PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA.

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN

READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MENGETAHUI PROFIL

KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh Komalasari

0801299

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA

Oleh : Komalasari

0801299

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I,

Dr. Setiya Utari, M.Si NIP. 19670725 199203 2 002

Pembimbing II,

Dr. Lilik Hasanah, M.Si NIP.19770616 200112 2 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 19680703 199203 2 001


(3)

PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA

Oleh: Komalasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Komalasari

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA

Komalasari NIM . 0801299

Pembimbing I : Dr. Setiya Utari, M.Si Pembimbing II : Dr. Lilik Hasanah, M.Si

Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA-UPI

ABSTRAK

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung menunjukkan bahwa proses membangun pengetahuan belum terjadi selama proses pembelajaran yang berdampak pada rendahnya kemampuan kognitif. Penelitian yang dilakukan Karplus (Mirawati, 2011) menunjukkan bahwa masih banyak siswa SMA yang kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang memerlukan pemikiran abstrak secara efektif. Dari penelitian IAEEA menyatakan kemampuan membaca anak Indonesia masih rendah. Pembelajaran dengan inquiry dapat dijadikan solusi dari permasalahan tersebut karena melalui inquiry dapat memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan serta dapat meningkatkan kemampuan kognitif. Wenning mengungkapkan ada lima tingkatan pembelajaran

inquiry. Inquiry lesson merupakan salah satu tingkatan pembelajaran inquiry yang dapat memfasilitasi siswa membangun pengetahuan. Reading infuson dengan teknik membaca SQ3R adalah metode yang dikembangkan oleh Francais P. Robinson di Universitas Ohio Amerika serikat. SQ3R merupakan singkatan dari

survey, question, read, recite, dan review. Peneliti ingin mengetahui kemampuan kognitif dari pembelajaran inquiry dengan reading infusion dan profil kemampuan berpikir logis siswa, maka dilakukan penelitian quasi experiment dengan menggunakan one group pretest-postest design di kelas X-3 pada salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Peningkatan dari kemampuan kognitif diukur melalui nilai rata-rata gain ternormalisasi. Kemampuan berpikir logis diukur menggunakan Group Assesment of Logical Thinking (GALT). Hasil penelitian menunjukkan kemampuan kognitif mengalami peningkatan dengan rata-rata gain ternormalisasi 0,68 dan termasuk kategori sedang. Untuk kategori tingkatan kemampuan berpikir logis siswa 13,3% termasuk tingkatan formal, 73,3% termasuk tingkatan transisi, dan 13,3% termasuk tingkatan konkrit.

Kata kunci: inquiry, reading infusion, kemampuan kognitif, kemampuan berpikir logis.


(5)

IMPLEMENTATION OF INQUIRY LEARNING WITH READING INFUSION TO IMPROVE COGNITIVE ABILITIES AND LOGICAL

THINKING ABILITY PROFILE OF HIGH SCHOOL STUDENTS

Komalasari NIM . 0801299

ABSTRACT

Based on the results of preliminary studies in one of the high schools in the city of Bandung show that the process of building knowledge has not occurred during the learning process affecting low cognitive abilities. Research conducted Karplus (Mirawati, 2011) indicates that many high school students who have difficulty in solving problems that require abstract thinking effectively. From research stating IAEEA reading ability of Indonesian children are still low. Learning the inquiry can be a solution to these problems through inquiry as to facilitate students in building knowledge and can improve cognitive abilities. Wenning said there are five levels of inquiry learning. Inquiry lesson is one level of learning to facilitate students' inquiry knowledge building. Reading infuson the SQ3R reading technique is a method developed by P. Francais Robinson at the University of Ohio United States. SQ3R stands for survey, question, read, Recite, and reviews. Researchers wanted to determine the cognitive abilities of inquiry learning with reading infusion and logical thinking ability profile of students, then it was conducted using a quasi experiment with one group pretest-posttest design in class X-3 at one high schools in the city of Bandung. Improvement of cognitive abilities measured by the average normalized gain. Logical thinking ability was measured using the Group Assessment of Logical Thinking (GALT). The results showed cognitive ability is improved by an average of 0.68 and normalized gain medium category. For the category level of logical thinking ability of students 13.3% including the formal level, including the 73.3% level of the transition, and 13.3% including concrete level.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Variabel Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 6

BAB II PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN READING INFUSION DAN KETERKAITANNYA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS A. Pembelajaran Inquiry ... 9

B. Reading Infusion ... 19

C. Kemampuan Kognitif ... 26

D. Kemampuan Berpikir Logis ... 29

E. Kaitan Pembelajaran Inquiry dan Reading Infusion dengan Kemampuan Kognitif ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38


(7)

D. Alur Penelitian ... 42

E. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen Tes ... 42

F. Teknik Pengolahan Data ... 47

G. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54

B. Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hierarki Pembelajaran Sains Berorientasi Inquiry... 11

Tabel 2.2 Level of Inquiry dan Primary Pedagogical Purpose ...12

Tabel 2.3 Kriteria Pembaca Teks Sains yang Efektif dan Berhasil ...24

Tabel 2.4 Membaca SQ3R pada Materi Pokok Gerak Lurus ...25

Tabel 2.5 Keterkaitan Reading Infusion dengan Kemampuan Kognitif ... 35

Tabel 2.6 Keterkaitan Pembelajaran Inquiry dengan Kemampuan Kognitif ... 36

Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design ... .... 38

Tabel 3.2 Pola Persebaran Instrumen Kemampuan Kognitif tiap Aspek... 40

Tabel 3.3 Pola Persebaran Instrumen Kemampuan Berpikir Logis ... 41

Tabel 3.4 Klasifikasi Validitas Butir Soal 45 Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi untuk Reliabilitas ... 46

Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal... ... 47

Tabel 3.7. Kategori Tingkat Kesukaran…………...48

Tabel 3.8 Klasifikasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ... 51

Tabel 3.9 Pedoman Skor Tes Kemampuan Berpikir Logis...51

Tabel 3.10 Kategori Tingkatan Kemampuan Berpikir Logis...52

Tabel 3.11 Tingkat Keberhasilan Keterlaksanaan...53

Tabel 3.12 Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran...54

Tabel 4.1 Skor Tes Kognitif Siswa ... 56

Tabel 4.2 Skor Tes Kognitif Siswa tiap Aspek ... 57


(9)

