PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN KWL (KNOW-WANT-LEARNED) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN SEDERHANA PADA SISWA TUNARUNGU : Eksperimen pada Siswa Tunarungu Kelas II SDLB di SLB-X.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….…… i

KATA PENGANTAR ……….…… ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….…… iv

DAFTAR ISI ……….…… vii

DAFTAR TABEL ……….…… ix

DAFTAR GRAFIK ………. x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah …...………….………...….. 1

1.2 Rumusan Masalah ……….……..………... 8

1.3 Tujuan Penelitian ……….……… 8

1.4 Manfaat Penelitian …….………..…..….……… 9

1.5 Variabel Penelitian ………..…….……….. 9

BAB II . LANDASAN TEORETIK 2.1 Tunarungu dan Permasalahannya ……….……...… 11

2.2 Dampak Ketunarunguan terhadap Kemampuan Membaca …... 13

2.3 Pembelajaran Bahasa dan Membaca bagi Siswa Tunarungu….…….. 15

2.4 Strategi Pembelajaran Membaca ……….….. 18


(2)

2.6 Strategi Pembelajaran KWL pada Siswa Tunarungu ……… 30

2.7 Batasan Kemampuan Memahami Isi Bacaan ………..……….. 32

2.8 Penelitian yang Relevan .………..………. 35

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian ………... 37

3.2 Definisi Operasional Variabel dan Paradigma Penelitian …………. 38

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ………. 39

3.4 Prosedur Penelitian ……… 40

3.5 Instrumen Penelitian ……… 43

3.5.1 Uji Keterbacaan ……… 46

3.5.2 Uji Validitas ……… 47

3.5.3 Uji Reliabilitas ……… 48

3.6 Teknik Pengumpulan Data ……… 50

3.7 Teknik Analisis Data ……… 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Proses Pembelajaran ………... 52

4.2 Hasil Penelitian ……… 53


(3)

BAB V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan ………..……….……….……… 63 5.2 Rekomendasi ………….………... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

BAB II

2.1 Format KWL ……… 22 2.2 Lembar Kerja K-W-L Ogle ……… 22 BAB III

3.1 Populasi Penelitian ……….……….……… 40 3.2 Kisi-Kisi Tes Memahami Bacaan Sederhana ……… 45 3.3 Tingkat Keterbacaan ……….. 47 3.4 Kriteria Penilaian Tes Kemampuan Memahami Bacaan ………… 51 BAB IV

4.1 Skor Pretes dan Postes Kemampuan Memahami Bacaan Pada

Bacaan Utama ……….……… 58 4.2 Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Pretes dan Postes Kemampuan


(5)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

BAB IV

4.1 Kemampuan Memahami Bacaan Pada Pretes dan Postes dalam

Pertemuan 1 dan 2 (Bacaan Tingkat Mudah) ……… 54 4.2 Kemampuan Memahami Bacaan Pada Pretes dan Postes dalam

Pertemuan 3 dan 4 (Bacaan Tingkat Sedang) ……… 55 4.3 Kemampuan Memahami Bacaan Pada Pretes dan Postes dalam

Pertemuan 5 dan 6 (Bacaan Tingkat Sukar) ……… 55 4.4 Rekapitulasi Rata-Rata Kemampuan Memahami Bacaan pada

Pretes dan Postes dalam Pertemuan 1-6 (Bacaan Tingkat Mudah,

Sedang dan Sukar) ……… 56 4.4 Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan (Bacaan

Tingkat Mudah, Sedang dan Sukar) ……… 57 4.6 Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan


(6)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Membaca adalah salah satu keterampilan dasar yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar manusia yaitu berbahasa. Dengan berbahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya, terlebih lagi pada era informasi dan komunikasi seperti sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan sangat pesat. Berbagai informasi disampaikan dalam berbagai media dan salah satunya media tertulis berupa buku, majalah, surat kabar dan lainnya. Untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut dibutuhkan kemampuan membaca.

Disamping untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, membaca juga merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa untuk dapat mengikuti seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan membacanya. Oleh karena itu, pembelajaran membaca mempunyai peran yang penting dan strategis dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Pengajaran membaca bertujuan agar siswa dapat memahami pesan, pada dasarnya bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Banyak hal yang menjadi kendala saat kita membaca sehingga kita mengalami kesulitan dalam memahami isi sebuah bacaan. Kegiatan membaca tidak hanya berhenti pada pengenalan bentuk, melainkan harus sampai pada tahap


(7)

pengenalan makna dari bentuk-bentuk yang dibaca. Makna atau arti bacaan berhubungan erat dengan maksud, tujuan atau keintensifan dalam membaca (Tarigan 1979:9).

Pembelajaran membaca bagi siswa tunarungu merupakan kegiatan yang sulit karena mereka memiliki keterbatasan dalam penguasaan kosa kata dan memaknai kata. Sebagaimana dikemukakan oleh Queril dan Forschhammer tahun 1992 (Bunawan, 2000:52) :

Anak yang mendengar tidak mengalami masalah dalam memperoleh masukan bahasa dalam jumlah yang besar, lengkap dan jelas karena sepanjang hari akan dibanjiri dengan bahasa melalui pendengarannya, sedangkan bagi kaum tunarungu keadaan itu hanya dapat dicapai bila diimbangi dengan membaca.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Somad, P (1996 :64) mengemukakan bahwa :

Adanya kesulitan membaca dan memahami bacaan akan mengakibatkan ketidakmampuan menangkap pesan-pesan tulisan, padahal hampir semua mata pelajaran pesannya disampaikan melalui (huruf, angka-angka, dan simbol-simbol lain)

Dari hasil pengamatan di kelas, diperoleh temuan bahwa kemampuan siswa tunarungu kelas II SDLB di SLB X yang berjumlah delapan siswa, menunjukkan pada umumnya mereka sulit memahami isi bacaan, hal ini terbukti pada saat siswa diberikan evaluasi berupa pertanyaan yang berkaitan dengan isi bacaan, jawaban mereka tidak sesuai dengan isi bacaan. Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan isi bacaan disebabkan oleh ketidakmampuan siswa dalam memaknai pertanyaan dan ketidakmampuan memahami isi bacaan.


