KONSEP METODE KOMUNIKASI PENDIDIK DALAM AL-QURAN (TELAAH KATA QAULAN)

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Mardziyah Tri Hastuti

NPM: 20120720198

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

i

KONSEP METODE KOMUNIKASI PENDIDIK

DALAM AL-QURAN

(TELAAH KATA QAULAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) starata Satu

pada Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Mardziyah Tri Hastuti

NPM: 20120720198

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

ii Hal : Persetujuan

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama Mahasiswa : Mardziyah Tri Hastuti

NPM : 20120720198

Judul : KONSEP METODE KOMUNIKASI PENDIDIK

DALAM AL-QURAN (TELAAH KATA QAULAN)

telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.

Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pembimbing

Drs. Yusuf A. Hasan, M.Ag. NIK. 19580226198903113007


(4)

iii

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

KONSEP METODE KOMUNIKASI PENDIDIK DALAM AL-QURAN

(TELAAH KATA QAULAN)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Mardziyah Tri Hastuti

NPM : 20120720198

telah dimuqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Program Studi Pendidikan Agama Islam pada tanggal 29 Agustus 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima

Sidang Dewan Munaqasyah

Ketua Sidang : Nurul Aisyah, M.Pd. ( )

Pembimbing : Drs. Yusuf A. Hasan, M.Ag. ( )

Penguji : Drs. Marsudi Iman, M.Ag. ( )

Yogyakarta, 29 Agustus 2016 Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,

Dr. Mahli Zainuddin, M. Si. NIK. 19660717199203113014


(5)

iv Nomor Mahasiswa : 20120720198

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi mana pun dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 03 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan

Mardziyah Tri Hastuti 20120720198


(6)

v

MOTTO

َْلا ََِإ اًقيِرَط ُهَل ُه َلَهَس اًمْلِع ِهيِف ُسِمَتْلَ ي اًقيِرَط َكَلَس ْنَم "

" ِ"َن

{Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga (H.R. Turmudzi)}

ْتُمْصَيِل ْوَأ اًرْ يَخ ْلُقَ يْلَ ف ِرِخ ْْا ِمْوَ يْلاَو ََِِِ ُنِمْؤُ ي َناَك ْنَم... "

"

{...Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam


(7)

vi

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Orang Tua saya, Kakak saya, Guru saya, dan Saudara-saudara yang selalu mendukung saya;

kepada yang tercinta dan yang mencintai saya siapa pun mereka itu; serta

untuk Almamater saya Angkatan 2012 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(8)

vii

KATA PENGANTAR

ِميِحهرلا ِنَْْهرلا ِهَا ِمْسِب

ِّبَر َِِ ُدْمَْْا

ِرَش َا ُهَدْحَو ُه هاِإ َهَلِإ َا ْنَأ ُدَهْشَأَو ،َنْيِرِّهَطَتُما ّبَُُِو َِْْباهوه تلا ّبُُِ ،َِْْمَلاَعلْا

،ُهَل ََْي

َُل َِْْعِباهتلاَو ِهِباَحْصَأَو ِهِلآ ىَلَعَو ِهْيَلَع ُه ىهلَص ،ُهُلْوُسَرَو ُهُدْبَع اًدهمَُُ هنَأ ُدَهْشَأَو

ِ ْوَ ي َ ِإ إناَسْحِِِ ْم

ُدْعَ ب اهمَأ ،اًرْ يِثَك اًمْيِلْسَت َمهلَسَو ،ِنْيِّدلا

Segala puji bagi Allah swt atas segala limpahan hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Konsep Metode Komunikasi Pendidik dalam al-Quran (Telaah Kata Qaulan)” ini dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan untuk Nabi Muhammad saw yang dengan perjuangan beliaulah penulis dapat menikmati pendidikan hingga sekarang.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Mahli Zainuddin, M. Si., selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Dr. H. Abd. Madjid, M. Ag., selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Drs. Yusuf A. Hasan, M. Ag., selaku penasehat akademik dan pembimbing yang telah memberikan arahan serta nasehat dan membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

4. Seluruh dosen dan staf karyawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan sumbangan ilmunya dan membimbing selama penulis belajar.

5. Orang tua tercinta, mama dan papa, dua kakak tercinta yang selalu memberikan motivasi dalam kehidupan penulis, juga para keluarga seluruhnya yang tak pernah lelah menopang keluh kesah yang penulis rasa


(9)

viii

Akhirnya, teruntuk semua dan seluruh pihak yang penulis tidak mampu menyebutkan detailnya, semoga semua kebaikan, bantuan dari mereka berupa ilmu, arahan, bimbingan, motivasi, dan lain-lainnya yang tak ternilai harganya semoga menjadi amal saleh di sisi Allah swt dan mendapatkan rida-Nya.

Yogyakarta, 03 Agustus 2016 Penulis,

Mardziyah Tri Hastuti NPM. 20120720198


(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

NOTA DINAS ii

PENGESAHAN iii

PERNYATAAN KEASLIAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI x

ABSTRAK xi

TRANSLITERASI xii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 6

D. Kegunaan Penelitian 6

E. Sistematika Pembahasan 6

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

A. Tinjauan Pustaka 8

B. Kerangka Teoretik 10

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 37


(11)

x

A. Qaulan Ma’rūfan (ف م ا ق)...43

B. Qaulan Sadīdan ( ي س ا ق) ... 50

C. Qaulan Layyina ( يل ا ق) ... 54

D. Qaulan Maysūran ( يم ا ق) ...58

E. Qaulan aqilan (اي ث ا ق) ... 61

F. Qaulan Balīgan (غي ب ا ق) ...64

G. Qaulan Kariman ( ي ك ا ق) ...69

H. Qaulan ‘aẓīman ( ي ع ا ق) ...72

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan 76

B. Saran 80 DAFTAR PUSTAKA


(12)

xi

ABSTRAK

Al-Quran mengajarkan umat manusia untuk melakukan komunikasi dengan bertutur kata yang baik, agar tercipta suasana dan hubungan yang baik antara penyampai dan penerima pesan. Terdapat beberapa cara atau model bertutur kata atau komunikasi, yang semestinya diterapkan oleh siapa saja pada umumnya, dan khususnya diterapkan oleh pendidik dalam menyampaikan pelajaran maupun memberikan nasehat kepada peserta didiknya. Salah satu hal yang harus diperhatikan pendidik terkhususnya dalam memberikan pengajaran, yaitu dengan paham bagaimana metode komunikasi yang baik. Dapat diketahui bahwa komunikasi yang baik dapat menunjang kompetensi sosial seorang pendidik. Oleh sebab itu seorang pendidik harus memahami benar bagaimana metode komunikasi yang seharusnya digunakan terutama pada peserta didiknya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode komunikasi yang semestinya digunakan oleh pendidik yang berdasarkan pada al-Quran. Pengkajian pada penelitian ini adalah kata qaulan dalam al-Quran yang sudah banyak diketahui sebagai ayat komunikasi, yang peniliti simpulkan sebagai metode komunikasi yang seharusnya pendidik gunakan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Sumber penelitian berupa buku-buku, jurnal, dan beberapa tulisan lainnya yang sejenis. Adapun pendekatannya menggunakan pendekatan semantik. Karena ingin mengetahui bagaimana makna katanya yang diteliti dan maksud penggunaannya. Penelitian ini memiliki beberapa kesimpulan tentang metode komunikasi pendidik dalam al-Qur’an, yakni: penggunaan metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan ma’rūfan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan sadīdan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan layyīnan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan ṣaqīlan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan balīgan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan ‘aẓīman, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan karīman, dan metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan maysūranṬ


(13)

xii

ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No: 158/1987 dan 0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

1. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

أ Alif - Tidak dilambangkan

Ba b be

Ta t te

ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)

Kha kh ka dan ha

د dal d de

żal ż zet (dengan titik di atas)

ra r Er

zai z zet

sin s es

syin sy es dan ye

ص ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

ض ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

ط a te (dengan titik di bawah)

ظ ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

‘ain ‘... koma tebalik di atas


(14)

xiii

ف fa f ef

qaf q ki

kaf k ka

lam l el

mim m em

nun n en

wau w we

ha h ha

ء hamzah ... apostrof

ya y ye

2. Vokal

a. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huru Latin Nama

__َ___ Fathah A A

_____ Kasrah I I

_____ ḍammah U U

b. Vokal Rangkap

Tanda dan Huruf Nama Huru Latin Nama

....

Fathah Ai a dan i

....

kasrah au a dan u

Contoh:

ب ك

Ditulis Kataba

به ي

Ditulis yażhabu


(15)

xiv

. .... . ...

fathah dan alif atau ya

a dan garis di atas

. ....

kasrah dan ya i dangaris di atas

. ....

ḍammah dan

wau

Ū u dan garis di atas

Contoh:

ق

Ditulis qāla

م

Ditulis Ramā

ليق

Ditulis Qīla

ي

Ditulis Yaqūlu

4. Ta Marbutah

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua yaitu:

1. Ta marbutah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan

ḍammah, transliterasinya adalah /t/

2. Ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah /h/

Jika pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbutah itu transliterasinya ha.


