(B. Sosial) Revitalisasi Pasar Tradisional Berbasis Kelembagaan dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan.

(B. Sosial)
Revitalisasi Pasar Tradisional Berbasis Kelembagaan dalam Upaya Penanggulangan
Kemiskinan
Utami, Trisni
Fakultas ISIP UNS, Penelitian, DP2M Dikti, Hibah Penelitian Strategis Nasional, 2012
Pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi mikro masyarakat perlu ditata kembali (direvitalisasi),
dalam kaitannya dengan penanggulangan kemiskinan. Di Indonesia diperkirakan terdapat 13.450 pasar
tradisional dan menjadi gantungan nasib sekitar 12,6 juta pedagang pasar. Sekitar 95 % pasar tradisional
kondisinya tidak layak. Pasar-pasar tersebut perlu direvitalisasi agar tetap melembaga ditengah masifnya
ekspansi pasar modern. Revitalisasi tidak sekedar dari sisi fisiknya saja, namun harus secara menyeluruh.
Revitalisasi menjadi kebutuhan mendesak untuk dilakukan, tidak hanya dari sisi fisik bangunan saja
namun harus dilakukan secara menyeluruh. Revitalisasi harus mampu menjadikan pasar tradisional
sebagai icon perekonomian rakyat sekaligus menjadi denyut ekonomi suatu daerah serta identitas sosial
ekonomi masyarakat setempat (kompas, 8 April 2011).
Pasar tradisional juga terbukti memberikan kesempatan kerja unsur yang terlibat dalam kegiatan
ekonomi mikro seperti buruh gendong, tukang angkut barang, tukang becak, pedagang ritel (pengecer)
dan pedagang asongan, parkir dan tukang becak.
Revitalisasi pasar tradisional mendesak untuk dilakukan dalam rangka menjaga keberadaan dan
keberlanjutan pusat perekonomian rakyat kecil supaya tidak tergilas oleh keberadaan pasar modern
(Anung Pramodya dan Widyatmoyo, 2008)
Di Kota Solo telah dilakukan revitalisasi pasar tradisional, namun perlu dilihat secara menyeluruh baik

dari aspek fisik, sosial, ekonomi, penguatankelembagaan dan komunitas pedagang yang berdampak pada
kelangsungan hidup pedagang pasar tradisional itu sendiri
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model kelembagaan pasar tradisional dalam upaya
penanggulangan kemiskinan. Tentu kita ingin melihat apakah revitalisasi ini sesuai dengan kehendak
warga pasar sehingga identitas pasar yang telah lama terpatri tidak tercerabut begitu saja oleh program
revitalisasi. Kita pun ingin mengetahui apakah warga pasar terlibat secara aktif sebagai bentuk kontrol
sosial terhadap program revitalisasi. Dan kemudian kita pun ingin menemukan jawaban apakah
revitalisasi bermanfaat ataukah tidak terutama bagi pedagang pasar sendiri. Revitalisasi memang
menjadi kebutuhan sebagian besar pasar tradisional di berbagai kota. Sebagai upaya untuk melindungi
bangunan, ruang sosial yang ada dengan mengatur dan menata kembali agar lebih bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode Participation Action Research. Partisipasi masyarakat menjadi kunci
dalam setiap langkah gerak pembangunan dan berbagai alasan yang menunjukkan keunggulan
pendekatan yang partisipatif dengan melibatkan segenap warga yang terlibat. Selama ini program
pembangunan yang direncanakan dari atas (top-down) tanpa melibatkan secara langsung – masyarakat
hanya menerima program dan kadang tidak menyentuh kebutuhan masyarakat dan kadang survey yang
dilakukan sebagai dasar pijakan dalam merumuskan program dilakukan oleh lembaga-lembaga
penelitian yang kadang terlampau diwarnai oleh wawasan, pikiran dari pandangan penelitinya sendiri
atau terlalu akademis, sehingga kadang programnya tidak menyentuh kebutuhan yang dirasakan oleh


