PENGARUH GAYA MENGAJAR DAN KEBUGARAN JASMANI TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN TEKNIK DASAR TENIS DI SEKOLAH FIKS.

(1)

PENGARUH GAYA MENGAJAR DAN

KEBUGARAN JASMANI TERHADAP HASIL

BELAJAR KETERAMPILAN TEKNIK DASAR

TENIS DI SEKOLAH FIKS

( Studi Eksperimen Terhadap Siswa Sekolah FIKS di Kota Bandung )

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Oleh

Ferdinand Leon Aryan, S.Pd

1102508

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN OLAHRAGA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

ABSTRAK

PENGARUH GAYA MENGAJAR DAN KEBUGARAN JASMANI TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN TEKNIK DASAR

TENIS DI SEKOLAH FIKS Ferdinand Leon Aryan, S.Pd *

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar dan kebugaran jasmani terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tennis di sekolah FIKS.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan factorial design 2x2. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari (1) Variabel bebas aktif, yaitu gaya gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando. (2) Variabel bebas atribut yaitu tingkat kebugaran awal siswa yang rendah dan tinggi. Dan (3) variabel terikatnya, yaitu hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra tingkat pre-intermediate, intermediate, Advanced sekolah tennis FIKS Bandung yang berusia 12 – 15 tahun sebanyak 64 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling, menjadi sebanyak 60 orang sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian. Kemudian diambil 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah. Kemudian peneliti membagi menjadi dua kelompok yaitu yang diajar melalui gaya mengajar resiprokal 16 orang dan gaya mengajar komando 16 orang, setelah itu dikaitkan dengan tingkat kebugaran jasmani tinggi dan rendah sehingga semuanya menjadi 4 kelompok. Instrumen yang dipilih penulis adalah Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk tingkat menengah pertama (untuk menentukan tingkat kebugaran jasmani) dan untuk tes keterampilan teknik dasar tenis (tes awal dan akhir keterampilan teknik dasar tenis).

Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil sebagai berikut: 1)Terdapat pengaruh gaya mengajar terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis siswa FIKS, berdasarkan hasil analisis data F0 sebesar 4.48 lebih besar dari Ft sebesar 4.20; 2) Terdapat interaksi antara gaya mengajar dan kebugaran jasmani terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis, berdasarkan hasil analisis data F0 sebesar 27.50 lebih besar dari Ft sebesar 4.20; 3) Terdapat pengaruh gaya mengajar resiprokal dan komando terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis pada siswa yang memiliki kebugaran tinggi, berdasarkan hasil analisis data q-hitung = 7.36 lebih besar daripada q-tabel = 3.34; 4) Terdapat pengaruh gaya mengajar resiprokal dan komando terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis pada siswa yang memiliki kebugaran rendah, berdasarkan hasil analisis data q-hitung = 3.13 lebih kecil daripada q-tabel = 3.34.

Kesimpulan dari penelitian ini, yaitu : (1)Terdapat pengaruh gaya mengajar terhadap hasil belajar teknik dasar tenis; (2)Terdapat pengaruh interaksi antara gaya mengajar dan kebugaran jasmani terhadap hasil belajar teknik dasar tenis; (3)Terdapat pengaruh gaya mengajar terhadap keterampilan teknik dasar tenis pada kelompok siswa yang memiliki kebugaran jasmani tinggi dan rendah.


(3)

ii ABSTRACT

Ferdinand Leon Aryan. The Effect of Teaching Style and Physical Fitness to basic technique learning skills to play tennis at FIKS School. Thesis. The Study Program of Physical Education, Post Graduate of Indonesia University of Education. Bandung June 2013

The purpose of this research was to determine the effect of teaching style and physical fitness of the basic techniques of tennis skills learning outcomes in FIKS tennis schools.

The method used is an experimental method using a 2x2 factorial design. Variables in this study involve three variables, namely: (1) active independent variable, which consists of reciprocal teaching styles and command teaching styles. (2) independent variable attributes, such as students' initial fitness levels are low and high. (3) The dependent variable is the result of basic technique tennis skills. . The populations in this study are male students in pre-intermediate, intermediate and advanced level that age 12-15 years as many as 64 people in tennis school FIKS Bandung. Sampling techniques using simple random sampling technique, to as many as 60 people as required in the study. Then take 27% of the group above and the 27% group below. Researchers then divided into two groups which are taught through reciprocal teaching styles and command teaching styles 16 people, after it was associated with a high level of physical fitness and lower into 4 groups. Research duration is 2 months, amount of exercise is 18 sessions, with a frequency of 3 times a week. The instrument author chosen is a test of physical fitness for the Indonesian junior secondary level (to determine the level of physical fitness) and to play tennis skills (beginning and end of the test tennis skills) there are two tests with a level of reliability coefficient of 0.76 which forehand groundstroke tennis tests and backhand groundstroke tennis tests.

Based on the processing of the data obtained the following results: 1) The effect of reciprocal teaching style behavior is compared with the use of command teaching style on learning outcomes of the basic techniques of tennis skills, based on the analysis of the F0 of 4:48 greater than Ft at 4:20; 2) The interaction between teaching styles and physical fitness on learning outcomes of basic skills of tennis technique, based on the analysis of the F0 of 27.50 was greater than 4.20 Ft, 3) the effect of reciprocal teaching style and command of the learning outcomes of the basic techniques of tennis skills in students who have high fitness, based on the analysis of the q-count = 7.36 is greater than the q-table = 3:34; 4) The effect of reciprocal teaching style and command of the learning outcomes of the basic techniques of tennis skills in students who have low fitness,

based on the analysis of data-count = 3:13 q smaller than q-table = 3:34. The conclusion of this study, namely: (1) There is an influence of teaching

style on learning outcomes of the basic techniques of tennis, (2) There is an interaction effect between teaching style and physical fitness of the basic techniques of tennis; (3) There is the influence of teaching styles to the basic techniques of tennis skills in a group of students who have a high and low physical fitness.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian... 11

E. Batasan Penelitian ... 11

F. Penjelasan Istilah ... 13

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Teori... 15


(5)

ii

2. Keterampilan ... 17

3. Hasil Belajar ... 19

4. Keterampilan Teknik Dasar ... 21

5. Hakikat Gerak ... 23

6. Forehand dan Backhand Groundstroke ... 26

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KeterampilanTeknik Dasar Tenis... 36

8. Gaya Mengajar ... 37

9.Kebugaran Jasmani ... 42

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 45

C. Kerangka Pikir ... 46

1. Pengaruh antara gaya mengajar resiprokal dan komando terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis secara keseluruhan ... 47

2. Interaksi antara gaya mengajar dan kebugaran jasmani terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis ... 50

3. Pengaruh gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis pada siswa yang memiliki kebugaran tinggi... 52

4. Pengaruh gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis pada siswa yang memiliki kebugaran rendah ... 54

D. Hipotesis ... 55

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi ... 57

B. Metode dan Desain Penelitian ... 58

a. Metode Penelitian ... 58

b. Desain Penelitian ... 58


(6)

iii

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 65

E. Pengolahan dan Analisis Data ... 67

F. Langkah Penelitian... 67

G. Pelaksanaan Penelitian ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 91

1. Deskripsi Data ... 91

a. Deskripsi Data Hasil Pre-Test Keterampilan Bermain Tenis ... 91

b. Deskripsi Data Hasil Post-Test Keterampilan Bermain Tenis ... 92

2. Uji Normalitas ... 92

3. Uji Homogenitas ... 93

4. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 93

a. Hasil ANAVA Faktorial Dua Jalur ... 94

b. Hasil Uji Tukey ... 94

B. Pembahasan Penelitian ... 98

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penelitian ... 104

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 106

B. Implikasi ... 106

C. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(7)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Tipe Kurva Performa Belajar ... 20

2.2 Tahapan Gerakan Memukul Forehand Groundstroke ... 32

2.3 Rangkaian Gerakan Memukul Forehand Groundstroke ... 33

2.4 Tahapan Gerakan Memukul Backhand Groundstroke ... 34

2.5 Rangkaian Gerakan Memukul Backhand Groundstroke... 35

3.1 Teknik Penilaian Pukulan Forehand dan Backhand Groundstroke ... 66

4.1 Interaksi Antara Gaya Mengajar Dengan Kebugaran Jasmani Terhadap Hasil Peningkatan Keterampilan Bermain Tenis ... 93


(8)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Distribusi Sampel ... 58

3.2. Desain Faktorial 2 x 2 ... 59

3.3. Pembagian Sampel ... 61

3.4. Program Pembelajaran Gaya Mengajar Komando dan Resiprokal dalam Bermain Tenis ... 69

4.1. Deskripsi Data Pre-test Keterampilan Bermain Tenis ... 91

4.2. Deskripsi Data Post-test Keterampilan Bermain Tenis ... 92

4.3. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data ... 92

4.4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Beberapa Varians ... 93

4.5. Rangkuman Hasil ANOVA Faktorial Dua Jalur ... 94

4.6. Ringkasan Hasil Uji Tukey ... 94

4.7. Perbedaan Pendekatan Pembelajaran Resiprokal dan Komando ... 99


(9)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Sampel Yang Dijadikan Tes Dalam Kebugaran Jasmani ... 114

2. Daftar Tes Kebugaran Jasmani Berdasarkan Ranking Sampel ... 116

3. Daftar Lampiran Kebugaran Jasmani Berdasarkan Tinggi Rendah ... 120

4. Data Hasil Pre-test dan Post-test Gaya Mengajar Resipokal PadaKelompok Kebugaran Tinggi dan Rendah ... 121

5. Data Hasil Pre-test dan Post-test Gaya Mengajar Komando PadaKelompok Kebugaran Tinggi dan Rendah ... 122

6. Uji Normalitas ... 123

7. Uji Homogenitas ... 128

8. Pengujian Hipotesis ... 130

9. Ringkasan Hasil Analisis Varians ( ANAVA ) ... 131


(10)

Ferdinand Leon Aryan, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bermain tenis pada saat sekarang ini tidak hanya menjadi olahraga pengisi waku luang semata, tetapi sudah mengacu kepada olahraga yang kompetitif. Setiap orang yang bermain tenis berorientasi kepada tujuan, dimulai dengan tujuan rekreatif, kesehatan, pendidikan, dan prestasi. Seperti yang dikemukakan Lutan (1998 : 9) bahwa” Olahraga tumbuh dan berkembang dalam berbagai bentuk dengan cara pelaksanaan wilayah kegiatan olahraga dibagi menjadi empat bagian, yaitu olahraga kompetitif, olahraga profesional, olahraga rekreatif, dan olahraga pendidikan”.

