Gangguan Jiwa Psychasthenia

Gangguan Jiwa Psychasthenia
Gangguan Jiwa Psychasthenia
Prof. Dr. Zakiah Daradjat

Psychasthenia adalah gangguan jiwa yang bersifat paksaan, yang berarti kurangnya
kemampuan jiwa untuk tetap dalam keadaan integrasi yang normal. Gejala penyakit ini
terdiri dari :

1.Phobia
phobia adalah rasa takut yang tidak masuk akal, atau yang ditakuti tidak seimbang dengan
ketakutan, penderita tidak tahu mengapa takut dan tidak dapat menghindari rasa takut itu.
Kadang-kadang rasa takut yang tidak masuk akal itu menyebabkan tertawaan orang,
sehingga ia semakin merasa cemas. Diantara phobia yang terkenal ialah takut berada di
tempat yang tertutup, tinggi, luas, ditengah orang ramai, melihat darah, binatang kecil,
kotoran dan sebagainya.

Contoh:
Seorang ibu yang mempunyai anak banyak merasa ngeri melihat ular, ulat atau permainan
dan gambar yang melukiskan ular atau ulat. Kadang-kadang ia merasa malu apabila
anaknya memperhatikan sikapnya waktu melihat gambar ular, atau permainan yang
merupakan ular-ularan, ulat-ulatan kecil dan sebagainya. Ternyata dalam penelitian, waktu

ia masih kecil pernah diganggu saudaranya dengan membuka suatu bungkusan yang di
dalanya terdapat beberapa ekor ulat yang masih hidup. Ketika ia merasa sangat ngeri,
tetapi lama kelamaan peristiwa itu terlupa, yang tinggal hanya rasa ngeri, bila melihat ular
dan gambarnya.

2.Obsesi
yaitu gejala gangguan jiwa, dimana penderita dikuasai oleh suatu pikiran yang tidak bisa
dihindarinya. Misalnya seorang gadis yang merasa bahwa ia akan sengsara saja. Apabila ia
sedang menimba air maka ia merasa akan jatuh ke dalam sumur. Ia merasa pula bahwa
hidupnya selalu diliputi kesusahan.

Dalam penelitian terbukti bahwa si gadis tersebut adalah anak yang sangat dimanja, akan
tetapi terpaksa hidup terpisah dari orang tuanya. Kegagalan dalam penyesuaian diri akibat
perpisahan itu, menyebabkan ia merasa sangat kecewa dan selalu menyalahkan nasibnya.

3.Kompulsi

kompulsi adalah gangguan jiwa, yang menyebabkan melakukan sesuatu, baik masuk akal
ataupun tindakan itu tidak dilakukannya, maka penderita akan merasa gelisah dan cemas,
kegelisahan atau kecemasan itu baru hilang apabila tindakan itu dilakukan, gejalanya

banyak seperti ;

a.repetitive compulsive
orang terpaksa mengulang-ngulang pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua pengulangan
dianggap sebagai gangguan jiwa. Pengulangan yang termasuk gangguan jiwa ialah apabila
kelakuan itu mempengaruhi hubungan sosialnya, dalam mencapai suatu kebutuhan atau
keinginannya. Disamping itu ia terpaksa pula mengeluarkan tenaga lebih banyak dari
kebutuhan pekerjaannya, karena untuk setiap pekerjaan yang dilakukannya, ia terpaksa
mengulang ulanginya kembali.

Banyak juga orang yang dapat menahan perasaan ingin mengulang-ngulang itu, dan
menyalurkan keinginannya itu ke arah yang bermanfaat dan sesuai dengan alam
sekitarnya.tetapi bila keadaannya terganggu, maka kecemasannya bertambah dan
keinginannya untuk mengulang-ulangi itubertambah kuat.

Contoh :
Seorang pemuda yang bekerja di salah satu Bank, pada permulaan ia biasa sajam, tetapi tak
lama kemudian ia merasa terpaksa mengulang-ngulang menghitung dan meneliti kembali
apa yang telah dilakukannya, karena ia merasa ragu-ragu akan pekerjaannya. Makin lama,
kecemasannya makin bertambah hebat, sehingga ia tidak dapat lagi menyelesaikan

pekerjaan nya dan ia menjadi takut kalau-kalau orang memperhatikan kelakuannya dan
mungkin mencurigai dan menyangka hal yang bukan-bukan. Disamping itu, menyusul pula
gejala lain, yaitu tidurnya tidak tentram, karena diganggu oleh mimpi yang buruk.

Dari penelitian terbukti, bahwa pemuda ini sangat ingin bekerja di Bank itu. Dan ia tahu
bahwa masa 3 bulan pertama, adalah masa percobaan, ia mengharap supaya pekerjaannya
memuaskan dalam masa percobaan itu dan selalu merasa takut jika tidak diterima

b.serial compulsive
Dalam hal ini, penderita terpaksa melakukan suatu urutan-urutan tertentu dalam
kehidupannya sehari-hari. Misalnya dalam berpakaian, harus dimulai dengan pakai sepatu,
kain, baju dan seterusnya. Jika ia merubah urutan-urutan itu, ia akan merasa cemas sekali.,
ia tidak akan merasa tenang, sebelum mengulang kembali dari semula. Demikian pula
halnya dengan membuka pakaian.

c.compulsive ordelinenese
Dalam hal ini seorang terpaksa harus mengikuti suatu aturan tertentu dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya seseorang akan merasa terganggu bila buku-buku dalam almarinya
diubah susunan atau salah penempatannya. Jika terjadi perubahan, ia akan merasa gelisah.


d.copulsive magic
Orang yang dihinggapi gangguan ini, terpaksa membaca kalimat-kalimat tertentu sebelum
melakukan suatu pekerjaan. Seandainya ia terlanjur malakukan suatu pekerjaan tanpa
membaca kalimat-kalimat itu, ia akan merasa cemas dan gelisah. Untuk menghilangkannya
ia terpaksa mengulangi pekerjaannya itu dengan terlebih dahulu membaca kalimat-kalimat
tersebut.

e.kleptomania
Penderita terpaksa mencuri baran orang lain. Sebenarnya ia merasa gelisah dengan
kelakuan mencuri itu, akan tetapi ia tidak dapat menghindari dirinya dari tindakan itu. Yang
banyak menderita gejala ini adalah anak-anak karena orang tuanya terlalu keras, terlalu
disiplin, atau kurang memperhatikan anak-anaknya.

f.fetishism
Pada gejala ini orang terpaksa mengumpulkan dan menyimpan barang-barang kepunyaan
orang lain dari seks yan berlainan. Misalnya orang laki-laki yang suka menyimpan sapu
tangan, sepatu atau rambut wanita, yang baginya mempunyai arti atau nilai seksuil dalam
perasaannya.

g.compulsive yang berhubungan dengan seksuil

Gejala ini ada dua macam yaitu pertama, ingin tahu tentang kelamin dari orang yang
berlainan seks, dan kedua ingin memamerkan kelamin sendiri. Dalam hal yang pertama,
seseorang akan berusaha untuk melihat atau memperhatikan bentuk tubuh dan kelamin
orang lain dengan berbagai cara, atau juga memegang-megangnya. Dalam hal kedua orang
yang merasa terdorong untuk memamerkan tubuh dan kelaminnya tanpa merasa malu.

Pada umumnya gejala tersebut diakibatkan oleh pengalaman yang tidak menyenangkan
waktu kecil, atau mungkin pula sebagai ungkapan dari keinginan yang tertahan
pelaksanaannya dan merasa takut kalau keinginannya itu terasa kembali.