foto yang diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi foto tersebut digunakan untuk mendukung data dalam penelitian ini.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu.6 Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur kemampuan hasil belajar yaitu tes objektif dalam bentuk uraian terbatas sebanyak 15 soal terdiri dari 13 soal yang valid dan 2 soal yang tidak valid dan dibuang.

Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif yang terdiri dari hasil post test hasil belajar matematika siswa. Tes yang diberikan sama pada kedua kelas yaitu materi pecahan. Adapun kisi-ki instrument tes pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Kisi-kisi Post Test Hasil Belajar Matematika Siswa Tingkat

Kemampuan

Indikator Nomer butir

soal

Jumlah butir

soal

Pengetahuan 1. Membaca pecahan

sederhana 2. Menulis lambang

pecahan

3. Membilang pecahan sederhana

4. Menyajikan nilai pecahan dalam bentuk gambar

1, 2,3,5,6,7,8,9 8

Pemahaman 1. Membandingkan

pecahan sederhana dengan garis bilangan dan cara lain

4,10,14,15 4

Penerapan 1. Memecahkan

masalah yang melibatkan pecahan sederhana yang berkaitan dengan

11,12,13 3

6


(46)

kehidupan sehari-hari

Instrument yang digunakan haruslah diuji cobakan terlebih dahulu. Instrumen hasil belajar yang baik adalah instrument tes yang mempunyai 4 kriteria yaitu validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

1. Uji Validitas

Di dalam mengukur validitas perhatian ditunjukkan pada isi dan kegunaan instrument. Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.7 Setelah diuji cobakan pada siswa ,instrument tes tersebut diuji validitasnya dengan menggunakan rumus korelasi product moment memakai angka kasar (row-score). Mencari validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment yaitu:

Rumus :

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

Koefisien korelasi antara variabel X dan Y Y = Total skor

X = Skor item yang dicari validitasnya N = Jumlah responden

Setelah memperoleh rxy, maka langkah selanjutnya

pengujian validitas dengan membandingkan rxy dan rtabel product

moment, terlebih dahulu menetapkan derajat kebebasannya, dengan rumus: dk = n – 2. Dengan diperoleh dk, maka dapat dicari rtabel product moment pada taraf 5 %. Karena pengujiannya adalah

7


(47)

rxy rtabel , maka soal tersebut valid dan jika rxy rtabel , maka soal

tersebut tidak valid.

Dari hasil perhitungan validitas instrumen tes, maka dari 15 soal diperoleh 13 butir soal yang valid yaitu butir soal nomor 1,2,3,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15. Sebanyak 2 butir soal yang tidak valid yaitu soal nomor 4, dan 5. Perhitungan lengkap lihat lampiran 6 halaman 96.

2. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal

Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang sesuai dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan untuk mengukur tingkat kesukaran. Untuk menghitung indeks kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut :8

P =

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran (IK) yang digunakan adalah :9

Tabel 3.3

Indeks kesukaran instrument tes

P Keterangan

0,00 < P ≤ 0,30 0,30 < P ≤ 0,70 0,70 < P ≤ 1,00

Soal kategori sulit Soal kategori sedang Soal kategori mudah

8

Suharsimi, Arikunto, 2006, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, h.208

9


(48)

Berdasarkan kriteria indeks kesukaran soal, maka diperoleh 10 soal mudah, dan 3 soal sedang. Perhitungan lengkap lihat lampiran 9 halaman 99.

3. Uji Daya Pembeda

Uji daya pembeda bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan kemampuan siswa. Untuk mengetahui daya pembeda soal, digunakan rumus :10

Keterangan :

DP = daya pembeda pada tiapsoal

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah PA =

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB =

= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Dengan klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah:11

Tabel 3.4

Kriteria daya pembeda

Daya pembeda soal Kriteria

00,0 – 0,20 Jelek

10

Ibid h.213

11


(49)

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali

Berdasarkan kriteria indeks daya pembeda soal, diperoleh 3 soal dengan kriteria baik sekali, soal baik, 8 soal dengan kriteria baik, 2 soal cukup, dan 2 soal jelek. Perhitungan lengkap lihat lampiran 8 halaman 97.

