HANDPHONE DAN PERSELINGKUHAN DALAM TINJAUAN TEORI SOSIOLOGI EMILE DURKHEIM DI DESA SIDOREJO KECAMATAN SUKOSEWU KABUPATEN BOJONEGORO.

(1)

HANDPHONE

DAN PERSELINGKUHAN DALAM TINJAUAN

TEORI SOSIOLOGI EMILE DURKHEIM DI DESA SIDOREJO

KECAMATAN SUKOSEWU KABUPATEN BOJONEGORO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

WIWIK AYU LUKMANA

NIM. B05211051

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Wiwik Ayu Lukmana, 2015, Handphone dan Perselingkuhan dalam Tinjauan Teori Sosiologi Durkheim di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro,

Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Handphone dan perselingkuhan

Permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan perselingkuhan pasangan suami istri dengan menggunakan handphone di Desa Sidorejo, fokus kajian yang diambil dari permasalahan tersebut adalah tentang latar belakang perselingkuhan dalam penggunaan handphone serta respon masyarakat terhadap kasus perselingkuhan dengan menggunakan handphone di desa Sidorejo.

Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan tehnik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan untuk melihat fenomena sosial tentang

handphone dan perselingkuhan di desa sidorejo adalah teori kontrol sosial Emile Durkheim.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa di desa Sidorejo terdapat: 1)Perselingkuhan pasangan suami istri dengan menggunakan handphone terjadi karena pihak yang berselingkuh ingin bersenang-senang dengan orang lain yang bukan pasangannya, bosan dengan pasangan, dan bosan dengan keadaan yang ada. Oleh karena itulah mereka melakukan perselingkuhan. 2) Respon masyarakat dengan adanya kasus perselingkuhan suami istri dengan menggunakan handphone tersebut yakni negatif dikarenakan tindakan tersebut merupakan pelanggaran moral bersama. Sehingga masyarakat menggunjing mereka yang melakukan perselingkuhan dengan menggunakan handphone tersebut. Celaan dari masyarakat telah diberikan pada pasangan suami istri yang melakukan perselingkuhan dengan menggunakan


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Definisi Konseptual ... 5

F. TelaahPustaka ... 7

G. Metode Penelitian... 16

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 16

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 19

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 21

5. Teknik Pengumpulan Data ... 25

6. Teknik Analisis Data ... 27

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 28

H. Sistematika Pembahasan ... 31

BAB II : PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL – DURKHEIM ... 34


(7)

B. Teori Kontrol Sosial Perspektif Emile Durkheim ... 36

BAB III : HANDPHONE DAN PERSELINGKUHAN TINJAUAN TEORI SOSIOLOGI DURKHEIM ... 48

A. Mayarakat Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro ... 48

1. Letak Geografis Desa Sidorejo ... 46

a. Sejarah Pemerintahan Desa Sidorejo ... 49

b. Luas Wilayah Desa Sidorejo ... 51

c. Batas Wilayah Desa Sidorejo ... 51

d. Orbitasi ... 51

e. Kondisi Pemerintahan Desa ... 52

2. Sejarah Desa Sidorejo ... 53

3. Sejarah Pembangunan Desa ... 54

4. Profil Desa Sidorejo ... 54

a. Jumlah Penduduk Desa Sidorejo ... 54

b. Pendidikan ... 55

c. Keadaan Sosial Desa Sidorejo ... 57

d. Keadaan Ekonomi Desa Sidorejo... 60

e. Tenaga Kerja Desa Sidorejo... 60

f. Jenis Populasi Ternak ... 61

g. Keadaan Kesehatan Warga Desa Sidorejo ... 62

h. Data PerceraianDesaSidorejo ... 63

B. Handphone dan Perselingkuhan di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro ... 64

C. Handphone dan Perselingkuhan di Desa Sidorejo Ditinjau dari Teori Kontrol Sosial Durkheim ... 75

BAB IV : PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Jadwal Penelitian

3. Dokumentasi Penelitian dan Dokumen yang relevan 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian

5. Surat Keterangan (Bukti melakukan penelitian) 6. Kartu Konsultasi Skripsi


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu kehidupan yang berada pada setiap tatanan masyarakat tentunya akan mengalami suatu perubahan. Perubahan itu sendiri bertujuan untuk memberikan nilai-nilai baru dan mengubah kehidupan serta tatanan masyarakat.Perubahan sosial sendiri merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.1

Memasuki era globalisasi dan modernisasi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan pesat.Istilah teknologi sendiri dapat didefinisikan sebagai entitas, benda maupun tak benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk mencapai suatu nilai.Dalam penggunaan ini, teknologi merujuk pada alat dan mesin yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata.2

Perkembangan teknologi dalam aspek informasi sekarang ini memang sudah tidak dapat dihindari lagi, misalnya saja perkembangan

1

Soemardjan Selo dan Soeleman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta: Lembaga

Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1974), 23.

2

Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Bandung: Alfabeta,

2008), 15.


(9)

2

teknologi informasi dalam bentuk telepon genggam atau handphone.

Handphone juga bisa menjadi akar retaknya sebuah hubungan perkawinan. Pengaruh kuat dari adanya globalisasi dan modernisasi, masyarakat Desa Sidorejo yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani yang dahulu masyarakatnya tidak begitu peduli dengan adanya handphone semenjak para petani mengikuti perkembangan zaman yakni memiliki dan menggunakan alat komunikasi handphone sering disalahgunakan yang pada awalnya handphone merupakan alat komunikasi menjadi alat retaknya sebuah hubungan perkawinan yaitu dengan perselingkuahan, yang semestinya tujuan perkawinan tidak untuk saling menyakiti.

Perkawinan bagi manusia bukan sekedar persetubuhan antara jenis kelamin yang berbeda sebagaimana makhluk lainnya, tetapi perkawinan bertujuan membentuk keluarga bahagia dan kekal, bahkan dalam pandangan masyarakat adat perkawinan itu bertujuan untuk membangun, membina, dan memelihara hubungan kekerabatan yang rukun dan damai.3

Akan tetapi pula diketahui bahwa tidak selalu tujuan perkawinan itu dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan, walaupun telah di usahakan sedemikian rupa, bahkan sebaliknya tidak terdapatnya kesempatan antara suami dan istri sampai menimbulkan permusuhan antara keduanya walaupun telah diusahakan dengan sungguh-sungguh untuk menghindarinya.

3

Hilman Hadikusumo, Hukum Perkawinan Adat (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,

1995), 22.


(10)

3

Berbagai fenomena dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik membahas permasalahan yaitu yang berjudul “Handphone dan Perselingkuhan dalam Tinjauan Teori Sosiologi Emile Durkheim di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro)”.

B. Rumusan Masalah

Peneliti mengambil fokus penelitian dengan mengajukan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apa yang melatar belakangi perselingkuhan dalam penggunaan

handphone di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro?

2. Bagaimana respon masyarakat terhadap kasus perselingkuhan dengan menggunakan handphone di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pada penelitian yakni untuk mengetahui :

1. Latar belakang perselingkuhan dalam penggunaan handphone di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro.

2. Respon masyarakat terhadap kasus perselingkuhan dengan menggunakan handphone di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya tujuan yang dicapai dalam penelitian ini, maka di harapkan dapat memberi manfaat antara lain :


(11)

4

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya, serta dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang sejenis sehingga lebih mampu mengaktualisasikan fenomena tersebut dalam karya yang lebih baik dimasa yang akan datang.

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah pengetahuan serta pemahaman yang berhubungan dengan masalah sosial yakni penyalahgunaan handphone yang akibatnya menjadi retaknya sebuah perkawinan yang telah terjadi didalam masyarakat desa Sidorejo.Dan dapat meningkatkan kompetensi di dalam bidang penelitian.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi bagi setiap masyarakat agar dapat memahami berbagai sebab dan akibat yang dapat ditimbulkan dari perilaku perselingkuhan.Diharapkan agar setiap suami maupun istri dapat menjadi lebih berhati-hati dalam bersikap dan berperilaku agar tidak sampai terlibat ke dalam hubungan perselingkuhan.

Khususnya bagi para suami atau istri yang menggunakan alat komunikasi handphone yakni di pergunakan sebagaimana mestinya, penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan kesadaran


(12)

5

bahwa apa yang dilakukan selama ini adalah bukan hal baik. Timbulnya kesadaran dapat secara perlahan mengarahkan individu untuk sedikit demi sedikit memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik dan positif di kemudian hari.

E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan penjelasan dari setiap kata dalam judul penelitian yang membutuhkan sebuah penjelasan yang lebih lanjut.Difinisi konsep itu sendiri berguna untuk menjelaskan kepada setiap pembaca.Yang mana tujuannya adalah menghindari kesalah pahaman dalam mengartikan maksud dari judul penelitian tersebut.

Untuk menghindari adanya kesalahan pengertian dalam memahami judul.Maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang telah terdapat dalam judul penelitian itu sendiri. Oleh sebab itu peneliti akan memberikan definisi yang ada di dalam setiap kata yang digunakan dalam judul, dan agar diketahui akan makna nya. Yakni dengan judul “Handphone dan Perselingkuhan dalam Tinjauan Teori Sosiologi Durkheim di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro”. Adapun definisi konseptualnya adalah sebagai berikut :

1. Handphone

Telepon menurut J.S Badudu “adalah pesawat untuk bercakap-cakap jauh menggunakan kawat dan listrik”.4 Sedangkan genggam menurut sumber yang sama adalah “jari yang dibungkukkan hampir

4

J.S Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia(Jakarta: Pusat Sinar Harapan, 1994),

1460.


(13)

6

seperti tinju yang kosong di tengah-tengahnya: kepalan, Menggenggam, memegang sesuatu dengan tangan terkepal.5

Handphone adalah alat komunikasi, baik jarak dekat maupun jarak jauh dan merupakan alat komunikasi lisan atau tulisan yang dapat menyimpan pesan dan sangat praktis untuk dipergunakan sebagai alat komunikasi karena bisa dibawa kemana saja. Sebab itulah handphone

sangat berguna untuk alat komunikasi jarak jauh yang semakin efektif dan efisien. Selain perangkatnya yang bisa dibawa ke mana-mana dan dapat dipakai di mana saja.6

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa telepon genggam adalah pesawat untuk bercakap-cakap jauh yang dapat di genggam atau di bawa kemana saja, tanpa menggunakan kawat tetapi listrik atau daya yang di simpan dalam baterai.