(16)

xv Contoh:

طأ ض

Ditulis rauḍah al-a fāl

ة

ل ي ل

Ditulis al-madīnah al-munawwarah

ط

Ditulis alḥah

5. Syaddah (tasydid)

َب

Ditulis Rabbanā

َ ن

Ditulis Nazzala

6. Kata sandang (لا)

Dalam transliterasi ini kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah.

1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai bunyinya, yaitu huruf /1/ diganti dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.

Contoh:

لج َ ل

Ditulis ar-rajulu


(17)

xvi

Namun hanya berlaku bagi hamzah yang terletak ditengah dan diakhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.

Contoh:

ء َ ل

Ditulis an-nau’u

ءيش

Ditulis syai’un

إ

Ditulis Inna

8. Penulisan kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun harf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harkat yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata yang lain yang mengikutinya.

Contoh:

نيق َ ل يخ ل ه َ إ

ditulis -Wa innallāha lahuwa khair ar -rāziqīnṬ

-Wa innallāhu lahuwa khairur

-raziqīnṬ

ي ل لي ل ف أف

Ditulis -Wa aufū al-kaila wal-mizānṬ -Wa auful-kaila wal-mizānṬ


(18)

xvii


(19)

DALAM AI-QT]RAN

(IELAAH KATA

QAUIAI,

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

NamaMahasiswa NPM

telah d Agama Islam syarduntuk

99203113014

lll

mffu.qhi

!+'E

i

ffi

o-1

r


(20)

ABSTRAK

Al-Quran mengajarkan umat manusia untuk melakukan komunikasi dengan bertutur kata yang baik, agar tercipta suasana dan hubungan yang baik antara penyampai dan penerima pesan. Terdapat beberapa cara atau model bertutur kata atau komunikasi, yang semestinya diterapkan oleh siapa saja pada umumnya, dan khususnya diterapkan oleh pendidik dalam menyampaikan pelajaran maupun memberikan nasehat kepada peserta didiknya.Salah satu hal yang harus diperhatikan pendidik terkhususnya dalam memberikan pengajaran, yaitu dengan paham bagaimana metode komunikasi yang baik. Dapat diketahui bahwa komunikasi yang baik dapat menunjang kompetensi sosial seorang pendidik. Oleh sebab itu seorang pendidik harus memahami benar bagaimana metode komunikasi yang seharusnya digunakan terutama pada peserta didiknya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode komunikasi yang semestinya digunakan oleh pendidik yang berdasarkan pada al-Quran. Pengkajian pada penelitian ini adalah kata qaulan dalam al-Quran yang sudah banyak diketahui sebagai ayat komunikasi, yang peniliti simpulkan sebagai metode komunikasi yang seharusnya pendidik gunakan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Sumber penelitian berupa buku-buku, jurnal, dan beberapa tulisan lainnya yang sejenis. Adapun pendekatannya menggunakan pendekatan semantik. Karena ingin mengetahui bagaimana makna katanya yang diteliti dan maksud penggunaannya. Penelitian ini memiliki beberapa kesimpulan tentang metode komunikasi pendidik dalam al-Qur’an, yakni: penggunaan metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan ma’rūfan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan sadīdan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan layyīnan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan ṣaqīlan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan balīgan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan ‘aẓīman, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan karīman, dan metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan maysūran.


(21)

1

A. Latar Belakang Masalah

Al-Quran merupakan kitab suci seluruh umat manusia, sebagai pedoman hidup menuju kebahagian dunia dan akhirat, yang tidak diragukan lagi mengenai kandungannya. Didalamnya terkandung beberapa ajaran pokok yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Ajaran-ajarannya begitu luas, ditujukan kepada umat manusia bagaimanapun kondisi dan keadaanya. Kepada kaum yang masih dalam keadaan primitif, maupun kepada kaum yang telah mencapai peradaban dan kebudayaan yang baik.

Al-Quran merupakan sumber dari segala sumber ilmu, Ibnu Mas’ud

mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Shalih ibn Fauzan Fauzan Haya al-Rosyid, “Kalau kalian menginginkan ilmu, bukalah lembaran al-Quran. Karena al-Quran mengandung ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang di masa mendatangṬ” (al-Rosyid, 2007: 21). “Al-Quran dijadikan sebagai sumber pendidikan Islam pertama dan utama karena memiliki nilai absolut yang diturunkan Allah” (Mujib dan Jusuf).

Salah satu unsur pendidikan yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran adalah pendidik. Pendidik atau yang akrab disapa guru merupakan sosok sentral dalam dunia pendidikan. Banyak pendapat bahwa sebagus apapun sistem, kurikulum, sarana-prasarana tidak ada artinya jika tidak ada guru yang


(22)

2

berkualitas. Pendidik tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan atau bahan ajar saja dalam sebuah materi pelajaran, karena pada dasarnya pendidikan merupakan proses pengubahan sikap atau perilaku seseorang. Menurut Idris

(al-Asy’ari, dan Mu’arif, 2011: 141), proses pendidikan mencakup dua hal, yakni

transfer of knowladge dan transfer of value. Jadi, proses pendidikan bukan hanya menambah pengetahuan dan keterampilan seseorang, tetapi juga melakukan proses perubahan nilai, lebih tepatnya akhlak dan moral, juga sikap dan perilaku dari buruk ke baik, dari yang sudah baik menjadi lebih baik lagi.

Pendidik atau guru membawa amanah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengarahkan untuk taat beribadah juga berakhlak mulia. Oleh sebab itu tanggung jawab guru dituntut untuk memiliki beberapa kompetensi. Kompetensi tersebut meliputi, kompetensi profesional, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi pedagogik. Kompetensi profesional yakni kompetensi yang berkaitan dengan keahlian keilmuan pendidik. Kompetensi personal mencangkup tentang kepribadian pendidik. Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif tidak hanya dengan peserta didik, tetapi juga kepada sesama pendidik, tenaga pendidikan, wali peserta didik serta masyarakat. Terakhir, kompetensi pedagogik, merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik.

Pendidik atau guru merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupan profesionalnya tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat dan


(23)

lingkungannya. Oleh sebab itu, pendidik lebih dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai. Dalam hal ini kompetensi sosial pendidik menjadi peran yang sangat penting. Peranan pentingnya yakni terletak pada pribadi pendidik tersebut yang hidup pada suatu kelompok masyarakat untuk berbaur dengan masyarakatnya. Untuk itu pendidik harus mampu bergaul secara santun dan luwes. Keluwesan bergaul harus dimiliki pendidik agar mampu bergaul secara leluasa dan tidak canggung dalam bergaul (Agus, Kompetensi Sosial Pendidik, 2012). Pentingnya kompetensi sosial ini salah satunya dirasakan oleh peserta didik, yang mana prestasi peserta didik tersebut berada ditangan pendidik itu sendiri (Kabartangsel, 2016). Karena seorang pendidik tersebut membawa amanah, sebagaimana yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya.

Salah satu hal yang harus diperhatikan pendidik dalam bergaul dan juga terkhususnya dalam memberikan pengajaran kepada peserta didiknya, yaitu dengan terjalinnya interaksi yang baik. Terjadinya interaksi yang baik tersebut berawal dari komunikasi yang baik pula. Komunikasi yang baik tersebut akan muncul jika seseorang mampu bertutur kata yang baik. Begitu juga bertutur kata yang baik itu akan mudah dilakukan seseorang, apabila sudah paham bagaimana konsep motede komunikasi yang baik tersebut. Dapat diketahui bahwa komunikasi yang baik dapat menunjang kompetensi sosial seorang pendidik. Oleh sebab itu seorang pendidik harus memahami benar bagaimana metode komunikasi yang seharusnya digunakan terutama pada peserta didiknya pada saat


(24)

4

memberikan materi pembelajaran maupun ketika memberikan nasehat dan teguran.

Komunikasi merupakan hubungan kontak antar seseorang dengan orang lain. Disadari atau tidak, komunikasi sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang hidup dari bangun tidur, lalu melakukan berbagai aktifitas sampai akan tidur lagi, secara kodrat pasti selalu terlibat dalam hal komunikasi. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa komunikasi merupakan yang dibutuhkan bagi setiap orang.

Al-Quran mengajarkan umat manusia untuk melakukan komunikasi dengan bertutur kata yang baik, agar tercipta suasana dan hubungan yang baik antara penyampai dan penerima pesan. Al-Quran memberikan beberapa etika dan model dalam bertuturkata. Terdapat beberapa cara atau model bertutur kata atau berkomunikasi, yang semestinya diterapkan oleh siapa saja pada umumnya, dan khususnya diterapkan oleh pendidik dalam menyampaikan pelajaran maupun memberikan nasehat kepada peserta didiknya.

Kata qaul merupakan salah satu istilah yang digunakan al-Quran dalam menyebutkan perkataan atau bertutur kata. Kata qaul yang berbentuk kata qaulan, disandarkan kebeberapa kata sifat, yakni ma’rūf, sadīd, ṣaqīl, baligh, ‘aẓīm, karim, dan maysūr. Sehingga menjadi qaulan ma’rūfan, qaulan sadīdan, qaulan layyīnan, qaulan ṣaqīlan, qaulan balīgan, qaulan ‘aẓīman, qaulan karīman, dan qaulan maysūran. Beberapa istilah tersebut merupakan model berkomunikasi atau bertutur kata, di dalamnya tersirat beberapa etika yang


(25)

semestinya dipraktekkan dalam berkomunikasi, dan tentunya sangat perlu digunakan dalam dunia pendidikan agar tercipta hubungan yang harmonis antara pendidik dan peserta didik (M. Yusuf, 2013: 167). Istilah-istilah tersebut sering dijadikan tulisan dan penelitian yang berkaitan dengan komunikasi secara efektif, komunikasi yang seharusnya digunakan, cara berkomunikasi dalam berdakwah dan lain sebagainya.

