Beberapa Jenis Makroalga Yang Ditemukan di Zone Pasang Surut Pantai Pandawa Badung Bali.

(1)

BEBERAPA JENIS MAKROALGA YANG DITEMUKAN

DI ZONE PASANG SURUT PANTAI PANDAWA

BADUNG BALI

DRS. JOKO WIRYATO, MSi

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI

UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN


(2)

KATA PENGANTAR

Pantai Pandawa Kuta Selatan Badung merupakan kawasan pantai yang menjadi objek wisata baru bagi wisatawan domestik maupun mancanegara karena pasirnya putih dengan latar belakang tebing, airnya jernih dengan berbagai biota laut yang menarik. Fisik pantai yang menarik terus dibenahi dan diperindah sesuai dengan budaya setempat serta pelibatan masyarakat setempat terus dibina dan ditingkatkan dalam menarik kunjungan wisata.

Keberadaan flora perairan laut khususnya di zone littoral tidak kalah pentingnya dengan faktor lain yaitu sebagai penunjang keberlanjutan kawasan wisata Pantai Pendawa adalah keberadaan rumput laut (sea weed) baik yang tidak dibudidayakan maupun budidaya. Peran ekologi dan sebagai penyedia bahan baku keragenan, maka sangat diperlukan data dasar (data base) keragaman rumput laut di kawasan tersebut. Tersedianya data dasar rumput laut atau makroalga yang valid dan akurat dapat digunakan untuk menunjang kawasan wisata pendawa yang ramah lingkungan (environmental friendly).

Dengan demikian, hasil penelitian yang telah saya lakukan tersebut merupakan penelitian awal mengenai “Berbagai Jenis Makroalga Yang Ditemukan Di Zone Littoral Pantai Pandawa Badung Bali” dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

Bukit Jimbaran, 5 Januari 2016 Peneliti


(3)

ABSTRAK

BEBERAPA JENIS MAKROALGA YANG DITEMUKAN

DI ZONE PASANG SURUT PANTAI PANDAWA

BADUNG BALI

Pantai Pandawa merupakan tujuan wisata relatif baru di kabupaten Badung, sehingga masih diperlukan basis data baik fisik maupun biologi yang menunjang pariwisata berkelanjutan dan ramah lingkungan. Penelitian makroalga di zone pasang surut dimaksudkan sebagai data dasar untuk mengetahui berbagai jenis makroalga yang hidup dan berkembang dikawasan tersebut.

Penelitian dilakukan dengan metode eksplorasi secara horizontal pada zone pasang surut sepanjang pantai Pendawa, kemudian dilakukan analisis deskriptif berdasarkan karakter morfologi secara visual (warna, percabangan, bentuk thalus dan lain-lain). Analisis deskriptif dilakukan di laboratorium Taksonomi Tumbuhan Non-vaskuler di Jurusan Biologi FMIPA Unud.

Tiga klasis makroalga telah ditemukan yaitu Klorophyceae, Rhodophyceae dan Phaeophyceae yang didominasi oleh klasis Rhodophyceae sebanyak tujuh belas jenis. Jenis-jenis yang terbanyak adalah Gracilaria dan ada beberapa yang belum dapat dipastikan jenisnya.

Kata Kunci : Pantai Pendawa, pasang surut, makroalga, tujuh belas jenis rhodophyceae


(4)

ABSTRACT

SOME SPECIES MACROALGAE FOUND IN ZONE OF TIDAL BEACH PANDAWA BADUNG BALI

Pandawa Beach is a relatively new tourist destination in Badung, so the database is still needed both physical and biological support sustainable and environmentally friendly tourism. Research macroalgae in the tidal zone is intended as a baseline to determine the various species of macroalgae that live and develop the region.

The study was conducted by the method of exploration horizontally on tidal zone along the coast Pandawa, then performed a descriptive analysis based on morphological characters visually (color, branching, form thalus and others). Descriptive analyzes carried out in laboratories Non-Vascular Plant Taxonomy at the Department of Biology, Faculty Udayana University.

Three clasis macroalgae have found that chlorophyceae, rhodophyceae and phaeophyceae clasis rhodophyceae dominated by about 19 species. Most species are Gracilaria and there are some species that can not be confirmed.

Keywords: Pandawa Beach, tidal, macroalgae, seventeen species of rhodophyceae


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Karakter Umum Alga dan Makroalga ... 4

2.2. Habitat Makroalga dan fungsi Ekologis ... 7

2.3. Struktur, Daur Hidup Dan Repruduksi ... 8

2.4. Klasis Makroalga Berdasarkan Pigmen ... 10

2.4.1 Kelas Chlorophyceae (Algae Hijau) ... 11

2.4.2 Phaeophyceae (Alga Coklat) ... 12

2. 4.3 Rhodophyceae (Alga Merah) ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

3.2. Metode dan Analisis ... 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Klasis Chlorophyceae ... 20

4.1.1 Ulva lactuca ... 21


(6)

4.1.3. Halimeda sp ... 23

4.2 Klasis Rhodophyceae ... 23

4.2.1. Gracilaria textorii ... 24

4.2.2. Gracilaria sp. ... 25

4.2.3. Gracilaria salicornia ... 26

4.2.4. Gracilaria coronopifolia ... 27

4.2.5 Gracilaria sp2 ... 28

4.2.6 Gracilaria sp 4 ... 31

4.2.7. Sargassum sp ... 33

4.2.8. Amphiroa beauvoisii ... 34

4.2.9 Rhodnia palmate ... 36

2.4.10 Endocladida sp ... 38

2.4.11. Chodrus crispus ... 38

2.4.12. Gelidium amansii ... 40

2.4.13. Phyllophora crispa ... 41

2.4.14. Pterocladia capillacea ... 42

2.4.15. Palmaria palmata ... 43

2.4.16. Plocamium cartilangineum ... 44

2.4.17.Actinotrichia fragilis ... 45

4.3. Phaeophyceae ... 46

4.3.1. Dictyota sp ... 46

4.3.2. Dictyopteris sp ... 47

4.3.3. Cryptopelura ruprechtiana ... 48

4.3.4 Turbinaria sp ... 49

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 50 DAFTAR PUSTAKA


(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

Keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupuan fauna dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, diantaranya dapat memenuhi kebutuhan manusia karena mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Protein sebagai salah satu sumber pembangun tubuh dapat berasal dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani).Makroalga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan talusmultiselularyang umumnya hidup dan berkembang di zone littoral atau pasang surut.

Pulau Bali yang dikatagorikan pulau kecil memiliki pantai dengan keragaman fisik yang merupakan daya tarik wisatawan mancanegara maupun domestik, keragaman biologi yang tinggi tidak boleh diabaikan salah satunya adalah makroalga. Beberapa jenis makroalga yang termasuk kelompok thallophyta tersebut telah dapat digunakan masyarakat sebagai sayur dan dapat menopang kehidupan masyarakat, karena merupakan bahan industri pangan, kosmetik, farmasi dan dunia kedokteran. Dari sisi ekosistem, makroalga sebagai produsen yang mengandung berbagai pigmen yaitu hijau (chlorophyceae), merah (rhodophyceae) maupun coklat (phaeophyceae), sehingga berperan sebagai penghasil oksigen melalui fotosintesis. Keberadaan makroalga pada habitat pantai dapat menjaga kualitas perairan dan dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran perairan pantai sehingga secara tidak langsung dapat menopang kunjungan wisata.

Pantai Pandawa merupakan kawasan pantai yang berada di kawasan wisata Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Pantai ini terletak di balik perbukitan dan sering disebut dengan Pantai Rahasia (Secret Beach). Sesuai dengan namanya,


(8)

pantai ini memang merupakan salah satu kawasan pantai baru di Bali dan organisme yang menempati pantai tersebut belum banyak diketahui mengenai jenis, keragaman, sebaran dan dinamikanya.

Terjaganya habitat dari gangguan lingkungan ekternal menjadikan banyak spesies organisme laut dapat hidup secara lestari dalam keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah tanaman perairan pantai yang termasuk thallophyta atau makroalga yang kebanyakan masyarakat setempat menyebut rumput laut atau bulung bagi masyarakat Bali. Jenis makroalga yang ditemukan di kawasan ini juga berbagai macam, mulai dari alga merah, alga hijau, dan alga coklat.

Makroalga termasuk golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh yang secara relatif belum berdiferensiasi, tidak membentuk akar, batang dan daun. Tubuh makroalga atau ganggang secara keseluruhan disebut dengan talus atau ganggang dari golongan thallopytayang kebanyakan diantaranya hidup dilaut, diair tawar (Tjitrosoepomo,1983). Umumnya ditemukan melekat pada terumbu karang, batuan, potongan karang, cangkang moluska, potongan kayu dan sebagainya.Makroalga dapat diklasifikasikan menjadi tiga divisi berdasarkan kandungan pigmen fotosintetik dan pigmen asesoris, yaitu: Rhodophyta, Phaeophyta, dan Chlorophyta ( Tjitrosupomo, 1993).

Alga juga dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator adanya pencemaran karena dalam proses pertumbuhannya, alga membutuhkan nutrien alami terutama nitrat, sedangkan ketersediaan nutrien dilingkungan sangat bervariasi. Oleh karena itu, penelitian jenis-jenis makroalga di Pantai pendawa perlu dilakukan untuk mendasari pengembangannya yang menopang pengembangan pariwisata berkesinambungan dan berwawasan lingkungan.


(9)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut maka terdapat beberapa rumusan permasalahan mengenai makroalga antara lain :

1. Apa saja jenis-jenis alga makroskopis yang ditemukan di daerah Pantai Pandawa ?

2. Apa saja jenis-jenis makroalga yang paling banyak atau dominan ditemukan di Pantai Pendawa ?

3. Bagaimana deskripsi masing-masing jenis makroalga secara visual dan morfologi ?

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian tersebut dilakukan bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi jenis makroalga yang terdapat di Pantai Pandawa 2. Mengetahui jenis makroalga yang mendominasi di Pantai Pandawa 3. Mendeskripsi setiap jenis makroalga yang ditemukan secara visual

dan morfologi 1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat lapangan ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan berbagai jenis makroalga yang terdapat di pantai Pendawa Badung

2. Untuk mengetahui species makroalga yang paling banyak yang termasuk dalam masing – masing klasis

3. Mendapatkan data dasar (data base) untuk dapat digunakan dalam pengembangan dan konservasi makroalga yang mendukung pariwisata berkelanjutan.