Tenis merupakan olahraga keterampilan terbuka (Open skill), dimana kemampuan seseorang tidak dapat diprediksikan diluar lapangan atau tidak dapat ditebak secara matematis. Meskipun begitu, menurut Harsono (1992 : 100 ) “ Ada empat aspek penting yang menentukan keberhasilan olahraga. Ke empat aspek tersebut adalah fisik, taktik, teknik, dan mental “. Dalam hal ini penulis tertarik untuk meningkatkan aspek teknik keterampilan bermain tenis, karena menurut Wiguna ( 2004 : 2 ) “ Teknik dalam dunia olahraga terutama cabang olahraga tenis merupakan salah satu faktor penentu untuk mencapai sebuah prestasi, penguasaan teknik yang sempurna dapat menghasilkan produktifitas yang tinggi, berlangsung efektif dan efisien ”. Dengan demikian teknik keterampilan dalam bermain tenis merupakan faktor yang paling esensial.

Berdasarkan hasil kajian lapangan, permasalahan–permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan keterampilan bermain tenis di sekolah FIKS secara internal adalah kurangnya tingkat pengetahuan siswa mengenai teknik forehand dan backhand groundstroke. Contohnya seperti tidak pahamnya siswa akan cara pemegangan grip yang benar, posisi badan yang salah pada saat melakukan pukulan dan ayunan raket. Sedangkan secara eksternal yaitu kurangnya jam


(11)

latihan dan jumlah lapang yang dipakai untuk latihan karena jumlah pemain tidak sesuai dengan jumlah lapang. Solusi agar proses pembelajaran tenis dapat berjalan dengan baik yakni melalui penggunaan gaya mengajar Resiprokal dan Komando terhadap peningkatan keterampilan bermain tenis di sekolah FIKS.

Dalam proses pembelajaran tenis terlibat berbagai komponen yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran, misalnya keterampilan dan kemampuan mengajar seorang guru, keadaan siswa, sarana prasarana, serta media pembelajaran. Dari beberapa faktor tersebut , keterampilan dan kemampuan seorang guru merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Abin (1996:108) bahwa, : “ Ditangan gurulah terletak kemungkinan berhasil tidaknya tujuan pembelajaran , serta ditangan mereka pulalah bergantungnya masa depan karier siswa “.

Demi mencapai suatu tujuan pengajaran yang baik, seorang guru atau pelatih harus memperhatikan aspek – aspek pedagogis dalam membimbing kegiatan belajar siswa. Aspek pedagogis tersebut terwujud pada kemampuan dan kecakapan guru dalam menciptakan situasi pengajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Dalam hal ini Suherman (1996:2) menjelaskan bahwa, “ Merencanakan, menjelaskan, ceramah, bertanya, mengelola kelas dan memberikan umpan balik merupakan beberapa keterampilan yang harus dimiliki seorang guru untuk mencapai tujuan mengajarnya “. Lebih lanjut Lutan (1988:390) mengemukakan bahwa, “ Efektifitas guru dalam menghasilkan perubahan perilaku atas hasil belajar tergantung pada kemampuannya untuk menjabarkan waktu kelas ke dalam waktu yang termanfaatkan untuk berlatih dan waktu untuk menyampaikan informasi kepada siswa “.

Dari kedua pendapat tersebut diatas dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa keberhasilan atau tercapai tidaknya suatu tujuan pengajaran keterampilan motorik sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam hal pembuatan perencanaan, penentuan gaya mengajar, penggunaan alat bantu pengelolaan kelas dan pemberian umpan balik.


(12)

Dalam hal ini penulis selanjutnya akan berkonsentrasi pada aspek penentuan gaya mengajar , gaya mengajar merupakan suatu strategi pembelajaran yang akan mencerminkan tentang terjadi interaksi antara siswa dan guru. Gaya mengajar tersebut dalam pelaksanaan pembelajarannya dapat berupa yang berpusat pada guru, yaitu siswa dijadikan sebagai subjek pembelajaran, dan yang terpusat pada siswa, yaitu siswa dituntut untuk belajar mandiri sedangkan guru berperan sebagai pembimbing.

Gaya mengajar pendidikan jasmani menurut Mosston dan Ashworth (1994 : 11) yaitu, "a) Command Style, b) Practice Style, c) Reciprocal Style, d) Self-Check Style, e) Inclucion Style, f) Guided-Discovery Style, g) Divergent Style, dan h) Individual Program-Learner's Design". Untuk lebih jelasnya uraian gaya mengajar tersebut sebagai berikut :

1). Command Style atau pengajaran dengan gaya komando menurut Mosston dan Ashworth (1994 : 17); gurulah yang paling dominan dalam membuat seluruh keputusan kegiatan belajar mengajar. peran siswa mentaati semua perintah dan petunjuk yang diberikan oleh gurunya. Setiap gerakan yang dilakukan oleh siswa selalu mengikuti contoh-contoh yang diberikan oleh guru Dengan kata lain gaya komando merupakan gaya mengajar yang paling bergantung pada guru, yaitu ditandai dengan penjelasan tentang teknik, demonstrasi, latihan, dan kemudian siswa mencontohkan serta melakukannya berulangkali. Dalam tenis, pelatih atau guru memberikan instruksi diawal sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung, lalu dalam prakteknya siswa mengikuti petunjuk yang diinstruksikan dan mencontoh gerakan yang dilakukan oleh pelatih atau guru.

2). Reciprocal Style atau gaya timbal balik menurut Mosston dan Ashworth (1994 : 65); dalam pelaksanaan pembelajarannya dilakukan secara berpasangan, siswa mempunyai peranan masing-masing, yaitu seorang berperan sebagai pelaku dan lainnya berperan sebagai pengamat, yang memberikan umpan balik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan gurunya. Dengan kata lain pembelajaran yang dalam pendekatan mengajarnya memberikan suatu tugas


(13)

kepada siswa untuk berpasangan dalam berlatih, secara bergantian bertukar peran sebagai pelaku dan sebagai pengamat dalam memberikan penilaian formatif atau feedback pasangannya, mengacu kepada tujuan instruksional yang telah ditetapkan oleh guru. Dalam tenis, pelatih atau guru memberikan instruksi diawal sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung, lalu dalam prakteknya siswa mengajar satu sama lain dengan saling bertukar peran antara pelaku dan pengamat tentang gerakan yang telah diinstruksikan gurunya, dan kemudian diakhir pelajaran siswa saling memberikan umpanbalik tentang teknik yang telah dipelajari.

3). Practice Style atau pengajaran dengan gaya mempergunakan latihan. dalam penggunaannya terdapat proses pendelegasian wewenang kepada siswa untuk mengambil beberapa keputusan, seperti, penentuan waktu untuk memulai latihan, kecepatan dan irama dalam melakukan gerakan, penentuan waktu untuk mengakhiri gerakan, dan dalam menentukan interval atau jarak waktunya Peran guru setelah siswa selesai melakukan latihan adalah membenkan umpan balik mengenai hasil kegiatan yang telah mereka lakukan 4). Self-Check Style atau gaya penksa sendiri* setiap siswa melakukan tugas

masing-masing dan pada akhir pertemuan mereka membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Guru berperan dalam membuat seluruh bahan pelajaran sebelum pelajaran dimulai.

5). Inclution Style atau gaya mengajar inklusi; setiap siswa mencoba melakukan gerakan untuk setiap tingkat kesulitan. Siswa dapat memilih gerakan yang mereka anggap mampu dan dapat melanjutkannya pada tingkat yang lebih sukar. Peranan guru adalah mempersiapkan tugas gerak yang akan dilakukan siswa dan menentukan tingkat kesukaran di dalam tugas tersebut. Guru harus mempersiapkan kriteria untuk masing-masing tingkatan tugas.

6). Guided-Discovery Style atau gaya mengajar penemuan terbimbing; setiap siswa memperhatikan paparan yang diuraikan oleh guru, mencari dan menemukan jawaban yang tepat berdasarkan konsep gerak yang benar. Guru


(14)

menyediakan kunci-kunci atau petunjuk pemecahan masalah gerak dengan konsep gerak yang tepat.

7). Divergent Style atau gaya berdasarkan perbedaan; mencerminkan proses pemikiran yang berlainan, sehingga siswa dapat menemukan ide yang berbeda-beda dalam ruang lingkup tertentu atau menemukan berbagai jawaban terhadap satu jenis pertanyaan, contoh guru menyuruh siswa melempar bola ke temannya, sementara di depannya ada musuh yang menghalanginya. Guru berperan membuat keputusan yang tepat mengenai jawaban yang diberikan siswa.

8). Individual Program-Learner's Design atau gaya program individual; terdapat proses yang dapat menyebabkan perbedaan hasil kerja dari masing-masing siswa yang menggambarkan kemandirian dalam menemukan alternatif dari gerakan-gerakan yang akan dilakukannya.

Dari berbagai gaya mengajar tersebut penulis dalam penelitian ini memilih gaya resiprokal dan komando untuk diteliti. karena penggunaan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar-nya terdapat perbedaan, sehingga diduga akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap hasil penguasaan keterampilan dalam pendidikan jasmani atau olahraga.

