06-Pengendalian Hama Terpadu
BAHASAN UTAMA
PENGENDALIAN HAMA TERPADU
SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU:
ADAKAH PERUBAHAN DAN KEMANDIRIAN?
1
Yunita T. Winarto
1
Abstract
The program of integrated pest control (PHT)—through the Field School of
Integrated Pest Control and its various follow-up actions, was firstly introduced
to Indonesia in 1989. The program is aimed at changing the paradigm of plant
preservation from 'planting with pesticide' to 'planting for producing healthy
plants based on the agro ecosystem analysis. It is not only the peasants' skills
and knowledge that is increased in detail but also the peasant empowerment in
making decision. This passage is studying the result of re-observation towards
the peasants being trained in early 1990, after fifteen years went by. The peasants' knowledge and actions in responding to the dynamics of the nature condition, pest/disease attack, as well as the introduction of new ideas, reflect two
characteristics of cultures. On the one hand, there is a centripetal power, i.e. the
tendency of existing ideas in individuals mind in creating reproduction in the
thoughts and actions. On the other hand, there is a centrifugal power, i.e. the
tendency of the changing and variation in individual thoughts and actions. The
passage discusses the two cultural characteristics through the effort of the
peasants in some villages in Subang and Indramayu, West Java, in increasing
the food production and pest control.
1 Penulis adalah pengajar di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Univer-
sitas Indonesia. E-mail: winyun@indo.net.id
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
27
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
Antara Kelanggengan dan Peru-
lalu? Atau, masihkah kujumpai hal-
bahan: Suatu Pendahuluan
hal yang tidak jauh berbeda dari apa
yang kuamati, kudengar, dan kura-
Saat kujejakkan lagi langkahku di
sakan tentang berbagai upaya dan
Ciasem Baru dan Ciasem Tengah,
strategi mereka untuk mencapai ke-
Subang, di awal tahun 2006 ini, ham-
berhasilan dalam budi daya tanam
pir enam tahun tidak kujenguk lagi
padi? Itulah pertanyaan-pertanyaan
para petani di kedua desa itu dan
yang menuntunku untuk kembali ke
empatbelas tahun sudah kutinggal-
tengah-tengah mereka di saat-saat
kan mereka. Kala itu adalah saat-saat
panen akan tiba, panen yang dihadapi
akhir dari empat musim tanam yang
dengan penuh waswas; tidak hanya di
kujalani hari demi hari bersama para
saat curah hujan masih tinggi, tetapi
petani dalam perjuangannya meng-
juga di saat penguasa negara-bangsa
hasilkan panen yang 'mulus', bebas
ini telah dan masih akan mendatang-
hama/penyakit, tidak merugi, dan
kan ribuan ton beras dari negara te-
bahkan
tangga.
dapat
memperoleh
keun-
tungan dari harga jual gabah yang
layak (lihat Winarto 2004). Suatu per-
Apa yang kuamati, kudengar, dan
juangan yang tidaklah ringan. Kini,
kurasakan dari para petani di Ciasem,
adakah perubahan signifikan yang
Subang, dan juga di kabupaten te-
dialami mereka dalam pengetahuan
tangga,
dan strategi budi daya tanam padi
cermin nyata dari karakteristik suatu
setelah sejumlah petani memperoleh
kebudayaan,
pelatihan
Lapang
sentripetal dan sentrifugal. Bahwa
Pengendalian Hama Terpadu di tahun
suatu kebudayaan itu dapat memiliki
1990, dan mengarungi musim demi
kekuatan untuk bertahan, langgeng,
musim hingga limabelas tahun ber-
dan direproduksi dalam kehidupan
dalam
Sekolah
Indramayu, 2 merupakan
yakni
adanya
aspek
2 Kunjungan di awal tahun 2006 saya lakukan di Kampung Marga Tani, Desa Ciasem Baru, dan
Kampung Marjim, Desa Ciasem Tengah, Kabupaten Subang. Di tempat inilah penelitian selama
empat musim tanam (1990—92) dalam program Ph.D di Australian National University
berlangsung. Saya kunjungi pula Desa Kalensari dan Malangsari, Kecamatan Widasari, Kabupaten
Indramayu. Di lokasi terakhir terdapat kegiatan kelompok-kelompok tani dalam memuliakan benih
padi dan sayuran atas dampingan FIELD Indonesia semenjak tahun 2002. Karena keterbatasan
ruang, tulisan ini tidak dapat mengulas kegiatan tersebut secara rinci. Dalam kunjungan ini, Budhi
Baskoro Adhi mendampingi saya sebagai asisten peneliti. Terima kasih saya ucapkan pada
SEASREP (Southeast Asia Research Exchange Program) Foundation dengan dana pendukung
dari The Toyota Foundation dan The Japan Foundation atas alokasi dana untuk kunjungan ini
sebagai bagian dari penelitian tentang perubahan pengetahuan dan praktik petani padi di Asia
Tenggara (Kamboja dan Thailand) dalam periode waktu tahun 2004—2006.
28
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
individu maupun antargenerasi meru-
tang pengalaman petani di Lampung
pakan suatu realita yang menurut
Tengah).
Bakhtin (1981 dalam Strauss dan
Quinn 1997:4) menunjukkan daya
Kisah-kisah yang dituturkan sejumlah
sentripetal kebudayaan dalam kehi-
petani yang dulu dikenal dengan 'pe-
dupan sosial. Dengan perkataan lain,
tani yang sekolah'setelah selama satu
kecenderungan-kecenderungan sen-
musim mengikuti pelatihan dalam 'se-
tripetal itu, menurut Strauss dan
kolah tanpa dinding (school without
Quinn (1997:85), “…can be widely
walls atau yang dikenal dengan sing-
shared, durable in individuals and
katan
across generations, be repeated (for
kembali pada perjuangan mereka
certain understandings) in a wide va-
yang teguh, tekun, tetapi penuh dina-
riety of context, and supported by
mika dan kreativitas. Kreativitas ini-
emotional and motivational force.” Di
lah yang menjadi modal mereka un-
lain pihak, realita adanya keragaman,
tuk berjuang dalam situasi penuh per-
ketidakkonsistenan, dan perubahan
gulatan agar panennya berhasil di
menunjukkan daya sentrifugal suatu
tengah-tengah serangan hama dan
kebudayaan (Bakhtin 1981 dalam
penyakit yang tak kunjung henti.
Strauss dan Quinn 1997:4). Strauss
Melalui olah pikir yang terus menerus
dan Quinn (1997:85) menjelaskan
itulah mereka berinovasi dalam stra-
lebih lanjut tentang aspek sentrifugal
tegi cocok tanam, dan melalui karya-
ini bahwa: “…cultural understandings
karya itulah perubahan pun terjadi.n3
can be changeable in persons and
Hasil dari olah pikir yang diwujudkan
across generations; they can be un-
dalam tindakan dari hari ke hari, mu-
motivating; they can be contextually
sim ke musim, dan tahun ke tahun itu
limited; and they can be shared by
merupakan rangkaian dari langkah-
relatively few in a society.” Itulah ke-
langkah kecil, perubahan-perubahan
dua sisi dari kebudayaan, dan itu
dalam tingkat mikro, atau yang dise-
pulalah kedua hal yang terwujud da-
but oleh Carneiro (2003:18) sebagai
lam kehidupan para petani di wilayah
perubahan mikro-evolusioner. Berbe-
Jalur Pantai Utara Jawa Barat (lihat
da dari perubahan pada tingkat ma-
pula Winarto dan Choesin 2001 ten-
kro, atau yang disebut Carneiro se-
SLPHT)—mengingatkanku
3 Lihat perjuangan sejumlah petani alumni SLPHT menghadapi serangan penggerek batang padi
putih yang intensif dan kontinyu dalam Winarto (2004). Lihat pula Busyairi dkk. (2000) tentang
kegiatan para petani di Indramayu dalam menyusun strategi pengendalian hama yang sama di
Kalensari, Indramayu.
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
29
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
bagai perubahan makro-evolusioner,
hal itu ternyata masih menjadi acuan
perspektif mikro-evolusioner ini me-
berpikir dan bertindak dari mereka
nuntun antropolog untuk mengkaji:
yang belum tahu atau belum yakin
”…the
its
atas paradigma baru dalam budi daya
movementí” (Carneiro 2003:18). Jika
tanaman pangan. Mengapa hal itu
ilmuwan yang mengkaji perubahan
terjadi? Apakah tidak terlaksana alih
makro-evolusioner melihat kekuatan
pengetahuan dari petani-ke-petani
budaya sebagai faktor-faktor utama
yang memungkinkan terjadinya peru-
yang menyebabkan perubahan; pada
bahan dalam kerangka berpikir dan
tingkat mikro, individu-individu—de-
bertindak para petani dalam komuni-
ngan keputusan-keputusan dan tin-
tas setempat? Itukah wujud dari sisi
dakan-tindakannya—itulah
yang
yang lain karakteristik kebudayaan,
menjadi kekuatan pendorong ber-
yakni sisi keberlanjutan dan kelang-
langsungnya perubahan setapak demi
gengan suatu kebudayaan? Bagaima-
setapak (Carneiro 2003:224). 4
nakah kedua sisi itu terwujud dan
fine-grained
texture
of
diwujudkan secara bersamaan oleh
Di lain pihak, masih kujumpai se-
individu-individu
jumlah petani yang melaksanakan
berbeda?
yang
sama
atau
kegiatan seperti yang lazim kuamati
di awal tahun 1990-an. 'Mengoplos
Dalam tulisan ini saya akan mengulas
obat' (mencampur pestisida) agar
kedua karakteristik kebudayaan itu:
'ampuh', seketika 'membunuh hama',
yang dinamis dan bervariasi, serta
tetapi dengan biaya yang terjangkau
yang langgeng dan bertahan sebagai-
karena 'obat yang mahal dioplos de-
mana terwujud melalui strategi yang
ngan obat yang murah', merupakan
ditempuh
kerangka berpikir yang masih melan-
matkan tanaman dan meningkatkan
dasi strategi sejumlah petani dalam
produksi padi. Pertama akan saya kaji
mengendalikan hama. Itulah salah
upaya petani meningkatkan produk-
satu contoh kerangka berpikir yang
tivitas tanaman, dan kedua mengenai
justru ingin diubah melalui program
strategi pengendalian hama oleh pe-
petani
untuk
menyela-
Pengendalian Hama Terpadu. Namun,
4 Lihat pula makalah saya (Winarto 2005) dengan tema: Examining Evolutionary Changes in a
Comparative Perspective: The Cambodian and Thai Cases of Rice Farming Culture yang disajikan
dalam konferensi internasional dalam memperingati ulang tahun kesepuluh The SEASREP
Foundation: Southeast Asia: A Global Crossroads, tanggal 8—9 Desember 2005 di Chiang Mai,
Thailand.
30
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
tani di lokasi-lokasi yang saya kun-
dan tindak lanjutnya, petani diharap-
jungi di Subang dan Indramayu.
kan menjadi ahli PHT di lahannya
sendiri dan tidak semata sebagai pelaksana paket teknologi rekomendasi
Produktivitas:
pemerintah. Kini, setelah lima belas
Kreativitas Petani dan Kebutuhan
tahun berlalu, sejauhmanakah kedua
Pasar?
perangkat 'nilai budaya' bertanam
Meningkatkan
padi itu menjadi bagian dari 'skema'
Mencapai produksi yang tinggi, itulah
para petani dalam menyusun stra-
salah satu tujuan yang ingin dicapai
teginya? Menurut Strauss dan Quinn
oleh Revolusi Hijau yang di Indonesia
(1997:49),
dikenal
dengan
unsur-unsur yang bekerja bersama
INMAS
(Bimbingan
program
BIMAS/
skema
adalah
koleksi
dan
untuk memproses informasi pada
Intensifikasi Massa) di awal tahun
waktu tertentu. Skema itu merekon-
1970-an. Itu pulalah yang kini men-
struksi ingatan kita pada kejadian-
jadi
kejadian
idaman
setiap
Massa
petani
(lihat
masa
lalu,
menentukan
Winarto 2004). Menggapai idaman
makna yang kita berikan pada penga-
dengan seperangkat paket teknologi
laman dan kejadian-kejadian yang
yang diperkenalkan, termasuk benih
sedang berlangsung, dan menyajikan
unggul,
pestisida-
harapan untuk masa depan. Skema
perangsang
juga mengisi informasi ambigu yang
tumbuh, dan jaringan irigasi meru-
hilang, dan membantu kita dalam
pakan strategi program intensifikasi
menghadapi
padi.
suatu masalah (Strauss dan Quinn
pupuk
kimia,
herbisida-fungisida-zat
Itulah
program
pemerintah
semenjak paradigma Revolusi Hijau
atau
menyelesaikan
1997:49; lihat pula Choesin 2002:4).
melandasi pembangunan pertanian di
seperti
Dua macam praktik kegiatan petani
pertumbuhan tanaman yang sehat,
dalam upaya meningkatkan produk-
pelestarian lingkungan, dan kemam-
tivitas padi akan diulas dalam bagian
puan petani sebagai pengambil kepu-
ini, yakni adopsi petani atas introduksi
tusan yang bijak berdasarkan analisis
gagasan menanam rumpun padi yang
agroekosistem lahannya sendiri, itu-
dikenal dengan sebutan sistem lego-
lah yang ingin ditanamkan oleh pro-
wo, dan gagasan memanfaatkan fu-
gram Pengendalian Hama Terpadu
ngisida dengan zat perangsang tum-
(PHT; lihat Pontius dkk. 2002). Mela-
buh yang dipasarkan dengan nama
lui serangkaian kegiatan pelatihan
produk Score.
Indonesia.
