Peran JR dan LR dalam Menyusun Kebijakan JKN Rimawati
Peran Judicial Review dan
Legislative Review Dalam
Menyusun Agenda
Kebijakan JKN
OLEH:
RIMAWATI
FAKULTAS HUKUM - UGM
Pendahuluan
HANS KELSEN
“suatu peraturan umum dikatakan adil jika benar-benar
diterapkan kepada semua kasus, yang menurut isinya
peraturan ini harus diterapkan. Suatu peraturan umum
dikatakan tidak adil jika diterapkan kepada suatu kasus
dan tidak diterapkan kepada kasus lain yang sama”
HUKUM
(KAIDAHKAIDAH)
REGULASI
(REGELING –
BESCHIKKING)
Stuffen Bau Theory – HANS KELSEN
(Teori Piramida Hukum)
• Suatu peraturan baru dapat diakui
secara legal, bila tidak bertentangan
dengan peraturan-peraturan yang
berlaku pada suatu jenjang yang lebih
tinggi.
• Seluruh sistem hukum mempunyai
struktur piramida, mulai dari abstrak
sampai konkrit.
[email protected]
5
Hierarki Peraturan
PerUndang-Undangan
UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PUUan
Pasal 7 ayat (1) Jenis dan hierarkhi:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Peraturan Pemerintah (PP)
3) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
4) Peraturan Pemerintah
5) Peraturan Presiden
6) Peraturan Daerah Provinsi; dan
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Add:
Judicial Review MA-MK WHEN???
Legislative Review Prolegnas/Prolegda???
6
Asas dalam Peraturan P’UU-an (Con’t)
• Lex Superiori derogat legi Inferiori
– Peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan
peraturan yang rendah (Peraturan yang lebih tinggi
kedudukannya akan didahulukan).
• Lex Specialis derogat legi Generali
– Peraturan yang bersifat khusus mengesampingkan
peraturan yang bersifat umum
• Lex Posteriori derogat legi lex Priori
– Peraturan baru mengesampingkan peraturan yang
lama
[email protected]
7
Latar Belakang
• Sudikno Mertokusumo, Tujuan Hukum
adalah menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib, dengan menciptakan ketertiban dan
keseimbangan dalam masyarakat.
• Lawrence M. Friedman, Fungsi Hukum
adalah untuk melakukan pengawasan atau
pengendalian sosial (social control),
penyelesaian sengketa (dispute settlement)
dan rekayasa sosial (social engineering).
Tujuan dan Fungsi Hukum
Tujuan Hukum
• Untuk menciptakan tatanan
masyarakat yang tertib,
menciptakan ketertiban dan
keseimbangan
• Dengan tercapainya
ketertiban dalam
masyarakat, diharapkan
kepentingn manusia akan
terlindungi dalam mencapai
tujuannya.
[email protected]
Fungsi Hukum
• Untuk membagi hak dan
kewajiban antar perorangan
di dalam masyarakat,
membagi wewenang dan
mengatur cara
memecahkan masalah
hukum serta memelihara
kepastian hukum.
Kepastian Hukum
Secara Normatif
• Jika suatu peraturan telah dibuat dan
diundangkan secara pasti karena mengatur
secara jelas dan logis.
• Jelas dalam artian tidak menimbulkan
keragua-raguan (multi tafsir).
• Logis dalam artian ia menjadi suatu sistem
norma dengan norma lain sehingga tidak
berbenturan atau menimbulkan konflik
norma.
[email protected]
10
• Bagir Manan dan Kuntana Magnar (1987) memberikan
pengertian peraturan perundang-undangan ialah setiap
putusan tertulis yang dibuat, ditetapkan dan dikeluarkan
oleh lembaga dan/atau pejabat negara yang mempunyai
(menjalankan) fungsi legislatif sesuai dengan tata cara yang
berlaku.
• A. Hamid S Attamimi memberikan batasan peraturan
perundang-undangan adalah peraturan negara, di tingkat
pusat dan di tingkat daerah, yang dibentuk berdasar
kewenangan perundang-undangan, baik bersifat Atribusi
maupun bersifat Delegasi.
• Attamimi juga memberikan batasan mengenai peraturan
perundang-undangan sebagai berikut: semua aturan
hukum yang dibentuk oleh semua tingkat lembaga dalam
bentuk tertentu, dengan prosedur tertentu, biasanya
disertai sanksi dan berlaku umum serta mengikat rakyat.