Penulis tertarik menggunakan dan membandingkan dari dua gaya mengajar yang berbeda yaitu gaya mengajar Resiprokal dan Komando terhadap keterampilan forehand dan backhand groundstroke, karena kedua gaya ini memiliki kemiripan dalam hal pemberian stimulus atau respon kepada learner, salah satunya gaya mengajar Resiprokal karena menyadari bahwa tujuan pengajaran antara lain membuat siswa aktif melakukan tugas-tugas belajar yang ditetapkan gurunya, sering terjadi karena pengelolaan kelas yang kurang baik dan penerapan teknik mengajar yang tidak tepat, menyebabkan siswa merasa tidak senang pada gurunya sehingga mereka tidak menyukai aktivitas belajar atau latihan yang dipimpin guru tersebut. Seperti yang dikemukakan Tinning ( 1987 : 32 ) dalam buku karangan Hyland ( 1950 : 51 ) bahwa, “ The essence of good teaching is that kids should enjoy the experience and choose to participate in


(15)

activity when school is over”. Jadi maksudnya bahwa esensi dari pengajaran yang baik yaitu siswa harus dapat menikmati pengalaman menyenangkan dan memilih untuk melanjutkan keterlibatan dalam aktivitas tersebut hingga jam pelajaran berakhir. Sedangkan gaya mengajar komando merupakan gaya mengajar yang paling umum yang diterapkan oleh guru secara monoton kepada siswanya, sehingga siswa merasa bosan dan tidak senang, oleh karena itu seorang guru harus mengetahui situasi sebelum proses belajar mengajar ( PBM ), dalam buku karangan Metzler ( 2000 : 23 ), mengemukakan “ The context of teaching situation affect how teachers developed, what skills they acquire, how they think about those skills, and what they think the goals are for their programs”. Maksudnya, bahwa konteks situasi pengajaran berpengaruh terhadap bagaimana guru – guru ber-kembang, keterampilan – keterampilan apa yang diperoleh, bagaimana guru berfikir tentang keterampilan tersebut dan tujuan – tujuan apa yang dipikirkan untuk program pengajarannya. Namun pengajaran yang bersifat komando seringkali gagal karena guru kurang inovatif karena tidak seiring dengan perkembangan jaman.

Gaya mengajar merupakan kerangka instruksional tentang bagaimana menyampaikan isi pelajaran kepada siswa, karena itu haruslah dirancang sedemikian rupa agar setiap individu memperoleh kesempatan maksimal untuk belajar. Waktu belajar yang tersedia dapat dihabiskan oleh siswa untuk aktif belajar sehingga tidak akan terlihat lagi kegiatan siswa yang duduk- duduk saja, mengobrol saat guru menjelaskan, mengganggu temannya, dan tidak peduli dengan penjelasan yang diberikan guru. Hal tersebut selama ini sering terlihat di lapangan saat guru pendidikan jasmani mengajar. Agar kejadian tersebut tidak terjadi. setiap guru dituntut kreativitasnya dalam menyusun suatu program pengajaran yang disesuaikan dengan; nijuan yang ingin dicapai. pengalaman belajar yang cocok bagi siswa, materi pelajaran, pemilihan suatu gaya mengajar yang tepat, sehingga kelangsungan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.


(16)

Pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang baik dalam proses pembelajaran praktek dengan tujuan agar hasil belajar keterampilan bermain tenis dapat dikuasai dengan baik, merupakan upaya yang harus dilakukan oleh setiap pengajar atau pelatih tenis. Oleh karena itu, perlu dikembangkan model-model pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, sesuai dengan tuntutan dan karakteristik siswa yang belajar. Karena hal tersebut berhubungan dengan karakteristik tingkat kompleksitas gerak yang terkandung dalam permainan tenis itu sendiri. Dengan artian, siswa yang memiliki tingkat kebugaran jasmani dalam kategori rendah, akan mendapat kesulitan untuk mempelajarinya dan membutuhkan waktu yang lebih lama pada pencapaian hasil belajarnya karena terkendala oleh kondisi fisiknya. Kebugaran jasmani merupakan kemampuan dasar untuk melakukan aktivitas atau gerak, bahkan diperlukan dalam kegiatan olahraga, dan sangat besar sekali pengaruhnya untuk menghasilkan tenaga kerja yang produktif selain diperlukan juga berguna untuk mengatasi tantangan hidup dan meningkatkan kualitas hidup.

Kebugaran jasmani dapat diartikan dalam berbagai kualitas hidup yang sangat berhubungan dengan keadaan status kesehatan seseorang, dan menjadi bagian pendorong dan sumber kekuatan bagi perkembangan dan pertumbuhan jasmani ke arah yang lebih baik, sehingga aspek lain dapat tercapai sesuai keinginan. Menurut Tarigan (2009: 28-29), bahwa:

Kebugaran jasmani adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan semangat penuh kesadaran, yang dilakukan tanpa mengalami kelelahan yang berarti, serta dapat terhindar dari penyakit kurang gerak (hypokinetik) sehingga dapat menikmati kehidupan yang baik dan bersahaja.

Jadi, dapat penulis asumsikan bahwa seseorang dikatakan sehat atau memiliki kebugaran jasmani apabila ia mempunyai kesanggupan dan daya tahan untuk melakukan pekerjaan secara kontinyu dengan efektif dan efisien, serta tanpa mengalami kelelahan yang berarti, artinya sehabis melakukan pekerjaan seseorang masih mempunyai cukup energi untuk melakukan pekerjaan lain.


(17)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti gaya mengajar dan kebugaran jasmani awal siswa yang berbeda dalam konteks pembelajaran tenis.

Tenis merupakan cabang olahraga permainan yang menggunakan bola dan raket, yang dimainkan dengan cara memukul bola sebelum atau setelah memantul dari lapangan permainan sesuai dengan aluran permainan. Permainan dimulai dengan pukulan pembuka (serve) yang dilakukan dari belakang garis akhir lapangan (base line) dengan arah diagonal ke arah petak service lawan. Bola baru boleh dipukul atau dikembalikan (return serve) dengan menggunakan teknik forehand atau backhand groundstroke setelah terlebih dahulu memantul satu kali dari lapangan. Permainan tenis dapat dilakukan di lapangan terbuka (out door) dan tertutup (in door), secara satu lawan satu (single) atau dua lawan dua (double) putra atau putri, dan juga ganda campuran (mixed double). Tujuan permainan tenis adalah memenangkan suatu permainan dengan cara memukul bola melewati atas net ke arah lapangan lawan yang dibatasi oleh garis- garis batas lapangan permainan.

Di sekolah FIKS, tenis merupakan olahraga yang diajarkan. Untuk dapat bermain tenis siswa diberikan berbagai teknik dasar pukulan, salah satunya forehand dan backhand groundstroke yang wajib dikuasai oleh seorang pemain. Forehand groundstroke dalam pelaksanaannya menurut Wiguna ( 2002 : 30 ) terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : (1) Posisi Siap, (2) Ayunan ke belakang ( Back Swing ), (3) Ayunan ke depan ( Forehand swing ) , (4) Saat perkenaan bola dengan raket ( Impact ), dan (5) Gerakan Lanjutan ( Follow-through ). Sedangkan Backhand groundstroke dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : (1) Posisi Siap, (2) Ayunan ke belakang ( Back Swing ), (3) Ayunan ke depan ( Backhand swing ) , (4) Saat perkenaan bola dengan raket ( Impact ), dan (5) Gerakan Lanjutan ( Follow-through ). Dalam penyampaiannya terdapat beberapa kendala, seperti : Sudut pantul, kecepatan bola, prediksi arah datangnya bola, dan jarak.


(18)

Pada kegiatan pembelajaran tenis disekolah FIKS selama ini masih menerapkan gaya mengajar komando. Pada gaya mengajar ini umpan balik dari pelatih diberikan pada siswa setelah proses belajar mengajar berakhir, sehingga pemahaman tentang latihan, kegiatan dan tindakan belajar yang dilakukan menjadi terlambat dan tidak merata pada seluruh siswa.Atas kenyataan tersebut, penulis mencoba meneliti gaya mengajar yang lainnya sebagai komparasi ( Pembanding ), yaitu gaya mengajar resiprokal. Pada gaya mengajar Resiprokal, guru bertindak sebagai mediator dalam membangkitkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Siswa diberi tugas berpasangan dalam berlatih, diberi kesempatan untuk mengatur kecepatan dan mengatur banyaknya pengulangan ( Repitisi ), juga dalam memberikan penilaian formatif sebagai umpan balik pasangan masing – masing dengan mengacu pada tujuan instruksional yang ditetapkan oleh gurunya. Hal demikian tentu berpengaruh pada peningkatan pemahaman atas materi pelajaran, yang diharapkan dapat mempercepat penguasaan keterampilan gerak yang dipelajari siswa.

Di dalamnya akan meninjau pada aspek kebugaran jasmani dikaitkan dengan pendekatan gaya mengajar resiprokal dan komando terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar tenis. Karena menurut asumsi peneliti bahwa kemampuan motorik saja belum cukup untuk menunjang secara maksimal terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis. Artinya siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi belum tentu tingkat kebugaran jasmaninya tinggi. Sehingga peneliti berfikiran bahwa siswa yang memiliki kemampuan motorik dan kebugaran jasmani tinggi, hasilnya akan lebih optimal.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk membandingkan efektivitas pendekatan pembelajaran dengan gaya mengajar komando dan resiprokal terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis dikaitkan dengan tingkat kebugaran jasmani tinggi dan rendah yang dimiliki saat itu oleh para siswa ketika memulai proses penelitian atau pembelajaran, selanjutnya penulis merumuskannya dalam sebuah judul penelitian “Pengaruh Gaya Mengajar dan


(19)

Kebugaran Jasmani Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Teknik Dasar Tenis di Sekolah FIKS”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari konteks permasalahan yang peneliti ajukan, maka peneliti memberikan batasan penelitian sebagai berikut : Ruang lingkup penelitian terbatas pada gaya mengajar Resiprokal dan Komando terhadap peningkatan keterampilan bermain tenis di sekolah FIKS.

Dalam permainan tenis terdapat beberapa keterampilan dasar, diantaranya forehand dan backhand groundstroke . Seperti yang dikemukakan oleh Xantos dan Crokoonden ( 2000 : 51 ) “... two basic groundstrokes foundation of your game, these are forehand and backhand “. Berdasarkanpernyataan diatas, sekarang dapat dinyatakan bahwa untuk dapat bermain tenis dengan baik dan benar, siswa harus terlebih dahulu menguasai keterampilan teknik dasar yang kokoh. Berkaitan dengan hal tersebut, keterampilan teknik dasar yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu, pukulan forehand groundstroke dan backhand groundstroke.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

a. Apakah terdapat pengaruh gaya mengajar terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis siswa FIKS ?

b. Apakah terdapat interaksi antara gaya mengajar dan kebugaran jasmani terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis tenis?

c. Apakah terdapat pengaruh gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis pada kelompok siswa yang memiliki kebugaran jasmani tinggi ?


