Studi komparasi antara hukum positif dan hukum islam tentang manipulasi akta nikah dalam perkawinan: studi kasus KUA Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM
ISLAM TENTANG MANIPULASI AKTA NIKAH DALAM
PERKAWINAN
(Studi Kasus KUA Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo)
SKRIPSI
Oleh:
Ika Nur Fadilah
NIM. C01213040

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Islam
Prodi Hukum Keluarga Islam (Ahwal As-Syahsiyah)
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang dilaksanakan di KUA
Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo yang berjudul: “Studi Komparasi Antara Hukum
Positif dan Hukum Islam Tentang Manipulasi Akta Nikah Dalam Perkawinan (Studi
Kasus KUA Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo)”. Penelitian ini bertujuan untuk

menjawab pertanyaan tentang bagaimana Analisis hukum positif dan hukum islam
tentang Manipulasi Akta Nikah dalam Perkawinan di KUA Kecamatan
Taman?bagaimana komparasi antara hukum positif dan hukum islam tentang

Manipulasi Akta Nikah dalam Perkawinan di KUA Kec. Taman?
Data penelitian dihimpun melalui wawancara kepada seseorang yang
mengetahui dan memiliki informasi pokok, yaitu Kepala KUA Kecamatan
Taman dan dokumen berupa buku-buku, skripsi yang berkaitan dengan
manipulasi akta nikah dalam perkawinan. Selanjutnya dilakukan analisis dengan
menggunakan metode komparatif antara hukum islam dan hukum positif yang
terdapat pada undang-undang No. 1 Tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam dan
PMA No. 11 Tahun 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hukum positif dan hukum
islam terdapat persamaan yakni sama-sama tidak sah status perkawinanya.
Dalam hukum positif dijelaskan dalam PMA No 11 tahun 2007 pasal 27 ayat 1
bahwa buku nikah adalah sah apabila ditanda tangani oleh PPN, masalah ini
sangat tegas bahwa adanya akta nikah ini tidak dikeluarkan oleh pihak pegawai
pencatat nikah, akta nikah iki hanya dimanipulasi. Maka perkawinan dikatakan
tidak sah menurut hukum positif. Sedangkan dalam hukum islam perkawinan itu
dikatakan sah jika tidak memenuhi rukun dan syarat perkawinan yang sudah

ditentukan dalam islam. Dalam perkawinan manipulasi akta nikah ini, salah satu
rukun dan syarat tidak terpenuhi yaitu wali. wali yang seharusnya digunakan
adalah wali hakim. Jika dalam islam wali hakim adalah sultan. Sultan diindonesia
adalah kepala negara yang beragama islam.yang melimpahkan wewenangnya
kepada Ketua PA dan kepala PA memberikan wewenang kepada Kepala KUA.
jadi ketika pernikahan menggunakan wali hakim maka harus Kepala KUA yang
menikahkan. Jika tidak dapat dibuktikan sebagai kepala KUA maka
perkawinannya tidak sah.
Pembaruan hukum Islam menjadi penting khususnya mengenai prosedur
perkawinan dalam rangka penyesuaian pemikiran-pemikiran hukum Islam dengan
perkembangan kontemporer dan keindonesiaan di bidang hukum keluarga. Upaya
ini menjadi penting agar kemaslahatan yang menjadi tujuan hukum Islam dapat
terwujud dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat.

v
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ....................................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................iii
PENGESAHAN .........................................................................................................iv
ABSTRAK .................................................................................................................v
KATA PENGANTAR ...............................................................................................vi
DAFTAR ISI ..............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL......................................................................................................x
DAFTAR TRANSLITERASI ...................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...........................................................8
C. Rumusan Masalah ...................................................................................10
D. Kajian Pustaka ........................................................................................10
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................12
F. Kegunaan Penelitian ...............................................................................13
G. Definisi Operasional ...............................................................................14
H. Metode Penelitian ...................................................................................15
I.

Sistematika Pembahasan ........................................................................19


BAB II TEORI PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM
ISLAM
A. Pengertian Perkawinan
1. Pengertian Perkawinan Menurut Hukum Positif ...............................21
2.

Pengertian Perkawinan Menurut Hukum Islam................................23

B. Dasar Hukum Perkawinan
1. Dasar Hukum Perkawinan Menurut Hukum Positif ..........................25
2. Dasar Hukum Perkawinan Menurut Hukum Islam ............................28
C. Rukun dan Syarat Perkawinan

viii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Rukun dan Syarat Perkawinan Menurut Hukum Positif ...................31
2. Rukun dan Syarat Perkawinan Menurut Hukum Islam .....................32
D. Tujuan Perkawinan

1. Tujuan Perkawinan Menurut Hukum Positif.....................................35
2. Tujuan Perkawinan Menurut Hukum Islam.......................................36
E. Kedudukan wali dalam Perkawinan
1. Kedudukan wali dalam Perkawinan Menurut Hukum Positif ...........38
2. Kedudukan wali dalam Perkawinan Menurut Hukum Islam .............38
F. Pembatalan Perkawinan
1. Pembatalan Perkawinan Menurut Hukum Positif .............................41
2. Pembatalan Perkawinan Menurut Hukum Islam ...............................43
E. Pencatatan Perkawinan..............................................................................46
F. Tatacara Pencatatan Perkawinan Menurut PP. No. 9 Tahun 1975 ...........50
BAB III GAMBARAN UMUM DAN KRONOLOGI MANIPULASI AKTA
NIKAH DI KUA KECAMATAN TAMAN
A. Gambaran Umum KUA Kecamatan Taman ...........................................58
B. Perkawinan Dengan Manipulasi Kutipan Akta Nikah Di KUA
Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo
1. Kronologi Kasus Perkawinan Dengan Manipulasi Kutipan Akta Nikah
Di KUA Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo .................................. 63
2. Temuan yang terdapat dalam Kasus Manipulasi Akta Nikah dalam
Perkawinan di KUA Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo ...............66
BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

