JADAL DALAM AL QURAN JADAL DALAM AL QURAN

JADAL DALAM AL-QUR`AN
Oleh:Zainal Arif
A. PENDAHULUAN
Kitab Suci Al-qur`an merupakan kitab Suci yang berisi kebenaran yang jelas dan terperinci yang
menjangkau segala aspek kahidupan, hal ini terlihat dengan jelas ketika masa kejayaan Islam
yang dibangun berlandaskan Al-qur`an. Namun banyak manusia yang mengingkari
keabsahannya sehingga hatinya dipenuhi kesombongan dan menyatakan diri tidak
mengimaninya.
Al-Qur`an tidak berisi kalimat-kalimat verbal yang sunyi arti, tapi lebih merupakan untaian
kalimat petunjuk dan hidayah untuk seluruh ummat manusia dan terbukti telah menyatukan
berbagaimacam keragaman, oleh sebab itu, masuk akal jika terdapat banyak sekali proses-proses
para penafsir al-Qur`an dari zaman ke zaman dalam upaya mengungkap ma`na-ma`na dan
system yang terkandung dalam al-Qur`an yang merupakan Mu`jizat terbesar Akhir zaman.
Meneladani Wanita Pendebat
Suatu hari Umar bin Khaththab keluar masjid bersama Al-Jarud Al-’Abdi. Tiba-tiba ada seorang
wanita muncul di pinggir jalan. Umar memberi salam kepadanya dan wanita itu menjawabnya,
lalu berkata, “Hai Umar, engkau sudah sangat lain. Dulu aku mengenalmu ketika masih bernama
Umair (Umar kecil) di Pasar Ukazh sedang menggembala domba dengan membawa tongkat.
Tidak lama kemudian, engkau dinamai Umar. Belum beberapa hari berlalu, engkau sudah
dinamai Amirul Mukminin. Bertakwalah kepada Allah dalam urusan rakyat. Ketahuilah,
barangsiapa yang takut terhadap ancaman maka yang jauh pun terasa dekat. Dan barangsiapa

yang takut terhadap kematian, dia pun takut akan hilang kesempatan”.
Al-Jarud berkata, “Hai wanita, lancang betul engkau terhadap Amirul Mukminin”. Umar berkata,
“Biarkan dia. Apakah kamu tidak mengenalnya? Dia adalah Khaulah binti Tsa’labah, istri Aus
bin Shamit yang suaranya didengar Allah dari tujuh petala langit. Jadi, Umar sangat layak
menyimak perkataannya”.
Wanita tersebut digelari “wanita pendebat/penggugat”. Allah mengabadikannya gugatannya
dalam empat ayat pertama QS Al-Mujadilah [58]
ô‰s% yìÏJy‰ ª!$# tAöqs% ÓÉL©9$# y7ä9ω»pgéB ‰Îû $ygÅ_÷ry‰ þ‰Å5tGô±n@ur ‰n#x‰tã îLìÏ9r& ÇÍÈ
Sesungguhnya Allah Telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada
kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal
jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.Orangorang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya,
padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang
melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan
mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.Orangorang yang menzhihar isteri mereka, Kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang
mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami
isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), Maka (wajib atasnya)
berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak Kuasa
(wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada

siksaan yang sangat pedih.
sebab Turunnya ayat Ini ialah berhubungan dengan persoalan seorang wanita bernama Khaulah
binti Tsa´labah yang Telah dizhihar oleh suaminya Aus ibn Shamit, yaitu dengan mengatakan
kepada isterinya: Kamu bagiku seperti punggung ibuku dengan maksud dia tidak boleh lagi
menggauli isterinya, sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya. menurut adat Jahiliyah
kalimat zhihar seperti itu sudah sama dengan menthalak isteri. Maka Khaulah mengadukan hal
itu kepada Rasulullah s.a.w. Rasulullah menjawab, bahwa dalam hal Ini belum ada Keputusan
dari Allah. dan pada riwayat yang lain Rasulullah mengatakan: Engkau Telah diharamkan
bersetubuh dengan dia. lalu Khaulah berkata: Suamiku belum menyebutkan kata-kata thalak
Kemudian Khaulah berulang kali mendesak Rasulullah supaya menetapkan suatu Keputusan
dalam hal ini, sehingga Kemudian turunlah ayat Ini
Imam Ahmad meriwayatkan dari Khaulah binti Tsa’labah, ia berkata, “Demi Allah, Allah telah
menurunkan permulaan surat Al-Mujadilah ini berkenaan dengan diriku dan Aus ibnu Shamit”.
Khaulah bercerita, “Aku tengah bersama Shamit. Dia orang yang sudah tua dan kadang-kadang
muncul perangainya yang buruk. Suatu hari dia menemuiku. Aku membantahnya dengan suatu
perkataan. Dia marah dan berkata, ‘Bagiku, kamu seperti punggung ibuku’. Dia keluar rumah
dan duduk bersama sekelompok kaumnya, sejenak. Dia menemuiku lagi. Ternyata dia
menginginkan diriku. Aku katakan, ‘Jangan. Demi Dzat yang menguasai diri Khaulah, engkau
tidak boleh menyentuhku karena kamu telah mengucapkan anu sebelum Allah dan Rasul-Nya
memberikan suatu keputusan bagi kita’.

Dia menangkapku. Aku meronta dan berhasil mengalahkannya karena memang orang yang
sudah tua dan lemah. Aku melepaskannya dari tubuhku. Aku keluar rumah menemui tetanggaku
untuk meminjam pakaian darinya. Setelah itu aku pergi menemui Rasulullah SAW. Aku duduk di
hadapannya. Aku menceritakan apa yang aku alami. Aku pun mengadukan perangainya yang
buruk terhadapku. Rasulullah SAW pun bersabda, ‘Hai Khaulah, anak pamanmu (Aus ibnu
Shamit) adalah orang yang sudah tua. Bertakwalah kepada Allah dalam menghadapinya’. Aku

tidak mau, ‘Demi Allah, aku tidak akan beranjak sebelum Alquran diturunkan mengenai diriku’.
Tiba-tiba beliau semaput sebagaimana biasanya (ketika mendapat wahyu). Setelah itu beliau
cerah dan bersabda, ‘Khaulah, sesungguhnya Allah telah menurunkan Alquran berkenaan
denganmu dan teman hidupmu.’ Kemudian beliau membaca ayat ini”.
Teladan Khaulah
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah di atas. Pertama, bisa jadi seseorang yang tidak
dikenal orang atau dianggap rendah, justru memiliki keistimewaan di hadapan Allah. Seperti
Khaulah, seorang sahabat wanita yang tidak dikenal, namun memiliki tempat di hadapan Allah
SWT. Karena yang dipandang Allah adalah hati dan amalnya bukan kemolekan fisik. Sabda
Rasul SAW. “Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak memandang bentuk, fisik dan harta kalian,
melainkan Dia memandang hati dan amal kalian” (HR Thabrani)
Banyaknya harta, tingginya jabatan dan bergengsinya pekerjaan bukan jaminan tingginya
kedudukan di hadapan Allah. Yang menjadi parameternya adalah ketakwaan. Firman Allah SWT,

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan
perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa
$pk‰‰r’¯»t‰ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9‰x.s‰ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä©
‰@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu‰$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBt‰ò2r& y‰YÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$#
îLìÎ=tã ׉‰Î7yz ÇÊÌÈ
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Kedua, kedudukan wanita akan terangkat ketika ia mampu menjaga kehormatannya. Kemuliaan
wanita terletak tidak terletak pada kecantikan wajah tetapi pada keteguhannya mempertahankan
kehormatan. Wanita yang menjaga kehormatannya akan dihormati dan disegani orang lain.
Keteguhan ini berawal dari keimanan. Iman inilah yang melahirkan perasaan harap dan takut.
Berharap pada cinta Allah, dan takut terhadap benci dan adzab-Nya. Perasaan seperti inilah yang
dirasakan Khaulah. Ia dihadapkan kepada dilema, apakah ia harus melayani suaminya atau
menunggu keputusan Allah atas kejadian yang ia alami. Akhirnya keimananlah yang
mengantarkannya pada pilihan untuk menunggu keputusan Allah.
Atau seperti seorang gadis yang menolak saran ibunya untuk mencampur air susu yang akan
dijualnya dengan air. Gadis tersebut menolak dengan sopan, “Ibu, Amirul Mukminin melarang