(8)

Menurut guru kelas, sebenarnya siswa kelas II telah menguasai kosa kata yang terdiri dari beberapa jenis kata seperti ; kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan dan beberapa kata keterangan tempat dan keterangan waktu. Dengan dikuasainya kosa kata tersebut sebenarnya mereka sudah memiliki bekal untuk memahami isi bacaan sederhana, namun kenyataannya mereka masih sulit memahami isi bacaan tersebut. Selanjutnya guru menyatakan bahwa, : “Ketika mengajarkan membaca, saya mengalami kesulitan dalam proses pembelajarannya terutama dalam memahami isi bacaan dan akhirnya pembelajaran membaca selalu diulang-ulang sehingga materi sulit dikembangkan, apalagi untuk memberikan materi yang baru”.

Dari temuan di atas, dapat diduga bahwa kesulitan siswa dalam memahami isi bacaan disebabkan oleh keterbatasan mereka dalam memaknai kata dan kalimat sehingga mereka sulit memahami isi bacaan secara keseluruhan, disamping itu kesulitan siswa dalam memahami isi bacaan diduga karena kurang bervariasinya penggunaan strategi pembelajaran membaca yang selama ini digunakan serta belum ditemukannya strategi pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran untuk memahami isi bacaan bagi siswa tunarungu. Selama ini dalam pembelajaran membaca, guru hanya menjelaskan kata-kata sukar yang belum dipahami maknanya oleh siswa. Pada tahap pertama siswa diberi tugas untuk membaca teks bacaan secara bergilir, dan setelah membaca teks bacaan tersebut, siswa hanya diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan. Dengan proses pembelajaran seperti ini


(9)

siswa belum terlatih untuk menemukan pola hubungan antar ide dalam bacaan.

Kurang bervariasinya penggunaan strategi pembelajaran membaca pada siswa Kelas II SDLB di SLB-X seperti yang telah dikemukakan di atas, kiranya perlu segera diatasi dan diperbaiki. Perbaikan tersebut perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran membaca di kelas ini perlu beralih dari strategi pembelajaran konvensional yang dilandasi asumsi bahwa “pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa” ke strategi pembelajaran yang modern yang memandang bahwa pengetahuan dibangun di dalam pikiran siswa dan memperhatikan pengetahuan yang sudah ada dalam diri siswa. Oleh karena itu, maka perlu dicobakan strategi lain dalam pembelajaran membaca sampai ditemukannya strategi yang paling efektif dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan bagi siswa tunarungu.

Sebagaimana dikemukakan Ogle (Asrori,2008 : 54) sebagai berikut : ‘Seringkali bahan bacaan yang dipakai untuk mengajarkan membaca pada anak-anak di sekolah mengabaikan pentingnya pengetahuan tentang apa yang telah dibawa anak-anak dari rumah berkaitan dengan materi bacaan’.

Untuk menumbuhkan motivasi siswa tunarungu dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menggunakan strategi pembelajaran sehingga anak tidak mengalami


(10)

kejenuhan dalam belajar. Tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan tergantung dari strategi yang digunakan guru.

Penggunaan strategi pembelajaran pada siswa tunarungu pada dasarnya sama dengan strategi pembelajaran siswa pada umumnya, tetapi dalam pelaksanaannya harus bersifat visual. Proses pembelajaran siswa tunarungu harus lebih memanfaatkan indera penglihatannya sehingga semua pembelajaran hendaknya dapat diilustrasikan dalam bentuk visual.

Berpijak pada penggunaan beberapa strategi pembelajaran membaca, peneliti mencoba menerapkan strategi pembelajaran Know-Want-Learned (KWL) yang dikembangkan oleh Ogle dan digunakan Asrori pada siswa sekolah dasar untuk diterapkan kepada siswa tunarungu dalam pembelajaran membaca sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan sederhana. Strategi pembelajaran KWL dalam pembelajaran membaca dipandang dapat meningkatkan kemampuan memahami bacaan sederhana karena dalam proses pembelajarannya siswa berpartisipasi aktif dalam membicarakan tentang apa yang sedang mereka pelajari dalam ruang lingkup tema. Yang terpenting dalam penggunaan strategi ini adalah memperhatikan pengetahuan yang telah dimiliki siswa berkaitan dengan materi bacaan serta dikaitkan dengan pengalaman dalam kehidupan siswa sehari-hari. Penggunaan Strategi pembelajaran KWL dalam pembelajaran membaca pada siswa tunarungu disertai dengan bantuan media yang bersifat visual. Media visual sangat berperan dalam memudahkan siswa tunarungu memaknai setiap kata


(11)

yang ada sehingga mereka akan memahami kalimat dengan utuh dan memahami isi bacaan.

Berkaitan dengan uraian di atas, Ogle (Asrori, 2008 : 227) mengemukakan bahwa : ’Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan memahami bacaan pada anak-anak sekolah di negara berkembang masih sangat rendah’. Penelitian Gutrie tahun 1999 (Asrori,2008:227) yang dilakukan terhadap anak-anak sekolah dasar dan sekolah menengah di negara-negara Asia-Pasifik dan Asia Tenggara menyebutkan “rendahnya kemampuan membaca dan memahami teks, yang tidak melampaui 37,50%”.

Disamping penelitian di atas, berikut beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di Indonesia :

Penerapan pendekatan pengalaman berbahasa dalam proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan memiliki kelebihan yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tidak tersedianya buku paket yang cukup bagi anak, dengan membuat sendiri bahan bacaan

antara guru dan siswa.

(Ilyas, 1997:46 )

Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan Asrori dan Rasyid menunjukkan bahwa :

Dari empat mata pelajaran yang diteskan, hanya satu mata pelajaran saja (yakni IPS) yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Adapun tiga mata pelajaran lainnya (yakni Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA) tidak ada perbedaan yang signifikan. Ini berarti bahwa dilihat dari perbedaan mata pelajaran yang diteskan pun strategi pembelajaran K-W-L tetap efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa memahami teks. Hanya pada mata pelajaran Matematila, K-W-L menunjukkan kurang efektif.


(12)

Dari uraian di atas dirasakan perlu adanya alternatif penggunaan strategi dalam pembelajaran membaca bagi siswa tunarungu kelas II SDLB di SLB X dalam upaya meningkatkan kemampuan mereka memahami bacaan sederhana. Dalam penelitian ini peneliti mencoba salah satu strategi yang belum pernah dilakukan pada siswa tunarungu yang disebut dengan strategi pembelajaran KWL. Strategi ini didasarkan pada asumsi bahwa “makna dibangun dari apa yang sudah siswa ketahui sebelumnya dan dekat dengan kehidupannya”.