Tabel 4.4 Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Logis tiap Aspek ... 60 Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan Inquiry ... 63 Tabel 4.6 Rekapitulasi Siswa tiap Kategori Kemampuan Berpikir Logis ... 70


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian ... 43

Gambar 4.1 Diagram Skor Rata-rata Pretest-Posttest ... 57

Gambar 4.2 Skor Rata-rata Pretest-Postest Tiap Aspek... 58

Gambar 4.3 Skor Rata-rata Tiap Aspek Kemampua Berpikir Logis ... 60

Gambar 4.4 Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Guru dan Siswa ... 63

Gambar 4.5 Diagram Nilai Gain Ternormalisasi Aspek C2, C3, dan C4 ... 67


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Perangkat Pembelajaran ... 77

A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 78

A.2. Skenario Pembelajaram ... 80

A.3. Lembar Kegiatan Siswa ... 91

A.4. Artikel Bacaan (Modul) ... 99

B. Instrumen Penelitian ... 110

B.1. Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Kognitif ... 111

B.2. Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Logis ... 122

B.3. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif ... 132

B.4. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 139

B.5. Lembar Jawaban Tes Kemampuan Kognitif ... 144

B.6. Lembar Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 145

B.7. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran Inquiry ... 146

B.8. Lembar Keterlaksanaan Reading Infusion... 148

C.Analisis Uji Coba ... 150

C.1. Analisis Instrumen Uji Coba ... 151

C.2. Lembar Judgment Instrumen ... 154

D.Analisis Data Penelitian ... 158

D.1. Distribusi Data Tes Kemampuan Kognitif ... 159

D.2. Distribusi Data Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 164

D.3. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 166

D.4. Rekapitulasi Hasil Observasi Reading Infusion ... 168

E. Dokumentasi Penelitian ... 171

E.1. Foto-Foto Penelitian ... 172


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad ke 21 dikenal dengan abad ilmu pengetahuan dan teknologi karena keduanya berubah dan berkembang sangat pesat. Perubahan yang pesat membuat tuntutan pada abad ini akan lebih rumit dan menantang serta membawa manusia memasuki era globalisasi. Pada abad 21 ini kemampuan-kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif sangat dibutuhkan dalam kehidupan, maka pendidikan sains diharapkan dapat membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman, sehingga siswa mempunyai kemampuan-kemampuan menghadapi tantangan tersebut.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan studi mengenai alam sekitar, dan dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Artinya proses pembelajaran yang dilakukan memiliki fungsi untuk membimbing siswa membangun pengetahuan melalui proses penemuan oleh siswa yang berasal dari pengalaman-pengalaman selama pembelajaran berlangsung.

Blynn dan Muth (Tomo, 2003) menyatakan bahwa siswa agar memahami Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), mereka harus mempunyai kemampuan membaca dan menulis untuk menilai informasi tekstual yang disajikan kepada mereka dan kemampuan menulis untuk mengkomunikasikan pikiran mereka. Kedua aktivitas


(13)

tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap cara dan proses berpikir siswa. Selain itu, membaca juga merupakan suatu kegiatan yang harus dipelajari (Harjasujana & Damaianti, 2003: 55).

Harapan-harapan di atas ternyata tidak sejalan dengan kenyataan di lapangan. Penelitian yang dilakukan Karplus (Mirawati, 2011: 4) menunjukkan bahwa masih banyak siswa SMA yang kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang memerlukan pemikiran abstrak secara efektif. Hal lainnya ialah rendahnya persentase jawaban benar para peserta Third in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 1999 yang berasal dari Indonesia dalam menyelesaikan soal mengenai penalaran, yaitu 27% untuk unit aljabar dan 24 % untuk penyajian data, analisis, dan probabilitas (Mirawati, 2011: 4).

Kurangnya kemampuan siswa tersebut diikuti dengan hasil tes siswa yang masih rendah. Hasil tes menunjukkan bahwa 64% siswa belum bisa mencapai nilai KKM (60), dengan nilai rata-rata fisika pada kelas tersebut yaitu 59,2 dari skor maksimal 100. Hasil observasi di atas menunjukkan masih rendahnya kemampuan kognitif siswa.

Adapun hasil penelitian yang pernah dilakukan, diantaranya riset

International Association for Evaluation of Educational Achievement (IAEEA) tahun 1996 menginformasikan bahwa kemampuan membaca siswa usia 9-14 tahun Indonesia berada pada urutan ke-41 dari 49 negara. Data Bank Dunia tahun 1998 menginformasikan pula kebiasaan membaca anak-anak Indonesia berada pada level paling rendah yaitu skor 51,7 (Wahyanti. M, 2011: 2).


(14)

Permasalahan-permasalahan di atas tentunya berkaitan dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran dan kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa. Metode yang digunakan seharusnya dapat memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuan, sikap serta kemampuan yang dimiliki oleh siswa, sedangkan kegiatan membaca yang diberikan dapat memperluas pengetahuan siswa. Sehingga di dalam menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Berdasarkan hal-hal tersebut diperlukan metode pembelajaran alternatif yang lebih dapat meningkatkan kemampuan kognitif. Pembelajaran berbasis

Inquiry dapat diterapkan dalam pembelajaran. Joyce dan Weil dalam Trianto (2010:167) menyatakan bahwa pembelajaran yang menerapkan inquiry dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif dan siswa menjadi lebih terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Menurut Wenning (2005:3) menyatakan bahwa inquiry sering disajikan tidak teratur tapi saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu, sebuah hierarki atau tahapan harus disediakan untuk mengefektifkan transfer pengetahuan ini.

Hasil penelitian Nina Yarana Simiati (2011) yang berjudul “Analisis Prestasi Belajar Siswa Kelas X dalam Pembelajaran Fisika dengan Menggunakan Pembelajaran Sains Berorientasi Inquiry” menyatakan bahwa

prestasi belajar pada ranah kognitif siswa setelah diterapkan pendekatan inquiry lesson mengalami peningkatan dengan kategori tinggi. Hasil penelitian Fitrianti (2005) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada pengintegrasian


(15)

teknik membaca SQ3R dan membuat catatan berbentuk graphic postorganizer

pada model heuristik vee terhadap peningkatan pemahaman konsep dan hasil belajar. Hasil penelitian Zhihui Fang & Youhua Wei dalam jurnal yang berjudul

“Improving Middle School Students’ Science Literacy Through Reading Infusion” menyatakan bahwa siswa yang dalam pembelajarannya diterapkan

Inquiry yang diikuti dengan kegiatan Reading Infusion secara intensif signifikan lebih unggul daripada siswa yang dalam pembelajarannya hanya diterapkan

Inquiry saja.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengadakan penelitian yang berjudul, Penerapan Pembelajaran Inquiry dengan Reading Infusion untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif dan profil kemampuan berpikir logis siswa SMA setelah diterapkannya pembelajaran inquiry dengan reading infusion?”

Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap permasalahan yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif siswa SMA setelah diterapkan inquiry dengan reading infusion?


(16)

2. Bagaimana profil kemampuan berpikir logis siswa SMA?

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang diteliti, maka perlu dijelaskan batasan masalah dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Kemampuan kognitif yang akan diukur peningkatannya mencakup tiga jenjang kognitif menurut taksonomi Bloom yaitu pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Dari hasil ulangan siswa pada materi Besaran Satuan dan Besaran Vektor menunjukkan hasil yang baik pada aspek kognitif pengetahuan (C1), sehingga pada penelitian ini tes kognitif yang dilakukan dimulai dari aspek pemahaman (C2). Peningkatan kemampuan kognitif siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan positif antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)

yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi menurut Hake (1998).

2. Kemampuan berpikir logis ini didasarkan kepada aspek berfikir formal Piaget yaitu penalaran konservasi (conservational reasoning), penalaran proporsional (proportional reasoning), penalaran korelasi (correlational reasoning), penalaran probabilitas (probabilistic reasoning), pengontrolan variabel (controlling variables), penalaran kombinasi (combinatorial reasoning).


(17)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif setelah diterapkannya pembelajaran inquiry dengan reading infusion dan profil kemampuan berpikir logis siswa SMA.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran tentang penerapan pembelajaran inquiry dengan reading infusion

dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan profil kemampuan berpikir logis siswa SMA yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, seperti: guru, mahasiswa, praktisi pendidikan dan masyarakat.

F. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian yang akan dilakukan terdiri dari tiga variabel yaitupembelajaran inquiry dengan reading infusion,kemampuan kognitif siswa SMA , dan profil kemampuan berpikir logis siswa SMA.

G. Definisi Operasional

1. Pembelajaran inquiry yang dimaksud adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang berpusat pada siswa dengan tujuan untuk menemukan konsep dan prinsip dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis. Pada penelitian ini hanya digunakan satu tingkatan saja, yaitu inquiry lesson.


(18)

Langkah-langkah pada pembelajaran inquiry lesson meliputi tahapan: mengajukan pertanyaan, merumuskan variabel, melakukan percobaan, dan menarik kesimpulan. Namun pada pembelajaran inquiry dengan reading infusion ada tahapan reading yang dilakukan sebelum pembelajaran dilaksanakan. Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan metode ini dilihat dari lembar observasi.

2. Reading Infusion adalah kegiatan membaca modul yang dilakukan sebelum pembelajaram inquiry dengan diikuti penerapan teknik membaca SQ3R. Modul yang di dalamnya terdapat materi pokok fisika tentang Gerak Lurus disusun oleh peneliti berdasarkan beberapa sumber, kegiatan pemberian modul kemudian diikuti penerapan teknik membaca SQ3R untuk memahami isi materi yang terdapat pada modul dengan dibimbing oleh guru. Teknik membaca SQ3R memiliki lima tahapan meliputi (1) Survey: pengkajian awal pada judul, subjudul pada modul dengan dibimbing guru, (2) question: membuat pertanyaan sendiri tentang isi bacaan, (3) read: membaca teks, menggunakan pertanyaan-pertanyaan sebagai pembimbing, memberi tanda (menggarisbawahi atau menandai konsep yang dianggap penting dan konsep yang tidak dipahami), (4) recite: menjawab pertanyaan yang telah dibuat pada tahapan question dan membuat catatan, dan (5)

review: membaca ulang bagian-bagian atau konsep yang dianggap sulit. Materi dari hasil membaca pada modul digunakan sebagai bekal pengetahuan siswa dalam melaksanakan kegiatan eksperimen. Keterlaksanaan kegiatan reading infusion dilihat dari lembar observasi.


(19)

3. Kemampuan kognitif adalah merupakan tingkat penguasaan materi yang dicapai oleh siswa yang mencakup ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom. kemampuan berpikir kognitif siswa yang secara hierarkhis terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun pada penelitian ini dibatasi pada apek pemahaman, aplikasi, analisis saja. Besarnya peningkatan kemampuan kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan positif antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi menurut Hake (1998).

4. Kemampuan berpikir logis yang dimaksudkan oleh peneliti adalah kemampuan yang dimiliki siswa agar dapat mengemukakan sesuatu yang benar secara rasional dengan menggunakan dasar pemikiran (fakta) yang benar, mampu berargumentasi dan dapat menarik kesimpulan. Kemampuan berpikir logis ini didasarkan kepada aspek berfikir formal Piaget yaitu penalaran konservasi (conservational reasoning), penalaran proporsional (proportional reasoning), penalaran korelasi (correlational reasoning), penalaran probabilitas (probabilistic reasoning), pengontrolan variabel (controlling variables), penalaran kombinasi (combinatorial reasoning). Kemampuan berpikir logis diukur menggunakan GALT (Group Assesment of Logical Thinking) yang dibuat oleh Roadrangka berdasarkan aspek berpikir formal Piaget.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Terkait dengan tujuan penelitian ini yang mengabaikan variabel luar yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen maka digunakan metode quasi experiment atau eksperimen semu dengan menggunakan satu sampel penelitian yaitu kelompok eksperimen saja tanpa ada kelompok kontrol atau kelompok pembanding. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah kelompok yang akan mendapatkan pembelajaran inquiry dengan reading infusion. Adapun desain penelitiannya adalah one group pretest-posttest design. Desain ini digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Pretest Treatment Posttest

T1 R X1 X2 X3

T2

L

Keterangan :

T1 = Tes awal kemampuan kognitif (pretest).

R = Reading infusion.

X1 = Pembelajaran pertama (treatment) dengan pembelajaran inquiry.

X2 = Pembelajaran kedua (treatment) dengan pembelajaran inquiry.

X3 = Pembelajaran ketiga (treatment) dengan pembelajaran inquiry.

T2 = Tes akhir kemampuan kognitif (posttest).


