Penggunaan Media Papan Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli Sampai 100 Pada Anak Tunarungu Kelas Ii Sdlb Di Slb Negeri Subang.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh:

Ecep Sopiyan NIM: 1008955

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

MENGURUTKAN BILANGAN ASLI SAMPAI 100 PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II SDLB DI SLB NEGERI SUBANG” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam penulisan ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Maret 2014 Yang membuat pernyataan,

Ecep Sopiyan Penulis Skrispi


(3)

PENGGUNAAN MEDIA PAPAN ANGKA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN BILANGAN ASLI SAMPAI 100 PADA

ANAK TUNARUNGU KELAS II SDLB DI SLB NEGERI SUBANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing 1

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. NIP 195904141985031005

Pembimbing II

dr. Riksma Nurahmi Rinalti A., M.Pd. NIP 197511182005012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP 195607221985031001


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Sasaran Tindakan ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Hipotesis Tindakan ... 8

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Konsep Dasar Ketunarunguan ... 11

1. Pengertian Tunarungu ... 11

2. Klasifikasi Ketunarunguan ... 13

3. Perkembangan Intelegensi Anak Tunarungu... 14


(5)

5. Media Papan Angka ... 22

6. Bilangan... 25

B. Kerangka Berpikir... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Metode Penelitian ... 32

B. Seting Penelitian dan Subjek Penelitian... 33

C. Siklus Tindakan ... 35

D. Variabel Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Instrumen Penelitian ... 44

G. Teknik Analisis Data... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Perolehan Data Hasil Obervasi ... 53

2. Perolehan Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa ... 63

B. Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 76


(6)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA PAPAN ANGKA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN BILANGAN ASLI SAMPAI 100 PADA

ANAK TUNARUNGU KELAS II SDLB DI SLB NEGERI SUBANG

Oleh: Ecep Sopiyan 1008955

Latar belakang penelitian ini adalah kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada anak tunarungu kelas II SDLB yang masih rendah. Hasil tes awal, menunjukan bahwa siswa belum mampu mengurutkan bilangan dengan baik, terutama mengurutkan bilangan puluhan ke atas, sehingga berdampak pada tidak tercapainya KKM yang telah ditentukan pada mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan mengurutkan bilangan asli sampai 100. Penulis menggunakan media papan angka dalam melakukan perbaikan pembelajaran dan bertujuan membantu meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan pada siswa kelas II SDLB. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart, dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap tindakan/ pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes. Hasil yang diperoleh selama penelitian, pada pelajaran matematika dengan pokok bahasan mengurutkan bilangan asli sampai 100 cukup signifikan. Perolehan skor yang didapat setiap siswa sebelum perbaikan diperoleh nilai rata-rata 47,5, pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 57,5, siklus II diperoleh nilai rata-rata 72,5 dan siklus III diperoleh nilai rata-rata 82,5. Dari siklus I ke siklus II ada peningkatan nilai rata-rata 15, dari siklus II ke siklus III ada peningkatan 10, dan dari siklus I ke siklus III ada peningkatan 25. Berdasarkan nilai perolehan pada akhir siklus III, siswa berinisial LW mendapat nilai 85 dan AM dengan nilai 80, dengan nilai tersebut sudah melebihi kreteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan yaitu sebesar 75. Dengan demikian hasil tersebut menunjukan bahwa penggunaan media papan angka dapat meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada anak tunarungu kelas II SDLB di SLB Negeri subang.


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal (3) bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Undang-Undang Pendidikan Nasional tersebut mengisyaratkan adanya upaya-upaya untuk mengembangkan kemampuan siswa agar mereka lebih berilmu, cakap, kreatif, bertanggung jawab dan tidak menutup kemungkinan berlaku bagi siswa yang mengalami berkebutuhan khusus.

Penyelenggara pendidikan khusus merupakan salah satu upaya untuk memperoleh pendidikan yang disesuikan dengan kebutuhan pada diri masing-masing individu, sehingga dapat meningkatkan potensi anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah mereka yang mempunyai kebutuhan baik yang permanen maupun temporer, yang disebabkan kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, maupun kondisi yang lainnya, sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus. Pendidikan khusus ini telah dijelaskan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 32 Ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa:


(8)

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Peserta didik berkebutuhan khusus dapat mengembangkan sikap dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, apabila peran dari beberapa pihak untuk memfasilitasi dalam pengembangan potensinya terwujud secara aktif dalam memperolah pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya.

“Anak tunarungu adalah anak yang karena beberapa hal menjadikan pendengarannya mendapat gangguan atau mengalami kerusakan sehingga sangat mengganggu aktifitas kehidupannya” (Edja Sadja’ah, 2003: 41). Anak dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara, tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan sesorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya yang disebabkan kerusakan dan ketidakberfungsian organ pendengaran sebagian atau keseluruhan, sehingga menghambat proses informasi bahasa baik menggunakan atau tidak menggunakan alat bantu dengar. “Bahasa yaitu kata-kata secara lisan yang di mengerti oleh kelompoknya (komunikan) tertentu dan atas persetujuan bersama” (Edja Sadja’ah, 2003: 16).