perbuatan tersebut”. “Tapi, Amirul Mukminin kan tidak melihat?,” ungkap ibunya kembali.
Dengan tenang gadis tersebut bertutur, “Benar Bu, Amirul Mukminin tidak melihat, tapi
Tuhannya Amirul Mukminin, Maha Melihat apa yang dikerjakan hamba-Nya”.
Ketiga, wanita mempunyai kedudukan yang sama dengan lelaki. Keduanya diciptakan dari jenis
yang sama. Difirmankan, Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah

menciptakan kamu dari nafs yang satu (sama), dan darinya Allah menciptakan pasangannya, dan
dari keduanya Allah memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak (QS An-Nisaa
[4]: 1). Wanita adalah saudara lelaki, “Sebenarnya wanita itu adalah saudara kandung laki-laki,”
demikian sabda Rasulullah SAW (HR Abu Daud). Dan keduanya diberi tugas yang sama, yaitu
beribadah, “Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (QS
Adz-Dzaariyat [51]: 56).
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur ‰wÎ) Èbr߉ç7÷èu‰Ï9 ÇÎÏÈ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Wanita memiliki tempat yang istimewa dalam Islam. Mereka diberikan hak-hak yang pada masa
pra-Islam tidak diberikan. Seperti hak mendapatkan pendidikan, hak memilih calon suami, hak
meminta cerai, berpartisipasi di bidang sosial dan lainnya. Wanita pada masa sahabat memahami
hal ini, sehingga sejarah mencatat kegemilangan para sahabiyah. Ada Khadijah, yang menjadi
pengusaha; ‘Aisyah yang menjadi perawi hadis sekaligus ahli fikih, juga Shafiyah binti Abdil

Muthalib, bibi Nabi SAW yang ikut berjihad, dan lainnya.
Tidak ada diskriminasi atas dasar perbedaan jenis kelamin. Kalaupun ada, maka perbedaan
tersebut bukan untuk menunjukkan bahwa lelaki itu lebih tinggi derajatnya daripada wanita.
Secara fitrah, baik bentuk fisik atau pun psikis lelaki dan wanita itu berbeda. Perbedaan tersebut
berkaitan juga dengan kelenjar dan darah masing-masing kelamin. Karena itu, adanya pembagian
kerja, hak dan kewajiban, yang ditetapkan agama disebabkan karena adanya perbedaanperbedaan tersebut.
Akan tetapi satu hal yang perlu dicatat. Istimewanya wanita dalam Islam bukan berarti ia bebas
berbuat tanpa batas. Islam menempatkan wanita sesuai fitrahnya. Islam tidak menghendaki
wanita menjadi rendah karena dalih kebebasan. Islam juga tidak membiarkan wanita melanggar
fitrahnya dengan melakukan sesuatu yang menjadi fitrah lelaki.
Ketetapan Allah pasti mengandung maslahat, termasuk ketika Allah menakdirkan kita menjadi
lelaki atau wanita. Yang terpenting, hati kita bersih dan ibadah kita maksimal. Insya Allah kita
termasuk orang yang didengar keinginannya, seperti Khaulah binti Tsa’labah.
Disini pemakalah mencoba menunjukkan sebuah sistem yang ada dalam al-Qur`an yang kita akui
sebagai Hudan dan Bayyinah yaitu Jadal.

B. PENGERTIAN JADAL DALAM AL-QUR`AN
Jadal dalam arti bahasa adalah “Kusut”, contoh ‫ جدلت الحبل‬yang berarti “ tali yang kusut “ dan
menurut Istilah yaitu:’ Perdebatan dalam suatu masalah dan berargumen untuk memenangkan
perdebatan ( menemui kebenaran )’[1].