• Atribusi kekuasaan (attributie van rechtsmacht),
khususnya atribusi kekuasaan pembentukan peraturan
perundang-undangan (attributie van
wetgevendemacht) sering diartikan sebagai pemberian
kewenangan kepada badan atau lembaga atau pejabat
(ambt) negara tertentu, baik oleh pembentuk UndangUndang Dasar maupun pembentuk undang-undang.
• Dalam hal ini berupa penciptaan wewenang baru untuk
dan atas nama yang diberi wewenang tersebut.
• Dengan pemberian wewenang tersebut maka
melahirkan atau memunculkan suatu kewenangan baru
serta tanggung jawab yang mandiri.
Atribusi Kewenangan
• Atribusi kekuasaan (attributie van rechtsmacht),
khususnya atribusi kekuasaan pembentukan peraturan
perundang-undangan (attributie van
wetgevendemacht) sering diartikan sebagai pemberian
kewenangan kepada badan atau lembaga atau pejabat
(ambt) negara tertentu, baik oleh pembentuk UndangUndang Dasar maupun pembentuk undang-undang.
• Dalam hal ini berupa penciptaan wewenang baru untuk
dan atas nama yang diberi wewenang tersebut.
• Dengan pemberian wewenang tersebut maka
melahirkan atau memunculkan suatu kewenangan baru
serta tanggung jawab yang mandiri.
13
Delegasi Kewenangan
• Delegasi kewenangan (delegatie van bevoegdheid)
dimaksudkan sebagai suatu penyerahan atau
pelimpahan kewenangan (dalam hal ini kewenangan
pembentukan peraturan perundang-undangan) dari
badan atau lembaga atau pejabat negara kepada badan
atau lembaga atau pejabat negara lain.
• Kewenangan tersebut semula ada pada badan atau
lembaga atau pejabat yang menyerahkan atau
melimpahkan wewenang tersebut (delegans). Dengan
penyerahan tersebut maka kewenangan dan tanggung
jawab beralih kepada penerima kewenangan
(delegataris).
14
Pengantar
Teori Pemisahan Kekuasaan
Negara
John Locke
(Two Treatises on Civil Government,
1690)
• Kekuasaan legislatif (kekuasaan untuk membuat undang undang);
• Kekuasaan eksekutif (kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang)
• Kekuasaan federatif (kekuasaan mengadakan perserikatan dan aliansi
serta segala tindakan dengan semua orang dan badan-badan di luar
negeri)
15
Pengantar
Teori Pemisahan Kekuasaan
Negara
Montesquiue
(L’Esprit des lois, 1748)
• Kekuasaan legislatif (kekuasaan untuk membuat undangundang)
• Kekuasaan eksekutif (kekuasaan menjalankan undang-undang)
• Kekuasaan yudikatif (kekuasaan yang berkewajiban
mempertahankan undang-undang dan berhak untuk
memberikan peradilan kepada rakyat)
16
• Sistem pemerintahan Negara di Indonesia dibedakan
atas:
– Pemerintahan Pusat (mengatur penyelenggaraan
pemerintah di Pusat);
– Pemerintahan Daerah (mengatur penyelenggaraan
pelaksana daerah)
• Berdasarkan Undang-undang Dasar (UUD) 1945,
pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia dibagi
ke dalam:
– Lembaga Legislatif
– Lembaga Eksekutif
– Lembaga Yudikatif
17
Kewenangan Lembaga Negara
1. Lembaga Legislatif (Legislative Body)
• Merupakan lembaga yang bertugas dan berwenang untuk membuat
undang-undang, yaitu MPR, DPR, dan DPD.
2. Lembaga Eksekutif (Executive Body)
• Merupakan lembaga yang bertugas menjalankan undang-undang.
Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kepala negara yaitu Presiden dan
wakil presiden
3. Lembaga Yudikatif (Judicative Body)
• Lembaga yang berkewajiban mempertahankan undang-undang dan
berhak untuk memberikan peradilan kepada rakyat.
• Lembaga ini berkuasa untuk memutuskan perkara, menjatuhi hukuman
terhadap setiap pelanggaran undang-undang yang telah diadakan dan
dijalankan. Lembaga-lembaga tersebut, yaitu Mahkamah Agung, Komisi
Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi.
