Kebijakan JKN di tahun 2016 dan Outlook

Kebijakan JKN 
di tahun 2016  
dan  
Outlook tahun 2017

 

Laksono Trisnantoro 
Ketua Departemen Kebijakan dan 
Manajemen Kesehatan   
Fakultas Kedokteran 
Universitas Gadjah Mada 

Isi 
•  Apa yang terjadi di tahun 
2016: 
‐  Pembiayaan 
‐  Pengembangan Supply side dan SDM 
 

•  Outlook 2017 

‐  Kegiatan Operasional 
‐  Usulan Revisi Kebijakan 
 


Proses Kebijakan 
Penetapan  
agenda 
Evaluasi 
Kebijakan 

Perumusan 
Kebijakan 
UU SJSJN: 2004
UU BPJS: 2011

Monitoring 
Pelaksanaan 

Pelaksanaan 

Kebijakan 
2014 - 2016



InGsari 
Diskusi Jaminan Kesehatan Nasional: Review tahun 2016 dan 
Outlook 2017 
Pengantar: JKN telah berjalan 3 tahun. Banyak manfaat yang dinikmaI masyarakat. 
Namun ada masalah dalam pemerataan, mutu pelayanan kesehatan,  dan kecukupan 
dana untuk kelanggengan.  
Tujuan: membahas apa yang terjadi di th 2016 dan melihat kemungkinan perbaikan di 
tahun 2017 dan tahun‐tahun berikutnya.  
Isi Diskusi: pengalaman di tahun 2016 menunjukkan trend serupa di tahun 2015. Masalah 
kekurangan dana (defisit) dengan berbagai dampaknya, mutu pelayanan, dan supply side 
Idak seimbang yang menimbulkan keImpangan geografis merupakan hal‐hal yang tetap 
belum ada solusinya. Isu konsepsual dan ideologis  yang menonjol adalah: (1)  apakah 
dana PBI boleh dipergunakan untuk PBPU; (2) adanya fakta bahwa kelompok PBPU 
sebenarnya bukan asuransi sosial dengan adanya adverse selecIon dan tunggakan; dan 
(3) apakah untuk mencapai UHC harus dilakukan seluruhnya melalui BPJS (single pool).  

Usulan Solusi tahun 2017:  (1) peningkatan pendapatan untuk BPJS, dan penurunan 
pengeluaran tanpa harus mengurangi mutu pelayanan kesehatan. (2) mengkaji 
kemungkinan Revisi UU SJSN dan UU BPJS yang sudah berjalan penuh sejak tahun 2014.  
Revisi 2 UU ini mungkin perlu dilakukan karena ada berbagai masalah konsepsual dan 
ideologis  di dalam kedua UU yang mempunyai potensi penyimpangan dari UUD 1945 dan 
kebijakan Nawacita. 

Apa yang terjadi di 
tahun 2016 
Pembiayaan 
 
Pengemban
gan Supply 
Side 

Apakah dapat
meningkatkan?
-  Pemerataan
Pelayanan
-  Mutu

Pelayanan

Apakah dapat
meningkatkan
status
kesehatan
masyarakat?

 



Apa yang terjadi di 
Pembiayaan Kesehatan? 
•  Sistem Jaminan Kesehatan 
Nasional mengalami masalah 
•  Terjadi mismatch dalam 
pendapatan dan pengeluaran 
BPJS  
•  Tahun keGga pelaksanaan JKN 

menjadi mengkawaGrkan untuk 
pencapaian UHC  


Problem di BPJS
Pada 2015, pemerintah menanggung defisit anggaran BPJS Kesehatan
Rp 10 T. Tahun ini, pemerintah harus menutup defisit BPJS Kesehatan
yang hingga bulan September mencapai Rp 6,7 T. Hingga akhir tahun
2016, defisit anggaran BPJS Kesehatan diperkirakan Rp 7 T. (sumber :
Kompas, 2016)

Sumber : http://setkab.go.id/

"Saya minta pemerintah pusat
dan daerah bisa berbagi peran
dan tanggung jawab
berdasarkan semangat gotong
royong. Namun, pembagian
tugasnya harus jelas antara
pusat, daerah, dan BPJS

Kesehatan,” (Presiden Jokowi)


Data dari Menteri 
Kesehatan 
di Konas IAKMI di Makassar, 2016  
Rasio Klam PBPU
bermasalah karena
adanya Adverse
Selection dan yang
sudah mendaftar
kemudian menunggak

Catatan: Subsidi untuk 
masyarakat miskin dipakai 
yang menengah ke atas 

PBPU:
Di awal
JKN: 2014

1300%

PBPU: Di
akhir tahun
2015:
284 %

PPU: DI bawah
100%
PBI: Paliing rendah

Gambaran Masalah dipandang dari
pemasukan BPJS
-  BPJS Defisit
-  PBI
-  PBPU merugikan......