(20)

d. Apakah terdapat pengaruh gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis pada kelompok siswa yang memiliki kebugaran jasmani rendah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh gaya mengajar terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis siswa FIKS.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh interaksi antara gaya mengajar dan kebugaran jasmani terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis. 3. Untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar

komando terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis pada kelompok siswa yang memiliki kebugaran jasmani tinggi.

4. Untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis pada kelompok siswa yang memiliki kebugaran jasmani rendah.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan oleh para pembina dan pelatih tenis untuk lebih menekankan latihan aspek keterampilan teknik dasar khususnya keterampilan teknik dasar tenis.

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan referensi bagi peneliti yang hendak meneliti atau menyelidiki hal – hal yang berhubungan dengan masalah – masalah pada cabang olahraga tenis, terutama tentang gaya mengajar Resiprokal dan Komando terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar tennis.

2. Secara Praktis


(21)

a. Kepada pengajar pendidikan jasmani dan olahraga

Bermanfaat untuk menyempurnakan pelaksanaan pengajaran khususnya permainan tenis, yaitu dengan menggunakan gaya mengajar yang efektif, dan merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi masalah yang dihadapi siswa berkenaan dengan peningkatan keterampilan teknik dasar tenis.

b. Kepada siswa

Diharapkan berguna untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam teknik dasar tenis.

c. Kepada masyarakat dan pembina olahraga

Diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi kepentingan pengembangan olahraga tenis, juga berguna dalam kegiatan yang bertujuan untuk pemanduan bakat dan prestasi dikalangan masyarakat maupun para pembina olahraga..

E. Batasan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, ruang lingkup penelitian dibatasi pada pengaruh gaya mengajar dan kebugaran jasmani terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar tenis di sekolah FIKS.

Gaya mengajar yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando. Gaya mengajar resiprokal mempunyai ciri yaitu, siswa diberikan kemungkinan untuk mengatur banyaknya ulangan dan kecepatan dalam melakukan gerakan, guru berperan sebagai pembimbing. Sedangkan gaya mengajar komando mempunyai ciri yaitu guru sangat dominan, siswa dijadikan sebagai objek pembelajaran.

Materi pelajaran yang diberikan yaitu teknik dasar pukulan forehand dan backhand groundstroke tenis.

Hasil belajar diukur setelah melalui proses belajar mengajar dengan mengacu pada tes forehand dan backhand groundstrokes yang dikonstruksikan oleh Brown ( 1996 : 49 ), yang kemudian penulis modifikasi agar sesuai dengan


(22)

sampel penelitian dan Tes kebugaran jasmani Indonesia untuk tingkat menengah pertama, dalam Nurhasan (2007:119). Butir-butir tesnya, terdiri dari:

a. Tes lari cepat 50 meter

b. Tes angkat tubuh (30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra) c. Tes baring duduk 60 detik

d. Tes loncat tegak

e. Tes lari jauh (800 meter untuk putri; 1000 meter untuk putra) .

Secara oprasional penelitian ini melingkupi tiga variabel, yaitu; (1) Variabel bebas aktif, yang terdiri dari gaya gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando. (2) Variabel terikat, yaitu hasil belajar keterampilan teknik dasar tenis, dan (3) Variabel bebas atribut, berupa tingkat kebugaran awal siswa yang rendah dan tinggi.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen model one shot case study dengan menggunakan desain faktorial 2x2. Varibel-variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variable bebas, yaitu gaya mengajar dan kebugaran jasmani. Gaya mengajar adalah variabel bebas aktif dan dibagi ke dalam dua klasifikasi, yaitu Gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal. Sedangkan kebugaran jasmani termasuk ke dalam variabel bebas atribut dan dibagi menjadi dua klasifikasi, yaitu tingkat kebugaran jasmani tinggi dan rendah. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar keterampilan bermain tenis.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa putra kelas pre-intermediate, pre-intermediate, dan Advanced di sekolah FIKS Bandung yang berjumlah 64 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling, sehingga di ambil sebanyak 60 orang yang dijadikan sampel, sebagai kebutuhan dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel yang digunakan berkaitan dengan kebutuhan dalam desain penelitian ini, langkah–langkahnya adalah sebagai berikut:


(23)

b. Setelah mendapatkan data kebugaran jasmani dari populasi tersebut, peneliti membuat daftar ranking dari pertama hingga akhir.

c. Kemudian penulis melakukan manipulasi kepada sampel dengan membagi ke 60 orang tersebut berdasarkan pendapat Verducci (1980: 176), yaitu diambil 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah, sesuai kebutuhan peneliti yang masing-masing berjumlah 20 siswa.

d. Dari masing – masing kelompok ditentukan perlakuan (A) perlakuan gaya mengajar Resiprokal 16 orang dan (B) perlakuan gaya mengajar komando 16 orang, yang kemudian secara random didistribusikan siswa-siswa yang memiliki tingkat kebugaran jasmani tinggi dan rendah tersebut pada kelompoknya masing-masing menjadi 4 kelompok.

F.Penjelasan Istilah

Agar tidak terjadi penafsiran yang keliru, akan penulis paparkan secara lebih oprasional menyangkut hal – hal sebagai berikut :

1. Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:664), pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang.

2. Gaya mengajar, menurut Lutan ( 1999 : 29 ) “ Gaya mengajar ( Teaching Style) sama dengan strategi mengajar ( teaching strategy ), yakni siasat untuk menggiatkan partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas –tugas ajar”.

3. Kebugaran jasmani adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan semangat penuh kesadaran, yang dilakukan tanpa mengalami kelelahan yang berarti, serta dapat terhindar dari penyakit kurang gerak (hypokinetik) sehingga dapat menikmati kehidupan yang baik dan bersahaja (Tarigan, 2009: 28-29).

4. Hasil belajar. Menurut Lutan (1988), yaitu “ perubahan prilaku yang terjadi sebagai akibat kegiatan belajar, dari kegiatan yang tidak terbiasa atau yang sifatnya baru bagi seseorang atau sekelompok subjek”.


(24)

4. Keterampilan. Menurut Lutan ( 1992 : 95 ); yaitu “ sebagai indikator dari tingkat kemahiran atau penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh, juga dapat dinyatakan untuk menggambarkan tingkat kemahiran seseorang dalam melakukan tugas”.

5. Teknik Dasar. Menurut Wiguna (2002:2) yaitu “ Teknik dasar adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan atau melakukan suatu gerakan yang tidak terlepas sama sekali dari suatu olahraga permainan”.

6. Tennis. Menurut Wiguna ( 2002 : 5 ) yaitu “cabang olahraga permainan yang menggunakan bola dan raket, yang dimainkan dengan cara memukul bola sebelum atau setelah memantul dari lapangan permainan sesuai dengan aluran permainan. Permainan dimulai dengan pukulan pembuka (serve) yang dilakukan dari belakang garis akhir lapangan (base line) dengan arah diagonal ke arah petak service lawan. Bola baru boleh dipukul atau dikembalikan (return serve) dengan menggunakan teknik forehand atau backhand groundstroke setelah terlebih dahulu memantul satu kali dari lapangan.

7. FIKS. Menurut Purn. Rusli ( 1980 : 2 ) adalah sekolah tenis Bandung yang mempunyai arti singkatan dari Fikiran Inti Keunggulan Sport.


(25)

Ferdinand Leon Aryan, 2013

Pengaruh Gaya Mengajar Dan Kebugaran Jasmani Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Teknik Dasar Tenis Di Sekolah Fiks

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan subjek populasi atau sampel penelitian 1. Lokasi dan Subjek populasi

Untuk memecahkan masalah penelitian, maka diperlukan suatu data yang diperoleh dari tes dan pengukuran terhadap suatu subjek penelitian, atau seringkali disebut populasi. Keberadaan populasi dalam sebuah penelitian merupakan kumpulan suatu objek yang mempunyai sifat-sifat umum. Untuk lebih jelasnya Sudjana ( 1996 : 9) mengemukakan sebagai berikut :” Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung, maupun pengukuran, kuantitatif dan kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas “. Selanjutnya Arikunto (1996 : 102) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian’. Dari uraian tersebut, maka untuk kebutuhan dalam penelitian ini, penulis menentukan populasi adalah kelompok siswa putra kelas dasar sampai menengah ( pre-intermediate, intermediate, advanced ) di sekolah FIKS Bandung yang berjumlah 64 orang

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple random sampling. Jumlah sample yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 92 persen dari total populasi dalam penelitian, yaitu sebanyak 60 orang.

Langkah – langkah pengambilan sample sebagai berikut : a. Populasi Penelitian

Populasi dan sampel merupakan bagian yang penting dari sebuah penelitian. Ketelitian dalam menentukan sampel dari sejumlah populasi sangat menentukan hasil penelitian yang dilakukan.

Populasi merupakan individu atau objek yang memiliki sifat-sifat umum. Dari populasi dapat diambil sejumlah data yang diperlukan untuk memecahkan


(26)

suatu masalah yang diteliti. Sugiyono (2010:80) menjelaskan sebagai berikut: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa putra kelas pre-intermediate, pre-intermediate, advanced di sekolah FIKS Bandung yang berjumlah 64 orang

b. Menentukan jumlah sample pada setiap kelas

Untuk menentukan jumlah sample pada setiap kelas dilakukan dengan cara sebagai berikut : menetapkan secara acak 60 siswa putra yang mengikuti tennis kelas pre-intermediate, intermediate, Advanced, kemudian mengadakan tes kebugaran awal sehingga diperoleh jumlah sample pada setiap kelas adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Distribusi Sampel

Kebugaran Awal Rendah Kebugaran Awal Tinggi

8 + 8 Orang 8 + 8 Orang

B. Metode dan Desain Penelitian a. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metoda experimen. Penggunaan metode experimen ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu ingin mengetahui hasil yang akan diujicobakan, sehingga hubungan sebab akibat antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya akan menjawab masalah penelitian yang diajukan.