Bahasa dapat dikatakan sebagai pusat perhatian, karena pada dasarnya bahasa menjadi sistem yang dipergunakan akal dan pikiran untuk menangkap, mengolah, memahami, meramalkan berbagai simbol sehingga rangsangan


(9)

Anak tunarungu memiliki keunikan dan kekhasan yang menarik untuk dikenal, dipelajari, dan diteliti. Aspek utama dan yang merupakan permasalahan sekaligus keunikan dan kekhasan paling mendasar yang dimiliki anak tunarungu yaitu dalam komunikasi. Hal ini merupakan realita yang terjadi karena secara lahiriah anak tunarungu mengalami gangguan pada organ pendengaran yang menyebabkan sulit untuk menangkap, mengolah, mengekspresikan dan merespon bunyi-bunyi dari lingkungan dengan tepat, sehingga berpengaruh pada perkembangan bicara. Melalui kemampuan visual, anak tunarungu dapat melihat dan mengamati segala hal yang terjadi di lingkungan. Walaupun anak tunarungu dapat melihat, namun informasi yang ditangkap hanya melalui penglihatan menjadi tidak utuh, terpotong dan diterima hanya sebagian saja. Akibat dari terbatasnya informasi berupa bunyi/ suara menyebabkan anak tunarungu tidak dapat menginterpretasikan informasi yang diterimanya secara tepat.

Menurut pendapat Edja Sadja’ah (2003:g16) Anak gangguan pendengaran dijuluki sebagai insan visual, oleh karena keseluruhan kegiatannya banyak ditopang oleh fungsi visualnya. Untuk itu dalam proses pembelajaran penggunaan media maha penting, terutama sekali untuk memahami benda-benda atau proses tentang hal-hal yang konkrit menuju ke hal yang sifatnya abstrak.

Pendapat di atas mengemukakan bahwa anak tunarungu adalah insan visual, mereka mengalihkan ketidakberfungsian indera pendengarannya dengan indera penglihatan, sehingga informasi, pengetahuan dan pengalamannya lebih banyak diperoleh melalui indera penglihatan. Maka akan lebih baik apabila dalam proses belajarnya, guru memberikan pengalaman langsung melalui media pembelajarnya, misalnya dengan benda asli, tiruan,


(10)

maupun gambar. Salah satu mata pelajaran yang memiliki pokok bahasan yang bersifat abstrak adalah pelajaran matematika, matematika adalah ilmu pengetahuan yang banyak manfaatnya dalam kehidupan kita. Bahkan pada kenyataanya walupun tanpa kita sadari, banyak sekali kegitan dan bagian dari hidup kita yang berkaitan dengan matematika. Pelajaran matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, sehingga pemahamannya membutuhkan daya nalar yang tinggi, dibutuhkan ketekunan, keuletan, perhatian dan motivasi yang tinggi untuk dapat memahami materi pelajaran matematika, sedangkan anak tunarungu merupakan anak-anak yang erat kaitannya dengan hal konkrit, sehingga terdapat banyak kendala yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika, yang berdampak prestasi belajar siswa menurun.

Kriteria ketuntasan minimal di SLB Negeri Subang pada pelajaran matematika yaitu 75, sementara kenyataan di lapangan dari hasil tes pada pokok bahasan mengurutkan bilangan asli sampai 100, kedua siswa berinisial LW dan AM mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu LW mendapatkan nilai 50, sedangkan LM mendapatkan nilai 45, setelah dilakukan analisis pada soal yang mereka kerjakan, kesalahan terjadi karena siswa masih kebingungan ketika diminta untuk menyebutkan dan menuliskan bilangan secara berurutan, terutama pada bilangan puluhan, kesalahan yang mereka lakukan ketika menuliskan bilangan puluhan berderet ke bawah pada bilangan 10,20,...,50, tetapi seharusnya bilangan dihitung dengan berurutan seperti 10,11,12,13,14...100. Berdasarkan hasil dari nilai yang diperoleh kedua


(11)

siswa tersebut, otomatis siswa tersebut belum memenuhi syarat untuk melanjutkan materi selanjutnya. Mungkin hal ini juga terjadi karena kurang adanya media pendukung yang diberikan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga siswa merasa bosan, kurang tertarik dan tidak termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.

Kenyataan di lapangan, banyak guru yang masih memberikan pelajaran bersifat pasif dan tidak membantu peserta didik tersebut terutama anak tunarungu, sebagaimana yang dikemukakan oleh I. Abdulhak (2011: 3-4) bahwa:

Komunikasi pembelajaran yang telah dilakukan pada lembaga-lembaga pendidikan sekolah ataupun luar sekolah masih dirasakan kurang kondusif, kurang merangsang peserta didik untuk belajar, sehinga interaksi pengajar dan peserta didik terjadi dalam suasana monoton.