TENTANG MANIPULASI AKTA NIKAH DALAM PERKAWINAN
A. Kronologi Manipulasi Akta Nikah dalam Perkawinan di KUA Kec.
Taman ........................................................................................................69
B. Konsep Pernikahan dalam Hukum Positif dan Hukum Islam tentang
Manipulasi Akta Nikah dalam Perkawinan di KUA Kec. Taman ............71
C. Persamaan Dan Perbedaan Antara Hukum Positif Dan Hukum Islam
Tentang Manipulasi Akta Nikah Dalam Perkawinan ..............................82

ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................87
B. Saran ........................................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................xiv
LAMPIRAN-LAMPIRAN.........................................................................................xvii

x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan Perkawinan dengan Manipulasi Kutipan
akta nikah dalam hukum Positif dan Hukum islam ............................................. 86

xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang mempunyai kecenderungan hidup bersama.
Kecenderungan manusia yang ingin melakukan kontak dengan manusia lainnya
tidak boleh dibatasi karena sudah menjadi kodratnya menjadi makhluk sosial.
Bertitik tolak dari keinginan itu tidak jarang terjadi ikatan lahir dan batin yang
cukup kuat. Perkawinan merupakan solusi Allah untuk menghindari adanya
perbuatan zina yang jelas diharamkannya.
Karena dengan pernikahan seseorang akan mulai menjalani kehidupan
baru yang lebih serius dan menantang. Fitrah yang telah di gariskan Allah bahwa
manusia akan hidup berdampingan dengan pasanganya. pernikahan merupakan


sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada
manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih
oleh allah Swt., sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak.
Allah swt. Berfirman dalam Surat An-Nisa: 1 yang berbunyi sebagai
berikut:

ِ
ِ‫ﺲو‬
ِ
‫ﺒﺣ َﺪةٍ َو َﺧَ َ ِ ْـ َﻬﺎ َزْو َﺟ َﻬﺎ َوَﺚ ِ ْـ ُﻬ َ ﺎ ِر َﺟ ًﺎﻻ َ ﺜِ ًﲑﺒ‬
َ ٍ ‫ﺎس ﺒﺗـ ُﻮﺒ َر ُ ُ ﺒ ﺬي َﺧَ َ ُ ْ ْ ـَ ْﻔ‬
ُ ‫َ� أَ ـ َﻬﺎ ﺒ‬
‫َوِ َﺴﺎءً َوﺒﺗـ ُﻮﺒ ﺒﻪَ ﺒ ِﺬي ﺗَ َﺴﺎءَُﻮ َن ِِﻪ َو ْﺒﻷ َْر َﺣ َﺎم إِن ﺒﻪَ َ ﺎ َن ََْ ُ ْ َرِ ًﺎ‬

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2


Artinya:
“hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada tuhanmu yang telah menciptakan

kamu dari seorang diri dan darinyalah Allah menciptakan istrinya, dan dari
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak
...” (Q.S. An-Nisa>
:1) 1
Pernikahan akan berperan setelah masing-masing pasangan siap
melakukan perannya yang positif dalam mewujudkan tujuan dan pernikahan itu
sendiri. 2
Allah Swt. Tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang
hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betina
secara anargik atau tidak ada aturan, maka Allah Swt Mengadakan hukum sesuai
dengan martabat tersebut.
Nikah menurut bahasa adalah al-d{amu yang artinya kumpul. Makna nikah

<
>
j) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwi>
j yang artinya Akad Nikah. Juga bisa

(zawa<
diartikan (wat{’u al-zaujah) yang bermakna menyetubuhi istri. Definisi yang
hampir sama dengan diatas juga dikemukakan oleh Rahmat Hakim, bahwa kata

hun” yang merupakan masdar atau asal kata
nikah berasl dari bahasa Arab “nika>
dari kata kerja “”(fi’il ma>
di{) “nakah{a”, sinonimnya “tazawwaja” kemudian
diterjemahkan dalam bahasa indonesia sebagai perkawinan.
Beberapa penulis juga terkadang menyebut pernikahan dengan kata
perkawinan. Dalam bahasa indonesia, “perkawinan” berasal dari kata “kawin”
digunakan secara umum, untuk tumbuhan, hewan dan manusia, dan menunjukkan
proses generatif secara alami. Berbeda dengan itu, nikah hanya digunakan pada
1
2

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, 78
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat 1, (Bandung: CV Pustaka Setia, Cet I, 1999), 9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


3

manusia karena mengandung keabsahan secara hukum nasional, adat istiadat, dan
terutama menurut agama. Makna nikah adalah akad atau ikatan, karena dalam
suatu proses pernikahan terdapat ijab (pernyataan penyerahan dari pihak
perempuan) dan kabul (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan kabul
(pernyataan penerimaan dari pihak lelaki). Selain itu, nikah juga bisa diartikan
bersetubuh. 3
Fitrah yang telah di gariskan Allah bahwa manusia akan hidup
berdampingan dengan pasanganya. Pernikahan adalah gerbang menuju kehidupan
maha sempurna. Kehidupan dengan nuansa harmoni persahabatan sejati sebagai
wujud rasa cinta kasih terhadap sesama hingga mampu membangun rumah
tangga dalam ruang mawadah wa rah{mah. 4
Dengan adanya bentuk pernikahan ini memberikan jalan yang aman bagi
naluri manusia. Bahwa setiap individu itu mengiginkan seorang belahan jiwa
sebagai tempat berbagi, sudah kodratnya bahwa manusia ingin hidup berpasangpasangan, hal itu sesuai dengan firman allah dalam al-Qur’an. Firman Allah Swt.:

ِ ْ ‫وِ ْ ُ ِ َﺷ ٍء َﺧَ ْ َﺎ َزْو َﺟ‬
‫ﲔ َ َ ُ ْ ﺗَ َﺬ ُﺮو َن‬
َ
ْ ّ
“dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengigat
akan kebesaran Allah” (QS Az>
- Z|ar>iya>
t :49) 5
Allah menjadikan perkawinan yang diatur menurut syariat Islam sebagai
penghormatan dan penghargaan yang tinggi terhadap harga diri, yang diberikan
oleh Islam khusus untuk manusia. Dari segi bahasa, Nikah didefinisikan dengan :
3

Tihami, Fikih Munakahat kajian fikih nikah lengkap, (Jakarta: PT Grafindo Persada, Cet II,
2010), 9
4
Yasid Abu, Fiqh Keluarga, (Jakarta: Erlangga, 2007), 71
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, 523

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Suatu akad yang menghalalkan hubungan seksual antara suami dan isteri, dan
yang menimbulkan hubungan hak dan kewajiban antara keduanya yang
mempunyai karakteristik khusus yaitu :
1. Perkawinan tidak dapat dilakukan tanpa persetujuan kedua belah pihak.
2. Kedua belah pihak saling mempunyai hak untuk memutuskan perjanjian
tersebut berdasarkan ketentuan yang sudah ada; dan
3. Persetujuan perkawinan itu mengatur batas-batas hak dan kewajiban masingmasing pihak.
Sedangkan perkawinan jika dilihat dari sisi sosial, maka pernikahan
memiliki arti yang sangat penting, yaitu :
1.