Sudah banyak tulisan dan penelitian yang telah membahas tentang metode komunikasi dalam al-Quran dengan pengkajian kata qaulan. Pembahasan komunikasi dalam al-Quran dengan pengkajian kata qaulan yang diikuti kata sifatnya hanya seputar efektif tidaknya komunikasi tersebutuntuk disampaikan, hanya sedikit yang mengkaitkannya dengan pendidikan maupun terkhususnya pada pendidik. Oleh karena itu peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang metode komunikasi pendidik dalam ajaran al-Quran dengan mengkaji atau menelaah kata qaulan yang diikuti dengan beberapa kata sifatnya yang terungkap pada beberapa ayat dalam al-Quran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan, dapat ditarik beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apa saja ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan metode komunikasi pendidik?

2. Bagaimana penggunaan masing-masing konsep tersebut dalam metode komunikasi pendidik?


(26)

6

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mengkaji ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan metode komunikasi pendidik.

2. Mengungkapkan penggunaan masing-masing konsep tersebut dalam metode komunikasi pendidik.

D. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan mendapat kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Kegunaan secara teoritis yakni untuk menambah khazanah ilmu dalam dunia pendidikan. Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan dapat mewujudkan peningkatan komunikasi yang baik bagi pendidik khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.

E. Sistematika Pembahasan

Agar alur penelitian lebih mudah dipahami dan jelas, maka disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I : berisi pendahuluan, yang memuat tentang latar belakang masalah yang menjadi ide awal dari penelitian dilakukan. Selanjutnya rumusan masalah, dilanjutkan dengan tujuan dan kegunaan penelitian. Kemudian, sistematika penulisan.

Bab II : sebagai acuan untuk membedakan antara penelitian atau kajian ini dengan penelitian atau kajian sejenis yang telah ada maka bab II berisi


(27)

tinjauan pustaka. Serta untuk memperjelas penelitian ini dipaparkan kerangka teoritik.

Bab III : berisi metode penelitian, yang memuat secara rinci metode yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab IV : merupakan inti dari penelitian, yakni menelaah kata qaulan yang merupakan salah satu konsep bentuk komunikasi yang harus dimiliki pendidik khususnya, meninjau penggunaan dari masing-masing konsep tersebut.

Bab V : seluruh analisis akan disimpulkan pada bab V juga berisi tentang saran penelitian berikutnya.


(28)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu karya ilmiah, serta posisinya diantara karya-karya sejenis dengan tema ataupun pendekatan yang serupa. Dalam sub bab ini, peneliti akan memaparkan beberapa penelitian, yang berkaitan dengan penelitian yang peniliti lakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Arini Zakiya AR (2012), yang berjudul Qaulan dan Sifatnya sebagai Metode Komunikasi Efektif (Penafsiran Abdullah Yusuf Ali). Penelitian tersebut mengupas tentang kata qaulan yang diikuti sifatnya, dengan menggunakan penafsiran Abdullah Yusuf Ali, lalu dikonfirmasikan dengan komunikasi modern. Penelitian tersebut termasuk penelitian kulitatif, yang sifatnya adalah penelitian pustaka (library research). Teknik pengolahan datanya terdapat dua tahap, yang pertama deskripsi dan yang kedua analisis. Analisis yang digunakan adalah analisis eksplanatori, yaitu suatu analisis yang berfungsi memberi penjelasan yang lebih mendalam. Penelitian tersebut sangat berbeda dengan rencana penelitian yang peneliti lakukan. Rencana penelitian ini yakni, menelaah kata qaulan yang diikuti sifatnya dalam al-Quran yang merupakan bentuk komunikasi, dengan mengkaitkannya dengan komunikasi yang seharusnya dimiliki seorang pendidik.


(29)

Penelitian yang dilakukan oleh Sumarjo (2011), yang berjudul Ilmu Komunikasi dalam Perspektif Al-quran. Penelitian tersebut ingin membuktikan bahwa terdapat ilmu komunikasi dalam sumber dari segala sumber yakni al-Quran. Pengkajiannya seputar kata qaulan yang diikuti sifatnya dengan menggunakan tafsir tematik (INOVASI: 2011). Penelitian tersebut sangat berbeda dengan rencana penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian ini tidak hanya fokus pada tafsir tematik saja tetapi menelaah dari beberapa kamus untuk mengetahui maknanya secara bahasa dan menggunakan berbagai tafsir pilihan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nahdatul Muamar (2011), yang berjudul Komunikasi Verbal dalam Al-Quran (Kajian Bentuk Na’tiyyah Qaul dalam penafsiran Ar-Razi). Penelitian tersebut mengungkapkan tentang komunikasi verbal yang terdapat dalam al-Quran dengan mengkaji kata qaul dengan na’tiyyahnya, dan hanya fokus pada penafsiran ar-Rozi saja. Sangat berbeda dengan rencana penelitian yang akan peneliti kaji. Peneliti ingin mengkaji kata qaulan yang diikuti beberapa sifatnya dalam al-Quran dengan kajian semantik, yang tidak hanya fokus pada satu penafsiran saja.

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Mellyati Syarif, M.Pd (2014), yang berjudul The Language of Mission. Penelitian tersebut membahas tentang kata qaulan dan beberapa sifat yang mengikutinya lalu dikaitkan dengan penyampaian dakwah yang tepat. Dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa bahasa yang benar untuk digunakan dalam berdakwah adalah qaulan ma’rūfan, qaulan sadīdan, qaulan layyīnan, qaulan balīgan, qaulan karīman, dan qaulan


(30)

10

maysūran. Fokus dalam penelitian tersebut adalah mengungkapkan konsep-konsep qaulan dikaitkan dengan bahasa dakwah yang seharusnya digunakan. Sedangkan pengkajian penelitian ini adalah mengungkapkan metode komunikasi pendidikyang seharusnya digunakan pada konsep-konsep qaulan dalam al-Quran.

Ada beberapa karya tulis yang mengkaji kata qaulan dalam al-Quran yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Namun mempunyai perbedaan tujuan yaitu meneliti metode komunikasi secara umum. Adapun penelitian yang peneliti lakukan dengan judul konsep metode komunikasi pendidik dalam al-Quran, berfokus pada penelaahan kata qaulan dalam al-Quran sebagai metode komunikasi yang baik bagi pendidik dengan peserta didik ketika menyampaikan pelajaran, ataupun hal yang lainnya.

B. Kerangka Teoritik

1. Metode Komunikasi

a. Pengertian Metode Komunikasi

Berdasarkan susunan katanya, metode komunikasi terdiri dari dua kata yakni metode dan komunikasi. Secara bahasa, metode berasal dari dua kata yakni meta dan hodos, meta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Dengan demikian, metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu, ada pula yang


(31)

mengatakan bahwa metode adalah sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut. (Nata, 1997: 91). Pengertian metode dalam KBBI (2002: 740), adalah:

Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

Metode dalam bahasa Arab memiliki arti arīqatun, manhajun, dan

nidhāmun (Munawwir, 2007: 573).

Adapun pengertian komunikasi secara bahasa atau asal katanya, berasal dari bahasa latin, yaitu communication, yang akar katanya communis, yang berarti sama, sama makna yakni “sama makna mengenai

suatu hal”. Jadi, komunikasi akan berlangsung apabila antara orang-orang

yang terlibat, terdapat kesamaan makna mengenai hal yang dikomunikasikan tersebut. (Djamarah, 2014: 13). Dengan kata lain, komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampai pesan dengan penerima pesan. Oleh karena itu, komunikasi bergantung pada kemampuan seseorang untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (Khairani, 2014: 5).

Secara terminologis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan seseorang kepada orang lain. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi itu melibatkan sejumlah orang, yang mana ada seseorang yang menyampaikan suatu hal kepada


(32)

12

yang lainnya. Pada pengertian lain, komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampaian informasi.

Kata komunikasi berasal dari bahasa Inggris, yakni communications yang berarti suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku. Komunikasi juga berarti sebagai suatu cara untuk mengkomunikasikan ide dengan pihak lain, baik dengan cara berbincang-bincang, berpidato atau menulis. (Hefni, 2015: 2).

Sebagaimana Sendjaja dalam Hefni (2015: 5), memaparkan tujuh definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Diantaranya sebagai berikut:

1) Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). 2) Komunikasi adalah proses penyampaian informasi,

gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan symbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain.

3) Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Say what? In wich channel? To whom? With what effect?). 4) Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu

dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. 5) Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan untuk

mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.

6) Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan.


(33)

7) Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat memengaruhi pikiran orang lainnya.