4. Uji Reliabilitas

Tingkat reliabilitas suatu instrument menunjukkan berapa kali pun data itu diambil akan tetap sama. Reliabilitas juga menunjukkan adanya tingkat keterandalan suatu tes.12 Untuk mengetahui keajegan atau konsistensi tes yang digunakan sebagai instrumen, menggunakan rumus KR 20 yaitu :13

r

11

= [

] [

]

Keterangan:

r11 =koefesien reliabilitas tes

K = banyaknya butir item valid 1 = bilangan konstanta

∑ = jumlah varians skor dari tiap-tiap butir item = varians total

Sedangkan untuk menghitung varians skor digunakan rumus:

Keterangan :

n = banyaknya sampel = frekuensi ke-i

= skor butir ke-i

12

Ibid h. 90

13


(50)

= nomer soal

Adapun kriteria pengujiannya14:

Tabel 3.5

Kriteria reliabilitas soal

Reliabititas Kriteria

0,80 - 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Sedang

0,20 -0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

Perhitungan reabilitas dilakukan terhadap 13 soal yang valid. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai reabilitas sebesar 0,7855, maka instrumen tes tersebut dapat dikatakan mempunai tingkat reabilitas tinggi. Perhitungan lengkap lihat lampiran 10 pada halaman 101.

G.

Tekhnik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah uji perbedaan dua rata-rata dengan uji-t karena varian populasi tidak diketahui, uji-t bisa dilakukan apabila dipenuhi normalitas, dan homogenitas varians.

1. Uji Prasyarat Analisis

a) Uji normalitas

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji Liliefors, dengan langkah langkah sebagai berikut :

1) Tentukan rumusan hipotesis

14


(51)

2) Urutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar 3) Hitung nilai Zi dari masing-masing data dengan rumus :

Zi = ̅ Keterangan :

Zi = Skor baku Xi = Skor data

̅ = Nilai rata-rata S = Simpangan baku

4) Menentukan besar peluang untuk masing-masing nilai zi berdasarkan tabel zi sebut saja f(zi) dengan aturan :

Jika zi > 0 , maka f(zi) = 0.5 + nilai tabel Jika zi < 0 , maka f(zi) =1 – ( 0.5 + nilai tabel )

Atau dengan microsoft excel dengan fungsi =normsdist, kemudian dilanjutkan dengan kolom dari tiap zi.15

5) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2. Z3, ... Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1. Jika proporsi dinyatakan dengan S(zi) maka :

=

6) Hitung selisih F( ) dan s( ) kemudian tentukan nilai mutlaknya

7) Ambil nilai maksimum dari nilai-nilai mutlak selisih tersebut 8) Berikan interpretasi dengan membandingkan dengan

. adalah nilai yang diambildari tabel nilai kritis uji liliefors.

9) Tentukan kriteria pengujiannya : Jika < maka diterima Jika > maka ditolak

15

Kadir,Sstatitiska: Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: Rosmata Sampurna, 2010) h.109


(52)

b) Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan varians sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji fisher (F), dengan langkah-langkah sebagai berikut;

1. Hipotesis = =

= ≠

2. Bagi data menjadi dua kelompok

3. Cari masing-masing kelompok nilai simapangan bakunya 4. Tentukankan Fhitung dengan rumus;

F = 1

2

=

Dimana S² =

∑ ∑ 5. Tentukan kriteria pengujian:

a. Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua

populasi homogen.

b. Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua

populasi tidak homogen.