Orang yang melakukan atau pernah melakukan perkawinan mempunyai
kedudukan yang lebih dihargai daripada mereka yang belum kawin.

2.

Menempatkan kaum wanita pada posisi yang terhormat, misalnya sebelum
ada peraturan perkawinan, wanita dulu bisa dimadu tanpa batas dan tanpa
bisa berbuat banyak, tetapi menurut ajaran Islam poligami hanya dibatasi
paling banyak empat orang.
Perkawinan, menurut hukum Islam, bukan semata-mata untuk rekreasi,

untuk bersenang-senang, tempat melampiaskan hawa nafsu, yang lepas dari nilainilai dan ketentuan-ketentuan dinul Islam. Oleh karena itu, perkawinan mut’ah
dikalangan sunni adalah dilarang dilakukan. Perkawinan dalam Islam merupakan
lembaga mulia, lembaga suci, lembaga penerus generasi dan penentu
keberhasilan setiap anggota keluarga, lembaga penunjang kemaslahatan
masyarakat sekitarnya, bahkan kemaslahatan bangsa dan negara.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Kompilasi Hukum Islam pasal 4 menyatakan bahwa perkawinan adalah
sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1)
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Dalam Islam ketika
seseorang ingin melaksanakan perkawinan harus ada: calon suami, calon istri,
wali nikah, dua orang saksi dan ijab kabul, disebut dengan rukun nikah yang
masing-masing mempunyai syarat tersendiri. Jika semua rukun dan syarat telah
terpenuhi maka perkawinannya dianggap sah.
Selain itu, sahnya perkawinan bagi orang Islam di Indonesia, menurut
Pasal 2 RUU perkawinan tahun 1973, ditentukan berdasarkan “pencatatan
perkawinan” sebagai unsur penentu. Hukum agama (Islam) dapat diberlakukan
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini yang berfungsi sebagai
pelengkap, bukan penentu. RUU perkawianan tahun 1973 merumuskan sahnya
perkawinan dalam pasal 2 ayat (1), sebagai berikut.“perkawinan adalah sah
apabila dilakukan di hadapan pegawai pencatat perkawinan,dicatatkan dalam
daftar pencatatan perkawinan oleh pegawai tersebut, dan dilangsungkan menurut
ketentuan undang-undang ini dan /atau ketentuan hukum perkawinan pihakpihak yang melakukan perkawinan, sepanjang tidak bertentangan dengan
undang-undang ini” 6
Menurut undang-undang Nomor 1 tahun 1974 dijelaskan bahwa
“pencatatan perkawinan” dianggap sebagai pencatatan “peristiwa penting”,
bukan “peristiwa hukum”. Hal itu dapat dilihat lebih jelas lagi dalam penjelasan

6

Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan tidak dicatat Menurut hukum Tertulis
di Indonesia dan Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, Cet I, 2010), 207

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

umum pada angka 4 huruf b Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, seperti
kutipan langsung berikut.
“Dalam Undang-undang ini dinyatakan, bahwa suatu perkawinan adalah
sah bilamana dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu, dan di samping itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat
menurut peraturan perundang-undagan yang berlaku.
Pencatatan tiap-tiap perkawinan adalah sama halnya dengan pencatatan
peristiwa –peristiwa penting dalam kehidupan seseorang, misalnya
kelahiran, kematian yang dinyatakan dalam surat –surat keterangan, suatu
akta yang juga dimuat dalam daftar pencatatan”.
Mengigat perkawinan di Indonesia harus melalui pencatatan perkawinan,
maka dalam prakteknya pernikahan harus dilakukan dibawah tugas dan
wewenang KUA atau dengan Pegawai Pencatat Nikah(PPN). Sebelum
perkawinan yang didalamnya terdapat akad yaitu ijab qabul, maka perlu adanya
pendaftaran perkawinan di Kantor Urusan Agama yang sudah disediakan sesuai
kediaman pihak mempelai putra dan putri.
Pasangan suami istri yang akan menikah harus mendaftarkan pernikahan
di KUA yang ada di setiap kecematan. Pada umumnya calon suami istri akan
membawa semua berkas persyaratan pernikahan ke kantor urusan agama di
kecamatan kediaman calon istri. Tetapi, tidak sedikit pasangan yang
melangsungkan pernikahannya di tempat atau kantor urusan agama yang berbeda
dengan kediaman calon suami maupun istri. pernikah ini tetap diakui oleh negara
dengan catatan persyaratan yang sudah ditentukan sudah terpenuhi sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
Setelah melakukan prosedur pendaftaran, melalui pegawai KUA akan
diperiksa kelengkapan berkas-berkas yang sudah di bawa oleh calon suami dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

