Komunikasi efektif dalam al-Quran.
KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM ALQURAN
Skripsi:
Disusun untuk memenuhi Tugas Akhir Guna mendapat gelar Strata Satu (S-1)
Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Disusun oleh :
MIFTACHUR ROFIKO
NIM: E83213160
PRODI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017
ABSTRAK
Judul penelitian kualitatif ini berjudul “Komunikasi efektif dalam
Alquran”. Komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan
manusia karena segala gerak langkah selalu disertai dengan komunikasi.
Komunikasi sangat berpengaruh terhadap kelanjutan hidup manusia, baik manusia
sebagai anggota masyarakat, anggota keluarga dan manusia sebagai satu kesatuan
yang universal. Seluruh kehidupan manusia tidak bisa lepas dari komunikasi. Dan
komunikasi juga sangat berpengaruh terhadap kualitas berhubungan
dengan sesama. Islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan bagaimana
komunikasi yang baik. Hal tersebut bisa dilihat dalam Alquran. Dalam Alquran
ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif.
Hal itu dapat diistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi.
Semua orang dapat berkomunikasi, tetapi tidak semua orang dapat menyampaikan
pesan sesuai yang diharapkan. Dalam menyampaikan simbol terpenting adalah
kata-kata atau perkataan. Dengan kata-kata, seseorang akan dapat menyampaikan
gagasan atau pikiran dengan orang lain.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode
telaah pustaka (library research) dengan cara menelaah, membaca, menganalisa
sumber data yang ada. Dalam menganalisa data yang sudah dikumpulkan, penulis
menggunakan teknik analisis data dengan cara berusaha mencari ayat Alquran
tentang komunikasi dengan jalan menghimpun seluruh ayat-ayat yang berkenaan
dengan komunikasi. lalu menganalisanya melalui pengetahuan yang relevan
dengan masalah yang dibahas.
Ayat-ayat tersebut menunjukkan bagaimana berkomunikasi yang
mengagumkan. Dari ayat-ayat yang berkaitan dengan komunkasi tersebut, penulis
menelusuri ragam komunikasi, yang terdiri dari komunkasi antara orang tua dan
anak, antar saudara, antara nabi dan penguasa, antara nabi dan kaumnya, dengan
kaum dhu’afa dan lain-lain. Selanjutnya penulis menelusuri jenis dan tujuan
komunkasi, faktor yang mempengaruhi komunkasi efektif, dan langkah-langkah
berkomunkasi agar dapat efektif.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ............................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI......................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITASI ................................................................................ xiii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 7
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 8
D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
F. Telaah Pustaka ................................................................................... 9
G. Metodologi Penelitian ........................................................................ 10
H. Sistematika Pembahasan .................................................................... 13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II: KONSEP KOMUNIKASI EFEKTIF
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Komunikasi ..................................... 14
B. Pengertian dan Faktor Pemengaruh Komunikasi Efektif................... 23
C. Teknik Penyampaian Pesan Efektif.................................................... 27
BAB III: AYAT-AYAT TENTANG KOMUNIKASI DAN PENAFSIRANNYA
A. Penyajian Ayat-ayat tentang Komunikasi ......................................... 31
B. Ayat-ayat Komunikasi dengan Term Qaulan dan Terjemahnya ........ 32
C. Penafsiran Ayat-ayat Komunkasi....................................................... 36
BAB IV: CARA KOMUNIKASI EFEKTIF BERDASARKAN TERMINOLOGI
QAULAN
A. Prinsip Komunikasi Efektif dalam Alquran ...................................... 60
B. Jenis dan Tujuan Komunikasi ........................................................... 72
C. Langkah-Langkah Komunikasi Efektif ............................................. 83
BAB V: PENUTUP
1.
Simpulan ............................................................................................ 86
2.
Saran .................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alquran sebagai kitab petunjuk memberikan arahan kepada umat manusia,
bukan pada persoalan ibadah saja, tetapi pada ranah muamalah juga. Salah satu
dari bentuk itu adalah komunikasi. Komunikasi adalah salah satu aspek terpenting
dari kehidupan manusia, secara normal sejak manusia lahir, manusia bersosialisasi
melalui interaksi dengan orang lain dalam lingkungan sekitar mereka, dan pada
setiap interaksi pasti terdapat komunikasi.
Sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, manusia memiliki
dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu saranya adalah
komunikasi. Karenanya komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi
kehidupan manusia. Dalam pepatah asing berbunyi: “Nature gave us two ears and
only one mouth, so that we could listen twice as much as we speak”.1 Dalam kata
lain pepatah tersebut mengajak kita lebih banyak mendengar daripada berbicara
(berkomunikasi). Karena berbicara itu mudah tetapi berkomunikasi dengan baik
tidak mungkin demikian halnya. Berbicara saja belum dapat menjamin apa yang
dibicarakan itu dapat sampai kepada yang akan diharapkan memperolehnya.2
Jika dibuka lembar sejarah peradaban, tokoh-tokoh filsafat barat dapat
memaparkan berbagai teori penemuannya dengan cara beretorika dengan baik dan
efektif. Begitupula dengan para nabi kepada umatnya dalam menyebarkan
kepercayaannya terhadap suatu keyakinan bertuhan. Sebagai contoh yaitu dakwah
1
A. W. Wijaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 5.
Ibid., 5.
2
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
nabi Muhammad. Nabi Muhammad dilahirkan dengan keadaan bangsa Arab yang
gemar akan syair serta sastra sehingga penyampaian ajarannyapun disesuaikan
dengan keadaan. Penyesuaian cara penyampaian dan teori dalam komunikasi
terhadap komunikan menjadi salah satu faktor terciptanya komunikasi efektif.
Komunikasi yang berhasil adalah komunikasi yang efektif. Yaitu
komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap atau attitude pada orang
yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Pengukuran efektifitas dari suatu proses
komunikasi dapat dilihat dari tercapainya tujuan si pengirim pesan. Semua orang
dapat berkomunikasi dengan caranya masing-masing, tetapi tidak semua orang
mampu berkomunikasi secara efektif. Banyak komunikasi yang terjadi dan
berlangsung tetapi kadang-kadang tidak tercapai kepada sasaran tentang apa yang
dikomunikasikan itu. Harold Laswell menyatakan bahwa komunikasi yang
berhasil adalah yang bisa menjawab pertanyaan: who, says what, in wich channel,
to whom, with what effect.3
Untuk mencapai
komunikasi
yang efektif komunikan sebaiknya
memperhatikan cara dalam menyajikan sebuah pesan, baik secara verbal maupun
non verbal. Ada beberapa syarat komunikasi dapat menjadi efektif, yaitu ketika
berkomunikasi komunikator harus memperkirakan apakah pesan-pesan yang akan
disampaikannya dapat diterima komunikan dengan tepat, dan juga komunikasi
dapat mencapai sasaran bila komunikator dapat mengekspresikan atau
menuangkan hal yang ingin disampaikan sesuai dengan kerangka berfikir
komunikan. Apabila hal ini tidak sesuai maka terjadi miscomunication.
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), 2.
3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Saat seseorang berhubungan atau berbicara dengan orang lain, sikap
tentunya akan selalu diperhatikan oleh orang lain, misalnya ketika meminta
sesuatu kepada orang lain apakah dengan cara yang lembut, kasar, memaksa dan
lain sebagainya, sikap tersebut tentu akan berpengaruh terhadap efektifitas
komunikasi apakah akan tercapai tujuan komunikasi tersebut. Komunikasi efektif
juga dipengaruhi oleh cara penyampaian dan pengucapan, dengan cara
penyampaian dan pengucapan yang baik serta jelas akan berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan komunikasi, karena mempunyai maksud baik saja disini belum
cukup, akan tetapi pesan tersebut harus disampaikan dengan cara-cara tertentu dan
pengucapan yang baik pula, misalnya agar tidak terjadi ketersinggungan,
membuat salah tafsir dan lain-lain. Prinsip dalam berkomunikasi adalah
mempengaruhi orang lain agar mau berfikir, bersikap, dan mau bertindak sesuai
keinginan.
Respon atau dipenuhinya keinginan komunikator oleh sasaran ini dapat
dicapai apabila terjadi kesepahaman antara komunikator dengan komunikan.
sehingga dengan tercapainya keinginan tersebut sudah dapat dikatakan
komunikasi tersebut efektif, karena tindakan komunikator yang membutuhkan
jawaban atas keinginan komunikator tersebut di respon oleh komunikan sesuai
dengan tindakan yang dilakukan oleh komunikator. Misalnya komunikator
bertanya, sudah barang tentu keinginannya adalah agar pertanyaan tersebut
dijawab oleh komunikan, dan apabila pertanyaan tersebut dijawab oleh
komunikan, artinya ada kesepahaman pengertian antara tindakan yang dilakukan
oleh komunikator di pahami oleh komunikan, sehingga komunikan menjawab
pertanyaan tersebut.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Komunikasi dapat dilakukan dari cara yang sederhana, hingga yang
kompleks. Namun, karena perkembangan zaman yang semakin ekstensif saat ini,
komunikasi menjadi semakin mudah untuk dilakukan. Komunikasi merupakan
proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk
menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.
Komunikasi sangat dibutuhkan baik di dalam organisasi, di lingkungan
masyarakat maupun di dalam setiap aktivitas.
Komunikasi
yang
merupakan
kegiatan
pokok
dalam
kehidupan
bermasyarakat atau sebagaimana yang dinyatakan oleh seorang tokoh komunikasi,
bahwa: Communication is human existen and social proses”.4 Malalui komunikasi
orang dapat mempengaruhi dan mengubah sikap dan tingkah laku orang lain,
membentuk suatu consensus, yang dikenal sebagai pendapat umum. Itulah
sebabnya mengapa komunikasi efektif sangatlah penting dan diperhatikan orang.
Hal ini karena komunikasi merupakan alat pembangunan, alat integrasi, alat
kekuasaan, dan untuk itu komunikasi penting diketahui dipahami serta dihayati
semua orang.
Ketika seseorang dapat berkomunikasi secara efektif maka akan dapat
menyerap dan mencerna perkataan atau hasil komunikasi tersebut. Efektifitas
komunikasi akan terjadi apabila komunikator menyesuaikan pembicaraannya
dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya.