Melihat hal tersebut seyogyanya seorang pendidik dituntut untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa tunarungu. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan selama pelaksanaan penelitian, peneliti melihat proses pembelajaran matematika yang diberikan guru masih kurang menarik dan membuat siswa pasif, karena siswa hanya diam dan mendengarkan saja, sehingga yang terjadi pembelajaran matematika pun kurang menarik minat belajar siswa serta menyebabkan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa rendah dan tidak bertahan lama di dalam ingatan siswa.

Seorang guru pendidik khusus sebelum menyajikan pembelajaran harus memperhatikan faktor perkembangan mental berfikir anak, sebagaimana kita ketahui bahwa pelajaran matematika dalam pokok bahasannya banyak yang


(12)

menggunakan pemahaman abstrak, sehingga tidak mudah dimengerti oleh siswa, berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Piaget dalam Edja

Sadja’ah (2003: 8) “Tahapan operasional konkrit pada usia 7-11 tahun mulai dapat menstruktur masa kini dan dapat berpikir logismatematis”. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan benda-benda konkrit yang mudah didapat, sehingga benda-benda konkrit tersebut dapat membantu dalam pemahaman konsep-konsep yang abstrak.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong pada upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat-alat yang murah dan efisien meskipun sederhana, tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan untuk dapat membuat media sederhana yang akan digunakan apabila media tersebut belum tersedia.

Media pembelajaran sekarang ini banyak jenisnya dan tidak ada satu media pun yang paling baik dibandingkan dengan media yang lain. Setiap media memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, guru perlu mengenal berbagai jenis media dengan karakteristik masing-masing. Dengan demikian, guru dapat memilih dan menggunakannya sesuai dengan kompetensi dasar, pengalaman belajar, serta materi yang telah


(13)

disusun.

Media pembelajaran saat ini sangat berkembang pesat akan tetapi penggunaan media modern di daerah belum tentu efektif karena tidak tersedianya sarana pendukung media tersebut, justru media yang sederhana sangat dapat membantu siswa. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam membantu siswa mengurutkan bilangan dengan media papan angka. Papan angka ini dibuat secara sederhana dan berisikan balok-balok kecil yang di depannya ditulis dengan lambang bilangan, adapun tujuan penggunaan media ini diharapkan menjadi salah satu media pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa yang terbukti ketika peneliti mulai mengenalkan media papan angka, siswa merasa senang, mudah-mudahan bermodalkan sesuatu yang mereka senangi, mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan dapat mengurutkan bilangan dengan benar.

Melihat kesulitan-kesulitan yang dikemukakan di atas hendaknya harus diatasi, salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran, karena media pembelajaran merupakan salah satu wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dengan kata lain, pada saat kegiatan belajar berlangsung bahan belajar yang diterima siswa diperoleh melalui media, sehingga usaha untuk mencapai tujuan, diperlukan proses pembelajaran yang diarahkan pada kegiatan yang mendorong siswa belajar secara aktif dan serius, serta siswa mau belajar untuk memperoleh hasil yang optimal dan dapat mengembangkan daya


(14)

nalarnya.

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka diadakan

penelitian tindakan kelas dengan judul “Penggunaan Media Papan Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli Sampai 100 Pada Anak Tunarungu Kelas II SDLB Di SLB Negeri Subang”.

B. Sasaran Tindakan

Sasaran tindakan pada penelitian yang berjudul “Penggunaan Media Papan Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli Sampai 100 Pada Anak Tunarungu Kelas II SDLB Di SLB Negeri Subang”, adalah siswa tunarungu kelas II, yang berjumlah dua orang, terdiri dari satu orang perempuan berinisial LW dan satu orang laki-laki berinisial AM.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah penggunaan media papan angka dapat meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada siswa tunarungu kelas II SDLB di SLB Negeri Subang.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu penelitiaan yang dilakukan. Sugiyono (2011:h96) mengemukakan bahwa, “Hipotesis


(15)

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan ”.

Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penggunaan media papan angka dapat meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada anak tunarungu kelas II SDLB di SLB Negeri Subang.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penggunaan media papan angka dapat meningkatkan kemampuan anak tunarungu pada pokok bahasan mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada anak tunarungu kelas II SDLB di SLB Negeri Subang.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diharapkan penelitian dapat memberikan manfaat, diantaranya:

a. Bagi Siswa

Membantu siswa tunarungu dalam memahami materi pelajaran khususnya dalam mengurutkan bilangan asli sampai 100 dengan harapan dapat meningkatkan prestasi dalam belajar.

b. Bagi Guru


(16)

guru dan memfasilitasi siswa dalam memahami berbagai materi pelajaran yang harus dikuasainya dan pentingnya penggunaan media papan angka terhadap pemahaman dalam proses pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Memberikan masukan bagi sekolah dalam penyediaan media pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus terutama anak tunarungu.


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. PTK merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi praktek-praktek pembelajaran. Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penilaian replektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran. E. Mulyasa (2011: 34) mendefiniskan “sebagai upaya yang ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan masalah

yang dihadapi dalam pembelajaran”.