istri. Setelah berkas terpenuhi maka dilakukan rafaq lalu diadakannya akad
nikah. Dengan adanya akad nikah pasangan suami istri telah menyatukan hatinya
dalam ikatan yang suci dan diridhoi oleh Allah serta diakui juga oleh negara.
Dengan adanya bukti yaitu salinan akta nikah yang dikeluarkan oleh KUA
setempat dimana suami istri itu melangsungkan perkawinannya.
Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini sangatlah pesat, terutama di
bidang teknologi. Terdapat kasus seorang Janda kaya beranak 2 dari
perkawinannya terdahulu melakukan pernikahan dengan Anggota Militer yang
masih perjaka. Janda dan Anggota Militer ini melakukan pernikahan di Masjid
yang berlokasi di malang. Janda ini sudah mempunyai wali nasab namun walinya
enggan untuk menikahkannya, sehingga harus menggunakan wali hakim. Mereka
dinikahkan oleh seorang ustadz yang sengaja disewa oleh anggota militer untuk
melancarkan pernikahannya dengan janda. Ustadz mengaku sebagai pegawai
KUA. Dalam pernikahan ini hanya dihadiri 2 orang saksi dan ustad yang
mengaku sebagai pegawai KUA.
Setelah Akad Nikah berlangsung pasangan Janda dan Anggota Miiter tadi
Mendapatkan Akta Nikah yang diterbitkan oleh KUA Kecamatan Taman
Kabupaten Sidoarjo. Terdapat keganjalan akta nikah yang dimiliki oleh pasangan
janda dan anggota militer ini. Pernikahan yang terjadi di malang namun akta
nikah tersebut diterbitkan di KUA taman kabupaten sidoarjo.
Lambat Laun Janda ini meniggal, ke dua anak janda yang dibawa dari
perkawinannya terdahulu menuntut hak waris yang seharusnya didapat dari ibu
kandungnya, yang mana hak waris tersebut dikuasai sepenuhnya oleh Anggota

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Militer (Ayah tirinya). Karena anak-anak janda ini mengetahui adanya
keganjalan dari Akta Nikah yang dimiliki oleh Janda dan Anggota Militer ini,
anak-anak mengadukan peristiwa ini kepada saudara ibunya. Hingga mereka
memutuskan untuk mendatangi KUA Taman Kabupaten Sidoarjo. Setelah
kedatangan mereka Kepala KUA Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo
dipanggil oleh Pengadilan Militer Surabaya untuk mengonfirmasi Akta Nikah
tersebut. Ternyata pasangan Janda dan Anggota Militer ini tidak pernah
mendaftarkan pernikahannya di KUA Kecamatan Taman. Salinan berkas akta
nikah di KUA Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo juga tidak ada yang sama.
Dari sinilah diketahui bahwa Akta Nikah yang dimiliki mereka adalah palsu atau
sengaja di manipulasi.
Jadi, problematika manipulasi kutipan akta nikah sampai saat ini masih
belum ada tanggapan dengan jelas. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap status perkawinan suami istri tersebut, karena perkawinan ini telah
dilakukan sah menurut hukum agama namun tidak sah menurut hukum positif
yang nantinya keabsahan perkawinannya akan berdampak terhadap anakya. Oleh
sebab itu, penelitian ini dikhusukan “Studi Komparasi Antara Hukum Positif dan
Hukum Islam Tentang Manipulasi Akta Nikah Dalam Perkawinan (Studi Kasus
KUA Kec. Taman Kab. Sidoarjo)”

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari pemaparan latar belakang

diatas, dapat diketahui bahwa

permasalahan pokok yang akan dikaji adalah mengenai masalah manipulasi akta

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

nikah, Sehingga

dalam hal ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih

komprehensif, maka perlu adanya identifikasi masalah pada pembahasan yang
akan di kaji. Masalah yang akan diidentifikasi oleh peneliti yaitu berhubungan
dengan:
1. Kedudukan Wali dalam Perkawinan
2. Pembatalan Nikah / Fasakh Nikah
3. Analisa Hukum Positif dan Hukum Islam tentang Manipulasi Akta Nikah
dalam perkawinan
4. Komparasi Hukum Islam dan Hukum Positif tentang Manipulasi Akta Nikah
dalam perkawinan

Batasan Masalah
Banyaknya istilah dari Pemalsuan akta Nikah, Pemalsuan identitas, akan
tetapi semua mempunyai objek penelitian yang berbeda. Dalam hal ini peneliti
perlu kiranya memberi batasan-batasan supaya dalam pembahan Studi
Komparasi antara Hukum Positif dan Hukum Islam tentang Manipulasi Akta
nikah dalam perkawinan ini tidak terlalu meluas. Adapun yang menjadi batasan
masalah, sebagai berikut:
1. Kronologi Manipulasi Akta Nikah dalam Perkawinan di KUA Kec. Taman
2. Konsep Pernikahan dalam Hukum Positif dan Hukum Islam tentang
Manipulasi Akta Nikah dalam Perkawinan di KUA Kec. Taman
3. Persamaan dan Perbedaan antara Hukum Islam dan Hukum Positif tentang
Manipulasi Akta Nikah dalam Perkawinan di KUA Kec. Taman

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
yang akan di kaji adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Kronologi Manipulasi Akta Nikah dalam Perkawinan di KUA
Kec. Taman?
2. Bagaimana Konsep Pernikahan dalam Hukum Positif dan Hukum Islam
tentang Manipulasi Akta Nikah dalam Perkawinan di KUA Kec. Taman?
3. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan antara Hukum Positif dan Hukum
Islam tentang Manipulasi Akta Nikah dalam Perkawinan di KUA Kec.
Taman?
D. Kajian Pustaka
Dari pencarian yang penulis lakuakan, penulis tidak memungkiri bahwa
kajian ini terpaut dengan kajian- kajian yang terdahulu. Namun hal ini tidak
menjadikan kajian ini hanya melakukan pengulangan. Kajian ini diarahkan untuk
menjelaskan perkawinan dengan manipulasi kutipan akta nikah yang ditinjau dari
segi hukum islam dan hukum positif. Adapun karya ilmiah dengan substansi yang
sama, khususnya di Fakultas Syariah dan Hukum belum ditemui. Adapun review
kepustakaan yang dilakukan oleh penulis antara lain:
1. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemalsuan Identitas Wali Nikah Di KUA