(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakter Umum Alga dan Makroalga

Sulisetijono (2009) menyatakan bahwa alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan thalus (uniselular dan multiselular), alat reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga yang alat reproduksinya tersusun dari banyak sel. Alga atau biasa disebut dengan tumbuhan ganggang merupakan tumbuhan talus yang memiliki habitat di air, baik air tawar maupun air laut, dan setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang basah dan lembab.

Alga memiliki inti dan plastida, dan di dalam plastida terdapat zat klorofil. Klorofil yang terdapat di dalam sel alga adalah klorofil a dan klorofil, atau keduanya. Selain itu terdapat zat warna yang merupakan salah satu ciri-ciri yang membedakan antara alga yang satu dengan lainnya. Zat warna tersebut berupa fikosianin (berwarna biru), fikosantin (berwarna pirang), fikoeritrin (berwarna merah). Di samping itu, jugadapat ditemukan zat-zat warna santofil, dan karoten (Tjitrosoepomo, 2005).Alga termasuk dalam kelompok Thallophyta atau tumbuhan bertalus dengan morfologi tubuh tidak memiliki daun, batang, dan akar, semuanya hanya terdiri dari talus saja. Sampai kini Thallophyta memiliki 7 fila yaitu Euglenophyta, Chlorophyta, Chrysophyta, Pyrrophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, dan Cryptophyta. Untuk menentukan divisi danmencirikan kemungkinan hubungan filogenetik di antara kelas secara khas dipakai komposisi plastida pigmen, persediaan karbohidrat, dan komposisi dinding sel (Aslan, 1991).


(11)

Alga termasuk dalam kelompok Thallophyta atau tumbuhan bertalus dengan morfologi tubuh tidak memiliki daun, batang, dan akar, semuanya hanya terdiri dari talus saja. Sampai kini Thallophyta memiliki 7 fila yaitu Euglenophyta, Chlorophyta, Chrysophyta, Pyrrophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, dan Cryptophyta. Untuk menentukan divisi danmencirikan kemungkinan hubungan filogenetik di antara kelas secara khas dipakai komposisi plastida pigmen, persediaan karbohidrat, dan komposisi dinding sel (Aslan, 1991).Jenis alga dengan ukuran yang bisa diamati tanpa menggunakan mikroskop digolongkan dalam kelompok makroalga, sedangkan jenis alga yang hanya bisa diamati dengan menggunakan mikroskop digolongkan dalam kelompok mikroalga.

Makroalga merupakan tumbuhan thalus yang hidup di air, setidaktidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah. Selnya selalu jelas mempunyai inti dan plastida, dan dalam plastidanya terdapat zat-zat warna derivat klorofil, yaitu klorofil a dan b atau kedua-duanya. Selain derivat-derivat klorofil 10 terdapat pula zat-zat warna lain, dan zat warna lain inilah yang justru kadang-kadang lebih menonjol dan menyebabkan ganggang tertentu diberi nama menurut warna tadi. Zat-zat warna tersebut berupa fikosianin (warna biru), fikosantin (warna pirang), dan fikoeritrin (warna merah). Disamping itu, juga biasa ditemukan zat-zat warna santofil, dan karotin (Tjitrosoepomo, 1998).

Makroalga adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat pada substrat di dasaran laut. Tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang, daun, bunga, buah dan biji sejati (Guiry,2006). Makroalga tersebut umumnya menempel pada substrat di dasar perairan laut sehingga seperti karang


(12)

mati,fragmen karang, dan pasir.Makroalga disebut juga dengan ganggang laut yang bersifat multiseluler makroskopis. Jenis alga yang termasuk ke dalam makroalga ini pada umumnya digunakan untuk produksi makanan, obat-obatan, dan industri kimia lainnya.

Fungsi utama makroalga adalah sebagai sumber makanan yang kaya akan protein bagi organisme laut itu sendiri ataupun manusia karena makroalga merupakan satu-satunya tumbuhan dengan struktur asam amino lengkap (Hardayanti,2004).KlasisChlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat), Rhodophyceae (alga merah), dan Chrysophyta (alga keemasan) merupakan jenis alga yang termasuk dalam makroalga. Chlorophyceae (alga hijau) memiliki jenis pigmen yaitu klorofil dengan warna yaitu hijau, Phaeophyceae (alga coklat) jenis pigmen yaitu fikosantin dengan warna yaitu coklat Rhodophyceae (alga merah) jenis pigmen yaitu fikoeritrin dengan warna yaitu merah, dan Chrysophyta (alga keemasan) jenis pigmen yaitu karoten dengan warna yaitu emas. Sebagai produsen primer, kelompok alga ini juga memfiksasi bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan cahaya matahari yang dimanfaatkan langsung oleh herbivor (Asriyana dan Yuliana, 2012).

Polisakarida merupakan kandungan utama makroalga dengan presentasi mencapai 50% berat sel kering. Polisakarida yang dihasilkan memiliki jenis dan komposisi yang spesifik dan bergantung pada faktor lingkungan. Makrolga telah dimanfaatkan untuk keperluan berbagai usaha selama 50 tahun terakhir ini, diantaranya adalah sebagai sumber makanan, pakan ternak, sumber lipid, vitamin, pigmen, pupuk, obat-obatan, dan bahan kumiawi khusus lainnya.


(13)

Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmenfikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Alga ini pada umumnya bersel banyak (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran (Tjitrosoepomo, 2005).Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai bahan makanan (sebagai pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar).

Alga merah sebagai bahan makanan memiliki kandungan serat lunak yang baik bagi kesehatan usus. Sedangkan makroalga divisi Chlorophyta memiliki thallus berbentuk filament, membran, dan tabung. Algae kelas ini juga mempunyai bentuk yang sangat beragam, tetapi bentuk umum yang dijumpai adalah bentuk filamen (seperti benang) dengan septa (sekat) atau tanpa sekat, dan berbentuk lembaran.

2.2.Habitat Makroalga dan fungsi Ekologis

Makroalga (Tumbuhan ganggang) merupakan tumbuhan bertalus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut. Makroalga hidup dengan melekat pada sesuatu yang ada dalam air, misalnya batu, pasir, atau kayu yang disebut bentos. Makroalga juga merupakan komponen pembentuk ekosistem terumbu karang, karena makroalga sendiri menyumbang banyak bagi kehidupan binatang aquatik terutama herbivor laut. Selain fungsi tersebut, makroalga juga memiliki fungsi ekologis sebagai penyedia karbonat dan pengokoh substrat dasar yang bermanfaat bagi menunjang kebutuhan hidup manusia sebagai bahan pangan industri.Sebaran makroalga di perairan laut secara umum mengikuti sebaran


(14)

terumbu karang sebagai habitatnya. Namun sebaran makroalga juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan karakteristik jenis makroalga tersebut (Atmadja, 1999).

Menurut Atmaja dan Sulistijo (1988) penyebaran makroalga dibatasi oleh daerah litoral dan sub litoral dimana masih terdapat sinar matahari yang cukup untuk dapat melakukan proses fotosintesis. Didaerah litoral merupakan tempat yang cocok bagi kehidupan alga karena terdiri atas batuan.Daerah intertidal pada pantai yang berbatu-batu mempunyai sifat tertutup sesuai daerah alga merah atau alga coklat terutama alga dari genus fucus alga yang sering disebut rumput laut (seaweeds). Sebagian kecil makroalga laut melekat pada substrat dasar berupa berlumpur dan berpasir. Sebagian besar makroalga hidup dan melekat pada benda keras yang cukup kokoh. Umumnya ditemukan melekat pada terumbu karang, batuan, potongan karang, cangkang molusca, potongan kayu dan sebagainya.

Secara ekologis, alga ini berfungsi sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis fauna yang menghasilkan endapan kapur yang berguna bagi pertumbuhan karang di daerah tropis untuk ikut memperkuat fondasi terumbu karang tersebut. Selain itu alga berfungsi untuk mencegah pergerakan substrat, penyaring air dan berperan penting dalam produksi primer di lautan serta sebagai pembesaran dan pemijahan biota-biota laut dan dapat memproduksi zat-zat organik (Duxbury.1989).

2.3. Struktur, Daur Hidup Dan Repruduksi

Dinding sel, dinding sel tersusun oleh 2 macam bahan, bagian dalam tersusun dari bahan yang tidak larut dalam air dan bagian luar tersusun oleh pectin.


(15)

Struktur/susunan sel, sel alga biru bersifat prokariotik, sedangakan yang lainya bersifat eukariotik.

Tipe plastida yang dijumpai pada alga adalah kloroplas dengan bermacam-macam pigmen yang diperlukan untuk fotosintesis. Pigmen pada alga memperlihatkan variasi warna yang cukup nyata seiring dengan perubahan-perubahan pada kondisi linkungan yang berbeda. Klorofil diketahui ada 5 macam yang ditemukan pada alga yaitu klorofil a dapat ditemukan pada semua jenis alga. Klorofil b hanya ditemukan pada chlorophyta, dan euglena. Klorofil c dapat ditemukan pada chrysophyta, pyrrophyta, cryptophyta dan phaeophyta, klorofil d hanya dijumpai pada rhodophyta, sedangkan klorofil e hanya dimiliki oleh semua genus tribonema dan pada zoosprora vancheria. Cadangan makanan, bentuk candangan makanan alga yang disimpan bervariasi antar kelompok alga . pada chlorophyta berupa amilum seperti pada tumbuhan tinggi. Pada cyanophyta berupa tepung myxophycean dan pada rhodophyta berupa tepung floridean dan padaphaeophyta cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Alat gerak, berupa flagel, Perkembangbiakan, dengan cara vegetatif, sporik, dan gametik.