(21)

38

Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian, sampel diberi perlakuan (treatment) yaitu satu kali kegiatan reading infusion dan tiga kali pembelajaran pembelajaran berbasis inquiry. Sebelum diberi perlakuan (treatment), sampel diberi tes awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan kognitif, yang kemudian dilanjutkan kegiatan reading infusion dengan pemberian modul bacaan dengan melatihkan teknik membaca SQ3R diluar jam pelajaran. Pertemuan selanjutnya sampel diberikan perlakuan (treatment) pertama. Pertemuan selanjutnya sampel diberi perlakuan (treatment) kedua, pertemuan selanjutnya sampel diberi perlakuan (treatment) ketiga. Setelah diberi perlakuan sebanyak 3 kali pembelajaran, siswa diberi tes akhir (posttest) dengan menggunakan instrumen tes kemampuan kognitif yang sama seperti pada tes awal (pretest). Kemudian sampel diberikan tes terstandar kemampuan berpikir logis dari Roadrangka (1983) yang telah diadaptasi.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah salah satu kelas X. Banyaknya siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah 30 siswa.

Terkait kondisi di lapangan maka penentuan sampel ini diambil menggunakan teknik purposive sample (sampel bertujuan). Purposive sample

dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas dasar adanya suatu tujuan tertentu. (Arikunto,


(22)

2009:183). Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan. Salah satu pertimbangan karena selama penelitian berlangsung tidak memungkinkan untuk mengubah kelas yang sudah ada.

C. Instrumen

Terkait dengan tujuan penelitian maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tes

Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah berupa tes tertulis yaitu tes kemampuan berpikir logis dan tes kemampuan kognitif.

a. Tes kemampuan kognitif

Tes hasil belajar aspek kognitif yang digunakan berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan lima pilihan. Dalam penelitian ini aspek kognitif yang diukur berdasarkan taksonomi Bloom yang meliputi aspek pemahaman dinyatakan dengan C2, aspek aplikasi dinyatakan dengan C3 dan aspek analisis dinyatakan dengan C4.

Adapun pola persebaran instrumen kemampuan kognitif yang diujikan sebagai berikut.

Tabel 3.2. Pola Persebaran Intrumen Kemampuan Kognitif Tiap Aspek

Aspek No soal Jumlah soal

C2 1,2,3,5,6,11,12,18,19,22, 24,25 12

C3 4,7,8,9,10,16,17 7


(23)

40

b. Tes kemampuan berpikir logis

Terkait dengan penelitian maka instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir logis siswa pada penelitian ini adalah seperangkat tes yang dikembangkan oleh Roadrangka (1983) dan telah dimodifikasi yaitu

Group Assessment of Logical Thinking (GALT). Tes kemampuan berpikir logis ini terdiri atas 12 soal yaitu 10 soal pilihan berganda dengan alasan dan 2 soal pertanyaan subjektif yang mengukur penalaran konservasi (conservational reasoning), penalaran proporsional (proportional reasoning), penalaran korelasi (correlational reasoning), penalaran probabilitas (probabilistic reasoning), pengontrolan variabel (controlling variables) dan penalaran kombinasi (combinatorial reasoning). Sebelum instrumen ini digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu instrumen di

judgment oleh Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Adapun pola persebaran instrumen kemampuan berpikir logis yang diujikan sebagai berikut.

Tabel 3.3. Pola Persebaran Instrumen Kemampuan Berpikir Logis

Aspek No soal Jumlah soal

conservational reasoning 1,2 2

proportional reasoning 3,4 2

correlational reasoning 5,6 2

probabilistic reasoning 7,8 2

controlling variables 9,10 2


(24)

2. Observasi

Observasi merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati (Sudjana, 2005:156). Dalam penelitian ini observasi digunakan sebagai instrumen ketika studi pendahuluan untuk mengetahui kemampuan berpikir logis dan hasil belajar fisika siswa selain itu juga digunakan ketika penelitian dilaksanakan. Observasi yang dilakukan ketika penelitian meliputi observasi kegiatan reading infusion dan aktivitas guru selama proses pembelajaran.

a. Observasi Kegiatan Membaca (Reading Infusion)

Observasi aktivitas guru dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan membaca dengan teknik SQ3R dengan menggunakan lembar observasi kegiatan membaca. Instrumen observasi ini berbentuk rating scale, observer hanya memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diobservasi. Lembar observasi kegiatan reading infusion selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 169.

b. Observasi Aktivitas Guru

Observasi aktivitas guru dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran inquiry dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru. Instrumen observasi ini berbentuk rating scale, observer hanya memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diobservasi. Selain itu, instrumen ini memuat kolom keterangan atau saran-saran terhadap kekurangan aktivitas guru


(25)

42

selama pembelajaran terhadap keterlaksanaan metode pembelajaran yang diterapkan. Lembar observasi aktivitas guru selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 166.

Lembar observasi yang telah dibuat dikoordinasikan kepada observer yang akan mengikuti dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap lembar observasi tersebut.

D. Alur Penelitian

Alur penelitian dapat digambarkan seperti bagan di bawah ini.

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian

E. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen Tes

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian terlebih dahulu diuji coba di salah satu kelas yang berada di sekolah tempat penelitian dilaksanakan.

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Pengolahan Data dan Pelaporan

 Telaah Kurikulum

 Studi Literatur

 Studi Pendahuluan

 Menentukan Sampel Penelitian

 Menyusun Perangkat Pembelajaran

 Menyusun Instrumen Penelitian

 Melakukan Uji Coba dan Analisis Instrumen Penelitian

 Mengolah dan Menganalisis Data Hasil Penelitian

 Membahas Hasil Penelitian

 Menarik Kesimpulan dan Saran

 Tes Awal Kemampuan Kognitif

 Kegiatan reading infusion  Pembelajaran inquiry 1

 Pembelajaran inquiry 2

 Pembelajaran inquiry 3

 Tes Akhir Kemampuan Kognitif


(26)

Hal ini dimaksudkan supaya data yang diperoleh adalah data yang benar sehingga dapat menggambarkan kemampuan subyek penelitian dengan tepat.

1. Analisis Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu tes. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien produk moment. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan :

(Sudijono, 2009:181) Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa.

Kategori validitas dari setiap butir soal yang telah diujicobakan dapat ditentukan berdasarkan klasifikasi validitas butir soal pada Tabel 3.2.