18
Lembaga Pemerintahan Penyusun Peraturan
Perundang-Undangan
• Pemerintah
– Pemerintah adalah Presiden dibantu oleh para Menteri.
– Presiden sebagai kepala pemerintahan memiliki wewenang
untuk menetapkan Peraturan Presiden (Perpres) dan
menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang.
• Menteri
– Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan,
dibantu oleh para Menteri.
– Menteri memiliki kewenangan untuk menyusun dan
menetapkan Peraturan Menteri (Permen) dan Keputusan
Menteri (Kepmen) dalam menjalankan tugasnya.
19
Lembaga Pemerintahan Penyusun Peraturan
Perundang-Undangan
• Lembaga Pemerintah Non-Departemen
– Lembaga pemerintah non-departemen memiliki wewenang
mengeluarkan peraturan-peraturan pelaksanaan dari perundangundangan yang lebih tinggi, yaitu melaksanakan kebijakan yang
digariskan oleh Presiden.
– Lembaga pemerintah non-departemen, antara lain sebagai berikut:
• Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
– Badan-badan negara dibentuk dan disesuaikan dengan kebutuhan
dalam penyelenggaraan negara.
– Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan lembaga pemerintah
yang dibentuk dengan suatu undang-undang dan berfungsi
menciptakan kesejahteraan masyarakat.
– Contoh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah Pertamina, Bank
Indonesia (BI), Perusahaan Listrik Negara (PLN).
20
Lembaga Pemerintahan Penyusun Peraturan
Perundang-Undangan
• Direktorat Jenderal Departemen
– Direktorat Jenderal Departemen adalah lembaga di bawah menteri yang
bertugas menjabarkan lebih lanjut keputusan menteri.
– Keppres No. 44 Tahun 1974 menyatakan bahwa Direktorat Jenderal
Departemen menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan peraturanperaturan atas namanya sendiri, yang isinya memberikan rincian yang bersifat
teknis dan ke bijaksanaan bidang pemerintahan yang digariskan oleh Menteri.
– Direktorat Jenderal Departemen berhak membuat Surat Keputusan Direktorat
Jenderal.
• Pemerintah Daerah
– Undang-undang No. 23 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan UU No.
9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Perundang-Undangan, menegaskan bahwa Peraturan
Daerah dibentuk oleh Gubernur, Bupati, atau Walikota bersama dengan DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
21
Prosedur yang dapat dilakukan untuk merubah
peraturan perundang-undangan yang ada
1
2
3
• Melalui kewenangan melekat pada masing-masing lembaga
• Yaitu: Legislative Body dan Executive Body
• Legislative Review
• Judicial Review
22
PRAKTIK LEGISLATIVE REVIEW DAN
JUDICIAL REVIEW
23
Legislative Review
Pengertian
• Legislative review adalah upaya ke lembaga legislatif atau lembaga lain
yang memiliki kewenangan legislasi untuk mengubah suatu peraturan
perundang-undangan.
• Misalnya, pihak yang keberatan terhadap suatu undang-undang dapat
meminta legislative review ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) – dan
tentunya pemerintah (dalam UUD 1945, pemerintah juga mempunyai
kewenangan membuat UU) - untuk mengubah UU tertentu.
• Untuk peraturan perundang-undangan yang lain seperti Peraturan
Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres) dan Peraturan Daerah,
setiap warga negara tentu bisa meminta kepada lembaga pembuatnya
untuk melakukan legislative review atau melakukan revisi.
24
Legislative Review
Konsep Legislative Review
• Setiap orang dapat meminta agar lembaga yang
memiliki fungsi legislasi melakukan revisi terhadap
produk hukum yang dibuatnya dengan alasan, misalnya:
• Peraturan perundang-undangan itu sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan zaman;
• Peraturan perundang-undangan tersebut
bertentangan secara asas (Lex Superiori derogat legi
Inferiori, Lex Specialis derogat legi Generali, atau Lex
Posteriori derogat legi lex Priori)
25
Judicial Review
Pengertian
• Judicial review adalah wewenang untuk menyelidiki, menilai, apakah suatu peraturan
perundang-undangan isinya sesuai atau bertentangan dengan peraturan yang lebih
tinggi derajatnya, serta apakah suatu kekuasaan tertentu berhak mengeluarkan suatu
peraturan tertentu.
• Judicial Review merupakan proses pengujian peraturan perundang-undangan yang lebih
rendah terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang dilakukan oleh
lembaga peradilan.