Pembelajaran membaca dengan menggunakan strategi KWL dilakukan dalam tiga langkah. Pada langkah pertama (K) siswa melakukan curah pendapat untuk menggali pengetahuan yang sudah dimilikinya sebelum pembelajaran membaca. Curah pendapat bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan motivasinya dalam topik bacaan. Pendapat tersebut didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman setiap siswa. Pada langkah kedua (W) siswa menyebutkan apa yang ingin mereka ketahui dari topik bacaan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dan menuliskannya kolom W. Pada tahap ini guru mengarahkan pertanyaan-pertanyaan siswa kepada materi bacaan yang akan diberikan. Selanjutnya pada langkah ketiga (L), siswa mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan pada kolom W dan menuliskan jawaban-jawaban tersebut pada kolom L.

Dari ketiga langkah pembelajaran di atas, maka peneliti beranggapan bahwa strategi ini dapat meningkatkan kemampuan siswa tunarungu dalam memahami bacaan karena dengan strategi ini informasi baru yang terdapat


(13)

pada bacaan diintegrasikan dengan apa yang sudah diketahui siswa, sehingga setelah proses pembelajaran terdapat tiruan pengetahuan yang persis dengan pengetahuan yang dimiliki siswa.

Melalui penelitian ini peneliti ingin mencoba menggunakan strategi KWL yang sudah terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan memahami teks bacaan pada siswa Sekolah Dasar untuk digunakan pada siswa tunarungu. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat sejauh mana penggunaan strategi pembelajaran KWL dapat meningkatkan kemampuan memahami bacaan sederhana pada siswa tunarungu kelas II SDLB di SLB X .

Mengingat pentingnya masalah ini, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Strategi Pembelajaran KWL (Know-Want-Learned) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami Bacaan Sederhana pada Siswa Tunarungu Kelas II SDLB di SLB-X”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : ”Apakah strategi pembelajaran KWL (Know-Want-Learned) dapat meningkatkan kemampuan memahami bacaan sederhana pada siswa tunarungu kelas II SDLB di SLB X?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa tunarungu dalam memahami bacaan sederhana setelah menggunakan strategi pembelajaran KWL.


(14)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi elemen-elemen pendidikan yang terkait secara langsung dalam kegiatan pembelajaran sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran membaca dan memudahkan guru dalam meningkatkan kemampuan siswa memahami bacaan sederhana bagi siswa tunarungu.

1.5 Variabel Penelitian

Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran KWL (Know-Want-Learned). Strategi pembelajaran KWL adalah strategi pembelajaran yang terdiri dari tiga langkah dasar yang menuntut siswa dalam memberikan suatu jalan tentang apa yang telah mereka ketahui (K), menentukan apa yang ingin mereka ketahui (W) dan mengingat kembali apa yang mereka pelajari dari membaca. Strategi KWL merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran membaca khususnya dalam memahami isi bacaan. Strategi pembelajaran KWL dikembangkan oleh Ogle (1996) untuk membantu guru menghidupkan latar belakang pengetahuan dan minat siswa pada suatu tema topik. Pada strategi ini digunakan tabel yang terdiri dari tiga kolom untuk membantu siswa berpartisipasi aktif dalam berbicara tentang apa yang sedang mereka pelajari dalam ruang lingkup tema.


(15)

Variabel Terikat

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan memahami bacaan sederhana. Kemampuan memahami bacaan sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam mengerahkan segenap pengetahuan, kompetensi bahasa, dan khasanah pengalaman konseptualnya untuk memproses informasi. Memahami adalah suatu proses mental sebagai perwujudan dari aktivitas kognisi yang tidak dapat dilihat. Produk dari pemahaman adalah perilaku yang dihasilkan setelah proses pemahaman itu terjadi, misalnya menjawab pertanyaan, baik secara liasan maupun tulisan, Simon dalam Mulyati (1995 : 50).

Kemampuan memahami bacaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memahami kata-kata, kalimat dan menghubungkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan yang mencakup aspek ingatan, pemahaman, penerapan dan analisis. Hal ini didasari oleh kurikulum bahasa Indonesia kelas II SDLB-B (Tunarungu) yaitu :

Standar Kompetensi : 3. Memahami bacaan pendek (10-15 kalimat) dan Kompetensi Dasar : 3.2 Menjawab pertanyaan dari bacaan


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Metode eksperimen dipandang relevan digunakan karena penelitian ini mencari hubungan antara dua variabel, sebagaimana dikemukakan Arikunto (2006) , bahwa metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau atau menyisihkan faktor-faktor lain.”

Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Metode eksperimen dalam penelitian ini digunakan penulis untuk meneliti tentang penggunaan strategi pembelajaran Know-Want-Learned (KWL) dalam upaya meningkatkan kemampuan memahami bacaan sederhana pada siswa tunarungu kelas II SDLB di SLB-X.

Adapun desain eksperimen yang digunakan adalah “One-Group Pretest – Posttest Design”, dimana pada penelitian ini digunakan pretest sebelum diberi perlakuan dan postest setelah diberi perlakuan sehingga hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, membandingkan dengan keadaan sebelum perlakuan. Desain penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan seperti berikut

O₁ X O₂


(17)

O₁ = nilai pretest (sebelum diberikan perlakuan) X = treatment / perlakuan yang diberikan

O₂ = nilai posttest (setelah diberikan perlakuan)

Berdasarkan rumusan di atas, X = perlakuan, yaitu mengajarkan membaca kepada siswa kelas II SDLB-B (Tunarungu) dengan menggunakan strategi pembelajaran KWL. O₁ = pemberian pretest dan O₂ = pemberian posttest. Metode ini digunakan untuk menguji keefektifan penggunaan strategi pembelajaran KWL dalam upaya meningkatkan kemampuan memahami bacaan sederhana pada tunarungu kelas II SDLB di SLB-X.

3.2 Definisi Operasional Variabel dan Paradigma Penelitian

Untuk menegaskan dan menyamakan makna berbagai konsep yang ada dalam penelitian ini, perlu diberikan definisi operasional variabel. Hal ini dimaksudkan agar ada persepsi yang sama antara peneliti dan berbagai pihak yang terkait dengan proses penelitian ini. Istilah-istilah yang perlu didefinisikan antara lain sebagai berikut :

1. Strategi Pembelajaran KWL adalah strategi pembelajaran digunakan dalam proses pembelajaran membaca khususnya dalam memahami isi bacaan. Dalam strategi ini siswa dituntut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran KWL dikembangkan oleh Ogle (1996) untuk membantu guru menghidupkan latar belakang pengetahuan dan minat siswa pada suatu tema topik. Strategi pembelajaran KWL melibatkan tiga langkah dasar yang menuntut siswa dalam memberikan suatu jalan tentang apa yang telah mereka ketahui (K),


(18)

menentukan apa yang ingin mereka ketahui (W) dan mengingat kembali apa yang mereka pelajari dari membaca.

