Gangguan Jiwa Psychasthenia

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 18:37:03 2017 / +0000 GMT

Gangguan Jiwa Psychasthenia
LINK DOWNLOAD [17.50 KB]
Gangguan Jiwa Psychasthenia
Gangguan Jiwa Psychasthenia
Prof. Dr. Zakiah Daradjat
Psychasthenia adalah gangguan jiwa yang bersifat paksaan, yang berarti kurangnya kemampuan jiwa untuk tetap dalam keadaan
integrasi yang normal. Gejala penyakit ini terdiri dari :
1.Phobia
phobia adalah rasa takut yang tidak masuk akal, atau yang ditakuti tidak seimbang dengan ketakutan, penderita tidak tahu mengapa
takut dan tidak dapat menghindari rasa takut itu. Kadang-kadang rasa takut yang tidak masuk akal itu menyebabkan tertawaan orang,
sehingga ia semakin merasa cemas. Diantara phobia yang terkenal ialah takut berada di tempat yang tertutup, tinggi, luas, ditengah
orang ramai, melihat darah, binatang kecil, kotoran dan sebagainya.
Contoh:
Seorang ibu yang mempunyai anak banyak merasa ngeri melihat ular, ulat atau permainan dan gambar yang melukiskan ular atau
ulat. Kadang-kadang ia merasa malu apabila anaknya memperhatikan sikapnya waktu melihat gambar ular, atau permainan yang
merupakan ular-ularan, ulat-ulatan kecil dan sebagainya. Ternyata dalam penelitian, waktu ia masih kecil pernah diganggu
saudaranya dengan membuka suatu bungkusan yang di dalanya terdapat beberapa ekor ulat yang masih hidup. Ketika ia merasa
sangat ngeri, tetapi lama kelamaan peristiwa itu terlupa, yang tinggal hanya rasa ngeri, bila melihat ular dan gambarnya.

2.Obsesi
yaitu gejala gangguan jiwa, dimana penderita dikuasai oleh suatu pikiran yang tidak bisa dihindarinya. Misalnya seorang gadis yang
merasa bahwa ia akan sengsara saja. Apabila ia sedang menimba air maka ia merasa akan jatuh ke dalam sumur. Ia merasa pula
bahwa hidupnya selalu diliputi kesusahan.
Dalam penelitian terbukti bahwa si gadis tersebut adalah anak yang sangat dimanja, akan tetapi terpaksa hidup terpisah dari orang
tuanya. Kegagalan dalam penyesuaian diri akibat perpisahan itu, menyebabkan ia merasa sangat kecewa dan selalu menyalahkan
nasibnya.
3.Kompulsi
kompulsi adalah gangguan jiwa, yang menyebabkan melakukan sesuatu, baik masuk akal ataupun tindakan itu tidak dilakukannya,
maka penderita akan merasa gelisah dan cemas, kegelisahan atau kecemasan itu baru hilang apabila tindakan itu dilakukan,
gejalanya banyak seperti ;
a.repetitive compulsive
orang terpaksa mengulang-ngulang pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua pengulangan dianggap sebagai gangguan jiwa.
Pengulangan yang termasuk gangguan jiwa ialah apabila kelakuan itu mempengaruhi hubungan sosialnya, dalam mencapai suatu
kebutuhan atau keinginannya. Disamping itu ia terpaksa pula mengeluarkan tenaga lebih banyak dari kebutuhan pekerjaannya,
karena untuk setiap pekerjaan yang dilakukannya, ia terpaksa mengulang ulanginya kembali.
Banyak juga orang yang dapat menahan perasaan ingin mengulang-ngulang itu, dan menyalurkan keinginannya itu ke arah yang
bermanfaat dan sesuai dengan alam sekitarnya.tetapi bila keadaannya terganggu, maka kecemasannya bertambah dan keinginannya
untuk mengulang-ulangi itubertambah kuat.
Contoh :