Berkaitan dengan ma`na Jadal diatas, banyak sekali kekeliruan yang dilakukan oleh beberapa
umat Islam yang mema`nai al-Qur`an yang hanya dengan melihat tekstual saja, sehingga
terkesan kaku. Dan kita tidak bias menafikan bahwa mayoritas ma`na al-Qur`an adalah
konstektual.
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur`an Surat Al-Kahfi ayat 54 yang berbunyi :
( 54 : ‫دودكادن ال يإإن يدسانن أ دك يثددر دشييءء دجددللا ) الكهف‬
Artinya : “ Dan manusia itu sering kali membantah ( berdebat )“
Oleh sebab itu dalam ayat yang lain Allah SWT juga memerintahkan untuk berdebat dengan
orang-orang yang melawan Islam dengan cara yang santun, yaitu dalam Surat An-Nahl ayat 125
yang berbunyi :
( 125: ‫حدسن دإة دودجاإدل ينهيم إبال ل دإتي إهدي أ ديحدسنن )النحل‬
‫ايدنع إإدلى دسإبيإل در إبلدك إبال يإحك يدمإة دوال يدميوإعدظإة ال ي د‬
Artinya : “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan Hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”.

Dan juga dibolehkannya membantah para Ahli Kitab dengan bantahan yang baik sebagaimana
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Ankabut ayat 46 :

( 46 :‫ب إإ ل دلا إبال ل دإتي إهدي أ ديحدسنن ) ألنكبوت‬
‫جاإدنلوا أ ديهدل ال يإكدتا إ‬

‫دودلا تن د‬
Artinya : “ Dan janganlah kamu membantah terhadap Ahli Kitab, kecuali dengan bantahan
yang lebih baik.”

Itulah beberapa contoh cara perdebatan yang santun yang disampaikan Allah SWT dalam AlQur`an yang suci, namun ada juga perdebatan-perdebatan kosong yang dilakukan oleh orangorang kafir yang memperturutkan hawa nafsunya untuk menolak kebenaran.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Kahfi ayat 56 :
‫خنذوا دءادياإتي دودما أ نن يإذنروا نهنزلوا‬
‫ح ل دق دواتل د د‬
‫جاإدنل ال ل دإذيدن ك ددفنروا إبال يدباإطإل لإي نيدإحنضوا إبإه ال ي د‬
‫دودما ن نيرإسنل ال ينميردسإليدن إإ ل دلا نمبدإلشإريدن دونمن يإذإريدن دوي ن د‬
( 56 : ‫) الكهف‬
Artinya : “ Dan orang-orang kafir membantah dengan yang batil, agar dengan demikian mereka
dapat menolak yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan
Kami terhadap mereka sebagai olok-olok.”

C. URGENSI JADAL DALAM AL-QUR`AN
Setelah menjelaskan bagaimana Al-Qur`an memberikan aturan-aturan dalam perdebatan yang
dibolehkan, perlu kita ketahui urgensi dari Jadal dalam al-Qur`an. Mengapa Al-Qur`an itu
membantah argument-argumen orang-orang kafir dan musyrik?, diantara urgensinya adalah:


Ø
Dikarenakan Al-Qur`an itu turun ditengah-tengah bangsa Arab dan menggunakan bahasa
mereka, maka Al-Qur`an berargumen sebagaimana argument-argumen mereka sehingga mereka
jelas atas persoalan-persoalan yang dibicarakan. Allah SWT berfirman dalam Surat Ibrohim ayat
4:
( 4 : ‫حإكينم ) إبراهـيم‬
‫دودما أ ديردسل يدنا إمين درنسوءل إإ ل دلا إبلإدساإن دقيوإمإه لإي نبد إي لدن ل دنهيم دفي نإض لنل الل ل دنه دمين ي ددشانء دوي ديهإدي دمين ي ددشانء دونهدو ال يدعإزينز ال ي د‬
Artinya: “Aku tidak mengutus seorang Rosulpun, kecuali dengan bahasa kaumnya supaya ia
dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka.”

Ø
Fitrah manusia yang suci akan selalu menerima hal-hal yang pasti dan rasional
sebagaimana yang mereka lihat dan mereka rasakan dan bukan angan-angan yang tiada batas.