2. Kemampuan memahami bacaan sederhana adalah kemampuan siswa dalam mengerahkan segenap pengetahuan, kompetensi bahasa, dan khasanah pengalaman konseptualnya untuk memproses informasi. Kemampuan memahami bacaan tersebut mencakup pemahaman siswa pada aspek ingatan, pemahaman, penerapan dan analisis.

3. Siswa Tunarungu dapat diartikan sebagai siswa yang mengalami kehilangan fungsi pendengaran sehingga mereka mengalami ketidakmampuan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengaran.

Bentuk paradigma dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

X = Variabel bebas, yaitu Strategi pembelajaran KWL

Y = Variabel terikat, yaitu kemampuan memahami bacaan sederhana. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa tunarungu kelas II SDLB yang berjumlah 8 orang. Sedangkan penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh, yang mana semua anggota populasi digunakan sebagai

X

Strategi Pembelajaran KWL

(Know-Want-Learned)

Y Kemampuan Memahami Bacaan


(19)

sampel, hal ini dikarenakan “… populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang” (Sugiyono, 2008:85). Adapun kriteria sampel penelitian ini adalah :

1. Siswa tunarungu yang duduk di kelas II SDLB di SLB-X yang berusia antara 9-12 tahun yang tingkat kecerdasannya tidak ada hambatan.

2. Siswa tunarungu yang telah belajar Bahasa Indonesia dalam aspek membaca dengan acuan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tertuang dalam KTSP bagi siswa tunarungu kelas II SDLB.

Untuk lebih jelasnya berikut rincian populasi yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian No. Nama Siswa Jenis

Kelamin

Usia (tahun) 1. F S R Laki-Laki 10

2. HJ Laki-Laki 10

3. HAF Perempuan 9

4. CF Perempuan 10

5. MRR Laki-Laki 12

6. LS Perempuan 11

7. SYN Perempuan 11

8. C A Perempuan 11

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur eksperimen yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(20)

Tahap I

Pelaksanaan pretes dengan menggunakan instrumen tes utama berjudul “Pergi ke Pasar” untuk mengetahui bagaimana kemampuan awal siswa dalam memahami isi bacaan sederhana sebelum diberikan perlakuan (treatment). Tahap II

Pertemuan Pertama

Memberikan pretes dengan menggunakan instrumen tes berupa teks bacaan dengan tingkat mudah pertama, yaitu bacaan berjudul “Minggu Bersih” yang terdiri dari 10 kalimat, 40 kata dan 99 suku kata. Selanjutnya memberikan perlakuan dengan strategi pembelajaran KWL dan diakhiri dengan postes.

Pertemuan Kedua

Memberikan pretes dengan menggunakan instrumen tes berupa teks bacaan dengan tingkat mudah kedua, yaitu bacaan berjudul “Pergi ke Dokter Gigi” yang terdiri dari 10 kalimat, 51 kata dan 109 suku kata. Dilanjutkan dengan perlakuan dengan strategi pembelajaran KWL dan diakhiri dengan postes.

Pertemuan Ketiga

Memberikan pretes dengan menggunakan instrumen tes berupa teks bacaan dengan tingkat sedang pertama, yaitu bacaan berjudul “Sepeda Baru” yang terdiri dari 12 kalimat, 56 kata dan 124 suku kata. Selanjutnya memberikan perlakuan dengan strategi pembelajaran KWL dan diakhiri dengan postes.

Pertemuan Keempat

Memberikan pretes dengan menggunakan instrumen tes berupa teks bacaan dengan tingkat sedang kedua, yaitu bacaan berjudul “Kegiatan Hari Minggu”


(21)

yang terdiri dari 12 kalimat, 56 kata dan 124 suku kata. Selanjutnya memberikan perlakuan dengan strategi pembelajaran KWL dan diakhiri dengan postes.

Pertemuan Kelima

Memberikan pretes dengan menggunakan instrumen tes berupa teks bacaan dengan tingkat sukar pertama, yaitu bacaan berjudul “Malas Mandi” yang terdiri dari 13 kalimat, 57 kata dan 126 suku kata. Selanjutnya memberikan perlakuan dengan strategi pembelajaran KWL dan diakhiri dengan postes.

Pertemuan Keenam

Memberikan pretes dengan menggunakan instrumen tes berupa teks bacaan dengan tingkat sukar kedua, yaitu bacaan berjudul “Es Krim” yang terdiri dari 13 kalimat, 66 kata dan 126 suku kata. Selanjutnya memberikan perlakuan dengan strategi pembelajaran KWL dan diakhiri dengan postes.

Tahap III

Memberikan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran KWL dengan bacaan utama yang berjudul “Pergi ke Pasar”. Selanjutnya memberikan postes untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa memahami isi bacaan sederhana setelah diberikan perlakuan (treatment).


(22)

Tahap IV

Membandingkan antara hasil pretes (O₁) dan hasil postes (O₂ untuk menentukan seberapa besar perbedaan yang timbul, sebagai pengaruh dari treatment (X) yang diberikan.

3.5 Instrumen Penelitian

Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur peningkatan kemampuan memahami bacaan sederhana,maka instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah tes. Penggunaan instrumen tes dalam penelitian ini didasarkan pada teori yang dikemukakan Bloom, bahwa membaca merupakan kemampuan kognisi. Pengukuran kemampuan membaca yang berkaitan dengan ranah kognisi tersebut bisa dilakukan melalui tes. Instrumen tes dalam penelitian ini digunakan untuk menjaring data atau informasi tentang data awal dan data akhir hasil belajar membaca dengan menggunakan strategi pembelajaran KWL. Instrumen tes yang digunakan dalam pretes dan postes adalah tes kemampuan memahami bacaan sederhana. Sebelum digunakan, instrumen tes tersebut diujicobakan agar validitas dan reliabilitasnya terpenuhi. Teknik tes yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan siswa sebelum berlangsungnya proses perlakuan (treatment), digunakan tes awal (pretest). Tes ini berfungsi sebagai tes diagnostik.