Selain itu Rustaman dan Mundilarto dalam Mohammad Asrori (2007: 5) mendefinisikan bahwa:

Penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan pembelajaran di kelas, kemudian ditindaklanjuti dengan penerapan suatu tindakan pembelajaran kemudian direfleksi, dianalisis dan dilakukan penerapan kembali pada siklus-siklus berikutnya, setelah dilaksanakan revisi berdasarkan temuan saat refleksi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan, yaitu peneliti berusaha untuk menerapkan suatu tindakan


(18)

sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi suatu masalah yang ditemukan. Karena penelitian dilaksanakan dengan seting kelas, maka disebut Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

B. Seting Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Seting Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SLB Negeri Subang, direncanakan dalam kurun waktu minggu ke-satu bulan maret sampai dengan minggu ke-empat bulan april 2014, pelaksanaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian

No.

Kegiatan

Bulan

Ket.

Ke-3 Ke-4

Minggu ke... 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perencanaan

2 Persiapan

3 Pelaksanaan Tindakan I 4 Pelaksanaan Tindakan II 5 Pelaksanaan Tindakan III

6 Pengolahan Data


(19)

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa tunarungu kelas II SDLB. objek penelitiannya adalah mata pelajaran Matematika dengan materi pembelajaran mengurutkan bilangan asli. Adapun nama siswa-siswi tersebut yaitu:

Tabel 3. 2 Subjek Penelitian

No. Nama

Siswa Karakteristik

1. LW

a. Jenis kelamin perempuan, b. Anak tunarungu ringan,

c. Komunikasinya cukup dimengerti, d. Tenang dan pendiam,

e. Pintar,

f. Cepat memahami materi yang diberikan guru, g. Mampu mengurutkan bilangan dua angka, h. Mengalami kesulitan menghitung angka

puluhan, seperti 50 ke atas.

2. AM

a. Jenis kelamin laki-laki, b. Anak tunarungu berat,

c. Komunikasinya cukup dimengerti, d. Senang bergaul dan selalu ceria, e. Tidak mau dikalahkan orang lain,

f. Lambat memahami materi yang diberikan guru, g. Mengalami kesulitan menghitung angka


(20)

C. Siklus Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tiga siklus penelitian, siklus pertama dilakukan identifikasi masalah, rumusan masalah, rencana tindakan, tindakan, pengamatan atau observasi kemudian refleksi. Hasil refleksi pada siklus pertama diperbaiki pada siklus berikutnya. Penelitian tindakan kelas ini hanya dilakukan tiga siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu persiapan atau perencanaan, tindakan, observasi atau pengamatan yang kemudian refleksi sebagaimana yang diungkapkan menurut

Kemmis dan Mc Taggart (1997).

Bagan 3.1 Alur Penelitian

Penjelasan Alur.

1. Identifikasi Masalah.

Tahap identifikasi masalah, meliputi: Identifikasi

Masalah

Rumusan Masalah

Rencana Tindakan Tindakan

Refleksi Observasi/


(21)

b. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperbaiki pada proses pembelajran matematika.

2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh penggunaan media papan angka terhadap anak tunarungu kelas II SDLB dalam mengurutkan bilangan asli sampai 100?

3. Rencana Tindakan

Sebelum pelaksanaan penelitian dilaksanakan maka terlebih dahulu dilakukan persiapan input instrumental berupa:

a. Materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa yaitu materi bilangan, dimana siswa diminta mengurutkan bilangan asli sampai 100,

b. Media pembelajaran. Media yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 menggunakan media papan angka,

c. Metode pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode ceramah sebagai metode pembuka dalam menjelaskan materi kemudian demonstrasi menggunakan media papan angka yang kemudian pemberian tugas dimana siswa berlatih secara mandiri mengurutkan bilangan pada papan angka,


(22)

berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan,

e. Kelas. Pembelajaran ini dilakukan di dalam kelas sehingga harus ada persiapan yang cukup diantaranya ruang yang tidak bising, tidak memantulkan suara, dan menyesuaikan posisi duduk anak,

f. Pengelolaan siswa sangatlah penting agar pembelajaran lebih efektif dan efisien, siswa termotivasi untuk belajar, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

4. Pelaksanaan Tindakan

Prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media papan angka dalam meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 disajikan dengan beberapa tindakan yang dapat dilakukan, diantaranya sebagai berikut:

a. Mengkondisikan siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran dengan cara membiasakan duduk rapih dan berdo‟a terlebih dahulu dengan membaca basmalah,

b. Memotivasi siswa untuk dapat memulai pembelajaran dengan semangat,

c. Memberikan materi pembelajaran kepada siswa melalui demontrasi mengurutkan bilangan,

d. Memperlihatkan media yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan asli sampai 100, e. Memberikan contoh menggunakan media pembelajaran,


(23)

f. Bersama-sama menyelesaikan mengurutkan bilangan dan secara mandiri bergantian,

g. Pembahasan soal-soal yang telah dikerjakan, h. Evalusi berupa soal tes tulis,

i. Melakukan perbandingan skor,

j. Memberikan motivasi kepada siswa yang belum mencapai kriteria penilaian yang telah ditetapkan.