(27)

44

Tabel 3.4. Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai rxy Kriteria

1,00 Sempurna

0,80-0,99 Sangat Tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat Rendah

(Arikunto, 2009: 75) 2. Analisis Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau tidak berubah-ubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda (Syambasri Munaf, 2001:59). Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Untuk menghitung nilai reliabilitas digunakan perhitungan reliabilitas dengan metode belah genap-ganjil karena ketika soal tes kognitif pada penelitian ini dipisahkan antara ganjil dan genap terdapat keseimbangan. Setelah diketahui nilai reliabilitas sebagian dengan menggunakan korelasi product moment, kemudian nilai reliabilitas keseluruhan dihitung dengan rumus dari Spearman-Brown menurut Arikunto (2009:93).


(28)

Keterangan :

r11= nilai reliabilitas keseluruhan

r1/2 1/2= nilai reliabilitas sebagian

Setelah dihitung dengan menggunakan rumus Spearman-Brown selanjutnya nilai tersebut diinterpretasikan berdasarkan koefisien korelasi menurut Arikunto (2009:75) yang jika disajikan dalam tabel dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5. Interpretasi Koefisien Korelasi untuk Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria

0,80  r < 1,00 Sangat tinggi 0,60  r < 0,80 Tinggi 0,40  r < 0,60 Cukup 0,20  r < 0,40 Rendah 0,00  r < 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2009: 75)

Dari tabel 3.5 dapat diketahui derajat reliabilitas soal. Setelah diketahui kriteria derajat reliabilitas, maka soal tersebut diperhitungkan untuk digunakan atau diganti. Untuk reliabilitas soal yang sangat tinggi, tinggi dan sedang akan digunakan. Untuk derajat reliabilitas yang rendah dan sangat rendah akan diganti atau diperbaiki.

3. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.


(29)

46

Daya pembeda butir soal dapat ditentukan dengan rumusan sebagai berikut.

(Miller, 2008: 135) Keterangan:

D = Daya pembeda butir soal

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan dapat ditentukan berdasarkan interpretasi daya pembeda butir soal pada Tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.6. Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal Nilai Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

Negatif Soal dibuang

0,00-0,19 Jelek

0,20-0,39 Cukup

0,40-0,69 Baik

0,70-1,00 Baik Sekali

(Arikunto, 2009: 218) 4. Analisis Tingkat Kesukaran

Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran suatu butir soal


(30)

merupakan gambaran mengenai sukar atau tidaknya suatu butir soal. Tingkat kesukaran dapat juga disebut sebagai taraf kemudahan. Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan :

(Miller, 2008: 131) Keterangan :

P : indeks kesukaran

B: banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS: Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kategori tingkat kesukaran butir soal yang telah diujicobakan dapat ditentukan berdasarkan kategori tingkat kesukaran butir soal pada Tabel 3.7 di bawah ini.

Tabel 3.7. Kategori Tingkat Kesukaran

Nilai P Tingkat Kesukaran

0,00-0,25 Sukar

0,26-0,75 Sedang

0,76-1,00 Mudah

(Arikunto, 2009: 210)

F. Teknik Pengolahan Data

1. Analisis Data Kemampuan Kognitif a. Penskoran

Skor setiap siswa ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar, dengan metode penskoran berdasarkan metode rights only, yaitu jawaban yang benar


(31)

48

diberi skor satu dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan ketentuan:

(Syambasri Munaf, 2001:44) dengan :

S = Skor siswa

R = Jawaban siswa yang benar b. Menghitung rata-rata (mean)

Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) dari skor tes baik pretest maupun posttest, digunakan rumus:

(Sudjana, 2010:109) dengan :

= rata-rata skor atau nilai x

= skor atau nilai siswa ke i

n = jumlah siswa c. Menghitung Gain Skor

Gain adalah selisih antara skor tes awal dan skor tes akhir. Untuk menghitung nilai gain skor digunakan persamaan sebagai berikut :

(Hake, 1998) dengan :

G = gain


(32)

Si = skor tes awal (pretest)

d. Menghitung Gain Ternormalisasi

Gain ternormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa (Hake, 1998).

Untuk menghitung nilai gain ternormalisasi digunakan persamaan sebagai berikut :

a) Gain yang dinormalisasi setiap siswa (g)didefinisikan sebagai:

dengan:

g = gain yang dinormalisasi. Sf = skor tes akhir (posttest). Si = skor tes awal (pretest).

b) Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) dirumuskan sebagai :

Keterangan:

g= rata-rata gain yang dinormalisasi Sf  = rata-rata skor tes akhir (posttest)

Si= rata-rata skor tes awal (pretest)

Nilai <g> yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada tabel 3.8. Tabel 3.8. Klasifikasi Nilai Gain yang Dinormalisasi

Nilai g Klasifikasi

g  0,7 Tinggi

0,7 > g  0,3 Sedang


(33)

50

(Hake, 1998) 2. Analisis Data Kemampuan Berpikir Logis

Untuk tes kemampuan berpikir logis jawaban benar mendapat nilai satu yaitu jika jawaban dan alasannya benar atau semua jawaban benar dan lengkap untuk dua soal subjektif, sedangkan jawaban salah mendapat nilai nol yaitu jika salah satu atau jawaban dan alasannya salah atau jawaban tidak lengkap untuk dua soal subjektif.

Pemberian skor dihitung dengan menggunakan ketentuan: Tabel 3.9. Pedoman Skor Tes Kemampuan Berpikir Logis

No soal Jawaban Alasan Skor

1-10

Benar Salah 0

Salah Benar 0

Salah Salah 0

Benar Benar 1

No soal Jawaban Skor

11-12

Benar Tidak Lengkap 0

Salah Lengkap 0

Salah Tidak Lengkap 0

Benar Lengkap 1

(Roadrangka, 1983) Nilai skor yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada tabel 3.10.

Tabel 3.10. Kategori Tingkatan Kemampuan Berpikir Logis Kategori Kemampuan Berpikir logis Skor

Formal 9-12

Transisi 5-8

Konkrit 0-4

(Roadrangka, 1983) 3. Pengolahan Lembar Observasi

Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran dan keterlaksanaan reading infusion yang dilakukan dihitung dengan:


(34)

Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca adalah sebagai berikut ini :

a. Menghitung jumlah jawaban “ya” yang observer isi pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan kegiatan membaca.

b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca. dengan menggunakan persamaan Presentase Keterlaksanaan. c. Menafsirkan kategori keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca

berdasarkan Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Tingkat Keberhasilan Keterlaksaan Inquiry dan Reading Infusion Persentase Kategori

80% atau lebih Sangat Baik

60%-79% Baik

40%-59% Cukup

21%-39% Rendah

0% - 20% Rendah Sekali (Sa’adah Ridwan, 2000) G. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen aspek kemampuan kognitif digunakan dalam penelitian, instrumen tes terlebih dahulu diujicobakan di sekolah yang sama dengan tempat penelitian. Data hasil uji coba instrumen tes kemudian dianalisis untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes dipakai dalam penelitian. Data hasil uji coba instrumen penelitian yang telah dianalisis validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitasnya dapat dilihat pada tabel 3.12.