• Dalam praktik, judicial review (pengujian) undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar 1945 dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Sedangkan, pengujian peraturan
perundang-undangan di bawah UU terhadap UU dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA).
• Secara teori, lembaga peradilan – baik MK maupun MA - yang melakukan judicial review
hanya bertindak sebagai negative legislator. Artinya, lembaga peradilan hanya bisa
menyatakan isi norma atau keseluruhan norma dalam peraturan perundang-undangan
itu tidak memiliki kekuatan hukum mengikat bila bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. MK dan MA tidak boleh menambah norma baru
ke dalam peraturan perundang-undangan yang di-judicial review.
26
Judicial Review
Konsep Judicial Review
Dalam judicial review, sebuah peraturan perundang-undangan hanya
bisa dinyatakan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat bila
memang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di
atasnya.
Urgensi judicial review adalah sebagai alat kontrol terhadap konsistensi
antara produk perundang-undangan
dan peraturan-peraturan
dasarnya.
Proses beracara judicial review terikat pada asas praduga rechtmatig dan
putusan memiliki kekuatan mengikat.
Pengajuan judicial review dapat dilakukan baik melalui gugatan maupun
permohonan.
Pihak yang berhak mengajukan judicial review adalah badan hukum,
kelompok masyarakat.
27
REGULASI TERKAIT JKN
Regulasi Terkait Penyelenggaraan JKN
di Indonesia
Undang Undang (UU)
Peraturan Pemerintah (PP)
Peraturan Presiden (Perpres)
Regulasi Terkait Penyelenggaraan JKN
di Indonesia
Permenkes
Permenkeu
Permendagri
SK Menkes
SE Menteri
Peraturan BPJS
Petunjuk Teknis
Isu Pengaturan terkait Regulasi JKN
Membership
Benefits
Multistakeholder
Political
commitment
Premium
JR dan LR dalam Agenda JKN
UU SJSN – UU BPJS
Legislative
Review
Ketika ……
Peraturan Pemerintah
Peraturan Presiden
Peraturan Menteri
Perda/Perkada/Peraturan Bersama
Kepala Daerah
THANK YOU
☺☺☺
address email: [email protected]
Mobile
: 08156887482
Legislative Review Dalam
Menyusun Agenda
Kebijakan JKN
OLEH:
RIMAWATI
FAKULTAS HUKUM - UGM
Pendahuluan
HANS KELSEN
“suatu peraturan umum dikatakan adil jika benar-benar
diterapkan kepada semua kasus, yang menurut isinya
peraturan ini harus diterapkan. Suatu peraturan umum
dikatakan tidak adil jika diterapkan kepada suatu kasus
dan tidak diterapkan kepada kasus lain yang sama”
HUKUM
(KAIDAHKAIDAH)
REGULASI
(REGELING –
BESCHIKKING)
Stuffen Bau Theory – HANS KELSEN
(Teori Piramida Hukum)
• Suatu peraturan baru dapat diakui
secara legal, bila tidak bertentangan
dengan peraturan-peraturan yang
berlaku pada suatu jenjang yang lebih
tinggi.
• Seluruh sistem hukum mempunyai
struktur piramida, mulai dari abstrak
sampai konkrit.
[email protected]
5
Hierarki Peraturan
PerUndang-Undangan
UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PUUan
Pasal 7 ayat (1) Jenis dan hierarkhi:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Peraturan Pemerintah (PP)
3) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
4) Peraturan Pemerintah
5) Peraturan Presiden
6) Peraturan Daerah Provinsi; dan
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Add:
Judicial Review MA-MK WHEN???
Legislative Review Prolegnas/Prolegda???
6
Asas dalam Peraturan P’UU-an (Con’t)
• Lex Superiori derogat legi Inferiori
– Peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan
peraturan yang rendah (Peraturan yang lebih tinggi
kedudukannya akan didahulukan).
• Lex Specialis derogat legi Generali
– Peraturan yang bersifat khusus mengesampingkan
peraturan yang bersifat umum
• Lex Posteriori derogat legi lex Priori
– Peraturan baru mengesampingkan peraturan yang
lama
[email protected]
7
Latar Belakang
• Sudikno Mertokusumo, Tujuan Hukum
adalah menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib, dengan menciptakan ketertiban dan
keseimbangan dalam masyarakat.