masyarakat. Alasan ini yang memperkuat kenapa penelitian ini menggunakan Action Research dalam arti
agar mesyarakat mampu mengenali potret dirinya sendiri, mampu merumuskan program sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat yang bersangkutan. Dan yang lebih peting lagi masyarakat
tidak lagi menjadi obyek melainkan menjadi subyek, sehingga diharapkan melalui keterlibatannya
mereka akan menjadi “pemilik program” bukan hanya sekedar sebagai pelaksana. Keterlibatan
masyarakatsebagai pelaksana tidak akan menjamin keberlangsungan program. Dengan demikian di masa
yang akan datang ketergantungan pada pihak luar akan semakin bisa dikurangi.
Kemiskinan merupakan persoalan yang sangat kompleks, untuk itu diperlukan penanggulangan
kemiskinan yang tepat, dengan melibatkan seluruh komponen (stakeholders) termasuk kelompok miskin
itu sendiri. Program Pemkot Surakarta dalam penanggulangan kemiskinan :
1. Relokasi dn pemberdayaan PKL
2. Revitalisi pasar dan pemberdayaan UKM
3. Puskesmas buka sampai sore
4. Puskesmas Rawat inap
5. Rumah Layak Huni
Beberapa permasalahan yang diagendakan dalam pertemuan forum masyarakat peduli pasar tersebut
antara lain :
1.
Pasar Gedhe
Meliputi promosi pasar, pembentukan jejaring pasar dengan mitra, pembentukan ruang publik

melalui ” Jagongan Pasar Gedhe”. Akan diinisiasi didepan pasar gedhe pada malam hari setelah
pasar tutup. Jagongan pasar gedhe akan menjadi ruang publik terkait dengan permasalahan pasar
maupun permasalahan perkotaan Surakarta. Pertemuan tersebut akan dilengkapi dengan kesenian
gamelan yang sudah menjadi bagian dari ketrampilan pedagang pasar gedhe, serta akan
dihidangkan HIK (Hidangan Istimewa kampoeng). Selain itu juga akan dijalin kerjasama dengan
pihak media seperti TATV atau Yogya TV akan tayang secara life.
2.
Pasar Kuliner Malam ”Galabo”
Menghendaki adanya status yang jelas keberadaan Pedagang “Galabo” Gladag lancen Bogan yang
akan memperkuat posisi tawar dan kedudukan paguyuban sebagai Pedagang Kuliner Malam
Galabo. Perlu pembentukan koperasi sebagaimana halnya dipasar-pasar lain dalam upaya
pengembangan usa dan penguatan modal pedagang, Perlu pelatihan dan training bahasa Inggris
untukpedagang karena semakin banyaknya turis asing yang berkunjung ke galabo. Dan gerakan
upaya pemanfaatan limbah kuliner malam melalui jatringan kemitraan dengan para peternak.
Perlunya pendampingan dan penguatan paguyuban karena paguyuban galabobaru terbentuk
bulan oktober 2012 bulan yang lalu.
3.
Pasar Notoharjo
Peningkatan kapasitas pasar sehubungan dengan banyaknya pengunjung untuk studi Bandung di
pasar Notoharjo. Dari sisi penataan dagangan perlu ditata rapi dan tidak mengganggu jalan bagi

pengunjung. Perlunya aktifitas penunjang pada even-even tertentu seperti pameran motor modiv,
pemanfaatan barang bekas untuk ekonomi kreatif. Perlunya kerjasama dengan pihak bank agar
membuka ATM disekitar pasar Notoharjo dalam menaikkan daya beli pedagang. Juga perlu
kerjasama dengan DLLAJR agar lebih banyak armada bis atau angkot yang bisa dilewatkan dipasar
Notoharjo.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Paguyuban Pedagang sebagai lembaga sosial komunitas pedagang
berperan penting menjaga keberlanjutan usaha. Melalui lembaga paguyuban tersebut terbentuk
solidaritas antar pedagang dalam mengatasi masalah secara bersama-sama. Manajemen kelembagaan

Paguyuban perlu diperkuat untuk keberlanjutan organisasi. Untuk memperkuat ketahanan sosial
ekonomi pedagang diperlukan kepedulian masyarakat peduli pasar tradisional dalam wadah Forum
Masyarakat Peduli Pasar Tradisional yang melibatkan seluruh stake holders yang meliputi unsur-unsur:
komunitas pedagang tradisional, pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat luas. Forum tersebut
sebagai wadah untuk menggagas pengembangan pasar tradisional
Forum ini akan membawa keuntungan semua pihak untuk dapat memanfaatkannya selain sebagai ruang
berkomunikasi, bertukar pikiran, sharing ide, bahkan sampai pada solusi penanganan maslah yang dapat
melibatkan berbagi stake holders terkait dengan Pengembangan Pasar Tradisional maupun sebagai ruang
publik dalam menggali informasi terkait dengan pasar tradisional dan pengembangan pasar tradisional di
Surakarta.
Revitalisasi pasar tradisional merupakan salah satu langkah prioritas dalam rangka mengembangkan

daya saing pasar, sehingga pasar memiliki kekuatan dalam pengembangan ekonomi rakyat. Hal ini
merupakan salah satu alternatif untuk mengembangkan kekuatan ekonomi lokal yang berdampak pada
penanggulangan kemiskinan.