(35)

52

Tabel 3.12. Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Nomor

soal

Validitas

Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Reliabilitas

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,37 Rendah 0,35 Cukup 0,53 Sedang

0,94 Sangat Tinggi

2 0,38 Rendah 0,5 Baik 0,5 Sedang

3 0,27 Rendah 0,25 Cukup 0,48 Sedang 4 0,60 Tinggi 0,1 Jelek 0,85 Mudah

5 0,47 Cukup 0,4 Baik 0,6 Sedang

6 0,64 Tinggi 0,1 Jelek 0,85 Mudah 7 0,53 Cukup 0,25 Cukup 0,73 Mudah 8 0,57 Cukup 0,35 Cukup 0,78 Mudah

9 0,47 Cukup 0,2 Cukup 0,6 Sedang

10 0,76 Tinggi 0,25 Cukup 0,88 Mudah

11 0,52 Cukup 0,2 Cukup 0,8 Mudah

12 0,80 Sangat Tinggi

0,2 Cukup 0,9 Mudah 13 0,71 Tinggi 0,25 Cukup 0,83 Mudah 14 0,39 Rendah 0,35 Cukup 0,58 Sedang 15 0,64 Tinggi 0,3 Cukup 0,8 Mudah 16 0,68 Tinggi 0,45 Baik 0,78 Mudah 17 0,58 Cukup 0,05 Jelek 0,78 Mudah 18 0,62 Tinggi 0,1 Jelek 0,8 Mudah

19 0,60 Cukup 0,1 Jelek 0,8 Mudah

20 0,89 Sangat Tinggi

0,2 Cukup 0,9 Mudah 21 0,35 Rendah 0,15 Jelek 0,58 Sedang 22 0,75 Tinggi 0,15 Jelek 0,88 Mudah 23 0,63 Tinggi 0,25 Cukup 0,83 Mudah 24 0,64 Tinggi 0,25 Cukup 0,83 Mudah

25 0,50 Cukup 0,3 Cukup 0,75 Mudah

26 0,67 Tinggi 0,15 Jelek 0,83 Mudah

27 0,65 Tinggi 0,3 Cukup 0,8 Mudah


(36)

Dari tabel 3.12 di atas diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,94 yang termasuk kategori sangat tinggi. Artinya instrumen ini sudah menghasilkan skor yang ajeg yaitu dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten walaupun diujikan pada kondisi yang berbeda. Dari tabel 3.12 dapat diketahui bahwa 82% instrumen valid dengan 7,14% kategori sangat tinggi; 46,42% kategori tinggi; 28,57% kategori cukup, dan 17,85% kategori rendah. Berdasarkan daya pembeda, instrumen yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai instrumen penelitian sebanyak 67,85% dengan 10,71% kategori baik dan 57,14% kategori cukup, sedangkan 32,14% instrumen mempunyai daya pembeda jelek. Berdasarkan tingkat kesukaran sebanyak 75% instrumen kategori mudah, 25% kategori sedang.

Setelah menganalisis hasil uji coba instrumen tes, maka terdapat beberapa soal yang dibuang dan diperbaiki. Dari 28 soal yang diujikan terdapat 3 soal yang dibuang yaitu soal nomor 1, 3, dan 21. Sehingga soal yang digunakan untuk instrumen penelitian adalah 25 soal. Sedangkan soal-soal yang diperbaiki adalah soal yang memiliki validitas rendah, validitas sangat rendah, tidak valid; soal yang memiliki daya pembeda jelek; dan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang mudah atau yang sukar.

Adapun untuk instrumen tes kemampuan berpikir logis yang diadaptasi dan kemudian dimodifikasi dari Group Asessment of Logical Thinking (GALT), dilakukan uji keterbacaan dan uji kejelasan soal serta pilihan oleh pihak yang berkompeten dibidangnya, dalam penelitian ini di uji oleh Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bloom, Benjamin S. (1978). Taxonomy of Educational Objective: Handbook I

Cognitive Domain. Chicago: A Committee College and University Examiner.

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ekawati, Estina. (2011). Mengembangkan Kecakapan Abad ke-21. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/2011/10/mengembangkan-kecakapan-abad-ke-21/. [1 Februari 2012].

Fang, Zhihui. & Wei, Youhua.(2010). “Improving Middle School Students’ Science Literacy Through Reading Infusion”. The Journal of Educational Research Online, 103 : 262–273 [ 24 Desember 2011].

Fitrianti. (2005). Penerapan SQ3R dengan catatan Graphic Postorganizer pada Model Belajar Heuristik Vee dalam Pembelajaran Biologi. Tesis Magister Program Pasca Sarjana UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Hake, Richard. R. (1997). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. Tersedia : http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf, accessed on. [20 November 2008].

Hake, Richard. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory

Mechanic Courses. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [22 Oktober 2012]. Hake, Richard. R. (2002). Analyzing Charge / Gain Scores. [online] Tersedia:

American Educational Research Association [20 Juli 2012].

Harjasujana, A. S. & Damaianti, V. S. (2003) Membaca dalam Teori dan Praktek. Bandung : Mutiara.

Joyce, B., Weil, M dan Calhoun, E. (2009). Model of Teaching : Model-Model Pengajaran (Edisi Kedelapan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Miller, Patrick W. (2008). Measurement and Teaching. United Stated of America : Patrick W Miller & Associates.


(38)

Mirawati, Riani. (2011). Penerapan Model Pembelajaran STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Ilmiah dan Pemahaman Konsep Siswa SMA pada Konsep Pencernaan. Skripsi Sarjana UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Pabichara, Khrisna. (2007). 12 Rahasia Pembelajar Cemerlang. Bandung : Kolbu.

Partnesship for 21st Century Skills. (2009). Kecakapan Abad ke-21. [Online]. Tersedia: www.21stcenturyskills.org. [5 Februari 2012].

Panggabean, Luhut P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP.