Pada thallophyta spora benar-benar merupakan alat reproduksi, yaitu sebagai calon-calon individu baru. Sifat gamet yang beranekaragam, demikian pula gametangiumnya, menyebabkan perbedaan-perbedaan pula dalam terjadinya peleburan sel-sel kelamin itu. Berbagai cara perkembangbiakan seksual pada tumbuhan thallus seperti misalnya: isogami, anisogami, gametangiogami, dan oogami, mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut (Tjitrosoepomo, 2005).


(16)

Perkembangbiakan makroalga dapat terjadi melalui dua cara, yaitu secara vegetatif dengan thallus dan secara generatif dengan thallus diploid yang menghasilkan spora. Perbanyakan secara vegetatif dikembangkan dengan cara setek, yaitu potongan thallus yang kemudian tumbuh menjadi tanaman baru. Sementara perbanyakan secara generatif dikembangkan melalui spora, baik alamiah maupun budidaya. Pertemuan dua gamet membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi sporofit. Individu baru inilah yang mengeluarkan spora dan berkembang melalui pembelahan dalam sporogenesis menjadi gametofit (Anggadiredja, 2009).

Daur hidup dan pergantian keturunan, daur hidup adalah proses yang dimulai dari satu individu sampai terbentuk generasi baru. Selama perkembangan alga melalui sejumlah tahap yang berbeda dan urutanya disebut sejarah hidup. Dalam daur hidup untuk setiap alga adalah berbeda, tumbuhan yang mempunyai generasi dengan inti haplit disebut gametofit.dan yang mengandung inti diploid disebut sporofit. Urutan secara teratur dari gametofit dan sporofit disebut pergantian generasi.

2.4.Klasis Makroalga Berdasarkan Pigmen

Makroalga yang berukuran besar tergolong dalam tiga kelompok besar, yaitu Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat) dan Rhodophyceae (alga merah). Sebagai produsen primer, kelompok alga ini juga menfiksasi bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan cahaya matahari yang dimanfaatkan langsung oleh herbivor (Asriyana dan Yuliana, 2012).


(17)

2.4.1. Kelas Chlorophyceae (Algae Hijau)

Talus Chlorophyceae uniseluler atau membentuk koloni berbentuk benang bercabang (seperti kormus) atau tabung atau talus yang berinti banyak, talus yang beruas-ruas dan sebagainya.Sel Chlorophyceae mengandung klorofil a dan b, karotenoid, dan pirenoid.Bentuk plastida menjadi aspek penting dalam klasifikasi tingkat marga.Hasil asimilasi dari kelas Chlorophyceae berupa tepung amilum dan lemak.Kelas Chlorophyceae habitatnya 90% di air tawar dan 10% di air laut, sebagai penyusun plankton atau bentos.

Alga (tumbuhan ganggang) merupakan tumbuhan thallus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah. Alga yang hidup di air ada yang bergerak aktif, ada yang tidak. Jenis-jenis yang hidup di air, terutama yang tubuhnya ber sel tunggal dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun plankton, tepatnya fitoplankton. Walaupun tubuh ganggang menunjukkan keanekaragaman yang sangat besar, tetapi semua selnya selalu jelas mempunyai inti dan plastida, dan dalam plastidnya terdapat zat-zat warna derivat klorofil, yaitu klorofil-a atau klorofil-b atau kedua-duanya selain derivat klorofil terdapat pula zat warna lain inilah yang justru kadang-kadang lebih menonjol dan menyebabkan kelompok ganggang tertentu diberi nama menurut warna tersebut. Zat warna tersebut berupa fikosianin (berwarna biru), fikosantin (berwarna pirang), fikoeritrin (berwarna merah). Di samping itu juga dapat ditemukan zat-zat warna santofil, dan karoten (Tjitrosoepomo, 2005).

Alga dimasukkan ke dalam divisi Thallophyta (tumbuhan berthallus) karena mempunyai kerangka tubuh (morfologi) yang tidak berdaun, berbatang, dan


(18)

berakar, semuanya terdiri dari thallus (batang) saja. Sampai kini Thallophyta memiliki 7 filum yaitu Euglenophyta, Chlorophyta, Chrysophyta, Pyrrophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, dan Cryptophyta. Untuk menentukan divisi dan mencirikan kemungkinan hubungan filogenetik di antara kelas secara khas dipakai komposisi plastida pigmen, persediaan karbohidrat, dan komposisi dinding sel (Aslan, 1991).

2.4.2 Phaeophyceae (Alga Coklat)

Phaeophyceae adalah ganggang yang berwarna coklat/pirang. Dalam kromatoforanya terkandung klorofil a, karotin dan xanthofil tetapi yang terutama adalah fikosantin yang menutupi warna lainnya dan menyebabkan ganggang itu kelihatan berwarna pirang. Sebagai hasil asimilasi dan sebagai zat makanan cadangan tidak pernah ditemukan zat tepung, tetapi sampai 50 % dari berat keringnya terdiri atas laminarin, sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin dan lebih dekat dengan selulosa daripada zat tepung. Selain laminarin, juga ditemukan manit, minyak dan zat-zat lainnya. Dinding selnya sebelah dalam terdiri atas selulosa, yang sebelah luar dari pektin dan di bawah pektin terdapat algin. Sel-selnya hanya mempunyai satu inti (Estiati ,1995)

Perkembangbiakannya dapat berupa zoospora dan gamet. Kebanyakan phaeophyceae hidup dalam air laut dan hanya beberapa jenis saja yang dapat hidup di air tawar. Di laut dan samudera di daerah iklim sedang dan dingin, thallusnya dapat mencapai ukuran yang amat besar dan sangat berbeda-beda bentuknya (Tjitrosoepomo, 1994). Menurut Romimohtarto dan Juwana (2009), alga coklat berukuran besar, alga ini sangat berkembang di perairan yang sangat dingin karena alga ini adalah khas tumbuh-tumbuhan pantai berbatu. Terdapat


(19)

beberapa kelompok alga coklat ini yang hidupnya bersifat epifit yakni menempel pada makroalga lainnya. Terdapat delapan marga alga coklat yang sering ditemukan di Indonesia. Berikut ini adalah marga-marga alga coklat adalah: a. Cystoseira sp. hidup menempel pada batu di daerah rataan terumbu

dengan alat pelekatnya yang berbentuk cakram kecil. Alga ini mengelompok bersama dengan komunitas Sargassum dan Turbinaria. Alga ini mempunyai dua atau tiga sayap longitudinal dengan pinggiran bergerigi. Sayap ini mencapai lebih dari 0,5 cm lebarnya. Kantung udaranya terdapat di sepanjang thallus.

b. Dictyopteris sp. hidup melekat pada batu di pinggiran luar rataan terumbu jarang dijumpai. Jenis alga ini banyak ditemukan di Selatan Jawa, Selat Sunda dan Bali.

c. Dictyota (D. bartayresiana), tumbuh menempel pada batu dan karang mati di daerah rataan terumbu. Warnanya coklat tua dan mempunyai thallus bercabang yang terbagi dua. Thallus yang pipih, lebarnya 2 mm.

d. Hormophysa (H. triquesa), hidup menempel pada batu dengan alat pelekatnya berbentuk cakram kecil. Alga ini hidup bercampur dengan Sargassum dan Turbinaria dan hidup di rataan terumbu.

e. Hydroclathrus (H. clatratus), tumbuh melekat pada batu atau pasir di daerah rataan terumbu dan tersebar agak luas di perairan Indonesia.

f. Padina (P. australis), tumbuh menempel pada batu di daerah rataan terumbu, baik di tempat terbuka, di laut maupun di tempat terlindung. Alat pelekatnya yang melekat pada batu atau pada pasir, terdiri dari cakram pipih, biasanya terbagi menjadi cuping-cuping pipih 5 – 8 cm lebarnya. Tangkai


(20)

yang pipih dan pendek menghubungkan alat pelekat ini dengan ujung meruncing dari selusin daun berbentuk kipas. Setiap daun mempunyai jari-jari 5 cm atau lebih.

g. Sargassum terdapat teramat melimpah mulai dari air surut pada pasang-surut bulan setengah ke bawah. Alga ini hidup melekat pada batu atau bongkahan karang dan dapat terlepas dari substratnya selama ombak besar dan menghanyut ke permukaan laut atau terdampar di bagian atas pantai. Warnanya bermacam-macam dari coklat muda sampai coklat tua. Alat pelekatnnya terdiri dari cakram pipih. Di perairan Indonesia tercatat tujuh jenis, yakni: S. polycystum, S. plagiophyllum, S. duplicatum, S. crassifolium, S. binderi, S. echinocarpum, dan S. cinereum.

h. Turbinaria terdiri dari tiga jenis yang tercatat, yakni T. conoides, T. decurrens, dan T. ornate. Alga ini mempunyai cabang-cabang silindris dengan diameter 2-3 mm dan mempunyai cabang lateral pendek dari 1-1,5 cm panjangnya. Alga ini terdapat di pantai berbatu dan paparan terumbu. 2.4.3 Rhodophyceae (Alga Merah)

Rhodophyceae memiliki warna merah sampai ungu. Kadang-kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan. Kromatoforanya berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil a dan karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat warna merah yang mengadakan fluoresensi, yaitu fikoeritrin. Pada jenis-jenis tertentu terdapat fikosianin. Sebagian asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, yang juga merupakan hasil polimerasi glukosa, berbentuk nulat, tidak larut dalam air, seringkali berlapis-lapis jika dibubuhi yodium berwarna kemerah-merahan.


(21)

Tepung ini sifatnya dekat dengan glikogen dan tidak terdapat dalam kromatoforanya, melainkan pada permukaannya. Selain itu juga terdapat floridosida (senyawa gliserin dan galaktosa) dan tetes-tetes minyak.

