PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Variabel Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional ... 7

BAB II STRATEGI PROBLEM SOLVING DENGAN READING INFUSION DAN KETERKAITANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS A. Pembelajaran Problem Solving ... 9

B. Reading Infusion ... 12

C. Prestasi Belajar ... 16

D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 20

E. Kaitan Strategi Problem Solving dengan Reading Infusion dan Prestasi Belajar ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 29

B. Desain Penelitian ... 29


(2)

E. Instrumen Penelitian ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Teknik Analisis Instrumen Penelitian ... 34

H. Teknik Pengolahan Data ... 39

I. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pelaksanaan Pembelajaran ... 50

C. Diskusi dan Pembahasan ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel

2. 1 Tahapan Membaca dengan Teknik SQ3R ... 15

2. 2 Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis ... 22

2. 3 Aspek Berpikir Kritis yang Terdapat Dalam Level X dan Z ... 26

2. 4 Kunci Jawaban CCTT Level X Aspek Berpikir Kritis Induksi ... 26

2. 5 Kaitan Reading Infusion dan Prestasi Belajar ... 27

2. 6 Kaitan Strategi Problem Solving dengan Reading Infusion dan Prestasi Belajar ... 28

3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design ... 30

3.2 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 35

3.3 Klasifikasi Reliabilitas Tes ... 36

3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 37

3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 39

3.6 Klasifikasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ... 41

3.7 Kategori Kemampuan Berpikir Kritis ... 42

3.8 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 43

3.9 Rekapitulasi Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 44

4.1 Data Hasil Penelitian Prestasi Belajar Siswa ... 46

4.2 Data Hasil Penelitian Prestasi Belajar Pada Tiap Aspek Kognitif ... 47

4.3 Data Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 49


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2. 1 Ranah Kognitif menerut Taksonomi Bloom ... 20

3.1 Skema Tahapan Penelitian ... 31

4.1 Diagram Batang Peningkatan Prestasi Belajar ... 47

4.2 Diagram Rata-Rata Skor Prestasi Siswa Tiap Aspek Kognitif ... 48

4.3 Diagram Keterlaksanaan Strategi Pembelajaran ... 52

4.4 Gain Ternormalisasi Skor Prestasi Siswa Tiap Aspek Kognitif ... 54


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Perangkat Pembelajaran ... 63

A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 64

A.2. Skenario Pembelajaram ... 66

A.3. Lembar Kegiatan Siswa ... 77

A.4. Artikel Bacaan ... 89

B. Instrumen Penelitian ... 97

B.1. Kisi-Kisi Instrumen ... 98

B.2. Uji Coba ... 115

B.3. Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 121

B.4. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 125

B.5. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran ... 130

B.6. Lembar Keterlaksanaan Kegiatan Membaca ... 132

C. Analisis Uji Coba ... 133

C.1. Analisis Instrumen Uji Coba ... 134

C.2. Lembar Judgment Instrumen ... 137

D. Analisis Data Penelitian ... 141

D.1. Distribusi Skor Pretest Prestasi Belajar ... 142

D.2. Distribusi Skor Posttest Prestasi Belajar ... 144

D.3. Hasil Pengolahan Data Tes Prestasi Belajar ... 146

D.4. Pengolahan Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 151

D.5. Pengolahan Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 152

D.6. Observasi Keterlaksanaan Membaca ... 152

E. Dokumentasi Penelitian ... 153


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengajaran mata pelajaran fisika di SMA dimaksudkan sebagai sarana untuk melatih para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, memiliki keterampilan proses sains serta keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan Depdiknas (2006) yang menyatakan :

Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari; mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Hasil observasi di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung, menunjukan bahwa selama proses pembelajaran siswa lebih banyak menerima informasi, mencatat penjelasan guru dan mengerjakan soal-soal yang diberikan. Hal ini membuat siswa pasif dan kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga kemampuan berpikir siswa kurang tergali. Hasil wawancara menyebutkan bahwa


(7)

kegiatan eksperimen masih jarang dilakukan karena keterbatasan alat-alat yang dimliki sekolah sehingga siswa tidak ikut serta dalam membangun konsep.

Hasil tes yang diambil dari nilai ulangan menunjukan nilai rata-rata siswa adalah 60,97 dan hanya 39,02% siswa yang telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 70. Ini menunjukan bahwa prestasi belajar siswa masih rendah. Hal ini bisa terjadi karena siswa tidak memiliki pengetahuan awal sebelum pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa hanya 35% siswa suka membaca, 30% siswa suka membaca buku pelajaran dan 20% siswa membaca buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai. Ini menunjukan bahwa minat baca siswa terutama pada buku pelajaran dikatakan masih rendah, padahal membaca merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan belajar, karena dengan membaca akan diperoleh informasi, mencakup isi, memahami isi bacaan, yang akan membantu siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan hasil uraian tersebut, siswa kurang terfasilitasi untuk melatihkan berbagai kemampuan sehingga berdampak pada prestasi belajar dan kemampuan berpikir siswa. Untuk itu diperlukan suatu proses belajar mengajar yang mampu memfasilitasi siswa untuk melatihkan kemampuan yang dimilikinya dan menjadi media untuk membangun sebuah konsep. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran problem solving.