Panggabean, Luhut P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ridwan, Sa‟adah. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar Siswa dalam Mempelajari Konsep Cahaya di kelas II-G SLTPN 12 Bandung. Tesis pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.

Roadrangka, V. (1983). The construction of a Group Assessment of Logical Thinking(GALT).Tersedia:http://www.thaiscience.info/journals/Article/Th e%20construction%20of%20a%20group%20assessment%20of%20logical %20thinking%20(galt).pdf. [11 Oktober 2011].

Saragih, S. (2004). Menumbuhkembangkan Berpikir Logis dan Sikap Positif terhadap Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik. [on line]. Tersedia: http://zainurie.files.wordpress.com(2007/11/261_091.pdf). Simiati, Nina Y. (2011). Analisis Prestasi Belajar Siswa Kelas X daam

Pembelajaran Fisika dengan Menggunakan Pembelajaran Sains Berorientasi Inquiry. Skripsi Sarjana UPI. Bandung: Tidak dipublikasikan. Sudijono, Anas. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N., (2010). Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sudrajat. (2006). Penerapan SQ3R pada pembelajaran Tindak Lanjut untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi dalam Matematika Siswa


(39)

SMU. Tesis & Disertasi Perpustakaan UPI. Bandung : Tidak dipublikasikan.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. (1990). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Tomo. (2003). Mengintegrasikan Teknik Membaca SQ4R dan membuat catatan Berbentuk Graphic Postoganizer dalam Pembelajaran Fisika. Disertasi Doktor Program Pasca UPI. Bandung : Tidak dipublikasikan.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.

Twining, J.E. (1991). Strategies for Active Learning. Boston: Allyn and Bacon. Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: Universitas pendidikan Indonesia.

Wahyanti, Mega. (2011). Laporan Kajian Jurnal : “Improving Middle School

Students’ Science Literacy Through Reading Infusion”. Makalah Seminar

Pendidikan Fisika UPI, Bandung.

Wenning, Carl J. (2005). Level of inquiry : Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Journal Of Physics Teacher Education Online 2, (3), 3-11, [online]. Tersedia : http.//phy.ilstru.edu/jpteo[12 April 2011]. Yoo, S. et al. (2007). “Improving K-12‟s Logical Thinking Abilities using

Educational Programming Language „Dolittle‟”. Wseas Transactions On Advances In Engineering Education. 4, 251-258.


(1)

Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca adalah sebagai berikut ini :

a. Menghitung jumlah jawaban “ya” yang observer isi pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan kegiatan membaca.

b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca. dengan menggunakan persamaan Presentase Keterlaksanaan.

c. Menafsirkan kategori keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca berdasarkan Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Tingkat Keberhasilan Keterlaksaan Inquiry dan Reading Infusion

Persentase Kategori

80% atau lebih Sangat Baik

60%-79% Baik

40%-59% Cukup

21%-39% Rendah

0% - 20% Rendah Sekali

(Sa’adah Ridwan, 2000) G. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen aspek kemampuan kognitif digunakan dalam penelitian, instrumen tes terlebih dahulu diujicobakan di sekolah yang sama dengan tempat penelitian. Data hasil uji coba instrumen tes kemudian dianalisis untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes dipakai dalam penelitian. Data hasil uji coba instrumen penelitian yang telah dianalisis validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitasnya dapat dilihat pada tabel 3.12.


(2)

52

Komalasari, 2013

Penerapan Pembelajaran Inquiry Dengan Reading Infusion Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.12. Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Nomor

soal

Validitas

Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Reliabilitas

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,37 Rendah 0,35 Cukup 0,53 Sedang

0,94 Sangat Tinggi 2 0,38 Rendah 0,5 Baik 0,5 Sedang

3 0,27 Rendah 0,25 Cukup 0,48 Sedang 4 0,60 Tinggi 0,1 Jelek 0,85 Mudah 5 0,47 Cukup 0,4 Baik 0,6 Sedang 6 0,64 Tinggi 0,1 Jelek 0,85 Mudah 7 0,53 Cukup 0,25 Cukup 0,73 Mudah 8 0,57 Cukup 0,35 Cukup 0,78 Mudah 9 0,47 Cukup 0,2 Cukup 0,6 Sedang 10 0,76 Tinggi 0,25 Cukup 0,88 Mudah 11 0,52 Cukup 0,2 Cukup 0,8 Mudah 12 0,80 Sangat

Tinggi

0,2 Cukup 0,9 Mudah 13 0,71 Tinggi 0,25 Cukup 0,83 Mudah 14 0,39 Rendah 0,35 Cukup 0,58 Sedang 15 0,64 Tinggi 0,3 Cukup 0,8 Mudah 16 0,68 Tinggi 0,45 Baik 0,78 Mudah 17 0,58 Cukup 0,05 Jelek 0,78 Mudah 18 0,62 Tinggi 0,1 Jelek 0,8 Mudah 19 0,60 Cukup 0,1 Jelek 0,8 Mudah 20 0,89 Sangat

Tinggi

0,2 Cukup 0,9 Mudah 21 0,35 Rendah 0,15 Jelek 0,58 Sedang 22 0,75 Tinggi 0,15 Jelek 0,88 Mudah 23 0,63 Tinggi 0,25 Cukup 0,83 Mudah 24 0,64 Tinggi 0,25 Cukup 0,83 Mudah 25 0,50 Cukup 0,3 Cukup 0,75 Mudah 26 0,67 Tinggi 0,15 Jelek 0,83 Mudah 27 0,65 Tinggi 0,3 Cukup 0,8 Mudah 28 0,73 Tinggi 0,15 Jelek 0,88 Mudah


(3)

Dari tabel 3.12 di atas diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,94 yang termasuk kategori sangat tinggi. Artinya instrumen ini sudah menghasilkan skor yang ajeg yaitu dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten walaupun diujikan pada kondisi yang berbeda. Dari tabel 3.12 dapat diketahui bahwa 82% instrumen valid dengan 7,14% kategori sangat tinggi; 46,42% kategori tinggi; 28,57% kategori cukup, dan 17,85% kategori rendah. Berdasarkan daya pembeda, instrumen yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai instrumen penelitian sebanyak 67,85% dengan 10,71% kategori baik dan 57,14% kategori cukup, sedangkan 32,14% instrumen mempunyai daya pembeda jelek. Berdasarkan tingkat kesukaran sebanyak 75% instrumen kategori mudah, 25% kategori sedang.