2. Perselingkuhan

Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari oleh tiga unsur yakni saling ketertarikan, saling ketergantungan, saling memenuhi secara emosional dan seksual.Perselingkuhan tidak selalu berarti hubungan yang melibatkan kontak seksual.Sekalipun tidak ada kontak seksual, tetapi kalau sudah ada saling ketertarikan, saling

5

J.S Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Sinar Harapan, 1994), 450.

6

Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar, Jakarta, 23 Desember

2011www.edukasi.kompasiana.com.


(14)

7

ketergantungan, dan saling memenuhi di luar pernikahan, hubungan semacam itu sudah bisa dikategorikan sebagai perselingkuhan.7

Tahapan ketertarikan, yang terdiri dari ketertarikan secara fisik atau pun emosional.Karena tertarik pada seseorang, mulailah kita bercakap-cakap dan menjalin hubungan dengannya.Setelah itu, kita mulai merasa tergantung dengannya.Kita merasa membutuhkan dia. Saat dia tidak hadir, kita merasa tidak nyaman, sehingga kita mulai menanti-nantikan dia.

Jadi walaupun hubungan yang terjalin tidak diwarnai oleh hubungan seks, namun tetap membahayakan keutuhan perkawinan karena hubungan ini dapat menjadi lebih penting daripada perkawinan itu sendiri.

F. Telaah Pustaka

Berdasarkan pada gambaran umum tema penelitian yang berhubungan dengan judul yang diangkat oleh peneliti yaitu “Handphone

dan Perselingkuhan dalam Tinjauan Teori Sosiologi Durkheim di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro)” sebagaimana gambaran umum didalam tema penelitian tersebut adalah yang berhubungan dengan handphone dan perselingkuhan.

Handphone atau atau yang bisa disebut telepon genggam dan yang sering dikenal dengan nama ponsel adalah sebuah alat elektronik yang digunakan untuk telekomunikasi radio dua arah melalui jaringan seluler

7

Glass dan Staeheli, Permasalahan Perkawinan (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

2003), 45.


(15)

8

dati BTS yang dikenal sebagai situs-sel. Ponsel berbeda dari telepon tanpa kabel, yang hanya menawarkan layanan telepon dalam jangkauan terbatas melalui stasiun pangkalan tunggal yang menempel pada garis tanah tetap, misalnya didalam rumah atau kantor.8

Handphone atau biasa disebut Telepon Genggam merupakan perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel.9

Setiap orang memberi pendapat yang berbeda pada sarana komunikasi yang bernama telepon genggam.Dimaknai sebagai fungsinya sebagai alat komunikasi tapi juga tak jarang menjadi sebuah retaknya hubungan rumah tangga.Dalam fungsinya, telepon genggam tidak memperdulikan bentuk, model, dan merek. Selama ia telah bisa menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi (berbicara dan mengirim pesan) telepon genggam atau handphone telah menyelesaikan tugasnya. Namun dalam hubungan rumah tangga yakni di Desa Sidorejo handphone

tidak lagi sekedar menjadi alat komunikasi.Ia telah menjadi penyebab retaknya sebuah perkawinan.

Selingkuh, dari segi bahasa saja sudah mengandung makna negatif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, selingkuh mempunyai makna yang banyak, yakni: tidak berterus terang, tidak jujur atau serong, suka

8

http://www.definisi.wordpres.com/pengertian.com Diakses 18 Desember 2007.

9

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006),

363.


(16)

9

menyembunyikan sesuatu, korup atau menggelapkan uang, memudah-mudahkan perceraian. Kelima-limanya dapat terjadi pada waktu, kondisi apapun dan dapat ditimbulkan oleh siapapun.Kelima-limanya tersebut tidak disukai oleh agama dan telah disebut dengan pelanggaran, melanggar perintah Allah. Jika kelima-limanya tersebut terjadi dalam keluarga maka telah terjadi perselingkuhan dalam keluarga.

Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari oleh tiga unsur: saling ketertarikan, saling ketergantungan, saling memenuhi secara emosional dan seksual. Perselingkuhan tidak selalu berarti hubungan yang melibatkan kontak seksual. Sekalipun tidak ada kontak seksual, tetapi kalau sudah ada saling ketertarikan, saling ketergantungan, dan saling memenuhi di luar pernikahan, hubungan semacam itu sudah bisa kita kategorikan sebagai perselingkuhan.

Adapun dalam penelitian terdahulu yang mana bisa dijadikan sebagai acuan untuk menunjukkan orisinalitas penelitian dan dianggap cukup relevan yakni:

1. Penelitian yang berjudul “Handphone Sebagai Gaya Hidup (Studi kasus di kalangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya)”,skripsi tersebut ditulis oleh


(17)

10

Nurmasbahah, Fakultas Dakwah, Program Studi Sosiologi, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Juni 2011.10

Adapun yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah gaya hidup Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya dibangun melalui kepemilikan handphone ?

b. Faktor apakah yang mempengaruhi keputusan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya dalam memilih handphone ?

Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif karenadalam penelitin tersebut dituntut untuk memperdalan data.Data yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif dan dianalisis dengan teori tindakan Max Weber dan teori Simbolik George Simmel.

Kesimpulan penelitian tersebut menyebutkan dalam fakta yang terjadi dilapangan gaya hidup mahasiswa Fakultas Ekonomi dan bisnis dalam penggunaan handphone mereka selalu mengikuti perkembangan yang terjadi seperti merk handphone yang mereka pakai, cara gaya hidup mereka yang ditunjukkan dengan pakaian yang bermode, dan ada sebagian dari mereka yang menggunakan merk handphone. Handphone yang mereka pakai merupakan simbol yang digunakan sebagai alat elektronik yang wajib dimiliki oleh seorang mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam kesehariannya

10

Nurmasbahah, Handphone Sebagai Gaya Hidup Studi kasus di kalangan Mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya, (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011)


(18)

11

dan mereka bisa berbagi informasi secara cepat dan mudah kepada teman-teman mereka.Jadi, handphone yang mereka pakai dalam kehidupan sehari-hari merupakan kebutuhan yang wajib untuk dimiliki.

Alasan peneliti memilih penelitian tersebut dikarenakan sama-sama mengkaji tentang dampak handphone terhadap suatu permasalahan di masyarakat.Sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.

Adapun perbedaannya yakni di dalam penelitian skripsi tersebut dampak handphone nya lebih condong pada aspek gaya hidup sedangkan peneliti lebih fokus kepada dampak handphone terhadap kasus perselingkuhan. Di dalam penelitian tersebut handphone

merupakan hal yang wajib dimiliki oleh mahasiswa yakni digunakan untuk berbagi informasi kepada teman-temannya juga sebagai gaya hidup yang untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam kesehariannya, sedangkan peneliti memfokuskan pada dampak handphone yang disalahgunakan kepada pasangan suami istri untuk berhubungan dengan orang lain yang bukan pasangan dan menimbulkan suatu permasalahan rumah tangga di Desa Sidorejo.

2. Penelitian yang berjudul “Tinjauan Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama Terhadap Pandangan Hakim Pengadilan Agama Surabaya tentang Kedudukan Alat Bukti Elektronik dalam Sidang Pembuktian Kasus Perceraian karena Perselingkuhan”, skripsi tersebut ditulis oleh


(19)

12

Latif Mustofa, Fakultas Syariah, Jurusan Ahwalus Syakhsiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2011.11

Adapun yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana pandangan hakim Pengadilan Agama Surabaya tentang kedudukan alat bukti elektronik dalam sidang pembuktian kasus perceraian karena perselingkuhan?

b. Apa dasar hukum yang dipakai oleh hakim Pengadilan Agama Surabaya dalam pandangannya?

c. Bagaimana tinjauan hukum acara perdata Pengadilan Agama terhadap pandangan hakim Pengadilan Agama Surabaya tentang kedudukan alat bukti elektronik dalam sidang pembuktian kasus perceraian karena perselingkuhan dengan hukum acara Pengadilan Agama?

Penelitian tersebut adalah penelitian hukum lapangan yang dianalis secara kualitatif dengan melakukan pendekatan hukum.Penulisan skripsi tersebut menggunakan teknik deskripstif analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif, yaitu menggambarkan hasil penelitian secara sistematis dengan diawali teori atau dalil yang bersifat umum tentang pembuktian.Pendekatan deskriptif analisis dipergunakan untuk menggambarkan pandangan Hakim Pengadilan Agama Surabaya

11

Latif Mustofa, Tinjauan Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama Terhadap

Pandangan Hakim Pengadilan Agama Surabaya tentang Kedudukan Alat Bukti Elektronik dalam Sidang Pembuktian Kasus Perceraian karena Perselingkuhan, (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011)


(20)

13

tentang kedudukan alat bukti elektronik dalam sidang pembuktian kasus perceraian karena perselingkuhan di Pengadilan Agama.

Alasan peneliti memilih penelitian tersebut dikarenakan sama-sama meneliti tentang kasus perselingkuhan yang penyebabnya yakni alat komunikasi elektronik.

Ada pun perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian tersebut yakni dalam segi hukumnya dan dalam segi pandangan sosiologisnya.Peneliti lebih condong kepada aspek sosiologis yakni dampak modernisasi yang berupa alat elektronik

handphone kepada kasus perselingkuhan.Sedangkan pembanding lebih condong pada ranah hukumnya.

3. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi

Handphone (HP) terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan”, skripsi tersebut ditulis oleh Ahmad Fadilah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.12

Adapun yang dikaji dalam penelitian ini adalah Seberapa besar pengaruh penggunaan handphone terhadap aktivitas

belajar siswa?