Kadang-kadang juga terdapat pirenoid. Rhodophyceae kebanyakkan hidup di dalam air laut, terutama dalam lapisan-lapisan air yang dalam, yang hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek. Hidupnya bentos, melekat pada suatu substrat dengan benang-benang pelekat atau cakram pelekat (Tjitrosoepomo, 1994). Rhodophyta (alga merah) merupakan makroalga yang jarang ditemukan di air tawar. Alga merah ini tidak ada ditemukan yang bersifat plantonik. Beberapa genera dari alga ini dapat ditemukan di air tawar yang merupakan spesies endemik. Spesies dalam bentuk filamen (misalnya Batrachospermum) hanya terbatas pada sungai yang berarus deras dengan kondisi oksigen yang bagus dan airnya yang bersuhu dingin (Asriyana dan Yuliana, 2012). Menurut Juwana dan Romimohtarto (2001), tercatat 17 marga terdiri dari 34 jenis. Berikut ini marga-marga alga merah yang ditemukan di Indonesia diantaranya adalah:

a. Acanthophora terdiri dari dua jenis yang tercatat, yakni A. spicifera, danmuscoides.Alga ini hidup menempel pada batu atau benda keras lainnya. b. Actinotrichia (A. fragilis) terdapat di bawah pasut dan menempel pada

karangmati. Sebarannya luas terdapat pula di padang lamun.

c. Anansia (A. glomerata) tumbuh melekat pada batu di daerah terumbu karang dan dapat hidup melimpah di padang lamun.

d. Amphiroa (A. fragilissima) tumbuh menempel pada dasar pasir di rataan pasir atau menempel pada substrat dasar lainnya di padang lamun. Sebarannya luas.


(22)

e. Chondrococcus (C. hornemannii) tumbuh melekat pada substrat batu di ujung luar rataan terumbu yang senantiasa terendam air.

f. Corallina belum diketahui jenisnya. Alga ini tumbuh di bagian luar terumbuyang biasanya terkena ombak langsung. Sebarannya tidak begitu luas terdapat antaranya di pantai selatan Jawa.

g. Eucheuma adalah alga merah yang biasa ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasang-surut bulan setengah. Alga ini mempunyai thallus yang silindris, berdaging dan kuat dengan bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada beberapa jenis. Thallusnya licin. Warna alganya ada yang tidak merah, tetapi coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu dengan bercak merah. Di Indonesia tercatat empat jenis, yakni E. denticulatum (E. spinosum), E. edule, E. alvarezii (Kappaphycus alvarezii), dan E. serra. h. Galaxaura terdiri dari empat jenis, yakni G. kjelmanii, G. subfruticulosa, G.

subverticillata, dan G. rugosa. Alga ini melekat pada substrat batu di rataan terumbu.

i. Gelidiella (G. acerosa) tumbuh menempel pada batu. Alga ini muncul di permukaan air pada saat air surut dan mengalami kekeringan. Alga ini digunakan sebagai sumber agar yang diperdagangkan.

j. Gigartina (G. affinis) tumbuh menempel pada batu di rataan terumbu, terutama di tempat-tempat yang masih tergenang air pada saat air surut terendah.

k. Gracilaria terdiri dari tujuh jenis, yakni G. arcuata, G. coronopifolia, G. foliifera, G. gigas, G. salicornia, dan G. verrucosa.


(23)

l. Halymenia terdiri dari dua jenis, yakni H.durvillaei, dan H. harveyana. Alga ini hidup melekat pada batu karang di luar rataan terumbu yang selalu tergenang air.

m. Hypnea terdiri dari dua jenis, yakni H. asperi, dan H. servicornis. Alga ini hidup di habitat berpasir atau berbatu, adapula yang bersifat epifit. Sebarannya luas.

n. Laurencia terdiri dari tiga jenis yang tercatat, yakni L. intricate, L. nidifica, danL.obtusa. Alga ini hidup melekat pada batu di daerah terumbu karang. o. Rhodymenia (R. palmata) hidup melekat pada substrat batu di rataan terumbu. p. Titanophora (T. pulchra) jarang dijumpai, jenis ini terdapat di perairan

Sulawesi.

q. Porphyra adalah alga cosmopolitan. Marga alga ini terdapat mulai dari perairan subtropik sampai daerah tropik. Alga ini dijumpai di daerah pasut (litoral), tepatnya di atas daerah litoral. Alga ini hidup di atas batuan karang pada pantai yang terbuka serta bersalinitas tinggi.


(24)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tersebut dilakukan dua kali, pertama adalah pengambilan sampel secara in-situ di zone intertidal atau pasang surut Pantai Pendawa yaitu pada waktu surut terendah selama dua jam antara jam 6.30-7.30, hari Rabu tanggal 18 Nopember 2015. Kedua yaitu pengamatan secara deskriptif yang dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Non-vaskuler Jurusan Biologi selama lima hari.

3.2. Metode dan Analisis Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel makroalga dilakukan dengan metode eksplorasi yaitu dengan menjelajah kawasan pantai Pendawa pada zone intertidal. Selama penjelajahan diambil atau dikumpulkan jenis-jenis makroalga yang berbeda berdasarkan warna dan bentuk, kemudian dimasukkan dalam kantung plastik untuk diamati di laboraturium.

Pengamatan Laboraturium

Makroalgae (ganggang) yang telah diambil dari pantai Pendawa kemudian diamati secara visual berdasarkan karakter dari warna, bentuk thallus, percabangan, karakter spesifik (bintil atau licin) dan dikelompokkan sesuai karakter masing-masing algae (ganggang) sehingga menjadi kategori klasis.


(25)

Analisis penelitian dilakukan secara kualitatif dengan mengacu pada karakter spesifik yang diidentikan dengan gambar atau acuan karakter-karakter makroalga yang telah ada (Tjitrosupomo, 1993, 1994, 2005, 2009, 2012,Guiry, 2012 dan Romimohtarto, 2009).

Hasil identifikasi makroalga kemudian dideskripsi dan didokumentasikan dalam bentuk foto.


(26)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Klasis Chlorophyceae

Gambar 1.1Ulva lactuca 4.1.1 Ulva lactuca

Ulva sp merupakan ganggang hijau yang sel-selnya selalu mempunyai 1 inti dan kloroplas. Bagian tubuhnya terdiri atas talus dan pelekat. Tallusnya terdiri dari dua lapisan sel yang membentuk struktur seperti parenkim. Habitat dari Ulvaspini di laut dangkal atau di daerah pesisir pantai. Ulva sp. juga merupakan alga yang berbentuk heterothalik, berkembangbiak secara aseksual dengan oospora berflagel empat yang terbentuk pada sel-sel vegetatif.Ulva berhabitat di air laut dan air payau.Warnanya hijau, bentuknya berupa helaian atau lembaran-lembaran tipis.

Susunan tubuhnya foliaceaus atau parenkimatis, yaitufilamen yang pembelahan sel vegetatif terjadi lebih dari satu bidang.Sifat khusus Ulva


(27)

spbentuknya yang berupa helaian atau lembaran-lembaran tipis dan mengahasilkan zat alginat untuk kosmetik.Ulva spsering disebut sebagai selada laut karena thallus dari alga ini berbentuk lembaran yang menyerupai selada. Lembaran daun berwarna hijau karena pengaruh dari kandungan klorofil a dan b.

Alga ini merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Perbedaan dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen khlorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofil. Hasil asimilasi dari beberapa amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi, yaitu amilose dan amilopektin (Nontji, 1993).

Gambar 1.2. Codium harveyisilv 4.1.2.Codium harveyisilva

Codium harveyisilva adalah salah satu alga yang termasuk kedalam divisi Chlorophyta atau disebut juga alga hijau. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas yaitu klorofil a, klorofil b, beta-karoten, serta berbagai macam xantofil (lutein,


(28)

violaxhantin, zeaxhantin), sehingga alga ini berwarna hijau dan merupaka alga yang bersifat fotoautotrof.

Alga ini berhabitat di zona pasang surut air laut. Berdasarkan hasil pengamatan, alga ini berwarna hijau tua. Tallus pada alga ini berbentuk silindris atau batang. Tekstur pada alga ini lunak seperti spons. Tallus pada Codium harveyisilva adalah percabangan dikotom. Pada ujung bawah alga terdapat holdfast yang berfungsi untuk melekat pada substrat.pada permukaan tallus tidak terdapat bintil – bintil seperti pada Gracilaria textorii.

Codium harveysilvamerupakanjenis mikroalga yang tergolong kedalamkelasBryosidophyceaeberwarnahijautua (chlorophyta).Alga inimenempelpadasuatu substrat yang ditemukan di kedalaman 8m daritepilaut.Bentukthalussilindris, berporisepertisponsdenganteksturthaluslunak,

denganpercabangandikotom, holdfast

berbentukserabut.Secarakeseluruhanmemilikiukuranthallus 10,5 cm, lebar 6,7cm panjang holdfast 1,5cm.Codium harveyisilvaadalahganggang multi selulergolongandivisiChlorophyta.PadaCodium

harveyisilvadindingselnyatersusunatasdualapisan.Bagiandalamtersusunatasselulos edanlapisanluartersusundari pectin.Kloroplasterbungkusoleh system membran rangkap.Pigmen yang terdapatdalamkloroplasyaituklorofil a, klorofil b, beta-karoten, sertaberbagaimacamxantofil (lutein, violaxhantin, zeaxhantin) halitulahsalahsataupendukungpenyusunpada alga hijau.


(29)

4.1.3. Halimeda sp

Halimeda sp. merupakan jenis alga hijau dengan panjang thallus 8 cm, yang sangat kaku dan berbentuk seperti ginjal yang bercabang, berlekuk tiga atau tumpang tindih dan tidak teratur. Dengan lebar 0,7 cm serta tinggi 0,5 cm. Halimeda sp.banyak di jumpai pada daerah terumbu karang yang kondisi pantainya tenang dan agak terlindung, hidup membuat koloni atau berkelompok dan mempunyai perekat berupa rhizoid yang tersebar dan membungkus segmen. Jenis ini terdapat dibawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah pada pantai berbatu dan paparan terumbu.