5. Pengamatan/ Observasi

Pengamatan/ observasi yaitu suatu kegiatan memperhatikan secara seksama, mengamati jalannya pelaksanaan kegiatan, melihat berbagai fenomena terjadi selama pelaksanaan tindakan guna dianalisis lebih lanjut. Pengamat mencatat, menganalisis, mengkaji dan menafsirkan perilaku guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan suatu format atau mencatatnya langsung pada kertas yang telah disediakan. Catatan lapangan digunakan untuk mengobservasi siswa baik dari lembar kerja maupun hasil tes. Berdasarkan pengamatan diharapkan dapat ditemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan guru sebagai pengelola pembelajaran. Meskipun pada dasarnya bukan berarti guru adalah sumber data akan tetapi pelaksana penelitian atau guru merupakan faktor utama dalam proses pengumpulan data yang berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan pembelajaran.


(24)

tindakan kelas ini dilakukan dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran yaitu pemberian materi pembelajaran, penggunaan media papan angka dalam pembelajaran, kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran, dan hasil kerja siswa. Pengamat berada di samping kiri siswa mengamati secara langsung proses pembelajaran. Untuk mendapatkan gambaran mengenai letak pengamat dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Bagan 3.2

Kedudukan Pengamat di Kelas

Adapun instrumen yang digunakan untuk mengamati jalannya pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan pemahaman penggunaan media papan angka dalam meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan pada anak tunarungu, pengamat menggunakan format pengamatan pelaksanaan tindakan yaitu perilaku guru dan perilaku siswa. Kedua aspek tersebut diamati dengan asumsi bahwa terdapat korelasi antara keberhasilan pembelajaran dengan penampilan yang diperlihatkan guru dan siswa.

Guru

Siswa 1 Siswa 2


(25)

6. Refleksi

Kegiatan refleksi bertujuan untuk mencermati, mengkaji dan menganalisis secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilaksanakan yang didasarkan data yang telah terkumpul pada langkah observasi. Pada tahap refleksi diperoleh data berupa kelebihan-kelebihan yang ditampilkan selama proses perbaikan dan dapat dijadikan sebagai modal dasar dan perlu dipertahankan pada siklus berikutnya. Kekurangan-kekurangan yang diperoleh pada siklus pertama merupakan salah satu yang harus diperbaiki dan dicari pemecahannya, sehingga tidak terjadi lagi pada siklus berikutnya.

Bagan 3.3 Alur Kegiatan Refleksi

Mengacu pada bagan di atas, maka kegiatan refleksi pada setiap siklus dalam penelitian ini mengikuti lima tahapan yaitu: review, identifikasi masalah, alternatif pemecahan masalah, alternatif tindakan dan pelaksaan tindakan. Pada tahap review peneliti dan rekan sejawat merekam kembali peristiwa yang muncul, sebagai acuan dapat melalui

Review

Identifikasi Masalah

Fokus Masalah Alternatif

Tindakan Pelaksanaan


(26)

sumber observasi atau catatan lapangan. Setelah proses perekaman kembali maka tahapan selanjutnya adalah proses identifikasi masalah, di mana setiap masalah yang telah terditeksi dimunculkan kembali. Apakah kekurangan atau ketidakberhasilan pembelajaran disebabkan oleh faktor guru, siswa dan lainnya, semua dapat dilihat dari faktor mana yang lebih berpengaruh setelah itu maka tahapan selanjutnya dicarikan alternatif pemecahannya. Alternatif pemecahan masalah yang diteliti dapat bersumber dari pengalaman, teori, bahkan sesuatu yang direkayasa berdasarkan pemahaman seseorang.

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan istilah dasar dalam penelitian termasuk penelitian tindakan kelas. Penelitian ini terdapa dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Apabila kita melihat judul penelitian “Penggunaan media papan angka dalam meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada anak tunarungu kelas II SDLB”, maka terdapat dua variabel yaitu:

1. Variable Bebas.

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya, juga sebagai timbulnya variabel terikat, dan yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah media papan


(27)

angka, sebagai media pembelajaran anak tunarungu untuk meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100.

Alasan peneliti menggunakan media papan angka dalam melakukan perbaikan, karena penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat penting, sebagaimana kita ketahui bahwa penggunaan media dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat perhatian siswa dalam belajar. Sehingga penggunaan media diharapkan dapat memberikan jalan yang mudah dalam pemahaman ketika proses belajar pada anak tunarungu. Penggunaan media papan angka dalam prakteknya sangat mudah sekali, siswa cukup menyimpan balok-balok yang bertuliskan angka-angka satu sampai 100 ke dalam media papan angka secara berurutan.

2. Variable Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam mengurutkan bilangan asli sampai 100. Diharapkan kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan dapat meningkat, karena dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu media papan angka.

Kedua variabel di atas akan diperoleh datanya, kemudian dilakukan pengolahan dan analisis, yang akhirnya dapat memberikan gambaran tentang hubungan penerapan penggunaan media papan angka terhadap kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada anak tunarungu.