Problem solving adalah suatu penyajian materi pembelajaran dengan

menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa diharuskan


(8)

melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat referensi dan merumuskan kesimpulan (Hudojo: 2003).

Dalam pembelajaran hendaknya siswa dibiasakan untuk selalu berhadapan dengan permasalahan, karena dengan adanya masalah, maka siswa akan berpikir kritis yang berarti mempertimbangkan secara aktif, tekun dan hati-hati terhadap segala alternatif sebelum mengambil keputusan (Ennis, 2011). Pembelajaran

problem solving secara tidak langsung dapat melatihkan kemampuan berpikir

kritis siswa. Ini sejalan dengan pemikiran Isaken dan Treffinger (dalam Aeniah, 2012) yang mengemukakan problem solving sangat potensial untuk membentuk keterampilan berpikir kreatif dan kritis.

Problem solving merupakan bagian dari pembelajaran discovery

(penemuan) yang menuntut siswa untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya sehingga apa yang dipelajari siswa diharapkan akan lebih bermakna dan siswa tidak akan cepat untuk melupakannya. Ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Joycye et al (2009:426) “secara keseluruhan semakin sering seseorang mempraktikan sebuah skill, maka akan semakin lama waktu yang dibutukan untuk melupakannya”. Apabila pembelajaran yang diterima siswa bermakna, maka diharapkan prestasi belajar siswa bisa meningkat.

Agar siswa memiliki pengetahuan awal sebelum proses pembelajaran berlangsung, maka diberikanlah kegiatan membaca atau reading infusion. Karena dengan membaca siswa akan mendapatkan suatu informasi dari apa yang


(9)

dibacanya. Blynn dan Muth (Tomo, 2003) siswa harus mempunyai kemampuan membaca untuk menilai informasi tekstual yang disajikan kepada mereka. Kemampuan tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap cara dan proses berpikir siswa. Tetapi terkadang buku yang disajikan kepada siswa sering menjadi sumber kesulitan bagi kebanyakan siswa.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fang et al yang berjudul Improving Middle School Students Science Literacy Through Reading

Infusion menyimpulkan bahwa siswa yang dalam pembelajarannya diterapkan

Inquiry yang diikuti dengan kegiatan Reading Infusion secara intensif secara

signifikan lebih unggul daripada siswa yang dalam pembelajarannya hanya diterapkan Inquiry saja.

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul The Effects Of Problem Solving

Instruction On Physics Achievement,Problem Solving Performance And Strategy

Use terdapat kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran problem solving dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa, kinerja problem solving dan penggunaan strategi (Selcuk et al, 2008). Hasil penelitian lain menyimpulkan bahwa pencapaian kemampuan berpikir kritis siswa berada pada kategori baik setelah diterapkannya model problem solving (Aeniah, 2012)

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Strategi Problem Solving dengan Reading

Infusion untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA”. Karena penelitian ini merupakan penelitian awal, maka metode yang digunakan adalah metode pre-experimental dengan desain


(10)

one-group pretest-posttest design. Luaran yang diharapkan dari penelitian ini

adalah menghasilkan strategi problem solving dengan reading infusion yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan menhkemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian ini perlu dilakukan agar dapat memberikan gambaran mengenai peningkatan prestasi belajar dan mengetahui profil kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya strategi problem solving dengan reading infusion. Sehingga selanjutnya strategi ini diharapkan bisa menjadi suatu alternatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar setelah diterapkannya strategi problem solving dengan reading infusion dan profil kemampuan berpikir kritis siswa SMA?”.

Agar penelitian lebih terarah, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa SMA pada ranah kognitif setelah diterapkan strategi problem solving dengan reading infusion?


(11)

C. Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang diteliti, maka diperlukan penjelaskan mengenai batasan masalah sebagai berikut:

1. Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan positif antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi menurut Hake (1998). Prestasi belajar yang diteliti adalah aspek kognitif yang dikemukakan oleh Bloom yang meliputi pengetahuan/hafalan(C1), pemahaman (C2),

penerapan (C3), dan analisis (C4).

2. Profil kemampuan berpikir kritis yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir kritis induksi yang dikembangkan oleh Robert H. Ennis, dan diteskan menggunakan tes standar Cornell Critical Thinking Test.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada pembelajaran fisika setelah diterapkannya strategi problem solving dengan reading infusion dan mengetahui profil kemampuan berpikir kritis siswa.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran tentang penerapan strategi problem solving dengan


(12)

kemampuan berpikir kritis siswa yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, seperti: guru, mahasiswa, praktisi pendidikan dan masyarakat.

F. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian terdiri terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi problem

solving dengan reading infusion , sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi

belajar dan keterampilan berpikir kritis siswa. Pemilihan variabel ini berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:162)

G. Definisi Operasional

1. Strategi problem solving yang dimaksud adalah strategi problem solving yang dikemukakan oleh Heller dengan tahapan memvisualisasikan masalah, mendeskripsikan konsep fisika berdasarkan masalah, merencanakan solusi, melaksanakan rencana solusi, mengecek dan mengevaluasi. Keterlaksanaan pembelajaran ini dilihat dari lembar observasi.

2. Reading Infusion yang dimaksud adalah kegiatan membaca Artikel. Kegiatan

ini dilaksanakan sebelum treatment (strategi pembelajaran problem solving) dimulai. Selain memberikan artikel, siswa diberikan salah satu teknik membaca. Teknik yang diberikan adalah teknik membaca SQ3R. Teknik membaca SQ3R memiliki lima tahapan meliputi (1) survey: pengkajian awal pada judul, subjudul pada artikel dengan dibimbing guru, (2) question: membuat pertanyaan sendiri tentang isi bacaan, (3) read: membaca teks,


(13)

menggunakan pertanyaan-pertanyaan sebagai pembimbing, memberi tanda (menggarisbawahi atau menandai) konsep yang dianggap penting dan konsep yang tidak dipahami, (4) recite: menjawab pertanyaan yang telah dibuat pada tahapan question dan membuat catatan, dan (5) review: membaca ulang bagian-bagian atau konsep yang dianggap sulit. Keterlaksanaan kegiatan ini dilihat dari lembar observasi. Lembar observasi berisi tentang tahapan-tahapan dalam kegiatan membaca.

3. Prestasi Belajar merupakan tingkat penguasaan materi yang dicapai oleh siswa yang mencakup ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom. Jenjang dalam penelitian ini meliputi jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan

(C3), dan analisis (C4). Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan

adanya perubahan positif antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi. Tes prestasi belajar yang digunakan berbentuk tes pilihan ganda.

4. Kemampuan Berpikir Kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Robert H. Ennis pada sub kemampuan induksi. Kemampuan berpikir kritis siswa diukur dengan menggunakan instrumen Cornell Critical Thinking Test Level X yang berbentuk pilihan ganda.


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Terkait dengan keperluan penelitian yaitu untuk melihat peningkatan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa, maka pada penelitian ini digunakan metode pre-experimental design. Metode ini belum merupakan eksperimen sungguh – sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya hasil yang ingin dicapai. Rancangan ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan yang ada dalam penelitian. Jadi hasil eksperimen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabelnya, hal ini dapat terjadi karena tidak adanya kontrol dan sampel tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2011:74).

B. Desain Penelitian

Mengingat jumlah kelas yang diberikan treatment (perlakuan) hanya satu kelas dan tanpa ada kelompok pembanding maka desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah one group pretest -posttest design. Dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (perlakuan) dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (O2) disebut posttest. Skema one group pretest -posttest design digambarkan seperti pada


(15)

Tabel 3. 1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design

Pretest Treatment Posttest

O1 R X1 X2 X3 O2 dan K

Keterangan :

O1 = Tes awal (pretest) prestasi belajar sebelum diberikan perlakuan (treatment)

O2 = Tes akhir (posttest) prestasi belajar setelah diberikan perlakuan (treatment R = Reading infusion

K = Tes kemampuan berpikir kritis

X1 = Pembelajaran pertama (treatment) dengan pembelajaran problem solving

X2 = Pembelajaran kedua (treatment) dengan pembelajaran problem solving

X3 = Pembelajaran ketiga (treatment) dengan pembelajaran problem solving

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah salah satu kelas X. Banyaknya siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah 36 siswa.

Terkait kondisi di lapangan maka penentuan sampel ini diambil menggunakan teknik purposive sample (sampel bertujuan). Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas dasar adanya suatu tujuan tertentu. (Arikunto, 2010:183). Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan. Salah satu pertimbangan dalam hal ini adalah karena selama penelitian berlangsung tidak memungkinkan untuk mengubah kelas yang sudah ada.