Terdapat dua cara dalam penyampaian pesan, yaitu verbal dan nonverbal.
Simbol atau lambang dalam komunikasi verbal adalah kata-kata atau perkataan.
sedangkan simbol komunikasi nonverbal adalah pesan nonlinguistic yang
A. W. Wijaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat,…6.
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
diisyaratkan oleh anggota tubuh untuk menunjukkan sikap dan penampilan.
Manusia adalah makhluk yang paling gemar mempergunakan lambang. Sebab
lambang adalah ekspresi fikiran dari manusia.5
Dalam Alquran ditemukan beberapa istilah-istilah yang terkait dengan
komunikasi. Di antara istilah-istilah tersebut ialah: lafdz}, qaul, kalimat, nuthq,
naba’, khabar, hiwar, jidal, bayan, tadzkir, tabsyir, indza>r, tahri>dh, wa’adz,
dakwah, ta’aruf, tawa>shi>, tabli>gh, dan irsya>d, semuanya itu tergolong dalam
metode penyampaian pesan.
Penelitian ini hanya difokuskan pada komunikasi verbal. Dan simbol dari
komunikasi
verbal
adalah
kata-kata.
Simbol
kata-kata
dalam
Alquran
menggunakan istilah. Lafdz}, kalimah, qaul. Disebut lafdz} karena bunyi yang
dikeluarkan dari mulut ibarat bunyi atau simbol yang dilemparkan dari mulut,
sedangkan kalimat adalah susunan lafdz} yang mengandung makna yang
sempurna. Sedangkan qaul adalah jenis pesan verbal yang sama dengna lafdz} atau
lebih lengkap dan luas penggunaannya dibandingkan lafdz}. Dengan kata lain,
lafdz} adalah bagian dari qaul.
Ada beberapa macam term qaulan yang disebut dalam Alquran, yaitu:
qaulan sadi>dan, qaulan bali>ghan, qaulan ma’ru>fan, qaulan kari>man, qaulan
layyinan, maysu>ran. Term-term qaulan tersebut mempunyai konteks yang
berbeda-beda dalam Alquran.
Qaulan sadi>dan berbicara tentang perkataaan yang baik dalam
memperlakukan kaum yang lemah seperti anak yatim dan kaum dhu’afa. Qaulan
bali>ghan berbicara tentang perkataan yang membekas dalam hati atau perkataan
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), 3-4.
5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
yang mudah dimengerti ketika berhadapan dengan kaum munafik. Qaulan
ma’ru>fan berbicara tentang perkataan yang baik ketika memberi harta kepada
anak yatim. Qaulan kari>man berbicara tentang perkataan yang mulia ketika
berhadapan dengan kedua orang tua. Qaulan layyinan berbicara tentang perkataan
yang lembut, berkenaan dengan perintah Allah kepada nabi Musa dan Harun
untuk berbicara kepada Fir’aun agar mau bertaubat. Dan qaulan maysu>ran
berbicara tentang perkataan yang ringan yang diucapkan ketika tidak bisa
membantu kaum dhua’afa atau seseorang yang membutuhkan.
Salah satu ayatnya dalam surat an-Nisa’ ayat 63, yang berbunyi:
.
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam
hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka
pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa
mereka.6
Qaulan bali>ghan diartikan sebagai ucapan yang fasih, terang dan jelas
maksudnya, tepat penggunaannya untuk maksud yang dikehendakinya. AlMara>ghi mengartikan yaitu perkataan yang bekasnya hendak kamu tanamkan di
dalam jiwa mereka.7 Sedangkan Hamka mengartikan qaulan bali>ghan dengan kata
yang sampai ke dalam lubuk hati, yaitu kata yang mengandung Fashahat dan
Bala>ghat. Dan ibnu katsir memaknai kata ini yaitu menasehati manusia dengan
kata-kata yang menyentuh hati, sehingga mereka berhenti dari perbuatan yang
salah. Dari pengertian-pengertian di atas jika dilihat dari sudut pandang
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Lajnah Pentashian
Mushaf Al-Qur’an, 2010), 88
7
al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Beirut: Da>r al-fikr, 1943), 129
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
komunikasi,
yakni ucapan jelas, fasih, terang, jelas maknanya, tepat
pengungkapan apa yang dikehendaki.
Berdasarkan 6 prinsip komunikasi yang telah disebutkan di atas, perlu
dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai jawaban Alquran terhadap persoalan
yang berkaitan dengan komunikasi yang efektif sangatlah penting. Penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan deskripsi mengenai cara penyampaian pesan di
dalam Alquran.
B. Identifikasi Masalah
Masalah pokok yang terdapat dalam kajian ini adalah bagaimana
penjelasan Alquran mengenai komunikasi efektif dalam menjawab persoalanpersoalan masa kini. Adapun masalah-masalah yang teridentifikasi adalah:
1. Urgensi komunikasi.
2. Komunikasi efektif.
3. Komunikasi verbal dan nonverbal.
4. Simbol penyampaian pesan.
5. Istilah-istilah komunikasi dalam Alquran.
6. Qaulan sebagai alat komunikasi efektif.
Mengingat banyaknya permasalahan yang teridentifikasi maka penulis
hanya membatasi beberapa masalah untuk memberikan arahan yang jelas dan
ketajaman analisa dalam pembahasan. Maka diperlukan batasan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini. Pembatasan masalah yang dimaksud, yaitu
difokuskan pada cara berkomunikasi dengan efektif, sesuai apa yang diajarkan
Alquran. Yaitu dengan menggunakan term qaulan sebagai metode penyampaian
pesan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini dibuat untuk memberikan batas dan fokus dalam
penelitian ini, sehingga dapat diulas secara terperinci dan mendalam. Setidaknya
ada dua hal yang hendak dibahas secara mendalam pada penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana konsep komunikasi efektif dalam Alquran?
2. Bagaiman cara komunikasi efektif dalam Alquran?
D. Tujuan Penelitian
Setelah
masalah
dirumuskan,
tujuan
penelitian
disusun
untuk
menjawabnya. Hal ini dilakukan agar hasil penelitian menjadi jelas dan mendalam
sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan. Berikut ini adalah tujuan
penelitian yang disusun:
1. Mengetahui konsep komunikasi efektif dalam Alquran.
2. Mengetahui cara komunikasi efektif dalam Alquran.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuannya yang telah disusun di atas,
maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi semua
pembaca:
1. Secara teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan
kepada umat Islam tentang penafsiran ayat-ayat komunikasi efektif yang
berusaha diungkap oleh para mufassir, serta dapat memberikan manfaat bagi
penelitian selanjutnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
2. Secara praktis
Implementasi penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi
agar dapat memberi solusi terhadap masyarakat muslim mengenai komunikasi
yang efektif dalam Alquran. Agar dapat mengimplementasikan dalamk
ehidupan sehari-hari sesui dengan ajaran Alquran.
F. Telaah Pustaka
Perlu untuk menampilkan kajian terdahulu agar penelitian yang dilakukan
dapat teruji orisinilitasnya. Sehingga dapat telihat perbedaan dan kekayaan
pembahasan yang saling melengkapi antara penelitian-penelitian yang ada.
Berikut ini adalah penelitian yang saling berkaitan:
1. Komunikasi Interpersonal dalam Alquran, Ulva Nur’aeni, Tahun 2014.
Skripsi Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Penelitian ini
menggunakan metode Tematik, dengan mengangkat tema komunikasi
interpersonal. Dan berisikan delapan tema yang terangkum dalam ragam
komunikasi interpersonal. Tema-tema tersebut merupakan komunikasi
interpersonal yang melibatkan individu dengan individu lainnya dan interaksi
yang dilakukan dua arah.
2. Komunikasi dalam Pembentukan Karakter (Studi Deskriptif Kualitatif pada
Anggota Rohis SMA Negri 1 Yogyakarta), Ryan Afranata, Tahun 2015,
fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Skripsi Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta. Penelitian ini berisi tentang komunikasi persuasi dalam
pembentukan karakter, secara lebih khusus penelitian ini mengkaji bagaimana
anggota rohis SMA 1 Yogyakarta pesan persuasi yang diterima dalam
membentuk karakternya.
Dari beberapa telaah pustaka yang telah dilakukan secara seksama,
penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya
yang tidak mengurangi orisinilitas penelitian yang hendak diangkat. Adapun
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
kesamaan dengan penelitian sebelumnya adalah sama tema pokoknya, yakni
mengangkat tema komunikasi. Sementara, yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya, yaitu:
1. Penelitian ini fokus pada bagaimana komunikasi yang efektif yang dilakukan
dalam komunikasi organisasi seperti
dalam dunia keja atau perusahaan.
Sedangkan penelitian Ulva Nur’aini hanya fokus pada komunikasi
interpersonal antar individu.
2. Penelitian ini bersifat studi kepustakaan, sedangkan penelitian yang dilakukan
Ryan Afranata adalah studi lapangan, yang di lakukan di SMA Negri 1
Yogyakarta.
G. Metode Penelitian
Setiap penelitian selalu menggunakan acuan metode penelitian tertentu.
Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah penelitian dan memperjelas arah
penelitian untuk mencapai tujuan penelitian yang dikehendaki. Setidaknya ada
tiga aspek yang menjadi komponen dari metode penelitian tersebut, yaitu:
1.
Model dan Jenis Penelitian
Model penelitian yang digunakan sebagai acuan adalah model
penelitian kualitatif. Model kualitatif merupakan suatu cara untuk menemukan
dan memahami fenomena-fenomena yang ada sehingga menghasilkan data
deskriptif yang menggambarkan pemikiran atau perilaku-perilaku manusia.8
Dengan menggunakan jenis ini diharapkan hasil penelitian akan memberikan
gambaran yang mengantarkan kepada pemahaman tentang implikasi dan
penafsiran ayat-ayat tentang komunikasi efektif oleh mufasir.
Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif”, dalam Equilibrium Jurnal Pendidikan
Vol. 5 No. 9 Universitas Brawijaya Malang, Januari-Juni 2009, 2.