Ketujuh definisi tersebut begitu beragam, dan satu definisi dengan definisi yang lainnya saling terkait dan melengkapi. Pengertian yang pertama menjelaskan bahwa komunikasi dilakukan dalam bentuk kata-kata yang bertujuan untuk memengaruhi dan membentuk perilaku orang lain. Pengertian kedua melengkapi pengertian yang pertama, bahwa komunikasi tidak hanya dalam bentuk kata tetapi juga gambar, angka, dll sehingga yang disampaikan tersebut bisa untuk mewakili yaitu termasuk didalamnya gagasan, emosi atau keahlian tanpa menyebutkan efek harus memengaruhi atau membentuk karakter pada orang lain. Pengertian ketiga melengkapi pengertian komunikasi dengan menyebutkan bagian dari proses komunkasi. Sedangkan pengertian keempat sampai pengertian ketujuh menjelaskan tentang manfaat dari komunikasi tersebut, yaitu berbagi informasi mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat argumen, menghubungkan banyak orang dan memengaruhi orang lain (Hefni, 2015: 5-6).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diketahui secara singkat bahwa yang dimaksud dengan metode komunikasi adalah cara yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu hal kepada orang lain.


(34)

14

b. Tingkatan Tujuan Komunikasi

Verdebar (Kusmayadi, 2010: 33) berpendapat, ada empat tingkatan orang berkomunikasi, yaitu:

1) Pada tingkatan sosial pertama, orang berkomunikasi tersebut hanya untuk kesenangan belaka.

2) Pada tingkatan sosial kedua, orang berkomunikasi untuk menunjukkan keterkaitannya dengan orang lain.

3) Pada tingkatan sosial ketiga, orang berkomunikasi untuk membangun dan memelihara hubungannya.

4) Pada tingkatan sosial keempat, mereka berkomunikasi untuk menegaskan hubungan-hubungan mereka.

c. Prinsip Berkomunikasi

Kusmayadi (2010:33) berpendapat bahwa dalam berkomunikasi hendaknya dapat berpegang pada prinsip 3s yakni:

1) Sadar. Dalam berkomunikasi, kita harus sadar akan kekurangan diri sehingga harus menumbuhkan kepekakan atau kepedulian sosial yang baik. Kesadaran itu akan menimbulkan motivasi yang kuat untuk membuktikan bahwa kita mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

2) Senyum. Senyum adalah senjata pergaulan. Senyum mampu memberikan kekuatan yang dahsyat dan pesona yang luar biasa. Senyum merupakan sebuah kekuatan yang menjadi perekat hubungan antarmanusia. Senyum juga menjadi kunci penyelesaian masalah.

3) Sejuk. Ucapan yang menyejukkan akan meninggalkan kesan yang positif bagi orang lain. Setidaknya ucapan sejuk yang kita kemukakan akan menjadi modal untuk


(35)

memperoleh respons yang positif, yang akan menguntungkan kita.

d. Tanda-tanda Komunikasi Efektif

Komunikasi yang efektif berarti komunikasi tersebut mampu mengantarkan pesan yang disampaikan secara tepat kepenerima komunikasi sehingga yang bersangkutan dapat memahami pesan tersebut. Berikut aspek yang perlu diperhatikan supaya komunikasi dikatakan efektif sebagaimana pendapat Lestari G dalam Khairani (68: 2015):

1) Kejelasan

Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.

2) Ketepatan

Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan. 3) Konteks

Konteks atau sering disebut situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

4) Alur

Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.

5) Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakarma dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.


(36)

16

Menurut Sastropoetro dalam Khairani (2015:68) berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”.

Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat, diantaranya:

1) Menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan antara satu dengan yang lain.

2) Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti oleh komunikas.

3) Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan tersebut.

4) Pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkannya.

5) Pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.

e. Keberhasilan Komunikasi

Ketercapaian tujuan komunikasi merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan itu tergantung dari berbagai faktor sebagai berikut (Djamarah, 2014: 16-17):

1) Komunikator

Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kepercayaan penerima pesan pada komunikator serta keterampilan komunikator dalam melakukan komunikasi menentukan keberhasilan komunikasi.


(37)

2) Pesan yang Disampaikan

Keberhasilan komunikasi tergantung dari: a) Daya tarik pesan

b) Kesesuaian pesan dengan kebutuhan penerima pesan

c) Lingkup pengalaman yang sama antara pengirim dan penerima pesan tentang pesan tersebut, serta; d) Peran pesan dalam memenuhi kebutuhan kebutuhan

penerima pesan. 3) Komunikan

Keberhasilan komunikasi tergantung dari;

a) Kemampuan komunikan menafsirkan pesan

b) Komunikan sadar bahwa pesan yang diterima memenuhi kebutuhannya

c) Perhatian komunikan terhadap pesan yang diterima. 4) Konteks

Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif (nyaman, menyenangkan, aman, menantang) sangat menunjang keberhasilan komunikasi.

5) Sistem Penyampaian

Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang sesuai dengan berbagai jenis indra penerima pesan yang kondisinya berbeda-beda akan sangat menunjang keberhasilan komunikasi.

2. Pendidik

a. Pengertian Pendidik

Pendidik merupakan orang dewasa yang membimbing anak menuju kedewasaan. Pendidik dibagi menjadi dua. Pendidik pertama ialah pendidik yang disebabkan kewajaran tanggung jawab untuk membimbing anak, yaitu para orang tua. Pendidik kedua ialah pendidik sebagai suatu profesi yang karena jabatannya ia harus mendidik anak misalnya guru di sekolah. (Saduloh)


(38)

18

Pendidik yang akan peneliti bahas pada tulisan ini adalah guru. Dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen sebagaimana dikutip oleh Sadulloh,

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas mendidik, mengajar, mengarahkan, membimbing, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru yang mempunyai kepribadian rabbani dan professional akan bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya dan tujuan pendidikan umumnya, sudah pasti memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan, agar mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Adapun syarat-syaratnya sebagai berikut:

1) Syarat fisik, yaitu kesehatan jasmani yang artinya seorang guru harus berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan.

2) Persyaratan psychis, yaitu sehat rohani yang artinya tidak mengalami gangguan jiwa maupun kelainan.

3) Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi kependidikan, mencintai dan mengabdi serta memiliki didikasi yang tinggi pada tugas jabatannya. Disini seorang guru harus selalu meningkatkan wawasannya sesuai dengan kemajuan zaman.

4) Persyaratan moral, yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki sikap susila yang tinggi. Dalam hal ini guru harus memiliki sifat kasih sayang dan mempunyai sifat adil. Sabda Nabi Muhammad saw.

5) Persyaratan intelektual, yaitu memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi yang diperoleh dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan, yang memberi bekal guna menunaikan tugas dan kewajiban sebagai pendidik.


(39)

b. Kriteria dan Karekteristik Guru

Menurut al-Abrasyi dalam Djamarah (2014:166) untuk menjadi guru yang ideal adalah tidak mudah, butuh beberapa kriteria dan karakteristik yang harus dimilikinya, diantaranya sebagai berikut:

1) Bersifat zuhud, yaitu melaksanakan tugasnya bukan semata-mata mencari dunia atau materi, tetapi harus benar-benar mencari ridha Allah;

2) Bersih fisiknya dari segala kotoran, dan bersih jiwanya dari segala macam sifat tercela;

3) Ikhlas dan tidak riya, sum’ah, maupun ujub, dalam

melaksanakan tugasnya;

4) Bersikap pemaaf dan memaafkan kesalahan orang lain, sabar dan sanggup menahan amarah, senatiasa membuka diri dan menjaga kehormatannya;

5) Bersifat keibuan atau kebapakan, yaitu mampu mencintai dan mengasuh peserta didik layaknya anak sendiri;

6) Mengetahui betul karakter peserta didik, seperti pembawaan, kebiasaan, perasaan dan berbagai potensi yang dimilikinya;

7) Menguasai pelajaran yang diajarkannya dengan baik dan profesional.

c. Sifat Guru

Ghazali dalan Djamarah (2014:168) mengemukakan ada beberapa sifat yang harus dimiliki guru, yakni:

1) Guru hendaknya memandang murid seperti anaknya sendiri 2) Guru hendaknya tidak mengharapakan upah atau pujian, tetapi hendaknya mengharapkan keridhaan Allah dan berorientasi mendekatkan diri kepada-Nya dalam menjalankan tugas.

3) Guru hendaknya memanfaatkan setiap peluang untuk memberi nasehat dan bimbingan kepada murid bahwa tujuan menuntut ilmu adalah untuk mendekatkan diri


(40)

20

kepada Allah bukan untuk memperoleh kedudukan atau kebanggaan duniawi.

4) Guru hendakya menegur muridnya yang bersalah dengan cara yang bijaksana, bukan dengan terus terang dan mencela.

5) Guru hendaknya tidak fanatik terhadap mata pelajaran yang diasuhnya, lalu mencela mata pelajaran yang diasuh guru lain.

6) Guru hendaknya memperhatikan fase perkembangan berpikir murid agar dapat menyampaikan ilmu sesuai dengan kemampuan berpikir murid.

7) Guru hendaknya memperhatikan murid yang lemah dengan memberikan pelajaran yang mudah dan jelas serta tidak menghantuinya dengan hal-hal yang serba sulit dan dapat membuatnya kehilangan kecintaan terhadap pelajaran. 8) Guru hendaknya mengamalkan ilmu, dan tidak sebaliknya,

perbuatannya bertentangan dengan ilmu yang diajarkannya kepada muridnya.