Setelah menganalisis hasil uji coba instrumen tes, maka terdapat beberapa soal yang dibuang dan diperbaiki. Dari 28 soal yang diujikan terdapat 3 soal yang dibuang yaitu soal nomor 1, 3, dan 21. Sehingga soal yang digunakan untuk instrumen penelitian adalah 25 soal. Sedangkan soal-soal yang diperbaiki adalah soal yang memiliki validitas rendah, validitas sangat rendah, tidak valid; soal yang memiliki daya pembeda jelek; dan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang mudah atau yang sukar.

Adapun untuk instrumen tes kemampuan berpikir logis yang diadaptasi dan kemudian dimodifikasi dari Group Asessment of Logical Thinking (GALT), dilakukan uji keterbacaan dan uji kejelasan soal serta pilihan oleh pihak yang berkompeten dibidangnya, dalam penelitian ini di uji oleh Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.


(4)

Komalasari, 2013

Penerapan Pembelajaran Inquiry Dengan Reading Infusion Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bloom, Benjamin S. (1978). Taxonomy of Educational Objective: Handbook I

Cognitive Domain. Chicago: A Committee College and University

Examiner.

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika,

Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Ekawati, Estina. (2011). Mengembangkan Kecakapan Abad ke-21. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/2011/10/mengembangkan-kecakapan-abad-ke-21/. [1 Februari 2012].

Fang, Zhihui. & Wei, Youhua.(2010). “Improving Middle School Students’

Science Literacy Through Reading Infusion”. The Journal of Educational

Research Online, 103 : 262–273 [ 24 Desember 2011].

Fitrianti. (2005). Penerapan SQ3R dengan catatan Graphic Postorganizer pada Model Belajar Heuristik Vee dalam Pembelajaran Biologi. Tesis Magister Program Pasca Sarjana UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Hake, Richard. R. (1997). Interactive Engagement Methods In Introductory

Mechanics Courses. Tersedia :

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf, accessed on. [20 November 2008].

Hake, Richard. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory

Mechanic Courses. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [22 Oktober 2012]. Hake, Richard. R. (2002). Analyzing Charge / Gain Scores. [online] Tersedia:

American Educational Research Association [20 Juli 2012].

Harjasujana, A. S. & Damaianti, V. S. (2003) Membaca dalam Teori dan Praktek. Bandung : Mutiara.

Joyce, B., Weil, M dan Calhoun, E. (2009). Model of Teaching : Model-Model

Pengajaran (Edisi Kedelapan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Miller, Patrick W. (2008). Measurement and Teaching. United Stated of America : Patrick W Miller & Associates.


(5)

Mirawati, Riani. (2011). Penerapan Model Pembelajaran STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Ilmiah dan Pemahaman Konsep Siswa SMA pada Konsep Pencernaan. Skripsi Sarjana UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Pabichara, Khrisna. (2007). 12 Rahasia Pembelajar Cemerlang. Bandung : Kolbu.

Partnesship for 21st Century Skills. (2009). Kecakapan Abad ke-21. [Online].

Tersedia: www.21stcenturyskills.org. [5 Februari 2012]. Panggabean, Luhut P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP.

Panggabean, Luhut P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ridwan, Sa‟adah. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar

Siswa dalam Mempelajari Konsep Cahaya di kelas II-G SLTPN 12

Bandung. Tesis pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.

Roadrangka, V. (1983). The construction of a Group Assessment of Logical

Thinking(GALT).Tersedia:http://www.thaiscience.info/journals/Article/Th

e%20construction%20of%20a%20group%20assessment%20of%20logical %20thinking%20(galt).pdf. [11 Oktober 2011].

Saragih, S. (2004). Menumbuhkembangkan Berpikir Logis dan Sikap Positif

terhadap Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik. [on line].

Tersedia: http://zainurie.files.wordpress.com(2007/11/261_091.pdf). Simiati, Nina Y. (2011). Analisis Prestasi Belajar Siswa Kelas X daam

Pembelajaran Fisika dengan Menggunakan Pembelajaran Sains Berorientasi Inquiry. Skripsi Sarjana UPI. Bandung: Tidak dipublikasikan. Sudijono, Anas. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N., (2010). Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sudrajat. (2006). Penerapan SQ3R pada pembelajaran Tindak Lanjut untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi dalam Matematika Siswa


(6)

Komalasari, 2013

Penerapan Pembelajaran Inquiry Dengan Reading Infusion Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SMU. Tesis & Disertasi Perpustakaan UPI. Bandung : Tidak dipublikasikan.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. (1990). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Tomo. (2003). Mengintegrasikan Teknik Membaca SQ4R dan membuat catatan Berbentuk Graphic Postoganizer dalam Pembelajaran Fisika. Disertasi Doktor Program Pasca UPI. Bandung : Tidak dipublikasikan.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.

Twining, J.E. (1991). Strategies for Active Learning. Boston: Allyn and Bacon. Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: Universitas pendidikan Indonesia.

Wahyanti, Mega. (2011). Laporan Kajian Jurnal : “Improving Middle School

Students’ Science Literacy Through Reading Infusion”. Makalah Seminar

Pendidikan Fisika UPI, Bandung.

Wenning, Carl J. (2005). Level of inquiry : Hierarchies of pedagogical practices

and inquiry processes. Journal Of Physics Teacher Education Online 2,

(3), 3-11, [online]. Tersedia : http.//phy.ilstru.edu/jpteo[12 April 2011]. Yoo, S. et al. (2007). “Improving K-12‟s Logical Thinking Abilities using

Educational Programming Language „Dolittle‟”. Wseas Transactions On


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Teknik Scaffolding Terhadap Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa

6 54 244

PENERAPAN STRATEGI INQUIRY MENGGUNAKAN READING INFUSION DAN SCIENCE REFLECTIVE JOURNAL WRITING UNTUK MENINGKATKAN JENJANG KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP.

2 6 188

PENERAPAN STRATEGI INQUIRY MENGGUNAKAN READING INFUSION DAN SCIENCE REFLECTIVE JOURNAL WRITING UNTUK MENINGKATKAN JENJANG KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP.

7 23 42

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

0 0 35

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

1 2 40

PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA.

3 10 37

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

1 2 38

PROFIL KEMAMPUAN INKUIRI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA DALAM PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY PADA PEMBELAJARAN FISIKA.

0 4 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA.

0 0 45

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENGETAHUI HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN FISIKA.

0 0 46