Dalam penulisan skripsi tersebut menggunakan penelitian

kuantitatif dengan menggunakan “metode statistik deskriptif analisis

yaitu metode yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau 12

Ahmad Fadilah, Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP) terhadap

Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan, (Skripsi: UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, 2011)


(21)

14

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik berupa alami maupun rekayasa manusia dengan sifat kajiannya menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi” dan ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (field research) yaitu mengumpulkan data dari objek yang diteliti. Adapun untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data diantaranya observasi, interview (wawancara) dan angket atau kuesioner.

Alasan peneliti memilih penelitian tersebut dikarenakan sama-sama mengkaji tentang pengaruh handphone yang menjadikan suatu permasalahan.

Adapun perbedaannya yakni di dalam penelitian skripsi tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif, peneliti sendiri menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaan yang lainnya yakni penelitian tersebut dampak handphone nya lebih condong pada aktivitas belajar Sisws, sedangkan peneliti lebih fokus kepada dampak

handphone terhadap kasus perselingkuhan.

4. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Handphone Terhadap Pola Pemikiran Remaja di Era Globalisasi (Studi Kasus Terhadap 15 Remaja Pedukuhan II Dukuh Kilung, Kranggan, Galur, Kulon Progo)” skripsi tersebut ditulis oleh Nesy Aryani Fajrin, Fakultas Ushuludin


(22)

15

dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.13

Dalam penulisan skripsi tersebut merupakan penelitian lapangan

(field research), dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara, dokumentasi.

Alasan peneliti memilih penelitian tersebut yakni dikarenakan sama-sama meneliti tentang dampak handphone, sama-sama menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Adapun perbedaannya yakni penelitian tersebut meneliti pengaruh

handphone yang menciptakan nilai-nilai, norma, kebudayaan, gaya hidup, dan ideologi baru bagi remaja dalam masyarakat desa. Peneliti sendiri yakni meneliti pengaruh handphone yang disalahgunakan sebagai alat komunikasi dengan orang lain yang menyebabkan perselingkuhan dengan menggunakan handphone.

Alasan peneliti tertarik untuk meneliti tentang handphone dan perselingkuhan pasangan suami istri di Desa Sidorejo yakni karena permasalahan rumah tangga yang terjadi pada masyarakat Desa Sidorejo tersebut belum pernah diteliti oleh pihak lain manapun. Selain hal itu permasalahan tersebut masih hangat dan masih jadi berbincangan wargamasyarakat Desa Sidorejo. Bahkan hampir semua masyarakat Desa Sidorejo megetahui akan permasalahan rumah tangga tersebut.Oleh karena 13

Nesy Aryani Fajrin, Pengaruh Penggunaan Handphone Terhadap Pola Pemikiran Remaja di

Era Globalisasi (Studi Kasus Terhadap 15 Remaja Pedukuhan II Dukuh Kilung, Kranggan, Galur, KulonProgo)”, (Skripsi: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013)


(23)

16

itu peneliti tertarik untuk meneliti kasus perselingkuhan pasangan suami istri dengan menggunakan handphone di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan didalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan oleh peneliti untuk tahapan didalam melakukan penelitian. Menurut Dedy Mulyanna metode adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.14

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif. Penelitian diskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

Sedangkan penelitian deskriptif menurut Mardalis adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku.Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini

14

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma baru Ilmu Komunikasi

dan Sosial lainnya (Bandung: PT remaja Rosdakarya,2008), 145.


(24)

17

terjadi atau ada.15Jadi, dalam penelitian ini peneliti berusaha meneliti seberapa besar dampak handphone dalam kasus perselingkuhan di Desa Sidorejo.

Sedangkan jenis dari penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasikan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang di amati.16

Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya”.17

2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Desa Sidorejo, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut yakni di lokasi tersebut terdapat masalah sosial yang belum pernah di teliti oleh pihak lain, di karenakan lokasi tersebut masih primitif

15

Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal(Jakarta: Bumi Aksara, 2003),

26.

16

Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif( Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2002), 03.

17

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991),

121.


(25)

18

atau desa, dapat di katakan jauh dari perkotaan dan mata pencahariannya mayoritas sebagai petani. Dan juga kasus tersebut termasuk masih hangat dalam permasalahan desa tersebut.

b. Waktu penelitian

Dalam melakukan penelitian yang berjudul ‘‘HandPhone

dan Perselingkuhan (Studi Kasus Dampak Handphone dalam Munculnya Perkara Perselingkuhan di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro)”. Peneliti telah menentukan waktu yang digunakan di dalam melakukan proses penelitian. Waktu didalam proses penelitian tersebut adalah ketika pertama kali peneliti melakukan observasi atau pengamatan di lokasi penelitian, pra studi lapangan, studi lapangan atau proses penelitian, dan pembuatan laporan penelitian. Sebagaimana waktu penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1

Waktu Penelitian

No. Tahap penelitian Waktu penelitian

1. Pra studi lapangan 01april – 08 april 2015

2. Studi lapangan 11 april – 12 mei 2015


(26)

19

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Peneliti memilih subyek penelitian yakni kepada masyarakat Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kebupaten Bojonegoro yang melakukan perselingkuhan dengan menggunakan Handphone, dan juga masyarakat sekitar seperti tetangga yang melakukan perselingkuhan.Alasan peneliti untuk mengambil subyek informan tersebut karena peneliti beranggapan bahwa para informan tersebut dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

Sumber data merupakan sumber dari mana data itu di peroleh,berdasarkan jenisnya sumber data menurut Arikanto Suharsimi dapat dibedakan menjadi dua yaitu, data primer dan data sekunder.18 a. Data Primer yakni data yang diperoleh dari hasil wawancara atau

informasi dari informan, yaitu orang yang berpengaruh dalam proses perolehan data atau bisa disebut key member yang memegang kunci utama sumber data penelitian ini, karena informan merupakan seseorang yang benar-benar tahu dan terlibat dalam kasus perselingkuhan di Desa Sidorejo. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer diantaranya adalah masyarakat Desa Sidorejo yang melakukan perselingkuhan dengan menggunakan Handphone, dan juga masyarakat sekitar seperti tetangga yang melakukan perselingkuhan, tak lupa peneliti juga

18

Arikanto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Jakarta:PT Rineka

Cipta, 1996), 144.


(27)

20

memilih subyek penelitian yakni kepada kepala desa Desa Sidorejo. Dapat dilihat pada tabel 1.2, 1.3, dan 1.4 di bawah ini :

Tabel 1.2

Daftar Nama Key Informan

No Nama Pekerjaan

1. Bapak Maman Petani

2. Putri Wiraswasta (pemilik kios)

3. Mawar Ibu rumah tangga

4. Saranghai Ibu rumah tangga

Tabel 1.3

Daftar Nama Informan Masyarakat Sekitar

No. Nama Pekerjaan

1. Yogi Karang taruna .

2. Samson Kamituwo

3. Melati Ibu rumah tangga

b. Data Sekunder

Data sekunder yakni data berasal dari sumber kedua atau dari instansi baik dalam bentuk laporan maupun data sekunder lainnya atau dari teks book.19Data ini adalah data-data yang dapat di ambil

19

Yuswianto. Metodologi Penelitian (Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2002), 60.


(28)

21

dari opini, koran, artikel, gambar-gambardan lain sebagainya yang dapat mendukung data yang dibutuhkan oleh peneliti dilokasi penelitian dan diperoleh peneliti dari hasil dokumentasi gambar-gambar, profil desa, beserta profil lembaga-lembaga.

4. Tahap-tahap Penelitian

Di dalam penelitian kualitatif, peneliti memerlukan tahapan-tahapan sebagi berikut:

a. Tahap Pra Lapangan.

Dalam tahapan pra lapangan ini yang mana tahap yang digunakan oleh peneliti sebelum masuk ke lapangan obyek studi.20

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Di dalam menyusun rancangan penelitian itu sendiri yang mana peneliti berangkat dari permasalahan yang akan diangkat didalam penelitian.

2) Memilih lapangan penelitian

Sebagaimana memilih lapangan penelitian yang mana sesuai dengan rumusan masalah yang sudah diangkat oleh peneliti, karena dengan berpijak pada rumusan masalah tersebut peneliti dapat memilih lokasi penelitian yang sesuai dan memberikan kelengkapan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

20

Kasiram, Metode Penelitian Kualitatif-Kuantitatif (Malang: Uin Maliki Press, 2010),

281.


(29)

22

3) Mengurus Perijinan

Perijinan merupakan salah satu hal yang penting didalam melakukan proses penelitian. Dengan adanya perijinan tersebut dapat mempermudahkan peneliti didalam melakukan proses penelitian. Dan peneliti juga telah melakukan prosedur yang benar sebelum memasuki lokasi penelitian dengan ijin terlebih dahulu.

4) Penilain Lokasi Penelitian

Di dalam penilaian lokasi penelitian merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh peneliti dalam melihat lokasi penelitian yang berhubungan dengan situasi, kondisi, latar, beserta konteksnya. Yang mana peneliti melihat terdapat kesesuain atau tidak dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti. 5) Memilih Informan

Sehubungan dengan informan yang akan digunakan didalam pengumpulan data dalam penelitian, maka informan yang dipilih oleh peneliti harus benar-benar mengetahui dan memahami akan kondisi yang berada di lokasi penelitian. Di dalam pemilihan informan tidak hanya satu sumber saja yang diambil melainkan harus ada sumber lain guna mencapai kevaliditasan data.


(30)

23

6) Etika di dalam penelitian

Etika didalam penelitian merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti yang mana tetap berpegang pada nilai dan norma yang berada di masyarakat pada umumnya. Sebelum melakukan penelitian dilapangan peneliti harus bersikap sopan, dan berpura-pura tidak mengetahui keadaan yang berada dilapangan, peneliti harus menjadi pendengar yang baik, dan tidak bersikap menggurui serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami.Dengan etika seperti ini dapat terjalin pola interaksi yang sangat baik antara peneliti dengan informan sehingga tidak merasa canggung.Sebagaimana didalam latar penelitian ini berada di perkampungan dimana banyak terdapat pendatang yang berada di luar daerah.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan.