• Lawrence M. Friedman, Fungsi Hukum
adalah untuk melakukan pengawasan atau
pengendalian sosial (social control),
penyelesaian sengketa (dispute settlement)
dan rekayasa sosial (social engineering).
Tujuan dan Fungsi Hukum
Tujuan Hukum
• Untuk menciptakan tatanan
masyarakat yang tertib,
menciptakan ketertiban dan
keseimbangan
• Dengan tercapainya
ketertiban dalam
masyarakat, diharapkan
kepentingn manusia akan
terlindungi dalam mencapai
tujuannya.
[email protected]
Fungsi Hukum
• Untuk membagi hak dan
kewajiban antar perorangan
di dalam masyarakat,
membagi wewenang dan
mengatur cara
memecahkan masalah
hukum serta memelihara
kepastian hukum.
Kepastian Hukum
Secara Normatif
• Jika suatu peraturan telah dibuat dan
diundangkan secara pasti karena mengatur
secara jelas dan logis.
• Jelas dalam artian tidak menimbulkan
keragua-raguan (multi tafsir).
• Logis dalam artian ia menjadi suatu sistem
norma dengan norma lain sehingga tidak
berbenturan atau menimbulkan konflik
norma.
[email protected]
10
• Bagir Manan dan Kuntana Magnar (1987) memberikan
pengertian peraturan perundang-undangan ialah setiap
putusan tertulis yang dibuat, ditetapkan dan dikeluarkan
oleh lembaga dan/atau pejabat negara yang mempunyai
(menjalankan) fungsi legislatif sesuai dengan tata cara yang
berlaku.
• A. Hamid S Attamimi memberikan batasan peraturan
perundang-undangan adalah peraturan negara, di tingkat
pusat dan di tingkat daerah, yang dibentuk berdasar
kewenangan perundang-undangan, baik bersifat Atribusi
maupun bersifat Delegasi.
• Attamimi juga memberikan batasan mengenai peraturan
perundang-undangan sebagai berikut: semua aturan
hukum yang dibentuk oleh semua tingkat lembaga dalam
bentuk tertentu, dengan prosedur tertentu, biasanya
disertai sanksi dan berlaku umum serta mengikat rakyat.
• Atribusi kekuasaan (attributie van rechtsmacht),
khususnya atribusi kekuasaan pembentukan peraturan
perundang-undangan (attributie van
wetgevendemacht) sering diartikan sebagai pemberian
kewenangan kepada badan atau lembaga atau pejabat
(ambt) negara tertentu, baik oleh pembentuk UndangUndang Dasar maupun pembentuk undang-undang.
• Dalam hal ini berupa penciptaan wewenang baru untuk
dan atas nama yang diberi wewenang tersebut.
• Dengan pemberian wewenang tersebut maka
melahirkan atau memunculkan suatu kewenangan baru
serta tanggung jawab yang mandiri.
Atribusi Kewenangan
• Atribusi kekuasaan (attributie van rechtsmacht),
khususnya atribusi kekuasaan pembentukan peraturan
perundang-undangan (attributie van
wetgevendemacht) sering diartikan sebagai pemberian
kewenangan kepada badan atau lembaga atau pejabat
(ambt) negara tertentu, baik oleh pembentuk UndangUndang Dasar maupun pembentuk undang-undang.
• Dalam hal ini berupa penciptaan wewenang baru untuk
dan atas nama yang diberi wewenang tersebut.
• Dengan pemberian wewenang tersebut maka
melahirkan atau memunculkan suatu kewenangan baru
serta tanggung jawab yang mandiri.
13
Delegasi Kewenangan
• Delegasi kewenangan (delegatie van bevoegdheid)
dimaksudkan sebagai suatu penyerahan atau
pelimpahan kewenangan (dalam hal ini kewenangan
pembentukan peraturan perundang-undangan) dari
badan atau lembaga atau pejabat negara kepada badan
atau lembaga atau pejabat negara lain.
• Kewenangan tersebut semula ada pada badan atau
lembaga atau pejabat yang menyerahkan atau
melimpahkan wewenang tersebut (delegans). Dengan
penyerahan tersebut maka kewenangan dan tanggung
jawab beralih kepada penerima kewenangan
(delegataris).