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
Jenis penelitian ini adalah kepustakaan atau yang disebut library
research. Peneliti mengumpulkan data berupa hasil karya-karya akademisi
terdahulu yang terhimpun dalam buku-buku dan arsip-arsip tulis yang lainnya
yang berkaitan dengan masalah penelitian yang hendak diselesaikan. Arsiparsip tulis tersebut seperti skripsi, jurnal, tesis, dan disertasi. Beberapa karya
tulis dapat juga diakses melalui jaringan internet, sehingga dapat menjangkau
sumber-sumber global.9
2.
Sumber Data
Data (datum) adalah sesuatu yang diketahui atau yang biasa disebut
sebagai informasi yang diterima. Wujud informasi tersebut dapat berupa suatu
ukuran yang berupa angka-angka atau ungkapan berupa kata-kata. Informasi
yang langsung dari sumbernya disebut sebagai Sumber Data Primer.
Sedangkan informasi yang menjadi pendukung data primer adalah Sumber
Data Sekunder.10 Yang perinciannya sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Sumber primer adalah sumber yang berasal dari tulisan buku-buku
yang berkaitan langsung dengan buku ini. Sumber utama penelitian ini
adalah Alquran.
b. Sumber Data Skunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang berasal dari penelitian
berupa buku, skripsi dan jurnal yang disusun untuk menghadirkan berbagai
9
Syahrin Harahap, Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-Ilmu Ushuluddin, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000), 90.
10
Rahmat, “Penelitian Kualitatif, 137.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
cara pandang dalam melihat masalah yang hendak diteliti serta bebrapa kitab
tafsir seperti:
- Tafsir al-Mara>ghi> karya Ahmad Mustafa al-Maraghi
- Tafsir al-Azhar karya Hamka
- Tafsir al-Qur’a>n al-Adhi>m karya Ibnu katsir
- Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab
- Tafsir Tafsi>r al-Kabi>r wa Mafa>tihul Ghaib karya M. Fakhruddin ar-Razi
3.
Metode Analisa Data
Metode yang digunakan dalam menganalisa data adalah analisis
deskriptif dengan menggunakan metode tafsir tematik kontekstual. Analisis
adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang guna meneliti suatu
struktur dari data-data yang telah dihimpun. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang berusaha menjelaskan suatu gejala, peristiwa, pemikiran yang
terjadi atau ada sehingga dapat memunculkan suatu teori atau gagasan baru.11
Dan metode tafsir tematik kontekstual adalah cara memahami Alquran
mengumpulkan ayat-ayat yang setema untuk mendapatkan gambaran yang
dikaji, kemudian mencari makna yang relevan dan aktual untuk konteks yang
kekinian.12
11
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Penerbit Kencana, 2011), 34.
12
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir (Yogyakarta: Idea Press,
2015), 78.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
H. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, maka penulisan
ini disusun atas lima bab sebagai berikut:
Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian, lalu kemudian dilanjutkan
dengan sistematika pembahasan.
Bab II berisikan tentang pengertian komunikasi dan ruang lingkupnya,
faktor pemengaruh komunikasi efektif, dan teknik penyampaian pesan efektif.
Bab III berisikan ayat-ayat yang membahas tentang komunikasi efektif
dan penafsirannya.
Bab IV berisikan analisis tentang cara komunikasi efektif.
Bab V berisikan penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
BAB II
KONSEP KOMUNIKASI EFEKTIF
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Komunikasi
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan
manusia lainnya. Ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia
perlu berkomunikasi. Menurut Dr. Everret Kleinjan dari East West Center
Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia
seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia hidup maka ia perlu berkomunikasi.1
Dalam kehidupan sehari-hari pasti ditemukan peristiwa komunikasi di
mana-mana. Seorang anak misalnya diminta menyalakan lampu dengan menekan
tombol listrik. Hubungan antara tombol dengan balon lampu juga termasuk
peristiwa komunikasi. Setangkai anggrek yang menghirup makanan lewat
sebatang pohon, atau seekor burung yang hinggap pada setangkai dahan juga
termasuk komunikasi.
Komunikasi yang dimaksud di sini bukan komunikasi seperti yang
dicontohkan di atas. Bukan komunikasi listrik, bukan komunikasi anatomi
tumbuhan, dan bukan komunikasi antar hewan. Melainkan komunikasi insani atau
human communication atau bisa disebut komunikasi antar manusia. Suatu bentuk
komunikasi yang dilakukan oleh manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.
1
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo, 1998), 1.
14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Istilah komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris, berasal dari
kata latin communis yang artinya sama, communico, communication, atau
communicare yang artinya membuat sama (to make common).2 Jadi, kalau dua
orang terlibat komunikasi, maka komunikasi itu dapat dikatakan berhasil apabila
ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan. Kesamaan bahasa
yang digunakan belum tentu menimbulkan kesamaan makna.3
Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community)
yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan hidup bersama untuk
mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa
komunikasi tidak aka nada komunitas. Komunitas bergandung pada pengalaman
dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu.
Sebuah definisi singkat dari Harold D. Lasswell dalam karyanya The
Structure and Function of Communication, bahwa cara yang tepat untuk
menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah menjawab pertanyaan who says
(siapa yang berbicara), what (apa yang dibicarakan), in what channel (media apa
yang dipakai), to whom (kepada siapa lawan bicara), dan what effect (efek yang
ditimbulkan).4 Jadi berdasarkan paradigm Laswell tersebut, komunikasi adalah
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu.
Everett M. Rogers seorang pakar sosiologi pedesaan Amerika yang telah
banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi mendifinisikan bahwa,
komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu
2
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 41.
Nikmah Hadiati Salisah, Ilmu Komunikasi (Pasuruan: LunarMedia, 2012), 25.
4
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1990), 10.
3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
penerima atau lebih, dengan maksuduntuk mengubah tingkah laku mereka.5
Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid
sehingga melahirkan definisi baru yaitu, Komunikasi adalah suatu proses di mana
dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan
satu sma lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam.6
Rogers mencoba mengekspresikan hakikat suatu hubungan dengan adanya
suatu pertukaran informasi atau pesan, di mana ia menginginkan adanya
perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling
pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi.
Definisi- definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili
semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun bisa
diperoleh gambaran seperti yang diungkapkan Shannon dan Weaver bahwa,
komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh dan
mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada
bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi
muka, lukisan, seni dan teknologi.7
Dalam kehidupan sehari-hari pastinya seseorang berhubungan dengan
masyarakat. Dalam hal itu tujuannya yaitu untuk menyampaikan informasi dan
mencari informasi kepada meraka, agar apa yang ingin disampaikan atau yang
diminta dapat dimengerti sehingga komunikasi dapat berjalan lancar. Setiap kali
5
Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, 18.
Ibid., 19.
7
Ibid., 19.
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
berkomunikasi maka seseorang harus menentukan tujuan dari komunikasi
tersebut, tujuan tersebut dapat dikategorikan menjadi beberapa hal, yaitu:
1.
Menjelaskan sesuatu kepada orang lain, yang dimaksudkan yaitu menginkan
supaya orang lain mengerti dan dapat memahami apa yang dimaksudkan.
2. Bila ingin orang lain menerima dan mendukung gagasan yang dimaksudkan.
Yaitu dengan pendekatan persuasif, bukan dengan cara memaksakan
kehendak.
3. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.8
Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa komunikasi itu bertujuan
mengharapkan pengertian, dukungan gagasan dan tindakan.9
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa
komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media,
penerima,dan efek. Unsur-unsur tersebut bisa disebut komponen atau elemen.
Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur-unsur atau
komponen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa
terciptanya proses komunikasi, cukup oleh tiga unsur, sementara ada juga yang
menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang telah
disebutkan.
Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani kuno dalam bukunya Rhetorika
menyebutkan bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang
mendukungnya, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan dan siapa yang
Widjaja, Komunikasi dan Hubungan..., 11.
Ibid., 11.
8
9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
mendengarkan.10 Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian besar pakar komunikasi
dinilai lebih tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi public dalam bentuk
pidato atau retorika. Hal ini bisa dimengerti, karena pada zaman Aristoteles
retorika menjadi bentuk komunikasi yang sangat popular bagi masyarakat Yunani.
Beda lagi dengan Claude E. Shannon dan Warren Weaver, dua orang
insinyur listrik ini menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan
lima unsur yang mendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima
dan tujuan. Kesimpulan ini didasarkan atas hasil studi yang mereka lakukan
mengenai pengiriman pesan melalui radio dan telepon.11
Awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi yang
lebih sederhana. Formula itu dikenal dengan sama SMCR, yakni: Source
(pengirim),
Message
(pesan),
Channel
(saluran-media),
dan
Receiver
(penerima).12
Komponen atau unsur-unsur tersebut saling berkaitan antara satu unsur
dengan unsur lainnya. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Sumber
Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan
untuk berkomunikasi. Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber
sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia,
sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok,
misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim,
10
Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, 21.
Ibid., 22.
12
Ibid., 22.
11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau
encoder.
Di dalam melakukan komunikasi dapat dilihat beberapa gaya
komunikator melakukan aksinya, tergantung pada situasi yang mereka hadapi.
Gaya komunikator dapat dibedakan ke dalam beberapa model, yaitu:13
a. Komunikator
yang
membangun
yaitu,
komunikator
yang
mau
mendengarkan orang lain, tidak terlalu mendominir situasi, dia
menganggap buah pikiran banyak orang lebih baik dari seseorang.
b. Komunikator yang mengendalikan yaitu, ia menginginkan komunkasi satu
arah saja, dan tidak akan menerima yang lain, pendapatnya merupakan hal
yang paling baik, sehingga ia tidak mau mendengarkan pendapat orang
lain.
c. Komunikator yang melepaskan diri yaitu, ia lebih banyak menerima dari
lawan komunikasinya, lebih suka mendengar pendapat orang lain,
sumbangan pikirannya tidak banyak mengandung arti sehingga ia lebih
suka melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.
d. Komunikator yang menarik diri yaitu, bersifat pesimis, selalu diam tidak
menunjukkan reaksi dan jarang memberikan buah pikirannya.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan
cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
Widjaja, Komunikasi dan Hubungan…, 13.
13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda. Dalam bahasa
Inggris, content atau information.
Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di
dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Bentuk
pesan dibagi menjadi tiga, yaitu:14
a. Informatif, yaitu memberikan keterangan-keterangan dan kemudian dapat
mengambil kesimpulan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informative
lebih berhasil daripada pesan persuasif, misalnya pada cendekiawan.
b. Persuasif, yaitu membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang
bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau
sikap, sehingga ada perubahan.
c. Koersif, yaitu dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal
dengan penyampaian secara ini adalah agitasi dengan penekananpenekanan yang menimbulkan tekanan batin di antara sesamanya dan
kalangan publik. Initinya koersif ini bersifat memaksa.
3. Media
Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa
pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa
bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi panca
indera dianggap sebagai media komunikasi.
Selain indera manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon,
surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi. Dalam
14
Ibid., 14-15.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
komunikasi massa, media adalah alat yang dapat dihubungkan antara sumber
dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat,
membaca dan mendengarnya.
Berkat perkembangan teknologi komunikasi khusunya di bidang
komunikasi massa elektronik yang begitu cepat, maka media massa elektronik
makin banyak bentuknya dan makin mengaburkan batas-batas untuk
membedakan antara media koomunikasi massa dan komunikasi antarpribadi.
Selain media komunikasi seperti di atas, kegiatan dan tempat-tempat
tertentu yang banyak ditemui dalam masyarakat pedesaan, bisa juga
dipandang sebagai media komunikasi sosial, misalnya rumah, tempat ibadah,
balai desa, arisan, panggung kesenian, dan lain-lain.
4. Penerima
Penerima (receiver) atau sering juga disebut sasaran atau tujuan
(destination), komunikate (communicate), penyandi-balik (encoder), atau
khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yaitu orang
yang menerima pesan dari sumber.15 Berdasarkan pengalaman masa lalu,
rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan, penerima pesan
ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat symbol verbal atau non
verbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami.
Penerima ini adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena
dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima
oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali
menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.
15
Mulyana, Ilmu Komunikasi…, 64.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
5. Pengaruh atau Efek
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh penerima sbelum dan sesudah menerima
pesan.16 Atau bisa diartikan dampak sebagai pengaruh dari pesan. Efek
menunjukkan sebuah perubahan yang dapat diamati dan diukur dari penerima
yang disebabkan oleh elemen-elemen dari proses komunikasi yang bisa
diidentifikasikan. Perubahan satu dari elemen akan mengubah efek.17 Dampak
yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu:18
a. Dampak kognitif, yaitu dampak yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sini
pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si
komunikan. Dengan kata lain tujuan komunikator hanyalah pada upaya
mengubah pikiran komunikan.
b. Dampak afektif, pada dampak ini tujuan komunikator bukan hanya sekedar
supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya dan menimbulkan
perasaan tertentu.
c. Dampak behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam
bentuk prilaku, tindakan, dan kegiatan.
Sebagai contoh mengenai ketiga jenis dampak di atas dapat dilihat
dari berita surat kabar. Pernah dalam sebuah surat kabar terdapat berita
seorang yang menderita tumor dan mengakibatkan perutnya buncit.
Peristiwa yang diberitakan lengkap dengan fotonya dan menarik perhatian
16
Cangara, Pengantar Ilmu…, 26.
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi , ter. Hapsari Dwiningtyas (Jakarta: Rajawali
Pers, 2012), 50.
18
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), 7.
17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
banyak pembaca. Berita tersebut dapat menimbulkan berbagai jenis efek.
Jika seorang pembaca hanya tertarik untuk membacanya saja dan
kemudian ia menjaditahu, maka dampaknya hanya berkadar kognitif saja.
Apabila ia merasa iba atas penderitaan orang dalam berita tersebut, maka
berita itu menimbulkan dampak afektif. Tetapi kalau si pembaca yang
tersentuh hatinya itu kemudian pergi ke redaksi surat kabar yang
memberitakannya dan menyerahkan sejumlah uang untuk membantu si
penderita, maka berita itu telah menimbulkan dampak behavioral.
B. Pengertian dan Faktor Pemengaruh Komunikasi Efektif
Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik
secara lisan maupun tulisan. Namun, tidak semua orang mampu melakukan
komunikasi dengan baik. Terkadang ada orang yang mampu menyampaikan
semua informasi secara lisan tetapi tidak secara tulisan ataupun sebaliknya.
Komunikasi efektif tejadi apabila pesan yang diberitahukan komunikator dapat
diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah
persepsi.
Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan samasama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam
bahasa asing orang menyebutnya the communication is in tune ,yaitu kedua belah
pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan.
Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylavia Moss, komunikasi yang efektif ditandai
dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu
tindakan.19
Menurut Wikipedia komunikasi efektif adalah pertukaran informasi, ide,
perasaan yang menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan
baik antara pemberi pesan dan penerima pesan. Pengkuran efektifitas dari suatu
proses komunikasi dapat dilihat dari tercapainya tujuan si pengirim pesan.20 Pesan
yang tersampaikan dengan benar dan tepat sesuai keinginan sang komunikator,
menunjukkan bahwa komunikasi dapat berjalan secara efektif.
Dengan demikian dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi efektif adalah saling bertukar informasi, ide, perasaan dan sikap
anatara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai harapan dan dapat
mengahsilkan perubahan sikap pada orang yang terlibat komunikasi.
Agar komunikasi bisa berlangsung efektif, perlu diperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Menurut Scoot M Cultip dan Allen dalam
bukunya Effective Public Relations, faktor-faktor tersebut disebut dengan The
Seven Communication, yaitu:21
1. Credibility
2. Context
3. Content
4. Clarity
5. Continuity and consistency
19
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993),
13.
20
https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_efektif (Senin, 03 Juli 2017, 07.35)
21
http://www.bitebrands.co/2014/06/7-faktor-yang-mempengaruhi-efektivitas.html (Rabu,
21 Juni 2017, 21.00)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
6. Capability of Audience
7. Channels of Distribution
Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal
komunikan. Semakin tumpang tindih bidang pangalaman (field of experience)
komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan
yang dikomunikasikan.22 Dalam teori komunikasi dikenal dengan istilah
emapathy, yang berarti kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang
lain. jadi meskipun antara komunikator dan komunikan terdapat perbedaan dalam
kedudukan, jenis pekerjaan, agama, suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideologi,
dan lain-lain, jika komunikator bersikap empatik, komunikasi tidak akan gagal.23
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keefektifan komunikasi, yaitu:
1. Credibility
Kredibilitas berkaitan erat dengan kepercayaan. Seorang komunikator
yang baik harus memiliki kredibilitas agar pesan yang disampaikan dapat
tersasar dengan baik. Beberapa hal yang berhubungan dengan kredibilitas
misalnya kualifikasi atau tingkat keahlian seseorang. Contoh, seorang dokter
dianggap mempunyai kredibilitas ketika ia menyampaikan hal-hal tentang
kesehatan.
2. Context
Konteks berupa kondisi yang mendukung ketika berlangsungnya
komunikasi. Supaya komunikasi berjalan efektif, konteks yang tepat menjadi
hal yang menarik perhatian komunikan.
Effendi, Ilmu Komunikasi…, 19.
Ibid., 19.
22
23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
3. Content
Isi pesan merupakan bahan atau ,materi inti dari apa yang hendak
disampaikan kepada audiens. Komunikasi menjadi efektif apabila isi pesan
mengandung sesuatu yang berarti dan penting untuk diketahui oleh
komunikan.
4. Clarity
Pesan yang jelas alias tidak menimbulkan penafsiran yang bermacammacam adalah kunci keberhasilan komunikasi. Kejelasan informasi adalah hal
penting yang bisa mengurangi dan menghindari risiko kesalahpahaman pada
komunikan.
5. Continuity dan Consistency
Agar komunikasi berhasil, maka pesan atau informasi perlu
disampaikan secara berkesinambungan atau kontinyu. Misalnya, pesan
pemerintah yang menganjurkan masyarakat untuk menggunakan kendaran
umum dibandingkan kendaraan pribadi harus selalu disampaikan melalui
berbagai media secara terus menerus supaya pesan itu dapat tertanam dalam
benak dan mempengaruhi perilaku masyarakat.
6. Capability of Audience
Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila sang penerima pesan
memahami dan melakukan apa yang terdapat pada isi pesan. Dalam hal ini,
tingkat pemahaman seseorang bisa berbeda-beda tergantung beberapa faktor,
contohnya latar belakang pendidikan, usia ataupun status sosial.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
7. Channels of Distribution
Selain berbicara secara langsung kepada audiens, ada cara lain untuk
berkomunikasi, yaitu menggunakan media. Bentuk-bentuk media komunikasi
yang biasa digunakan saat ini adalah media cetak ataupun elektronik.
Pertimbangkan secara matang pemilihan media yang sesuai dan tepat sasaran
agar tidak terjadi komunikasi yang sia-sia.
C. Teknik Penyampaian Pesan Efektif
Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.
Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi.24 Pesan mempunyai tiga
komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan
bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata atau bahasa,
yang dapat mempresentasikan objek, gagasan, perasaan, baik ucapan maupun
tulisan. Kata-kata memungkinkan untuk berbagi pikiran dengan orang lain.
Yang terpenting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu
pesan yang disampaikan komunikator dapat menimbulkan dampak atau efek
tertentu pada komunikan.
Banyak cara untuk menyampaikan pesan yaitu dengan tatap muka atau
melalui media komunikasi. Agar komunikasi dapat efektif, maka cara
penyampaian pesan atau informasi perlu dirancang secara cermat sesuai dengan
karakteristik
komunikan
maupun
keadaan
di
lingkungan
sosial
yang
bersangkutan. Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa keberhasilan komunikasi
sebagian ditentukan oleh kekuatan pesan. Dengan pesan, seseorang dapat
24
Mulyana, Ilmu Komunikasi…, 63.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
mengendalikan sikap dan perilaku komunikan. Agar proses komunikasi terlaksana
secara efektif.25
Bagi seorang komunikator, suatu pesan yang akan dikomunikasikan
sudah jelas isinya, tetapi yang perlu dijadikan pemikiran adalah pengelolaan
pesannya. Pesan harus ditata sesuai dengan diri komunikan yang akan
Skripsi:
Disusun untuk memenuhi Tugas Akhir Guna mendapat gelar Strata Satu (S-1)
Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Disusun oleh :
MIFTACHUR ROFIKO
NIM: E83213160
PRODI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017
ABSTRAK
Judul penelitian kualitatif ini berjudul “Komunikasi efektif dalam
Alquran”. Komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan
manusia karena segala gerak langkah selalu disertai dengan komunikasi.