Instrumen ini digunakan untuk memecahkan masalah hasil belajar membaca siswa dan menunjang pemecahan masalah strategi pembelajaran


(23)

membaca. Aspek yang diukur dalam tes kemampuan memahami bacaan sederhana ini terdiri dari : ingatan (C1), Pemahaman (C2), penerapan (C3) dan aspek analisis (C4). Sedangkan aspek sintetis (C5) dan aspek evaluasi (C6) tidak digunakan dalam penelitian ini karena kedua aspek tersebut memiliki tingkat pemahaman yang terlalu tinggi dan sulit untuk subjek penelitian yang masih kelas II SDLB. Pertanyaan yang bersifat sintetis (C5) memberikan kesempatan kepada pembaca untuk berfikir secara bebas terkontrol dan memungkinkan setiap orang untuk memberikan jawaban yang berbeda-beda sesuai dengan kognitif tingkat sintetis masing-masing. Oleh karena itu, jenjang sintetis lebih tepat disajikan dalam bentuk soal esei daripada bentuk pilihan ganda dan jawaban singkat. Begitu juga halnya dengan aspek evaluasi (C6) tidak digunakan dalam instrumen penelitian ini karena untuk menjawab pertanyaan evaluatif disamping memerlukan pengetahuan yang mendalam tentang masalah yang bersangkutan, juga memerlukan pengetahuan dan wawasan lain yang luas. Pada tingkat ini, kerja kognisi yang dituntut dari pembaca lebih tinggi lagi. Bentuk tes yang lebih cocok untuk mengukur tingkat evaluatif adalah esei, sebab bentuk tes ini memungkinkan siswa untuk berfikir dan bernalar secara aktif dan kreatif.

Lebih jelasnya, instrumen tes kemampuan memahami bacaan sederhana ini mengacu pada kisi-kisi tes berikut ini.


(24)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Tes Memahami Bacaan Sederhana Judul

Bacaan

Bentuk Soal

Aspek Soal Jumlah

Soal

Skor Maksimal

C1 C2 C3 C4

1. Pergi ke Pasar

JS 1,2, 3,4

5,6 6 20

PG 7,8, 9,10

11,12 ,13

14 15 9 20

2. Minggu Bersih

JS 1,2, 3,4

5,6 6 20

PG 7,8, 9,10

11,12 ,13

14 15 9 20

3. Pergi ke Dokter Gigi

JS 1,2, 3,4

5,6 6 20

PG 7,8, 9,10

11,12 ,13

14 15 9 20

4. Kegiatan Hari Minggu

JS 1,2, 3,4

5,6 6 20

PG 7,8, 9,10

11,12 ,13

14 15 9 20

5. Sepeda Baru

JS 1,2, 3,4

5,6 6 20

PG 7,8, 9,10

11,12 ,13

14 15 9 20

6. Malas Mandi

JS 1,2, 3,4

5,6 6 20

PG 7,8, 9,10

11,12 ,13

14 15 9 20

7. Es Krim

JS 1,2, 3,4

5,6 6 20

PG 7,8, 9,10

11,12 ,13

14 15 9 20

Keterangan :

C1 = pertanyaan ingatan C2 = pertanyaan pemahaman C3 = pertanyaan penerapan C4 = pertanyaan analisis C5 = pertanyaan sintetis, dan C6 = pertanyaan evaluasi


(25)

3.5.1 Uji Keterbacaan

Bacaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tujuh judul bacaan yaitu, Pergi ke Pasar, Minggu Bersih, Es Krim, Kegiatan Hari Minggu, Sepeda Baru, Malas Mandi dan Pergi ke Dokter Gigi.

Sebelum digunakan, pada bacaan tersebut dilakukan uji keterbacaan sederhana. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menguji keterbacaan suatu teks, diantaranya adalah Grafik Fry dan Grafik Raygor. Keduanya memiliki kesamaan yaitu menghitung jumlah kalimat dalam setiap seratus kata. Selain itu Raygor juga mendasarkan keterbacaan pada kata-kata sulit, kata dianggap sulit jika terdiri dari enam suku kata atau lebih.

Peneliti tidak menggunakan uji keterbacaan dengan Grafik Fry ataupun Grafik Raygor karena dalam penelitian ini ada teks bacaan yang jumlah katanya dibawah 100 kata. Namun demikian peneliti tetap melakukan uji keterbacaan sederhana dengan memperhatikan jumlah kalimat, jumlah kata dan jumlah suku kata dalam setiap bacaan yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya berikut tabel tingkat keterbacaan bacaan yang digunakan dalam penelitian ini :


(26)

Tabel 3.3

Tingkat Keterbacaan

Judul Bacaan

Jumlah

Kalimat Kata Suku Kata

Tingkat Mudah 1. Minggu Bersih 2. Pergi ke Dokter Gigi

10 10 40 51 99 109 Tingkat Sedang

1.Sepeda Baru

2.Kegiatan Hari Minggu

12 12 56 56 124 124 Tingkat Sukar

1. Malas Mandi 2. Es Krim

13 13 57 66 126 126 Bacaan Utama

1. Pergi ke Pasar 15 83 167

3.5.2 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya instrumen pengukuran. Dimana instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang semestinya diukur atau mampu mengukur apa yang ingin dicari secara tepat (Arikunto, 2008:59). Valid tidaknya suatu instrumen dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya pada taraf signifikan 5%, item-item yang tidak berkorelasi secara signifikan dinyatakan gugur.

Pada penelitian ini, validitas dalam kesesuaian item soal dengan aspek yang diukur dalam memahami bacaan dilakukan melalui penilaian oleh para ahli (Judgement expert). Menurut Sugiono (2002), untuk menguji validitas konstruksi dapat digunakan pendapat dari ahli


(27)

judgement expert. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli yang dimaksud adalah dua orang ahli dan satu orang guru SDLB yang memiliki pengalaman mengajar siswa tunarungu. Kemudian hasil judgement dihitung dengan menggunakan presentase dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

n = Nilai yang diperoleh dari hasil judgement tes kemampuan memahami bacaan sederhana

N = Jumlah seluruh nilai ideal dari lembar judgement tes kemampuan memahami bacaan sederhana sesuai denga aspek yang diukur 3.5.3 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga, terlebih lagi datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang mampu mengungkap data yang dapat dipercaya.

n

% = X 100 N


(28)

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. “Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap” (Arikunto, 2008 : 86-87)

Reliabilitas yang diukur adalah reliabilitas stabilitas tes dengan menggunakan internal konsistensi, yaitu dilakukan dengan percobaan instrumen satu kali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan rumus Alpha. Penggunaan rumus Alpha dalam menganalisis data hasil uji coba instrumen ini, dikarenakan instrumen yang dibuat mengandung tes jawaban singkat dan memiliki kriteria penilaian dengan bobot yang berbeda.