Nilai-nilai
lain
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
31
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
Sistem 'Legowo': variasi dalam
memperoleh nutrisi yang lebih besar.
adopsi
Kompensasi jumlah anakan yang berlebih itulah yang diharapkan menutup
Apakah makna legowo itu sebenar-
kehilangan anakan dari rumpun-rum-
nya? Dalam bahasa Jawa, legowo me-
pun padi yang tidak ditanamkan. Seo-
miliki makna: bersikap rela untuk ti-
rang petani mengatakan bahwa jum-
dak mendapatkan apa yang seharus-
lah anakan di kedua baris yang di-
nya dapat dimanfaatkan, dimiliki,
perlebar jaraknya itu menyerupai
atau diperoleh. Jika demikian, apakah
jumlah anakan dari rumpun padi yang
makna sistem legowo dalam tanam
berada di pinggir pematang yang la-
padi? Sistem ini mengacu pada pe-
zimnya selalu lebih banyak daripada
ngaturan jarak tanam di antara re-
rumpun padi yang berada di tengah
rumpunan padi, yakni pembuatan
sawah.
jarak tanam di antara barisan rumpun
padi yang lebih lebar daripada yang
lazim dilakukan petani, tetapi hanya
untuk satu di antara empat (4) atau
lima (5) baris rumpun padi. Bila
keempat atau kelima baris rumpun
padi itu ditanam dengan jarak 25 cm,
misalnya, maka untuk baris kelima
atau keenam jarak rumpun padi diperlebar hingga mencapai 2x25 cm =
50 cm. Dengan perkataan lain, ada
sebaris rumpun padi yang seyogianya
'direlakan' oleh petani untuk tidak
ditanamkan. Berarti, ada kehilangan
sejumlah rumpun padi yang lazimnya
ditanamkan pada jarak 20—25 cm.
Namun, di balik hilangnya sejumlah
rumpun padi itu, petani akan memperoleh manfaat dari semakin banyaknya jumlah anakan yang tumbuh
dari rumpun-rumpun padi di kedua
baris yang diperlebar jaraknya. Hal itu
dimungkinkan
32
oleh
kesempatan
Saat saya mengikuti seorang
petani (Haji Ali, petani PHT)
mengamati lahan sawahnya
yang ditanam dengan sistem
legowo, yakni sepuluh (10) baris
rumpun padi ditanam dengan
jarak @25 cm, dan baris kesebelas dikosongkan, Haji Ali menceritakan bahwa sekalipun ia
berkeinginan melakukan pencabutan pada baris ketujuh dan tidak pada baris kesebelas, pekerjanya melakukan pencabutan rumpun pada baris kesebelas. Berdasarkan pengamatan
sekilas Haji Ali mengatakan bahwa ada perbedaan jumlah anakan di antara rumpun padi di
kedua baris yang diperlebar
jaraknya alih-alih yang berada di
tengah. Saya lalu membantunya
menghitung jumlah anakan di
salah satu rumpun yang terletak
di salah satu baris yang diperlebar jaraknya dan memperoleh
angka 42. Kami lalu menghitung
anakan dari salah satu rumpun
yang terletak di tengah-tengah,
diapit oleh baris yang diperlebar
jaraknya tersebut. Hasilnya,
jumlah anakannya terhitung se-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
banyak 28. Selisih jumlah anakan itulah yang dinyatakan oleh
Haji Ali sebagai pengganti rumpun yang di'legowo'kan untuk tidak ditanamkan itu. Berbeda
dari petani yang lain seperti
Rustam dan Ardi (petani PHT)
yang telah merancang perbedaan jarak tanam itu sebelum
pindah-tanam dilakukan, Haji
Ali melakukan pencabutan kembali benih-benih padi yang ditanamkan pada baris kesebelas
dan menggunakan benih-benih
itu untuk 'menyulam' (menggantikan) benih yang mati atau
tidak tumbuh sehat. Dengan cara itu, tidak hanya keuntungan
dari jumlah anakan berlebih
yang dia peroleh, tetapi juga dari kepastian pengadaan benih
untuk mengganti benih yang tidak tumbuh secara sehat. Kesehatan tumbuhnya seluruh benih
yang dipindahtanamkan itulah
yang menjadi salah satu keuntungan dari sistem ini seperti
dikemukakan Ardi.
TAN) Sukamandi. Balai penelitian ini
terletak 5 km jauhnya dari lokasi lahan sawah petani di Kampung Marga
Tani, Ciasem Baru (lihat peta 2.1 dan
Bab 2 dalam Winarto 2004). Untuk
pertama kali, sang guru mencobakan
sistem ini dengan sistem 2-1, yakni
dua baris ditanam dengan jarak 20
cm, dan baris ketiga ditanam dengan
perbedaan jarak 40 cm dari baris
kedua; dan demikian seterusnya. Ardi
mencoba dengan sistem 5-1. Hasil
dari praktik itulah yang kemudian
menjadi bahan pengamatan sesama
petani, menjadi bagian dari 'struktur
ekstra-personal' seseorang. Struktur
'ekstra-personal'
ini
terdiri
dari
kejadian dan praktik keseharian yang
terjadi di sekitar individu dan diamatinya, yang mengumpan balik pada 'struktur intra-personal' individu
Dari manakah gagasan itu diperoleh,
yang
bagaimanakah penyebarannya, dan
Quinn
bagaimanakah
2002:4). Awal uji-coba itulah yang
petani
mengadopsi
gagasan tersebut?
Nama beberapa petani yang mengawali praktik itu disebutkan oleh
rekan-rekannya yang mengamati kegiatan uji-coba petani yang bersangkutan. Dua petani bersaudara (Rustam dan Ardi) yang salah seorang di
antaranya guru SMU (Rustam), memperoleh pengetahuan tentang sistem
legowo itu dari Balai Penelitian Padi
(BALITPA) yang berlokasi di Balai
Penelitian Tanaman Pangan (BALIT-
bersangkutan.
(1997;
lihat
Strauss
pula
dan
Choesin
kemudian menyebar dari mulut ke
mulut. Pada awalnya, tidaklah semudah itu petani akan meniru apa yang
dilakukan rekannya. Kisah yang disampaikan petani memperkuat hipotesis saya sebelumnya. Petani hanya
akan mengadopsi praktik yang baru
bila mereka memperoleh bukti atas
manfaatnya.
Setelah
memperoleh
bukti dari pengamatan empiris bahwa
inovasi baru itu tidaklah merugikan,
adopsi pun dilakukan petani. Itu pu-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
33
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
lalah yang terjadi dengan adopsi
cm dan satu baris dengan jarak @40
penyebarluasan sistem legowo ini.
cm) yang dicobanya bahwa ia mem-
Saat saya berada di tengah-tengah
peroleh selisih keuntungan sejumlah
lana sawah, nampak jelas galur-galur
3—4 kuintal. Alasan dari selisih keun-
yang tercipta oleh perbedaan jarak
tungan itu diacunya tidak hanya dari
yang lebih lebar pada galur-galur
jumlah anakan yang berlebih dari
tersebut daripada yang tidak. Namun,
rumpun-rumpun padi dengan jarak
tidak seluruh lahan menampakkan
@40 cm seperti yang telah dihitung
adanya galur-galur itu. Variasi itu me-
oleh Haji Ali, tetapi juga dari kondisi
nandakan adanya petani yang me-
iklim mikro yang tercipta. Jarak yang
nerapkan sistem itu dan ada yang
diperlebar di antara rumpun padi
tidak.
memungkinkan masuknya sinar matahari yang 'menyehatkan pertum-
Bagi mereka yang tidak mengadopsi
buhan tanaman'. Iman, petani non-
sistem itu, perhitungan untung rugi
PHT yang lain mengumpamakannya
melandasi
Dengan
dengan kondisi rumah yang 'banyak
mengacu pada perhitungan 10-1,
jendelanya', enak, bagus, dan sehat.
yakni pada baris kesebelaslah rum-
“Hawa padi keluar, kena sinar mata-
pun padi itu diperlebar jarak ta-
hari, kelembaban berkurang,” begi-
namnya, seorang petani PHT (Adma)
tulah ungkapan Iman. Dengan alasan
memperhitungkan
keputusannya.
yang
itu pulalah Haji Ali mengomentari
akan diperolehnya karena untuk 10
kerugian
arah galur yang katanya 'salah' dila-
kotak sawah, ia dapat kehilangan satu
kukan oleh salah seorang petani
kotak. Bila yang bersangkutan meng-
(Anin, petani non-PHT), yakni tidak
garap 10 bahu (1 bahu = 0,7 ha),
membujur arah timur-barat, tetapi
maka ia akan kehilangan satu bahu.
utara-selatan yang akan menghalangi
Berapa kuintal gabah akan hilang dari
masuknya sinar matahari. Anin bu-
satu bahu itu? Oleh karena itu, ia tidak
kannya tidak menyadari hal itu, me-
berminat melaksanakan sistem ta-
lainkan pertimbangan agar tidak ter-
nam
dilakukan
kena terpaan angin saat 'menyem-
rekan-rekannya. Sebaliknya, mereka
prot' dan perhitungan untung-rugilah
yang mengadopsi sistem itu mem-
yang melandasi keputusannya. Angin
perhitungkan keuntungan dari selisih
bertiup arah timur-barat atau seba-
jumlah gabah yang diperoleh. Ardi
liknya, sedangkan ukuran sawahnya
(petani PHT) menghitung dari pola
lebih meluas kearah timur-barat alih-
tanam 5-1 (5 baris dengan jarak @20
alih utara-selatan. Arah galur utara-
34
seperti
apa
yang
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
selatan itu diharapkan tidak memper-
kanan (@5 rumpun padi) saat si pe-
besar kerugian yang akan dialaminya
kerja berjalan menyusuri galur. Hal itu
dengan berkurangnya jumlah rumpun
menandakan
padi.
nyemprotan 'obat' masih merupakan
bahwa
kegiatan
pe-
bagian yang tidak terlepaskan dari
Menarik untuk disimak bahwa tidak
pemeliharaan tanaman. Kata 'obat'
hanya
menginter-
pun belum tergantikan oleh kata
pretasikan manfaat dan kerugian sis-
variasi
dalam
'racun' misalnya seperti yang secara
tem itu yang dijumpai di antara se-
konsisten coba diterapkan oleh petani
jumlah petani, tetapi juga keputusan
PHT di Karang Endah, Lampung Te-
tentang penentuan pembuatan galur.
ngah (lihat Winarto dkk. 2000). Hal itu
Terdapat variasi dalam hal ini, yakni
menandakan
pada baris keberapa rumpun padi
skema pengendalian hama melalui
akan
kegiatan 'penyemprotan'.
di'legowo'kan:
baris
ketiga,
masih
diaktifkannya
kelima, keenam, atau kesebelas. Pilihan pada baris kesebelas diung-
Sekalipun kemudahan dalam mela-
kapkan oleh beberapa petani dengan
kukan pekerjaan memupuk atau me-
alasan:
kehi-
nyemprot 'obat' juga merupakan per-
langan rumpun padi yang berlebih,
timbangan untuk mengadopsi sistem
dan dengan kemudahan untuk me-
ini, petani lain, Iwan (petani PHT),
masuki lahan sawah mengerjakan
melakukan inovasi dalam penentuan
kegiatan pemupukan dan penyem-
jarak dan cara penanaman benih.
protan pestisida-herbisida-fungisida.
Seperti Haji Ali, Iwan melakukan pen-
'Menyemprot beragam obat' masih
cabutan rumpun-rumpun yang telah
menjadi bagian dari sekumpulan un-
ditanam. Tetapi, berbeda dari Haji Ali
sur-unsur gagasan perlindungan ta-
atau Anin yang melakukan penca-
naman. Ternyata, hal itu juga masih
butan di baris kesebelas, Iwan mela-
menjadi skema petani baik yang
kukannya di baris keenam dengan
'sekolah' maupun yang tidak yang
cara penanaman kembali sebagai
melandasi
berikut:
menghindari
pilihan
risiko
mereka
untuk
mengadopsi sistem legowo dengan
10-1 daripada 4-1 atau 5-1. Kemudahan dalam melakukan kegiatan pemupukan dan 'penyemprotan obat'
itu
tercapai
melalui
pelaksanaan
praktik itu sekaligus ke kiri dan ke
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
Rumpun yang dicabut oleh Iwan
itu ditanamkan di antara dua
rumpun padi (sekitar 12.5 cm)
di jajaran sisi kiri dengan jarak 5
cm ke luar dari jajaran baris
kelima. Untuk sisi kanan (baris
keenam), Iwan mengambil kelebihan benih yang ada di pem-
35
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
bibitan dan ditanamkan dengan
jarak tanam yang sama dengan
yang dilakukannya di sisi kiri
(baris kelima), yakni di tengah
dua rumpun (@12.5 cm) dan di
luar baris keenam, menjorok ke
tengah galur dengan jarak 5 cm.
Alhasil, jumlah rumpun bertambah dan pelebaran jarak
yang dilakukannya diharapkan
dapat menambah jumlah anakan di rumpun-rumpun padi dalam baris yang di-legowo (dengan jarak @50 cm), dan dari
benih yang ditanamkan di antara rumpun-rumpun yang dilegowo itu (dengan jarak @40
cm).
dalam jangkauan yang lebih sempit
daripada 10 rumpun padi (untuk satu
sisi dalam satu kali jalan).
Kasus adopsi sistem legowo di Marga
Tani ini memperlihatkan bahwa di satu sisi, perubahan memang terjadi
sebagai hasil pengambilan keputusan
masing-masing individu petani. Perubahan itu diwarnai pula dengan
tetap adanya variasi dari pengetahuan, alasan, dan praktik petani.