(16)

D. Prosedur Penelitian

Secara keseluruhan skema penelitian dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3. 1 Skema Tahapan Penelitian

Studi Pendahuluan dan Identifikasi masalah Studi pustaka

Merumuskan masalah

Membuat Instrumen tes prestasi belajar

Penyusunan perangkat pembelajaran Membuat lembar observasi

keterlaksanaan model pembelajaran

Revisi perangkat pembelajaran Judgment

Uji coba

Analisis hasil uji coba dan revisi

Pretest prestasi belajar dan kegiatan reading infusion

Posttest prestasi belajar dan tes kemampuan berpikir kritis

Pembelajaran problem solving plus reading

Analisis data Pembahasan Kesimpulan

Observasi keterlaksanaan model pembelajaran

Tahap Pelaksanaan Tahap Persiapan


(17)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dirancang dan digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen tes dan non tes. Terkait dengan data yang diperlukan, maka instrumen tes terdiri dari tes prestasi belajar dan tes kemampuan berpikir kritis, sedangkan instrumen non tes terdiri dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan membaca.

1. Instrumen Tes

a. Tes Prestasi Belajar

Tes yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa berupa tes objektif pilihan ganda. Tes ini terdiri dari 20 soal pilihan ganda dengan lima pilihan. Tes prestasi belajar ini dibatasi hanya pada aspek kemampuan kognitif yaitu aspek hapalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4)

yang diseseuaikan dengan Kompetensi Dasar materi yang diteliti. b. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa digunakan tes standar yang disusun oleh Robert. H Ennis yaitu Cornell Critical Thinking Test

Level X. Instrumen ini berupa pilihan ganda yang secara keseluruhan terdiri dari

76 soal. Pada penelitian ini hanya mengukur pada kemampuan berpikir induksi yang terdiri dari 25 soal.

2. Instrumen Non Tes

a. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran.

Lembar observasi dilakukan pada dua objek yaitu guru dan siswa. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran berisi tahapan pembelajaran yang


(18)

digunakan untuk melihat keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. Lembar observasi diisi oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Observer diminta untuk membubuhkan tanda checklist sesuai pada lembar observasi. Lembar observasi ini diolah dengan tafsiran presentasi.

Lembar observasi yang telah disusun tidak diujicobakan. Tetapi Lembar observasi dikoordinasikan pada observer yang mengikuti penelitian. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengisian lembar observasi

b. Lembar Observasi Keterlaksanaan Membaca

Lembar observasi keterlaksanaan membaca berisi tahapan-tahapan membaca dengan teknik SQ3R.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Sedangkan Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. (Arikunto, 2010:193). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar dan tes kemampuan berpikir kritis. Data ini didapatkan setelah pelaksanaan pretest dan posttest.


(19)

2. Observasi

Dalam psikologi, observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi yang dilakukan berupa observasi sistematis, dimana pengamat melakukan pengamatan secara langsung dengan mengguakan pedoman sebagain instrumen pengamatan. Kegiatan observasi ini dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Untuk memperoleh data ini, peneliti dibantu oleh observer untuk mengamati setiap tahapan pembelajaran yang dilakukan. Observer mengisi lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti. Data ini nantinya digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran di kelas.

G. Teknik Analisis Instrumen Penelitian 1. Analisis Instrumen Tes Prestasi Belajar

Sebelum dipergunakan dalam penelitian, instrumen tes yang dipakai dalam penelitian di-judgment dan di uji coba terlebih dahulu. Data hasil uji coba tersebut kemudian dianalisis berdasarkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya.

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010:211). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan. Teknik yang digunakan


(20)

adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi product moment sebagai berikut :

r = � − � 22 � 22

(Arikunto, 2009:72) dengan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal.

Y = skor total tiap butir soal

N = jumlah siswa.

Nilai rxy yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan validitas butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai rxy Kriteria

0,80 < rxy 1,00 Sangat Tinggi 0,60 < rxy 0,80 Tinggi 0,40 < rxy  0,60 Cukup 0,20 < rxy  0,40 Rendah 0,00 < rxy  0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2009:75) b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauhmana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah) walaupun di teskan pada situasi yang


(21)

berbeda-beda (Munaf, 2001). Pengujian reliabilitas ini dimaksudkan untuk menentukan suatu kepercayaan suatu instrumen untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan rumus K-R 20. Rumus K-R 20 adalah :

11=

1

2

2

(Arikunto, 2009:100) dengan :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi banyak subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi banyak subjek yang menjawab item dengan salah

n = banyaknya item

S = standar deviasi

Koefisien korelasi reliabilitas (r11) pada pilihan ganda diinterpretasikan

sebagai berikut:

Tabel 3. 3 Klasifikasi Reliabilitas Tes

Nilai rxy Kriteria

0,80 < r11  1,00 Sangat Tinggi 0,60 < r11  0,80 Tinggi 0,40 < r11  0,60 Cukup 0,20 < r11 0,40 Rendah 0,00 < r11 0,20 Sangat Rendah


(22)

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat kesukaran (difficulty indeks) adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah:

� =

(Arikunto, 2009:208) dengan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3. 4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Indeks Tingkat kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran

0,00-0,30 Soal sukar

0,30-0,70 Soal sedang

0,70-1,00 Soal mudah


(23)

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :

� =

� − � =� − �

(Arikunto, 2009:213) dengan :

D = daya pembeda

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan

benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut

dengan benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Nilai D yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria seperti pada Tabel 3.4


(24)

Tabel 3. 5 Klasifikasi Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

Negatif Sangat buruk, harus dibuang 0,00 – 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang 0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40 – 0,70 Baik (good)

0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

(Arikunto, 2009 : 218)

2. Analisis Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis

Instrumen berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang berstandar yaitu Cornell Critical Thinking Test. Karena instrumen ini merupakan tes standar, maka instrumjen ini telah memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang baik. Berdasarkan Administration Manual Cornell Critical

Thinking Test diperoleh informasi bahwa reliabilitas untuk level X berkisar antara

0,67 sampai 0,90 dengan nilai vadilitasnya cukup.

H. Teknik Pengolahan Data 1. Analisis Data Prestasi Belajar

a. Penskoran

Skor setiap siswa ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar, dengan metode penskoran berdasarkan metode rights only, yaitu jawaban yang benar diberi skor satu dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan ketentuan:

=


(25)

dengan :

S = Skor siswa

R = Jawaban siswa yang benar

b. Menghitung rata-rata (mean)

Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) dari skor tes baik pretest maupun posttest, digunakan rumus:

=

(Sudjana, 2010:109) dengan :

= rata-rata skor atau nilai x = skor atau nilai siswa ke i n = jumlah siswa

c. Menghitung Gain Skor

Gain adalah selisih antara skor tes awal dan skor tes akhir. Untuk menghitung nilai gain skor digunakan persamaan sebagai berikut :

� = −

(Hake, 1998) dengan :

G = gain

Sf = skor tes akhir (posttest)


(26)

d. Menghitung Gain Ternormalisasi

Untuk menghitung nilai gain ternormalisasi digunakan persamaan: a) Gain yang dinormalisasi setiap siswa (g)didefinisikan sebagai:

g = % −%

100−%

dengan:

g = gain yang dinormalisasi

Sf \= skor tes akhir (posttest)

Si = skor tes awal (pretest)

b) Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) dirumuskan sebagai :

g =% −%

100%−%

dengan:

g = rata-rata gain yang dinormalisasi

Sf = rata-rata skor tes akhir (posttest)

Si= rata-rata skor tes awal (pretest)

Nilai <g> yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada Tabel 3.6 :

Tabel 3. 6 Klasifikasi Nilai Gain yang Dinormalisasi

Nilai gKlasifikasi

g 0,7 Tinggi

0,7 > g 0,3 Sedang

g < 0,3 Rendah

(Hake, 1998)


(27)

a. Pemberian skor. Berdasarkan Adminitration Manual Cornell Critical

Thinking, perhitungan skornya digunakan perumusan jumlah benar

dikurangi setengah jumlah salah −

2 .

b. Mencari nilai rata-rata (Mean) dan Standar Deviasi.

= �

�=

2

� − �

2

dengan :

= nilai rata-rata

X = niali siswa

N = Jumlah siswa

SD = Standar Deviasi

c. Menentukan kategori skor berpikir siswa dengan kategori berikut :

Tabel 3. 7 Kategori Kemampuan Berpikir Kritis

Presentase Kemampuan

Skor < Rata-rata- SD Rendah Rata-rata- SD  Skor < Rata-rata+ SD Sedang Skor > Rata-rata+ SD Tinggi

(Arikunto, 2009)

3. Keterlaksanaan Pembelajaran dan Kegiatan Membaca

Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dihitung dengan:

� =


(28)

Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca adalah sebagai berikut ini : a. Menghitung jumlah jawaban “ya” yang observer isi pada lembar observasi

keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan kegiatan membaca.

b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca. dengan menggunakan persamaan Presentase Keterlaksanaan. c. Menafsirkan kategori keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca

berdasarkan Tabel 3.8.

Tabel 3. 8 Klasifikasi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran

Persentase Kategori

80 % atau lebih Sangat Baik 60%-79% Baik 40%-59% Cukup 21%-39% Rendah 0% - 20% Rendah Sekali

(Ridwan, 2000) I. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar

Untuk memperoleh instrumen tes yang baik, maka tes tersebut harus diuji cobakan terlebih dahulu. Uji coba ini dilakukan kepada siswa SMA kelas XI di sekolah tempat penelitian yang telah terlebih dahulu mempelajari materi yang dijadikan pokok bahasan dalam penelitian. Instrumen yang diuji coba berupa tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal.

Data hasil uji coba kemudian dianalisis yang meliputi uji validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas. Sehingga diperoleh instrumen tes yang baik dan layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Analisis validitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal dengan menggunakan software Microsoft Excel.