Wonocolo Surabaya”, yang ditulis oleh NurSoimah Pada tahun 2013 . Skripsi
ini membahas tentang pernikahan dengan Pemalsuan Identitas Wali Nikah
yang ada Di KUA Wonocolo Surabaya dengan kasus orang tua yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

mendaftarkan pernikahan anaknya ke Kantor Urusan Agama (KUA)
Wonocolo surabaya, yang menjadi wali nikah dalam pernikahan tersebut
adalah suami ibunya dengan kata lain yaitu ayah tiri, sedangkan ayah kandung
anak tersebut masih hidup dan berada di kota lain.maka dari kasus tersebut
penulis mengkaji dalam tinjauan hukum islam.7
2. “Analsis Hukum Pidana Islam Terhadap Kronologi Pemalsuan Akta Nikah

Menurut Pasal 266 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Studi Kasus di
Desa Betek Kec. Mojoagung Kab, Jombang)”,

yang di tulis oleh Mas

Maulana Ulun Pada tahun 2016. Skripsi ini membahas tentang akibat hukum
dari kasus akta nikah yang sengaja dipalsukan oleh pasangan suami dan istri
yang bertujuan untuk mengelabuhi warga sekitar untuk izin tinggal bersama
dengan menggunakan akta asli kepemilikan suami dan istrinya, akan tetapi
identitas berupa foto dan nama diganti dengan identitas istri simpanannya
untuk

memalsukan akta tersebut. Fokus pembahasan penulis mengenai

analisis hukum pidana Islam terhadap penerapan kronologis pemalsuan akta
nikah di tinjau dari pasal 266 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang
terdapat di Desa Betek Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. penulis
banyak

membicarakan tentang hukuman yang diterima oleh pelaku

pemalsuan akta nikah. 8

7

Nur Soimah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemalsuan Identitas Wali Nikah Di KUA
Wonocolo Surabaya”, (Skripsi—Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,2013).
8

Mas Maulana Ulun, “Analsis Hukum Pidana Islam Terhadap Kronologi Pemalsuan Akta Nikah
Menurut Pasal 266 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Studi Kasus di Desa Betek Kec.
Mojoagung Kab, Jombang)”, (Skripsi—Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,2016)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

3. “Pemalsuan Kutipan Akta Nikah dan Implikasinya terhadap Status

Perkawinan dalam Perspektif Hukum Islam (Studi kasus di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Pabean Cantian Surabaya)”,oleh Asmaul Husna Pada
tahun 2006. Skripsi ini disusun karena adanya problematika pemalsuan
kutiapan akta nikah yang sampai saat ini belum teridentifikasi siapa oknum
yang melakukan pemalsuan kutipan akta nikah tersebut. Penulis lebih
memfokuskan pembahasan pada implikasinya terhadap akibat

status

perkawinan yang akan ditinjau dari sudut pandang hukum islam.9
Adapun kajian yang akan dibahas penulis adalah “Studi Komparasi antara
Hukum

Positif dan Hukum Islam tentang Menipulasi Akta Nikah dalam

perkawinan” dari semua yang sudah dibahas penulis belum menemukan hukum
atau peraturan yang membicarakan perkawinan antara orang tuanya yaitu ayah
tiri dan ibu kandungnya hanya sah menurut hukum islam dan tidak diakui oleh
negara Oleh karenanya judul ini masih baru, belum pernah dibahas dan bukan
merupakan duplikasi atau pengulangan dari karya ilmiah terdahulu karena segi
yang menjadi fokus kajiannya memang berbeda.

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dihasilkan dalam penelitian ini, sebagai
berikut:

9

Asmaul Husna, “Pemalsuan Kutipan Akta Nikah dan Implikasinya terhadap Status Perkawinan
dalam Perspektif Hukum Islam (Studi kasus di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pabean Cantian
Surabaya)”, (Skripsi—Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,2006)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

1. Mendeskripsikan Kronologi Manipulasi Akta Nikah dalam Perkawinan di
KUA Kec. Taman
2. Mendeskripsikan Konsep Pernikahan dalam Hukum Positif dan Hukum Islam
tentang Manipulasi Akta Nikah dalam Perkawinan di KUA Kec. Taman
3. Mengkomparasikan antara Hukum Positif dan Hukum Islam untuk
mengetahui Persamaan dan Perbedaan Manipulasi Akta Nikah dalam
Perkawinan di KUA Kec. Taman

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat untuk
hal-hal sebagai berikut:
1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang hukum islam, menambah wawasan bagi pembaca
pada umumnya dan khususnya bagi mahasiswa yang berkecimpung dalam
bidang hukum keluarga tentang manipulasi kutipan akta nikah di Kantor
Urusan Agama (KUA) terutama

kronologi adanya manipulasi akta nikah

dalam perkawinan
2. Secara Praktis, dapat digunakan sebagai masukan yang membangun bagi para
pembaca guna meningkatkan khazanah keilmuan atau sebagai acuan tentang
manipulasi kutipan akta nikah. Hal ini juga bermanfaat bagi peneliti untuk
dijadikan bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut terhadap
penelitian yang sejenis. Serta sebagai bahan untuk program pembinaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

masyarakat sebelum adanya pernikahan, agar kejadian ini tidak terulang
kembali.

G. Definisi Oprasional
Untuk mempermudah pembahasan masalah yang diangkat, maka perlu
peneliti memberikan definisi dari judul tersebut:
Hukum Islam

:Peraturan dan ketentuan yang berdasarkan atas
Al-Qur’an dan Hadis serta pendapat para ulam
fiqih dan Kompilasi Hukum Islam. Khusunya
masalah perkawinan dengan manipulasi kutipan
akta nikah

Hukum positif

: suatu peraturan yang berlaku di Indonesia yang
mengatur mengenai perkawinan yang didasarkan
pada peraturan perundang-undangan. Meliputi UU
No 1 tahun 1974, PMA No 11 tahun 2007 Tentang
Pencatatan Perkawinan

Manipulasi Akta Nikah

:definisi manipulasi merupakan kata serapan dari
bahasa

inggris

manipulation

yang

berarti

manipulasi; perbuatan curang; penyalahgunaan
atau penyelewengan. 10 Sedangkan akta, akte
“surat ijasah, piagam, pengakuan, kesaksian, tanda
bukti berisi pernyataan, (keterangan, pengakuan,
10

Poerwodarminto, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), 631

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

keputusan, dsb)tentang peristiwa hukum yang
dibuat

menurut

peraturan

yang

berlaku.