Variasi terjadi karena sikap petani
yang
terbuka
dan
kreatif
dalam
Apa yang dilakukan Iwan merupakan
mengadopsi gagasan baru di satu pi-
salah satu contoh kreativitas petani
hak, dan tetap menolak hal-hal yang
dalam
Ia
riskan di lain pihak. Bahwa acuan pa-
pertimbangan,
da 'kesehatan pertumbuhan tanam-
baik dari sisi agronomis dan kese-
an' diungkapkan oleh sejumlah petani
hatan pertumbuhan padi, maupun
menunjukkan pula akumulasi ide-ide
dari
tanaman.
baru dalam skema pemeliharaan ta-
Dalam skema itu, Iwan memper-
naman padi. Di sisi lain, ide yang lama
hitungkan bahwa perolehan produksi
tetap bertahan dan diaktifkan dalam
yang lebih tinggi dapat dicapai me-
asosiasi dengan ide-ide baru terse-
lalui: a) jumlah rumpun yang tidak
but.
mengadopsi
'meramu'
sisi
berbagai
ide
pemeliharaan
baru.
hilang, ditanamkan kembali, bahkan
ada penambahan rumpun dari benih-
Upaya meningkatkan produktivitas
benih baru; b) perolehan nutrisi yang
padi juga terwujud melalui adopsi
lebih baik melalui penjarakan tanam-
produk kimia yang baru diperke-
an yang memungkinkan penambahan
nalkan: ramuan bahan aktif berfungsi
jumlah anakan; c) adanya penyinaran
sebagai fungisida dan sekaligus se-
matahari dan udara untuk meng-
bagai zat perangsang tumbuh. Apa-
hindari kelembaban sehingga me-
kah hal yang sama juga terwujud da-
mungkinkan
lam respons petani?
tumbuhnya
tanaman
yang lebih sehat; dan d) sekaligus
tetap memudahkan pekerjaan memupuk dan 'menyemprot obat' sekalipun
36
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
'Me-Nyekor' tanaman: pemasa-
pada
ran produk yang jitu?
dan/atau penghematan biaya. De-
“Saya baru nye-kor padi di sawah sa-
ngan semakin mahalnya KCl, salah
ya tadi pagi,” itulah jawaban yang
satu pupuk dengan kandungan tung-
kuterima saat kujumpai seorang pe-
gal, penggunaan Phonska yang juga
tani PHT. Saya sempat terbengong
mengandung KCl dipandang sebagai
mendengar istilah yang baru saya
penghematan, walau sejumlah petani
dengar setelah sekian tahun tidak
masih menggunakan tambahan Urea
menyertai mereka ke sawah. ”Padi
dan TSP. Apakah penghematan biaya
saya belum di-sekor bu, tidak punya
ini juga melandasi keputusan sejum-
uang,” kata petani PHT yang lain. Ter-
lah petani untuk 'nye-kor' padinya?
nyata, kata nye-kor dan di-sekor itu
Bukan itu, karena harga Score ter-
merupakan istilah yang mengacu pa-
hitung mahal.
peningkatan
produksi
padi,
da kegiatan penyemprotan dengan
produk kimia yang berlabel: SCORE.
Untuk mudahnya, petani mempersingkat ungkapan dengan menambahkan imbuhan yang menyatakan
kegiatan aktif atau pasif digabungkan
dengan nama produknya. Produk ini
hanya merupakan salah satu dari sekian produk baru yang diperkenalkan
pada petani, di antaranya adalah
pupuk kimia yang memiliki kandungan N-P-K dengan nama PHONSKA. Jika pada limabelas tahun yang lalu
petani masih menggunakan pupuk
dengan kandungan kimia tunggal
(Urea, KCl, TSP, atau ZA, lihat Winarto
2004), kini selain pupuk dengan kandungan kimia tunggal itu (Urea dan
Arman, seorang petani PHT,
memperhitungkan biaya yang
dikeluarkannya untuk 'nye-kor'
padinya sebagai berikut:
Harga Skor Rp93.000,00/250
cc. Untuk 3 bahu (3x0.7 ha = 2.1
ha) sawah saya, saya memerlukan 2 botol. Sesuai anjuran
perlu 1 botol untuk 1 ha. Untuk
kuli saya pakai 2 orang
@Rp20.000,00/orang. Jadi, total: untuk kuli Rp 40.000,00
ditambah 2 botol Skor: Rp
186.000,00 = Rp226.000,00.
Itulah jumlah pengeluaran Arman
yang tentunya tidak terbilang murah.
Jika demikian, apakah yang melandasi keputusan Arman dan petani lain
untuk menggunakan Score?
TSP, misalnya), pupuk NPK telah
Akim (petani PHT), saudara Arman,
menjadi bagian tak terpisahkan dari
mengisahkan
kegiatan pemupukan. Adopsi produk
digunakan untuk menyebutkan man-
baru akan dengan mudah terlaksana
faat Score,
tentang
frasa
yang
bila terdapat bukti atas manfaatnya
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
37
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
Skor itu sama dengan Booster
padi. Skor untuk padi sama
dengan Booster untuk TV.
Ternyata, perbedaan keluarnya malai
karena
penggunaan
dengan
dan
tanpa Score, memang menjadi acuan
Itulah manfaat produk Score yang
petani saat melakukan perbandingan
tersebar di antara petani dalam per-
tentang pertumbuhan padi di lahan.
bandingannya dengan booster bagi
pesawat televisi. Peralatan teknologi
seperti televisi, termasuk booster,
bukanlah hal baru bagi petani. Entahlah dari mana istilah itu berasal.
Tetapi, Akim secara tegas menandaskan bahwa para tengkulak sudah
tahu, sudah memahami mana padi
yang 'di-Skor' dan mana yang tidak
'di-Skor'. “Jika tidak pakai Skor, gabah berwarna kuning, besem, enggak
laku,” kata Akim selanjutnya. Anin
(non-PHT, ayah Akim) menimpali:
“Biji padi tuh beda. Ada yang
bening, ada yang kurang bening. Yang bening itu, kayak
orang sudah mandi, itu orang
kota. Yang kurang bening, kayak orang masih kèpèt itu orang
kampung.”
Tidak hanya penampilan pada gabah
yang dinilai petani berbeda, tetapi
juga pada pertumbuhannya. Idham,
petani PHT, meminta saya untuk
mengamati langsung di lahan sawah
untuk membuktikan bahwa:
Ungkapan dan pengamatan petani di
atas menunjukkan interpretasi mereka atas bentuk gabah dan pertumbuhan padi yang dikaitkan dengan
”Keluarnya (malai) juga beda.
Kalau punya kakak (mengacu
pada Anin) mah udah hampir
kelihatan, punya saya belum,
karena belum di-Skor, jadi
lahirnya (malai) lambat.”
38
Saat saya mengikuti Anin ke
lahan sawahnya yang tengah disemprot dengan beragam 'obat', Anin menunjukkan perbedaan antara padinya dengan
padi Adma di sawah yang terletak bersebelahan dengan sawahnya. Hanya dengan perbedaan tanam satu hari, padinya
telah keluar malai karena telah
di-Skor, sedangkan padi Adma
belum keluar malai karena tidak
di-Skor. Hal itu ternyata juga
diacu oleh Adma yang datang
kemudian mengamati kondisi
lahannya. Adma memastikan
pada Anin jadwal menanam di
lahan Anin yang dilaksanakan
lebih awal satu hari daripada di
lahannya sendiri yang berarti
usia padi di kedua lahan itu pun
hanya berbeda satu hari. Dengan varietas padi yang sama
yakni Ciherang, mengapa malai
pada padi Anin sudah bermunculan sedang pada padinya
belum? ”Ini belum di-Skor, enggak ada duitnya,” itulah penjelasan Adma.
unsur pengetahuan baru semenjak
diperkenalkannya produk Score itu
oleh pihak perusahaan. Dalam skema
ini, terdapat pula unsur lain, yakni:
laku (laris) tidaknya gabah mereka
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
yang
oleh
lumnya bahwa pembelajaran petani
penilaian para tengkulak. Penilaian
ditentukan
itu terlaksana terutama melalui pe-
tengkulak seperti diungkapkan oleh
ngamatan empiris. Bila pengamatan
Akim ditujukan pada bentuk luar
empiris
gabah (bening/tidak), tetapi ada pula
pemahaman unsur gagasan lain yang
yang
lebih abstrak dan keterkaitannya satu
dikaitkan
terutama
dengan
pengisian
itu
tidak
ditunjang
oleh
gabah. Ayim (petani PHT) mence-
sama
ritakan bahwa para bandar (tengku-
pengamatan empiris dan konsep yang
lak) itu mengatakan bahwa gabah
lebih abstrak tidak akan terjadi. Bila
hasil produksi petani di Cabang (na-
diinterpretasikan dengan logika ber-
ma lama dari Marga Tani) itu berkua-
pikir objektif ilmiah, ada sesuatu un-
litas, pengisiannya penuh alih-alih
sur atau mata rantai gagasan yang
produksi petani di tempat lain. Haji
'hilang' dalam skema petani. Dalam
Ikin (petani PHT) dari desa tetangga,
kasus manfaat Score ini, keterkaitan
Marjim, menyatakan bahwa sebe-
antara fungsi produk kimia yang baru
narnya Score itu adalah fungisida. Hal
sebagai
itu berbeda dari petani di Marga Tani
mur—dan zat perangsang tumbuh
yang
menginter-
tidak dipahami keterkaitannya satu
pretasikan fungsi Score sebagai zat
sama lain. Demikian pula halnya de-
perangsang tumbuh alih-alih fungi-
ngan pencampuran kedua unsur kimia
sida. Bahwa Score itu fungisida dan
tersebut
zat pengatur tumbuh memang tertu-
bentuk luar gabah, atau pengisian
lis di label produk tersebut.
gabah. Penampilan dalam ketiga hal
lebih
dominan
lain,
asosiasi
antara
fungisida—pembasmi
bagi
pertumbuhan
hasil
ja-
padi,
terakhir inilah yang dapat diamati
”Skor itu fungisida, untuk 'penyakit' yang tidak kelihatan.
Kadang-kadang padi itu kena
krèsèk, enggak kelihatan (hamanya). Tetapi Skor itu bisa
bikin biji padi penuh,” kisah Haji
Ikin. Ketika saya tanyakan
mengapa hal itu bisa terjadi, ia
menyatakan: ”Enggak tahu kenapa bisa begitu. Fungisida itu
seperti yang lain-lain: Hopcin,
Antracol, tetapi kemampuan untuk padi itu kalau pakai Skor bisa
membuat bijinya penuh.”
petani yang diasumsikannya sebagai
hasil penggunaan Score dengan mengacu pula pada penjelasan pemilik
kios, toko 'obat', formulator 'obat'
atau bandar beras, para tengkulak. Di
manakah penjelasan para ilmuwan?
Akses pada informasi objektif asal dari
ranah
ilmu
pengetahuan
tidaklah
tersedia bagi petani secara mudah.
Semenjak saya meninggalkan para
petani di tahun 1992, tidaklah tercipta
Interpretasi
sejumlah
petani
itu
mekanisme atau pranata penyaluran
memperkuat hipotesis saya sebe-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
39
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
secara langsung berbagai informasi
mandi, 'kèpèt'. Namun, dari hasil
asal dari ranah ilmu pengetahuan
penelitian yang dilakukannya, tidak
pada petani, kecuali di lokasi-lokasi
ada perbedaan berat gabah diban-
yang tetap memperoleh dampingan
dingkan dengan yang tidak meng-
dari lembaga swadaya masyarakat
gunakan Score. Ia pun menyimpulkan
seperti di Desa Kalensari, Widasari,
bahwa interpretasi yang tidak tepat
Indramayu. Dalam situasi inilah, ske-
yang muncul di antara petani itu
ma para petani secara mudah ter-
merupakan hasil dari pemasaran para
bentuk melalui asosiasi unsur-unsur
produsen kimia dan pedagang. Inikah
gagasan asal dari ranah pasar yang
hasil dari strategi pemasaran yang
dilandasi oleh upaya memperoleh ke-
jitu? Inikah contoh nyata betapa para
untungan
produsen,
petani berada dalam dominasi pema-
pengecer, dan bandar beras. Apa yang
saran produk sehingga merelakan
dipromosikan itu sejalan dengan mi-
biaya sebesar Rp200.000,00 untuk
nat dan keinginan petani mening-
sekali penyemprotan dalam area se-
katkan produktivitas padi, serta hasil
luas 2 ha (atau Rp100.000,00/ satu
pengamatan empiris petani itu sen-
ha)? Anin, misalnya, bertekad mela-
diri.
kukan penyemprotan dengan Score
bagi
pihak
dua kali semusim. Berarti biaya pun
Kenyataan empiris sebagaimana terli-
berlipat. Namun, bila itulah pilihan
hat dari bentuk luar gabah, atau mor-
pasar dan dengan biaya itulah ga-
fologi gabah itulah yang memang
bahnya lebih berbobot, lebih cepat
terlihat jelas di mata petani seperti
panen daripada yang lain, dan lebih
diungkapkan oleh H. Roni (petani PHT
cepat terjual dengan harga tinggi,
dan Petani Pemandu) dari Kalensari,
biaya sebesar itupun tidak menjadi
Indramayu. Dalam seminar tentang
beban. Tidak demikian halnya dengan
'Budaya Pertanian di Asia Tenggara:
mereka yang terpaksa 'menggigit jari'
Suatu Analisis Komparasi Etnografi
karena tidak mampu membeli produk
Indonesia, Kamboja, dan Thailand' di
itu karena beban pengeluaran yang
Fakultas
berat.
Ilmu
Budaya
Universitas
Indonesia di akhir bulan Januari 2006,
Haji Roni mengemukakan, secara
Sebaliknya, bagi Haji Roni, justru
kasat mata, memang gabah nampak
kemandirian
bening, seperti 'orang mandi' setelah
tergantungan pada pedagang dan
disemprot dengan Score. Jika tidak,
produsen kimia itulah yang menjadi
gabah nampak seperti orang belum
kebanggaan dirinya. Kemandirian pe-
40
petani
dan
ketidak-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
tani, itulah yang menjadi bagian dari
berarti bahwa petani non-PHT lain
idaman dan perjuangan dirinya dan
dalam komunitas yang sama, tidak
anggota kelompoknya yang tengah
terjebak dalam lingkaran seperti yang
secara intensif memperoleh damping-
dialami petani di Ciasem Baru: ber-
an dari suatu lembaga swadaya ma-
tani dalam tekanan pemasaran yang
5
syarakat dalam pemuliaan benih.m
jitu?