(30)

4.2.1.Gracilaria textorii

Gracilaria textoriiadalah salah satu alga yang termasuk kedalam divisi Rhodophyta atau disebut juga alga merah. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmenfikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Alga ini pada umumnya bersel banyak (multiseluler) dan makroskopis. Alga ini berhabitat di zona pasang surut air laut.Berdasarkan hasil pengamatan, warna Gracilaria textorii merah kecoklatan. Tallus pada Gracilaria textoriiberbentuk lembaran. Pada permukaan tallus terdapat bintil – bintil menyerupai papilla berbintil yang keras. Bintil tersebut merupakan hasil dari proses perkembangan karpogonium dan disebut sebagai sistokarp.Struktur Gracilaria textorii kenyal berdaging. Tallus pada Gracilaria textorii adalah percabangn dikotomiseperti yang terlihat pada gambar pengamatan.

Gracilariatextoriimerupakan,

jenismakroalgadenganthallusberbentuklembaran,

denganpercabangandikotom.Berukuranpanjangkira-kira 3-5

cm.Memilikistrukturkenyalberdaging.Dan pada permukaantallusterdapatbintil – bintilbergerigi,

danbagianatasberlendir.Holdfasttumbuhmelekatpadasubstratbatukarang.

Gracilaria textoriimerupakan makroalga yang tergolongkedalamRhodophyta yang dominanberwarnamerah, karenamengandungpigmenfotosintetik yang

disebutfikobilin.Hal itulah yang

menjadikanmakroalgainimenjadiberwarnamerah.Makroalga ini ditemukanbanyak

di pantai Pandawa, halini di karena airnya yang


(31)

Pertumbuhan Gracilaria textorii pada umumnya lebih banyak hidup ditempat yang dangkal daripada tempat yang dalam. Substrat tempat menempelnya dapat berupa batu, dan karang. Gracilaria textorii kebanyakan lebih menyukai intensitas cahaya yang tinggi, hal itu dikarenakan dapat membantu pertumbuhannya, dengan suhu maksimum berkisar kira-kira 200-230C, dan

tumbuh pada kisaran dengan kadar garam 50 per mil.

Gbr 2.2. Gracilaria sp1 4.2.2. Gracilaria sp.

Gracilaria spmerupakan rumput laut yang termasuk dalam kelas alga merah (Rhodophyceae). Gracilaria sp. menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid yang disebut agar. Ciri dariGracilaria sp. adalah mempunyai bentuk thallus silindris dengan percabanganyang rumit dan rimbun, di atas percabangan umumnya bentuk thalli (kerangka tubuh tanaman) agak mengecil, permukaannya halus atau berbintil-bintil. Gracilaria sp. berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil a dan karetonoid, tetapi warna itu tertutup fikoetrin.


(32)

Percabangan menyirip atau menggarpuganggang merah (Gracilaria sp.) termasukdalamkelas rhodophyceaekarenaberwarnamerah. Kromatofora berbentuk cakram, mengandung klorofil a dan sertaterdapat pigmen tambahan berupa karotenoid,zexantin, dan lutein, tetapi warna ditutupi fikoeritrin. Thallus berbentuk silindris, percabangan mulai dari yang sederhana,dikotom, sampai yang rumit dan rimbun, substansi thallus menyerupai gel atau lunak.

Gambar 2.3. Gracilaria slicornia 4.2.3.Gracilaria salicornia

Ciri umum Gracilaria salicorniaadalahmempunyaibentukthalus silindris atau gepeng denganpercabanganmulaidari yang sederhanasampai yang paling rumit dan rimbun diataspercabangannyaumumnyabentuk thalli (kerangka tubuh tanaman) agak mengecil, permukaannya halus atau berbintil bintil, diameter talus berkisar antara 0,5-2 mm. Panjang dapat mencapai 30 cm ataulebihdanGracilaria salicornia tumbuh di rataanterumbukarangdengan airjernihdanaruscukup dengan salinitas ideal berkisar antara 20-28 per mil.


(33)

Gracilaria salicorniamempunyaithalus yang bulat, licin, berbuku-buku

atau bersegmen segmendanmembentukrumpun yang

lebatberekspansimelebar(radial) sertapanjangrumpunnyadapatmencapai 25cm. Percabangantimbulpadasetiapantarbuku. Warnahijaukekuning-kuningan (agakhijaukearah basal/dasar dan kuning di bagian ujung). Substansi cartilaginous danmudahpatah (getas/rapuh).

SiklushidupGracilaria salicorniabersifat trifasik, artinya, dalam satu siklus hidupnyamengalamipergantianfasepertumbuhan yaitu : fase gametofit, fasekarposporofitdanfase tetrasporofit.vSiklushidup Gracilaria salicornia dapat kitalihatpadaGambar 6. Ketigafasepertumbuhan tersebut menjadi bagian yang mutlakdialamidalamsatusikluspertumbuhanGracilaria salicornia

Gbr 2.4Gracilaria coronopifolia 4.2.4. Gracilaria coronopifolia

Gracilaria coronopifolia adalah jenis alga dari kelas Florideophyceae yang mempunyai bentuk thallus silindris kecil dan panjang, dengan percabangan


(34)

seperti jarum, permukaannya halus tetapi ada juga yang memiliki bintil-bintil kecil.

Alga jenis ini sebagian besartumbuh pada substrat, ditemukan disekitar bibir pantai, dengan air jernih dan arus cukup dengan salinitas ideal berkisar 20-28 ppm.morfologi rumput laut gracilaria tidak memiliki perbedaan antara akar, batang dandaun.Faktorlingkungansangatberpengaruhterhadap pertumbuhan alga jenis ini, faktorlingkungan seperti cahaya, suhu, kadar garam gerakan air, danfaktorbiologissepertibinatang laut, berpengaruh penting padareproduksi algae.

Gbr.2.5 Gracilaria sp2

4.2.5 Gracilaria sp2

Gracilaria sp2. termasuk kelompok alga merah yang merupakan organisme autotrof yang belum mempunyai akar, batang dan daun yang sebenarnya. Gracilaria sp2. menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid yang disebut agar. Ciri umum dari Gracilaria sp2. adalah mempunyai bentuk thallus silindris atau gepeng dengan percabangan mulai dari yang


(35)

sederhana sampai pada yang rumit dan rimbun, di atas percabangan umumnya bentuk thalli (kerangka tubuh tanaman) agak mengecil, permukaannya halus, diameter thallus berkisar antara 0,5 – 2 mm. Panjang dapat mencapai 30 cm atau lebih dan Glacilaria sp2. tumbuh di rataan terumbu karang dengan air jernih dan arus cukup dengan salinitas ideal berkisar 20-28 per mil (Anggadiredja, 2006).Gracilaria sp2. dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan, industri gel, adsorben logam berat, pembuatan bir, sumber potensial senyawa bioaktif.

Glacilaria sp2 hidup berbentuk koloni, hidupnya bersifat bentik pada tempat-tempat yang perairannya dangkal dan berpasir, berlumpur, atau pasir berlumpur. Rumput laut menyenangi daerah pasang surut yang perairannya jernih, dan menempel pada karang yang mati, potongan kerang, maupun substrat keras lainnya, baik yang dibentuk secara alamiah maupun buatan (Afrianto dan

Liviawati, 1993).Gracilaria sp. berkembang biak

secaraaseksual(pembentukanspora) yaitu dengan cara membentuk macam-macamspora.Pembentukan spora terjadi padamonosporangiayang berisi satu monospora terbentuk dalamsporangiumyang merupakanmetamorfosedari sel-selvegetatif. Perkembangbiakan seperti ini terjadi pada subkelas bangioidea.

Padafloradeaeterjadi dengan

bantuancarpospora,tertraspora,biospora,polyspora,paraspora.

Perkembangbiakan secara seksualnya dilakukan secara oogami. Suatu proses dimanagematbetinaberada dalam gametofit dibuahi olehspermayang disebut spermatid yang dihasilkan olehgametofitjantan.Pembuahan terjadi setelahspermamencapai trikojin yaitu tonjolan seperti duri yang terdapat padagametbetina. Sporofit ini membebaskan karpospora diploid yang bergerak


(36)

kemudian bertunas memasuki tahap spororfitberikutnya.Zygot yang hidup dinamakan tetrasporofit. Ketika dewasa tetrasporofitmenghasilkansporangia, yang didalamnya terjadi meiosis dengan membentuk tetraspora haploid. Masing - masing tetrapora berkecambah menjadi gametofit jantan dan betina

Gbr 2.6 Gracilaria sp3

Gracilaria sp. termasuk dalam Rhodophyta (alga merah) mempunyai bentuk tallus silindris atau gepeng denga percabangan dichotomous sederhana hingga rumit dan rimbun. Permukaan tallus berbintil-bintil. Diameter tallus 0,5-2mm dengan panjang dapat mencapai 30 cm. sama seperti makroalga lainnya Gracilaria sp. ini tidak memiliki perbedaan antara akar, batang, dan daun. Hidupnya melekat pada substrat yang berbentuk pasir, lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu maupun kayu. Perkembangbiakkannya dapat denga 2 cara yaitu aseksual dengan vegetasi, konyugasi, dan penyebaran spora yang terdapat pada kantung spora. Dan seksual dengan perkawinan antara gamet-gamet yang di hasilkan dari gametofit yangmerupakan hasil germinasi dari spora.


(37)

Gbr. 2.7. Gracilaria sp4

4.2.6 Gracilaria sp 4

Gracilaria sp.merupakan salah satu makroalga yang termasuk dalam divisi Rhodophyta (alga merah). Warna pada tubuhnya dikarenakan mengandung pigmen fikoeritrin. Mempunyai bentuk thallus yang silindris atau gepeng dengan percabangan yang dichotomus karena memiliki percabangan yang bercabang dua terus menerus, diatas percabangannya terdapat bentuk tubuh yang mengecil, permukaan tubuhnya halus, dan tidak dapat dibedakan antara akar, batang,dan daunnya.

Garcillaria sp hidup dengan melekatkan thallusnya pada substrat yang berbentuk pasir, lumpur, karang, kulit kerang , kerang yang sudah mati, batu,


(38)

maupun kayu. Untuk melekatkan dirinya, Gracillaria memiliki alat seperti cakram yang dikenal dengan sebutan holdfast. Jika dilihat secara sepintas, tumbuhan ini terlihat seperti berbentuk rumpun. Ujung thallusnya meruncing.