Pada tahap ini peneliti akan melakukan penelitian baik kepada setiap informan maupun lokasi penelitian yang bersangkutan. Sebagaimana tahap pekerjaan lapangan ini peneliti telah masuk di dalam proses penelitian. Ketika peneliti masuk di dalam proses penelitian yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah menjalin hubungan atau interaksi terlebih dahulu dengan subyek atau informan, dengan begitu akan mempermudah peneliti didalam penggalian data. Kemudian setelah peneliti memahami latar penelitian, dilanjutkan pada proses pegumpulan data. Dengan tahap


(31)

24

memperoleh data baik dengan cara primer ataupun sekunder. Tahap pekerjaan lapangan ini dilakukan oleh peneliti dalam proses penggalian data dan digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti. c. Tahap analisis data.

Di dalam tahap analisis data itu sendiri peneliti akan mengadakan suatu analisis data yang sudah diperoleh oleh peneliti dilapangan. Yang mana data yang didapatkan oleh peneliti benar-benar valid dan akurat serta dapat menjawab permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti. Sebagaimana data yang diperoleh oleh peneliti yang berasal dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi diolah dan dikelompokkan sehinga dapat dideskripsikan untuk dianalisis hasil perolehan data dilapangan. Dan tujuan dari analisis data itu sendiri digunakan untuk mengetahui kevalitan data yang diperoleh oleh peneliti dari setiap informan yang berada di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu.

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan merupakan tahap terakhir dari berbagai tahap-tahapan di dalam penelitian. Apabila segala bentuk kebutuhan didalam proses penggalian data sudah terkumpul maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pada permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Setelah peneliti mendapatkan data atau temuan dari lokasi penelitian dan dianalisis untuk mengetahui


(32)

25

kebenarannya, maka peneliti bisa menuliskan serta menyusunya dalam laporan penelitian.Penulisan laporan penelitian itu sendiri berhubungan dengan hasil dari temuan data yang berada dilapangan yang mana menjawab permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data merupakan suatu upaya sistematik untuk memperoleh informasi tentang obyek penelitian (Manusia, obyek, gejala dan sebagainya) dan setting terjadinya.Pengumpulan data yang tidak sistematis sering menimbulkan kekeliruan dan tidak dapat menjawab masalah penelitian dengan saksama.21

a. Observasi

Observasi merupakan suatu tehnik yang telah dilakukan oleh peneliti dalam pencarian data pada penulisan kualitatif. Pengamatan yang akan dilakukan yaitu dengan melihat kondisi yang berada di kawasan obyek penelitian.22

Dengan observasi sebagai alat pengumpulan data, dimaksudkan observasi dilakukan secara sistematis bukan observasi sambil-sambilan atau secara kebetulan saja.Dalam observasi ini diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang

21

Sandjaja dan albertus heriyanto, Panduan Penelitian (Jakarta: Prestasi Pustaka,2006), 47.

22

Agus salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku sumber untuk Penelitian

Kualitatif (Yogyakarta: Tiara Wacana,2006), 14.


(33)

26

sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk memengaruhi, mengatur atau memanipulasi.23

Dalam observasi ini peneliti terjun langsung ke masyarakat Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro, yakni mengamati bagaimana perselingkuhan dengan menggunakan

handphone tersebut dan dampaknya, serta latar belakang kasus perselingkuhan itu terjadi.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu di lakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.24

Tujuan peneliti menggunakan metode ini yakni untuk memperoleh data secara jelas dan kongkret tentang perilaku perselingkuhan di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro.Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan wawancara dengan masyarakat di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro yang melakukan kasus perselingkuhan dengan menggunakan handphone, dan juga masyarakat sekitar seperti tetangga.

23

Nasution, Metode Research(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 106.

24

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991),

135.


(34)

27

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa.

Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.

Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang perilaku yang tidak jujur terhadap pasangan dengan menggunakan alat komunikasi handphone pada masyarakat Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro.

Dalam metode ini peneliti mengumpulkan foto-foto yang bisa menjadi bukti terhadap kasus perselingkuhan, catatan-catatan yang berupa informasi dari pihak istri atau pun suami, serta dokumen-dokumen lainnya.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang


(35)

28

dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.25

Setelah data terkumpul, kemudian penulis melakukan analisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu bahwa dalam menganalisis penulis berkeinginan menggambarkan secara tepat sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.26Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sidorejo, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Di dalam sebuah penelitian dengan data yang sudah terkumpul dan di analisa tidak akan terlepas dari kesempurnaan data, kekurangan data yang nantinya bisa menimbulkan kesalahpahaman pada data yang sudah terkumpul dan juga menghindari ketidak benaran data, dengan tujuan agar hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan, maka perlu pengecekan data, apakah data itu valid atau tidak.

Adapun teknik yang dapat dilakukan untuk memperoleh kevalidan data sebagai berikut:

25

Hadari Nawawi dan Mimi Murtini, Penelitian Terapan (Yopgyakarta: Gajah Mada

University Press, 1994), 190-191.

26

Amiriddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada,2006), 25.


(36)

29

a. Perpanjangan keikutsertaan

Sebagaimana telah diketahui, peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrument utama penelitian.Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.Keikutsertaan tersebut tidak hanya di lakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.Perpanjangan ini dilakukan untuk mengantisipasi ketidakbenaran informasi yang diperoleh.Disamping itu, perpanjangan keikutsertaan juga dimaksudkan untuk membangun kepercayaan para subyek terhadap peneliti dan juga kepercayaan subyek memerlukan waktu yang cukup lama.27

b. Triangulasi

Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan/ sebagai pembanding terhadap data itu.28 Data yang diperoleh dari satu sumber akan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber yang lain dengan berbagai teknik dan waktu yang berbeda. Sebagai contoh data yang diperoleh dari bawahannya atau data yang diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan obsevasi dan dokumentasi dalam waktu yang berbeda.

27

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda

Karya,1991), 177.

28

Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2002), 330.


(37)

30

Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.29 Untuk itu peneliti mencapainya dengan jalan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

c. Menggunakan bahan referensi

Yaitu adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.Sebagai contoh, data hasil ineterview perlu didukung dengan adanaya rekaman inteview.Data tentang interaksi manusia/ gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif, seperti kamera, alat rekam, suara sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan peneliti. Selain itu dalam laporan penelitian, data-data yang ditemukan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya.30

29

Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2002), 330.

30

Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif( Bandung: Alfabeta, 1995), 129.


(38)

31

d. Triangulasi Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan kevalidan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi dimaksudkan sebagai pembanding dan pengecek hasil data dari wawancara, sehingga data yang di dapat setelah melakukan triangulasi akan menjadi obyektif. Teknik triangulasi yang banyak digunakan yaitu pemeriksaan melalui sumber lainnya.

Dalam teknik triangulasi ini banyak cara yang bisa digunakan untuk mengecek kesulitan data, tetapi peneliti hanya bisa menggunakan dua cara, yaitu:

Pertama, triangulasi dengan sumber yakni berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

Kedua, triangulasi dengan metode berarti peneliti mengecek keabsahan data dari beberapa teknik pengumpulan data (observasi, wawancara dan dokumen).Dalam hal ini peneliti membandingkan hasil informasi dari beberapa informan.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan atau penelitian diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah-langkah pembahasan sebagai berikut:


(39)

32

1. Bab I

Pada bab ini merupakan gambaran yang berhubungan dengan penelitian yang mana menjelaskan tentang obyek yang diteliti. Memuat gambaran tentang latar belakang yang menjelaskan tentang alasan atau sebab dan akibat peneliti menggangkat permasalahan tersebut, menentukan rumusan masalah yang mana memuat permasalahan yang akan dijawab didalam penelitian. Telaah pustaka sebagaimana berhubungan dengan gambaran secara umum tema penelitian yang diangkat oleh peneliti dan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pedoman akan perbedaan kajian penelitian yang diangkat oleh peneliti. Tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, metode penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai tahapan didalam melakukan penelitian, yang mana meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu didalam penelitian, tahap penelitian, tahap pengumpulan data, tahap analisis data serta pemeriksaan keabsahan data.

2. BAB II

Pada Bab II kali ini peneliti mengkaji tentang teori yang digunakan didalam penelitian tersebut.Sebagaimana teori yang sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti.Teori yang sudah ada direlavansikan dengan permasalahan yang sudah diangkat oleh peneliti.


(40)

33

3. BAB III

Didalam Bab III ini peneliti mengkaji tentang penyajian dan Analisis Data.Sebagaimana didalam analisis data tersebut peneliti menjelaskan tentang data yang telah diperoleh dilapangan sebagaimana dapat menjawab permasalahan yang diangkat oleh peneliti.Hasil data yang sudah ditemukan oleh peneliti dibentuk dengan analisis deskriptif, dengan mendeskripsikan hasil penelitian.Kemudian setelah dianalisis dikorelasikan dengan teori yang relavan atau sesuai.Penyajian data tersebut meliputi data yang diperoleh dilapangan baik berhubungan dengan profil lokasi penelitian, gambaran peristiwa yang mana mendukung konteks penelitian.

4. BAB IV

Pada Bab IV ini berisi penutup, yang mana berisi kesimpulan dari hasil penelitian. Kesimpulan pada Bab ini menjadi sangat penting karena berisi intisari dari hasil akhir penelitian di dalam penelitian. Saran bisa ditujukan kepada subyek penelitian atau pihak terkait dan berisikan informasi dari peneliti tentang penelitian yang sudah dilakukan.


(41)

BAB II

PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL -

DURKHEIM

A. Perselingkuhan

Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari oleh tiga unsur yakni saling ketertarikan, saling ketergantungan, saling memenuhi secara emosional dan seksual. Perselingkuhan tidak selalu berarti hubungan yang melibatkan kontak seksual. Sekalipun tidak ada kontak seksual, tetapi kalau sudah ada saling ketertarikan, saling ketergantungan, dan saling memenuhi di luar pernikahan, hubungan semacam itu sudah bisa dikategorikan sebagai perselingkuhan.31

Tahapan ketertarikan, yang terdiri dari ketertarikan secara fisik atau pun emosional. Karena tertarik pada seseorang, mulailah kita bercakap-cakap dan menjalin hubungan dengannya. Setelah itu, kita mulai merasa tergantung dengannya. Kita merasa membutuhkan dia. Saat dia tidak hadir, kita merasa tidak nyaman, sehingga kita mulai menanti-nantikan dia.