Kelompoknya pernah pula memperoleh dampingan dari Indonesian FAO
Seperti halnya kasus adopsi sistem
Inter Country Program di perte-
legowo, adopsi produk kimia Skor
ngahan
melalui
juga memperlihatkan dua sisi karak-
tahun
1990-an
kegiatan Aksi Riset Fasilitasi (Action
teristik kebudayaan. Di satu sisi, ter-
Research Facility) dalam mengkaji
dapat dinamika petani dalam me-
dan menemukan strategi pengen-
nanggapi produk-produk baru yang
dalian penggerek batang yang jitu,
diperkenalkan. Adopsi produk baru
tanpa penggunaan pestisida. Mereka
berarti adanya penambahan unsur-
yang
memperoleh
unsur baru dalam skema berpikir
dampingan dan berada dalam akses
mereka yang diperkaya oleh umpan
informasi dan kerja sama dengan
balik hasil pengamatan dan pem-
Ikatan Petani Pengendalian Hama
belajaran mereka dalam menggu-
Terpadu Indonesia (IPPHTI)—aliansi
nakan produk baru tersebut. Apa
petani PHT dari kelompok tani di desa
yang menjadi bagian dari ekstra-
hingga tingkat nasional—itulah yang
personal individu mengumpan balik
nampaknya memperoleh keuntungan
menjadi bagian dari intra-personal
lebih
memperkuat
individu, skema interpretasi yang di-
skema berdasarkan paradigma baru
milikinya tentang cocok tanam padi.
dan kemandirian petani. Hal itu ber-
Asosiasi ide-ide baru itu akan semakin
secara
besar
intens
dalam
beda dari mereka yang tidak berada
kuat bila interpretasi mereka atas ha-
dalam situasi itu seperti petani di
sil pengamatan memperkuat asum-
Ciasem Baru. Namun, hal itu tidak
si-asumsi sebelumnya. Melalui meka-
5 Dampingan bagi sebelas kelompok tani di sebelas kecamatan di Kabupaten Indramayu
dilaksanakan oleh FIELD Indonesia dengan dukungan dari Center of Genetic Resources, Wageningen, FAO IPM Global Facility dan IPGRI Asian Productivity Organization dalam program yang
dikenal dengan PEDIGREA. PEDIGREA, singkatan dari: Participatory Enhancement of Diversity of
Genetic Resources, kini tengah diperkenalkan di Asia di tiga negara, yakni Indonesia, Filipina, dan
Kamboja. Program ini bertujuan untuk meningkatkan germplasm dari tanaman pangan dan hewan,
dan untuk menciptakan pasar bagi produk-produk komunitas petani yang dihasilkan dari pemuliaan
benih pangan dan hewan tersebut. Lihat Wienarto, Kuswara, dan Hakim (2005).
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
41
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
nisme itulah kebudayaan itu selalu
kata
berubah. Di sisi lain, tidak terjadi per-
perbendaharaan bahasa petani PHT di
ubahan signifikan dalam kondisi per-
samping 'musuh alami', 'siklus hidup
tanian padi dengan petani sebagai
hama', dan lain-lain (lihat Winarto
subjek dari berbagai target pema-
2004). Meneliti kondisi serangan ha-
saran produk dan inovasi teknologi
ma dan penyakit menjadi bagian inte-
pertanian padi untuk meningkatkan
gral dari praktik bercocok tanam padi.
produktivitas. Mekanisme belajar pe-
Di lain pihak, pengalihan skema yang
tani berupa uji-coba di lahan dengan
baru dalam pengendalian hama, yakni
mengandalkan hanya pada penga-
mendasarkan pada kondisi populasi
matan empiris dan komparasi serta
hama dan musuh alami, bagi warga
tidak teguhnya sikap skeptis petani
komunitas petani lain yang 'tidak
dalam
semua
sekolah' tidaklah mudah terlaksana.
produk yang ditawarkan menjadi fak-
Tanpa bukti nyata atas 'keampuhan'
tor kondusif bagi langgengnya pema-
pengendalian hama nonpestisida da-
saran yang jitu. Hal itu saya jumpai di
lam 'membunuh hama' disertai de-
antara
tidak
ngan tetap adanya serangan hama
memperoleh dampingan yang konti-
dan penyakit serta gencarnya ber-
nyu dan akses pada informasi lain
bagai introduksi produk-produk baru
sebagai acuan dan bahan pemban-
mendorong tetap langgengnya para-
ding. Kondisi ini semakin nyata dalam
digma pengendalian hama gaya Revo-
hal pengendalian hama.
lusi Hijau. Itulah yang saya jumpai di
mempertimbangkan
petani-petani
yang
yang
menjadi
bagian
dari
awal tahun 2006 ini.
Meneliti dan Menyemprot 'Obat':
”Uang punya, penelitian bisa”
Paradigma Lama dan Baru?
”Bertani sekarang harus kuat modalSalah satu manfaat nyata dari pela-
nya,” itulah ungkapan Akim saat
tihan bagi petani selama satu musim
membicarakan pentingnya penggu-
tanam dalam 'sekolah tanpa dinding'
naan produk yang membantu pertum-
untuk
lahan
buhan padi, termasuk Score, dan zat
secara lebih rinci dan mengambil ke-
pengatur tumbuh sejenis, Bigest yang
putusan
juga
mengamati
kondisi
berdasarkan
pengamatan
tergolong
mahal
(Rp70,000
adalah kesadaran petani akan pen-
untuk 50 cc). Tidak hanya itu, 'obat-
tingnya
pengamatan
obatan' pun perlu yang 'bagus'. Itulah
secara lebih teliti. 'Meneliti', itulah kini
strategi Akim, seorang petani PHT
42
melakukan
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
seperti yang juga dilakukan rekan-
saya amati terdapat di daun padi
rekannya dengan produk Score. Na-
Adma dan yang kemudian diambil oleh
mun, Akim pun menambahkan bahwa
Adma saat saya berada di lahan
petani tidak hanya cukup memiliki
sawahnya. Akim menduga bahwa pa-
modal. Ia juga harus melakukan pe-
da serangan kali ini, kelompok telur
nelitian. ”Uang punya, penelitian bi-
mungkin diletakkan di bagian bawah
sa,” itulah frasa yang digunakan untuk
daun padi, tidak lagi di bagian atas
mencerminkan keahlian yang perlu
daun. ”Penggerek batangnya seka-
dimiliki petani saat ini. Hal terakhir itu
rang pinter,” itulah asumsi Akim tanpa
diacunya pada pola serangan peng-
mengacu pada perbedaan spesies
gerek batang padi pada musim hujan
penggerek batangnya. Oleh karena
2005/06 yang dinilainya telah meng-
itulah, petani tetap harus sigap me-
alami perubahan dibandingkan de-
lakukan penelitian. Di lain pihak, seka-
ngan 15 tahun silam saat penggerek
lipun Akim tidak pernah lagi menggu-
batang padi putih sangat intens me-
nakan carbofuran—pestisida butiran
nyerang tanaman mereka. Bila pada
yang bekerja sistemik—yang terma-
masa itu penerbangan ngengat peng-
suk berdaya racun tinggi dan menjadi
gerek batang padi putih mudah tera-
kelaziman pada 15 tahun yang lalu, ia
mati dengan kelompok telur yang di-
juga tetap menggunakan 'obat' seper-
letakkan di bagian atas daun padi, kini
ti Spontan (insektisida sistemik dalam
tanpa teramati, tanaman padi usia
bentuk cair dengan petunjuk untuk
vegetatif terkena gejala sundep. Sun-
pengendalian penggerek batang) dan
dep merupakan sebutan petani bagi
Trebon (insektisida kontak cair). Akim
simptom serangan larva penggerek
pun meng'oplos' (mencampur) kedua
batang padi di usia muda (lihat ten-
insektisida itu.
tang karakteristik serangan penggerek batang padi dalam Reissig, dkk.
Apa yang diutarakan Akim menun-
1984; Winarto 2004). Idham menge-
jukkan bekerjanya skema yang meng-
luh
batangnya
asosiasikan sejumlah ide, yakni: a)
mungkin 'sudah ganti baju'. Petani
bahwa
penggerek
mencegah penyerangan hama dengan
lain di Indramayu tempat Aksi Riset
menggunakan pestisida seperti dalam
Fasilitasi tentang penggerek batang
paradigma Revolusi Hijau; b) perlunya
mengatakan bahwa mungkin sudah
modal untuk membeli produk-produk
terjadi persilangan antara penggerek
kimia yang terdapat di pasar demi
batang padi putih dan kuning. Peng-
peningkatan produktivitas; dan c)
gerek batang padi kuning itulah yang
perlunya melakukan penelitian seba-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
43
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
gaimana diperkenalkan melalui pro-
petani PHT yang merupakan sebagian
gram Pengendalian Hama Terpadu.
dari sejumlah petani PHT yang—pada
Aspek kognitif yang langgeng dan
limabelas
aspek kognitif yang baru, bahkan
melakukan pengamatan, penelitian,
dengan acuan pada kondisi empiris
dan uji coba pengendalian serangan
termutakhir,
penggerek batang padi putih setelah
menyatu
dalam
satu
tahun
silam—giat
skema dalam diri seseorang. Hal
mengenali
semacam itu kujumpai pula pada
melalui SLPHT. Saat itu mereka belajar
beberapa petani yang juga mengikuti
bahwa
Sekolah Lapang Pengendalian Hama
mekanis lebih efektif alih-alih dengan
Terpadu (SLPHT). Namun, sekalipun
pestisida kimia (menggunakan carbo-
beberapa petani PHT juga meng-
furan yang mahal). Kini, penyem-
gunakan insektisida Spontan sebagai
protan dengan Spontan menjadi solusi
solusi pengendalian hama penggerek
yang ditempuh petani untuk menga-
batang pada usia vegetatif ini seperti
tasi serangan sundep dalam situasi
halnya Akim, mereka mengatakan
tidak teramati sebelumnya pener-
bahwa mengamati kondisi lahan terle-
bangan ngengat penggerek batang
bih dahulu tetap perlu dilakukan.
dan peletakan kelompok telur di ta-
”Yang penting neliti hama, kesehatan
naman padinya.
siklus
cara
hidup
hama
pengendalian
ini
secara
tanaman kita, tikus, penggerek batang,” tandas Idham mengacu pada
Kasus Akim, Iwan, dan Ardi memper-
tetap adanya serangan kedua macam
lihatkan bahwa sekalipun mereka ber-
hama itu di musim hujan 2005/06 ini.
tiga melakukan pengamatan dan me-
”Kita tetap harus mengamati dulu,”
nyatakan pentingnya penelitian atas
kata Iwan yang juga mengaku bahwa
kondisi lahan dan serangan hama,
ia baru menyemprot lahan sawahnya
tersedianya insektisida baru menya-
di blok hamparan yang lain karena
jikan solusi yang relatif mudah alih-
terserang sundep. Ardi juga melaku-
alih mereka harus mengendalikan
kan hal yang sama dengan Iwan (me-
hama dengan strategi nonkimia. Da-
nyemprot dengan Spontan) karena
lam pemahaman mereka, insektisida
memiliki lahan sawah di blok ham-
itu memiliki daya kerja sistemik se-
paran yang lain, tidak di hamparan
perti daya kerja insektisida butiran
Kampung Marga Tani. Di blok ham-
yang sebelumnya lazim mereka gu-
paran itu kondisi serangan sundep
nakan. Apakah hal itu berkaitan de-
lebih intens daripada di hamparan
ngan tetap langgengnya 'introduksi
Marga Tani. Iwan dan Ardi adalah dua
berbagai macam produk kimia yang
44
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
juga inventif', ataukah dengan situasi
serangan hama yang relatif memiliki
karakteristik berbeda daripada yang
selazimnya, yang telah mereka kenali? Mengamati sekilas kondisi yang
dihadapi petani di awal tahun 2006
ini, kedua hal itulah yang nampaknya
dihadapi petani. Bagi petani yang
masih
memiliki
sejumlah
modal,
membeli pestisida di kios merupakan
solusinya jika memang alternatif pengendalian hama yang lain tidak
dapat dilakukan. Bagaimanakah halnya mereka yang tidak memiliki modal cukup?
luki sebagai 'petani profesor' karena
melakukan
penga-
matan tentang serangan penggerek
batang di awal tahun 1990-an, secara
terus terang menyatakan bahwa dia
tidak punya modal. Oleh karena itu,
melakukan pengendalian dengan pestisida sebagaimana dilakukan rekanrekannya tidak menjadi solusi yang
ditempuhnya. ”Udah enggak punya
uang, udah aja biarin,” ucap Idham.
Sebelumnya,
Jika Idham mengacu pada gejala yang
tidak lazim dari populasi ngengat
penggerek
batang
dan
intensitas
serangan larva (sundep), Anin (non
PHT), memberikan penjelasan tentang variasi serangan penggerek batang dengan perbedaan jadwal tanam.
Idham, petani PHT yang pernah dijuketekunannya
semua (kena ke semua rumpun
padi)? Apa bertelurnya pindahpindah? Kalau dulu kan enggak.
Ibu kan tahu sendiri, kalau
dipetik itunya (kelompok telurnya) kan udah,” demikianlah
penjelasan Idham menyatakan
keheranannya dengan kondisi
serangan sundep pada musim
hujan 2005/06 ini yang berbeda
dari di awal tahun 1990-an.
Idham
juga
mengi-
sahkan hasil pengamatannya bahwa
'orangnya' (mengacu pada ngengat
penggerek batang) ada, tetapi populasi ngengat tidaklah besar.
”'Orangnya' mah ada, tapi kan
satu petak cuman ada 1—2, tapi
kenapa sundepnya sampai kena
Anin adalah salah satu petani generasi
tua
yang
juga
selalu
melakukan
pengamatan sekalipun tetap konsisten menggunakan bermacam 'obat'.
Keterkaitan
antara
intensitas
se-
rangan dan jadwal tanam itu pulalah
yang juga menjadi kesimpulannya setelah mengalami serangan penggerek
batang terus menerus selama empat
musim
berturutan
(lihat
Winarto
2004). Kali ini, dengan mengacu pada
pengetahuan yang terakumulasi dari
serangan penggerak batang lebih dari
satu dekade yang lalu, Anin menyatakan bahwa serangan 'penyakit' itu
ada terus, tetapi serangan itu menjadi
masalah atau tidak tergantung pada si
petani.