Adapun rumus Alpha yang digunakan dalam perhitungan reliabilitas ini adalah sebagai berikut :

r11 = n 1 -

Σ

α 12

(n-1) α 12 (Arikunto, 2008) Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

Σ

α12 = jumlah varians skor tiap item

α

12 = jumlah varians total

n = banyaknya item

Varians skor tiap-tiap item dan varians total dihitung dengan menggunakan rumus :

α

2 =

Σ

x2 - (

Σ

x)2

N N


(29)

Keterangan :

α

2

= varians yang dicari

Σ

x2 = jumlah varians skor tiap item (

Σ

x)2 = jumlah varians total

N = jumlah testi 3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data digunakan sebagai cara dan alat yang digunakan dalam mengumpulkan informasi atau keterangan mengenai subyek penelitian (Arikunto, 2008). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes.

Tes yang akan dilakukan adalah tes tertulis. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan memahami bacaan sederhana pada siswa tunarungu kelas II SDLB. Tes awal (pretest) dilaksanakan sebelum diberikan perlakuan dan tes akhir (postest) dilaksanakan setelah diberikan perlakuan. Tes terdiri dari 15 item soal yang dibagi menjadi dua bentuk, yaitu 6 jawaban singkat dan 9 pilihan ganda.

Kriteria penilaian yang digunakan untuk menilai kemampuan siswa tunarungu dalam memahami isi bacaan digunakan rentang skor antara 0 sampai 2 untuk jawaban singkat dan rentang 0 sampai 1 untuk pilihan ganda. Berikut tabel kriteria penilaian yang digunakan dalam mengukur kemampuan siswa tunarungu dalam memahami bacaan sederhana.


(30)

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Tes Kemampuan Memahami Bacaan

No. Aspek Yang Dinilai Skor Bobot Skor Total 1. Jawaban Singkat

a. Aspek Ingatan (C1) b. Aspek Pemahaman (C2) c. Aspek Penerapan(C3) d. Aspek Analisis (C4) e. Aspek Sintetis (C5) f. Aspek Evaluasi (C6)

7 2 - - - -

1 dan 2 2 - - - - 7 4 - - - -

Jumlah Jawaban Singkat 11

2. Pilihan Ganda a. Aspek Ingatan(C1) b. Aspek Pemahaman(C2) c. Aspek Penerapan(C3) g. Aspek Analisis(C4) h. Aspek Sintetis(C5) d. Aspek Evaluasi(C6)

4 3 3 - - 1 1 1 1 1 - - 4 3 1 1 - -

Jumlah Pilihan Ganda 9

Skor Maksimum 20

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2008:147). Data yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data berupa hasil pretes dan postes selanjutnya dibandingkan perbedaannya.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : a. Menskor pretest dan posttest

b. Mengelompokkan data hasil pretest dan posttest c. Menghitung rata-rata hasil pretest dan posttest


(31)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian , dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran Know-Want-Learned (KWL) dapat meningkatkan kemampuan siswa tunarungu kelas II SDLB dalam memahami bacaan. Temuan penelitian ini membuktikan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara kemampuan sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan dengan menggunakan strategi pembelajaran KWL.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh, sebagai kelanjutan dari penelitian ini, penulis merekomendasikan dari hasil penelitian ini kepada sekolah dan guru-guru, khususnya SLB-X Kota Cimahi serta peneliti selanjutnya. Adapun rekomendasi yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

a. Bagi Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dibuktikan bahwa penggunaan strategi pembelajaran KWL memperlihatkan hasil yang cukup memuaskan dalam meningkatkan kemampuan memahami bacaan pada siswa tunarungu kelas II SDLB. Dilihat dari proses pembelajarannya, strategi ini tidak terlalu rumit untuk digunakan, dan dilihat dari hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan memahami bacaan siswa mengalami peningkatan yang


(32)

memuaskan. Dengan demikian maka tidak berlebihan jika strategi ini dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran membaca bagi siswa tunarungu.

b. Bagi Guru

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah kemampuan memahami bacaan sederhana pada siswa tunarungu mengalami peningkatan. Hal ini tentunya akan berimplikasi pada pembelajaran bagi siswa tunarungu. Berdasarkan hal tersebut, seyogyanya strategi KWL ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran membaca pada siswa tunarungu, khususnya dalam upaya meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Kenyataan telah membuktikan bahwa strategi pembelajatran KWL ini dapat meningkatkan kemampuan siswa tunarungu dalam memahami bacaan, namun karena keterbatasan kemampuan peneliti maka kepada peneliti selanjutnya, disarankan lebih mengembangkan strategi ini pada tingkat akademik yang lebih tinggi serta pada mata pelajaran yang lainnya sehingga dapat diketahui apakah strategi ini dapat meningkatkan pula kemampuan siswa dalam memahami pelajaran lainnya.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja

Alimin, Z. (2008). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan pada Anak yang Mengalami Kehilangan Fungsi Penglihatan dan Pendengaran. (Online). Tersedia; http//z-alimin.blogspot.com/2008/03/hambatan-belajar-dan-hambatan.html.

Ahmadi. Mukhsin,drs. (1990) Strategi Belajar Mengajar (Keterampilan Berbahasa dan Sastra).Malang. YA3

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineka Cipta.

Asrori dan Harun Rasyid (2008) “Efektivitas Strategi Pembelajaran KWL

Teaching Model untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Teks Pada SiswaSD”,Tersedia.http://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act= tampil&id=11666&idc=32.Diunduh 11 Oktober 2010

Asrori, M (2007) Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima

Bambang, S. (200). Pendidikan Tunarungu. Jakarta : Yayasan Pangbudi Luhur, Lustrum

Bunawan, L dan Yuwati, S.C. (2000) Penguasaan Bahas Anak Tunarungu. Jakarta:Jakarta:ayasan Santi Rama

BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB Tunarungu . Jakarta: Depdiknas

Chaer, A. (2003). Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas, 2008, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta, Dirjen PMPTK

Donna. (1986). K-W-L (What I Know, What I Want to Learn, What I Learned) is a teaching model designed to help students learn from nonfiction text in any content area..Tersedia: http://literacy.kent.edu/eureka/strategies/k_w_l.pdf


(34)

Farida, Rahim. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta. Bumi Angkasa

Harras A.k. dan Lilis S (1998). Membaca I. Jakarta : Depdiknas, Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III

Hallahan, P.D dan Kaufman, M.J (1991). Exceptional Children (Introduction to Special Eaducation). Fifth Edition. University of Virginia:Prentice-Hall International, Inc

Harjasujana, A. H. dan Damaianti, V. S. (2003). Membaca dalam Teori dan Praktik. Bandung: Mutiara.