Hasil rekapitulasi validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda tiap butir soal terdapat pada Tabel 3.9.


(29)

Tabel 3. 9 Rekapitulasi Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Dari tabel 3.7 di atas, dapat diketahui bahwa 86,7% instrumen valid dengan 3,33% kategori sangat tinggi; 6,67% kategori tinggi; 13,33% kategori cukup, dan Nomor

Soal

Ranah

Kognitif Validitas Daya Pembeda

Tingkat

kesukaran Keputusan

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 C1 0,18 Sangat Rendah 0,05 Jelek 0,92 Mudah Dipakai 2 C1 0,08 Sangat Rendah 0,00 Jelek 0,95 Mudah Dibuang 3 C2 -0,74 Tidak Valid 0,16 Jelek 0,82 Mudah Dibuang 4 C3 0,49 Cukup 0,42 Baik 0,68 Sedang Dipakai 5 C3 0,70 Tinggi 0,47 Baik 0,76 Mudah Dibuang 6 C4 0,47 Cukup 0,42 Baik 0,68 Sedang Dipakai 7 C3 -0,13 Tidak Valid -0,11 Dibuang 0,95 Mudah Dibuang 8 C4 0,58 Cukup 0,37 Cukup 0,82 Mudah Dipakai 9 C4 -0,05 Tidak Valid 0,11 Jelek 0,21 Sukar Dibuang 10 C2 0,04 Sangat Rendah 0,21 Cukup 0,16 Sukar Dipakai 11 C3 -0,01 Tidak Valid 0,32 Cukup 0,79 Mudah Dibuang 12 C4 0,36 Rendah 0,63 Baik 0,53 Sedang Dipakai 13 C2 0,08 Sangat Rendah 0,21 Cukup 0,16 Sukar Dipakai 14 C1 0,13 Sangat Rendah 0,11 Jelek 0,84 Mudah Dipakai 15 C1 0,00 Sangat Rendah 0,00 Jelek 1,00 Mudah Dipakai 16 C2 0,00 Sangat Rendah 0,00 Jelek 1,00 Mudah Dipakai 17 C3 -0,20 Tidak Valid -0,05 Dibuang 0,97 Mudah Dibuang 18 C3 0,30 Rendah 0,11 Jelek 0,95 Mudah Dipakai 19 C2 0,73 Tinggi 0,21 Cukup 0,89 Mudah Dipakai 20 C2 1,06 Sangat Tinggi -0,05 Dibuang 0,76 Mudah Dibuang 21 C2 0,94 Sangat Tinggi 0,05 Jelek 0,97 Mudah Dipakai 22 C2 0,00 Sangat Rendah 0,00 Jelek 1,00 Mudah Dipakai 23 C1 0,51 Cukup 0,05 Jelek 0,97 Mudah Dipakai 24 C3 0,13 Sangat Rendah 0,32 Cukup 0,32 Sukar Dipakai 25 C3 0,13 Sangat Rendah -0,05 Dibuang 0,92 Mudah Dibuang 26 C2 0,32 Rendah 0,47 Baik 0,55 Sedang Dipakai 27 C4 0,00 Sangat Rendah 0,00 Jelek 1,00 Mudah Dipakai 28 C3 0,07 Sangat Rendah 0,58 Baik 0,34 Sedang Dipakai 29 C2 0,02 Sangat Rendah 0,11 Jelek 0,16 Sukar Dibuang 30 C3 0,26 Rendah 0,37 Cukup 0,50 Sedang Dipakai


(30)

13,33% kategori rendah, dan 43,33% 6,67% kategori sangat rendah. Sedangkan 13,3% instrumen lainnya masuk kategori tidak valid. Berdasarkan daya pembeda, instrumen yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai instrumen penelitian sebanyak 43,3% dengan 20% kategori baik dan 23,3% kategori cukup, sedangkan 43,3% instrumen mempunyai daya pembeda jelek dan terdapat 13,3% yang dibuang. Berdasarkan tingkat kesukaran sebanyak 63,3% instrumen kategori mudah, 20 % kategori sedang dan 16,7 % kategori sukar. Instrumen tes ini memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,73 (tinggi).

Setelah menganalisis hasil uji coba instrumen tes, maka terdapat beberapa soal yang dibuang dan diperbaiki. Dari 30 soal yang diujikan terdapat 10 soal yang dibuang yaitu soal nomor 2, 3, 5, 7, 9, 11, 17, 20, 25, dan 29. Sehingga soal yang digunakan untuk instrumen penelitian adalah 20 soal. Sedangkan soal-soal yang diperbaiki adalah soal yang memiliki validitas rendah, validitas sangat rendah, tidak valid; soal yang memiliki daya pembeda jelek; dan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang mudah atau yang sukar.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif setelah diterapkannya strategi

Problem Solving dengan Reading Infusion ditunjukkan dengan gain

ternormalisasi yang berkategori sedang yaitu 0,63.