Komunikasi sangat berpengaruh terhadap kelanjutan hidup manusia, baik manusia
sebagai anggota masyarakat, anggota keluarga dan manusia sebagai satu kesatuan
yang universal. Seluruh kehidupan manusia tidak bisa lepas dari komunikasi. Dan
komunikasi juga sangat berpengaruh terhadap kualitas berhubungan
dengan sesama. Islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan bagaimana
komunikasi yang baik. Hal tersebut bisa dilihat dalam Alquran. Dalam Alquran
ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif.
Hal itu dapat diistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi.
Semua orang dapat berkomunikasi, tetapi tidak semua orang dapat menyampaikan
pesan sesuai yang diharapkan. Dalam menyampaikan simbol terpenting adalah
kata-kata atau perkataan. Dengan kata-kata, seseorang akan dapat menyampaikan
gagasan atau pikiran dengan orang lain.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode
telaah pustaka (library research) dengan cara menelaah, membaca, menganalisa
sumber data yang ada. Dalam menganalisa data yang sudah dikumpulkan, penulis
menggunakan teknik analisis data dengan cara berusaha mencari ayat Alquran
tentang komunikasi dengan jalan menghimpun seluruh ayat-ayat yang berkenaan
dengan komunikasi. lalu menganalisanya melalui pengetahuan yang relevan
dengan masalah yang dibahas.
Ayat-ayat tersebut menunjukkan bagaimana berkomunikasi yang
mengagumkan. Dari ayat-ayat yang berkaitan dengan komunkasi tersebut, penulis
menelusuri ragam komunikasi, yang terdiri dari komunkasi antara orang tua dan
anak, antar saudara, antara nabi dan penguasa, antara nabi dan kaumnya, dengan
kaum dhu’afa dan lain-lain. Selanjutnya penulis menelusuri jenis dan tujuan
komunkasi, faktor yang mempengaruhi komunkasi efektif, dan langkah-langkah
berkomunkasi agar dapat efektif.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ............................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI......................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITASI ................................................................................ xiii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 7
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 8
D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
F. Telaah Pustaka ................................................................................... 9
G. Metodologi Penelitian ........................................................................ 10
H. Sistematika Pembahasan .................................................................... 13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II: KONSEP KOMUNIKASI EFEKTIF
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Komunikasi ..................................... 14
B. Pengertian dan Faktor Pemengaruh Komunikasi Efektif................... 23
C. Teknik Penyampaian Pesan Efektif.................................................... 27
BAB III: AYAT-AYAT TENTANG KOMUNIKASI DAN PENAFSIRANNYA
A. Penyajian Ayat-ayat tentang Komunikasi ......................................... 31
B. Ayat-ayat Komunikasi dengan Term Qaulan dan Terjemahnya ........ 32
C. Penafsiran Ayat-ayat Komunkasi....................................................... 36
BAB IV: CARA KOMUNIKASI EFEKTIF BERDASARKAN TERMINOLOGI
QAULAN
A. Prinsip Komunikasi Efektif dalam Alquran ...................................... 60
B. Jenis dan Tujuan Komunikasi ........................................................... 72
C. Langkah-Langkah Komunikasi Efektif ............................................. 83
BAB V: PENUTUP
1.
Simpulan ............................................................................................ 86
2.
Saran .................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alquran sebagai kitab petunjuk memberikan arahan kepada umat manusia,
bukan pada persoalan ibadah saja, tetapi pada ranah muamalah juga. Salah satu
dari bentuk itu adalah komunikasi. Komunikasi adalah salah satu aspek terpenting
dari kehidupan manusia, secara normal sejak manusia lahir, manusia bersosialisasi
melalui interaksi dengan orang lain dalam lingkungan sekitar mereka, dan pada
setiap interaksi pasti terdapat komunikasi.
Sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, manusia memiliki
dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu saranya adalah
komunikasi. Karenanya komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi
kehidupan manusia. Dalam pepatah asing berbunyi: “Nature gave us two ears and
only one mouth, so that we could listen twice as much as we speak”.1 Dalam kata
lain pepatah tersebut mengajak kita lebih banyak mendengar daripada berbicara
(berkomunikasi). Karena berbicara itu mudah tetapi berkomunikasi dengan baik
tidak mungkin demikian halnya. Berbicara saja belum dapat menjamin apa yang
dibicarakan itu dapat sampai kepada yang akan diharapkan memperolehnya.2
Jika dibuka lembar sejarah peradaban, tokoh-tokoh filsafat barat dapat
memaparkan berbagai teori penemuannya dengan cara beretorika dengan baik dan
efektif. Begitupula dengan para nabi kepada umatnya dalam menyebarkan
kepercayaannya terhadap suatu keyakinan bertuhan. Sebagai contoh yaitu dakwah
1
A. W. Wijaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 5.
Ibid., 5.
2
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
nabi Muhammad. Nabi Muhammad dilahirkan dengan keadaan bangsa Arab yang
gemar akan syair serta sastra sehingga penyampaian ajarannyapun disesuaikan
dengan keadaan. Penyesuaian cara penyampaian dan teori dalam komunikasi
terhadap komunikan menjadi salah satu faktor terciptanya komunikasi efektif.
Komunikasi yang berhasil adalah komunikasi yang efektif. Yaitu
komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap atau attitude pada orang
yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Pengukuran efektifitas dari suatu proses
komunikasi dapat dilihat dari tercapainya tujuan si pengirim pesan. Semua orang
dapat berkomunikasi dengan caranya masing-masing, tetapi tidak semua orang
mampu berkomunikasi secara efektif. Banyak komunikasi yang terjadi dan
berlangsung tetapi kadang-kadang tidak tercapai kepada sasaran tentang apa yang
dikomunikasikan itu. Harold Laswell menyatakan bahwa komunikasi yang
berhasil adalah yang bisa menjawab pertanyaan: who, says what, in wich channel,
to whom, with what effect.3
Untuk mencapai
komunikasi
yang efektif komunikan sebaiknya
memperhatikan cara dalam menyajikan sebuah pesan, baik secara verbal maupun
non verbal. Ada beberapa syarat komunikasi dapat menjadi efektif, yaitu ketika
berkomunikasi komunikator harus memperkirakan apakah pesan-pesan yang akan
disampaikannya dapat diterima komunikan dengan tepat, dan juga komunikasi
dapat mencapai sasaran bila komunikator dapat mengekspresikan atau
menuangkan hal yang ingin disampaikan sesuai dengan kerangka berfikir
komunikan. Apabila hal ini tidak sesuai maka terjadi miscomunication.
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), 2.
3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Saat seseorang berhubungan atau berbicara dengan orang lain, sikap
tentunya akan selalu diperhatikan oleh orang lain, misalnya ketika meminta
sesuatu kepada orang lain apakah dengan cara yang lembut, kasar, memaksa dan
lain sebagainya, sikap tersebut tentu akan berpengaruh terhadap efektifitas
komunikasi apakah akan tercapai tujuan komunikasi tersebut. Komunikasi efektif
juga dipengaruhi oleh cara penyampaian dan pengucapan, dengan cara
penyampaian dan pengucapan yang baik serta jelas akan berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan komunikasi, karena mempunyai maksud baik saja disini belum
cukup, akan tetapi pesan tersebut harus disampaikan dengan cara-cara tertentu dan
pengucapan yang baik pula, misalnya agar tidak terjadi ketersinggungan,
membuat salah tafsir dan lain-lain. Prinsip dalam berkomunikasi adalah
mempengaruhi orang lain agar mau berfikir, bersikap, dan mau bertindak sesuai
keinginan.
Respon atau dipenuhinya keinginan komunikator oleh sasaran ini dapat
dicapai apabila terjadi kesepahaman antara komunikator dengan komunikan.
sehingga dengan tercapainya keinginan tersebut sudah dapat dikatakan
komunikasi tersebut efektif, karena tindakan komunikator yang membutuhkan
jawaban atas keinginan komunikator tersebut di respon oleh komunikan sesuai
dengan tindakan yang dilakukan oleh komunikator. Misalnya komunikator
bertanya, sudah barang tentu keinginannya adalah agar pertanyaan tersebut
dijawab oleh komunikan, dan apabila pertanyaan tersebut dijawab oleh
komunikan, artinya ada kesepahaman pengertian antara tindakan yang dilakukan
oleh komunikator di pahami oleh komunikan, sehingga komunikan menjawab
pertanyaan tersebut.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Komunikasi dapat dilakukan dari cara yang sederhana, hingga yang
kompleks. Namun, karena perkembangan zaman yang semakin ekstensif saat ini,
komunikasi menjadi semakin mudah untuk dilakukan. Komunikasi merupakan
proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk
menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.
Komunikasi sangat dibutuhkan baik di dalam organisasi, di lingkungan
masyarakat maupun di dalam setiap aktivitas.
Komunikasi
yang
merupakan
kegiatan
pokok
dalam
kehidupan
bermasyarakat atau sebagaimana yang dinyatakan oleh seorang tokoh komunikasi,
bahwa: Communication is human existen and social proses”.4 Malalui komunikasi
orang dapat mempengaruhi dan mengubah sikap dan tingkah laku orang lain,
membentuk suatu consensus, yang dikenal sebagai pendapat umum. Itulah
sebabnya mengapa komunikasi efektif sangatlah penting dan diperhatikan orang.
Hal ini karena komunikasi merupakan alat pembangunan, alat integrasi, alat
kekuasaan, dan untuk itu komunikasi penting diketahui dipahami serta dihayati
semua orang.
Ketika seseorang dapat berkomunikasi secara efektif maka akan dapat
menyerap dan mencerna perkataan atau hasil komunikasi tersebut. Efektifitas
komunikasi akan terjadi apabila komunikator menyesuaikan pembicaraannya
dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya.