Harrison, C. 1980. Readability in the classroom. Cambridge: Cambridge University Press.

Hermawan, B. (2001). Teacher Experience when Teaching and Guiding Pupils with Visual Impairment in Integrated School. Thesis Magister pada Faculty of Education, Departement of Special Need, University of Oslo : Tidak diterbitkan

Ilyas, M., et al. (1997). Peningkatan Keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) Melalui Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB). Tersedia: http://www.unmul.ac.id-online/abstrak.htm. [17-7-2005].

Jones.R. (2007). Strategies for Reading Comprehension (Online). Tersedia: http://www.reading questorg/strat/kwl/html.

Kathy, B. dan Theresa, B. (1997). Improving Reading Achievement of First Grade Students by Integrating Phonics Skills into a Whole Language Curriculum. Tersedia: http://searcheric. org/scripts/seget2.asp? db=ericft&want= http://searcheric.org/ericdb/ED409539.htm. [ 8-8-2005].

Keraf, G. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Nusa Indah

Krauss, L. D. (Eds). (1996). “Vigotsky’s Sociohistorical Perspective on Learning and Its Application to Western Literacy Instruction”, dalam Vigotsky in the Classroom Mediated Literacy Instruction and Assessment. New York: Longman Publishers.

Lyster. S.A.H. (2002). Bahasa, Membaca dan Penghargaan diri. Alih Bahasa : Susi S R. Makalah pada Konfrensi Perkembangan Sosial Emosional dari Strategi Pembelajaran, Oslo


(35)

Ridwan. (2010). Tes Kemampuan Membaca. Tersedia: http://ikfaiz.wordpress. com/category/keterampilan-membaca/

Rusyana, Yus dan Suherli (2004) Studi Keterbacaan Buku Pelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Sabana.M dan Sunarti. (2001) Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung:Pustaka Setia.

Smith, Simmons, & Kame'enui (1998). Teaching Phonemic Awareness: Critical features of Phonemic Awarenes instruction.Tersedia : http//reading.euregon. edu/pa/pa_program.php. (25 Februari 2005).

Somad.P dan Hernawati T. (1996) .Orthopaedagogik Anak Tuna Rungu. Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Tinggi.

Somad.P dan Tarsidi, D. (2006) .Dampak Ketunarunguan terhadap Perkembangan Individu. (Online) : http://www.slbpembinamalang.net/ index.php?menu=news&id.

Sugiyono,(2008), Metode Penelitian Pendidikan,Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D, Bandung:Alfabeta

Suherli. (2008).Keterbacaan Buku Teks Pelajaran (Online): http://suherlicentre. blogspot.com/2008/07/keterbacaan-buku-teks-pelajaran.html

Sunardi . (1997). Menangani Kesulitan Belajar Membaca. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumardi(1998) Pendidikan Kebahasaan.Yogjakarta:Adicita

Sumadi Suryabrata. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali press Sutjihati Soemantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud

Tampubolon. 1991. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (1983) Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa


(36)

Universitas Pendidikan Indonesia. (2003). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah laporan buku, makalah, skripsi, tesis dan disertasi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Udin S.Winataputra.(2003). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Zulkarnaini.(2009).Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang Bermakna. Tersedia.http://berita.balihita.com/pembelajaran-bahasa-dan-sastra-indonesia-yang-bermakna.html

---(2010).Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Tersedia. http://berita.balihita.com/metode-dan-strategi-pembelajaran-bahasa-indonesia.html

---(2011).Tes Kompetensi Kebahahasaan. Tersedia. http://saefulmaruf. blogspot.com/2011/01/tes-kompetensi-kebahasaan.html


(1)

63 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian , dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran Know-Want-Learned (KWL) dapat meningkatkan kemampuan siswa tunarungu kelas II SDLB dalam memahami bacaan. Temuan penelitian ini membuktikan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara kemampuan sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan dengan menggunakan strategi pembelajaran KWL.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh, sebagai kelanjutan dari penelitian ini, penulis merekomendasikan dari hasil penelitian ini kepada sekolah dan guru-guru, khususnya SLB-X Kota Cimahi serta peneliti selanjutnya. Adapun rekomendasi yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

a. Bagi Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dibuktikan bahwa penggunaan strategi pembelajaran KWL memperlihatkan hasil yang cukup memuaskan dalam meningkatkan kemampuan memahami bacaan pada siswa tunarungu kelas II SDLB. Dilihat dari proses pembelajarannya, strategi ini tidak terlalu rumit untuk digunakan, dan dilihat dari hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan memahami bacaan siswa mengalami peningkatan yang


(2)

64

memuaskan. Dengan demikian maka tidak berlebihan jika strategi ini dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran membaca bagi siswa tunarungu.

b. Bagi Guru

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah kemampuan memahami bacaan sederhana pada siswa tunarungu mengalami peningkatan. Hal ini tentunya akan berimplikasi pada pembelajaran bagi siswa tunarungu. Berdasarkan hal tersebut, seyogyanya strategi KWL ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran membaca pada siswa tunarungu, khususnya dalam upaya meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Kenyataan telah membuktikan bahwa strategi pembelajatran KWL ini dapat meningkatkan kemampuan siswa tunarungu dalam memahami bacaan, namun karena keterbatasan kemampuan peneliti maka kepada peneliti selanjutnya, disarankan lebih mengembangkan strategi ini pada tingkat akademik yang lebih tinggi serta pada mata pelajaran yang lainnya sehingga dapat diketahui apakah strategi ini dapat meningkatkan pula kemampuan siswa dalam memahami pelajaran lainnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja

Alimin, Z. (2008). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan pada Anak yang Mengalami Kehilangan Fungsi Penglihatan dan Pendengaran. (Online). Tersedia; http//z-alimin.blogspot.com/2008/03/hambatan-belajar-dan-hambatan.html.

Ahmadi. Mukhsin,drs. (1990) Strategi Belajar Mengajar (Keterampilan Berbahasa dan Sastra).Malang. YA3

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineka Cipta.