Disaksikan dan disahkan oleh pejabat resmi.11
Sedangkan penggabungan manipulasi akta nikah
dapat

diartikan

penyalahgunaan

atau

penyelewengan tentang peristiwa hukum yang
dibuat menurut peraturan yang berlaku dituangkan
dalam tanda bukti tertulis.
Jadi, studi komparasi antara hukum islam dan hukum positif tentang
manipulasi akta nikah dalam perkawinan adalah sah atau tidaknya perkawinan
antara suami istri yang mempunyai Akta Nikah palsu jika di tinjau dari segi
hukum islam dan hukum positifnya.

H. Metode Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian dimuka yang bersifat
lebih memburu pada suatu kebenaran dan kesadaran masyarakat tentang betapa
pentingnya pemberlakuan hukum, maka pendekatan yang relevan digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (fields research) yaitu penelitian
terhadap:
1. Data yang dikumpulkan

11

Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya:Amelia Penerbit, Cet I,

2003), 24

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Berdasarkan rumusan masalah seperti yang dikemukakan diatas, maka
data yang dikumpulkan sebagai berikut:
a. Proses terjadinya manipulasi akta nikah dalam perkawinan di KUA
kecamatan taman
b. Konsep pernikahan dalam hukum positif sesuai UU No 1 tahun 1974, PMA
No. 11 tahun 2007 dan konsep pernikahan dalam hukum islam sesuai alQur’an, Hadist, Pendapat Ulama dan Kompilasi Hukum Islam
c. Perbedaan dan Persamaan antara hukum positif dan hukum islam tentang
manipulasi akta nikah dalam perkawinan

2. Sumber Data
Penelitian ini adalah penelitian lapangan, maka data diperoleh dari
berbagai sumber, mulai data primer hingga sumber data sekunder.
a. Sumber data primer
adalah sumber data yang diperoleh langsung dari pihak yang terkait.12
Yaitu dengan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Taman Kabupaten
Sidoarjo menggunakan teknik wawancara.
b. Sumber data sekunder,
adalah bahan pustaka yang berisikan informasi tentang bahan primer untuk
menunjang sumber hukum primer.

13

sehingga dapat

membantu

mengkomparasikan dan memahami serta memberikan penjelasan mengenai

12

Bambang Sanggona, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),
34.
13
Ibid.,36.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

sumber hukum primer. Dalam hal ini sumber hukum ini berupa buku-buku
(Literatur) maupun kitab-kitab yang mendukung pembahasan penulis.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Interview (Wawancara), yaitu pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung kepada responden selanjutnya jawaban
responden dicatat atau direkam. 14 Dalam penelitian ini wawancara
dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara berdialog dengan Kepala
KUA Kecamatan Taman untuk mendapatkan informasi tentang proses
manipulasi kutipan akta nikah dalam perkawinan di KUA Kecamatan
Taman Kabupaten sidoarjo. Dalam penelitian ini penulis melakukan kontak
langsung atau melakukan wawancara sendiri dengan sumber data. Agar
pertanyaaan yang disampaikan mengarah pada sasaran yang diharapkan,
maka penulis menggunakan pedoman wawancara. 15
b. Pustaka, dalam hal ini pengumpulan datanya dalam bentuk studi literatur
atau pengkajian berdasarkan literatur / referensi tertulis berupa buku, kitab
undang-undang, artikel, atau yang lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini.
4. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, data-data yang telah didapat dikumpulkan
kemudian diolah dengan teknik-teknik sebagai berikut:
14

Rianti Ramli, “Teknik Pengumpulan Data”, dalam
Http://kamriantiramli.wordpress.com/teknik-pengumpulan-data.html, diakses pada 13 Oktober
2016.
15
Suharsini arikunto, prosedur penelitian, (yogyakarta: PT remaja rosdakarya, 2004), 56.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

a. Editing, yaitu mengedit data –data yang sudah dikumpulkan. Teknik ini
digunakan oleh peneliti untuk memeriksa dan mengecek sumber data yang
diperoleh melalui teknik pengumpulan data, dan memperbaikinya apabila
masih terdapat hal-hal yang salah.
b. Coding, yaitu pemberian kode dan pengkategorian data. Peneliti
menggunakan teknik ini untuk mengkategorisasikan sumber data yang
sudah dikumpulkan agar terdapat relevansi dengan pembahasan dalam
penelitian ini.
c. Organizing, yaitu mengorganisasikan atau mensistematisasikan sumber
data. Melalui teknik ini. Peneliti mengelompokkan data-data yang telah
dikumpulkan dan sesuai dengan pembahasan yang telah direncanakan
sebelumnya.
5. Teknik Analisis Data
Setelah data yang diperoleh dan dikumpulkan, maka perlu suatu bentuk
teknik analisa data yang tepat. Penganalisaan data merupakan tahap yang
penting karena di tahap ini, data yang diperoleh akan diolah guna memecahkan
dan menjelaskan masalah yang dikemukakan. Dalam hal ini, penulis
menggunakan analisa data sebagai berikut:
a. Deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistemstis, secara faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.16 Dalam hal ini untuk menggambarkan atau mendeskripsikan

16

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Geliya Indonesia, 1999), 63.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