(27)

b. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2 x 2. Menurut Sugiyono (2010: 76), bahwa “Desain faktorial merupakan desain yang memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel bebas) terhadap hasil (variabel terikat)”. Desain ini melibatkan beberapa faktor (peubah bebas aktif dan atribut) yang digarap bersama–sama sekaligus (terdiri dari dua faktor). Dua faktor (peubah bebas) yang terlibat dalam eksperimen ini adalah gaya mengajar dan tingkat kebugaran jasmani. Digambarkan dalam sebuah tabel, seperti di bawah ini:

Penentuan desain faktorial 2 x 2 ini merujuk pada Kerlinger ( 1990 : 390 – 420 ) seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2 Desain Faktorial 2 x 2 Gaya Mengajar

(B) (A) Kebugaran Awal

Resiprokal (A1)

Komando (A2)

Tinggi (B1) A1B1 A2B1

Rendah (B2) A1B2 A2B2

Keterangan :

A1 = Gaya mengajar Resiprokal A2 = Gaya mengajar Komando

B1 = Tingkat kebugaran jasmani tinggi

B2 = Tingkat kebugaran jasmani rendah

A1B1 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan gaya mengajar resiprokal yang memiliki tingkat kebugaran jasmani tinggi dalam bermain tenis.


(28)

A2B1 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan gaya mengajar komando yang memiliki tingkat kebugaran jasmani tinggi dalam bermain tenis.

A1B2 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan gaya mengajar resiprokal yang memiliki tingkat kebugaran jasmani rendah dalam bermain tenis.

A2B2 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan gaya mengajar komando yang memiliki tingkat kebugaran jasmani rendah dalam bermain tenis.

Desain penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan dua variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan sebagai penyebab salah satu faktor dalam penelitian. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan berkaitan dengan kebutuhan dalam desain penelitian ini, langkah–langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Secara random ditetapkan 60 orang sampel dengan menggunakan undian. 2. Selanjutnya terhadap 60 orang siswa tersebut dilakukan tes pendahuluan, yaitu

untuk memperoleh tingkat kebugaran awal masing – masing siswa. 3. Dari hasil tes pendahuluan tersebut disusun ranking.

4. Untuk menentukan tingkat kebugaran awal bermain tenis rendah dan tinggi, digunakan prosentase, yang mengacu pada Verducci (1980 : 176), yaitu” 27% batas bawah untuk mewakili kelompok skor rendah dan 27% batas atas untuk mewakili skor tinggi”. Dengan demikian dalam setiap kelompok gaya mengajar terdapat 16 orang siswa (27% x 60 = 16,2 dibulatkan menjadi 16) yang kebugaran awalnya tinggi dan rendah.

5. Dari masing – masing kelompok ditentukan perlakuan (A) kebugaran awal bermain tenis rendah dengan gaya mengajar resiprokal sebanyak 8 orang, (B) kebugaran awal bermain tenis rendah dengan gaya mengajar komando sebanyak 8 orang, (C) kebugaran awal bermain tenis tinggi dengan gaya


(29)

mengajar resiprokal sebanyak 8 orang, dan (D) kebugaran awal bermain tenis tinggi dengan gaya mengajar komando sebanyak 8 orang

6. Akhirnya diperoleh jumlah sampel penelitian secara keseluruhan yaitu 32 orang

Agar lebih jelas, komposisi pengelompokkan pembagian sampel ke dalam dua kelompok penelitian dapat dilihat pada tabel 3.4 di halaman berikut ini :

Tabel 3.3 Pembagian Sampel Gaya Mengajar

(B) (A) Kebugaran Awal

Resiprokal (A1)

Komando

(A2) Jumlah

Tinggi (B1) 8 8 16

Rendah (B2) 8 8 16

TOTAL 16 16 32

Menurut Hyllegard, et.al., (1996) hasil dari eksperimen yang menggunakan desain faktorial akan memperoleh informasi,” (1) kontribusi masing-masing variabel independen terhadap hasil perlakuan, dan (2) interaksi diantara variabel yang dilibatkan”. Main Effects dimaksud sebagai perbedaan di antara kondisi perlakuan dari suatu desain faktorial yang dihubungkan dengan satu faktor tunggal. Interaksi didefinisikan sebagai efek kombinasi dua atau lebih variabel independen pada variabel dependen merupakan alasan terbaik dan penting penggunaan desain faktorial pada penelitian eksperimen.

Agar rancangan penelitian yang dilaksanakan memadai untuk pengujian hipotesis dan untuk meyakinkan bahwa skor keterampillan forehand dan backhand groundstroke merupakan hasil perlakuan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi, maka dilakukan pengontrolan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Pengontrolan tersebut yaitu berupa validitas internal dan validitas eksternal.


(30)

Pengontrolan validitas internal merupakan upaya pengendalian terhadap variabel-variabel yang diperkirakan dapat menimbulkan interpretasi lain. Menurut Christensen (1994:141) kontrol validitas internal yaitu “usaha mengendalikan proses eksperimen agar efek yang ditimbulkan benar-benar terjadi oleh karena perlakuan yang dikondisikan”. Kemudian menurut Gay (1981:211) validitas internal merupakan “kondisi dimana perbedaan yang diamati merupakan hasil langsung dari variabel manipulasi yang dilakukan terhadap variabel bebas, dan bukan dari variabel yang lain”. Dengan demikian validitas internal berkaitan erat dengan hubungan sebab akibat antara perlakuan dengan hasil pengamatan dari variabel bebas. Oleh karena itu diperlukan pengendalian terhadap unsur-unsur yang diperkirakan dapat mempengaruhi hasil eksperimen.

Pengontrolan dilakukan agar hasil pembelajaran keterampilan forehand dan backhand groundstroke yang diamati benar-benar akibat dari perlakuan, yaitu penggunaan gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando. Variabel– variabel yang dikontrol adalah :

a. Berkaitan dengan ada atau tidaknya kegiatan tambahan atau peristiwa lain dari anggota sampel pada saat eksperimen. Upaya yang dilakukan adalah agar proses belajar mengajar pada kedua kelompok yang diteliti dalam situasi dan kondisi yang relatif sama, mengatur rencana eksperimen secara jelas, teratur, dan terjadwal dengan baik serta menyarankan agar selama mnegikuti aktivitas belajar, anggota sampel tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan bermain tenis diluar jadwal eksperimen.

b. Berkaitan dengan komposisi kelompok sampel penelitian yang akan diberi perlakuan, maka diperlukan suatu upaya agar hasil eksperimen tidak terkontaminasi oleh faktor perbedaan subjek penelitian. Yaitu dikontrol dengan penempatan subjek yang memiliki tingkat kebugaran jasmani yang kurang lebih sama, subjek dibagi dua kelompok eksperimen dengan simple random sampling terhadap kedua kelompok eksperimen.

c. Berkaitan dengan adanya perubahan hasil eksperimen sebagai akibat dari perjalanan waktu dan perubahan secara ilmiah berupa perkembangan (mental)


(31)

dan pertumbuhan (fisik) anggota sampel. Upaya pengendalian adalah dengan cara rentang waktu pemberian perlakuan tidak terlalu lama.

d. Berkaitan dengan proses pengukuran yang dilakukan pada saat pengumpulan data, maka pada saat tes awal maupun tes akhir menggunakan petunjuk pelaksanaan tes dan testor yang sama. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diuji tingkat reabilitasnya.

e. Berkuranganya peserta eksperimen, hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi dalam kelompok eksperimen. Upaya pengendaliannya yaitu mengkontrol terus-menerus dengan memberikan motivasi dan memonitor kehadiran sampel melalui daftar hadir yang ketat sejak awal hingga akhir eksperimen.

2. Validitas Eksternal

Pengontrolan validitas eksternal yaitu melakukan pengendalian terhadap beberapa faktor agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Menurut Aryet.al., (1985:264) “Kontrol validitas eksternal dimaksudkan untuk memperoleh hasil eksperimen yang representatif agar dapat digeneralisasikan”. Kemudian vockell dan Asher (1995:338) mengemukakan “Validitas eksternal berkaitan dengan masalah generalisasi hasil penelitian kepada orang, keadaan dan waktu lain di luar lingkup eksperimen”. Dapat disimpulkan bahwa validitas eksternal berkaitan dengan representatif atau tidaknya hasil eksperimen dan dapat digeneralisasikan kepada populasi.

Ada dua macam validitas eksternal. Menurut Aryet. et al., (1985:264), yaitu; “(a) Validitas populasi, dan (b) validitas ekologi”. Validitas populasi menyangkut identifikasi populasi yang akan digeneralisasikan berdasarkan hasil eksperimen. sedangkan validitas ekologi berkaitan dengan masalah pelaksanaan generalisasi pengaruh eksperimen kepada kondisi lingkungan yang lain.

Pengontrolan validitas eksternal sebagai berikut: a. Validitas populasi

Dalam penelitian ini validitas populasi dukontrol dengan cara; (1) memilih sampel yang sesuai dengan karakteristik populasi, (2) melakukan randomisasi


(32)

(pengacakan) pada saat menentukan kelompok subjek yang akan diberikan perlakuan.

b. Validitas ekologi

Pengendalian dilakukan dengan cara; (1) mendeskripsikan variabel bebas dengan jelas, (2) menyusun program perlakuan, jadwal kegiatan, dan tempat pelaksanaan dengan jelas, (3) subjek eksperimen tidak diberitahu bahwa mereka sedang diteliti, (4) memastikan bahwa subjek eksperimen tidak sedang diteliti oleh peneliti lain, hal ini untuk menghindari adanya perlakuan ganda, (5) menggunakan lapangan tenis yang relatif sama, (6) memilih instruktur yang akan mengajar dan mengawasi pembelajaran dengan kualifikasi kemampuan yang relatif sama. dalam penelitian ini, instruktur dan yang membantu mengawasi adalah berkualifikasi sarjana olahraga dan berprofesi sebagai pelatih di FIKS.