14
Pengantar
Teori Pemisahan Kekuasaan
Negara
John Locke
(Two Treatises on Civil Government,
1690)
• Kekuasaan legislatif (kekuasaan untuk membuat undang undang);
• Kekuasaan eksekutif (kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang)
• Kekuasaan federatif (kekuasaan mengadakan perserikatan dan aliansi
serta segala tindakan dengan semua orang dan badan-badan di luar
negeri)
15
Pengantar
Teori Pemisahan Kekuasaan
Negara
Montesquiue
(L’Esprit des lois, 1748)
• Kekuasaan legislatif (kekuasaan untuk membuat undangundang)
• Kekuasaan eksekutif (kekuasaan menjalankan undang-undang)
• Kekuasaan yudikatif (kekuasaan yang berkewajiban
mempertahankan undang-undang dan berhak untuk
memberikan peradilan kepada rakyat)
16
• Sistem pemerintahan Negara di Indonesia dibedakan
atas:
– Pemerintahan Pusat (mengatur penyelenggaraan
pemerintah di Pusat);
– Pemerintahan Daerah (mengatur penyelenggaraan
pelaksana daerah)
• Berdasarkan Undang-undang Dasar (UUD) 1945,
pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia dibagi
ke dalam:
– Lembaga Legislatif
– Lembaga Eksekutif
– Lembaga Yudikatif
17
Kewenangan Lembaga Negara
1. Lembaga Legislatif (Legislative Body)
• Merupakan lembaga yang bertugas dan berwenang untuk membuat
undang-undang, yaitu MPR, DPR, dan DPD.
2. Lembaga Eksekutif (Executive Body)
• Merupakan lembaga yang bertugas menjalankan undang-undang.
Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kepala negara yaitu Presiden dan
wakil presiden
3. Lembaga Yudikatif (Judicative Body)
• Lembaga yang berkewajiban mempertahankan undang-undang dan
berhak untuk memberikan peradilan kepada rakyat.
• Lembaga ini berkuasa untuk memutuskan perkara, menjatuhi hukuman
terhadap setiap pelanggaran undang-undang yang telah diadakan dan
dijalankan. Lembaga-lembaga tersebut, yaitu Mahkamah Agung, Komisi
Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi.
18
Lembaga Pemerintahan Penyusun Peraturan
Perundang-Undangan
• Pemerintah
– Pemerintah adalah Presiden dibantu oleh para Menteri.
– Presiden sebagai kepala pemerintahan memiliki wewenang
untuk menetapkan Peraturan Presiden (Perpres) dan
menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang.
• Menteri
– Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan,
dibantu oleh para Menteri.
– Menteri memiliki kewenangan untuk menyusun dan
menetapkan Peraturan Menteri (Permen) dan Keputusan
Menteri (Kepmen) dalam menjalankan tugasnya.
19
Lembaga Pemerintahan Penyusun Peraturan
Perundang-Undangan
• Lembaga Pemerintah Non-Departemen
– Lembaga pemerintah non-departemen memiliki wewenang
mengeluarkan peraturan-peraturan pelaksanaan dari perundangundangan yang lebih tinggi, yaitu melaksanakan kebijakan yang
digariskan oleh Presiden.
– Lembaga pemerintah non-departemen, antara lain sebagai berikut:
• Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
– Badan-badan negara dibentuk dan disesuaikan dengan kebutuhan
dalam penyelenggaraan negara.
– Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan lembaga pemerintah
yang dibentuk dengan suatu undang-undang dan berfungsi
menciptakan kesejahteraan masyarakat.
– Contoh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah Pertamina, Bank
Indonesia (BI), Perusahaan Listrik Negara (PLN).
20
Lembaga Pemerintahan Penyusun Peraturan
Perundang-Undangan
• Direktorat Jenderal Departemen
– Direktorat Jenderal Departemen adalah lembaga di bawah menteri yang
bertugas menjabarkan lebih lanjut keputusan menteri.
– Keppres No. 44 Tahun 1974 menyatakan bahwa Direktorat Jenderal
Departemen menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan peraturanperaturan atas namanya sendiri, yang isinya memberikan rincian yang bersifat
teknis dan ke bijaksanaan bidang pemerintahan yang digariskan oleh Menteri.
– Direktorat Jenderal Departemen berhak membuat Surat Keputusan Direktorat
Jenderal.
• Pemerintah Daerah
– Undang-undang No. 23 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan UU No.