Memiliki dua tipe perkembangbiakan, yaitu tidak kawin (aseksual), yaitu dengan cara vegetasi (setek), konyugasi (dengen meleburkan dinding selnya sehingga terjadi pencampuran protoplasma dari dua atau lebih thallus, dan dengan penyebaran spora, dan kawin (seksual) yaitu dengan mengawinkan antara gamet-gamet yang dihasilkan dari gamet-gametofit yang merupakan hasil dari germinasi dari spora. Gracilaria adalah rumput laut penghasil agar-aga

Gbr 2.8. Gracilaria sp 5

Gracilaria sp 5. adalah mempunyai bentuk thallus silindris atau gepeng dengan percabangan mulai dari yang sederhana sampai pada yang rumit dan rimbun, di atas percabangan umumnya bentuk thalli (kerangka tubuh tanaman) agak mengecil, permukaannya halus atau berbintil-bintil, Glacilaria tumbuh di rataan terumbu karang dengan air jernih dan arus cukup dengan salinitas ideal


(39)

berkisar 20-28 ppm. morfologi rumput laut gracilaria tidak memiliki perbedaan antara akar, batang dan daun. Tanaman ini berbentuk batang yang disebut dengan thallus (jamak: thalli) dengan berbagai bentuk percabangannya. Secara alami gracilaria hidup dengan melekatkan (sifat benthic) thallusnya pada substrat yang berbentuk pasir, lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu maupun kayu, pada kedalaman sampai sekitar 10 sampai 15 meter di bawah permukaan air yang mengandung garam laut pada konsentrasi sekitar 12-30o/oo

Gambar 2.9.Sargasum sp 4.2.7.Sargassum sp

Secara morfologi, thallus dari ganggang ini berbeda dengan ganggang yang lain, dengan bagian-bagian yang dapat dibedakan menjadi ”holdfast” (alat pelekat), memiliki pigmen xantofil dan klorofil a dan c. Sumbu pokok yang silindris, cabang-cabang yang menyerupai daun yang steril, gelembung udara yang berbentuk seperti bola reseptakel. Berwarna coklat cerah, melekat pada


(40)

substrat dengan alat pelekat, thallus Sargassum dibedakan oleh sistem percabangan lateralnya dengan cabang-cabang yang pertumbuhannya terbatas (daun/filoid) dan cabang-cabang yang pertumbuhannya tidak terbatas (batang/cauloid).

Cauloid tersebut ramping bercabang atau tidak bercabang, dengan filoid yang lebar dan sempit, dengan tepi rata atau bergerigi, cabang yang mendukung gelembung udara selalu ada. Berkembangbiak secara vegetatif dengan fragmentasi dan spora (aplanospora dan zoospora) dan secara generatif dengan isogami, oogami, dan anisogami(Campbel et al, 2004).

Gambar 2.10Amphiroa beauvoisii 4.2.8. Amphiroa beauvoisii

Spesies Amphiroa beauvoisii masuk pada divisi Rhodophyta dengan kelas Rhodophyceae degan ciri-ciri yaitu berwarna merah dan merah muda (Insan et al, 2001),memiliki stipe dan blade yang tidak bisa dibedakan, memiliki panjang


(41)

kurang lebih 5-7 cm dan lebar kurang lebih 0,7 cm. Struktur talus kaku dan keras karena mengalami pengapuran yang tebal, tersusun oleh deretan segmen-segmen keras, memiliki holdfast untuk melekat pada substrat dengan menggunakan semacam serabut cakram, dan berhabitat di air laut.

Alga ini memiliki bentuk thallus bersegmen pendek, pada bagian bawah silindris, sedangkan bagian atas agak runcing. Rimbun dengan percabngan thallus dichotomus atau bercabang dua dan dapat mencapai tinggi sekitar 5-10 cm. Substansi thallus keras dan rapuh mengandung zat kapur (Insan et al, 2001). Habitat spesies alga ini yakni substrat berkarang dan umumnya di daerah rataan terumbu karang. Hidup di zona pasang surut bagian tengah hingga subtidal. Menempel pada batu karang atau pecahan karang mati. Sering sebagai alge asosiasi pada padang Halimeda.

Alga merah termasuk Amphiroa beauvoisii dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara pembentukan spora yang tidak memiliki alat gerak. Spora tersebut dapat berindah ke tempat lain dengan mengikuti arus air laut. Selanjutnya, di tempat yang sesuai, spora tersebut akan tumbuh menjadi individu baru. Reproduksi generatifnya dilakukan dengan cara peleburan ovum dengan spermatogonium yang tidak memiliki alat gerak. Hasil peleburan tersebut akan membentuk zigot yang diploid. Selanjutnya zigot akan tumbuh menjadi individu baru yang diploid (Aziz, 2008).

Secara ekologis, alga ini berfungsi sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis fauna yang menghasilkan endapan kapur yang berguna bagi pertumbuhan karang di daerah tropis untuk ikut memperkuat fondasi terumbu karang tersebut. Selain itu alga berfungsi untuk mencegah pergerakan substrat, penyaring air dan


(42)

berperan penting dalam produksi primer di lautan serta sebagai pembesaran dan pemijahan biota-biota laut dan dapat memproduksi zat-zat organik (Duxbury,1989)

Gbr 2.11. Rhodnia palmate

4.2.9Rhodnia palmate

Thallus membentuk lembaran atau membran, licin, halus warna merah pirang pada pangkal batang utama tumbuh percabangan dichotomous atau trichotomous, ujung lembaran umumnya dichotomi dengan pinggiran rata atau sedikit bergerigi. Pada permukaan thallus kadang – kadang terlihat bintilan – bintilan spora terutama pada pangkal, tubuh di rataan terumbu umumnya pada substrat batu di bagian sisi luar rataan terumbu yang biasa terkena ombak langsung.

Beragamnya warna yang dihasilkan makroalga ini disebabkan oleh pigmen caroten, fuxoxanthin serta klorofil-a dan dilihat dari bentuknya kelompok rumput laut ini memiliki ukuran dan bentuk yang beragam.Kelompok makroalga merah


(43)

sebagian besar bersifat epifit, tumbuh di permukaan substrat yang keras seperti batu dan cangkang kerang.Alga merah hidup di daerah intertidal dan sub-tidal perairan.

Rhodophyta hidup di air laut, terutama dalam lapisan – lapisan air yang dalam yang hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek, hidup sebagai bentos melekat pada substrat dengan benang – benang pelekat atau cakram pelekat, thallus bermacam – macam bentuknya tetapi pada golongan yang sederhana pun telah bersifat heterotrik,thallus dari alga merah bervariasi mengenai bentuk tektur warna , bentuk talus ada yang slindris pipih dan lembaran,perkembangbiakan secara aseksual pembentukan spora dapat secara aseksual yaitu dengan pembentukan spora dapat juga secara seksual, baik spora maupun gemetnya tidak mempunyai bulu cambuk jadi tidak dapat bergerak aktif, Rhodophyta atau alga merah memiliki ciri thallus berbentuk silindris, pipih dan lembaran. Thallus tersebut berwarna merah, ungu, pirang, cokelat dan hijau.


(44)

2.4.10 Endocladida sp

Endocladia sp. berwarna merah, kromarofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil a dan karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat yang mengadakan fluorensi, yaitu fikoeritrin. Ganggang ini yang tubuhnya agak keras , silindris atau memipih dengan cabang-cabang yang menyirip.tubuhnya terdapat zat kapur CaCO3 dan segmen-segmen. Habitat Endocladia sp. di air laut, terutama dalam lapisan-lapisan air yang dalam, yang hanya dapat di jangkau oleh cahaya dengangelombang pendek.

Gambar 2.13. Chondrus crispus

2.4.11. Chodrus crispus

Chondruscrispustermasukkedalamkelasrhodophyceae. Chondrus crispusadalah alga merah relative kecil ,mencapaihinggasedikitlebihdari 20 cm . Tumbuhdaripeganganeratdancabangdiskoidempatataulima kali dalamdikotomis. Bentukmenyerupaikipas.Morfologisangatbervariasi. Cabang-cabangnyaberukuran


(45)

dalamteksturdancoklatkemerahanwarnagelappemutihanuntukkekuningan di bawahsinarmatahari. Chondrus crispusbiasadisebutlumutIrlandiaatau Carrageen lumut.

SpesiesinimenyimpancadanganmakanandalambentukflorideansepertipadaGracilari a.

Teksturnya

elastiksepertitulangrawan.Chondruscrispusmempunyaipigmenklorofila, pigmen d danpigmentambahanberupakarotenoid,zexantin, dan lutein. Bagianpinggir talus bergerigitetapigeriginyatidakterlalubanyakdisepanjang talus dan permukaan alga inikasar.

Chondrus crispustumbuhdiseluruhpantai, banyakdipantaiIrlandia Dan BritaniarayadanjugaditemukandisepanjangPanta Eropa, PantaiAtlantikKanada. Tubuh mucilaginous, terbuat dari polisakaridakaragenan yang terdiri dari sekitar 55%. organismeinijugaterdiri dari hampir protein 10% danSekitar 15% materi dan kaya akan yodium dan belerang (Luning, 1990).Chondrus crispusmengalamisebuahpergantian generasidenganduatipe yaitu seksual dan aseksual. Seksualgametofit haploid danaseksualsporofit diploid (Bold et al, 1985).


(46)

Gambar 2.14. Gellidium amansii 2.4.12.Gelidium amansii

Gelidium amansiibisa berwarna ungu, merah, kekuninganmerahkarenamengandungkelaspigmen yang dikenalsebagai anthocyanin bukanklorofil, yang umum digunakanoleh photosynthesizing organisme.