3. Metode Komunikasi Pendidik

a. Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran

Pada proses pembelajaran komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini merupakan materi pelajaran dapat diterima dan dipahami serta mendapat umpan balik yang positif dari peserta didik. Kompetensi yang efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan kompetensi pribadi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik

b. Model atau Metode Komunikasi dalam Pendidikan 1) Model Mekanistik

Metode komunikasi mekanistis terdiri dari one way communication dan two way communication. Salah satu contoh model komunikasi mekanistis tipe one way communication adalah metode


(41)

ceramah didalam proses pembelajaran. Yakni pendidik menyampaikan materi dan peserta didik menyimaknya dengan baik. Didalam metode ini peserta didik akan bersikap pasif. Karena mereka hanya mendengar dan menghafal materi yang telah disampaikan oleh pendidik tersebut. Pada keterangan mengenai model mekanistis diatas, hal ini cenderung membuat pembelajaran menjadi kurang efektif. Karena pendidik tidak peduli apakah pelajaran yang disampaikan diminati dan dibutuhkan oleh para peserta didiknya atau tidak.

Untuk mensiasati hal ini, penguasaan materi dan metode penyampaian yang efektif dan menarik harus dimiliki oleh pendidik tersebut. Apabila pendidik ingin menggunakan metode ceramah, maka pendidik tersebut harus mengusai keterampilan-keterampilan sebagai berikut:

a) Dalam menyampaikan sebuah materi pelajaran, pendidik harus menguasai materi tersebut sebaik mungkin. Hindari membaca buku terlalu sering. Karena hal tersebut akan membuat peserta didik tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki oleh pendidik tersebut.

b) Show the best performance ketika tampil di depan kelas. Karena apabila pendidik memberikan representasi yang baik kepada peserta didiknya, maka para peserta didiknya itu akan menginterpretasi pendidik dengan baik. Begitupun sebaliknya,


(42)

22

pendidik yang memberikan representasi yang buruk, maka para peserta didiknya akan menginterpretasi yang kurang baik pula pada pendidik tersebut. Jadi, dalam hal ini pencitraan image positif dari pendidik menjadi hal yang harus diperhatikan agar tujuan pembelajaran berhasil.

Penggunaan model komunikasi mekanistik mampu merangsang peserta didik lebih aktif, agresif karena rasa ingin tahu akan lebih besar. Namun dalam penyampaian dalam pembelajaran juga harus tepat, sehingga model pembelajaran ini akan terasa pengaruhnya terhadap peserta didik.

2) Model Interaksional

a) Terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan. b) Komunikasi berlangsung dua arah dari pengirim dan kepada

penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tapatnya melalui pengambilan peran orang lain.


(43)

Bahwa model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu elemen yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik, atau tanggapan terhadap suatu pesan.

c) Dalam perspektif interaksionalisme seorang individu merupakan suatu penggabungan antara individualisma dan masyarakat, artinya individu yang menggabungkan potensi kemanusiaannya melalui interaksi sosialnya. Jika kita mengambil contoh lingkungan sosial atau masyarakatnya adalah ruang kelas, berarti guru dan peserta didik adalah komponen-komponen masyarakat tersebut yang saling berinteraksi dan memiliki irisan karakteristik. Sebagai contoh, pada saat mata pelajaran kesenian. Pendidik dan peserta didik harus sama-sama memiliki ketertarikan terhadap seni tersebut. Apabila ketertarikan atau kecenderungan antara pendidik dan peserta didik itu telah sama maka akan terdapat irisan kesamaan karakteristik antara guru dan peserta didik, yaitu menyenangi kesenian. Jika hal ini telah tercipta maka proses pembelajaran akan mudah dilaksanakan dan tujuan pembelajaran akan mudah tercapai. Untuk mencapai hal ini, pendidik harus mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan peserta didiknya. Hal inilah pendidik harus memiliki keterampilan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan peserta didik.


(44)

24

Model interaksional sangat ideal digunakan dalam pembelajaran dikelas. Model interaksional memungkinkan adanya interaksi dalam kelas baik antara peserta didik dengan pendidik, ataupun peserta didik dengan peserta didik itu sendiri dan peserta didik dengan lingkungannya, maka proses pembelajaran akan terasa lebih hidup. Dan peserta didik pun akan merasa puas atas semua pertanyaan dan jawaban dari pendidik yang dirasa belum dimengerti. Maka model interaksional perlu ada dalam pembelajaran.

3) Model Psikologis

a) Model komunikasi psikologis mempelajari perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.

b) Model komunikasi psikologis yaitu memahami perkembangan perilaku apa saja yang telah diperoleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran tertentu.

c) Media menjadi stimulus dari luar diri khalayak yang akan menyebabkan terjadinya perubahan sikap.

d) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku atau kepribadian manusia. Korelasinya dengan pembelajaran psikologi


(45)

adalah salah satu cara untuk menganalisis kepribadian atau tingkah laku peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran yaitu behaviour change.

Model komunikasi psikologis menerangkan bahwa dalam proses komunikasi, yang terlibat bukan hanya faktor fisik semata, tetapi juga aspek psikologis setiap individu ikut memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Keadaan psikologis seorang individu akan memengaruhi semua aspek kehidupannya. Salah satunya aspek pendidikan, yaitu kegiatan belajar. Apabila pendidik mampu menganalisis keadaan psikologis peserta didiknya, maka pendidik tersebut akan lebih mudah menentukan metode dan strategi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

Sebagai contoh, pendidik hendaknya tidak memaksakan diri untuk menyampaikan semua materi ketika ia melihat kondisi psikologis peserta didiknya tidak mendukung. Hendaknya pendidik tersebut berkomunikasi dengan peserta didiknya sehingga ia dapat menganalisis masalah apa yang sedang terjadi dan bagaimanakah penangannya. Karena seorang pendidik tidak hanya berkewajiban menyampaikan materi pelajaran, tetapi unsur behaviour change dalam konteks kepribadian juga harus senantiasa menjadi tujuan utama pembelajaran seorang pendidik tersebut. Jadi, pendidik harus mampu berkomunikasi secara psikologis dengan


(46)

26

peserta didiknya. Agar tujuan pembelajaran yaitu behaviour change tersebut dapat tercapai.

4) Model Pragmatis

Model pragmatis ini berkaitan dengan kompleksitas waktu. Model pragmatis memiliki dua arah unsur yang dipandang amat penting, yaitu:

a) Tindakan atau perilaku individu, yang dipandang sebagai unsur fundamental fenomenan komunikasi, hal ini dianggap sebagai Lokus komunikasi yang akibatnya komunikasi dipandang sama atau identik dengan perilaku itu sendiri.

b) Unsur waktu yang dipandang sebagai dimensi keempat dalam gambar ini muncul akibat dari kedua unsur itu sendiri. Tindakan atau perilaku individu dipandang terjadi dalam suatu rangkaian peristiwa yang berkesinambungan, sehingga keberurutan tindakan atau perilaku individu itu menjadi penting.

Urutan-urutan perilaku atau tindakan dari fase ke fase berikutnya membentuk dinamik suatu sistem komunikasi. Dalam sistem ini

interaksi-interaksi ganda yang paling redundan” dinamakan ‘pola’. Jadi, untuk

dapat memahami komunikasi manusia dalam perspektif pragmatis maka orang harus mencari dan memahami pola-pola interaksinya.


(47)

Model komunikasi ini akan efektif dalam memecahkan kendala belajar apabila pendidik dapat mendesain, memanfaatkan, dan mengelolanya dengan baik. pendidik dapat memanfaatkan kondisi atau keadaan kelas dengan efektif dan efisien apabila guru dapat memanfaatkan model komunikasi ini dalam proses pembelajaran.

Model komunikasi pragmatis tentunya sulit untuk dikembangkan apabila suasana diskusi tersebut kurang mendukung. Untuk menjadikan metode diskusi ini efektif, lagi-lagi peranan pendidik dalam berkomunikasi dengan peserta didiknya, dan mengkomunikasikan dirinya dengan repserentasi yang tepat perlu di tingkatkan. Apabila model komunikasi pragmatis ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran melalui metode diskusi, maka ini akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi dan tentunya mempermudah peserta didik dalam menyerap materi pembelajaran. Penerapam model komunikasi pragmatis dalam metode diskusi ini memiliki korelasi dengan keterampilan guru dalam menggunakan model komunikasi mekanistis, psikologis, dan interaksional.

5) Metode Linier dan Sirkuler a) Metode Linier

Metode ini mempunyai ciri sebuah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus, dimana proses komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan. Berkaitan dengan


(48)

28

model ini ada yang dinamakan Formula Laswell. Formula ini merupakan cara untuk menggambarkan sebuah tindakan komunikasi dengan menjawab pertanyaan: who, says what, in wich channel, to whom, dan with what effect.