Pengontrolan terhadap validitas internal dan eksternal tersebut dilaksanakan dengan harapan agar hasil penelitian yang diperoleh benar-benar merupakan akibat dari perlakuan selama eksperimen dan dapat digeneralisasikan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Suatu penelitian akan berhadapan dengan masalah populasi dan sampel, sebab pengujian masalah statistik senantiasa berhubungan dengan sekelompok sebujek, baik manusia, gejala, niali test maupun peristiwa. Populasi diartikan sebagai suatu keseluruhan beserta karakteristik yang menjadi subjek penelitian. Sugiyono (2003 : 55) menyatakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Sekolah Tenis FIKS Bandung. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa putra sekolah Tenis tingkat pre-intermediate, intermediate dan advanced yang berumur 12 - 15 tahun keatas sebanyak 64 orang.


(33)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat diteliti. Sugiyono (2003 : 109) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Sampel penelitian ini adalah siswa sekolah tenis FIKS Bandung tingkat pre-intermediate, intermediate dan advanced. Jumlah sampel yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 60 orang siswa. Alasan pemilihan siswa putra pada penelitian ini tidak lain adalah agar sampel penelitian menjadi homogen dan mengeleminir kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam penelitian ini.

Penulis menggunakan teknik Probability sampling , yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama kepada anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara demikian disebut random sampling atau cara pengambilan sampel secara acak. Pengambilan sampel secara acak dapat dilakukan dengan bilangan random maupun dengan undian. Bila pengambilan dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi.

Karena penelitian ini menekankan adanya tindakan guru terhadap kinerja siswa guna meningkatkan efektif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan bermain tenis, maka teknik yang digunakan untuk menentukan sampel dari populasi adalah dengan teknik acak sederhana (Simple Random Sampling) dengan cara undian, sehingga di ambil sebanyak 60 orang yang dijadikan sampel, sebagai kebutuhan peneliti dalam penelitian ini. “Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, cara demikian dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2003: 82). Hal ini sesuai dengan populasi yang diambil untuk dijadikan sampel adalah siswa putra sekolah FIKS Bandung yang usianya 12 - 15 tahun , yang bisa dikatakan homogen.


(34)

Instrumen penelitian menggunakan alat atau tes yang digunakkan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terbagi kedalam dua bagian yaitu : (1) Kebugaran Jasmani ; (2) Tingkat keterampilan. 1) Tingkat kebugaran jasmani, peneliti menggunakan tes kebugaran jasmani

Indonesia untuk tingkat menengah pertama, dalam Nurhasan (2007:119). Butir-butir tesnya, terdiri dari:

a. Tes lari cepat 50 meter

b. Tes angkat tubuh (30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra) c. Tes baring duduk 60 detik

d. Tes loncat tegak

e. Tes lari jauh (800 meter untuk putri; 1000 meter untuk putra) 2) Tes keterampilan teknik dasar tenis

Tes keterampilan teknik dasar tenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu item tes yang sudah baku dari pada tes forehand dan backhand groundstrokes yang dikonstruksikan oleh Brown ( 1996 : 49 )

Bentuk tes atau instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan forehand dan backhand groundstroke mengacu pada tes pengukuran dengan menghitung bola yang melewati batas di atas net ke area kotak yang telah diberi nilai, sesuai kotak nilainya. Jumlahkan bola yang jatuh pada sasaran yang diberi angka 1, 2, 3, dan 4.Tidak sah dan tidak dihitung apabila bola tidak melewati net.

Agar lebih jelas, gambar penilaian instrumen penelitian yang digunakan sebagai berikut :


(35)

Gambar 3.1

Teknik Penilaian Pukulan Forehand dan Backhand Groundstroke

Keterangan :

O = Pelatih / Guru yang bertugas Sebagai Pengumpan Bola

X = Posisi Melakukan Pukulan Forehand dan Backhand Groundstroke Pelaksanaan Tes. Testi berdiri di garis baseline. Setelah ada aba –aba “Ya”, bola diumpan oleh pelatih sebanyak 20 kali kesempatan, dengan masing – masing kesempatan yaitu 10 kali untuk forehand dan 10 kali untuk backhand ( Secara bergantian ) , Bila bola tidak melewati net atau menyangkut di net , maka point dinyatakan nol.

Penilaian. Nilai atau skor yang diperoleh adalah jumlah skor hasil pukulan forehand dan backhand groundstroke tenis sebanyak masing – masing 10 kali kesempatan dengan total 20 kali kesempatan yang mendarat pada kotak sasaran. Bola yang tidak melewati net ( menyangkut ) atau mendarat diluar kotak sasaran penilaian, maka tidak mendapatkan nilai ( Skornya 0 ).

E. Pengolahan dan Analisis Data

3 4

1 3

3 4

0


(36)

Setelah data keterampilan forehand dan backhand groundstroke terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data tersebut menggunakan pendekatan statistika. Langkah – langkah pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut :

a. Menghitung normalitas data dengan menggunakan uji Liliefors, Sudjana (2002 : 466 – 467)

b. Menghitung Homogenitas data

1. Menggunakan Uji Bartlett ( Sudjana, 2002 : 261 – 264 ). Dalam uji ini akan diketahui homogen tidaknya penyebaran data dari beberapa variansi ( Lebih dari dua varians )

2. Menggunakan uji F ( Nurhasan : 110 ), uji ini digunakan untuk mengetahui homogenitas data dari dua variansi.

3. Menguji hipotesis statistik, yaitu menganalisis data menggunakan teknik analisis varians ( ANAVA ) untuk desain experimental rancangan faktorial 2 x 2, dengan taraf signifikansi α = 0,05 jika terdapat interaksi maka dilanjutkan dengan Uji Tukey

F. Langkah penelitian

Dalam penelitian penulis menentukan langkah-langkah penelitian dengan maksud untuk memperoleh data yang lebih akurat serta tidak adanya ketimpangan dalam penelitian.

Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Persiapan yang meliputi:

1) Mempersiapkan rancangan desain proposal penelitian.

2) Melakukan pengamatan dan wawancara untuk memperoleh data yang akan dijadikan sampel penelitian.

3) Mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan terkait dengan variabel penelitian.

b) Penentuan metode, populasi, sampel dan desain penelitian. c) Penyusunan instrument penelitian.


(37)

1) Mempersiapkan tes untuk memperoleh data terkait dengan penelitian yang diteliti.

d) Melakukan pengumpulan data

e) Menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis data yang tepat dan menguji hipotesis penelitiannya.

f) Mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian sebagai karya ilmiah.

g) Membuat kesimpulan hasil penelitian.

G. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap Siswa Sekolah Tenis FIKS Bandung. Penelitian dan pelaksanaan tes dilaksanakan di lapang tenis Taman Maluku , Bandung. Waktu penelitian dilaksanakan sekitar dua bulan. Frekuensi pertemuan tiga kali seminggu, jumlah pertemuan perlakuannya adalah 18 kali, tes tingkat kemampuan awal bermain tenis satu kali, dan setiap pertemuan perlakuan waktunya adalah 2 x 45 menit (90 menit). Untuk lebih jelasnya mengenai program dan jadwal pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

Pelaksanaan Tes Kebugaran Jasmani

Hari/ waktu : Kamis, pukul 14.00 WIB – Selesai. Tempat : Lapangan Tenis Taman Maluku

Pelaksanaan Tes Awal dan Akhir Keterampilan Teknik Dasar Tenis Hari/ waktu : Minggu, pukul 10.00 WIB – Selesai.

Pelaksanaan Kelompok Pembelajaran Gaya Mengajar Resiprokal Lama Pembelajaran : 2 bulan

Hari/ waktu : Selasa dan Kamis, pukul 14.00 – 15.30 WIB Minggu, pukul 09.00 – 10.30 WIB

Pelaksanaan Kelompok Pembelajaran Gaya Mengajar Komando Lama pembelajaran : 2 bulan

Hari/ waktu : Selasa dan Kamis, pukul 15.30 – 17.00 WIB Minggu, pukul 10.30 – 12.00 WIB


(38)

Tabel 3.4

Program Pembelajaran Gaya Mengajar Komando dan Resiprokal Dalam Bermain Tenis.

Gaya Mengajar Komando Gaya Mengajar Resiprokal

Pert Materi/ Fokus Pembelajaran Pert Materi/ Fokus Pembelajaran 1 2 3- 6 7-10 11-14 15-18 19-20 21

- Tes awal (untuk menentukan siswa yang memiliki kemampuan awal belajar tenis rendah dan tinggi). - Tes awal (keterampilan teknik dasar

forehand dan backhand tenis)

- Melakukan latihan forehand dan backhand groundstroke tanpa bola secara berpasangan, dengan aba-aba dan pengawasan pelatih.

- Melakukan latihan forehand dan backhand groundstroke tanpa bola dan menggunakan bola dengan cara diumpan oleh pelatih.

- Melatih sikap kuda-kuda kaki dan bola sendiri diumpan oleh pelatih. - Melatih sikap lari dan diumpan bola

oleh pelatih.

- Melakukan pukulan forehand dan backhand groundstroke dengan baik dan benar melewati net dengan diumpan oleh pelatih.

- Melakukan kombinasi pukulan drill yang diumpan oleh pelatih.

- Tes akhir

1 2 3- 6 7-10 1-14 15-18 19-20 21

- Tes awal (untuk menentukan siswa yang memiliki kemampuan awal belajar tenis rendah dan tinggi). - Tes awal (keterampilan teknik

dasar forehand dan backhand tenis) - Melakukan latihan forehand dan

backhand groundstroke tanpa bola sesuai dengan pengarahan pelatih. - Melakukan latihan forehand dan

backhand groundstroke tanpa bola dan menggunakan bola dengan cara diumpan oleh pengamat secara bergantian.

- Melatih sikap kaki dan mengumpan bola sendiri dengan diamati oleh pengamat secara bergantian peran - Melakukan lari kecil mengejar bola

yang diumpan oleh teman.

- Melakukan drill dan rally groundstroke melewati net secara bergantian dengan teman.

- Melakuan permainan rally berpasangan dari baseline.


(39)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Sekolah : FIKS

Mata Pelajaran : Tenis Lapang

Kelas : Pre-Intermediate, Intermediate, Advanced Semester : I ( Satu )

Standar Kompetensi : Mempraktikan keterampilan teknik dasar forehand dan backhand groundstroke dalam bermain tenis.

Kompetensi Dasar : 1.1 Mempraktikan kombinasi memukul forehand groundstroke. 1.2 Mempraktikan kombinasi memukul backhand groundstroke. Indikator : - Siswa mengetahui pegangan / grip pada tenis.