Tubuhnyabercabangadalahtulangrawandandapattumbuhhinggaketinggian 8-30 cm atau 3 sampai 12 inci. Gelidium amansiimungkinharus 4-5 berlawanansenyawa

lobed menyiripdaunpadasetiapcabang. G.

amansiiadalahuniaksialdenganselapikaldansel whorleddatang dariaksialterhadapeksteriorganggang. Empulur yang dipadatkandengansel apical dan epidermis yang dibentukolehsel-sel whorled bulat

Gelidiumamansiitermasuk kedalam kelas rhodophyceae. Gelidium amansiiadalahspesiesekonomispentingdariganggangmerah yang biasaditemukan di pantaidangkal (3-10 meter atau 10-33 kaki darikedalaman di bawah air)


(47)

daribanyaknegaratimur Asia termasuk Korea Utara dan Korea Selatan, Cina, Jepang, danSingapura. Gangganginidigunakanuntukmembuat agar, yang componen adalahagarosapolisakaridadanagaropectin, darisejumlahbesaralgin yang terletak di dindingselganggang, sertakadang-kadangdisajikansebagaibagiandari salad, puding, selai, danlainnyahidangankuliner di daerahpenghasil.

Agar adalahzat agar-agar yang komersial digunakansebagamatriks inkubasimicrobialdanproduklainnya yang memerlukanmatriks gelatin ramah lingkungan. G. amansii sedangdipelajarisebagai biofuel murah.Alga initermasukdalamkelompokRhodophyceaedantergolongkedalamcarragenophyt, yaitukelompokpenghasilcarragenan yang dapatdimanfaatkanuntukmenghasilkan pasta, bahanpembuat cream jelly, agar-agar dan roti. SelainituGelidium sp. memilikikadar protein yang tinggidanberbagaimacam vitamin yang penting. Persebaran alga inidipengaruhiolehalamsepertisubstrat, salinitas, ombak, arus,

danpasangsurut. Alga ini muncul

dipermukaanlautpadasaatsurutdanmengalamikekeringan. Alga in imemiliki

holdfast yang

berfungsisebagatempatmelekatpadaterumbukarangsehinggadapatberadaptasidenga ngerakanombakpadazonapasang-surut (Anonim, 2005a).


(48)

Gbr 2.15. Phyllophora crispa

2.4.13. Phyllophora crispa

Merupakan alga yang memiliki warna merah atau pink cerah. Tubuh memiliki basis berbentuk cakram kecil dan daun yang tegak dan rata dengan lebar sekitar 1 cm dan sampai 15 cm panjang, melekat dengan pegangan erat, diskoid kecil. Daun terdiri dari stipes atau tangkai yang berbentuk silinder pendek. Memiliki percabangan jenis dikotom atau bercabang dua, dengan margin bergelombang dan pelepah tidak jelas. Dasar diskoid kecil dan pendek (kurang dari 10 mm) dengan tipe silinder. Phyllophora crispa tumbuh di atas batu daerah subtidal sampai kedalaman 30 m dan umumnya ditemukan di kolam teduh di daerah intertidal rendah. Distribusinya adalah tersebar luas di sekitar Kepulauan Inggris dari Shetlands ke Kepulauan Channel, Eropa : Portugal , Spanyol, Perancis , Baltik , Norwegia , Faroes dan Islandia. Lebih jauh lagi adalah daerah Canary Islands.Makrolga telah dimanfaatkan untuk keperluan berbagai usaha selama 50 tahun terakhir ini, diantaranya adalah sebagai sumber makanan, pakan ternak, sumber lipid, vitamin, pigmen, pupuk, obat-obatan, dan bahan kumiawi


(49)

khusus lainnya. Namun, untuk spesies ini belum diketahui manfaat pasti untuk manusia, sedangkan untuk lingkungan laut adalah mempunyai peranan dalam ekosistem laut.

Gbr 2.16Pterocladia capillacea

2.4.14. Pterocladia capillacea

Pterocladia capillacea merupakan salah satu spesies alga merah. Spesies ini memiliki tinggi sekitar 5-20 cm, berwarna merah kehitaman. Batangnya tipis, bercabang 2-3 kali percabangan, cabang utama tegak terkompresi, cabang berlawanan, ujung cabang meruncing. Memiliki daun yang berwarna merah kehitaman, susunan daun menyirip atau bippinate, bentuk daun batangan seperti jarum. Makrolga telah dimanfaatkan untuk keperluan berbagai usaha selama 50 tahun terakhir ini, diantaranya adalah sebagai sumber makanan, pakan ternak, sumber lipid, vitamin, pigmen, pupuk, obat-obatan, dan bahan kumiawi khusus lainnya. Namun, untuk spesies ini belum diketahui manfaat pasti untuk manusia, sedangkan untuk lingkungan laut adalah mempunyai peranan dalam ekosistem laut.


(50)

Gbr 2.17Palmaria palmata

2.4.15.Palmaria palmata

Memiliki talus berbentuk lembaran atau membran, licin, halus, warna merah. Pada pangkal batang utama tumbuh percabangan dichotomus atau trichotomus. Ujung lembaran umumnya dichotomy.Palmaria palmate memiliki bentuk thallus pipih menjari, memiliki filoid berbentuk lembaran, tidak memiliki gelembung udara, letak reseptakel pada aksilar, percabangan thallusnya tidak berpola, memiliki ciri khas bentuk thallusnya pipih menjari, serta mirip dengan tumbuhan

Memiliki talus berbentuk lembaran atau membran, licin, halus, warna merah. Pada pangkal batang utama tumbuh percabangan dichotomus atau trichotomus. Ujung lembaran umumnya dichotom dengan pinggiran rata atau bergerigi. Pada permukaan talus terdapat bintilan-bintilan spora terutama pada bagian pangkal.


(51)

Gbr.2.18Plocamium cartilangineum 2.4.16.Plocamiumcartilangineum

PlocamiumcartilangineummerupakanmakroalgaedariklassFlorideophy

ceaedari phylum

rhodophytadimanamakroalgatersebutmemilikipigmenberwarnamerah (fikosantin), multiseluler, thallus. Plocamiumcartilangineummemilikithallusberupabatang yang pipih, filokladia, bercabang, licin, percabanganpinnate (bercabangdua-dua di sepanjangthallusutama), holdfast berbentukbulatlebardanditemukan di daerahberpasir.

Ada yang hidupberkoloni, danada yang

hidupsoliter.Leafythallusmemilikibentuksepertitumbuhanpaku,

permukaanLeafylicindan tipis

sepertiselembarkertas.Namundikarenakanwarnapigmen yang

dihasilkandarispesimeninihilang, makatidakbegituterlihatwarnapigmenaslidari specimen tersebut.


(52)

Gambar 2.19. Actinotrichia fragilis 2.4.17.Actinotrichia fragilis

Dari pengamatan, Actinotrichia fragilis berupa ganggang merah dengan percabangan banyak. hidup pada batu karang yang terletak dibagian laut yang lebih dalam. Actinotrichia fragilis merupakan salah satu spesies dari divisi Rhodophyta. Rhodophyta memiliki thallus yang bersel banyak (multiseluler), hanya beberapa jenis yang bersel tunggal. Thallus mempunyai bentuk yang beranekaragam.

Di Pantai Pandawa itu sendiri spesies ini cukup mendominasi jumlahnya. Banyak sekali jumlahnya dengan warna merah cerah dan dapat dilihat Actinotrichia fragilis di Pantai Pandawa cukup berkembang baik dengan bukti tubuhnya banyak menyerupai semak kecil. Dengan thallus yang menyebar bercabang.


(53)

4.3.Phaeophyceae

Gambar.3.1 Dictyota sp

4.3.1. Dictyota sp

Spesies ini berwarna coklat keemasan dan menyerupai rumput karena alga ini mempunyai banyak percabangan. Alga ini memiliki kandungan pigmen karoten dan klorofil a dan c. Pada setiap ujung thalus terdapat percabangan dichotomus yaitu tipe percabangan bercabang dua yang mudah terlepas untuk membentuk alga baru yang bebas dalam perkembangbiakan vegetatif. Ujung thallus tumpul dan melebar. Thallus pipih seperti pita mencapai panjang 5 cm dan lebar 2-3 mm, pinggir bergelombang atau bergerigi. Tulang tengah daun terlihat jelas. Di setiap bagian cabang terdapat stubby spine yang bentuknya seperti titik-titik yang sangat kecil. Akarnya merupakan akar yang berbentuk serabut yang disebut holdfast. Dictyota sp. beradaptasi terhadap gerakan ombak pada daerah


(54)

intertidal dengan holdfast yang melekat kuat pada substrat sehingga tidak mudah terhempas (Nurmiyati, 2013).

Perkembangbiakan dilakukan secara aseksual, dan seksual. Perkembangbiakan aseksual dilakukan oleh aplanospora yaitu yang tidak bergerak. Dalam satu sporangium hanya dibentuk 4 aplanospora saja. Perkembangbiakan seksual dilakukan secara oogami. Gametofit bersifat heterothallik. Alat kelamin terdapat dalam suatu sorus terdapat di kedua permukaan talusnya. Sebaran hidup di daerah tropis, tumbuh di substrat yang berpasir.

Gambar 3.2. Dictyopteris sp

4.3.2. Dictyopteris sp

Thallus berbentuk batang silindris dengan daun pipih mamanjang serta memiliki tulang tengah daun yang jelas, pinggir daun bergelombang atau bergerigi dan ujung daun ada yang runcing ada ada pula yang tumpul atau rata. Percabangan di atau tri chotomous membentuk rumpun yang rimbun, warna thallus cokelat tua, tumbuh melekat pada substrat batu di daerah pinggir luar rataan terumbu sebenarnya tidak begitu meluas dan tidak umum,manfaat dalam


(55)

literatur Dictyopteris sp, disebutkan dapat berguna sebagai obat antitumor dan anti mikrobal memiliki daun yang tipis dan batang yang halus

Gambar 3.3 Cryptopelura ruprechtiana

4.3.3. Cryptopelura ruprechtiana

Talus 10-50 cm tumbuhdaridasar pita sepertipisau tipis sepertilembaran, cabangmemanjang ,berbentukkipas , warnamerahkecoklatan.Umumnyaditemukan di bebatuanatautumbuhseluruhhutan kelp di daerahdengangerakan air yang lebihkuat.


(56)

4.3.4 Turbinariasp

Turbinaria sp. termasuk kedalam kelas Phaeophyta karena mengandung pigment warna cokelat sehingga alga ini berwarna coklat. Alga ini memiliki tallus yang teksturnya kaku, keras, dan sedikit tebal, blade berbentuk seperti corong dan pinggirnya bergerigi. Percabangannya ferticillate atau cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama. Memiliki holdfast yang berfungsi sebagai alat pelekat pada substrat. Alga ini dapat tumbuh hingga mencapai ukuran yang sangat besar. Ada yang hidupnya epifit serta adapula yag hidupnya sebagai endofit.