Yang tandur bulan sebelas, tanggal 15-an, bagus, padinya tumbuh jangkung. Yang tandur bu-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
45
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
lan duabelas, tanggal 15 atau
20, kena sundep. Yang tandur
bulan sebelas, begitu datang
sundep, padi sudah tua.... Di
Ciasem Girang dan Kebon Cau
(mengacu pada blok hamparan
lain bersebelahan dengan blok
hamparan di Marga Tani), banyak sundep, karena tandurnya
bulan duabelas tanggal 15—20.
Kalau tandur bulan duabelas
tanggal muda, tanggal 5—12,
masih bagus. Karena itu, petani
kudu teliti. Petani harus neliti:
penyakit apa ini, 'obat'nya apa
ini? Penyakitnya: wereng, ulat,
atau kupu-kupu? 'Obat'nya apa?
ini, mungkin tepatlah frasa yang dinyatakan
Akim
dalam
menggam-
barkan skema yang menjadi acuan
bertindak petani di Marga Tani masa
kini jika ingin produktivitas padi tetap
unggul: ”Uang punya, penelitian bisa.”
Namun, dari kisah pengalaman serangan hama dalam beberapa tahun
terakhir, Haji Ali menceritakan bahwa
kondisi lahan sawah mereka sebenarnya telah 'aman' dari serangan wereng, tikus, ataupun penggerek ba-
Anin memiliki keyakinan bahwa stra-
tang, kecuali pada musim hujan ini
tegi petani itu sendirilah yang menjadi
dengan serangan tikus yang tinggi di
salah satu penyebab tanaman padi
awal musim tanam. Sundep (peng-
terserang hama, sehingga untuk da-
gerek batang yang menyerang di usia
pat menetapkan strategi yang tepat,
vegetatif) tidakl
PENGENDALIAN HAMA TERPADU
SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU:
ADAKAH PERUBAHAN DAN KEMANDIRIAN?
1
Yunita T. Winarto
1
Abstract
The program of integrated pest control (PHT)—through the Field School of
Integrated Pest Control and its various follow-up actions, was firstly introduced
to Indonesia in 1989. The program is aimed at changing the paradigm of plant
preservation from 'planting with pesticide' to 'planting for producing healthy
plants based on the agro ecosystem analysis. It is not only the peasants' skills
and knowledge that is increased in detail but also the peasant empowerment in
making decision. This passage is studying the result of re-observation towards
the peasants being trained in early 1990, after fifteen years went by. The peasants' knowledge and actions in responding to the dynamics of the nature condition, pest/disease attack, as well as the introduction of new ideas, reflect two
characteristics of cultures. On the one hand, there is a centripetal power, i.e. the
tendency of existing ideas in individuals mind in creating reproduction in the
thoughts and actions. On the other hand, there is a centrifugal power, i.e. the
tendency of the changing and variation in individual thoughts and actions. The
passage discusses the two cultural characteristics through the effort of the
peasants in some villages in Subang and Indramayu, West Java, in increasing
the food production and pest control.
1 Penulis adalah pengajar di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Univer-
sitas Indonesia. E-mail: winyun@indo.net.id
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
27
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
Antara Kelanggengan dan Peru-
lalu? Atau, masihkah kujumpai hal-
bahan: Suatu Pendahuluan
hal yang tidak jauh berbeda dari apa
yang kuamati, kudengar, dan kura-
Saat kujejakkan lagi langkahku di
sakan tentang berbagai upaya dan
Ciasem Baru dan Ciasem Tengah,
strategi mereka untuk mencapai ke-
Subang, di awal tahun 2006 ini, ham-
berhasilan dalam budi daya tanam
pir enam tahun tidak kujenguk lagi
padi? Itulah pertanyaan-pertanyaan
para petani di kedua desa itu dan
yang menuntunku untuk kembali ke
empatbelas tahun sudah kutinggal-
tengah-tengah mereka di saat-saat
kan mereka. Kala itu adalah saat-saat
panen akan tiba, panen yang dihadapi
akhir dari empat musim tanam yang
dengan penuh waswas; tidak hanya di
kujalani hari demi hari bersama para
saat curah hujan masih tinggi, tetapi
petani dalam perjuangannya meng-
juga di saat penguasa negara-bangsa
hasilkan panen yang 'mulus', bebas
ini telah dan masih akan mendatang-
hama/penyakit, tidak merugi, dan
kan ribuan ton beras dari negara te-
bahkan
tangga.
dapat
memperoleh
keun-
tungan dari harga jual gabah yang
layak (lihat Winarto 2004). Suatu per-
Apa yang kuamati, kudengar, dan
juangan yang tidaklah ringan. Kini,
kurasakan dari para petani di Ciasem,
adakah perubahan signifikan yang
Subang, dan juga di kabupaten te-
dialami mereka dalam pengetahuan
tangga,
dan strategi budi daya tanam padi
cermin nyata dari karakteristik suatu
setelah sejumlah petani memperoleh
kebudayaan,
pelatihan
Lapang
sentripetal dan sentrifugal. Bahwa
Pengendalian Hama Terpadu di tahun
suatu kebudayaan itu dapat memiliki
1990, dan mengarungi musim demi
kekuatan untuk bertahan, langgeng,
musim hingga limabelas tahun ber-
dan direproduksi dalam kehidupan
dalam
Sekolah
Indramayu, 2 merupakan
yakni
adanya
aspek
2 Kunjungan di awal tahun 2006 saya lakukan di Kampung Marga Tani, Desa Ciasem Baru, dan
Kampung Marjim, Desa Ciasem Tengah, Kabupaten Subang. Di tempat inilah penelitian selama
empat musim tanam (1990—92) dalam program Ph.D di Australian National University
berlangsung. Saya kunjungi pula Desa Kalensari dan Malangsari, Kecamatan Widasari, Kabupaten
Indramayu. Di lokasi terakhir terdapat kegiatan kelompok-kelompok tani dalam memuliakan benih
padi dan sayuran atas dampingan FIELD Indonesia semenjak tahun 2002. Karena keterbatasan
ruang, tulisan ini tidak dapat mengulas kegiatan tersebut secara rinci. Dalam kunjungan ini, Budhi
Baskoro Adhi mendampingi saya sebagai asisten peneliti. Terima kasih saya ucapkan pada
SEASREP (Southeast Asia Research Exchange Program) Foundation dengan dana pendukung
dari The Toyota Foundation dan The Japan Foundation atas alokasi dana untuk kunjungan ini
sebagai bagian dari penelitian tentang perubahan pengetahuan dan praktik petani padi di Asia
Tenggara (Kamboja dan Thailand) dalam periode waktu tahun 2004—2006.
28
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
individu maupun antargenerasi meru-
tang pengalaman petani di Lampung
pakan suatu realita yang menurut
Tengah).
Bakhtin (1981 dalam Strauss dan
Quinn 1997:4) menunjukkan daya
Kisah-kisah yang dituturkan sejumlah
sentripetal kebudayaan dalam kehi-
petani yang dulu dikenal dengan 'pe-
dupan sosial. Dengan perkataan lain,
tani yang sekolah'setelah selama satu
kecenderungan-kecenderungan sen-
musim mengikuti pelatihan dalam 'se-
tripetal itu, menurut Strauss dan
kolah tanpa dinding (school without
Quinn (1997:85), “…can be widely
walls atau yang dikenal dengan sing-
shared, durable in individuals and
katan
across generations, be repeated (for
kembali pada perjuangan mereka
certain understandings) in a wide va-
yang teguh, tekun, tetapi penuh dina-
riety of context, and supported by
mika dan kreativitas. Kreativitas ini-
emotional and motivational force.” Di
lah yang menjadi modal mereka un-
lain pihak, realita adanya keragaman,
tuk berjuang dalam situasi penuh per-
ketidakkonsistenan, dan perubahan
gulatan agar panennya berhasil di
menunjukkan daya sentrifugal suatu
tengah-tengah serangan hama dan
kebudayaan (Bakhtin 1981 dalam
penyakit yang tak kunjung henti.
Strauss dan Quinn 1997:4). Strauss
Melalui olah pikir yang terus menerus
dan Quinn (1997:85) menjelaskan
itulah mereka berinovasi dalam stra-
lebih lanjut tentang aspek sentrifugal
tegi cocok tanam, dan melalui karya-
ini bahwa: “…cultural understandings
karya itulah perubahan pun terjadi.n3
can be changeable in persons and
Hasil dari olah pikir yang diwujudkan
across generations; they can be un-
dalam tindakan dari hari ke hari, mu-
motivating; they can be contextually
sim ke musim, dan tahun ke tahun itu
limited; and they can be shared by
merupakan rangkaian dari langkah-
relatively few in a society.” Itulah ke-
langkah kecil, perubahan-perubahan
dua sisi dari kebudayaan, dan itu
dalam tingkat mikro, atau yang dise-
pulalah kedua hal yang terwujud da-
but oleh Carneiro (2003:18) sebagai
lam kehidupan para petani di wilayah
perubahan mikro-evolusioner. Berbe-
Jalur Pantai Utara Jawa Barat (lihat
da dari perubahan pada tingkat ma-
pula Winarto dan Choesin 2001 ten-
kro, atau yang disebut Carneiro se-
SLPHT)—mengingatkanku
3 Lihat perjuangan sejumlah petani alumni SLPHT menghadapi serangan penggerek batang padi
putih yang intensif dan kontinyu dalam Winarto (2004). Lihat pula Busyairi dkk. (2000) tentang
kegiatan para petani di Indramayu dalam menyusun strategi pengendalian hama yang sama di
Kalensari, Indramayu.
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
29
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
bagai perubahan makro-evolusioner,
hal itu ternyata masih menjadi acuan
perspektif mikro-evolusioner ini me-
berpikir dan bertindak dari mereka
nuntun antropolog untuk mengkaji:
yang belum tahu atau belum yakin
”…the
its
atas paradigma baru dalam budi daya
movementí” (Carneiro 2003:18). Jika
tanaman pangan. Mengapa hal itu
ilmuwan yang mengkaji perubahan
terjadi? Apakah tidak terlaksana alih
makro-evolusioner melihat kekuatan
pengetahuan dari petani-ke-petani
budaya sebagai faktor-faktor utama
yang memungkinkan terjadinya peru-
yang menyebabkan perubahan; pada
bahan dalam kerangka berpikir dan
tingkat mikro, individu-individu—de-
bertindak para petani dalam komuni-
ngan keputusan-keputusan dan tin-
tas setempat? Itukah wujud dari sisi
dakan-tindakannya—itulah
yang
yang lain karakteristik kebudayaan,
menjadi kekuatan pendorong ber-
yakni sisi keberlanjutan dan kelang-
langsungnya perubahan setapak demi
gengan suatu kebudayaan? Bagaima-
setapak (Carneiro 2003:224). 4
nakah kedua sisi itu terwujud dan
fine-grained
texture
of
diwujudkan secara bersamaan oleh
Di lain pihak, masih kujumpai se-
individu-individu
jumlah petani yang melaksanakan
berbeda?
yang
sama
atau
kegiatan seperti yang lazim kuamati
di awal tahun 1990-an. 'Mengoplos
Dalam tulisan ini saya akan mengulas
obat' (mencampur pestisida) agar
kedua karakteristik kebudayaan itu:
'ampuh', seketika 'membunuh hama',
yang dinamis dan bervariasi, serta
tetapi dengan biaya yang terjangkau
yang langgeng dan bertahan sebagai-
karena 'obat yang mahal dioplos de-
mana terwujud melalui strategi yang
ngan obat yang murah', merupakan
ditempuh
kerangka berpikir yang masih melan-
matkan tanaman dan meningkatkan
dasi strategi sejumlah petani dalam
produksi padi. Pertama akan saya kaji
mengendalikan hama. Itulah salah
upaya petani meningkatkan produk-
satu contoh kerangka berpikir yang
tivitas tanaman, dan kedua mengenai
justru ingin diubah melalui program
strategi pengendalian hama oleh pe-
petani
untuk
menyela-
Pengendalian Hama Terpadu. Namun,
4 Lihat pula makalah saya (Winarto 2005) dengan tema: Examining Evolutionary Changes in a
Comparative Perspective: The Cambodian and Thai Cases of Rice Farming Culture yang disajikan
dalam konferensi internasional dalam memperingati ulang tahun kesepuluh The SEASREP
Foundation: Southeast Asia: A Global Crossroads, tanggal 8—9 Desember 2005 di Chiang Mai,
Thailand.
30
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
tani di lokasi-lokasi yang saya kun-
dan tindak lanjutnya, petani diharap-
jungi di Subang dan Indramayu.
kan menjadi ahli PHT di lahannya
sendiri dan tidak semata sebagai pelaksana paket teknologi rekomendasi
Produktivitas:
pemerintah. Kini, setelah lima belas
Kreativitas Petani dan Kebutuhan
tahun berlalu, sejauhmanakah kedua
Pasar?
perangkat 'nilai budaya' bertanam
Meningkatkan
padi itu menjadi bagian dari 'skema'
Mencapai produksi yang tinggi, itulah
para petani dalam menyusun stra-
salah satu tujuan yang ingin dicapai
teginya? Menurut Strauss dan Quinn
oleh Revolusi Hijau yang di Indonesia
(1997:49),
dikenal
dengan
unsur-unsur yang bekerja bersama
INMAS
(Bimbingan
program
BIMAS/
skema
adalah
koleksi
dan
untuk memproses informasi pada
Intensifikasi Massa) di awal tahun
waktu tertentu. Skema itu merekon-
1970-an. Itu pulalah yang kini men-
struksi ingatan kita pada kejadian-
jadi
kejadian
idaman
setiap
Massa
petani
(lihat
masa
lalu,
menentukan
Winarto 2004). Menggapai idaman
makna yang kita berikan pada penga-
dengan seperangkat paket teknologi
laman dan kejadian-kejadian yang
yang diperkenalkan, termasuk benih
sedang berlangsung, dan menyajikan
unggul,
pestisida-
harapan untuk masa depan. Skema
perangsang
juga mengisi informasi ambigu yang
tumbuh, dan jaringan irigasi meru-
hilang, dan membantu kita dalam
pakan strategi program intensifikasi
menghadapi
padi.
suatu masalah (Strauss dan Quinn
pupuk
kimia,
herbisida-fungisida-zat
Itulah
program
pemerintah
semenjak paradigma Revolusi Hijau
atau
menyelesaikan
1997:49; lihat pula Choesin 2002:4).
melandasi pembangunan pertanian di
seperti
Dua macam praktik kegiatan petani
pertumbuhan tanaman yang sehat,
dalam upaya meningkatkan produk-
pelestarian lingkungan, dan kemam-
tivitas padi akan diulas dalam bagian
puan petani sebagai pengambil kepu-
ini, yakni adopsi petani atas introduksi
tusan yang bijak berdasarkan analisis
gagasan menanam rumpun padi yang
agroekosistem lahannya sendiri, itu-
dikenal dengan sebutan sistem lego-
lah yang ingin ditanamkan oleh pro-
wo, dan gagasan memanfaatkan fu-
gram Pengendalian Hama Terpadu
ngisida dengan zat perangsang tum-
(PHT; lihat Pontius dkk. 2002). Mela-
buh yang dipasarkan dengan nama
lui serangkaian kegiatan pelatihan
produk Score.