Jadi walaupun hubungan yang terjalin tidak diwarnai oleh hubungan seks, namun tetap membahayakan keutuhan perkawinan karena hubungan

31

Glass dan Staeheli, Permasalahan Perkawinan (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

2003), 45.


(42)

35

ini dapat menjadi lebih penting dari pada perkawinan itu sendiri. Seperrti halnya memasuki era globalisasi dan modernisasi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan pesat. Misalnya saja ilmu perkembangan teknologi informasi dalam bentuk telepon genggam atau handphone.

Handphone sendiri adalah alat komunikasi, baik jarak dekat maupun jarak jauh dan merupakan alat komunikasi lisan atau tulisan yang dapat menyimpan pesan dan sangat praktis untuk dipergunakan sebagai alat komunikasi karena bisa dibawa kemana saja. Sebab itulah handphone

sangat berguna untuk alat komunikasi jarak jauh yang semakin efektif dan efisien. Selain perangkatnya yang bisa dibawa ke mana-mana dan dapat dipakai di mana saja.32

Dengan adanya rasa saling ketertarikan, saling ketergantungan, dan saling memenuhi di luar pernikahan, maka orang yang melakukan hal tersebut sudah dikategorikan sebagai perselingkuhan. Sama halnya perselingkuhan dengan menggunakan handphone yakni dengan hubungan lewat handphone yang semestinya handphone merupakan alat untuk komunikasi akan tetapi disalahgunakan yakni untuk komunikasi dengan orang lain yang bukan suami atau istri dilandasi pula rasa ketertarikan dan saling ketergantungan, dan saling memenuhi diluar pernikahan. Maka hal tersebutlah dikategorikan sebagai perselingkuhan dengan menggunakan

handphone.

32

Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar, Jakarta, 23 Desember

2011www.edukasi.kompasiana.com.


(43)

36

B. Teori Kontrol Sosial Perspektif Emile Durkheim

Emile Durkheim dari Perancis adalah salah seorang tokoh penting yang memperkembangkan Sosiologi dengan ajaran-ajaran yang klasik. Di dalam teori-teorinya tentang masyarakat, Durkheim menaruh perhatian yang besar terhadap kaidah-kaidah hukum yang dihubungkan dengan jenis-jenis solidaritas yang dijumpai dalam masyarakat. Hukum dirumuskannya sebagai suatu kaidah yang bersanksi. Berat ringannya sanksi senantiasa tergantung dari sifat pelanggaran, anggapan-anggapan serta keyakinan masyarakat tentang baik buruknya suatu tindakan dan peranan sanksi-sanksi tersebut dalam masyarakat.33Dengan demikian, maka kaidah-kaidah hukum dapat diklasifikasikan menurut jenis-jenis sanksi yang menjadi bagian utama dari kaidah hukum tersebut. Di dalam masyarakat dapat ditemukan 2 macam kaidah hukum, yaitu yang represif dan yang restitutif.

Di dalam masyarakat akan dapat dijumpai kaidah-kaidah hukum yang sanksi-sanksinya mendatangkan penderitaan bagi mereka yang melanggar kaidah hukum yang bersangkutan. Sanksi kaidah-kaidah hukum tersebut menyangkut hari depan dan kehormatan seorang warga masyarakat, atau bahkan merampas kemerdekaan dan kenikmatan hidupnya. Kaidah-kaidah hukum tersebut merupakan kaidah-kaidah hukum yang represif yang merupakan hukum pidana.

33

Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2012), 47


(44)

37

Sanksi yang sifatnya mengekang (represif) adalah suatu sanksi yang berarti suatu celaan dari masyarakat, suatu penghinaan terhadap kehormatan, baik dalam bentuk hukuman mati atau hukuman badan, penghapusan kemerdakaan, dan lain-lain atau semata-mata pencelaan dimuka umum.34 Sanksi yang sifatnya memulihkan semata-mata berdiri dari pemulihan benda-benda seperti sediakala, hubungan-hubungan yang terganggu dipulihkan kedalam keadaannya yang normal, baik dengan membatalkannya, yakni menghapuskan segala nilai sosialnya.

Selain kaidah-kaidah hukum dengan sanksi-sanksi yang mendatangkan penderitaan, akan dapat dijumpai pula kaidah-kaidah hukum yang sifat sanksi-sanksinya berbeda dengan kaidah-kaidah hukum yang represif. Tujuan utama dari sanksi-sanksi kaidah-kaidah hukum jenis yang kedua ini tidaklah perlu semata-mata mendatangkan penderitaan pada mereka yang melanggarnya. Tujuan utama kaidah-kaidah hukum ini adalah untuk mengembalikan kaidah pada situasi semula (pemulihan keadaan), sebelum terjadi kegoncangan sebagai akibat dilanggarnya suatu kaidah hukum. Kaidah-kaidah hukum tersebut adalah kaidah-kaidah yang restitutif. Kaidah-kaidah tersebut antara lain mencakup hukuman perdata, hukum dagang, hukum acara, hukum adminstrasi dan hukum tata negara setelah dikurangi dengan unsur-unsur pidananya.

Durkheim berpendapat bahwa masyarakat dengan solidaritas mekanis dibentuk oleh hukum represif. Karena anggota masyarakat jenis

34

Alvin S. Johnson, Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), 104


(45)

38

ini memiliki kesamaan satu sama lain dan karena mereka cenderung sangat percaya pada moralitas bersama, apa pun pelanggaran terhadap sistem nilai bersama tidak akan dinilai main-main oleh setiap individu.35 Karena setiap orang dapat merasakan pelanggaran itu dan sama-sama meyakini moralitas bersama, maka pelanggar tersebut akan dihukum atas pelanggarannya terhadap sistem moral kolektif. Pencurian akan melahirkan hukuman berat, seperti potong tangan, penghinaan akan dihukum dengan potong lidah. Meskipun pelanggaran terhadap sistem moral hanya pelanggaran kecil namun mungkin saja akan dihukum dengan hukuman yang berat.

Sesungguhnya sanksi-sanksi represif (mengekang) dan hukum pidana yang mengiringinya melindungi persamaan-persamaan sosial yang paling hakiki. Kejahatan yang dikekang adalah perpecahan dari kesetikawanan mekanis, suatu penghinaan terhadap kesadaran kolektif dan terhadap suatu idaman kolektif yang identik pada semua orang. Selain itu, semakin berkuasa kesetiakawanan mekanis dalam suatu masyarakat dan semakin terintegrasikan individu dalam masyarakat yang homogen tanpa ada perantaraan apa pun juga, maka hukum represif (mengekang) makin pula lebih berkuasa dari pada hukum restitutif (yang bersifat memulihkan).

Sebaliknya, masyarakat dengan solidaritas organis dibentuk oleh hukum restitutif, di mana seseorang yang melanggar mesti melakukan restitusi untuk kejahatan mereka. Dalam masyarakat seperti ini,

35

George Ritzer, Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi, (Bantul: Kreasi Wacana, 2013), 93


(46)

39

pelanggaran dilihat sebagai serangan terhadap individu tertentu atau segmen tertentu dari masyarakat dan bukannya terhadap sistem moral itu sendiri. Karena kurangnya moral bersama, kebanyakan orang tidak melakukan reaksi secara emosional terhadap pelanggaran hukum. Alih-alih menjatuhkan hukuman yang berat kepada setiap orang yang melanggar moralitas bersama, para pelanggar dalam masyarakat organis akan dituntut untuk membuat restitusi untuk siapa saja yang telah diganggu oleh perbuatan mereka. Meskipun beberapa hukum represif tetap ada dalam masyarakat dengan solidaritas organis (misal, hukman mati) namun hukum restitusi dapat dikatakan lebih menonjol, khususnya bagi pelanggaran ringan.

Sanksi-sanksi yang bersifat memulihkan melindungi diferensiasi masyarakat dalam fungsi-fungsi yang khusus, dalam kelompok-kelompok yang kecil, dalam kegiatan-kegiatan pribadi yang diindividualisasikan. Hukum restitutif menjamin pembagian bebas kerja sosial, yang sendirinya merupakan suatu akibat: “diasosiasikan dengan idaman kolektif yang bersifat luwes, yang membolehkan pengkhususan”. Dalam suatu masyarakat yang kesetiakawanan organis, suatu kesetiakawanan diantara mereka yang tak sejenis, menjadi berkuasa, maka sebagian terbesar dari hukum membebaskan diri dari hukum pidana, bahkan mulai menguasai hukum pidana itu. Khususnya, perkembangan yang parallel antara perjanjian dan negara, yang keduanya diiringi oleh sanksi-sanksi yang cenderung kepada sifat restitutif, merupakan penjelmaan yang paling tepat


(47)

40

dari berlakunya kembali kesetiakawanan organis dan lambing-lambangnya.

Suatu analisis yang lebih terperinci menyebabkan Durkheim mengadakan tipe-tipe lainnya di dalam dua tipe utama dari peraturan-peraturan hukum dan bentuk-bentuk kesetiakawanan ini. Dengan demikian, di dalam hukum restitutif, Durkheim membedakan hukum kontrak dari hukum yang berada diluar kontrak (hukum rumah tangga, hukum serikat buruh, hukum konstitusionil, dan lain-lainnya). Selanjutnya ia menyatakan bahwa dalam kontrak itu tak semuanya bersifat kontrak dan bahwa sering kerja sama kita yang bersifat sukarela menciptakan kewajiban-kewajiban yang tak kita inginkan, yakni ada timbul di bawah bentuk kontrak hukum yang diundang-undangkan dari berbagai kelompok-kelompok yang tidak dapat dikembalikan kepada jumlah anggota-anggota atau apa yang semenjak Durkheim dinamakan undang-undang yang mengatur (contract of adhesion).

Demikian pula, menurut Durkheim kesetiakawanan organisasi seolah-olah runtuh menjadi apa yang dinamakannya sendiri kesetiakawanan kontrak atau kesetiakawanan yang membatasi dan suatu kesetiakawanan yang lebih erat dan lebih positif yang boleh dianggap sebagai kesetiakawanan karena saling masuk memasuki atau setengah peleburan.