Terdapat dua cara dalam penyampaian pesan, yaitu verbal dan nonverbal.
Simbol atau lambang dalam komunikasi verbal adalah kata-kata atau perkataan.
sedangkan simbol komunikasi nonverbal adalah pesan nonlinguistic yang
A. W. Wijaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat,…6.
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
diisyaratkan oleh anggota tubuh untuk menunjukkan sikap dan penampilan.
Manusia adalah makhluk yang paling gemar mempergunakan lambang. Sebab
lambang adalah ekspresi fikiran dari manusia.5
Dalam Alquran ditemukan beberapa istilah-istilah yang terkait dengan
komunikasi. Di antara istilah-istilah tersebut ialah: lafdz}, qaul, kalimat, nuthq,
naba’, khabar, hiwar, jidal, bayan, tadzkir, tabsyir, indza>r, tahri>dh, wa’adz,
dakwah, ta’aruf, tawa>shi>, tabli>gh, dan irsya>d, semuanya itu tergolong dalam
metode penyampaian pesan.
Penelitian ini hanya difokuskan pada komunikasi verbal. Dan simbol dari
komunikasi
verbal
adalah
kata-kata.
Simbol
kata-kata
dalam
Alquran
menggunakan istilah. Lafdz}, kalimah, qaul. Disebut lafdz} karena bunyi yang
dikeluarkan dari mulut ibarat bunyi atau simbol yang dilemparkan dari mulut,
sedangkan kalimat adalah susunan lafdz} yang mengandung makna yang
sempurna. Sedangkan qaul adalah jenis pesan verbal yang sama dengna lafdz} atau
lebih lengkap dan luas penggunaannya dibandingkan lafdz}. Dengan kata lain,
lafdz} adalah bagian dari qaul.
Ada beberapa macam term qaulan yang disebut dalam Alquran, yaitu:
qaulan sadi>dan, qaulan bali>ghan, qaulan ma’ru>fan, qaulan kari>man, qaulan
layyinan, maysu>ran. Term-term qaulan tersebut mempunyai konteks yang
berbeda-beda dalam Alquran.
Qaulan sadi>dan berbicara tentang perkataaan yang baik dalam
memperlakukan kaum yang lemah seperti anak yatim dan kaum dhu’afa. Qaulan
bali>ghan berbicara tentang perkataan yang membekas dalam hati atau perkataan
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), 3-4.
5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
yang mudah dimengerti ketika berhadapan dengan kaum munafik. Qaulan
ma’ru>fan berbicara tentang perkataan yang baik ketika memberi harta kepada
anak yatim. Qaulan kari>man berbicara tentang perkataan yang mulia ketika
berhadapan dengan kedua orang tua. Qaulan layyinan berbicara tentang perkataan
yang lembut, berkenaan dengan perintah Allah kepada nabi Musa dan Harun
untuk berbicara kepada Fir’aun agar mau bertaubat. Dan qaulan maysu>ran
berbicara tentang perkataan yang ringan yang diucapkan ketika tidak bisa
membantu kaum dhua’afa atau seseorang yang membutuhkan.
Salah satu ayatnya dalam surat an-Nisa’ ayat 63, yang berbunyi:
.
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam
hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka
pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa
mereka.6
Qaulan bali>ghan diartikan sebagai ucapan yang fasih, terang dan jelas
maksudnya, tepat penggunaannya untuk maksud yang dikehendakinya. AlMara>ghi mengartikan yaitu perkataan yang bekasnya hendak kamu tanamkan di
dalam jiwa mereka.7 Sedangkan Hamka mengartikan qaulan bali>ghan dengan kata
yang sampai ke dalam lubuk hati, yaitu kata yang mengandung Fashahat dan
Bala>ghat. Dan ibnu katsir memaknai kata ini yaitu menasehati manusia dengan
kata-kata yang menyentuh hati, sehingga mereka berhenti dari perbuatan yang
salah. Dari pengertian-pengertian di atas jika dilihat dari sudut pandang
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Lajnah Pentashian
Mushaf Al-Qur’an, 2010), 88
7
al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Beirut: Da>r al-fikr, 1943), 129
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
komunikasi,
yakni ucapan jelas, fasih, terang, jelas maknanya, tepat
pengungkapan apa yang dikehendaki.
Berdasarkan 6 prinsip komunikasi yang telah disebutkan di atas, perlu
dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai jawaban Alquran terhadap persoalan
yang berkaitan dengan komunikasi yang efektif sangatlah penting. Penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan deskripsi mengenai cara penyampaian pesan di
dalam Alquran.
B. Identifikasi Masalah
Masalah pokok yang terdapat dalam kajian ini adalah bagaimana
penjelasan Alquran mengenai komunikasi efektif dalam menjawab persoalanpersoalan masa kini. Adapun masalah-masalah yang teridentifikasi adalah:
1. Urgensi komunikasi.
2. Komunikasi efektif.
3. Komunikasi verbal dan nonverbal.
4. Simbol penyampaian pesan.
5. Istilah-istilah komunikasi dalam Alquran.
6. Qaulan sebagai alat komunikasi efektif.
Mengingat banyaknya permasalahan yang teridentifikasi maka penulis
hanya membatasi beberapa masalah untuk memberikan arahan yang jelas dan
ketajaman analisa dalam pembahasan. Maka diperlukan batasan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini. Pembatasan masalah yang dimaksud, yaitu
difokuskan pada cara berkomunikasi dengan efektif, sesuai apa yang diajarkan
Alquran. Yaitu dengan menggunakan term qaulan sebagai metode penyampaian
pesan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini dibuat untuk memberikan batas dan fokus dalam
penelitian ini, sehingga dapat diulas secara terperinci dan mendalam. Setidaknya
ada dua hal yang hendak dibahas secara mendalam pada penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana konsep komunikasi efektif dalam Alquran?
2. Bagaiman cara komunikasi efektif dalam Alquran?
D. Tujuan Penelitian
Setelah
masalah
dirumuskan,
tujuan
penelitian
disusun
untuk
menjawabnya. Hal ini dilakukan agar hasil penelitian menjadi jelas dan mendalam
sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan. Berikut ini adalah tujuan
penelitian yang disusun:
1. Mengetahui konsep komunikasi efektif dalam Alquran.
2. Mengetahui cara komunikasi efektif dalam Alquran.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuannya yang telah disusun di atas,
maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi semua
pembaca:
1. Secara teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan
kepada umat Islam tentang penafsiran ayat-ayat komunikasi efektif yang
berusaha diungkap oleh para mufassir, serta dapat memberikan manfaat bagi
penelitian selanjutnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
2. Secara praktis
Implementasi penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi
agar dapat memberi solusi terhadap masyarakat muslim mengenai komunikasi
yang efektif dalam Alquran. Agar dapat mengimplementasikan dalamk
ehidupan sehari-hari sesui dengan ajaran Alquran.
F. Telaah Pustaka
Perlu untuk menampilkan kajian terdahulu agar penelitian yang dilakukan
dapat teruji orisinilitasnya. Sehingga dapat telihat perbedaan dan kekayaan
pembahasan yang saling melengkapi antara penelitian-penelitian yang ada.
Berikut ini adalah penelitian yang saling berkaitan:
1. Komunikasi Interpersonal dalam Alquran, Ulva Nur’aeni, Tahun 2014.
Skripsi Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Penelitian ini
menggunakan metode Tematik, dengan mengangkat tema komunikasi
interpersonal. Dan berisikan delapan tema yang terangkum dalam ragam
komunikasi interpersonal. Tema-tema tersebut merupakan komunikasi
interpersonal yang melibatkan individu dengan individu lainnya dan interaksi
yang dilakukan dua arah.
2. Komunikasi dalam Pembentukan Karakter (Studi Deskriptif Kualitatif pada
Anggota Rohis SMA Negri 1 Yogyakarta), Ryan Afranata, Tahun 2015,
fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Skripsi Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta. Penelitian ini berisi tentang komunikasi persuasi dalam
pembentukan karakter, secara lebih khusus penelitian ini mengkaji bagaimana
anggota rohis SMA 1 Yogyakarta pesan persuasi yang diterima dalam
membentuk karakternya.
Dari beberapa telaah pustaka yang telah dilakukan secara seksama,
penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya
yang tidak mengurangi orisinilitas penelitian yang hendak diangkat. Adapun
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
kesamaan dengan penelitian sebelumnya adalah sama tema pokoknya, yakni
mengangkat tema komunikasi. Sementara, yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya, yaitu:
1. Penelitian ini fokus pada bagaimana komunikasi yang efektif yang dilakukan
dalam komunikasi organisasi seperti
dalam dunia keja atau perusahaan.
Sedangkan penelitian Ulva Nur’aini hanya fokus pada komunikasi
interpersonal antar individu.
2. Penelitian ini bersifat studi kepustakaan, sedangkan penelitian yang dilakukan
Ryan Afranata adalah studi lapangan, yang di lakukan di SMA Negri 1
Yogyakarta.
G. Metode Penelitian
Setiap penelitian selalu menggunakan acuan metode penelitian tertentu.
Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah penelitian dan memperjelas arah
penelitian untuk mencapai tujuan penelitian yang dikehendaki. Setidaknya ada
tiga aspek yang menjadi komponen dari metode penelitian tersebut, yaitu:
1.
Model dan Jenis Penelitian
Model penelitian yang digunakan sebagai acuan adalah model
penelitian kualitatif. Model kualitatif merupakan suatu cara untuk menemukan
dan memahami fenomena-fenomena yang ada sehingga menghasilkan data
deskriptif yang menggambarkan pemikiran atau perilaku-perilaku manusia.8
Dengan menggunakan jenis ini diharapkan hasil penelitian akan memberikan
gambaran yang mengantarkan kepada pemahaman tentang implikasi dan
penafsiran ayat-ayat tentang komunikasi efektif oleh mufasir.
Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif”, dalam Equilibrium Jurnal Pendidikan
Vol. 5 No. 9 Universitas Brawijaya Malang, Januari-Juni 2009, 2.