(57)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kawasan Pantai Pendawa sebagian terdapat tiga klasis makroalga yang meliputi Chlorophyceae, rodophyceae dan phaeophyceae. Jenis-jenis makroalga paling banyak ditemukan termasuk dalam klasis rodophyceae yaitu sebanyak lima belas jenis. Diantara beberapa jenis alga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri karena mengandung bahan keragenan danalginat dan sebagian juga langsung dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan sayuran.

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai jenis – jenis alga di lokasi lain yang masih dalam kawasan Pantai Pendawa. Kajian-kajian lanjutan yang meliputi sebaran, struktur ekologi, dinamika pertumbuhan dan khemotaksonomi serta konservasi perlu dilakukan untuk menunjang kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy dan Evi Liviawati. 1989. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya. Bhatara, Jakarta.

Anonim. 2005a. Petunjuk Praktikum Biologi Laut. Jurusan Perikanan. UGM. Yogyakarta.

Anggadiredja, J.T. 2006. Rumput Laut Penebar Swadaya, Jakarta Aslan L.M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta : Kanisius

Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara. Jakarta. Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 40385/4/ Chapter%20II.pdf, tanggal19 Desember 2015.

Atmadja,W.S.SulistijodanRachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta.

Atmajaya, W.S. 1999. Sebaran dan Beberapa Aspek Vegetasi RumputLaut (MakroAlga) Di Perairan Terumbu Karang Indonesia. Puslitbang Oseanologi Jakarta.

Bold, H.C. and M.J. Wyne.1985. Introduction to The Algae: Structure and Reproduction. 2nded. Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs

Campbell. N.A, Reece. J.B And L.G.Mitchell. (2004). Biologi Jilid 3. Edisikelima 5. Terj. dari Biology. 5th ed. olehManalu, W. Penerbit Erlangga, Jakarta Duxbury, A.C and A.B. Fuxbury.1989. Oceans and introduction to the world.

Wm. C. Publisher, USA.

Estiati,B.Hidayat.1995. Taksonomi Tumbuhan (Cryptogamae). Bandung : ITBBandung

Guiry, Michael.2012. data base alga.www.algaebase.org. Diakses pada 14 Oktober 2014.

Handayani, Sri., Puji Rahayu., Anita Rachmawati., Siti Aisyah. 2009. Keanekaragaman Makaroalga di Pantai Paniis Ujung Kulon, Banten. Universitas Nasional. Jakarta.

Haryanti, Anik Muji., Sri Darmanti dan Munifatul Izzati. 2008. Kapasitas Penyerapan dan Penyimpanan Air pada Berbagai Ukuran Potongan Rumput Laut Gracilaria verrucosa sebagai Bahan Dasar Pupuk Organik. Bioma. 10 (1): 1-6


(59)

Insan, A. L. dan D. S. Widyartini. 2001. Makroalgae. FakultasBiologi. Universitas JenderalSoedirman, Purwokerto.

Luning, K. 1990. Seaweed ; Their Environment, Biogeography, and Ecophysiology. John Willey & Sons, Inc. New York. 527 p.

Nontji, A. 1993.Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan

Nurmiyati. 2013. Keragaman, Distribusi dan Nilai Penting Makro Alga Di Pantai Sepanjang Gunung Kidul. Bioedukasi.6(1): 12-21

Romimohtarto,K dan Sri Juwana . 2001. BiologiLaut:

IlmuPengantarTentangBiologiLaut. Jakarta: Djambatan. Sulisetjono.2009. Bahan Serahan Alga. Malang: Jurusan Biologi UI

Tjiptrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tjitrosoepomo,G. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Jakarta : Bhatara.

Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Tjitrosoepomo,G. 2011. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM PRESSBryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Tjitrosoepomo, G. 2013. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.


(1)

intertidal dengan holdfast yang melekat kuat pada substrat sehingga tidak mudah terhempas (Nurmiyati, 2013).

Perkembangbiakan dilakukan secara aseksual, dan seksual. Perkembangbiakan aseksual dilakukan oleh aplanospora yaitu yang tidak bergerak. Dalam satu sporangium hanya dibentuk 4 aplanospora saja. Perkembangbiakan seksual dilakukan secara oogami. Gametofit bersifat heterothallik. Alat kelamin terdapat dalam suatu sorus terdapat di kedua permukaan talusnya. Sebaran hidup di daerah tropis, tumbuh di substrat yang berpasir.

Gambar 3.2. Dictyopteris sp

4.3.2. Dictyopteris sp

Thallus berbentuk batang silindris dengan daun pipih mamanjang serta memiliki tulang tengah daun yang jelas, pinggir daun bergelombang atau bergerigi dan ujung daun ada yang runcing ada ada pula yang tumpul atau rata. Percabangan di atau tri chotomous membentuk rumpun yang rimbun, warna thallus cokelat tua, tumbuh melekat pada substrat batu di daerah pinggir luar rataan terumbu sebenarnya tidak begitu meluas dan tidak umum,manfaat dalam


(2)

literatur Dictyopteris sp, disebutkan dapat berguna sebagai obat antitumor dan anti mikrobal memiliki daun yang tipis dan batang yang halus

Gambar 3.3 Cryptopelura ruprechtiana

4.3.3. Cryptopelura ruprechtiana

Talus 10-50 cm tumbuhdaridasar pita sepertipisau tipis sepertilembaran, cabangmemanjang ,berbentukkipas , warnamerahkecoklatan.Umumnyaditemukan di bebatuanatautumbuhseluruhhutan kelp di daerahdengangerakan air yang lebihkuat.


(3)

4.3.4 Turbinariasp

Turbinaria sp. termasuk kedalam kelas Phaeophyta karena mengandung pigment warna cokelat sehingga alga ini berwarna coklat. Alga ini memiliki tallus yang teksturnya kaku, keras, dan sedikit tebal, blade berbentuk seperti corong dan pinggirnya bergerigi. Percabangannya ferticillate atau cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama. Memiliki holdfast yang berfungsi sebagai alat pelekat pada substrat. Alga ini dapat tumbuh hingga mencapai ukuran yang sangat besar. Ada yang hidupnya epifit serta adapula yag hidupnya sebagai endofit.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kawasan Pantai Pendawa sebagian terdapat tiga klasis makroalga yang meliputi Chlorophyceae, rodophyceae dan phaeophyceae. Jenis-jenis makroalga paling banyak ditemukan termasuk dalam klasis rodophyceae yaitu sebanyak lima belas jenis. Diantara beberapa jenis alga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri karena mengandung bahan keragenan danalginat dan sebagian juga langsung dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan sayuran.

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai jenis – jenis alga di lokasi lain yang masih dalam kawasan Pantai Pendawa. Kajian-kajian lanjutan yang meliputi sebaran, struktur ekologi, dinamika pertumbuhan dan khemotaksonomi serta konservasi perlu dilakukan untuk menunjang kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy dan Evi Liviawati. 1989. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya. Bhatara, Jakarta.

Anonim. 2005a. Petunjuk Praktikum Biologi Laut. Jurusan Perikanan. UGM. Yogyakarta.

Anggadiredja, J.T. 2006. Rumput Laut Penebar Swadaya, Jakarta Aslan L.M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta : Kanisius

Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara. Jakarta. Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 40385/4/ Chapter%20II.pdf, tanggal19 Desember 2015.

Atmadja,W.S.SulistijodanRachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta.

Atmajaya, W.S. 1999. Sebaran dan Beberapa Aspek Vegetasi RumputLaut (MakroAlga) Di Perairan Terumbu Karang Indonesia. Puslitbang Oseanologi Jakarta.

Bold, H.C. and M.J. Wyne.1985. Introduction to The Algae: Structure and Reproduction. 2nded. Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs

Campbell. N.A, Reece. J.B And L.G.Mitchell. (2004). Biologi Jilid 3. Edisikelima 5. Terj. dari Biology. 5th ed. olehManalu, W. Penerbit Erlangga, Jakarta Duxbury, A.C and A.B. Fuxbury.1989. Oceans and introduction to the world.

Wm. C. Publisher, USA.

Estiati,B.Hidayat.1995. Taksonomi Tumbuhan (Cryptogamae). Bandung : ITBBandung

Guiry, Michael.2012. data base alga.www.algaebase.org. Diakses pada 14 Oktober 2014.

Handayani, Sri., Puji Rahayu., Anita Rachmawati., Siti Aisyah. 2009. Keanekaragaman Makaroalga di Pantai Paniis Ujung Kulon, Banten. Universitas Nasional. Jakarta.

Haryanti, Anik Muji., Sri Darmanti dan Munifatul Izzati. 2008. Kapasitas Penyerapan dan Penyimpanan Air pada Berbagai Ukuran Potongan Rumput Laut Gracilaria verrucosa sebagai Bahan Dasar Pupuk Organik. Bioma. 10 (1): 1-6


(6)

Insan, A. L. dan D. S. Widyartini. 2001. Makroalgae. FakultasBiologi. Universitas JenderalSoedirman, Purwokerto.

Luning, K. 1990. Seaweed ; Their Environment, Biogeography, and Ecophysiology. John Willey & Sons, Inc. New York. 527 p.

Nontji, A. 1993.Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan

Nurmiyati. 2013. Keragaman, Distribusi dan Nilai Penting Makro Alga Di Pantai Sepanjang Gunung Kidul. Bioedukasi.6(1): 12-21

Romimohtarto,K dan Sri Juwana . 2001. BiologiLaut:

IlmuPengantarTentangBiologiLaut. Jakarta: Djambatan.

Sulisetjono.2009. Bahan Serahan Alga. Malang: Jurusan Biologi UI

Tjiptrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tjitrosoepomo,G. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Jakarta : Bhatara.

Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Tjitrosoepomo,G. 2011. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM PRESSBryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Tjitrosoepomo, G. 2013. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.