Indonesia.
Nilai-nilai
lain
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
31
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
Sistem 'Legowo': variasi dalam
memperoleh nutrisi yang lebih besar.
adopsi
Kompensasi jumlah anakan yang berlebih itulah yang diharapkan menutup
Apakah makna legowo itu sebenar-
kehilangan anakan dari rumpun-rum-
nya? Dalam bahasa Jawa, legowo me-
pun padi yang tidak ditanamkan. Seo-
miliki makna: bersikap rela untuk ti-
rang petani mengatakan bahwa jum-
dak mendapatkan apa yang seharus-
lah anakan di kedua baris yang di-
nya dapat dimanfaatkan, dimiliki,
perlebar jaraknya itu menyerupai
atau diperoleh. Jika demikian, apakah
jumlah anakan dari rumpun padi yang
makna sistem legowo dalam tanam
berada di pinggir pematang yang la-
padi? Sistem ini mengacu pada pe-
zimnya selalu lebih banyak daripada
ngaturan jarak tanam di antara re-
rumpun padi yang berada di tengah
rumpunan padi, yakni pembuatan
sawah.
jarak tanam di antara barisan rumpun
padi yang lebih lebar daripada yang
lazim dilakukan petani, tetapi hanya
untuk satu di antara empat (4) atau
lima (5) baris rumpun padi. Bila
keempat atau kelima baris rumpun
padi itu ditanam dengan jarak 25 cm,
misalnya, maka untuk baris kelima
atau keenam jarak rumpun padi diperlebar hingga mencapai 2x25 cm =
50 cm. Dengan perkataan lain, ada
sebaris rumpun padi yang seyogianya
'direlakan' oleh petani untuk tidak
ditanamkan. Berarti, ada kehilangan
sejumlah rumpun padi yang lazimnya
ditanamkan pada jarak 20—25 cm.
Namun, di balik hilangnya sejumlah
rumpun padi itu, petani akan memperoleh manfaat dari semakin banyaknya jumlah anakan yang tumbuh
dari rumpun-rumpun padi di kedua
baris yang diperlebar jaraknya. Hal itu
dimungkinkan
32
oleh
kesempatan
Saat saya mengikuti seorang
petani (Haji Ali, petani PHT)
mengamati lahan sawahnya
yang ditanam dengan sistem
legowo, yakni sepuluh (10) baris
rumpun padi ditanam dengan
jarak @25 cm, dan baris kesebelas dikosongkan, Haji Ali menceritakan bahwa sekalipun ia
berkeinginan melakukan pencabutan pada baris ketujuh dan tidak pada baris kesebelas, pekerjanya melakukan pencabutan rumpun pada baris kesebelas. Berdasarkan pengamatan
sekilas Haji Ali mengatakan bahwa ada perbedaan jumlah anakan di antara rumpun padi di
kedua baris yang diperlebar
jaraknya alih-alih yang berada di
tengah. Saya lalu membantunya
menghitung jumlah anakan di
salah satu rumpun yang terletak
di salah satu baris yang diperlebar jaraknya dan memperoleh
angka 42. Kami lalu menghitung
anakan dari salah satu rumpun
yang terletak di tengah-tengah,
diapit oleh baris yang diperlebar
jaraknya tersebut. Hasilnya,
jumlah anakannya terhitung se-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
banyak 28. Selisih jumlah anakan itulah yang dinyatakan oleh
Haji Ali sebagai pengganti rumpun yang di'legowo'kan untuk tidak ditanamkan itu. Berbeda
dari petani yang lain seperti
Rustam dan Ardi (petani PHT)
yang telah merancang perbedaan jarak tanam itu sebelum
pindah-tanam dilakukan, Haji
Ali melakukan pencabutan kembali benih-benih padi yang ditanamkan pada baris kesebelas
dan menggunakan benih-benih
itu untuk 'menyulam' (menggantikan) benih yang mati atau
tidak tumbuh sehat. Dengan cara itu, tidak hanya keuntungan
dari jumlah anakan berlebih
yang dia peroleh, tetapi juga dari kepastian pengadaan benih
untuk mengganti benih yang tidak tumbuh secara sehat. Kesehatan tumbuhnya seluruh benih
yang dipindahtanamkan itulah
yang menjadi salah satu keuntungan dari sistem ini seperti
dikemukakan Ardi.
TAN) Sukamandi. Balai penelitian ini
terletak 5 km jauhnya dari lokasi lahan sawah petani di Kampung Marga
Tani, Ciasem Baru (lihat peta 2.1 dan
Bab 2 dalam Winarto 2004). Untuk
pertama kali, sang guru mencobakan
sistem ini dengan sistem 2-1, yakni
dua baris ditanam dengan jarak 20
cm, dan baris ketiga ditanam dengan
perbedaan jarak 40 cm dari baris
kedua; dan demikian seterusnya. Ardi
mencoba dengan sistem 5-1. Hasil
dari praktik itulah yang kemudian
menjadi bahan pengamatan sesama
petani, menjadi bagian dari 'struktur
ekstra-personal' seseorang. Struktur
'ekstra-personal'
ini
terdiri
dari
kejadian dan praktik keseharian yang
terjadi di sekitar individu dan diamatinya, yang mengumpan balik pada 'struktur intra-personal' individu
Dari manakah gagasan itu diperoleh,
yang
bagaimanakah penyebarannya, dan
Quinn
bagaimanakah
2002:4). Awal uji-coba itulah yang
petani
mengadopsi
gagasan tersebut?
Nama beberapa petani yang mengawali praktik itu disebutkan oleh
rekan-rekannya yang mengamati kegiatan uji-coba petani yang bersangkutan. Dua petani bersaudara (Rustam dan Ardi) yang salah seorang di
antaranya guru SMU (Rustam), memperoleh pengetahuan tentang sistem
legowo itu dari Balai Penelitian Padi
(BALITPA) yang berlokasi di Balai
Penelitian Tanaman Pangan (BALIT-
bersangkutan.
(1997;
lihat
Strauss
pula
dan
Choesin
kemudian menyebar dari mulut ke
mulut. Pada awalnya, tidaklah semudah itu petani akan meniru apa yang
dilakukan rekannya. Kisah yang disampaikan petani memperkuat hipotesis saya sebelumnya. Petani hanya
akan mengadopsi praktik yang baru
bila mereka memperoleh bukti atas
manfaatnya.
Setelah
memperoleh
bukti dari pengamatan empiris bahwa
inovasi baru itu tidaklah merugikan,
adopsi pun dilakukan petani. Itu pu-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
33
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
lalah yang terjadi dengan adopsi
cm dan satu baris dengan jarak @40
penyebarluasan sistem legowo ini.
cm) yang dicobanya bahwa ia mem-
Saat saya berada di tengah-tengah
peroleh selisih keuntungan sejumlah
lana sawah, nampak jelas galur-galur
3—4 kuintal. Alasan dari selisih keun-
yang tercipta oleh perbedaan jarak
tungan itu diacunya tidak hanya dari
yang lebih lebar pada galur-galur
jumlah anakan yang berlebih dari
tersebut daripada yang tidak. Namun,
rumpun-rumpun padi dengan jarak
tidak seluruh lahan menampakkan
@40 cm seperti yang telah dihitung
adanya galur-galur itu. Variasi itu me-
oleh Haji Ali, tetapi juga dari kondisi
nandakan adanya petani yang me-
iklim mikro yang tercipta. Jarak yang
nerapkan sistem itu dan ada yang
diperlebar di antara rumpun padi
tidak.
memungkinkan masuknya sinar matahari yang 'menyehatkan pertum-
Bagi mereka yang tidak mengadopsi
buhan tanaman'. Iman, petani non-
sistem itu, perhitungan untung rugi
PHT yang lain mengumpamakannya
melandasi
Dengan
dengan kondisi rumah yang 'banyak
mengacu pada perhitungan 10-1,
jendelanya', enak, bagus, dan sehat.
yakni pada baris kesebelaslah rum-
“Hawa padi keluar, kena sinar mata-
pun padi itu diperlebar jarak ta-
hari, kelembaban berkurang,” begi-
namnya, seorang petani PHT (Adma)
tulah ungkapan Iman. Dengan alasan
memperhitungkan
keputusannya.
yang
itu pulalah Haji Ali mengomentari
akan diperolehnya karena untuk 10
kerugian
arah galur yang katanya 'salah' dila-
kotak sawah, ia dapat kehilangan satu
kukan oleh salah seorang petani
kotak. Bila yang bersangkutan meng-
(Anin, petani non-PHT), yakni tidak
garap 10 bahu (1 bahu = 0,7 ha),
membujur arah timur-barat, tetapi
maka ia akan kehilangan satu bahu.
utara-selatan yang akan menghalangi
Berapa kuintal gabah akan hilang dari
masuknya sinar matahari. Anin bu-
satu bahu itu? Oleh karena itu, ia tidak
kannya tidak menyadari hal itu, me-
berminat melaksanakan sistem ta-
lainkan pertimbangan agar tidak ter-
nam
dilakukan
kena terpaan angin saat 'menyem-
rekan-rekannya. Sebaliknya, mereka
prot' dan perhitungan untung-rugilah
yang mengadopsi sistem itu mem-
yang melandasi keputusannya. Angin
perhitungkan keuntungan dari selisih
bertiup arah timur-barat atau seba-
jumlah gabah yang diperoleh. Ardi
liknya, sedangkan ukuran sawahnya
(petani PHT) menghitung dari pola
lebih meluas kearah timur-barat alih-
tanam 5-1 (5 baris dengan jarak @20
alih utara-selatan. Arah galur utara-
34
seperti
apa
yang
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
selatan itu diharapkan tidak memper-
kanan (@5 rumpun padi) saat si pe-
besar kerugian yang akan dialaminya
kerja berjalan menyusuri galur. Hal itu
dengan berkurangnya jumlah rumpun
menandakan
padi.
nyemprotan 'obat' masih merupakan
bahwa
kegiatan
pe-
bagian yang tidak terlepaskan dari
Menarik untuk disimak bahwa tidak
pemeliharaan tanaman. Kata 'obat'
hanya
menginter-
pun belum tergantikan oleh kata
pretasikan manfaat dan kerugian sis-
variasi
dalam
'racun' misalnya seperti yang secara
tem itu yang dijumpai di antara se-
konsisten coba diterapkan oleh petani
jumlah petani, tetapi juga keputusan
PHT di Karang Endah, Lampung Te-
tentang penentuan pembuatan galur.
ngah (lihat Winarto dkk. 2000). Hal itu
Terdapat variasi dalam hal ini, yakni
menandakan
pada baris keberapa rumpun padi
skema pengendalian hama melalui
akan
kegiatan 'penyemprotan'.
di'legowo'kan:
baris
ketiga,
masih
diaktifkannya
kelima, keenam, atau kesebelas. Pilihan pada baris kesebelas diung-
Sekalipun kemudahan dalam mela-
kapkan oleh beberapa petani dengan
kukan pekerjaan memupuk atau me-
alasan:
kehi-
nyemprot 'obat' juga merupakan per-
langan rumpun padi yang berlebih,
timbangan untuk mengadopsi sistem
dan dengan kemudahan untuk me-
ini, petani lain, Iwan (petani PHT),
masuki lahan sawah mengerjakan
melakukan inovasi dalam penentuan
kegiatan pemupukan dan penyem-
jarak dan cara penanaman benih.
protan pestisida-herbisida-fungisida.
Seperti Haji Ali, Iwan melakukan pen-
'Menyemprot beragam obat' masih
cabutan rumpun-rumpun yang telah
menjadi bagian dari sekumpulan un-
ditanam. Tetapi, berbeda dari Haji Ali
sur-unsur gagasan perlindungan ta-
atau Anin yang melakukan penca-
naman. Ternyata, hal itu juga masih
butan di baris kesebelas, Iwan mela-
menjadi skema petani baik yang
kukannya di baris keenam dengan
'sekolah' maupun yang tidak yang
cara penanaman kembali sebagai
melandasi
berikut:
menghindari
pilihan
risiko
mereka
untuk
mengadopsi sistem legowo dengan
10-1 daripada 4-1 atau 5-1. Kemudahan dalam melakukan kegiatan pemupukan dan 'penyemprotan obat'
itu
tercapai
melalui
pelaksanaan
praktik itu sekaligus ke kiri dan ke
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
Rumpun yang dicabut oleh Iwan
itu ditanamkan di antara dua
rumpun padi (sekitar 12.5 cm)
di jajaran sisi kiri dengan jarak 5
cm ke luar dari jajaran baris
kelima. Untuk sisi kanan (baris
keenam), Iwan mengambil kelebihan benih yang ada di pem-
35
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
bibitan dan ditanamkan dengan
jarak tanam yang sama dengan
yang dilakukannya di sisi kiri
(baris kelima), yakni di tengah
dua rumpun (@12.5 cm) dan di
luar baris keenam, menjorok ke
tengah galur dengan jarak 5 cm.