Non-PBI eks
PT Askes dll


APBN
PBI BPJS

Pemda

Pelayanan 
Dasar/FKTP 

Prof. dr. Laksono Trisnantoro

Non-PBI Mandiri (PBPU)

Rujukan/
FKTL 
 

Pajak

Masih belum ada 
pagar di dalam BPJS 

yang single pool 

Pendapatan
Negara bukan
Pajak

Non-PBi PNS,
Jamsostek dll dll

BPJ
S

APBN

Rp

PBI

Rp
Rp


Kemenkes
Kementerian
lain

Non-PBI Mandiri
Askes
Swasta

Pelayanan 
Primer: 

Pelayanan 
Rujukan 

Pemda
Pendapatan
Asli Daerah

Dana dari Masyarakat langsung

10 

Apa yang terjadi dalam 
perkembangan Supply 
Side di tahun 2016? 

11 

Jumlah RS di Indonesia 
 1,800  
 1,600  

Publik,  1,540  

Publik,  1,562  

Publik,  1,592  

Publik,  1,607  

Publik,  1,405  

 1,400  
 1,200  
 1,000  

Privat,  870  
Privat,  666  

 800  
Privat,  543  

 600  
 400  

Privat,  984  

Privat,  314  

 200  
 ‐    
2012 

2013 

2014 

2015 

Updated (Dec 
2016) 

RS di Indonesia terdiri dari rumah sakit publik dan rumah sakit privat
dengan jumlah total 2,591 buah. Pertumbuhan RS publik selama 5 tahun
terakhir tidak sepesat pertumbuhan RS privat. Rata-rata pertumbuhan RS
publik sebesar 3%, sedangkan RS privat sebesar 35%.

Trend Jumlah RS di Indonesia Berdasar Kepemilikan  
 1,000  
 900  
 800  
 700  
 600  
 500  
 400  
 300  
 200  
 100  
 ‐    

Berdasarkan kepemilikan, pertumbuhan RS swasta profit lebih agresif
dibandingkan jenis RS lainnya. Rata-rata pertumbuhan sebesar 44%.
Sedangkan rata-rata pertumbuhan RS swasta non profit hanya sebesar 2%.
RS publik milik Pemprov hanya sebesar 9%, dan RS lain pertumbuhannya
tidak terlalu signifikan.

 Pertumbuhan RS per Regional 
Pertumbuhan RS per Regional 
 1,600  
 1,400  
 1,200  
Region 1 

 1,000  

Region 2 

 800  
 600  

Region 3 

 400  

Region 4 

 200  

Region 5 

 ‐    
2012 

2013 

2014 

2015 

Updated (Dec 
2016) 

Keterangan:
Region 1: DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Banten
Region 2: Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTB
Region 3: NAD, Sumut, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalbar, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Gorontalo,
Sulbar
Region 4: Kalteng, Kalsel
Region 5: Kep. Babel, NTT, Kaltim, Kaltara, Maluku, Malut, Papua Barat, Papua

Sebagian
besar RS
Kelas A dan B
di Regional 1

Perkembangan Dokter Spesialis 
dan Dokter Layanan Primer 
•  Belum ada data yang menunjukkan perubahan 
signifikan dokter spesialis 
•  Penyebaran dokter spesialis oleh Kemenkes 
masih tertunda 
•  Residen sudah mulai disebut sebagai pekerja 
•  Untuk DLP Pemerintah dan IDI tetap ada 
konflik; Permasalahan di Gate Keeper terus 
berjalan 
15 

Situasi yang dihadapi JKN 
-  BPJS Defisit
-  PBPU merugikan...Dana
PBI, dipergunakan oleh
PBPU
-  Dana Pemda yang
terpencil ke BPJS pusat,
dipergunakan oleh daerah
lain. (Iuran sama, fasilitas
jauh berbeda)
-  Benefit Package terlalu
lebar
-  ...