2. Uji Hipotesis

Untuk hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus “T” test. Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut;

a. Menentukan hipotesis Ho : µ1 ≤ µ2

Ha : µ1 µ2

Keterangan : Ho = hipotesis nihil Ha = hipotesis alternative


(53)

µ1= hasil belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT

µ2 = hasil belajar dengan pembelajaran konvensional

b. Menentukan α

Tarafsignifikan yang digunakan adalah 0,05. c. Menentukan kriteria penerimaan hipotesis

Kriterianya :thitung<ttabel , maka Ho diterima

thitung>ttabel , maka Ho ditolak.

d. Menentukan thitung

Jika berdasarkan uji kesamaan varians, ditunjukkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka untuk pengujian hipotesis digunakan rumus:

Thitung =

̅ ̅ √

dengan sg =

Keterangan:

̅1 = rata-rata skor kelompok eksperimen ̅2 = rata-rata skor kelompok kontrol

Sg = varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol)

1 = varians kelompok eksperimen S²

2 = varians kelompok kontrol

n1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen

n2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol

e. Melakukan pengambilan kesimpulan

Jika operasi perhitungan pada langkah sebelumnya dinyatakan; thitung<ttabel , maka Ho diterima

thitung>ttabel , maka Ho ditolak.


(1)

(2)

(3)

Lampiran 24

Tabel nilai kritis distribusi T

Pr df 0.25 0.50 0.10 0.20 0.05 0.10 0.025 0.050 0.01 0.02 0.005 0.010 0.001 0.002 1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884 2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712 3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453 4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318 5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343 6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763 7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529 8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079 9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681 10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370 11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470 12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963 13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198 14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739 15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283 16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615 17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577 18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048 19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940 20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181 21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715 22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499 23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496 24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678 25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019 26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500 27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103 28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816 29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624 30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518 40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688 60 0.67860 1.29582 1.67065 2.00030 2.39012 2.66028 3.23171 120 0.67654 1.28865 1.65765 1.97993 2.35782 2.61742 3.15954


(4)

NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT

N Taraf Signif N Taraf Signif N Taraf Signif

5% 1% 5% 1% 5% 1%

3 0.997 0.999 27 0.381 0.487 55 0.266 0.345 4 0.950 0.990 28 0.374 0.478 60 0.254 0.330 5 0.878 0.959 29 0.367 0.470 65 0.244 0.317 6 0.811 0.917 30 0.361 0.463 70 0.235 0.306 7 0.754 0.874 31 0.355 0.456 75 0.227 0.296 8 0.707 0.834 32 0.349 0.449 80 0.220 0.286 9 0.666 0.798 33 0.344 0.442 85 0.213 0.278 10 0.632 0.765 34 0.339 0.436 90 0.207 0.270 11 0.602 0.735 35 0.334 0.430 95 0.202 0.263 12 0.576 0.708 36 0.329 0.424 100 0.195 0.256 13 0.553 0.684 37 0.325 0.418 125 0.176 0.230 14 0.532 0.661 38 0.320 0.413 150 0.159 0.210 15 0.514 0.641 39 0.316 0.408 175 0.148 0.194 16 0.497 0.623 40 0.312 0.403 200 0.138 0.181 17 0.482 0.606 41 0.308 0.398 300 0.113 0.148 18 0.468 0.590 42 0.304 0.393 400 0.098 0.128 19 0.456 0.575 43 0.301 0.389 500 0.088 0.115 20 0.444 0.561 44 0.297 0.384 600 0.080 0.105 21 0.433 0.549 45 0.294 0.380 700 0.074 0.097 22 0.423 0.537 46 0.291 0.376 800 0.070 0.091 23 0.413 0.526 47 0.288 0.372 900 0.065 0.086 24 0.404 0.515 48 0.284 0.368 1000 0.062 0.081 25 0.396 0.505 49 0.281 0.364 26 0.388 0.496 50 0.279 0.361


(5)

Lampiran 20


(6)

Lampiran 21


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Pengaruh penggunaan alat peraga batang napier terhadap pemahaman konsep perkalian siswa kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang

11 82 255

“Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah 12 Pamulang

2 15 208

Penerapan Media Lagu untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Kelas II SD Muhammadiyah 12 Pamulang

1 25 0

PERBEDAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 101772 TANJUNG SELAMAT.

0 2 25

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI DI SD MUHAMMADIYAH 12 MEDAN.

0 3 35

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK Pe

0 2 14

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK Pe

0 1 12

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR PECAHAN SISWA KELAS III SD NEGERI KOWANGAN TEMANGGUNG.

0 1 141

PERBEDAAN PEMBELAJARAN NHT DAN TPS DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 5 SD

0 0 10