Asrori dan Harun Rasyid (2008) “Efektivitas Strategi Pembelajaran KWL

Teaching Model untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Teks Pada SiswaSD”,Tersedia.http://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act= tampil&id=11666&idc=32.Diunduh 11 Oktober 2010

Asrori, M (2007) Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima

Bambang, S. (200). Pendidikan Tunarungu. Jakarta : Yayasan Pangbudi Luhur, Lustrum

Bunawan, L dan Yuwati, S.C. (2000) Penguasaan Bahas Anak Tunarungu. Jakarta:Jakarta:ayasan Santi Rama

BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB Tunarungu .

Jakarta: Depdiknas

Chaer, A. (2003). Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas, 2008, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta, Dirjen

PMPTK

Donna. (1986). K-W-L (What I Know, What I Want to Learn, What I Learned) is a teaching model designed to help students learn from nonfiction text in any content area..Tersedia: http://literacy.kent.edu/eureka/strategies/k_w_l.pdf


(4)

Farida, Rahim. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta. Bumi Angkasa

Harras A.k. dan Lilis S (1998). Membaca I. Jakarta : Depdiknas, Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III

Hallahan, P.D dan Kaufman, M.J (1991). Exceptional Children (Introduction to Special Eaducation). Fifth Edition. University of Virginia:Prentice-Hall International, Inc

Harjasujana, A. H. dan Damaianti, V. S. (2003). Membaca dalam Teori dan Praktik. Bandung: Mutiara.

Harrison, C. 1980. Readability in the classroom. Cambridge: Cambridge University Press.

Hermawan, B. (2001). Teacher Experience when Teaching and Guiding Pupils with Visual Impairment in Integrated School. Thesis Magister pada Faculty of Education, Departement of Special Need, University of Oslo : Tidak diterbitkan

Ilyas, M., et al. (1997). Peningkatan Keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) Melalui Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB). Tersedia: http://www.unmul.ac.id-online/abstrak.htm. [17-7-2005].

Jones.R. (2007). Strategies for Reading Comprehension (Online). Tersedia: http://www.reading questorg/strat/kwl/html.

Kathy, B. dan Theresa, B. (1997). Improving Reading Achievement of First Grade Students by Integrating Phonics Skills into a Whole Language Curriculum. Tersedia: http://searcheric. org/scripts/seget2.asp? db=ericft&want= http://searcheric.org/ericdb/ED409539.htm. [ 8-8-2005].

Keraf, G. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Nusa Indah

Krauss, L. D. (Eds). (1996). “Vigotsky’s Sociohistorical Perspective on Learning and Its Application to Western Literacy Instruction”, dalam Vigotsky in the Classroom Mediated Literacy Instruction and Assessment. New York: Longman Publishers.

Lyster. S.A.H. (2002). Bahasa, Membaca dan Penghargaan diri. Alih Bahasa : Susi S R. Makalah pada Konfrensi Perkembangan Sosial Emosional dari Strategi Pembelajaran, Oslo


(5)

Ridwan. (2010). Tes Kemampuan Membaca. Tersedia: http://ikfaiz.wordpress. com/category/keterampilan-membaca/

Rusyana, Yus dan Suherli (2004) Studi Keterbacaan Buku Pelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Sabana.M dan Sunarti. (2001) Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung:Pustaka Setia.

Smith, Simmons, & Kame'enui (1998). Teaching Phonemic Awareness: Critical

features of Phonemic Awarenes instruction.Tersedia :

http//reading.euregon. edu/pa/pa_program.php. (25 Februari 2005).

Somad.P dan Hernawati T. (1996) .Orthopaedagogik Anak Tuna Rungu. Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Tinggi.

Somad.P dan Tarsidi, D. (2006) .Dampak Ketunarunguan terhadap Perkembangan Individu. (Online) : http://www.slbpembinamalang.net/ index.php?menu=news&id.

Sugiyono,(2008), Metode Penelitian Pendidikan,Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D, Bandung:Alfabeta

Suherli. (2008).Keterbacaan Buku Teks Pelajaran (Online): http://suherlicentre. blogspot.com/2008/07/keterbacaan-buku-teks-pelajaran.html

Sunardi . (1997). Menangani Kesulitan Belajar Membaca. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumardi(1998) Pendidikan Kebahasaan.Yogjakarta:Adicita

Sumadi Suryabrata. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali press Sutjihati Soemantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud

Tampubolon. 1991. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (1983) Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa


(6)

Universitas Pendidikan Indonesia. (2003). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah laporan buku, makalah, skripsi, tesis dan disertasi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Udin S.Winataputra.(2003). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Zulkarnaini.(2009).Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang Bermakna. Tersedia.http://berita.balihita.com/pembelajaran-bahasa-dan-sastra-indonesia-yang-bermakna.html

---(2010).Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Tersedia. http://berita.balihita.com/metode-dan-strategi-pembelajaran-bahasa-indonesia.html

---(2011).Tes Kompetensi Kebahahasaan. Tersedia. http://saefulmaruf. blogspot.com/2011/01/tes-kompetensi-kebahasaan.html


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI KNOW WANT TO LEARNED (KWL) PADA SISWA KELAS V A SDN SEKARAN 01

0 5 290

PENGARUH METODE KWL (KNOW - WANT TO KNOW, LEARNED) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/ 2014.

3 8 24

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI STRATEGI KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) PADA Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Melalui Strategi Know-Want To Know-Learned (KWL) Pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah Ngasem Tahun Pelajaran 2013/20

1 3 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI STRATEGI KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) PADA Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Melalui Strategi Know-Want To Know-Learned (KWL) Pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah Ngasem Tahun Pelajaran 2013/20

0 0 13

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KWL (KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED) TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI CERPEN OLEH SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 PAHAE JULU TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013.

2 12 92

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN : Studi Ekperimen Pada Siswa Tunarungu Tingkat Dasar (SDLB).

0 1 35

KEEFEKTIFAN STRATEGI KWL (KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS DAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI SEKOLAH DASAR.

1 2 57

PENERAPAN STRATEGI KWL (KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF SISWA BERKESULITAN BELAJAR KELAS III SDN MANAHAN SURAKARTA.

0 0 7

Pengaruh Penerapan know-Want to Know-Learned (KWL) terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman pada Siswa Tunarungu kelas VII SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

0 0 17

PENGGUNAAN STRATEGI KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN 42 MATARAM TAHUN AJARAN 20152016

0 1 19