Ø
Menghindari dari kata-kata yang rumit dan membutuhkan rincian merupakan hal yang
dianjurkan dan diinginkan semua orang. Kata-kata yang membutuhkan penjelasan panjang lebar
merupakan sebuah kerumitan yang sulit dipahami oleh orang-orang umum, maka apabila
seseorang mampu menggunakan argument yang tepat dan tidak rumit akan menang dalam


berargumen. Begitulah Allah SWT memberikan bantahan-bantahan yang jelas dan mudah
diterima oleh siapapun.[2]
D. BENTUK-BENTUK BANTAHAN DALAM AL-QUR`AN

Menurut Manna` al-Qathan dalam bukunya “ Mabahits fii Ulumi al-Qur`an”, beliau
menyebutkan pembagian argumentasi dalam dua bentuk yaitu :
1. Penyebutan Alam semesta untuk memperkuat dalil-dalil yang mengarah kepada Aqidah
yang benar dalam kepercayaan, Iman kepada Allah SWT, Malaikatnya, Kitab-kitab Suci,
Rosul-rosulnya, dan Hari Akhir.
Contoh Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqoroh ayat 21-22:
‫(ال ل دإذي دجدعدل ل دك ننم ال يأ ديردض إفدرالشا دوال لدسدمادء إبدنالء دوأ دن يدزدل‬21)‫عبنندوا دربل دك ننم ال ل دإذي دخل ددقك نيم دوال ل دإذيدن إمين دقبيلإك نيم ل ددعل ل دك نيم تدتل دنقودن‬
‫دياأ دي لندها ال لدنانس ا ي‬
‫إمدن ال لدسدماإء دمالء دفأ ديخدردج إبإه إمدن الثلددمدرا إ‬
( 22-21 :‫جدعنلوا لإل ل دإه أ دن يددالدا دوأ دن يتنيم تديعل دنمودن ) البقره‬
‫ت إريزلقا ل دك نيم دفدلا تد ي‬
Artinya: “Wahai Manusia Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang
sebelum kamu supaya kamu bertaqwa. Dialah yang telah menciptakan Bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menjadikan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai karunia untukmu, karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”.


1. Menolak argument-argumen yang salah dari para penyeleweng. Dalam hal ini terbagi atas
beberapa bagian yaitu:
1.
Menyebutkan orang yang diajak berbicara itu dengan kata-kata pertanyaan, sehingga
terbebas dari permusuhan dan terselamatkan dari permainan akal, sehingga mereka mengakui
kesalahan yang mereka perbuat. Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Surat At-Tur ayat 35:
( 35 :‫خالإنقودن ) الطور‬
‫أ ديم نخلإنقوا إمين د‬
‫غي يإر دشييءء أ ديم نهنم ال ي د‬
Artinya : “Apakah mereka yang menciptakan segala sesuatu atau mereka yang diciptakan”.
Menurut Imam Syuyuti, untuk menyelamatkan dari perselisihan tidak harus memakai kata-kata
pertanyaan saja namun bisa dengan manfy ( kata peniadaan ), atau syarat denga huruf-huruf
Imtina (larangan).[3] Disebutkan Allah SWT dalam Surat Al-Mu`minun ayat 91 yaitu:
‫ع لدما ي دإصنفودن‬
‫دما اتل د د‬
‫حادن الل ل دإه د‬
‫ب ك ن لنل إإل دءه إبدما دخل ددق دول ددعدلا بديعنضنهيم د‬
‫عدلى بديعءض نسبي د‬
‫خدذ الل ل دنه إمين دول دءد دودما دكادن دمدعنه إمين إإل دءه إإلذا ل ددذده د‬
(91 : ‫)المؤمنون‬

Artinya : “Allah sekali-kalli tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan yang
menyertainya, kalau ada tuhan yang menyertainya, masing-masing tuhan akan membawa
mahluq yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian
yang lain. Maha suci Allah SWT dari apa yang mereka sifatkan itu”.