Masalah
Inequity
Masalah
Mutu

Ringkasan 
Situasi Pembiayaan: 
•  Di tahun 2016: Tidak banyak perubahan 
dibandingkan dengan tahun 2015 
•  Dana untuk Jaminan Kesehatan Nasional sangat 
kurang. Terjadi situasi sulit bagi RS dan BPJS 
•  Dana PBI terpakai untuk PBPU 
•  Dana JKN yang terpencil Gdak terpakai penuh 
•  Kebijakan kompensasi belum berjalan 
 
 
Situasi Supply 
•  Pengembangan RS terutama berada di Regional 
1 (Jawa). Perkembangan RS Swasta For Profit 
masih meningkat Gnggi.  
•  Akses Gdak merata 
•  Perkembangan jumlah spesialis Gdak banyak 
meningkat. Usaha penyebaran belum berjalan. 

17 

Pengalaman di tahun 2016? 
Apakah dapat
meningkatkan?
-  Pemerataan
Pelayanan
-  Mutu Pelayanan

Jawaban:

Belum

?

Pemerataan 
•  Dana PBI Gdak dipakai seluruhnya oleh mereka yang 
miskin (Klain Rasio PBI 80%, PBPU di atas 250%) 
•  Dana Kompensasi Gdak berjalan; Kebijakan pusat 
belum ada. 
•  Dana PBI dari Pemda, di berbagai daerah sulit Gdak 
bisa dipakai karena kesulitan Akses faskes dan SDM 
Kesehatan. Dipakai oleh Propinsi/Kab yang overshot. 
Jateng/DIY: Overshot. 

Mengapa pemerataan perlu? 
UUD: 
Pasal 34 ayat 1: Fakir miskin dan anak‐anak 
terlantar dipelihara oleh negara. 
Ayat 2: Negara mengembangkan jaminan sosial 
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan 
masyarakat yang lemah dan Gdak mampu sesuai 
dengan martabat kemanusiaan 


Mutu 
•  Keluhan RS‐RS mengenai kecilnya 
klaim oleh BPJS; 
•  Fraud belum terkendali dengan 
baik;  
•  Indikator kinerja masih belum 
berjalan di pelayanan primer dan 
rujukan. 

UU SJSN 
•  UU SJSN menetapkan asuransi sosial dan 
ekuitas sebagai prinsip penyelenggaraan JKN 
•  Iuran sesuai dengan besaran pendapatan 
•  UU SJSN menyatakan bahwa subsidi iuran JKN 
harus untuk orang miskin dan orang Gdak 
mampu 

Kubus WHO di 
Indonesia perlu 
direvisi 

Kubus WHO di 
Indonesia perlu 
direvisi 

Regional 1
Regional 5

Melongok ke 
tahun 2017 

25 

Kalau situasi 2017 tetap sama:  
Bagaimana masa depan
Pemerataan Pelayanan dan
Mutu Pelayanan?
Apakah UHC dapat tercapai
di tahun 2019?
Jawabannya adalah tidak.

BPJS sebagai lembaga
yang mempunyai risiko
tinggi:
-  Benefit Package besar
-  Open-ended
-  Risiko ditanggung oleh
BPJS dan pemerintah
-  Potensi masyarakat
diabaikan
26 

Solusi 2017 
A. Apakah Solusi Pelaksanaan
Program saja ? ataukah
+
B. Solusi Pengkajian UU SJSN
dan UU BPJS serta seluruh
regulasi di bawahnya?
27 

A. Solusi Pelaksanaan yang mungkin 
terjadi di tahun 2017: 
Solusi 1: 
Penambahan sumber dana untuk sektor kesehatan 
(Gdak harus melalui BPJS) 
Solusi 2:  Pembatasan Pengeluaran 
a.  Pengurangan Benefit Package (ke Basic Package) 
b.  Efisiensi (Pencegahan fraud dll) 
c.  Penggunaan berbagai plafon 
Solusi 3: Dana Kompensasi 

Pendapatan
Bukan dari
Pajak

Pendapa
tan dari
Pajak

Usulan Solusi 1 (2017):
Peningkatan Dana untuk kesehatan,
dari berbagai sumber yang
memungkinkan

Dana
Asing

Non-PBI eks
PT Askes

APBN
PBI BPJS

Non-PBI Mandiri (PBPU)

Kemenkes
Asuransi
Swasta

5%
Kementerian
Lain terkait
Kesehatan

Pemda

Pelayanan 
Dasar/FKTP 

Rujukan/
FKTL 
 

Out of pocket
10%
Prof. dr. Laksono Trisnantoro

Dana
Kemanusiaan
29 

Peningkatan Penerimaan Pajak: 
Mungkinkah dipakai untuk memperbesar iuran untuk  PBI?  