(28)

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penlitian ini adalah tes dan observasi.

a. Tes

Tes adalah serangkaian atau sekumpulan pertanyaan yang diberikan kepada anak, atau orang yang di tes dan jawabannya mutlak benar atau salah. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan atauran-aturan yang sudah ditentukan. Tes yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes pada akhir siklus, yaitu siswa mengerjakan soal-soal dan perintah guru yang berkaitan dengan pembelajaran dengan materi mengurutkan bilangan pada lembar tugas yang telah disediakan. Adapun tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur atau mengetahui kemampuan dasar maupun pencampaian prestasi anak setelah menerima perbaikan pembelajaran.

b. Observasi

Observasi/ pengamatan adalah proses pengambilan data dalam penelitian, dimana pengamat melihat situasi penelitan. Pengamatan dan pencatatan dilakukan terhadap guru dan siswa saat berlangsungnya pembelajaran. Pada waktu observasi, observer mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut, baik yang terjadi pada guru, maupun situasi kelas dapat menggunakan lembar observasi berbentuk


(29)

daftar cek dan diisi oleh observer. Tujuan kegiatan ini diharapkan akan diperoleh gambaran tentang interaksi antara guru dan murid, ketepatan penggunaan media sesuai dengan yang direncanakan.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah: 1. Tes mengurutkan bilangan

Soal tes mengurutkan bilangan. 1. Tulislah bilangan dari 1 sampai 50

a. Tulislah bilangan 1 sampai 10

b. Tulislah bilangan 11 sampai 20

c. Tulislah bilangan 21 sampai 30

d. Tulislah bilangan 31 sampai 40

e. Tulislah bilangan 41 sampai 50

2. Tulislah bilangan dari 51 sampai 100 a. Tulislah bilangan 51 sampai 60


(30)

c. Tulislah bilangan 71 sampai 80

d. Tulislah bilangan 81 sampai 90

e. Tulislah bilangan 91 sampai 100

3. Urutkan bilangan dibawah ini dari yang terkecil sampai yang terbesar! a. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

7 20 11 25 12 26 43 49 50 35

b. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

10 15 19 21 14 44 27 42 36 34

c. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

16 1 5 9 22 45 37 28 33 41

d. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

13 18 23 2 4 38 32 40 29 46

e. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

17 3 24 6 8 31 39 48 47 30

Kolom isian untuk mengurutkan bilangan pada soal di atas! a. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

b. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!


(31)

d. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

e. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

4. Isilah bilangan pada kotak kosong di bawah ini dengan angka yang sesuai urutannya!

a. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!

72 75

b. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!

77 79

c. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!

81 83

d. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!

87 89

e. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!

91 93

f. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!

97 100

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Pendapat Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2011: 203) mengemukakan bahwa „observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan


(32)

psikhologis, dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Tabel 3.3

Pedoman Observasi Pengamatan Pelaksanaan Tindakan Prilaku Siswa

No. Perilaku Siswa yang diamati

Penilaian Komentar Ada /

Ya

Tidak / Tidak ada 1. Bertanya kepada guru tentang materi bilangan

2.

Berkomentar kepada guru atau siswa lain saat

pemberian materi bilangan

3.

Ketertarikan terhadap materi dan media yang digunakan

4.

Ada usaha dan motivasi untuk mempelajari atau stimulasi yang diberikan guru

5. Memahami penggunaan media papan angka

6.

Menggunakan media papan angka dalam

mengurutkan bilangan asli satu sampai 100 dengan benar

7.

Bersikap menyenangkan saat pembelajaran berlangsung

8. Belajar dengan sungguh - sungguh 9. Memahami materi pembelajaran

10.

Menyelesaikan evaluasi pembelajaran berupa soal pembelajaran


(33)

Tabel 3.4

Pedoman Observasi Pengamatan Pelaksanaan Tindakan Prilaku Guru

Bagian Perilaku guru yang diamati Apakah guru melaksanakannya Komentar Ada / Ya Tidak / Tidak ada Persiapan Pemberian Motivasi Kepada Siswa Persiapan pembelajaran secara konseptual (Skenario Pembelajaran/ Perencanaan Pembelajaran ) Metode dan media pembelajaran yang digunakan Membimbing siswa Penampilan penyaji Penyajian Pendahuluan Pemeriksaan kehadiran siswa Pelaksanaan apersepsi Pokok Penerapan strategi pembelajaran Pemberian contoh - contoh soal Penggunaan media yang mendukung tersampainya materi Pemberian pengalaman kepada siswa Pemberian bimbingan siswa

Pembahasan hasil kerja siswa

Penutup Penggunaan sistem

penilaian


(34)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengolah dan menginterpretasikan data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan informasi yang telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data pada tiap siklus, cara yang dilakukan adalah berdiskusi dengan guru observer mengenai proses pembelajaran yang diamati dari kegiatan mengajar dan membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian penelitian bersama guru observer.

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan cara mengumpulkan data berasal dari tes yang dilakukan pada akhir siklus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran, data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menganalisis data hasil tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang diperoleh pada akhir siklus, selanjutnya dilakukan analisis terhadap data hasil tes siswa tersebut dengan cara melihat persentase setiap skor total yang diperoleh siswa dan dihitung dengan menggunakan rumus:

a. NA= skor x 100 = Skor ideal ...