(49)

b) Metode Sirkuler

Metode ini ditandai dengan adanya unsur feedback. Pada metode sirkuler ini proses komunikasi berlangsung dua arah. Melalui metode ini dapat diketahui efektif tidaknya suatu komunikasi, karena komunikasi dikatakan efektif apabila terjadi umpan balik dari pihak penerima pesan. http://gatot-uniwa.blogspot.co.id. c. Teknik dan Prinsip Komunikasi dalam Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu kegiatan komunikasi. Pendidik dengan peserta didik terlibat dalam proses penyampaian pesan, penggunaan media dan penerimaan pesan. Komunikasi dalam pembelajaran sangat menentukan hasil pembelajaran. Proses komunikasi yang berjalan secara lancar dan baik antara pendidik dan peserta didik akan membawa pembelajaran yang baik (Naim, 2011: 53).

Kunci utama komunikasi terutama di kelas terletak di tangan pendidik. Pendidik seharusnya membangun metode atau cara yang tepat agar suasana komunikatif dapat tumbuh dengan baik dan tepat. Selain itu pendidik juga harus menguasai teknik dan prinsip komunikasi. Dengan demikian, apa yang sudah disampaikan akan memberikan hasil yang optimal.

Tujuan pembelajaran adalah agar peserta didik menerima secara baik apa yang disampaikan pendidik, menguasai pelajaran secara


(50)

30

komprehensif, dan peserta didik dapat mengembangkannya, baik melalui bimbingan pendidik maupun secara mandiri. Penerimaan dan pengembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh metode dan model komunikasi yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didiknya. Berkaitan dengan pemilihan metode yang digunakan terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan yakni sebagai berikut:

1) Tujuan yang hendak dicapai.

2) Kemampuan yang dimiliki pendidik. 3) Peserta didik.

4) Situasi dan kondisi ketika pembelajaran berlangsung. 5) Fasilitas yang ada.

6) Waktu yang tersedia.

7) Kelebihan dan kekurangan sebuah metode tersebut dan digunakan dan bagaimana cara penggunaannya.

d. Keterampilan Berkomunikasi dalam Pendahuluan Pembelajaran

Maksud dari keterampilan pendahuluan dalam hal ini yakni langkah yang dilakukan pendidik di awal pelajaran dengan sebaik mungkin dari sisi akal dan psikis peserta didik. Dalam langkah ini terkandung perilaku brainstorming kepada peserta didik. Para peserta didik dipancing untuk mengungkapkan sebanyak mungkin apa yang dipikirkan tentang materi atau sub tema yang akan dipelajari.


(51)

Terdapat beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam keterampilan pendahuluan yakni sebagai berikut:

1) Memilih metode yang memadai, yaitu menyesuaikan karakter dan kemampuan para peserta didik.

2) Cara pelaksanaan metode, dengan menilik kembali pelajaran, mengavaluasi tugas-tugas yang diberikan.

3) Memperhatikan waktu pelajaran.

4) Memerhatikan reaksi para peserta didik dan efektivitas pelaksanaan dalam pembelajaran.

5) Menguasai ide-ide yang terkandung dalam sebuah materi pelajaran.

6) Mengikat pendahuluan dengan menuliskan tema pelajaran yang disampaikan (Khalifah dan Usamah, 2012: 84).

e. Metode-metode mengajar

Terdapat beberapa metode dalam pembelajaran, berikut akan dijelaskan macam-macam metode pembelajara, sebagai berikut:

1) Metode Proyek

Metode proyek atau unit merupakan cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Kelebihannya yaitu dapat memperluas pemikiran peserta didik, dapat membina peserta


(52)

32

didik dengan menerapkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Sedangkan kekurangannya adalah kurikulum saat ini yang belum menunjang pelaksanaan metode ini, pemilihan topik unit yang tepat, fasilitas cukup sesuai dengan kebutuhan peserta didik bukan pekerjaan mudah.

2) Metode Eksperimen

Metode eksperimen atau percobaan merupakan cara penyajian pelajaran dimana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Kelebihan metode ini adalah membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran berdasarkan percobaannya, dapat membina peserata didik untuk membuat trobosan-trobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya. Sedangkan kelemahan metode ini adalah lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi, menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan, setiap percobaan tidak harus memberikan hasil yang diharapkan.

3) Metode Tugas dan Resitasi

Metode resitasi (penugasan) merupakan metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Kelebihan metode ini adalah lebih merangsang peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok; dapat mengembangkan kemandiirian peserta didik,


(53)

mengembangkan kreativitas peserta didik, serta membina tanggung jawab dan disiplin peserta didik. Sedangkan kekurangannya adalah peserta didik sulit dikontrol, apakah ia mengerjakan sendiri atau tidak; tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individual peserta didik.

4) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana peserta didik dihadapkan kepada suatu masalah yang bias berupa pernyataan atau pertanyaan untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Kelebihan metode ini adalah mengembangkan sikap menghargai orang lain; memperluas wawasan, serta merangsang kreativitas anak didik. Sedang kekurangannya adalah tidak dapat dipakai kelompok yang besar; peserta mendapat informasi yang terbatas, serta dikuasai oleh orang yang pandai berbicara saja.

5) Metode Sosiodrama

Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Kelebihan metode ini adalah peserta didik dapat melatih dirinya untuk memahami, dan mengingat isi bahan yang didramakan, peserta didik akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif; kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan baik; serta peserta didik memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesama.


(54)

34

Sedang kekurangannya adalah banyak memakan waktu, serta mengganggu kelas yang lain.

6) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari. Kelebihan metode ini adalah peserta didik lebih mudah memahami apa yang dipelajari; proses pengajaran lebih menarik. Kekurangannya adalah harus memerlukan ketrampilan khusus; fasilitas yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik..

7) Metode Problem Solving

Metode problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan satu metode berpikir, sebabdapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Kelebihan metode ini adalah dapat mambuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan; dapat membiasakan para peserta didik menghadapi dan memecahkan masalah, serta merangsang pengembangan kemampuan berpikirpeserta didik secara kreatif dan menyeluruh. Sedangkan kekurangannya adalah proses belajar mengajar sering memerlukan waktu yang cukup banyak, mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru.


(55)

8) Metode Karyawisata

Dikatakan teknik karyawisata karena cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar peserta didik ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu. Kelebihan metode ini adalah memiliki prinsip pengajaran modern, lebih merangsang kreatifitas peserta didik, informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan actual. Sedangkan kekurangannya adalah fasilitas dan biaya yang diperlukan sulit disediakan oleh peserta didik atau sekolah, memerlukan persiapan yang matang dlsb.

9) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, bisa dari pendidik kepada peserta didik maupun peserta didik kepada pendidik. Kelebihan metode ini adalah pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik, merangsang peserta didik untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan. Mengembangkan keberanian dan ketrampilan peserta didik. Sedangkan kelemahannya adalah peserta didik merasa takut, tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik, sering membuang-buang waktu.


(56)

36

Metode latihan atau yang disebut dengan metod training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Kelebihannya adalah untuk memperoleh kecakapan motorik, mental, dan dalam bentuk asosiasi yang dibuat. Kelemahannya adalah menghambat bakat dan inisiatif peserta didik, membentuk kebiasaan yang kaku, serta dapat menimbulkan verbalisme.

11)Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan metode yang bisa dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara pendidik dengan peserta didik dalam proses mengajar. Kelebihan metode ini yakni, pendidik mudah menguasai kelas, mudah mengkoordinasikan tempat duduk, dapat diikuti oleh jumlah peserta didik yang besar. Kelemahannya adalah mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata), sifatnya membosankan, susah untuk dimengerti oleh peserta didik, peserta didik menjadi pasif. https://a410080251.wordpress.com.


(57)

37

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Merupakan kegiatan yang meliputi mencari, membaca, dan menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sumber penelitian berupa, buku-buku, jurnal, dan beberapa tulisan lainnya yang sejenis.

B. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik. Pendekatan semantik merupakan pendekatan dari makna kata yang dituju. Dalam penelitian ini penulis menelaah kata-kata dengan bersumber pada beberapa kamus dan beberapa penafsiran. Peneliti menelaah kata qaulan yang diikuti kata sifatnya (na’tiyah) dengan menggunakan beberapa kamus dan beberapa penafsiran. Dalam penelitian ini, yang peneliti lakukan setelah peneliti melakukan penelaahan pada kata qaulan yang diikuti kata sifatnya (na’tiyah), peneliti merumuskan bagaimana metode komunikasi yang seharusnya pendidik gunakan berdasarkan hasil penelahaan tersebut.


(58)

38

C. Metode Pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan metode studi dokumenter (documentary study). Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen yang bersangkutan.

Sumber data merupakan subyek yang mana data dapat diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 macam, yakni:

1. Sumber Data Utama

Merupakan sumber data yang menjadi acuan utama penelitian, yakni berupa al-Quran, beberapa kitab tafsir dan beberapa kamus.