Seorang pemuda yang bekerja di salah satu Bank, pada permulaan ia biasa sajam, tetapi tak lama kemudian ia merasa terpaksa
mengulang-ngulang menghitung dan meneliti kembali apa yang telah dilakukannya, karena ia merasa ragu-ragu akan pekerjaannya.
Makin lama, kecemasannya makin bertambah hebat, sehingga ia tidak dapat lagi menyelesaikan pekerjaan nya dan ia menjadi takut
kalau-kalau orang memperhatikan kelakuannya dan mungkin mencurigai dan menyangka hal yang bukan-bukan. Disamping itu,
menyusul pula gejala lain, yaitu tidurnya tidak tentram, karena diganggu oleh mimpi yang buruk.
Dari penelitian terbukti, bahwa pemuda ini sangat ingin bekerja di Bank itu. Dan ia tahu bahwa masa 3 bulan pertama, adalah masa
percobaan, ia mengharap supaya pekerjaannya memuaskan dalam masa percobaan itu dan selalu merasa takut jika tidak diterima
b.serial compulsive
Dalam hal ini, penderita terpaksa melakukan suatu urutan-urutan tertentu dalam kehidupannya sehari-hari. Misalnya dalam
berpakaian, harus dimulai dengan pakai sepatu, kain, baju dan seterusnya. Jika ia merubah urutan-urutan itu, ia akan merasa cemas
sekali., ia tidak akan merasa tenang, sebelum mengulang kembali dari semula. Demikian pula halnya dengan membuka pakaian.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/2 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 18:37:03 2017 / +0000 GMT

c.compulsive ordelinenese

Dalam hal ini seorang terpaksa harus mengikuti suatu aturan tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya seseorang akan merasa
terganggu bila buku-buku dalam almarinya diubah susunan atau salah penempatannya. Jika terjadi perubahan, ia akan merasa
gelisah.
d.copulsive magic
Orang yang dihinggapi gangguan ini, terpaksa membaca kalimat-kalimat tertentu sebelum melakukan suatu pekerjaan. Seandainya ia
terlanjur malakukan suatu pekerjaan tanpa membaca kalimat-kalimat itu, ia akan merasa cemas dan gelisah. Untuk
menghilangkannya ia terpaksa mengulangi pekerjaannya itu dengan terlebih dahulu membaca kalimat-kalimat tersebut.
e.kleptomania
Penderita terpaksa mencuri baran orang lain. Sebenarnya ia merasa gelisah dengan kelakuan mencuri itu, akan tetapi ia tidak dapat
menghindari dirinya dari tindakan itu. Yang banyak menderita gejala ini adalah anak-anak karena orang tuanya terlalu keras, terlalu
disiplin, atau kurang memperhatikan anak-anaknya.
f.fetishism
Pada gejala ini orang terpaksa mengumpulkan dan menyimpan barang-barang kepunyaan orang lain dari seks yan berlainan.
Misalnya orang laki-laki yang suka menyimpan sapu tangan, sepatu atau rambut wanita, yang baginya mempunyai arti atau nilai
seksuil dalam perasaannya.
g.compulsive yang berhubungan dengan seksuil
Gejala ini ada dua macam yaitu pertama, ingin tahu tentang kelamin dari orang yang berlainan seks, dan kedua ingin memamerkan
kelamin sendiri. Dalam hal yang pertama, seseorang akan berusaha untuk melihat atau memperhatikan bentuk tubuh dan kelamin
orang lain dengan berbagai cara, atau juga memegang-megangnya. Dalam hal kedua orang yang merasa terdorong untuk
memamerkan tubuh dan kelaminnya tanpa merasa malu.

Pada umumnya gejala tersebut diakibatkan oleh pengalaman yang tidak menyenangkan waktu kecil, atau mungkin pula sebagai
ungkapan dari keinginan yang tertahan pelaksanaannya dan merasa takut kalau keinginannya itu terasa kembali.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/2 |