data secara umum, jadi dalam penelitian ini deskriptif digunakan untuk
menggambarkan fakta-fakta tentang manipulasi kutipan akta nikah di KUA
Kecamatan taman kabupaten sidoarjo.
b. Komparatif, yaitu melakukan perbandingan antara hukum positif dan
hukum islam tentang manipulasi akta nikah dalam perkawinan untuk
menentukan status perkawinan hasil dari manipulasi akta nikah yang
terjadi di KUA Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo sehingga dapat
diketahui perbedaan dan persamaan antara hukum Positif dann hukum
Islam
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penulis maka dalam skripsi ini dibagi dalam
beberapa bab yang dibagi dalam beberapa sub bab, sehingga mudah difahami
oleh pembaca. Adapun susunan sistematikanya adalah sebagai berikut:
Bab pertama berupa pendahuluan untuk mengarahkan argumentasi dasar
penelitian tentang manipulasi kutipan akta nikah yang mengatasnamakan KUA
Kec. Taman Kab. Sidoarjo dan mengantarkan pembahasan skripsi secara
menyeluruh. Pendahuluan ini berisi latar belakang, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, definisi operasional dan metodologi penelitian yang diterapkan serta
sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi Landasan teori tentang pernikahan dalam hukum islam
dan menurut hukum positif yang terdiri atas: pengertian pernikahan, Rukun dan
Syarat Perkawinan menurut hukum islam dan positif ,Dasar Hukum Perkawinan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Tujuan Perkawinan menurut hukum islam dan hukum positif, kedudukan wali
dalam perkawinan menurut hukum isam dan hukum positif, pembatan
perkawinan menurut hukum islam dan hukum positif, pencatatan perkawinan,
tata laksana pencatatan perkawinan.
Bab ketiga berisikan data penelitian yaitu tentang manipulasi akta nikah
di KUA Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo yang meliputi: gambaran KUA
kec. Taman Kab. Sidoarjo secara umum, Sejarah berdirinya dan letak geografis,
jumlah kepadatan penduduk dan pemeluk agama ,Visi dan Misi, Tugas, Fugsi dan
kebijaksanaan KUA, dasar hukum pencatatan di KUA, kemudian kronologi
manipulasi akta nikah dalam perkawinan. Dampak adanya manipulasi akta nikah.
Bab keempat berisi komparasi terhadap temuan studi penelitian Adapun
cakupan dalam bab ini adalah terdiri dari tinjaun hukum islam tentang manipuasi
akta nikah dalam perkawinan dan tinjauan hukum positif tentang hak manipulasi
akta nikah dalam perkawinan, persamaan dan perbedaan hukum islam dan hukum
positif tentang manipulasi akta nikah dalam perkawinan di KUA Kec. Taman
Kab Sidoarjo
Bab kelima merupakan bab terakhir berisi mengenai kesimpulankesimpulan dan jawaban singkat dari rumusan masalah dan saran-saran yang
sesuai dan bermanfaat bagi penelitian berikutnya pada khususnya maupun bagi
masyarakat pada umumnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TEORI PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Pengertian Perkawinan
Definisi kata “nikah” dalam kamus besar bahasa Indonesia mengandung
pengertian perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri
(dengan resmi),

1

perkawinan merupakan sunatullah yang dengan sengaja

diciptakan oleh Allah yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan
keturunan dan tujuan-tujuan lainnya. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:

ِ ‫وِ ﺸ ُ ِ ﺴ ﺳء ﺴﺧﺴ ﺸ ﺴﺎ ﺴزﺸو ﺴ ﺸ‬
‫ﲔ ﺴ ﺴ ُ ﺸ ﺴ ﺴﺬ ُﺮﺸو ﺴن‬
‫ﺴ‬
‫ﺷ ﺸ‬
“Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat kebesaran Allah. (QS. Az>
-Z^>
|a>
riya>
t :49)”
1. Pengertian Perkawinan Menurut Hukum Positif
Menurut Kitab Undang-undang Perdata (Borgerlijk Wetboek atau
BW) perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan
seorang perempuan untuk waktu yang lama, dimana dalam hal ini
Undang-Undang

hanya

memandang

perkawinan

dari

hubungan

keperdataan saja (Pasal 26 BW) dalam hal ini, BW dilarang melakukan
upacara perkawinan menurut hukum agama sebelum diadakan perkawinan
menurut Undang-Undang. 2

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), 614
2
Taufiqurrahman Syahuri, Legislasi Hukum Perkawinan Indonesia: Pro-kontra Pembentukannya
Hingga Putusan Mahkamah Konstitusi Edisi Pertama, (Jakarta: Kenacan, 2013), 72

21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam
masyarakat. Eksistensi institusi ini adalah melegalkan hubungan hukum
antara seorang laki-laki dengan seorang wanita. Menurut Undang-Undang
Perkawinan, yang dikenal dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974,
yang dimaksud dengan perkawinan yaitu;
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”.
Rumusan perkawinan diatas merupakan rumusan dari UndangUndang No.1 tahun 1974 yang dituangkan dalam Pasal 1, dalam
penjelasannya disebutkan:

Sebagai negara yang berdasarkan Pancasila, dimana Sila yang pertamanya
ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai
hubungan yang erat sekali dengan agama dan kerohanian sehingga
perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani, tetapi unsur
batin/ rohani juga mempunyai larangan yang penting ...
Sedangkan menurut para ahli hukum pengertian perkawinan adalah:

a. Scholten yang dikutip oleh R. Soetojo Prawiro Hamodjojo.
Mengemukakan “pernikahan adalah hubungan antara seorang pria
dan wanita untuk hidup bersama dengan kekal yang diakui oleh
Negara

dan

mendapatkan

bukti

autentik

agar

menjadikan

pernikahan tersebut dianggap sah oleh Negara”.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

b. Subekti. Mengemukakan “perkawinan adalah pertalian yang sah
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk waktu yang
lama”.

c. Wirjono Prodjo Dikoro. Mengemukakan “bahwa perkawinan adalah
suatu hidup bersama dari seorang laki-laki dan perempuan yang
memenuhi syarat

yang termasuk dalam peraturan-peraturan

tersebut”. 3
2. Pengertian Perkawinan Menurut Hukum Islam

h” yang bermakna
Perkawinan dalam bahasa Arab disebut “al-nika>
“al-wat}i” dan “al-d}ammu wa al-duh}ul” yang artinya bersetubuh.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin”
yang artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan
hubungan kelamin atau bersetubuh. 4
Perkawinan menurut ilmu fikih, disebut dengan istilah nikah, yang
mengandung dua arti yaitu menurut bahasa dan menurut istilah. Menurut
bahasa nikah berati “berkumpul” atau “bersetubuh”, sedangkan menurut
istilah, nikah adalah akad atau perjanjian “suci” dengan lafal tertentu
antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk hidup bersama
sebagai suami istri.5

3

Huzaimah Tahido Yanggo dan Hafiz Anshari AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer,
(Jakarta: Isik, 2002), Cet IV, 53
4
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis
Perkembangan dari fikih, UU No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta:Kencana, 2004), 38
5
Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), 104