Sementara itu, ia berpendapat bahwa hukum restitutif meliputi pula suatu hukum yang semata-semata bersifat negatif, yang sama dengan


(48)

41

semata-mata pengingkaran ( seperti hukum yang nyata) yang seolah-olah tidak ada persesuaiannya dengan tipe kesetiakawanan yang mana pun juga dan hukum kerja sama positif, yang satu-satunya melambangkan kesetiakawanan organis dan yang terpecah menjadi dua tipe lainnya yang baru tersebut tadi.

Pertimbangan-pertimbangan itu sendiri tak akan mengatasi lingkungan mikrososiologi hukum, jikalau Durkheim membatasi dirinya pada pemeriksaan hubungan-hubungan antara berbagai bentuk kesetiakawanan dan berbagai jenis hukum, sebagai unsur-unsur yang hidup berdampingan didalam tiap-tiap masyarakat yang serba meliputi dan tiap-tiap kelompok yang khusus. Tetapi ia menganggap sepatutnya untuk mengubah kesetiakawanan mekanis dan kesetiakawanan organis, dan juga hukum represif dan hukum restitutif menjadi tingkat-tingkat kesejarahan dari perkembangan masyarakat yang serba meliputi dan bahkan sampai pula menganggap tingkat-tingkat ini sebagai derajat-derajat kemajuan moral, dan memberikan nilai-nilai yang lebih tinggi kepada kesetiakawanan organis dan hukum restitutif dari pada kesetiakawanan mekanis dan hukum represif. Disitulah mikrososiologi sistematis Durkheim mencari dasarnya pada makrososiologi genetis dan akhirnya pada suatu teori kemajuan yang terpaut dengan kepercayaan akan idaman yang ditetapkan lebih dahulu.

Hubungan antara solidaritas sosial dengan hukum yang bersifat represif terletak pada tingkah laku yang menghasilkan kejahatan. Yang


(49)

42

dimaksud dengan kejahatan adalah tindakan-tindakan yang secara umum tidak disukai atau ditentang oleh warga masyarakat. Untuk menjelaskan hal ini Durkheim menerangkan bahwa setiap hukum tertulis mempunyai tujuan berganda yaitu untuk menetapkan kewajiban-kewajiban tertentu dan untuk merumuskan sanksi-sanksinya. Dalam hukum perdata dan setiap jenis hukum yang bersifat restitutif, pembentuk undang-undang merumuskan kedua tujuan tadi secara terpisah. Pertama-pertama dirumuskannya kewajiban-kewajiban, dan kemudian baru ditentukan bagaimana untuk sanksinya.

Disebutnya sebagai contoh Kitab Undang-undang Hukum Perdata Perancis yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari suami istri, tetapi tidak dirumuskan sanksi-sanksinya apabila terjadi suatu pelanggaran. Sanksinya harus dicari ditempat lain, atau bahkan mungkin sanksinya tak ada sama sekali.

Sebaliknya di dalam Hukum Pidana hanya tercantum hanya tercantum sanksi-sanksinya, tanpa ada perumusan mengenai kewajiban-kewajibannya. Di dalam hukum pidana ditentukan dengan tegas, inilah hukumannya. Sedangkan dalam hukum perdata diperhatikan, itulah kewajiban-kewajibanmu. Dengan demikian dapatlah ditarik kesimpulan bahwa sepanjang perihal hukum pidana kewajiban-kewajiban yang tidak dirumuskan telah diketahui oleh para warga masyarakat dan bahkan diterima serta ditaati. Apabila suatu hukum kebiasaan berubah menjadi hukum tertulis yang dikodifikasikan, maka hal itu disebabkan karena


(50)

43

kebutuhan-kebutuhan proses peradilan yang mengehendaki ketentuan-ketentuan yang lebih tegas. Apabila hukum kebiasaan tadi berfungsi terus secara diam-diam, maka tak ada alasan untuk mengubahnya. Oleh karena hukum pidana dikodifikasikan hanya untuk menentukan suatu skala hukuman-hukuman, maka sanksinya hanya dapat di ambil dari skala tersebut. Sebaliknya, apabila suatu hukuman tidak memerlukan keputusan pengadilan, maka hal itu disebabkan karena peraturan tersebut diakui kekuatan dan wewenangnya.

Menurut Durkheim dapat dibedakan dua macam solidaritas positif yang dapat ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:

a) Pada solidaritas pertama, seorang warga masyarakat secara langsung terikat pada masyarakat. Di dalam hal solidaritas yang kedua, seorang warga masyarakat tergantung kepada masyarakat, oleh karena dia tergantung pada bagian-bagian masyarakat yang bersangkutan.

b) Dalam hal solidaritas kedua tersebut diatas masyarakat tidak dilihat dari aspek yang sama. Dala hal pertama, masyuarakat merupakan kesatuan kolektif dimana terdapat kepercayaan dan perasaan yang sama. Sebaliknya pada hal kedua masyarakat merupakan suatu sistem yang terdiri dari bermacam-macam fungsi yang merupakan hubungan-hubungan yang tetap, sebetulnya keduanya merupakan suatu gabungan, akan tetapi dilihat dari sudut-sudut yang berbeda.


(51)

44

c) Dari perbedaan kedua tersebut diatas timbullah perbedaan lain yang dapat dipakai untuk menentukan karakteristik dan nama dari dua macam solidaritas diatas.

Solidaritas yang pertama dapat terjadi dengan kuatnya apabila cita-cita bersama dari masyarakat yang bersangkutan secara kolektif, lebih kuat serta lebih intensif daripada cita-cita masing-masing warganya secara individual. Solidaritas ini oleh Durkheim dinamakan solidaritas mekanis yang dapat dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang secara relatif sederhana atau homogen. Hal ini disebabkan oleh karena keutuhan masyarakat-masyarakat tersebut dijamin oleh hubungan antar manusia yang erat, serta adanya tujuan bersama.

Solidaritas yang kedua dinamakan oleh Durkheim sebagai solidaritas organis yang terdapat pada masyarakat-masyarakat yang lebih modern dan lebih kompleks, yaitu masyarakat-masyarakat yang ditandai oleh pembagian kerja yang kompleks. Pada masyarakat dimana solidaritas mekanis berkembang, hukumnya bersifat pidana dan represif. Hal ini disebabkan oleh karena pelanggaran dan kejahatan dianggap sebagai tindakan yang mencemarkan keyakinan bersama. Dalam hal ini maka seluruh masyarakat akan bertindak bersama-sama oleh karena masing-masing merasa terancam oleh penyimpangan-penyimpangan atau pelanggaran terhadap kaidah-kaidah pokok dari masyarakat. Reaksi terhadap penyimpangan-penyimpangan tersebut memperkuat rasa solidaritas dan sangat menunjang ikatan kelompok. Dengan demikian,


(52)

45

maka penyimpangan terhadap kaidah-kaidah yang berlaku, disatu pihak mengancam ketenangan masyarakat, tetapi dilain pihak secara tidak langsung juga memperkuat ikatan kelompok tadi.

Dengan meningkatnya diferensi dalam masyarakat, reaksi kolektiva yang utuh dan kuat terhadap penyelewengan-penyelewengan menjadi berkurang di dalam sistem yang bersangkutan oleh karena hukum yang bersifat represif mempunyai kecenderungan untuk berubah menjadi hukum yang restitutif. Artinya yang terpokok adalah untuk mengembalikan kedudukan seseorang yang dirugikan ke keadaan semula, hal mana merupakan hal yang pokok didalam menyelesaikan perselisihan-perselisihan (pemulihan keadaan).

Walaupun teori Durkheim tersebut diatas banyak mengandung kelemahan-kelemahan, namun dapat dicatat beberapa unsur yang penting bagi perkembangan sosiologi hukum. Pendapatnya tentang hukum yang bersifat represif akan berguna untuk memahami arti kejahatan dan efektifitas hukuman. Dalam hal ini jelaslah bagi kita bahwa pada umumnya suatu kejahatan menyebabkan terjadinya amarah dari bagian terbesar masyarakat yang berwujud suatu reaksi yang negatif. Dengan demikian maka hukum yang represif ada dimana-mana. Uraian Durkheim tentang hukum yang represif memberikan pikiran-pikiran baru pada pendapat-pendapat yang menyatakan bahwa hukum pada umumnya bersifat menjatuhkan hukuman pada pelanggar-pelanggarnya (yakni sanksi negatif).


(53)

46

Teori Durkheim sebagaimana dijelaskan secara singkat diatas berusaha untuk menghubungkan hukum dengan struktur sosial. Hukum dipergunakan sebagai suatu alat diagnose untuk menemukan syarat-syarat struktural bagi perkembangan solidaritas masyarakat. Hukum dilihatnya sebagai dependent variable, yaitu suatu unsur yang tergantung pada struktur sosial masyarakat, akan tetapi hukum juga dilihatnya sebagai suatu alat untuk mempertahankan keutuhan masyarakat maupun untuk menentukan adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.

Seperti permasalahan yang terjadi di desa Sidorejo yakni perselingkuhan pasangan suami istri dengan menggunakan handphone

yakni dengan adanya ketertarikan pada seseorang yang terdiri dari ketertarikan secara fisik atau pun emosional, mulailah bercakap-cakap dan menjalin hubungan dengannya. Setelah itu, kita mulai merasa tergantung dengannya. Kita merasa membutuhkan dia. Saat dia tidak hadir, kita merasa tidak nyaman, sehingga kita mulai menanti-nantikan dia.

Setelah rasa ketergantungan, mulailah proses saling memenuhi. Kita dengan dia merasa saling memenuhi kebutuhan emosional masing-masing. Misalnya, yang satu punya problem dengan keluarganya, lalu diceritakan kepada rekan yang dapat memenuhi kebutuhan emosionalnya, dan terus berlanjut. Biasanya, kalau ada unsur-unsur ini, hanya tinggal masalah waktu untuk terjadinya hubungan seksual antara kedua orang tersebut.