2.
Menunjukkan dalil-dalil yang berkenaan dengan permulaan dan tempat kembali.
Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur`an Surat Qaf ayat 15:
( 15 :‫خل يإق ال يأ د ل دوإل بديل نهيم إفي ل دبيءس إمين دخل يءق دجإديءد ) ق‬
‫أ ددفدعإييدنا إبال ي د‬
Artinya : “ Apakah kami letih dengan penciptaan yang pertama?. Sebenarnya mereka ragu
tentang penciptaan yang baru”.
Surat Fusshilat ayat 39:
‫عدلى ك ن ل إل‬
‫عل دي يدها ال يدمادء ايهتد ل دز ي‬
‫حإيي ال يدميودتى إإن ل دنه د‬
‫ت إإ لدن ال ل دإذي أ ديحديادها ل دنم ي‬
‫ت دودربد ي‬
‫دوإمين دءادياإتإه أ دن ل ددك تددرى ال يأ ديردض دخاإشدعلة دفإإدذا أ دن يدزل يدنا د‬
(39 :‫دشييءء دقإديرر )فصلت‬
Artinya : “Dan sebagian dari tanda-tanda-Nya, bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus,
maka apabila Kami turunkan air diatasnya, niscaya ia akan bergerak dan subur. Sesunggguhnya
Tuhan yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu”.

Begitu juga dalam Surat Al-Qiyamah ayat 36-40, At-Thoriq ayat 5-8, dimana ayat-ayat ini
menunjukkan kehidupan awal didunia dengan segala isinya yang takkan habis, dan juga
kehidupan setelah mati.
3.
Memutus langsung perdebatan dengan menyebut kesalahan-kesalahan lawan. contoh dalam
Surat Al-An`am ayat 91, dimana dalam ayat tersebut Allah SWT menolak pengaduan orangorang yahudi dengan perkataannya :
(91 :‫عدلى بددشءر إمين دشييءء ) النعام‬
‫دودما دقددنروا الل ل دده دح ل دق دقيدإرإه إإيذ دقانلوا دما أ دن يدزدل الل ل دنه د‬
Artinya : “ dan Allah SWT tidak menetapkan sesuatu itu bukan
atas kemampuannya,
ketika mereka berkata “ Allah SWT tidak
menciptakan sesuatupun untuk
manusia”.

1. Membatasi dan membagi sesuai dengan sifat dan menolak untuk membagi salah satunya
sebagai dasar hokum seperti dalam Surat Al- An`am ayat 143: :

(143 :‫ث ددماإني ددة أ ديزدواءج إمدن ال ل دضأ يإن اث ين دي يإن دوإمدن ال يدميعإز اث ين دي يإن ) النعام‬
Arinya “ yaitu delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba dan sepasang dari
kambing”
Kemudian Allah berfirman dalam ayat yang ke 144 :
‫عل دي يإه أ ديردحانم ال يأ نن يثدي دي يإن أ ديم ك نن يتنيم نشدهددادء إإيذ دو ل دصاك ننم‬
‫ت د‬
‫دوإمدن ال يإإإبإل اث ين دي يإن دوإمدن ال يبددقإر اث ين دي يإن نقيل دءال ل دذك ددري يإن دح لدردم أ دإم ال يأ نن يثدي دي يإن أ د ل دما ايشتددمل د ي‬
(144 :‫الل ل دنه إبدهدذا ) النعام‬
Artinya: “Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah “ Apakah dua yang
jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua
betinanya. Apakah kamu menyaksikan diwaktu Allah menetapkan ini bagimu?

5.
Mengunci lawan dengan penjelasan lebih banyak, dimana seolah-olah perselisihan tersebut
tidak akan diakui oleh siapapun. Seperti dalam firman Allah Surat Al-An`am ayat 100 :
(100 :‫ت إبدغي يإر إعيلم ) النعام‬
‫دودجدعنلوا لإل ل دإه نشدردكادء ال يإج لدن دودخل ددقنهيم دودخدرنقوا ل دنه بدإنيدن دوبددنا ء‬
(101 :‫كونن ل دنه دول درد دول ديم تدك نين ل دنه دصاإحبدرة ) النعام‬
‫أ د ل دنى ي د ن‬
disisni Allah SWT menafikan dirinya dari tawallud (beranak-pinak) disebabkan keesaan-Nya,
karena beranak-pinak itu menurut kita adalah harus melalui dua mahluq, dan Allah SWT tiada
sekutu bagi-Nya. Contoh lainnya adalah pengakuan atas Risalah kenabian yang mana Nabi
merupakan orang-orang pilihan, hal ini dicontohkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur`an surat
Ibrahim ayat 11.
(11 :‫عدلى دمين ي ددشانء إمين إعدباإدإه ) إبراهـيم‬
‫حنن إإ ل دلا بددشرر إمثيل نك نيم دول دإك لدن الل ل دده ي دنم لنن د‬
‫ت ل دنهيم نرنسل ننهيم إإين ن د ي‬
‫دقال د ي‬