Alhasil, jumlah rumpun bertambah dan pelebaran jarak
yang dilakukannya diharapkan
dapat menambah jumlah anakan di rumpun-rumpun padi dalam baris yang di-legowo (dengan jarak @50 cm), dan dari
benih yang ditanamkan di antara rumpun-rumpun yang dilegowo itu (dengan jarak @40
cm).
dalam jangkauan yang lebih sempit
daripada 10 rumpun padi (untuk satu
sisi dalam satu kali jalan).
Kasus adopsi sistem legowo di Marga
Tani ini memperlihatkan bahwa di satu sisi, perubahan memang terjadi
sebagai hasil pengambilan keputusan
masing-masing individu petani. Perubahan itu diwarnai pula dengan
tetap adanya variasi dari pengetahuan, alasan, dan praktik petani.
Variasi terjadi karena sikap petani
yang
terbuka
dan
kreatif
dalam
Apa yang dilakukan Iwan merupakan
mengadopsi gagasan baru di satu pi-
salah satu contoh kreativitas petani
hak, dan tetap menolak hal-hal yang
dalam
Ia
riskan di lain pihak. Bahwa acuan pa-
pertimbangan,
da 'kesehatan pertumbuhan tanam-
baik dari sisi agronomis dan kese-
an' diungkapkan oleh sejumlah petani
hatan pertumbuhan padi, maupun
menunjukkan pula akumulasi ide-ide
dari
tanaman.
baru dalam skema pemeliharaan ta-
Dalam skema itu, Iwan memper-
naman padi. Di sisi lain, ide yang lama
hitungkan bahwa perolehan produksi
tetap bertahan dan diaktifkan dalam
yang lebih tinggi dapat dicapai me-
asosiasi dengan ide-ide baru terse-
lalui: a) jumlah rumpun yang tidak
but.
mengadopsi
'meramu'
sisi
berbagai
ide
pemeliharaan
baru.
hilang, ditanamkan kembali, bahkan
ada penambahan rumpun dari benih-
Upaya meningkatkan produktivitas
benih baru; b) perolehan nutrisi yang
padi juga terwujud melalui adopsi
lebih baik melalui penjarakan tanam-
produk kimia yang baru diperke-
an yang memungkinkan penambahan
nalkan: ramuan bahan aktif berfungsi
jumlah anakan; c) adanya penyinaran
sebagai fungisida dan sekaligus se-
matahari dan udara untuk meng-
bagai zat perangsang tumbuh. Apa-
hindari kelembaban sehingga me-
kah hal yang sama juga terwujud da-
mungkinkan
lam respons petani?
tumbuhnya
tanaman
yang lebih sehat; dan d) sekaligus
tetap memudahkan pekerjaan memupuk dan 'menyemprot obat' sekalipun
36
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
'Me-Nyekor' tanaman: pemasa-
pada
ran produk yang jitu?
dan/atau penghematan biaya. De-
“Saya baru nye-kor padi di sawah sa-
ngan semakin mahalnya KCl, salah
ya tadi pagi,” itulah jawaban yang
satu pupuk dengan kandungan tung-
kuterima saat kujumpai seorang pe-
gal, penggunaan Phonska yang juga
tani PHT. Saya sempat terbengong
mengandung KCl dipandang sebagai
mendengar istilah yang baru saya
penghematan, walau sejumlah petani
dengar setelah sekian tahun tidak
masih menggunakan tambahan Urea
menyertai mereka ke sawah. ”Padi
dan TSP. Apakah penghematan biaya
saya belum di-sekor bu, tidak punya
ini juga melandasi keputusan sejum-
uang,” kata petani PHT yang lain. Ter-
lah petani untuk 'nye-kor' padinya?
nyata, kata nye-kor dan di-sekor itu
Bukan itu, karena harga Score ter-
merupakan istilah yang mengacu pa-
hitung mahal.
peningkatan
produksi
padi,
da kegiatan penyemprotan dengan
produk kimia yang berlabel: SCORE.
Untuk mudahnya, petani mempersingkat ungkapan dengan menambahkan imbuhan yang menyatakan
kegiatan aktif atau pasif digabungkan
dengan nama produknya. Produk ini
hanya merupakan salah satu dari sekian produk baru yang diperkenalkan
pada petani, di antaranya adalah
pupuk kimia yang memiliki kandungan N-P-K dengan nama PHONSKA. Jika pada limabelas tahun yang lalu
petani masih menggunakan pupuk
dengan kandungan kimia tunggal
(Urea, KCl, TSP, atau ZA, lihat Winarto
2004), kini selain pupuk dengan kandungan kimia tunggal itu (Urea dan
Arman, seorang petani PHT,
memperhitungkan biaya yang
dikeluarkannya untuk 'nye-kor'
padinya sebagai berikut:
Harga Skor Rp93.000,00/250
cc. Untuk 3 bahu (3x0.7 ha = 2.1
ha) sawah saya, saya memerlukan 2 botol. Sesuai anjuran
perlu 1 botol untuk 1 ha. Untuk
kuli saya pakai 2 orang
@Rp20.000,00/orang. Jadi, total: untuk kuli Rp 40.000,00
ditambah 2 botol Skor: Rp
186.000,00 = Rp226.000,00.
Itulah jumlah pengeluaran Arman
yang tentunya tidak terbilang murah.
Jika demikian, apakah yang melandasi keputusan Arman dan petani lain
untuk menggunakan Score?
TSP, misalnya), pupuk NPK telah
Akim (petani PHT), saudara Arman,
menjadi bagian tak terpisahkan dari
mengisahkan
kegiatan pemupukan. Adopsi produk
digunakan untuk menyebutkan man-
baru akan dengan mudah terlaksana
faat Score,
tentang
frasa
yang
bila terdapat bukti atas manfaatnya
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
37
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
Skor itu sama dengan Booster
padi. Skor untuk padi sama
dengan Booster untuk TV.
Ternyata, perbedaan keluarnya malai
karena
penggunaan
dengan
dan
tanpa Score, memang menjadi acuan
Itulah manfaat produk Score yang
petani saat melakukan perbandingan
tersebar di antara petani dalam per-
tentang pertumbuhan padi di lahan.
bandingannya dengan booster bagi
pesawat televisi. Peralatan teknologi
seperti televisi, termasuk booster,
bukanlah hal baru bagi petani. Entahlah dari mana istilah itu berasal.
Tetapi, Akim secara tegas menandaskan bahwa para tengkulak sudah
tahu, sudah memahami mana padi
yang 'di-Skor' dan mana yang tidak
'di-Skor'. “Jika tidak pakai Skor, gabah berwarna kuning, besem, enggak
laku,” kata Akim selanjutnya. Anin
(non-PHT, ayah Akim) menimpali:
“Biji padi tuh beda. Ada yang
bening, ada yang kurang bening. Yang bening itu, kayak
orang sudah mandi, itu orang
kota. Yang kurang bening, kayak orang masih kèpèt itu orang
kampung.”
Tidak hanya penampilan pada gabah
yang dinilai petani berbeda, tetapi
juga pada pertumbuhannya. Idham,
petani PHT, meminta saya untuk
mengamati langsung di lahan sawah
untuk membuktikan bahwa:
Ungkapan dan pengamatan petani di
atas menunjukkan interpretasi mereka atas bentuk gabah dan pertumbuhan padi yang dikaitkan dengan
”Keluarnya (malai) juga beda.
Kalau punya kakak (mengacu
pada Anin) mah udah hampir
kelihatan, punya saya belum,
karena belum di-Skor, jadi
lahirnya (malai) lambat.”
38
Saat saya mengikuti Anin ke
lahan sawahnya yang tengah disemprot dengan beragam 'obat', Anin menunjukkan perbedaan antara padinya dengan
padi Adma di sawah yang terletak bersebelahan dengan sawahnya. Hanya dengan perbedaan tanam satu hari, padinya
telah keluar malai karena telah
di-Skor, sedangkan padi Adma
belum keluar malai karena tidak
di-Skor. Hal itu ternyata juga
diacu oleh Adma yang datang
kemudian mengamati kondisi
lahannya. Adma memastikan
pada Anin jadwal menanam di
lahan Anin yang dilaksanakan
lebih awal satu hari daripada di
lahannya sendiri yang berarti
usia padi di kedua lahan itu pun
hanya berbeda satu hari. Dengan varietas padi yang sama
yakni Ciherang, mengapa malai
pada padi Anin sudah bermunculan sedang pada padinya
belum? ”Ini belum di-Skor, enggak ada duitnya,” itulah penjelasan Adma.
unsur pengetahuan baru semenjak
diperkenalkannya produk Score itu
oleh pihak perusahaan. Dalam skema
ini, terdapat pula unsur lain, yakni:
laku (laris) tidaknya gabah mereka
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
yang
oleh
lumnya bahwa pembelajaran petani
penilaian para tengkulak. Penilaian
ditentukan
itu terlaksana terutama melalui pe-
tengkulak seperti diungkapkan oleh
ngamatan empiris. Bila pengamatan
Akim ditujukan pada bentuk luar
empiris
gabah (bening/tidak), tetapi ada pula
pemahaman unsur gagasan lain yang
yang
lebih abstrak dan keterkaitannya satu
dikaitkan
terutama
dengan
pengisian
itu
tidak
ditunjang
oleh
gabah. Ayim (petani PHT) mence-
sama
ritakan bahwa para bandar (tengku-
pengamatan empiris dan konsep yang
lak) itu mengatakan bahwa gabah
lebih abstrak tidak akan terjadi. Bila
hasil produksi petani di Cabang (na-
diinterpretasikan dengan logika ber-
ma lama dari Marga Tani) itu berkua-
pikir objektif ilmiah, ada sesuatu un-
litas, pengisiannya penuh alih-alih
sur atau mata rantai gagasan yang
produksi petani di tempat lain. Haji
'hilang' dalam skema petani. Dalam
Ikin (petani PHT) dari desa tetangga,
kasus manfaat Score ini, keterkaitan
Marjim, menyatakan bahwa sebe-
antara fungsi produk kimia yang baru
narnya Score itu adalah fungisida. Hal
sebagai
itu berbeda dari petani di Marga Tani
mur—dan zat perangsang tumbuh
yang
menginter-
tidak dipahami keterkaitannya satu
pretasikan fungsi Score sebagai zat
sama lain. Demikian pula halnya de-
perangsang tumbuh alih-alih fungi-
ngan pencampuran kedua unsur kimia
sida. Bahwa Score itu fungisida dan
tersebut
zat pengatur tumbuh memang tertu-
bentuk luar gabah, atau pengisian
lis di label produk tersebut.
gabah. Penampilan dalam ketiga hal
lebih
dominan
lain,
asosiasi
antara
fungisida—pembasmi
bagi
pertumbuhan
hasil
ja-
padi,
terakhir inilah yang dapat diamati
”Skor itu fungisida, untuk 'penyakit' yang tidak kelihatan.
Kadang-kadang padi itu kena
krèsèk, enggak kelihatan (hamanya). Tetapi Skor itu bisa
bikin biji padi penuh,” kisah Haji
Ikin. Ketika saya tanyakan
mengapa hal itu bisa terjadi, ia
menyatakan: ”Enggak tahu kenapa bisa begitu. Fungisida itu
seperti yang lain-lain: Hopcin,
Antracol, tetapi kemampuan untuk padi itu kalau pakai Skor bisa
membuat bijinya penuh.”
petani yang diasumsikannya sebagai
hasil penggunaan Score dengan mengacu pula pada penjelasan pemilik
kios, toko 'obat', formulator 'obat'
atau bandar beras, para tengkulak. Di
manakah penjelasan para ilmuwan?
Akses pada informasi objektif asal dari
ranah
ilmu
pengetahuan
tidaklah
tersedia bagi petani secara mudah.
Semenjak saya meninggalkan para
petani di tahun 1992, tidaklah tercipta
Interpretasi
sejumlah
petani
itu
mekanisme atau pranata penyaluran
memperkuat hipotesis saya sebe-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
39
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
secara langsung berbagai informasi
mandi, 'kèpèt'. Namun, dari hasil
asal dari ranah ilmu pengetahuan
penelitian yang dilakukannya, tidak
pada petani, kecuali di lokasi-lokasi
ada perbedaan berat gabah diban-
yang tetap memperoleh dampingan
dingkan dengan yang tidak meng-
dari lembaga swadaya masyarakat
gunakan Score. Ia pun menyimpulkan
seperti di Desa Kalensari, Widasari,
bahwa interpretasi yang tidak tepat
Indramayu. Dalam situasi inilah, ske-
yang muncul di antara petani itu
ma para petani secara mudah ter-
merupakan hasil dari pemasaran para
bentuk melalui asosiasi unsur-unsur
produsen kimia dan pedagang. Inikah
gagasan asal dari ranah pasar yang
hasil dari strategi pemasaran yang
dilandasi oleh upaya memperoleh ke-
jitu? Inikah contoh nyata betapa para
untungan
produsen,
petani berada dalam dominasi pema-
pengecer, dan bandar beras. Apa yang
saran produk sehingga merelakan
dipromosikan itu sejalan dengan mi-
biaya sebesar Rp200.000,00 untuk
nat dan keinginan petani mening-
sekali penyemprotan dalam area se-
katkan produktivitas padi, serta hasil
luas 2 ha (atau Rp100.000,00/ satu
pengamatan empiris petani itu sen-
ha)? Anin, misalnya, bertekad mela-
diri.
kukan penyemprotan dengan Score
bagi
pihak
dua kali semusim. Berarti biaya pun
Kenyataan empiris sebagaimana terli-
berlipat. Namun, bila itulah pilihan
hat dari bentuk luar gabah, atau mor-
pasar dan dengan biaya itulah ga-
fologi gabah itulah yang memang
bahnya lebih berbobot, lebih cepat
terlihat jelas di mata petani seperti
panen daripada yang lain, dan lebih
diungkapkan oleh H. Roni (petani PHT
cepat terjual dengan harga tinggi,
dan Petani Pemandu) dari Kalensari,
biaya sebesar itupun tidak menjadi
Indramayu. Dalam seminar tentang
beban. Tidak demikian halnya dengan
'Budaya Pertanian di Asia Tenggara:
mereka yang terpaksa 'menggigit jari'
Suatu Analisis Komparasi Etnografi
karena tidak mampu membeli produk
Indonesia, Kamboja, dan Thailand' di
itu karena beban pengeluaran yang
Fakultas
berat.