2. Distribusi kemampuan berpikir kritis siswa pada sub induksi menunjukan bahwa 19,4% siswa berada pada kategori rendah, 63,9% siswa pada kategori sedang, dan 16,7% siswa berada pada kategori tinggi.

B. Saran

Beberapa saran yang diajukan terkait dengan penelitian yang telah dilakukan diantaranya sebagai berikut :

1. Kegiatan reading infusion dilakukan lebih dari satu kali atau setiap treatment pembelajaran. Jika perlu ditambahkan dengan kegiatan menulis sehingga dapat mengukur keterlaksanaan membaca pada diri siswa.

2. Adanya kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran problem solving dan kelas eksperimen yang menerapkan problem solving dengan reading infusion sehingga bisa mengukur peranan dan pengaruh dari reading infusion


(32)

3. Kememapuan berpikir kritis yang diteleti lebih mengarah ke pembelajaran fisika.

4. Adanya pembahasan aspek kemampuan berpikir kritis lainnya. 5. Artikel penunjang lebih koperasional.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Aeniah, Rinda. (2012). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI

Pada Pembelajaran Hidrolisis Garam Menggunakan Model Problem Solving. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI: Tidak

diterbitkan.

Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Rosda Karya

Arikunto,Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto,Suharsimi. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Costa, A. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia : ASCD Publications

Clark. (2000). Bloom’s Taxonomy of Learning Domains [Online]. Tersedia: http://www.nwlink.com/-donclark/index.html [13 Mei 2012]

Dahar,R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republi Indonesia

Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta : Depdiknas

Ennis, Robert H. (1996). Critical Thinking. United States of America: The New York Times Company.

Ennis, Robert H., Jason Millman, Thomas N. Tomko. (2005). Cornell Critical

Thinking Tests Level X & Level Z Manual. United States of America: The

Critical Thinking Co. (Bright MindsTM).

Ennis, Robert (2011). The Nature of Critical Thinking : An Outline of Critical

Thinking Dispositions and Abilities, [Online]. Tersedia:

http://faculty.ed.uiuc.edu/rhennis/. [16 Juli 2012]

Fang, Zhihui. dan Wei, Youhua. (2010). “Improving Middle School Students Science Literacy Through Reading Infusion”. The Journal of Educational Research. 103, 262-273.


(34)

Filsaime, D K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustaka

Hake, R.R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanic

Courses. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [22 Oktober 2012]

Heller & Heller. (1995). Cooperative Group Problem Solving in Physics. [Online]. Tersedia: http://groups.physics.umn.edu/physed/ Research/CGPS/ GreenBook.html [5 Februari 2012].

Heller & Heller. (1999). Problem Solving Labs, in Cooperative Group Problem

Solving in Physics, Reseach Report. University Minnesota

Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : JICA

Husna, Nurul H (2012). Implementasi Permainan Monopoli Fisika Sebagai Media

Pembelajaran dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia

FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Joyce, B., Weil, M dan Calhoun, E. (2009). Model of Teaching : Model-Model

Pengajaran (Edisi Kedelapan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Panggabean, L. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Ridwan, Sa’adah. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar Siswa dalam Mempelajari Konsep Cahaya di kelas II-G SLTPN 12 Bandung.

Tesis pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.

Selcuk et al. (2008). “The Effects of Problem Solving Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use”. Latin

American Journal Physics Education. 2, 151-166.

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


(35)

Sugiyono. (2011). Metode Peneliian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, H.G. (2008). Membaca. Bandung : Angkasa Bandung

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1991). Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Tomo. (2003). Mengintegrasikan Teknik Membaca SQ4R dan Membuat Catatan

Berbentuk Graphic Postorganizer dalam Pembelajaran Fisika. Disertasi

Doktor Program Pascasarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas pendidikan Indonesia.


(1)

13,33% kategori rendah, dan 43,33% 6,67% kategori sangat rendah. Sedangkan 13,3% instrumen lainnya masuk kategori tidak valid. Berdasarkan daya pembeda, instrumen yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai instrumen penelitian sebanyak 43,3% dengan 20% kategori baik dan 23,3% kategori cukup, sedangkan 43,3% instrumen mempunyai daya pembeda jelek dan terdapat 13,3% yang dibuang. Berdasarkan tingkat kesukaran sebanyak 63,3% instrumen kategori mudah, 20 % kategori sedang dan 16,7 % kategori sukar. Instrumen tes ini memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,73 (tinggi).