Didalam kitab Al-Itqon fii Ulumil Qur`an, Imam syuyuti menyebutkan beberapa hal yang
termasuk dalam bentuk Jadal diantaranya:
1. Al-Isyjal yaitu meletakkan kata yang menunjuk kepada lawan bicara dan juga apa yang
dibicarakan. Contohnya dalam firman Allah dalam Surat Ali Imron ayat 194. dan Surat
Ghafir ayat 8.
(194 :‫خلإنف ال يإميدعادد ) العمران‬
‫خإزدنا ي ديودم ال يإقديادمإة إإن ل ددك دلا تن ي‬
‫عدلى نرنسلإدك دودلا تن ي‬
‫عيدتددنا د‬
‫دربل ددنا دودءاإتدنا دما دو د‬

1. Al-Intiqol yaitu memindahkan argument yang dijadikan dalil kearah argument yang tidak
dapat diikuti sehingga didalam perdebatan kadang argument tidak dimengerti maksudnya

oleh lawan. Contoh dalam Surat Al-Baqoroh ayat 258, memaknai istilah menghidupkan
dengan membebaskan, disisnilah kekeliruan tersebut sehingga Allah SWT merubah
argument dengan yang lainnya yaitu menerbitkan matahari dari barat.
‫ت دقادل‬
‫ت دقادل أ ددنا أ نيحإيي دوأ نإمي ن‬
‫حإيي دوي نإمي ن‬
‫أ دل ديم تددر إإدلى ال ل دإذي دحا ل دج إإبيدراإهيدم إفي در إبلإه أ دين دءادتانه الل ل دنه ال ينمل يدك إإيذ دقادل إإبيدراإهينم در إبلدي ال ل دإذي ي ن ي‬
‫د‬
‫إ‬
‫إإبيدراإهينم دفإإ لدن الل ل دده ي دأ يإتي إبال ل دشيمإس إمدن ال يدميشإرإق دفأ ي إ‬
(258 :‫ت ال لذي ك ددفر ) البقرة‬
‫ت إبدها إمدن ال يدميغإر إ‬
‫ب دفبنإه د‬

1. Munaqodhoh, yaitu menggantungkan sesuatu dengan hal yang mustahil, yang
mengisyaratkan kemungkinan terjadi. Contoh dalam Al-Qur`an Surat Al-A`raf ayat 40.
(40:‫جدمنل إفي دس لإم ال يإخدياإط )العراف‬
‫جن لددة دح ل دتى ي دلإدج ال ي د‬
‫دودلا ي ديدنخنلودن ال ي د‬
Artinya: “Dan mereka tidak akan masuk kedalam surga hingga unta masuk kelobang jarum”.

Demikianlah makalah ini disampaikan dan masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh
karena itu mohon kritikan dan sarannya.
E. DAFTAR PUSTAKA

1. ———————-, Shafwat al-bayan lima`ani al-Qur`an, Dar al-Basyar, Damsik, 1414 H.
2. As-Syuyuti, Jalaluddin Al-Itqon Fii Uluml al-Qur`an, Dar al-fikr Beirut, 1979 M.
3. Al-Qathan, Manna`, Mabahits Fii Ulumil Qur`an, Mansyurat al-Ashr al-Hadits, 1973 M.
4. ——————-, Al-Qur`an dan Terjemahnya, Lajnah Pentashih Al-Qur`an Jakarta, Th.
1421H/ 2000 M.
5. Al-Makky,————, Samudera Ilmu Al-Qur`an, —————

[1] Mabahits fii Ulumi al-Qur`an , hal 298.
[2] Mabahits, Op.cit. hal 299
[3] Al-Itqon Fii Ulumil Qur`an, hal 266.

http://jadidarif.wordpress.com/2010/12/11/jadal-dalam-al-quran/