2. Sumber Data Pendukung

Merupakan sumber yang menjadi tambahan yang berkaitan tentang data penelitian. Berupa al-Quran, beberapa kamus, beberapa kitab tafsir, buku-buku tentang pendidikan agama Islam, buku-buku tentang komunikasi dalam al-Quran, juga berupa jurnal-jurnal dan tulisan lainnya yang berkaitan dengan data penelitian. Diantara buku-bukunya adalah sebagai berikut; Rahasia Menjadi Guru Hebat karya Mulayana A.Z, Keajaiban Belajar Al-Qur’an karya Al-Rosyid, Haya dan Shalih ibn Fauzan al-Fauzan terj. Abu Umar Basyir, M. Syukur Wahyudin, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak karya Djamarah, Syaiful Bahri, Tafsir Qur’an Per Kata Dilengkapi dengan Asbabun


(59)

Nuzul dan Terjemah karya Djamarah, Syaiful Bahri, Komunikasi Islam karya Hefni Harjani, Pemikiran Pendidikan Islam Gagasan-Gagasan Besar Para Ilmuwan Muslim karya Iqbal, Abu Muhammad, Syamil Al Qur’anulkarim Miracle The Reference karya Kementrian Agama RI, Terhempasnya Wibawa Guru karya Manurung, Rosida Tiurma, Satu Kajian Kontrastif Karya Sastra Masa Kini Dan Masa Lalu”, Jurnal Sosioteknologi, Mutiara Pendidikan karya

Ahmad Mu’arif dan Deni al-Asy’ari, Ilmu Pendidikan Islam karya Mujib,

Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis karya M. Ngalim Purwanto, Pedagogik (Ilmu Mendidik) karya Uyoh Sadulloh, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru karya Tim Pusaka Peonix, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar karya Wijaya, Cece, A. Tabrani Rusyan, Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan karya Rosda Karya. Yusuf, Kadar M, Dasar Komunikasi Pendidikan karya Ngainun Naim, Menjadi Guru yang Dirindukan terjemahan dari buku Kaifa Tashbaha

Mu’alliman Mutamayyizan karya Mahmud Khalifah dan Usamah Quthub.

D. Teknik Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Data dari penelitian ini dikumpulkan dengan teknik membaca, mendeskripsikan, menganalisis, meringkas pada sumber utama dan pendukung.


(60)

40

2. Teknik Pengolahan Data

Guna mendapatkan jawaban dari permasalahan tersebut, untuk menganalisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:

a. Deskripsi

Deskripsi merupakan pemaparan data yang diperoleh, dalam praktiknya tidak terbatas pada pengumpulan data saja, tetapi juga meliputi penjelasan dan analisis terhadap data tersebut.

b. Analisis Konten (Analisis Isi)

Merupakan metode penelitian untuk menentukan keberadaan kata-kata atau konsep-konsep di dalam teks atau rangkaian teks. Sistematika penyusunan dalam tulisan ini adalah menjelaskan makna kata yang dimaksud berdasarkan kamus, selanjutnya memaparkan ayat-ayat yang bersangkutan dengan menjelaskan maksud ayat tersebut. Berikutnya merangkum makna kata-kata yang dimaksud, dan dikaitkan dengan yang dikaji.


(61)

41

Metode Komunikasi Pendidik Penelaahan Kata Qaulan

Kata qaulan

(

اوق

)

merupakan bentuk masdar dari kata qāla - yaqūlu

(

-

لاق

لوقي

)

, yang berarti berkata (Munawwir, 1997: 1171). Qaul dalam bahasa indonesia diartikan kata. Al-Quran menyebutkan kata qaul sebanyak 1722 kali, dalam bentuk qāla disebutkan sebanyak 529 kali, dalam bentuk yaqūlūn sebanyak 92 kali, 332 kali dalam bentuk qul, 13 kali dalam bentuk qūlū, 49 kali dalam bentuk qīla, dalam bentuk al-qaul 52 kali, 12 kali dalam bentuk qauluhum, sedangkan dalam bentuk kata qaulan sebanyak 19 kali (Hefni, 2015: 80-81). Menurut Ibnu Mandzur dalam Hefni (2015:81) qaul adalah suatu lafaz yang diucapkan oleh lisan baik maknanya tersebut sempurna atau tidak sempurna.

Selain mengandung makna, qaul merupakan ucapakan yang diucapkan pembicara karena keinginan darinya sendiri. Hal ini dikuatkan dalam firman Allah Q.S. al-An’am ayat 93:

ْوَأ اًمذَك مَا ىَلَع ٰىَرَ تْ فا من مِ ُمَلْظَأ ْنَمَو

ُي َََْو ََمإ َيمحوُأ َلاَق

ْْمم ُلمِزََُُ َلاَق نَمَو ٌْيََ مََِْْمإ ََو

َل

َُا َلَِزَأ اَم

مًََ ُةَكمئ َََمَْاَو متْوَمَْا متاَرَمَغ مِ َنوُممَاظَا مذمإ ٰىَرَ ت ْوَََو ۗ

ُمُكََُُزَأ اوُُمرَْْأ ْممِيمِْيَأ وُُ

ۗ

ُْلا َباَذَع َنْوَُُِْ َمْوَ َْْا

َو ّمقَْْا َرْ َْغ مَا ىَلَع َنوَُوُقَ ت ْمُت ُك اَمِ منو

َنوُمِْكَتََْت مِمتََي ْنَع ْمُت ُك

٣٩:٦

]

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya


(62)

42

akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.

Ayat tersebut menyebutkan bahwa yang menyebabkan orang tersebut dikatakan zalim dan mengada ngada adalah kerena kesengajaan mereka untuk mengatakan (yaqūlūna) hal yang mengada-ngada. Kata qaul yang dimaksud tersebut merupakan kata yang mengandung makna dan keluar dari lisan atas unsur kesengajaan dan kesadaran penuh dari yang menucapkannya tersebut (Hefni, 2015: 82).

ْتُمْصَْمَ ْوَأ اارْ َْْ ْلُقَ ْْلَ ف مرمْ ْْا ممْوَ َْْاَو مَمً ُنممْؤُ ي َناَك ْنَم

... Penggalan hadits tersebut menjelaskan bahwa setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah baginya untuk berkata yang baik jika tidak bisa berkata yang baik, maka lebih baik diam. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi atau bertutur kata tersebut sangat diatur dalam Islam, baik dalam al-Quran maupun as-Sunnah.

Komunikasi merupakan suatu cara seseorang menyampaikan suatu hal kepada orang lain atau kepada lawan bicaranya. Dapat juga disebut, komunikasi merupakan suatu hubungan interaksi yang dilakukan orang tertentu.

Kata qaulan dalam al-Quran disandarkan kebeberapa kata sifat, yakni ma’rūf, sadīd, layyin, tsaqil, baligh, 'aẓīm, karīm, dan, maysūrṬ Sehingga menjadi qaulan


(63)

ma’rūfan, qaulan sadīdan, qaulan layyinan, qaulan aqīlan, qaulan balīgan, qaulan ‘aẓīman, qaulan karīman, dan qaulan maysūranṬ Kata-kata tersebut sudah tidak asing lagi didengar dan sudah banyak yang membahas dan dikaitkan dengan cara komunikasi yang efektif. Masing-masing dari konsep tersebut mempunyai penggunaan yang berbeda dalam penerapan berkomunikasi, khususnya pada pendidik.

Metode komunikasi pendidik merupakan cara interaksi seorang pendidik dalam menyampaikan suatu hal, baik itu materi pelajaran, nasehat ataupun hal yang lainnya terkhususnya kepada peserta didik.

A. Qaulan Ma’rūfan (

افورعم اوق

)

Kata qaulan ma’rūfan diartikan sebagai perkataan atau komunikasi yang baik. Secara bahasa, ma’rūf merupakan ism maf’ul dari kata ‘arafa-ya’rufu-‘arafan

فرع

)

فرعي

افرع

( yang berarti mengetahui, mengenal, mengakui, sabar mengatur urusan

mereka (Munawwir, 1997: 919). ‘Arafa juga berarti known, well known, universally accepted (Wehr, 1976: 607), yang berarti diketahui, kebiasaan yang lazim yang telah diterima oleh umum. Sedangkan kata al-ma’rūf (

فورعما

) sendiri berarti yang diketahui atau dikenal, kebajikan, yang terkenal atau masyhūr, dengan secara baik atau ramah (Munawwir, 1997: 921), juga berarti fairness;with appropriate courtesy


(64)

44

(Wehr, 1976: 607) yang artinya, kejujuran, kebenaran dengan menggunakan kesopanan, rasa hormat.

Kata qaulan ma’rūfan dalam al-Quran terdapat pada lima ayat, dengan konteks yang berbeda-beda. Pertama pada Q.S. al-Baqarah: 235;

ََاَُُ َاَو

ْمُكمَُُزَأ مِ ْمُت َْكَأ ْوَأ مٌاََّمَا مةَبُْمْ ْنمم مِمب مُتْضرَع اَمْمف ْمُكَْْلَع

ۚ

نَُِ زوُرُكْذَتََ ْمُكزَأ َُا َمملَع

اافوُرْعم ااْوَ ق اوَُوُقَ ت نَأ امإ ارمَ نُوُِمعاَوُ ت ا نمكَََٰو

ۚ

مَاَكّمَا َةَِْقُع اوُممِْعَ ت َاَو

َُِلََُأ ُباَتمكَْا َغُلْ بَ ي ََٰح

ۚ

ُوُرَذْحاَف ْمُكمَُُزَأ مِ اَم ُمَلْعَ ي ََا نَأ اوُمَلْعاَو

ۚ

مْملَح روَُُغ ََا نَأ اوُمَلْعاَو

٢٩٢٦٢ ]

Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang baik. Dan janganlah kamu berazam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.