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Pernikahan secara definisi menurut para ulama fiqih, antara lain
sebagai berikut:
a. Ulama Hanafiyah, mendefinisikan bahwa perkawinan sebagai suatu
akad yang berguna untuk memiliki mut’ah (laki-laki memiliki
perempuan seutuhnya) dengan sengaja.
b. Ulama Syafi’iyah, menyebutkan bahwa pernikah adalah suatu akad
dengan menggunakan lafadz nikah atau jauz yang menyimpan arti
memiliki wanita.
c. Ulama Malikiyah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad
yang menggunakan arti mut’ah untuk mencapai kepuasan dengan
tidak mewajibkan adanya harta.
d. Ulama Hanabilah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah aqad
dengan menggunakan lafadz nikah atau tazwij untuk mendapatkan
kepuasan. 6
Jadi perkawinan dilihat dari segi keagamaan adalah suatu
“perikatan jasmani dan rohani” yang membawa akibat hukum terhadap
agama yang dianut kedua calon mempelai beserta keluarga kerabatnya.
Perkawinan dalam arti “ikatan jasmani dan rohani” berarti suatu ikatan
untuk mewujudkan kehidupan yang selamat bukan saja di dunia tetapi
juga di akhirat, bukan saja lahiriyah tetapi juga bathiniyah, bukan saja
gerak langkah yang sama dalam karya tetapi juga gerak langkah yang
sama dalam berdoa. Dalam pembagian lapangan hukum Islam perkawinan
6

Al-Jaziri, Abdurrohman, fiqh ‘ala Madzahib al-‘arba’ah, al-Maktabah at-Tijariyatul Kubra,

Mesir, Juz 4.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

adalah termasuk dalam lapangan “Muamalah” yaitu lapangan yang
mengatur hubungan antar manusia dalam kehidupannya di dunia ini.
Hubungan antar manusia dalam garis besarnya dapat dibagi dalam 3 (tiga)
bagian, yaitu :
1) Hubungan kerumah tanggaan dan kekeluargaan;
2) hubungan antar perseorangan diluar hubungan kekeluargaan
dan rumah tangga;
3) Hubungan antar bangsa dan kewarganegaraan.
Menurut pembagian di atas maka perkawinan termasuk dalam
nomor (1), yaitu hubungan kerumah tanggaan dan kekeluargaan.
Pengertian perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam yaitu
sebagai salah satu ibadah muamalah. Ketentuan dalam Pasal 2 dan Pasal 3
Kompilasi Hukum Islam menyatakan:
“Perkawinan adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau

mi@
s|a>
qan gali<
z}an untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah yang bertujuan untuk mewujudkan kehidupan
rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan rahmah.”

B. Dasar Hukum Perkawinan
1. Dasar Hukum Perkawinan Menurut Hukum Positif
Dalam Bab I Undang-Undang Perkawinan Nomer 1 tahun 1974
Pasal 1 perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketentuan yang
Mahaesa.
Dalam pasal 2 ayat (1) dijelaskan perkawinan adalah sah, apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya
itu. Ayat (2) tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
Sedangkan dalam pasal 3 ayat (1) dijelaskan pada azasnya dalam
suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri.
Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami. Ayat (2)
pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih
dari seorang apabila dikehendaki oleh fihak-fihak yang bersangkutan.
2. Dasar Hukum Perkawinan Menurut Hukum Islam
Nikah telah disyari’atkan dalam Islam berdasarkan al-Qur’an dan
As-Sunnah. Adapun ayat yang menunjukkan nikah disyari’atkan adalah
firman Allah SWT dalam surat al-Nur 24: 32 yang berbunyi:
‫ِِ ط‬
ِ ‫وﺒ ﺸ ِ ِ ﻮﺒﺒﺸﻻﺴ� ﻰ ِ ُ وﺒ ﺎ ﳊِِ ِ ِ ِ ِ ِ ط‬
ِ
ِِ
ُ‫ﺴﺴ ُ ﺴ ﺴ ﺸ ﺸ ﺴ‬
‫ﺸﺴ‬
ُ‫ﲔ ﺸ ﺴﺎ ﺚ ُ ﺸ ﺴوﺒ ﺴ ﺂ ﺋ ُ ﺸ ﺒ ﺸن ﺴ ُ ﻮ ُﻮﺒ ُـ ﺴ ﺴﺮآءﺴ ـُ ﺸ ﻬ ُ ﺒُ ﺷﻪُ ﺸ ﺴ ﺸ ﻪ ﺴوﺒ ﺷﻪ‬

ِ ِ
‫ﺴوﺒ ُ ﺴ ﺲ‬
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-

orang yang patut (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya.
Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui”. (QS. al-Nu<
r
:32)
Dalam firman Allah SWT yang lain dalam Surah al-Nisa 4 ayat 3 yang
berbunyi:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

ِ ِ ِ
ِ
ِِ
ِ ِ‫ﺗ‬
ِ
‫ﺴوﺒ ﺸﳔ ﺸ ُ ﺸ ﺒﺴﻻﺴـُ ﺸ ُﻮ ِﺒﰱ ﺒ ﺴـﺴﺎ ﺴ ﻰ ﺴﺎ ﺸ ُ ﺸﻮﺒ ﺴ ﺎ ﺴ ﺴ‬
‫ﺎب ﺴ ُ ﺸ ﺷ ﺴ ﺒ ﺷ ﺴ ﺂء ﺴ ﺸـ ﺴ ﺴوـُﺴ ﺴ ﺴوُﺜﺴ ﺴ ﺴﺎ ﺸن ﺧ ﺸ ُ ﺸ‬
‫ﺒﺴﻻ ﺴـ ﺸ ِﺪ ُﺸﻮﺒ ﺴـ ﺴﻮﺒ ِ ﺴﺪ ًة ﺒﺴﺸو ﺴ ﺎ ﺴ ﺴ ﺴ ﺸ ﺒﺴﺸﳝﺴﺎ ُ ُ ﺸ ﻰ ﺴﺛِ ﺴ ﺒﺴ ﺸﺚ ﺴﱏ ﺒﺴﻻ ﺴـ ُ �