GDP
Tax
Revenue
Non-Tax
Revenue

Pajak: 
•  Instrumen Redistribusi.  •  Bagaimana pajak 
Butuh keputusan PoliGk 
Rokok? Apakah solusi? 
untuk mengalokasikan.  •  Siapa yang membayar 
•  PBI mungkin dapat 
pajak rokok (banyak 
dinaikkan, namun yang 
yang miskin) 
memanfaatkan justru 
•  Ada masalah poliGk, 
PBPU 
alokasi, dan eGka 

Potensi Peran Pemda untuk menambah 
dana/mengurangi beban  BPJS 
a.  Menambah pembayaran dan jumlah untuk 
Premi (seperG yang ada saat ini). 
b.  Pendanaan urusan KB, serta Kesehatan Ibu 
dan Anak (non‐kapitasi di layanan primer) 
diserahkan ke Pemerintah Daerah 
c.  Melakukan kebijakan Batas Atas. Di atas 
pengeluaran Jumlah tertentu, akan menjadi 
tanggung jawab Pemda 
 

a. 
Menambah pembayaran 
untuk Premi 

Catatan: 
•  Kerjasama dengan BPJS menguntungkan 
untuk Pemda di daerah yang lengkap 
fasilitas kesehatan dan SDMnya 
•  Tarif sama namun akses terhadap fasilitas 
berbeda 

PBI BPJS

Pelayanan 
Dasar/FKTP 
Pemda

Prof. dr. Laksono Trisnantoro

Rujukan/
FKTL 
 

Masalah:
Belum ada
perhitungan nasional
tentang “Claim Ratio
Pemda per propinsi/
kabupaten)
Data di berbagai
daerah terpencil:
PBI tidak dipakai
penuh
Pemda di daerah
terpencil: “Rugi”

Ada masalah In‐equity karena tarif 
PBI sama, faskes berbeda 
•  Ada kemungkinan dana 
iuran PBI oleh daerah Gdak 
bisa dipergunakan kembali 
oleh daerah yang 
bersangkutan 
•  Masuk ke BPJS dan 
dipergunakan untuk 
daerah‐daerah yang 
kekurangan dana  
(khususnya Jawa) 

b. 

Pendanaan urusan KB, serta Kesehatan Ibu 
dan Anak diserahkan ke Pemerintah Daerah 

Pooling dana untuk
APBN dan APBD
diserahkan ke Pemda,
Bukan BPJS

PBI BPJS

Pelayanan 
Dasar/FKTP 
Pemda

Prof. dr. Laksono Trisnantoro

Rujukan/
FKTL 
 

Melalui DAK dan
berbagai mekanisme
dana

c. 
Melakukan kebijakan 
Batas Atas.  
•  Di atas pengeluaran Jumlah 
tertentu, akan menjadi 
tanggung jawab Pemda 
•  Diharapkan Pemda (Propinsi 
dan Kab/Kota) bergotong 
royong membayarnya. 
•  Memberi moGvasi untuk 
pengendalian pengeluaran 
dan pencegahan penyakit 

•                             Dibayar  
• 

                              Pemda 

2014 15

16

17

Bagaimana peluang aplikasinya?
- 
- 
- 
- 

Tergantung Kemampuan Fiskal daerah
Kemauan Pemerintah daerah
Hubungan Pemda dengan BPJS
Aturan nasional

PBI BPJS

Kementerian
Lain terkait
Kesehatan

Pelayanan 
Dasar/FKTP 

Pemda

10%
Prof. dr. Laksono Trisnantoro

Rujukan/
FKTL 
 

37 

Peningkatan Premi  
Non-PBI eks
PT Askes

PBI BPJS

Secara poliGs sulit 

Non-PBI Mandiri (PBPU)

Peningkatan Out of Pocket 
‐  Cost‐sharing 
‐  CoordinaGon of benefit 

PBI BPJS
Asuransi
Swasta

Pelayanan 
Dasar/FKTP 

Rujukan/
FKTL 
 

Out of pocket

Dana
Kemanusiaan
39 

Solusi pelaksanaan 2: Pembatasan 
Pengeluaran BPJS 
a.  Pengurangan Benefit Package (ke Basic 
Package) 
b.  Penggunaan berbagai batas atas: 
Pembayaran klaim untuk anggota PBPU, 
Pemerintah Daerah, dan Rumah sakit 
c.  Efisiensi (Pencegahan fraud, efisiensi 
manajerial dll) 
 
 

Benefit'Package''
Inpatient(Services(
Tertiary/'Super'specialty'inpatient'services''
Secondary

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24