Setelah menganalisis hasil uji coba instrumen tes, maka terdapat beberapa soal yang dibuang dan diperbaiki. Dari 30 soal yang diujikan terdapat 10 soal yang dibuang yaitu soal nomor 2, 3, 5, 7, 9, 11, 17, 20, 25, dan 29. Sehingga soal yang digunakan untuk instrumen penelitian adalah 20 soal. Sedangkan soal-soal yang diperbaiki adalah soal yang memiliki validitas rendah, validitas sangat rendah, tidak valid; soal yang memiliki daya pembeda jelek; dan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang mudah atau yang sukar.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif setelah diterapkannya strategi Problem Solving dengan Reading Infusion ditunjukkan dengan gain ternormalisasi yang berkategori sedang yaitu 0,63.

2. Distribusi kemampuan berpikir kritis siswa pada sub induksi menunjukan bahwa 19,4% siswa berada pada kategori rendah, 63,9% siswa pada kategori sedang, dan 16,7% siswa berada pada kategori tinggi.

B. Saran

Beberapa saran yang diajukan terkait dengan penelitian yang telah dilakukan diantaranya sebagai berikut :

1. Kegiatan reading infusion dilakukan lebih dari satu kali atau setiap treatment pembelajaran. Jika perlu ditambahkan dengan kegiatan menulis sehingga dapat mengukur keterlaksanaan membaca pada diri siswa.

2. Adanya kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran problem solving dan kelas eksperimen yang menerapkan problem solving dengan reading infusion sehingga bisa mengukur peranan dan pengaruh dari reading infusion


(3)

3. Kememapuan berpikir kritis yang diteleti lebih mengarah ke pembelajaran fisika.

4. Adanya pembahasan aspek kemampuan berpikir kritis lainnya. 5. Artikel penunjang lebih koperasional.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aeniah, Rinda. (2012). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Hidrolisis Garam Menggunakan Model Problem Solving. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Rosda Karya

Arikunto,Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto,Suharsimi. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Costa, A. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia : ASCD Publications

Clark. (2000). Bloom’s Taxonomy of Learning Domains [Online]. Tersedia: http://www.nwlink.com/-donclark/index.html [13 Mei 2012]

Dahar,R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republi Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta : Depdiknas

Ennis, Robert H. (1996). Critical Thinking. United States of America: The New York Times Company.

Ennis, Robert H., Jason Millman, Thomas N. Tomko. (2005). Cornell Critical Thinking Tests Level X & Level Z Manual. United States of America: The Critical Thinking Co. (Bright MindsTM).

Ennis, Robert (2011). The Nature of Critical Thinking : An Outline of Critical

Thinking Dispositions and Abilities, [Online]. Tersedia:

http://faculty.ed.uiuc.edu/rhennis/. [16 Juli 2012]

Fang, Zhihui. dan Wei, Youhua. (2010). “Improving Middle School Students

Science Literacy Through Reading Infusion”. The Journal of Educational Research. 103, 262-273.


(5)

Filsaime, D K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustaka

Hake, R.R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanic Courses. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [22 Oktober 2012]

Heller & Heller. (1995). Cooperative Group Problem Solving in Physics. [Online]. Tersedia: http://groups.physics.umn.edu/physed/ Research/CGPS/ GreenBook.html [5 Februari 2012].

Heller & Heller. (1999). Problem Solving Labs, in Cooperative Group Problem Solving in Physics, Reseach Report. University Minnesota

Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : JICA

Husna, Nurul H (2012). Implementasi Permainan Monopoli Fisika Sebagai Media Pembelajaran dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Joyce, B., Weil, M dan Calhoun, E. (2009). Model of Teaching : Model-Model Pengajaran (Edisi Kedelapan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Panggabean, L. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Ridwan, Sa’adah. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar Siswa dalam Mempelajari Konsep Cahaya di kelas II-G SLTPN 12 Bandung. Tesis pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.

Selcuk et al. (2008). “The Effects of Problem Solving Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use”. Latin American Journal Physics Education. 2, 151-166.

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

Sugiyono. (2011). Metode Peneliian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, H.G. (2008). Membaca. Bandung : Angkasa Bandung

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Tomo. (2003). Mengintegrasikan Teknik Membaca SQ4R dan Membuat Catatan Berbentuk Graphic Postorganizer dalam Pembelajaran Fisika. Disertasi Doktor Program Pascasarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas pendidikan Indonesia.


Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian tindakan kelas di Kelas IV-1 SD Dharma Karya UT

1 4 173

Pengaruh metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa

2 17 0

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PDEODE (PREDICT-DISCUSS-EXPLAIN-OBSERVE-DISCUSS-EXPLAIN) DENGAN MENGGUNAKAN PRAKTIKUM PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP.

11 35 55

PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA.

0 3 48

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

1 2 40

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP.

7 17 40

PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA.

3 10 37

PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA.

0 0 39

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

1 2 38

40290898 Penerapan Metode Pembelajaran Ekonomi Dengan Pendekatan Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam

0 0 76