Keterangan:


(35)

Skor ideal = Jumlah soal keseluruhan

NA = Nilai akhir

b. Menghitung rata-rata siswa dengan rumus:

Nilai rata-rata siswa = Keterangan:

∑ nilai = Jumlah nilai siswa n = Jumlah siswa

2. Menganalisis data hasil observasi

Menganalisis data hasil observasi dilakukan dengan mengelompokkan pernyataan ya dan pernyataan tidak. Kemudian menghitung persentasenya dengan rumus:

100%

f

P

X

n

KET: P = presentasi jawaban f = jumlah jenis komentar n = jumlah pernyataan


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media papan angka dapat meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada siswa tunarungu kelas II SDLB di SLB Negeri Subang. Hal ini terbukti dengan hasil tes akhir siswa tunarungu kelas II pada setiap siklusnya mengalami peningkaan, karena pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 57,5, siklus II diperoleh nilai rata-rata 72,5 dan siklus III diperoleh nilai rata-rata 82,5. Dari siklus I ke siklus II ada peningkatan nilai rata-rata 15, dari siklus II ke siklus III ada peningkatan 10, dan dari siklus I ke siklus III ada peningkatan 25. berdasarkan nilai perolehan setiap siswa berinisial LW dengan nila 85 dan AM dengan nilai 80, sehingga sudah melebihi kriteria ketuntasan minimal dari 75.

B.Saran

1.Bagi Siswa

Diharapkan siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, sehingga siswa dapat memahami materi dan mampu mengurutkan bilangan asli sampai 100. Apabila anak sudah dapat mengurutkan bilangan dengan baik, juga sebagai salah satu syarat dalam melanjutkan materi selanjutnya pada pelajaran matematika.


(37)

2.Bagi Guru

Pengembangan inovasi pembelajaran yang lebih baik oleh guru sangat dibutuhkan guna meningkatkan minat dan kemampuan siswa, salah satunya dengan penggunakan media papan angka pada materi mengurutkan bilangan asli sampai 100, sehingga dengan bantuan media tersebut, siswa dapat mengurutkan bilangan dengan baik dan benar.

.

3.Bagi Sekolah

Pemberian motivasi terhadap guru, serta fasilitas yang relevan dengan pembelajaran sangat dibutuhkan agar guru tidak ragu-ragu untuk membuat seting dan memfasilitasi siswa dalam belajar baik itu media pembelajaran maupun pendekatan pembelajaran, sehingga mutu pendidikan akan jauh lebih baik, salah satunya penggunaan media papan angka dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran terutama pada materi mengurutkan bilangan.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I. (2011). Komunikasi Pembelajaran. Pendekatan Kompergen dalam

Peningkatan Kualitas dan Evektifitas Pembelajaran. Bandung: UPI

Depdiknas.

Anitah, Sri. (2010), Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Arsyad, Azhar. (2011), Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Asrori, Muhammad. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana

Prima.

Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB-B. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Kemmis and Taggart, Mc. (1997). The Action Research Planner. Dekan University.

Mulyasa, E. (2011). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sadiman, Arief S., Rahardjo R., Haryono A., dan Rahardjito. (2009). Media

Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Sadja’ah, Edja. (2003). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Mendengar. Bandung: San Grafika.

Somantri, S. (2006 ). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet.

Susilo, Herawati., Chotimah, Husnul., Sari, Dwita S. (2008). Penelitian Tindakan

Kelas. Malang: Bayumedia Publishing.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Kamus Besar Bahasa


(39)

UUD. (2006).Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sisdiknas. Bandung : Citra Umbara.


(1)

Ecep Sopiyan, 2014

Penggunaan Media Papan Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli Sampai 100 Pada Anak Tunarungu Kelas Ii Sdlb Di Slb Negeri Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengolah dan menginterpretasikan data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan informasi yang telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data pada tiap siklus, cara yang dilakukan adalah berdiskusi dengan guru observer mengenai proses pembelajaran yang diamati dari kegiatan mengajar dan membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian penelitian bersama guru observer.

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan cara mengumpulkan data berasal dari tes yang dilakukan pada akhir siklus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran, data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menganalisis data hasil tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang diperoleh pada akhir siklus, selanjutnya dilakukan analisis terhadap data hasil tes siswa tersebut dengan cara melihat persentase setiap skor total yang diperoleh siswa dan dihitung dengan menggunakan rumus:

a. NA= skor x 100 = Skor ideal ...