- Siswa mengetahui gerakan forehand groundstroke. - Siswa mengetahui gerakan backhand groundstroke.

- Siswa melakukan gerakan forehand dan backhand groundstroke tanpa bola dengan baik.

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit ( 4 Pertemuan )

A. Tujuan Pembelajaran :

Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini peserta didik dapat : - Menyebutkan dan mempraktikan pegang / grip pada tenis.

- Menyebutkan tahapan – tahapan gerakan forehand groundstroke. - Menyebutkan tahapan – tahapan gerakan backhand groundstroke.

- Melakukan gerakan forehand dan backhand groundstroke tanpa bola dengan baik. B. Materi Pembelajaran :


(40)

C. Metode Pembelajaran

Command Teaching Style ( Gaya mengajar komando ) dan Reciprokal Teaching Style ( Gaya mengajar resiprokal ) :

 drill forehand groundstroke tanpa bola ditempat  drill backhand groundstroke tanpa bola ditempat D. Langkah – Langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan ke 3, 4, 5, dan 6

NO. LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN WAKTU

1. PENDAHULUAN 15 menit

GURU SISWA

Berdo’a dan cek siswa Berdo’a

Pemanasan Pemanasan

Apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran

Mendengar dan bertanya apabila belum memahami tujuan

pembelajaran yang disampaikan gurunya.

Menjelaskan dan memberikan tugas gerak dan pengelolaannya ( dimana mempelajarinya, dengan siapa, menggunakan alat apa )

Menyimak dan bertanya apabila tidak mengerti tugas managerial dan substansial yang harus dilakukan selama PBM. Cek Pemahaman :

Mengajukan pertanyaan :

Sebutkan konsep – konsep dalam bermain tenis?

Menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

2A. INTI ( GAYA MENGAJAR KOMANDO ) 95 menit

GURU SISWA

Membimbing pelatihan a.Siswa melakukan keterampilan forehand groundstroke sebagai berikut :

-Ball Feeling tanpa raket dan menggunakan raket.

- Mengetahui pegangan / grip tennis.

- Gerakan forehand groundstroke tanpa bola dengan urutan

sebagai berikut :  Sikap siap  Memutar bahu


(41)

 Langkah kaki menyilang ke depan, tangan kiri menunjuk kearah bola yang akan dipukul.  Lutut sedikit ditekuk.  Ayunkan raket ke depan

atas, tangan kiri

menangkap leher raket, dan diakhiri dengan gerakan lanjutan.  Kembali ke posisi siap.

INTI ( GAYA MENGAJAR KOMANDO )

GURU SISWA

b.Siswa melakukan keterampilan backhand groundstroke sebagai berikut:

-Ball Feeling tanpa raket dan menggunakan raket.

- Mengetahui pegangan / grip tennis.

- Gerakan backhand groundstroke tanpa bola dengan urutan

sebagai berikut :  Sikap siap  Memutar bahu

 Ayun raket ke belakang  Langkah kaki menyilang

ke depan

 Lutut sedikit ditekuk.  Ayunkan raket ke depan

atas, dan diakhiri dengan gerakan lanjutan raket ke kanan atas.

 Kembali ke posisi siap.

2B. INTI ( GAYA MENGAJAR RESIPROKAL) 95 menit

SISWA ( PELAKU ) SISWA ( PENGAMAT )

a. Keterampilan forehand groundstroke sebagai berikut : - Melakukan seluruh tugas yang telah

a. Keterampilan forehand groundstroke sebagai berikut : - Memperhatikan tugas gerak


(42)

dijelaskan sebelumnya, meliputi : berbagai bentuk kegiatan ball feeling dan gerakan forehand groundsroke.

- Jika mengalami kesulitan, tanyakan kepada pasangan yang berperan sebagai pengamat.

- Menerima umpan balik yang diberikan oleh pengamat.

yang dilakukan pelaku dan membandingkan dengan kriteria, gambar, dan contoh peragaan guru pada awal pertemuan.

- Memberikan umpan balik, koreksi, dan menunjukkan kesalahan apabila pelaku melakukannya.

- Jika tidak dapat menjawab / memecahkan tentang kesalahan pelaku, konsultasikan langsung kepada guru.

- Setelah pelaku selesai

melakukan latihan, lalu berganti peran.

INTI ( GAYA MENGAJAR RESIPROKAL)

SISWA ( PELAKU ) SISWA ( PENGAMAT )

b. Keterampilan backhand groundstroke sebagai berikut : - Melakukan seluruh tugas yang telah

dijelaskan sebelumnya, meliputi : berbagai bentuk kegiatan ball feeling dan gerakan backhand groundsroke.

- Jika mengalami kesulitan, tanyakan kepada pasangan yang berperan sebagai pengamat.

- Menerima umpan balik yang diberikan oleh pengamat.

b. Keterampilan backhand groundstroke sebagai berikut : - Memperhatikan tugas gerak

yang dilakukan pelaku dan membandingkan dengan kriteria, gambar, dan contoh peragaan guru pada awal pertemuan.

- Memberikan umpan balik, koreksi, dan menunjukkan kesalahan apabila pelaku melakukannya.

- Jika tidak dapat menjawab / memecahkan tentang kesalahan pelaku, konsultasikan langsung kepada guru.

- Setelah pelaku selesai

melakukan latihan, lalu berganti peran.


(43)

3 PENUTUP 10 menit

GURU SISWA

Pendinginan / pelemasan - Siswa mengatur napas sesuai irama di kendalikan guru. Melakukan review - siswa menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh guru. - siswa memperagakan gerakan

forehand dan backhand groundstroke.

Menyampaikan rencana untuk pertemuan selanjutnya

- Siswa mengetahui langkah – langkahn pembelajaran untuk pertemuan yang akan datang.

Kode Sumber Belajar

A Jim Brown , Ph.D. (1996). Tennis Step To Success. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

B DRS. Harsono , M.Sc. (1988). Coaching dan aspek – aspek psikologis. Jakarta : CV. Tambak Kusuma.


(44)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Sekolah : FIKS

Mata Pelajaran : Tenis Lapang

Kelas : Pre-Intermediate, Intermediate, Advanced Semester : I ( Satu )

Standar Kompetensi : Mempraktikan keterampilan teknik dasar forehand dan backhand groundstroke dalam bermain tenis.

Kompetensi Dasar : 1.1 Mempraktikan kombinasi memukul forehand groundstroke. 1.2 Mempraktikan kombinasi memukul backhand groundstroke. Indikator : - Siswa mengetahui pegangan / grip pada tenis.

- Siswa mengetahui gerakan forehand groundstroke. - Siswa mengetahui gerakan backhand groundstroke.

- Siswa melakukan gerakan forehand dan backhand groundstroke tanpa bola dengan baik.

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit ( 4 Pertemuan )

A. Tujuan Pembelajaran :

Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini peserta didik dapat : - Menyebutkan dan mempraktikan pegang / grip pada tenis.

- Menyebutkan tahapan – tahapan gerakan forehand groundstroke. - Menyebutkan tahapan – tahapan gerakan backhand groundstroke.

- Melakukan gerakan forehand dan backhand groundstroke tanpa bola dengan baik. B. Materi Pembelajaran :


(45)

C. Metode Pembelajaran

Command Teaching Style ( Gaya mengajar komando ) dan Reciprokal Teaching Style ( Gaya mengajar resiprokal ) :

 drill forehand groundstroke tanpa bola ditempat  drill backhand groundstroke tanpa bola ditempat D. Langkah – Langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan ke 7, 8, 9, 10

NO. LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN WAKTU

1. PENDAHULUAN 15 menit

GURU SISWA

Berdo’a dan cek siswa Berdo’a

Pemanasan Pemanasan

Apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran

Mendengar dan bertanya apabila belum memahami tujuan

pembelajaran yang disampaikan gurunya.

Menjelaskan dan memberikan tugas gerak dan pengelolaannya ( dimana mempelajarinya, dengan siapa, menggunakan alat apa )

Menyimak dan bertanya apabila tidak mengerti tugas managerial dan substansial yang harus dilakukan selama PBM. Cek Pemahaman :

Mengajukan pertanyaan :

Sebutkan konsep – konsep dalam bermain tenis?

Menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

2A. INTI ( GAYA MENGAJAR KOMANDO ) 95 menit

GURU SISWA

Membimbing pelatihan a. Siswa melakukan keterampilan forehand groundstroke sebagai berikut :

-Ball Feeling tanpa raket dan menggunakan raket.

- Mengetahui pegangan / grip tennis.

- Gerakan forehand groundstroke tanpa bola dengan urutan

sebagai berikut :  Sikap siap  Memutar bahu


(46)

 Langkah kaki menyilang ke depan, tangan kiri menunjuk kearah bola yang akan dipukul.  Lutut sedikit ditekuk.  Ayunkan raket ke depan

atas, tangan kiri

menangkap leher raket, dan diakhiri dengan gerakan lanjutan.  Kembali ke posisi siap.  Hitungan pelaksanaan

gerakan dikurangi hingga menjadi empat hitungan, yaitu : (1) Putar bahu, (2) Mengayun raket

kebelakang, (3) Step + mengayunkan raket kedepan, (4) gerakan lanjutan.

 Hitungan makin lama dikurangi hingga menjadi satu hitungan saja, yaitu gerakan memukul forehand groundstroke secara utuh dimulai dari sikap siap hingga gerakan lanjutan.

b. Siswa melakukan keterampilan backhand groundstroke sebagai berikut:

-Ball Feeling tanpa raket dan menggunakan raket.

- Mengetahui pegangan / grip tennis.

- Gerakan backhand groundstroke tanpa bola dengan urutan

sebagai berikut :  Sikap siap  Memutar bahu

 Ayun raket ke belakang  Langkah kaki menyilang


(47)

2B. INTI ( GAYA MENGAJAR RESIPROKAL) 95 menit

SISWA ( PELAKU ) SISWA ( PENGAMAT )

a. Keterampilan forehand groundstroke sebagai berikut : - Melakukan seluruh tugas yang telah dijelaskan sebelumnya, meliputi : memukul bola yang dilambungkan sendiri ke lapang sebrang, dimulai dari jarak dekat kemudian diperjauh.