Ayat tersebut menunujukkan bahwa qaulan ma’rūfan disampaikan untuk menghadapi janda, menjelaskan tentang cara yang baik bagi seorang laki-laki yang ingin melamar janda. Bahwa diperbolehkan bagi laki-laki yang ingin melamar janda tersebut dengan hendaknya mengunakan kata-kata sindiran, yakni dengan secara tidak langsung (Ibnu Kaṡ r, 2011: 356). Perempuan yang boleh dipinang secara sindiran yaitu perempuan yang dalam masa iddah karena suaminya meninggal atau karena talak ba’in, sedangkan perempuan yang dalam iddah raj’i tidak boleh dipinang baik dengan sindiran (Kementrian Agama RI, 2011: 73).

Dalam sub bab penafsiran kata-kata sulit (tafsir al-mufradat), al-Mar g, (1985:190) mengartikan kata qaulan ma’rūfan berarti nasehat yang baik, yang


(1)

DAFTAR PUSTAKA A.Z., Mulyana. Rahasia Menjadi Guru Hebat. Grasindo.

Al-Maragi, Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maraghi, terj. Anwar Rasyidi, dkk Semarang: PT Karya Toha Putra, edisi elite.

Al-Munawwir, Ahmad Warson. 2011, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif.

Rosyid, Haya dan Shalih ibn Fauzan al-Fauzan. 2007, Keajaiban Belajar Al-Qur’an, terj. Abu Umar Basyir, M. Syukur Wahyudinhlm. Solo: Al-Qowam.

Ancok, Djamaludin dan Fuat Nashori Suroso. 2011, Psikologi Islami Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Astuti, Rahayu Puji. 2013, “Hubungan Kewibawaan Dosen terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Angkatan 2009-2010 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2013”Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2014, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Echols, John M dan Hassan Shadily. 2005, Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Gojali, Muhtar. Psikologi Islami (Sebuah Pendekatan Al-Ternatif terhadap

Teori-teori Barat) Psikologi Agama dalam

http://studykeagamaan.blogspot.co.id/2015/12/psikologi-islami-sebuah-pendekatan-al.html. Diakses pada tanggal 28 juli 2015

Hatta, Ahmad. 2009, Tafsir Qur’an Per Kata Dilengkapi dengan Ababun Nuzul dan Terjemah. Jakarta: Maghfirah Pustaka.

Hefni, Harjani. 2015, Komunikasi Islam. Jakarta: Prenadamedia Group. http://id.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 15 Mei 2015

http://tafsirhaditsuinsgdbdgangkatan2009.blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 Mei 2015


(2)

http://upi-luthfiahmad.blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 Mei 2015 https://sipencariilmu.wordpress.com. Diakses pada tanggal 20 Mei 2015 Ibnu Kasir, 2011, Tafsir Al-Quran Al-Azim. Jilid I, Beirut: Dar al-Hadis. ---, 2011, Tafsir Al-Quran Al-Azim. Jilid II, Beirut: Dar al-Hadis. ---, 2011, Tafsir Al-Quran Al-Azim. Jilid III, Beirut: Dar al-Hadis. ---, 2011, Tafsir Al-Quran Al-Azim. Jilid IV, Beirut: Dar al-Hadis.

Indrawati, Khusnu. 2011, “Hubungan Kewibawaan Guru dalam Mengajar dengan Ketaatan Siswa Mematuhi Tata Tertib Sekolah di MTs NU Salatiga tahun 2010ṭ2011”Ṭ jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Salatiga. Iqbal, Abu Muhammad. 2005, Pemikiran Pendidikan Islam Gagasan-Gagasan

Besar Para Ilmuwan Muslim. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Islahwati. 2013, “Korelasi antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Guru di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang”. jurusan Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jackson, Karl D. 1990, Kewibawaan Tradisonal Islam dan Pemberontakan. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti.

Kartono, Kartini. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis. Bandung: Mandar Maju. Kementrian Agama RI. 2011, Syamil Al-Qur’anulkarim Miracle The Reference. Kharani, Makmun. 2015, Psikologi Komunikasi dalam Pembelajaran.

Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Manurung, Rosida Tiurma. 2008, Terhempasnya Wibawa Guru: Satu Kajian Kontrastif Karya Sastra Masa Kini Dan Masa Lalu”, Jurnal Sosioteknologi.

Mu’arif, Ahmad dan Deni al-Asy’ari. 2011, Mutiara pendidikan. Yogyakarta: Naufan Pustaka.


(3)

Nurdin, Ali. “Akar Komunikasi dalam Al-Quran (Studi Tematik Dimensi Komunikasi dalam Al-quran)”, Jurnal Kajian Komunikasi, volume 2, 1 Juni 2014

Purwanto, M. Ngalim. 2009, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosydakarya.

Sadulloh, Uyoh. Pedagogik (Ilmu Mendidik).

SekJen MPR RI. 2012, Panduan Pemasyarakatan UUD Negara Replubik Indonesia Tahun 1945 Dan Ketetapan MPR RI, Jakarta.

Syarif, Mellyarti. “The Language of Mission”, Jurnal Ilmiah Dakwah dan Konseling Islam, Al-Irsyad, Vol. V, No. 9, April 2014.

Shihab, M. Quraish. 2000, Tafsir Misbah Pesan, Kesan, dan, Keserasian Al-Qur’an, Vol. I. Ciputat: Penerbit Lentera Hati.

---, 2000, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan, Keserasian Al-Qur’an, Vol. II. Ciputat: Penerbit Lentera Hati.

---, 2000, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan, Keserasian Al-Qur’an, Vol. IV. Ciputat: Penerbit Lentera Hati.

---, 2000, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan, Keserasian Al-Qur’an, Vol. VI. Ciputat: Penerbit Lentera Hati.

Sumarjo. “Ilmu Komunikasi dalam Perspektif Al-Quran”, INOVASI, Volume 8, Nomor 1, Maret 2011.

Suroso, Fuad Nashori. 2010, Agenda Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tim Pusaka Peonix. 2013, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta Barat: PT Media Pustaka Peonix.

Wibowo, Agus dan Hamrin. 2012, Menjadi Guru Berkarakter (Srategi Membangun Kompetensi & Karakter Guru). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wehr, Hans. 1976, A Dictionarry of Modern Written Arabic. New York: Spoken Language Service, Inc.

Yusuf, Kadar M. 2013, Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan. Jakarta: Amzah.


(4)

Zakiya AR, Arini. 2012, Qaulan dan Sifatnya sebagai Metode Komunikasi Efektif (Penafsiran Abdullah Yusuf Ali). Jurusan Tafsir dan Hadis Fakultas Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan KaliJaga Yogyakarta.

Aplikasi: Al-Quran Zekr Maktabah Syamilah


(5)

Lampiran

CURICULUM VITAE

Nama : Mardziyah Tri Hastuti

Tempat,Tanggal Lahir : Palembang, 12 Juni 1993

Alamat Asal : Jln. Palagan Tentara Pelajar km. 15, Perumahan Kehutanan no. 24, Pelem Sembung Purwobinangun, Pakem Sleman, Yogyakarta, 55582.

Telp/HP : 08995147160

E-mail : dziyahtriasti@gmail.com Daftar Keluarga

Bapak : Karnanto

Pekerjaan : PNS

Ibu : Budi Hartini

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Saudara : Hasbulloh Hardianto

Singgih Hananta Putra, S.Kom. Riwayat Pendidikan :

1. TK Tunas Rimba Palembang Lulus Tahun 1997-1999 2. SDN 249 Palembang Tahun 1999

3. SDN Srowolan II Yogyakarta Lulus Tahun 2000-2005 4. SMPN 3 Pakem Yogyakarta Lulus Tahun 2005-2008

5. Pondok Moderen Darussalam Putri 3 Widodaren Ngawi Tahun 2008 6. MA Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta Lulus Tahun 2009-2012 7. Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta 2012-2015 8. Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pengalaman Organisasi :

1. Kepramukaan

2. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) 3. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)


(6)

Lampiran

CURICULUM VITAE

Nama : Mardziyah Tri Hastuti

Tempat,Tanggal Lahir : Palembang, 12 Juni 1993

Alamat Asal : Jln. Palagan Tentara Pelajar km. 15, Perumahan Kehutanan no. 24, Pelem Sembung Purwobinangun, Pakem Sleman, Yogyakarta, 55582.

Telp/HP : 08995147160

E-mail : dziyahtriasti@gmail.com Daftar Keluarga

Bapak : Karnanto

Pekerjaan : PNS

Ibu : Budi Hartini

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Saudara : Hasbulloh Hardianto

Singgih Hananta Putra, S.Kom. Riwayat Pendidikan :

1. TK Tunas Rimba Palembang Lulus Tahun 1997-1999 2. SDN 249 Palembang Tahun 1999

3. SDN Srowolan II Yogyakarta Lulus Tahun 2000-2005 4. SMPN 3 Pakem Yogyakarta Lulus Tahun 2005-2008

5. Pondok Moderen Darussalam Putri 3 Widodaren Ngawi Tahun 2008 6. MA Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta Lulus Tahun 2009-2012 7. Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta 2012-2015 8. Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pengalaman Organisasi :

1. Kepramukaan

2. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) 3. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)