(54)

47

Sudah jelas bahwa permasalahan yang terjadi di desa Sidorejo tersebut menentang norma masyarakat. Oleh karena itu permasalahan tersebut ditinjau menggunakan teori Durkheim tentang kontrol sosial yakni menggunakan teori hukum represif. Karena setiap orang dapat merasakan pelanggaran itu dan sama-sama meyakini moralitas bersama, maka pelanggar tersebut akan dihukum atas pelanggarannya terhadap sistem moral kolektif.

Pasangan suami istri yang melakukan perselingkuhan di desa Sidorejo tersebut akan mendapat suatu sanksi yang berarti suatu celaan dari masyarakat, suatu penghinaan terhadap kehormatan, karena mereka telah melanggar moralitas yang telah diyakini bersama.


(55)

BAB III

HANDPHONE

DAN PERSELINGKUHAN: TINJAUAN

TEORI SOSIOLOGI DURKHEIM

A. Masyarakat Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro 1. Letak Geografis Desa Sidorejo

Secara geografis Desa Sidorejo terletak pada posisi 7º21’-7º31’ Lintang Selatan dan 110º10’-111º40’ Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 136 m diatas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Bojonegoro tahun 2004, selama tahun 2004 curah hujan di Desa Sidorejo rata-rata mencapai 2.400 mm. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember hingga mencapai 405,04 mm yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2000-2008.36

Secara administratif, Desa Sidorejo terletak wilayah Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Disebelah Utara berbatasan dengan Desa Sumberjokidul, disebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumberjokidul, disebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sumberjokidul, dan disebelah Timur berbatasan dengan Desa Sumberjokidul. Kalau melihat batas-batas desa tersebut, Desa Sidorejo dikelilingi oleh Desa Sumberjokidul.

36

Wawancara dengan Jogo Boyo Desa Sidorejo Pak Syafi’i.Pada tanggal 16 April 2015,

pukul 09.15 Wib.di balaidesa. Sumberdata monografi letak geografis Desa Sidorejo tahun 2014.


(56)

49

Gambar 3.1 Jalan memasuki desa Sidorejo

Jarak tempuh Desa Sidorejo ke Ibu Kota Kecamatan adalah 5 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 20 menit.Sedangkan jarak tempuh ke Ibu Kota Kabupaten adalah 12 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam.

a. Sejarah Pemerintahan Desa Sidorejo

Desa Sidorejo mulai terbentuk pada hari jum’at Legi tanggal 10 Oktober tahun 1943, kepala desa pertama di jabat oleh Sumodirin.Pada tahun 1945 kepala desa dijabat oleh Noto Harjo.Beliau menjabat pimpinan desa Sidorejo sampai tahun 1965 selanjutnya kepemimpinan diteruskan oleh Sukar Siman sampai tahun 1966.Sukar Siman menjabat kurang lebih 1tahun.Dan kemudian diganti Sunjani pada tahun 1967.Pada tahun beriktnya, tepatnya tahun 1968 desa Sidorejo dipimpin oleh Imam Sumarto sampai tahun 1974.


(57)

50

Sumarji merupakan kepala desa Sidorejo ke-6 yang dilantik pada tahun 1974.Memasuki tahun 1986 kepala desa digantikan oleh Bakri, beliau menjabat kepala desa sampai tahun 1994. Drs. Suhadak merupakan kepala desa Sidorejo yang menggantikan Bakri,memimpin putaran kepala pemerintahan desa sejak tahun 1994 sampai 2007. Kepala desa selanjutnya dijbat oleh Junaidi merupakan kepala desa Sidorejo yang ke 10.Beliau menjabat sampai dengan tahun 2014, sedangkan desa Sidorejo saat ini dipimpin oleh seorang Pj, Kepala Desa Martoyo.

Dari sepuluh periode kepemimpinan di desa Sidorejo perangkat desa yang bertugas membantu pekerjaan kepala desa dalam menjalankan tugas-tugasnya juga mengalami penyesuaian. Dari yang jumlahnya delapan sekarang menjadi lima. Pada mulanya perangkat desa Sidorejo terdiri dari:

a) Sekretaris Desa b) Kepala Dusun I c) Kepala Dusun II d) Kaur Keuangan e) Kaur Pemerintahan f) Kaur Pembangunan g) Kaur Kesra


(58)

51

Secara administrasi desa Sidorejo masuk wilayah Kecamatan Sukosewu sejak tahun 1988. Sebelum berdirinya Kecamatan Sukosewu, Desa Sidorejo masuk wilayah Kecamatan Kapas

b. Luas Wilayah Desa Sidorejo

Luas wilayah yang berada di Desa Sidorejo berkisar 233,50 ha. Yang mana dari pembagian luas wilayah tersebut dipergunakan untuk lahan pemukiman, persawahan, perkebunan, makam, pekarangan, tanah untuk fasilitas umum dan perkantoran.

c. Batas Wilayah

Tabel 3.1

Batas Wilayah Desa Sidorejo

Batas Desa / Kelurahan Kecamatan

Sebelah Utara Desa Sumberjo Kidul Sukosewu

Sebelah Selatan Desa Sumberjo Kidul Sukosewu

Sebelah Timur Desa Sumberjo Kidul Sukosewu

Ebelah Barat Desa Sumberjo Kidul Sukosewu

Sumber data: Daftar isian potensi desa dan kelurahan Desa Sidorejo tahun

2014

d. Orbitasi

Tabel 3.2 Orbitasi

1. Jarak ke ibu kota kecamatan 7 km

2. Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan

kendaraan bermotor

½ jam

3. Lama jarak tempuh ke ibukota kecamatan dengan berjalan

kaki atau kendaraan non bermotor

1 jam

4. Kendaraan umum ke ibu kota kecamatan 8 unit

5. Jarak ke ibu kota kabupaten/ kota 10 km

6. Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan

kendaraan bermotor

¾ jam

7. Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan berjalan

kaki atau kendaraan non bermotor

1 ½ jam


(59)

52

9. Jarak ke ibu kota provinsi 138 km

10. Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan kendaraan

bermotor

3 jam 11. Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan berjalan

kaki atau kendaraan non bermotor

8 jam

12. Kendaraan umum ke ibu kota provinsi 8 unit

Sumber data : Potensi dan tingkat Perkembangan Desa Sidorejo tahun 2014

e. Kondisi Pemerintahan Desa

1) Pembagian Wilayah Desa Sidorejo

Wilayah Desa Sidorejo terdiri dari 1 Dusun yaitu: Sidorejo. Dalam rangka memaksimalkan fungsi pelayanan terhadap masyarakat di Desa Sidorejo, dari satu dusun tersebut terbagi menjadi 1 Rukun Warga (RW) dan 8 Rukun Tetangga (RT).

Gambar 3.2 Kantor Kepala Desa Sidorejo

2) Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sidorejo

Keberadaan Rukun Tetangga (RT) sebagai bagian dari satuan wilayah pemerintahan Desa Sidorejo memiliki fungsi yang sangat berarti terhadap pelayanan kepentingan masyarakat wilayah tersebut, terutama terkait hubungannya dengan


(60)

53

pemerintahan pada level diatasnya.Dari kumpulan Rukun Tetangga inilah sebuah Padukuhan (Rukun Warga; RW) terbentuk.

Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan Desa Sidorejo tidak lepas dari struktur administratif pemerintahan pada level diatasnya.

2. Sejarah Desa Sidorejo

Sidorejo merupakan desa peninggalan jaman Jepang, yang di dirikan pada tahun 1942 yang letaknya diantara Desa Sidodadi dan Sumberjokidul. Ketika itu begitu jauhnya jarak antar dua Desa tersebut, sehingga oleh Jepang yang pada waktu itu menjajah Indonesia mendirikan sebuah desa dan memberi nama Desa Sidorejo yang diambilkan dari nama Sidodadi dan Sumberjokidul.37

Mengingat penduduk waktu pembentukan dirasa kurang, karena jumlahnya kuranglebih hanya 123 kepala keluarga, maka ada kebijakan dari pemerintah kabupaten untuk memindahkan beberapa penduduk desa wilayah Kecamatan Kapas yang tidak memiliki lahan cukup didesanya. Dengan pemindahan penduduk dari sekitar tersebut, diharapkan dapat membuat Desa Sidorejo menjadi lebih ramai (berpenduduk banyak).Konon dari legenda singkat diatas disebutlah wilayah tersebut ini SIDOREJO, dengan harapan desa yang

37

Wawancara dengan Kami Tuwo Desa Sidorejo Pak. Suhadak.Pada tanggal 14 April 2015.Pukul 08.15 Wib.Di kediaman.


(61)

54

berpenduduk sedikit dan sepi dapat menjadi desa yang ramai dan berpenduduk banyak.

3. Sejarah Pembangunan Desa

Tabel 3.3

Sejarah Pembangunan Desa

No Tahun Kegiatan Pembangunan Keterangan

1 1943 Membangun batas desa, jalan

poros/lingkungan

Swadaya masyarakat

2 1945 Membangun lumbung desa / jalan poros

desa / sarana kebersihan

Gotong royong

3 1965 Membangun bendungan / pagar desa /

pemekaran wilayah

Swadaya masyarakat

4 1974 Membangun balaidesa / sekolah dasar /

masjid / pengerasan jalan poros

Bantuan

pemerintah / swadaya

masyarakat

5 1986 Peningkatan jalan masjid makadam Subsidi pemerintah

6 1994 Membangun jalan makadam / puskesmas

pembantu

Bantuan

pemerintah / swadaya

7 2006 –

2008

Pembangunan jalan rabat beton App kelompok tani pembangunan jalan telfrot pembangunan balaidesa Bantuan pemerintah dan gotong royong masyarakat / swadaya masyarakat

Sumber data: sejarah pembangunan desa Sidorejo tahun 2014

4. Profil Desa Sidorejo

a. Jumlah Penduduk Desa Sidorejo

Berdasarkan data administrasi Pemerintahan Desa tahun 2014, jumlah penduduk Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten bojonegoro adalah terdiri dari 347 KK, dengan jumlah total 1211 jiwa, dengan rincian 605 laki-laki dan 606 perempuan sebagaimana tertera dalam tabel.