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
Jenis penelitian ini adalah kepustakaan atau yang disebut library
research. Peneliti mengumpulkan data berupa hasil karya-karya akademisi
terdahulu yang terhimpun dalam buku-buku dan arsip-arsip tulis yang lainnya
yang berkaitan dengan masalah penelitian yang hendak diselesaikan. Arsiparsip tulis tersebut seperti skripsi, jurnal, tesis, dan disertasi. Beberapa karya
tulis dapat juga diakses melalui jaringan internet, sehingga dapat menjangkau
sumber-sumber global.9
2.
Sumber Data
Data (datum) adalah sesuatu yang diketahui atau yang biasa disebut
sebagai informasi yang diterima. Wujud informasi tersebut dapat berupa suatu
ukuran yang berupa angka-angka atau ungkapan berupa kata-kata. Informasi
yang langsung dari sumbernya disebut sebagai Sumber Data Primer.
Sedangkan informasi yang menjadi pendukung data primer adalah Sumber
Data Sekunder.10 Yang perinciannya sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Sumber primer adalah sumber yang berasal dari tulisan buku-buku
yang berkaitan langsung dengan buku ini. Sumber utama penelitian ini
adalah Alquran.
b. Sumber Data Skunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang berasal dari penelitian
berupa buku, skripsi dan jurnal yang disusun untuk menghadirkan berbagai
9
Syahrin Harahap, Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-Ilmu Ushuluddin, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000), 90.
10
Rahmat, “Penelitian Kualitatif, 137.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
cara pandang dalam melihat masalah yang hendak diteliti serta bebrapa kitab
tafsir seperti:
- Tafsir al-Mara>ghi> karya Ahmad Mustafa al-Maraghi
- Tafsir al-Azhar karya Hamka
- Tafsir al-Qur’a>n al-Adhi>m karya Ibnu katsir
- Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab
- Tafsir Tafsi>r al-Kabi>r wa Mafa>tihul Ghaib karya M. Fakhruddin ar-Razi
3.
Metode Analisa Data
Metode yang digunakan dalam menganalisa data adalah analisis
deskriptif dengan menggunakan metode tafsir tematik kontekstual. Analisis
adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang guna meneliti suatu
struktur dari data-data yang telah dihimpun. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang berusaha menjelaskan suatu gejala, peristiwa, pemikiran yang
terjadi atau ada sehingga dapat memunculkan suatu teori atau gagasan baru.11
Dan metode tafsir tematik kontekstual adalah cara memahami Alquran
mengumpulkan ayat-ayat yang setema untuk mendapatkan gambaran yang
dikaji, kemudian mencari makna yang relevan dan aktual untuk konteks yang
kekinian.12
11
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Penerbit Kencana, 2011), 34.
12
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir (Yogyakarta: Idea Press,
2015), 78.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
H. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, maka penulisan
ini disusun atas lima bab sebagai berikut:
Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian, lalu kemudian dilanjutkan
dengan sistematika pembahasan.
Bab II berisikan tentang pengertian komunikasi dan ruang lingkupnya,
faktor pemengaruh komunikasi efektif, dan teknik penyampaian pesan efektif.
Bab III berisikan ayat-ayat yang membahas tentang komunikasi efektif
dan penafsirannya.
Bab IV berisikan analisis tentang cara komunikasi efektif.
Bab V berisikan penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
BAB II
KONSEP KOMUNIKASI EFEKTIF
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Komunikasi
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan
manusia lainnya. Ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia
perlu berkomunikasi. Menurut Dr. Everret Kleinjan dari East West Center
Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia
seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia hidup maka ia perlu berkomunikasi.1
Dalam kehidupan sehari-hari pasti ditemukan peristiwa komunikasi di
mana-mana. Seorang anak misalnya diminta menyalakan lampu dengan menekan
tombol listrik. Hubungan antara tombol dengan balon lampu juga termasuk
peristiwa komunikasi. Setangkai anggrek yang menghirup makanan lewat
sebatang pohon, atau seekor burung yang hinggap pada setangkai dahan juga
termasuk komunikasi.
Komunikasi yang dimaksud di sini bukan komunikasi seperti yang
dicontohkan di atas. Bukan komunikasi listrik, bukan komunikasi anatomi
tumbuhan, dan bukan komunikasi antar hewan. Melainkan komunikasi insani atau
human communication atau bisa disebut komunikasi antar manusia. Suatu bentuk
komunikasi yang dilakukan oleh manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.
1
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo, 1998), 1.
14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Istilah komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris, berasal dari
kata latin communis yang artinya sama, communico, communication, atau
communicare yang artinya membuat sama (to make common).2 Jadi, kalau dua
orang terlibat komunikasi, maka komunikasi itu dapat dikatakan berhasil apabila
ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan. Kesamaan bahasa
yang digunakan belum tentu menimbulkan kesamaan makna.3
Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community)
yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan hidup bersama untuk
mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa
komunikasi tidak aka nada komunitas. Komunitas bergandung pada pengalaman
dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu.
Sebuah definisi singkat dari Harold D. Lasswell dalam karyanya The
Structure and Function of Communication, bahwa cara yang tepat untuk
menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah menjawab pertanyaan who says
(siapa yang berbicara), what (apa yang dibicarakan), in what channel (media apa
yang dipakai), to whom (kepada siapa lawan bicara), dan what effect (efek yang
ditimbulkan).4 Jadi berdasarkan paradigm Laswell tersebut, komunikasi adalah
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu.
Everett M. Rogers seorang pakar sosiologi pedesaan Amerika yang telah
banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi mendifinisikan bahwa,
komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu
2
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 41.
Nikmah Hadiati Salisah, Ilmu Komunikasi (Pasuruan: LunarMedia, 2012), 25.
4
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1990), 10.
3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
penerima atau lebih, dengan maksuduntuk mengubah tingkah laku mereka.5
Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid
sehingga melahirkan definisi baru yaitu, Komunikasi adalah suatu proses di mana
dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan
satu sma lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam.6
Rogers mencoba mengekspresikan hakikat suatu hubungan dengan adanya
suatu pertukaran informasi atau pesan, di mana ia menginginkan adanya
perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling
pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi.
Definisi- definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili
semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun bisa
diperoleh gambaran seperti yang diungkapkan Shannon dan Weaver bahwa,
komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh dan
mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada
bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi
muka, lukisan, seni dan teknologi.7
Dalam kehidupan sehari-hari pastinya seseorang berhubungan dengan
masyarakat. Dalam hal itu tujuannya yaitu untuk menyampaikan informasi dan
mencari informasi kepada meraka, agar apa yang ingin disampaikan atau yang
diminta dapat dimengerti sehingga komunikasi dapat berjalan lancar. Setiap kali
5
Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, 18.
Ibid., 19.
7
Ibid., 19.
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
berkomunikasi maka seseorang harus menentukan tujuan dari komunikasi
tersebut, tujuan tersebut dapat dikategorikan menjadi beberapa hal, yaitu:
1.
Menjelaskan sesuatu kepada orang lain, yang dimaksudkan yaitu menginkan
supaya orang lain mengerti dan dapat memahami apa yang dimaksudkan.
2. Bila ingin orang lain menerima dan mendukung gagasan yang dimaksudkan.
Yaitu dengan pendekatan persuasif, bukan dengan cara memaksakan
kehendak.
3. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.8
Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa komunikasi itu bertujuan
mengharapkan pengertian, dukungan gagasan dan tindakan.9
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa
komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media,
penerima,dan efek. Unsur-unsur tersebut bisa disebut komponen atau elemen.
Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur-unsur atau
komponen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa
terciptanya proses komunikasi, cukup oleh tiga unsur, sementara ada juga yang
menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang telah
disebutkan.
Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani kuno dalam bukunya Rhetorika
menyebutkan bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang
mendukungnya, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan dan siapa yang
Widjaja, Komunikasi dan Hubungan..., 11.
Ibid., 11.
8
9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
mendengarkan.10 Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian besar pakar komunikasi
dinilai lebih tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi public dalam bentuk
pidato atau retorika. Hal ini bisa dimengerti, karena pada zaman Aristoteles
retorika menjadi bentuk komunikasi yang sangat popular bagi masyarakat Yunani.
Beda lagi dengan Claude E. Shannon dan Warren Weaver, dua orang
insinyur listrik ini menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan
lima unsur yang mendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima
dan tujuan. Kesimpulan ini didasarkan atas hasil studi yang mereka lakukan
mengenai pengiriman pesan melalui radio dan telepon.11
Awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi yang
lebih sederhana. Formula itu dikenal dengan sama SMCR, yakni: Source
(pengirim),
Message
(pesan),
Channel
(saluran-media),
dan
Receiver
(penerima).12
Komponen atau unsur-unsur tersebut saling berkaitan antara satu unsur
dengan unsur lainnya. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Sumber
Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan
untuk berkomunikasi. Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber
sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia,
sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok,
misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim,
10
Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, 21.
Ibid., 22.
12
Ibid., 22.
11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau
encoder.
Di dalam melakukan komunikasi dapat dilihat beberapa gaya
komunikator melakukan aksinya, tergantung pada situasi yang mereka hadapi.
Gaya komunikator dapat dibedakan ke dalam beberapa model, yaitu:13
a. Komunikator
yang
membangun
yaitu,
komunikator
yang
mau
mendengarkan orang lain, tidak terlalu mendominir situasi, dia
menganggap buah pikiran banyak orang lebih baik dari seseorang.
b. Komunikator yang mengendalikan yaitu, ia menginginkan komunkasi satu
arah saja, dan tidak akan menerima yang lain, pendapatnya merupakan hal
yang paling baik, sehingga ia tidak mau mendengarkan pendapat orang
lain.
c. Komunikator yang melepaskan diri yaitu, ia lebih banyak menerima dari
lawan komunikasinya, lebih suka mendengar pendapat orang lain,
sumbangan pikirannya tidak banyak mengandung arti sehingga ia lebih
suka melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.
d. Komunikator yang menarik diri yaitu, bersifat pesimis, selalu diam tidak
menunjukkan reaksi dan jarang memberikan buah pikirannya.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan
cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
Widjaja, Komunikasi dan Hubungan…, 13.
13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda. Dalam bahasa
Inggris, content atau information.
Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di
dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Bentuk
pesan dibagi menjadi tiga, yaitu:14
a. Informatif, yaitu memberikan keterangan-keterangan dan kemudian dapat
mengambil kesimpulan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informative
lebih berhasil daripada pesan persuasif, misalnya pada cendekiawan.
b. Persuasif, yaitu membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang
bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau
sikap, sehingga ada perubahan.
c. Koersif, yaitu dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal
dengan penyampaian secara ini adalah agitasi dengan penekananpenekanan yang menimbulkan tekanan batin di antara sesamanya dan
kalangan publik. Initinya koersif ini bersifat memaksa.
3. Media
Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa
pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa
bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi panca
indera dianggap sebagai media komunikasi.
Selain indera manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon,
surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi. Dalam
14
Ibid., 14-15.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
komunikasi massa, media adalah alat yang dapat dihubungkan antara sumber
dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat,
membaca dan mendengarnya.
Berkat perkembangan teknologi komunikasi khusunya di bidang
komunikasi massa elektronik yang begitu cepat, maka media massa elektronik
makin banyak bentuknya dan makin mengaburkan batas-batas untuk
membedakan antara media koomunikasi massa dan komunikasi antarpribadi.
Selain media komunikasi seperti di atas, kegiatan dan tempat-tempat
tertentu yang banyak ditemui dalam masyarakat pedesaan, bisa juga
dipandang sebagai media komunikasi sosial, misalnya rumah, tempat ibadah,
balai desa, arisan, panggung kesenian, dan lain-lain.
4. Penerima
Penerima (receiver) atau sering juga disebut sasaran atau tujuan
(destination), komunikate (communicate), penyandi-balik (encoder), atau
khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yaitu orang
yang menerima pesan dari sumber.15 Berdasarkan pengalaman masa lalu,
rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan, penerima pesan
ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat symbol verbal atau non
verbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami.
Penerima ini adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena
dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima
oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali
menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.
15
Mulyana, Ilmu Komunikasi…, 64.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
5. Pengaruh atau Efek
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh penerima sbelum dan sesudah menerima
pesan.16 Atau bisa diartikan dampak sebagai pengaruh dari pesan. Efek
menunjukkan sebuah perubahan yang dapat diamati dan diukur dari penerima
yang disebabkan oleh elemen-elemen dari proses komunikasi yang bisa
diidentifikasikan. Perubahan satu dari elemen akan mengubah efek.17 Dampak
yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu:18
a. Dampak kognitif, yaitu dampak yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sini
pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si
komunikan. Dengan kata lain tujuan komunikator hanyalah pada upaya
mengubah pikiran komunikan.
b. Dampak afektif, pada dampak ini tujuan komunikator bukan hanya sekedar
supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya dan menimbulkan
perasaan tertentu.
c. Dampak behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam
bentuk prilaku, tindakan, dan kegiatan.
Sebagai contoh mengenai ketiga jenis dampak di atas dapat dilihat
dari berita surat kabar. Pernah dalam sebuah surat kabar terdapat berita
seorang yang menderita tumor dan mengakibatkan perutnya buncit.
Peristiwa yang diberitakan lengkap dengan fotonya dan menarik perhatian
16
Cangara, Pengantar Ilmu…, 26.
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi , ter. Hapsari Dwiningtyas (Jakarta: Rajawali
Pers, 2012), 50.
18
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), 7.
17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
banyak pembaca. Berita tersebut dapat menimbulkan berbagai jenis efek.
Jika seorang pembaca hanya tertarik untuk membacanya saja dan
kemudian ia menjaditahu, maka dampaknya hanya berkadar kognitif saja.
Apabila ia merasa iba atas penderitaan orang dalam berita tersebut, maka
berita itu menimbulkan dampak afektif. Tetapi kalau si pembaca yang
tersentuh hatinya itu kemudian pergi ke redaksi surat kabar yang
memberitakannya dan menyerahkan sejumlah uang untuk membantu si
penderita, maka berita itu telah menimbulkan dampak behavioral.
B. Pengertian dan Faktor Pemengaruh Komunikasi Efektif
Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik
secara lisan maupun tulisan. Namun, tidak semua orang mampu melakukan
komunikasi dengan baik. Terkadang ada orang yang mampu menyampaikan
semua informasi secara lisan tetapi tidak secara tulisan ataupun sebaliknya.
Komunikasi efektif tejadi apabila pesan yang diberitahukan komunikator dapat
diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah
persepsi.
Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan samasama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam
bahasa asing orang menyebutnya the communication is in tune ,yaitu kedua belah
pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan.
Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylavia Moss, komunikasi yang efektif ditandai
dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu
tindakan.19
Menurut Wikipedia komunikasi efektif adalah pertukaran informasi, ide,
perasaan yang menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan
baik antara pemberi pesan dan penerima pesan. Pengkuran efektifitas dari suatu
proses komunikasi dapat dilihat dari tercapainya tujuan si pengirim pesan.20 Pesan
yang tersampaikan dengan benar dan tepat sesuai keinginan sang komunikator,
menunjukkan bahwa komunikasi dapat berjalan secara efektif.
Dengan demikian dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi efektif adalah saling bertukar informasi, ide, perasaan dan sikap
anatara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai harapan dan dapat
mengahsilkan perubahan sikap pada orang yang terlibat komunikasi.
Agar komunikasi bisa berlangsung efektif, perlu diperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Menurut Scoot M Cultip dan Allen dalam
bukunya Effective Public Relations, faktor-faktor tersebut disebut dengan The
Seven Communication, yaitu:21
1. Credibility
2. Context
3. Content
4. Clarity
5. Continuity and consistency
19
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993),
13.
20
https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_efektif (Senin, 03 Juli 2017, 07.35)
21
http://www.bitebrands.co/2014/06/7-faktor-yang-mempengaruhi-efektivitas.html (Rabu,
21 Juni 2017, 21.00)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
6. Capability of Audience
7. Channels of Distribution
Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal
komunikan. Semakin tumpang tindih bidang pangalaman (field of experience)
komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan
yang dikomunikasikan.22 Dalam teori komunikasi dikenal dengan istilah
emapathy, yang berarti kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang
lain. jadi meskipun antara komunikator dan komunikan terdapat perbedaan dalam
kedudukan, jenis pekerjaan, agama, suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideologi,
dan lain-lain, jika komunikator bersikap empatik, komunikasi tidak akan gagal.23
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keefektifan komunikasi, yaitu:
1. Credibility
Kredibilitas berkaitan erat dengan kepercayaan. Seorang komunikator
yang baik harus memiliki kredibilitas agar pesan yang disampaikan dapat
tersasar dengan baik. Beberapa hal yang berhubungan dengan kredibilitas
misalnya kualifikasi atau tingkat keahlian seseorang. Contoh, seorang dokter
dianggap mempunyai kredibilitas ketika ia menyampaikan hal-hal tentang
kesehatan.
2. Context
Konteks berupa kondisi yang mendukung ketika berlangsungnya
komunikasi. Supaya komunikasi berjalan efektif, konteks yang tepat menjadi
hal yang menarik perhatian komunikan.
Effendi, Ilmu Komunikasi…, 19.
Ibid., 19.
22
23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
3. Content
Isi pesan merupakan bahan atau ,materi inti dari apa yang hendak
disampaikan kepada audiens. Komunikasi menjadi efektif apabila isi pesan
mengandung sesuatu yang berarti dan penting untuk diketahui oleh
komunikan.
4. Clarity
Pesan yang jelas alias tidak menimbulkan penafsiran yang bermacammacam adalah kunci keberhasilan komunikasi. Kejelasan informasi adalah hal
penting yang bisa mengurangi dan menghindari risiko kesalahpahaman pada
komunikan.
5. Continuity dan Consistency
Agar komunikasi berhasil, maka pesan atau informasi perlu
disampaikan secara berkesinambungan atau kontinyu. Misalnya, pesan
pemerintah yang menganjurkan masyarakat untuk menggunakan kendaran
umum dibandingkan kendaraan pribadi harus selalu disampaikan melalui
berbagai media secara terus menerus supaya pesan itu dapat tertanam dalam
benak dan mempengaruhi perilaku masyarakat.
6. Capability of Audience
Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila sang penerima pesan
memahami dan melakukan apa yang terdapat pada isi pesan. Dalam hal ini,
tingkat pemahaman seseorang bisa berbeda-beda tergantung beberapa faktor,
contohnya latar belakang pendidikan, usia ataupun status sosial.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
7. Channels of Distribution
Selain berbicara secara langsung kepada audiens, ada cara lain untuk
berkomunikasi, yaitu menggunakan media. Bentuk-bentuk media komunikasi
yang biasa digunakan saat ini adalah media cetak ataupun elektronik.
Pertimbangkan secara matang pemilihan media yang sesuai dan tepat sasaran
agar tidak terjadi komunikasi yang sia-sia.
C. Teknik Penyampaian Pesan Efektif
Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.
Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi.24 Pesan mempunyai tiga
komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan
bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata atau bahasa,
yang dapat mempresentasikan objek, gagasan, perasaan, baik ucapan maupun
tulisan. Kata-kata memungkinkan untuk berbagi pikiran dengan orang lain.
Yang terpenting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu
pesan yang disampaikan komunikator dapat menimbulkan dampak atau efek
tertentu pada komunikan.
Banyak cara untuk menyampaikan pesan yaitu dengan tatap muka atau
melalui media komunikasi. Agar komunikasi dapat efektif, maka cara
penyampaian pesan atau informasi perlu dirancang secara cermat sesuai dengan
karakteristik
komunikan
maupun
keadaan
di
lingkungan
sosial
yang
bersangkutan. Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa keberhasilan komunikasi
sebagian ditentukan oleh kekuatan pesan. Dengan pesan, seseorang dapat
24
Mulyana, Ilmu Komunikasi…, 63.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
mengendalikan sikap dan perilaku komunikan. Agar proses komunikasi terlaksana
secara efektif.25
Bagi seorang komunikator, suatu pesan yang akan dikomunikasikan
sudah jelas isinya, tetapi yang perlu dijadikan pemikiran adalah pengelolaan
pesannya. Pesan harus ditata sesuai dengan diri komunikan yang akan