9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Perundang-Undangan, menegaskan bahwa Peraturan
Daerah dibentuk oleh Gubernur, Bupati, atau Walikota bersama dengan DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
21
Prosedur yang dapat dilakukan untuk merubah
peraturan perundang-undangan yang ada
1
2
3
• Melalui kewenangan melekat pada masing-masing lembaga
• Yaitu: Legislative Body dan Executive Body
• Legislative Review
• Judicial Review
22
PRAKTIK LEGISLATIVE REVIEW DAN
JUDICIAL REVIEW
23
Legislative Review
Pengertian
• Legislative review adalah upaya ke lembaga legislatif atau lembaga lain
yang memiliki kewenangan legislasi untuk mengubah suatu peraturan
perundang-undangan.
• Misalnya, pihak yang keberatan terhadap suatu undang-undang dapat
meminta legislative review ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) – dan
tentunya pemerintah (dalam UUD 1945, pemerintah juga mempunyai
kewenangan membuat UU) - untuk mengubah UU tertentu.
• Untuk peraturan perundang-undangan yang lain seperti Peraturan
Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres) dan Peraturan Daerah,
setiap warga negara tentu bisa meminta kepada lembaga pembuatnya
untuk melakukan legislative review atau melakukan revisi.
24
Legislative Review
Konsep Legislative Review
• Setiap orang dapat meminta agar lembaga yang
memiliki fungsi legislasi melakukan revisi terhadap
produk hukum yang dibuatnya dengan alasan, misalnya:
• Peraturan perundang-undangan itu sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan zaman;
• Peraturan perundang-undangan tersebut
bertentangan secara asas (Lex Superiori derogat legi
Inferiori, Lex Specialis derogat legi Generali, atau Lex
Posteriori derogat legi lex Priori)
25
Judicial Review
Pengertian
• Judicial review adalah wewenang untuk menyelidiki, menilai, apakah suatu peraturan
perundang-undangan isinya sesuai atau bertentangan dengan peraturan yang lebih
tinggi derajatnya, serta apakah suatu kekuasaan tertentu berhak mengeluarkan suatu
peraturan tertentu.
• Judicial Review merupakan proses pengujian peraturan perundang-undangan yang lebih
rendah terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang dilakukan oleh
lembaga peradilan.
• Dalam praktik, judicial review (pengujian) undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar 1945 dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Sedangkan, pengujian peraturan
perundang-undangan di bawah UU terhadap UU dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA).
• Secara teori, lembaga peradilan – baik MK maupun MA - yang melakukan judicial review
hanya bertindak sebagai negative legislator. Artinya, lembaga peradilan hanya bisa
menyatakan isi norma atau keseluruhan norma dalam peraturan perundang-undangan
itu tidak memiliki kekuatan hukum mengikat bila bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. MK dan MA tidak boleh menambah norma baru
ke dalam peraturan perundang-undangan yang di-judicial review.
26
Judicial Review
Konsep Judicial Review
Dalam judicial review, sebuah peraturan perundang-undangan hanya
bisa dinyatakan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat bila
memang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di
atasnya.
Urgensi judicial review adalah sebagai alat kontrol terhadap konsistensi
antara produk perundang-undangan
dan peraturan-peraturan
dasarnya.
Proses beracara judicial review terikat pada asas praduga rechtmatig dan
putusan memiliki kekuatan mengikat.
Pengajuan judicial review dapat dilakukan baik melalui gugatan maupun
permohonan.
Pihak yang berhak mengajukan judicial review adalah badan hukum,
kelompok masyarakat.
27
REGULASI TERKAIT JKN
Regulasi Terkait Penyelenggaraan JKN
di Indonesia
Undang Undang (UU)
Peraturan Pemerintah (PP)
Peraturan Presiden (Perpres)
Regulasi Terkait Penyelenggaraan JKN
di Indonesia
Permenkes
Permenkeu
Permendagri
SK Menkes
SE Menteri
Peraturan BPJS
Petunjuk Teknis
Isu Pengaturan terkait Regulasi JKN
Membership
Benefits
Multistakeholder
Political
commitment
Premium
JR dan LR dalam Agenda JKN
UU SJSN – UU BPJS
Legislative
Review
Ketika ……
Peraturan Pemerintah
Peraturan Presiden
Peraturan Menteri
Perda/Perkada/Peraturan Bersama
Kepala Daerah
THANK YOU
☺☺☺
address email: [email protected]
Mobile
: 08156887482