- Jika mengalami kesulitan, tanyakan kepada pasangan yang berperan sebagai pengamat. - Menerima umpan balik yang

diberikan oleh pengamat.

a. Keterampilan forehand groundstroke sebagai berikut : - Memperhatikan tugas gerak yang

dilakukan pelaku dan membandingkan dengan kriteria, gambar, dan contoh peragaan guru pada awal pertemuan.

- Memberikan umpan balik, koreksi, dan menunjukkan kesalahan apabila pelaku melakukannya.

- Jika tidak dapat menjawab / memecahkan tentang kesalahan pelaku, konsultasikan langsung kepada guru.

- Setelah pelaku selesai melakukan  Lutut sedikit ditekuk.  Ayunkan raket ke depan

atas, dan diakhiri dengan gerakan lanjutan raket ke kanan atas.

 Kembali ke posisi siap.  Hitungan pelaksanaan

gerakan dikurangi hingga menjadi empat hitungan, yaitu : (1) Putar bahu, (2) Mengayun raket

kebelakang, (3) Step + mengayunkan raket kedepan, (4) gerakan lanjutan.

 Hitungan makin lama dikurangi hingga menjadi satu hitungan saja, yaitu gerakan memukul backhand groundstroke secara utuh dimulai dari sikap siap hingga gerakan lanjutan.


(1)

Ferdinand Leon Aryan, 2013

Pengaruh Gaya Mengajar Dan Kebugaran Jasmani Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Teknik Dasar Tenis Di Sekolah Fiks

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

d. Perlu adanya penilaian secara berkelanjutan atau berkala, yaitu sebelum, selama, dan setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung. Oleh karena kesalahan motorik yang tidak segera diperbaiki akan terekam dalam ingatan, sehingga sulit untuk diperbaiki.

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah membuktikan bahwa penggunaan gaya mengajar resiprokal memberikan pengaruh yang lebih baik daripada gaya mengajar komando baik kebugaran tinggi maupun rendah terhadap hasil peningkatan keterampilan teknik dasar tenis, maka disarankan untuk lebih banyak menggunakan gaya mengajar resiprokal didalam kegiatan belajar mengajar. Kebiasaan guru atau pelatih yang mewajibkan anak didiknya melakukan gerakan-gerrakan yang dikendalikan secara ketat dan diatur sepenuhnya oleh guru atau pelatih seperti halnya dalam gaya mengajar komando.

Disarankan kepada peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan variasi-variasi, diantaranya :pemanfaatan populasi yang berbeda dari segi jenis kelamin, tingkatan, usia, serta penggunaan gaya mengajar yang berbeda selian gaya mengajar Resiprokal dan komando.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

--- (2000). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka , Depdikbud

Anneahira (2012). Olahraga dan Kesegaran Jasmani, Jakarta: PT Rajawali Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.

Cetakan ke XII, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ary, D. et al. (1985), Metodologi Penelitian Pendidikan, terjemahan Ary Furchan, Surabaya: Usaha Nasional.

Abdulkadir, A. (1992), Asas dan landasan Pendidikan Jasmani, Jakarta: Depdikbud, P2LPTK.

Bigot, L.C.T. et al. (1950) Leerboek der psychologie, Netherland: Wolters

Bompa. (2001). Theory and Methodology of Training : A Key to Athletic Performance. Dubuque, Iowa: Kendall Hunt Publishing Company.

Bornemann, R, et al.(2000), Tennis Course, Volume 1: “Techniques and Tactics”. English Language Edition, Hauppauge, New York: Barron’s Educational Series, Inc.

Christensen, L.B. (1994), Experimental Methodology, Newton, Massachusets: Allyn and Bacon.

Crespo, M. and Miley, D. (1998) ITF School Tennis Initiative Yracher’s Manual, Roehampton, London: International Tennis Federation.

Grissom, J.B. (2005). “Physical and Academic Achievment”. Journal of Exercise Physiology. 8, (1), 11-25.

Gay, L.R., (1981), Educational Research; Competencies for Analysis and Application, 2nd Edition, Colombus, Ohio: Charles E. Merril Publishing Company.

Good, T.L., Brophy and Jere, E. (1990), Educational Psychology A Realistic Approach, New York & London : Longman.


(3)

110

Ferdinand Leon Aryan, 2013

Pengaruh Gaya Mengajar Dan Kebugaran Jasmani Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Teknik Dasar Tenis Di Sekolah Fiks

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Griwijoyo, S. (2005). Ilmu Faal Olahraga, Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga. Edisi ke 2. Bandung FPOK. UPI. Bandung.

Griwijoyo, S. (2006). Ilmu Faal Olahraga, Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga. Edisi ke 3. Bandung FPOK. UPI. Bandung.

Griwijoyo, S. (2007). Ilmu Faal Olahraga, Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga. Edisi ke 4. Bandung FPOK. UPI. Bandung.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: C.V. Tombak Kusuma.

Hohm, J. and Klavora, P. (2000), Tennis: Technique and Tactics, Play To Win The Czech Way, Toronto, Canada : Sport Book Publisher.

Hyland and Drew, A. (1990),Philosopy of Sport, 1st Edition, USA: Paragon House.

Hyllegard, R. et al. (1996), Interpreting Research in Sports and Exercise Science, St. Louise,Missouri: Mosby-Year Book Inc.

Jim, B. (1996). Tennis Step To Success. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Joyce, B. and Weil, M. (1996). Models of Teaching. Massachusetts: Allyn and

Bacon.

Juliantine, T. et al. (2011). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Kartono. (1995). Psikologi Umum. Bandung.Mandar Maju

Kerlinger. and Fred. (1990),Asas-Asas Penelitian Behavioral, Edisi Bahasa Indonesia, Bulaksumur, Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Kiram, Y. (1991). Tingkat Belajar Motorik dan Implikasinya Terhadap Proses Belajar Mengajar Motorik Olahraga. Padang: FPOK-IKIP Padang.

Kiram, Y. (1992). Belajar Motorik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Lutan, R. (1988), Belajar Keterampilan Motorik; Pengantar, Teori, dan Metode, Jakarta: Depdikbud, P2LPTK

Lutan, R. (2001a), Pendidikan kebugaran Jasmani. Orientasi Pembinaan di Sepanjang Hayat, Jakarta: Dirjen Olahraga.


(4)

Lutan, R. (2001b), Imengajar Pendidikan Jasmani, Pendekatan Pendidikan Gerak, Jakarta: Dirjen Olahraga.

Magill, R.A. ( 1995), Motor Learning; concepts and application, Iowa: Wm.C.Brown Publisher.

Mahendra, A. dan Ma’mun, A. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung: C.V. Andira.

Metzler, and Michael W., (2000), Instructional Models For Physical Education, Allyn and Bacon, A. Pearson Educational Company.

Mosston and Ashworth. (1994). Teaching Physical Education : Arcata Graphic Nurhasan. (2001). Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta:

Depdiknas.

Nurhasan. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI. Pangrazi, P.R., and Dauer, P.V., (1992), Dynamic Physical education for

elementary School Children, 7th Edition, Allyn and Bacon.

Pankhurst, A. (1990), Tennis : Advans Skills, Training Programmes, Technique, Ward Lock Limited.

Priyo, N. (2010), Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jember:Garuda. Purn, R. (1980), Buku Petunjuk Peraturan dan Teori Sekolah tenis FIKS.

Bandung: FIKS

Rich, S. (1991), Step by Step Tennis, New York: Gallery Books.

Roetert, P. and Ellenbecker, T.S. (1998), Complete Conditioning For Tennis , Champaign, Illinois: Human Kinetics.

Safrit. and Margaret, J. (1994), Introduction to Measurement in Physical Education and Exercise Science, St. Louise, Missouri: Mosby College Publishing Co.

Santoso, S. (2002), Petunjuk Teknik Model Perkembangan Motorik. Jakarta. Saputra, Y.M. (2002). Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(5)

112

Ferdinand Leon Aryan, 2013

Pengaruh Gaya Mengajar Dan Kebugaran Jasmani Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Teknik Dasar Tenis Di Sekolah Fiks

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Schmidt, R. A. (1991). Motor Learning and Performance. America : Human Kinetics Publishers.

Schuyler and Steve. (1993), Winning tennis: Complete Guide for Coaches and Advanced Players, Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc

Seba, L. (1997). Belajar Keterampilan Motorik. Bandung : KONI Jawa Barat. Sengkey. (1991). Pengaruh Gaya Mengajar dan Umpan Balik Terhadap

Keterampilan Menembak dalam Permainan Bola Basket. Tesis Magister pada PPS IKIP Jakarta:tidak diterbitkan.

Siedentop and Daryl. (1990), Introduction to Physical Education, Fitness, and Sport, Ohio: Mayfield Publishing Company.

Singgih, G. (1992), Psikologi Olahraga, Jakarta : Gunung Mulia.

Slameto. (1991), Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana. (2002), Metoda Statistika, Edisi ke 6, Bandung: Tarsito.

Sugiyanto dan Sudjarwo. (1993), Perkembangan dan Belajar Gerak, Malang : Garuda Prima

Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, A. (1996). Pedagogi Olahraga. Bandung : FPOK IKIP Bandung. Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani.

Bandung: CV. Bintang Warli Artika.

Suherman, A. (2011). Realitas Kurikulum Pendidikan jasmani: Upaya Menuju Kurikulum Berbasis Penelitian. Bandung: Rizqi Press.

Supandi dan Seba, L. (1991), “ Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan“ Diktat, Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, B. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Tinning, R. (1987), Improving Teaching in Physical Education, Deakin University, Australia: Brown Prior Anderson Pty. Ltd.


(6)

Universitas Pendidikan Indonesia (2012). Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Bandung: UPI.

Verducci, and Frank, M. (1989). Measurment Concept in Physical Education. St Louis: The C.V. Mosby Company.

Vockell, E.L. and Asher, J.W. (1995),Educational Research, 2nd Edition, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Widiastuti, dan Muktiani, (2010. Peningkatan Motivasi dan Keterampilan. Yogyakarta: UNY

Wiguna, M. (2002). Pembelajaran Tenis Untuk Pemula dan Menengah. Bandung: Gunung Mulia.