(62)

55

Tabel 3.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

No Usia Laki-laki Perempuan Jumlah Prosentase

1 0-4 30 orang 54 orang 84 orang 7,09%

2 5-9 45 orang 51 orang 96 orang 8,08%

3 10-14 42 orang 47 orang 89 orang 8,05%

4 15-19 46 orang 43 orang 89 orang 8,05%

5 20-24 47 orang 44 orang 91orang 8,06%

6 25-29 41 orang 65 orang 106 orang 9,09%

7 30-34 42 orang 39 orang 81 orang 7,06%

8 35-39 40 orang 45 orang 85 orang 7,08%

9 40-44 45 orang 40 orang 85 orang 7,08%

10 45-49 37 orang 35 orang 72 orang 7,01%

11 50-54 36 orang 43 orang 79 orang 7,05%

12 55-58 34 orang 41 orang 75 orang 7,03%

13 >59 50 orang 59 orang 109 orang 10,08%

Jumlah Total 605 orang 606 orang 1211 orang 100,00%

Sumber data: jumlah penduduk berdasarkan usia di desa Sidorejo tahun 2014

Dari data diatas nampak bahwa penduduk usia produktif pada usia 20 – 49 tahun Desa Sidorejo sekitar 459 atau hampir 59%. Hal ini merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga produktif dan SDM.

Tingkat kemiskinan di Desa Sidorejo termasuk tinggi. Dari jumlah 347 KK, sejumlah 173 KK tercatat sebagai Pra Sejahtera; 96 KK tercatat Keluarga Sejahtera I; 52 KK tercatat Keluarga Sejahtera II; 6 KK tercatat Keluarga Sejahtera III plus. Jika KK golongan Pra-sejahtera dan KK golongan I digolongkan sebagai KK golongan miskin, maka lebih 50% KK Desa Sidorejo adalah keluarga miskin.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat Sumber daya Manusia yang dapat berpengaruh dalam


(63)

56

jangka panjang pada peningkatan perekonomian. Dengan tingkat pendidikanyang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong timbulnya ketrampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru, sehingga akan membantu program pemerintah dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan. Prosentase tingkat pendidikan Desa Sidorejo dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3.5

Tamatan Sekolah Masyarakat

No Keterangan Jumlah Prosentase

1 Buta Huruf Usia 10 tahun ke atas - 0

2 Usia Pra-Sekolah 94 12%

3 Tidak Tamat SD 295 37%

4 Tamat Sekolah SD 228 29%

5 Tamat Sekolah SMP 122 14%

6 Tamat Sekolah SMA 49 6%

7 Tamat Sekolah PT / Akademi 11 2%

Jumlah Total 799 100%

Sumber data: tamatan sekolah masyarakat di desa Sidorejo tahun 2014

Dari data diatas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Sidorejo hanya mampu menyelesaikan sekolah dijenjang pendidikan wajib belajar Sembilan tahun (SD dsn SMP).Dalam hal kesediaan sumber sumber daya manusia (SDM) yang memadai dan mumpuni, keadaan ini merupakan tantangan tersendiri.

Rendahnya kualitas tingkat pendidikan di Desa Sidorejo, tidak terlepas dari terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada, disamping itu tentu masalah ekonomi dan pandangan hidup masyarakat. Sarana pendidikan di Desa Sidorejo baru


(64)

57

tersedia ditingkat pendidikan dasar, sementara untuk pendidikan tingkat menengah ke atas berada ditempat lain yang relatif jauh.

Sebenarnya ada solusi yang bisa menjadi alternatif bagi persoalan rendahnya SDM di Desa Sidorejo yaitu melalui pelatihan dan kursus .Namun sarana atau lembaga ini ternyata juga belum tersedia dengan baik di Desa Sidorejo.Bahkan beberapa lembaga bimbingan belajar dan pelatihan yang pernah ada tidak bisa berkembang.

c. Keadaan Sosial Desa Sidorejo

Dengan adanya perubahan dinamika politik dan sistem politik di Indonesia yang lebih demokratis, memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme politik yang dipandang lebih demokratis.Dalam konteks politik lokal desa Sidorejo, hal ini tergambar dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pileg, pilpres, pemilukada, dan pemilugub) yang juga melibatkan warga masyarakat desa secara umum.

Khusus untuk pemilihan kepala desa Sidorejo, sebagaimana tradisi kepala desa di Jawa, biasanya para peserta (kandidat) nya adalah mereka yang secara trah memiliki hubungan dengan elit kepala desa yang lama.Hal ini tidak terlepas dari anggapan masyarakat banyak di desa-desa bahwa jabatan kepala desa adalah jabatan garis tangan keluarga-keluarga tersebut.Fenomena inilah


(1)

80

Penghinaan dari warga masyarakat akan diberikan kepada

pasangan suami istri yang melakukan perselingkuhan dengan

menggunakan handphone. Celaan dari masyarakat pun akan menyebarluas

sehingga warga masyarakat mengetahui akan permasalahan tersebut,


(2)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagaimana pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten

Bojonegoro.Peneliti melihat bahwa di Desa Sidorejo telah terjadi

permasalahan yakni perselingkuhan pasangan suami istri dengan

menggunakan handphone. Perselingkuhan itu sendiri yakni dengan sms

an, berjanjian, ketemuan diluar rumah tanpa sepengetahuan pasangan atau

orang lain, dan hubungan dengan orang lain menggunakan handphone

yang dilandasi rasa ketertarikan, rasa saling ketergantungan, dan saling

memenuhi kebutuhan emosional.

Perselingkuhan pasangan suami istri dengan menggunakan

handphone di Desa Sidorejo tersebut terjadi karena pihak yang

berselingkuh ingin bersenang-senang dengan orang lain yang bukan

pasangannya, bosan dengan pasangan, dan bosan dengan keadaan yang

ada. Oleh karena itulah mereka melakukan perselingkuhan.

Perselingkuhan yang terjadi di Desa Sidorejo tersebut mulai marak

yakni pada tahun 2013.Yang dikarenakan pada tahun tersebut pasangan

suami istri banyak yang sudah mempunyai handphone.Handphone telah

disalahgunakan oleh pasangan suami istri Di Desa Sidorejo yang telah


(3)

82

komunikasi, yakni pada warga Desa Sidorejo yang melakukan

perselingkuhan dengan menggunakan handphone disalahgunakan untuk

hubungan dengan orang lain yang bukan pasangannya. Dilandasi pula rasa

saling ketertarikan, saling bergantung sama lain, dan saling memenuhi

kebutuhan emosional.

Respon masyarakat terhadap kasus perselingkuhan pasangan suami

istri dengan menggunakan handphone yakni dengan berupa celaan dan

penghinaan karena tindakan mereka merupakan tindakan yang melanggar

moral kolektif. Masyarakat yang telah memiliki kesamaan satu sama lain

dan karena mereka cenderung sangat percaya pada moralitas bersama

maka apabila ada yang melanggar terhadap sistem nilai bersama tersebut

akan mendapat suatu celaan dan penghinaan dari masyarakat.

B. Saran

Dalam penelitian yang berupa karya tulis skripsi yang berjudul

Handphone dan Perselingkuhan dalam Tinjauan Teori Sosiologi

Durkheim di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro

peneliti melihat bahwa masih terdapat banyak hal yang bisa untuk di

perdalami mengenai berbgai permasalahan yang ada di Desa Sidorejo.Oleh

karena itu peneliti sangat berharap bagi para pembaca dan kepada peneliti

selanjutnya untuk dapat mengkaji tentang berbagai permasalahan yang ada

di Desa Sidorejo secara lebih mendalam yang mana dalam segi sosial


(4)

83

Kepada masyarakat Desa Sidorejo agar lebih hati-hati dalam

menghadapi sebuah arus perubahan. Khususnya dalam segi

telekomunikasi didunia ini sangat lah cepat berubah yang akan lebih

canggih lagi. Masyarakat Desa Sidorejo agar lebih berfikir akan

pentingnya sebuah perkawinan yang tidak begitu mudahnya untuk di nodai

dengan perselingkuhan yang hanya gara-gara arus perubahan komunikasi.

Lebih berfikir akan pentingnya kemajuan, jadi alangkah baiknya apabila

handphone dijadikan sebagai sarana untuk bisnis yang tidak merusak

hubungan rumah tangga.

Kepada seluruh masyarakat pada umumnya, perselingkuhan bisa

menimpa siapa saja, orang Muslim maupun non muslim. Menangkal

pernik-pernik perselingkuhan tidak semudah yang kita duga, karena

godaan cukup besar. Pernikahan sangat sakral tidak sepatutnya dinodai

dengan perselingkuhan. Kita sebagai umat Islam harus secara tegas

menghindari perselingkuhan yang jelas-jelas membawa dampak buruk

pada hubungan pernikahan. Pada hakikatnya perselingkuhan sama dengan

perzinahan yang secara jelas diharamkan dalam Islam, maka sudah


(5)

84

DAFTAR PUSTAKA

Amiriddin. 2006. Pengantar metode Penelitian hokum, Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada

Arikanto,Suharsimi.1993.Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta

Badudu J.S. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Sinar Harapan

Bungin Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group

Hilman Hadikusumo. 1995. Hukum Perkawinan Adat, Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti

Johnson Alvin S. 1994. Sosiologi Hukum. Jakarta: PT Rineka Cipta

Mardalis. 2003. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: bumi Aksara

Merriem Webster. 2004. Merriem Webster Dictionary Law

Moleong Lexy J. 1991.Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda

Karya

Mulyana Deddy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Sosial Lainnya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,

Bandung: Alfabeta

Nasution. 1996. Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara

Nawawi Hadari, Nini Martini. 1994. Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah

Mada University Press

Ritzer George, Douglas J. Goodman. 2013. Teori Sosiologi, Bantul: Kreasi

Wacana

Soekanto Soerjono. 2012. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada


(6)

85

Staeheli, Glass. 2003. Permasalahan Perkawinan, Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti

Sugiono. 1995. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta

Undang-undang No. 1 Tahun 1074 tentang Perkawinan, Pasal 1

Yuswianto. 2002. Metodologi Penelitian, Fakultas Tarbiyah UIN Malang

http://www.definisi.wordpress.com Diakses 18 Desember 2007

www.edukasi.kompasiana.com. Uswatun. Dampak Positif dan Negatif HP Bagi