Keterangan:


(2)

50

Skor ideal = Jumlah soal keseluruhan NA = Nilai akhir

b. Menghitung rata-rata siswa dengan rumus: Nilai rata-rata siswa =

Keterangan:

∑ nilai = Jumlah nilai siswa n = Jumlah siswa

2. Menganalisis data hasil observasi

Menganalisis data hasil observasi dilakukan dengan mengelompokkan pernyataan ya dan pernyataan tidak. Kemudian menghitung persentasenya dengan rumus:

100%

f

P

X

n

KET: P = presentasi jawaban f = jumlah jenis komentar n = jumlah pernyataan


(3)

Ecep Sopiyan, 2014

Penggunaan Media Papan Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli Sampai 100 Pada Anak Tunarungu Kelas Ii Sdlb Di Slb Negeri Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media papan angka dapat meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada siswa tunarungu kelas II SDLB di SLB Negeri Subang. Hal ini terbukti dengan hasil tes akhir siswa tunarungu kelas II pada setiap siklusnya mengalami peningkaan, karena pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 57,5, siklus II diperoleh nilai rata-rata 72,5 dan siklus III diperoleh nilai rata-rata 82,5. Dari siklus I ke siklus II ada peningkatan nilai rata-rata 15, dari siklus II ke siklus III ada peningkatan 10, dan dari siklus I ke siklus III ada peningkatan 25. berdasarkan nilai perolehan setiap siswa berinisial LW dengan nila 85 dan AM dengan nilai 80, sehingga sudah melebihi kriteria ketuntasan minimal dari 75.

B.Saran

1.Bagi Siswa

Diharapkan siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, sehingga siswa dapat memahami materi dan mampu mengurutkan bilangan asli sampai 100. Apabila anak sudah dapat mengurutkan bilangan dengan baik, juga sebagai salah satu syarat dalam melanjutkan materi selanjutnya pada pelajaran matematika.


(4)

73

2.Bagi Guru

Pengembangan inovasi pembelajaran yang lebih baik oleh guru sangat dibutuhkan guna meningkatkan minat dan kemampuan siswa, salah satunya dengan penggunakan media papan angka pada materi mengurutkan bilangan asli sampai 100, sehingga dengan bantuan media tersebut, siswa dapat mengurutkan bilangan dengan baik dan benar.

.

3.Bagi Sekolah

Pemberian motivasi terhadap guru, serta fasilitas yang relevan dengan pembelajaran sangat dibutuhkan agar guru tidak ragu-ragu untuk membuat seting dan memfasilitasi siswa dalam belajar baik itu media pembelajaran maupun pendekatan pembelajaran, sehingga mutu pendidikan akan jauh lebih baik, salah satunya penggunaan media papan angka dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran terutama pada materi mengurutkan bilangan.


(5)

Ecep Sopiyan, 2014

Penggunaan Media Papan Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli Sampai 100 Pada Anak Tunarungu Kelas Ii Sdlb Di Slb Negeri Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I. (2011). Komunikasi Pembelajaran. Pendekatan Kompergen dalam Peningkatan Kualitas dan Evektifitas Pembelajaran. Bandung: UPI Depdiknas.

Anitah, Sri. (2010), Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Arsyad, Azhar. (2011), Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Asrori, Muhammad. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana

Prima.

Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB-B. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Kemmis and Taggart, Mc. (1997). The Action Research Planner. Dekan University.

Mulyasa, E. (2011). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sadiman, Arief S., Rahardjo R., Haryono A., dan Rahardjito. (2009). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sadja’ah, Edja. (2003). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Mendengar. Bandung: San Grafika.

Somantri, S. (2006 ). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet.

Susilo, Herawati., Chotimah, Husnul., Sari, Dwita S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Bayumedia Publishing.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


(6)

75

UUD. (2006).Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Bandung : Citra Umbara.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN TEKNIK FASTMATH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BERHITUNG PERKALIAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS V SDLB DI SLB NEGERI TRITUNA SUBANG.

0 3 41

PENGGUNAAN METODE VAKT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN BENTUK HURUF PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 1 SDLB-C DI SLB NEGERI TRITUNA SUBANG.

0 2 42

PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASARESEPTIF ANAK TUNARUNGU DI SLB NEGERI CICENDO BANDUNG.

0 3 57

PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS I SDLB-B DI SLB TARBIYATUL MUTA’ALIMIN KABUPATEN SUBANG.

0 3 26

PENGGUNAAN BALOK SEMPOA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PERKALIAN PADA SISWA TUNARUNGU: Penelitian Eksperimen pada Siswa Tunarungu Kelas IV SDLB di Kab. Subang.

2 7 34

PROGRAM PEMBELAJARAN KOSA KATA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS II SDLB-B DI SLB NEGERI SUBANG.

0 0 46

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN KWL (KNOW-WANT-LEARNED) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN SEDERHANA PADA SISWA TUNARUNGU : Eksperimen pada Siswa Tunarungu Kelas II SDLB di SLB-X.

0 2 36

PENGGUNAAN MEDIA PAPAN BILANGAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1 SAMPAI 10 PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II SDLB AT-TAQWA CISURUPAN - repository UPI S PLB 1004937 Title

0 0 3

PENGGUNAAN TEKNIK FASTMATH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BERHITUNG PERKALIAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS V SDLB DI SLB NEGERI TRITUNA SUBANG - repository UPI S PKH 1106693 Title

0 1 3

Penggunaan Media Papan Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli Sampai 100 Pada Anak Tunarungu Kelas Ii Sdlb Di Slb Negeri Subang - repository UPI S PLB 1008955 Title

0 1 3