Ilmu
Budaya
Universitas
Indonesia di akhir bulan Januari 2006,
Haji Roni mengemukakan, secara
Sebaliknya, bagi Haji Roni, justru
kasat mata, memang gabah nampak
kemandirian
bening, seperti 'orang mandi' setelah
tergantungan pada pedagang dan
disemprot dengan Score. Jika tidak,
produsen kimia itulah yang menjadi
gabah nampak seperti orang belum
kebanggaan dirinya. Kemandirian pe-
40
petani
dan
ketidak-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
tani, itulah yang menjadi bagian dari
berarti bahwa petani non-PHT lain
idaman dan perjuangan dirinya dan
dalam komunitas yang sama, tidak
anggota kelompoknya yang tengah
terjebak dalam lingkaran seperti yang
secara intensif memperoleh damping-
dialami petani di Ciasem Baru: ber-
an dari suatu lembaga swadaya ma-
tani dalam tekanan pemasaran yang
5
syarakat dalam pemuliaan benih.m
jitu?
Kelompoknya pernah pula memperoleh dampingan dari Indonesian FAO
Seperti halnya kasus adopsi sistem
Inter Country Program di perte-
legowo, adopsi produk kimia Skor
ngahan
melalui
juga memperlihatkan dua sisi karak-
tahun
1990-an
kegiatan Aksi Riset Fasilitasi (Action
teristik kebudayaan. Di satu sisi, ter-
Research Facility) dalam mengkaji
dapat dinamika petani dalam me-
dan menemukan strategi pengen-
nanggapi produk-produk baru yang
dalian penggerek batang yang jitu,
diperkenalkan. Adopsi produk baru
tanpa penggunaan pestisida. Mereka
berarti adanya penambahan unsur-
yang
memperoleh
unsur baru dalam skema berpikir
dampingan dan berada dalam akses
mereka yang diperkaya oleh umpan
informasi dan kerja sama dengan
balik hasil pengamatan dan pem-
Ikatan Petani Pengendalian Hama
belajaran mereka dalam menggu-
Terpadu Indonesia (IPPHTI)—aliansi
nakan produk baru tersebut. Apa
petani PHT dari kelompok tani di desa
yang menjadi bagian dari ekstra-
hingga tingkat nasional—itulah yang
personal individu mengumpan balik
nampaknya memperoleh keuntungan
menjadi bagian dari intra-personal
lebih
memperkuat
individu, skema interpretasi yang di-
skema berdasarkan paradigma baru
milikinya tentang cocok tanam padi.
dan kemandirian petani. Hal itu ber-
Asosiasi ide-ide baru itu akan semakin
secara
besar
intens
dalam
beda dari mereka yang tidak berada
kuat bila interpretasi mereka atas ha-
dalam situasi itu seperti petani di
sil pengamatan memperkuat asum-
Ciasem Baru. Namun, hal itu tidak
si-asumsi sebelumnya. Melalui meka-
5 Dampingan bagi sebelas kelompok tani di sebelas kecamatan di Kabupaten Indramayu
dilaksanakan oleh FIELD Indonesia dengan dukungan dari Center of Genetic Resources, Wageningen, FAO IPM Global Facility dan IPGRI Asian Productivity Organization dalam program yang
dikenal dengan PEDIGREA. PEDIGREA, singkatan dari: Participatory Enhancement of Diversity of
Genetic Resources, kini tengah diperkenalkan di Asia di tiga negara, yakni Indonesia, Filipina, dan
Kamboja. Program ini bertujuan untuk meningkatkan germplasm dari tanaman pangan dan hewan,
dan untuk menciptakan pasar bagi produk-produk komunitas petani yang dihasilkan dari pemuliaan
benih pangan dan hewan tersebut. Lihat Wienarto, Kuswara, dan Hakim (2005).
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
41
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
nisme itulah kebudayaan itu selalu
kata
berubah. Di sisi lain, tidak terjadi per-
perbendaharaan bahasa petani PHT di
ubahan signifikan dalam kondisi per-
samping 'musuh alami', 'siklus hidup
tanian padi dengan petani sebagai
hama', dan lain-lain (lihat Winarto
subjek dari berbagai target pema-
2004). Meneliti kondisi serangan ha-
saran produk dan inovasi teknologi
ma dan penyakit menjadi bagian inte-
pertanian padi untuk meningkatkan
gral dari praktik bercocok tanam padi.
produktivitas. Mekanisme belajar pe-
Di lain pihak, pengalihan skema yang
tani berupa uji-coba di lahan dengan
baru dalam pengendalian hama, yakni
mengandalkan hanya pada penga-
mendasarkan pada kondisi populasi
matan empiris dan komparasi serta
hama dan musuh alami, bagi warga
tidak teguhnya sikap skeptis petani
komunitas petani lain yang 'tidak
dalam
semua
sekolah' tidaklah mudah terlaksana.
produk yang ditawarkan menjadi fak-
Tanpa bukti nyata atas 'keampuhan'
tor kondusif bagi langgengnya pema-
pengendalian hama nonpestisida da-
saran yang jitu. Hal itu saya jumpai di
lam 'membunuh hama' disertai de-
antara
tidak
ngan tetap adanya serangan hama
memperoleh dampingan yang konti-
dan penyakit serta gencarnya ber-
nyu dan akses pada informasi lain
bagai introduksi produk-produk baru
sebagai acuan dan bahan pemban-
mendorong tetap langgengnya para-
ding. Kondisi ini semakin nyata dalam
digma pengendalian hama gaya Revo-
hal pengendalian hama.
lusi Hijau. Itulah yang saya jumpai di
mempertimbangkan
petani-petani
yang
yang
menjadi
bagian
dari
awal tahun 2006 ini.
Meneliti dan Menyemprot 'Obat':
”Uang punya, penelitian bisa”
Paradigma Lama dan Baru?
”Bertani sekarang harus kuat modalSalah satu manfaat nyata dari pela-
nya,” itulah ungkapan Akim saat
tihan bagi petani selama satu musim
membicarakan pentingnya penggu-
tanam dalam 'sekolah tanpa dinding'
naan produk yang membantu pertum-
untuk
lahan
buhan padi, termasuk Score, dan zat
secara lebih rinci dan mengambil ke-
pengatur tumbuh sejenis, Bigest yang
putusan
juga
mengamati
kondisi
berdasarkan
pengamatan
tergolong
mahal
(Rp70,000
adalah kesadaran petani akan pen-
untuk 50 cc). Tidak hanya itu, 'obat-
tingnya
pengamatan
obatan' pun perlu yang 'bagus'. Itulah
secara lebih teliti. 'Meneliti', itulah kini
strategi Akim, seorang petani PHT
42
melakukan
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
seperti yang juga dilakukan rekan-
saya amati terdapat di daun padi
rekannya dengan produk Score. Na-
Adma dan yang kemudian diambil oleh
mun, Akim pun menambahkan bahwa
Adma saat saya berada di lahan
petani tidak hanya cukup memiliki
sawahnya. Akim menduga bahwa pa-
modal. Ia juga harus melakukan pe-
da serangan kali ini, kelompok telur
nelitian. ”Uang punya, penelitian bi-
mungkin diletakkan di bagian bawah
sa,” itulah frasa yang digunakan untuk
daun padi, tidak lagi di bagian atas
mencerminkan keahlian yang perlu
daun. ”Penggerek batangnya seka-
dimiliki petani saat ini. Hal terakhir itu
rang pinter,” itulah asumsi Akim tanpa
diacunya pada pola serangan peng-
mengacu pada perbedaan spesies
gerek batang padi pada musim hujan
penggerek batangnya. Oleh karena
2005/06 yang dinilainya telah meng-
itulah, petani tetap harus sigap me-
alami perubahan dibandingkan de-
lakukan penelitian. Di lain pihak, seka-
ngan 15 tahun silam saat penggerek
lipun Akim tidak pernah lagi menggu-
batang padi putih sangat intens me-
nakan carbofuran—pestisida butiran
nyerang tanaman mereka. Bila pada
yang bekerja sistemik—yang terma-
masa itu penerbangan ngengat peng-
suk berdaya racun tinggi dan menjadi
gerek batang padi putih mudah tera-
kelaziman pada 15 tahun yang lalu, ia
mati dengan kelompok telur yang di-
juga tetap menggunakan 'obat' seper-
letakkan di bagian atas daun padi, kini
ti Spontan (insektisida sistemik dalam
tanpa teramati, tanaman padi usia
bentuk cair dengan petunjuk untuk
vegetatif terkena gejala sundep. Sun-
pengendalian penggerek batang) dan
dep merupakan sebutan petani bagi
Trebon (insektisida kontak cair). Akim
simptom serangan larva penggerek
pun meng'oplos' (mencampur) kedua
batang padi di usia muda (lihat ten-
insektisida itu.
tang karakteristik serangan penggerek batang padi dalam Reissig, dkk.
Apa yang diutarakan Akim menun-
1984; Winarto 2004). Idham menge-
jukkan bekerjanya skema yang meng-
luh
batangnya
asosiasikan sejumlah ide, yakni: a)
mungkin 'sudah ganti baju'. Petani
bahwa
penggerek
mencegah penyerangan hama dengan
lain di Indramayu tempat Aksi Riset
menggunakan pestisida seperti dalam
Fasilitasi tentang penggerek batang
paradigma Revolusi Hijau; b) perlunya
mengatakan bahwa mungkin sudah
modal untuk membeli produk-produk
terjadi persilangan antara penggerek
kimia yang terdapat di pasar demi
batang padi putih dan kuning. Peng-
peningkatan produktivitas; dan c)
gerek batang padi kuning itulah yang
perlunya melakukan penelitian seba-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
43
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
gaimana diperkenalkan melalui pro-
petani PHT yang merupakan sebagian
gram Pengendalian Hama Terpadu.
dari sejumlah petani PHT yang—pada
Aspek kognitif yang langgeng dan
limabelas
aspek kognitif yang baru, bahkan
melakukan pengamatan, penelitian,
dengan acuan pada kondisi empiris
dan uji coba pengendalian serangan
termutakhir,
penggerek batang padi putih setelah
menyatu
dalam
satu
tahun
silam—giat
skema dalam diri seseorang. Hal
mengenali
semacam itu kujumpai pula pada
melalui SLPHT. Saat itu mereka belajar
beberapa petani yang juga mengikuti
bahwa
Sekolah Lapang Pengendalian Hama
mekanis lebih efektif alih-alih dengan
Terpadu (SLPHT). Namun, sekalipun
pestisida kimia (menggunakan carbo-
beberapa petani PHT juga meng-
furan yang mahal). Kini, penyem-
gunakan insektisida Spontan sebagai
protan dengan Spontan menjadi solusi
solusi pengendalian hama penggerek
yang ditempuh petani untuk menga-
batang pada usia vegetatif ini seperti
tasi serangan sundep dalam situasi
halnya Akim, mereka mengatakan
tidak teramati sebelumnya pener-
bahwa mengamati kondisi lahan terle-
bangan ngengat penggerek batang
bih dahulu tetap perlu dilakukan.
dan peletakan kelompok telur di ta-
”Yang penting neliti hama, kesehatan
naman padinya.
siklus
cara
hidup
hama
pengendalian
ini
secara
tanaman kita, tikus, penggerek batang,” tandas Idham mengacu pada
Kasus Akim, Iwan, dan Ardi memper-
tetap adanya serangan kedua macam
lihatkan bahwa sekalipun mereka ber-
hama itu di musim hujan 2005/06 ini.
tiga melakukan pengamatan dan me-
”Kita tetap harus mengamati dulu,”
nyatakan pentingnya penelitian atas
kata Iwan yang juga mengaku bahwa
kondisi lahan dan serangan hama,
ia baru menyemprot lahan sawahnya
tersedianya insektisida baru menya-
di blok hamparan yang lain karena
jikan solusi yang relatif mudah alih-
terserang sundep. Ardi juga melaku-
alih mereka harus mengendalikan
kan hal yang sama dengan Iwan (me-
hama dengan strategi nonkimia. Da-
nyemprot dengan Spontan) karena
lam pemahaman mereka, insektisida
memiliki lahan sawah di blok ham-
itu memiliki daya kerja sistemik se-
paran yang lain, tidak di hamparan
perti daya kerja insektisida butiran
Kampung Marga Tani. Di blok ham-
yang sebelumnya lazim mereka gu-
paran itu kondisi serangan sundep
nakan. Apakah hal itu berkaitan de-
lebih intens daripada di hamparan
ngan tetap langgengnya 'introduksi
Marga Tani. Iwan dan Ardi adalah dua
berbagai macam produk kimia yang
44
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
BAHASAN UTAMA
juga inventif', ataukah dengan situasi
serangan hama yang relatif memiliki
karakteristik berbeda daripada yang
selazimnya, yang telah mereka kenali? Mengamati sekilas kondisi yang
dihadapi petani di awal tahun 2006
ini, kedua hal itulah yang nampaknya
dihadapi petani. Bagi petani yang
masih
memiliki
sejumlah
modal,
membeli pestisida di kios merupakan
solusinya jika memang alternatif pengendalian hama yang lain tidak
dapat dilakukan. Bagaimanakah halnya mereka yang tidak memiliki modal cukup?
luki sebagai 'petani profesor' karena
melakukan
penga-
matan tentang serangan penggerek
batang di awal tahun 1990-an, secara
terus terang menyatakan bahwa dia
tidak punya modal. Oleh karena itu,
melakukan pengendalian dengan pestisida sebagaimana dilakukan rekanrekannya tidak menjadi solusi yang
ditempuhnya. ”Udah enggak punya
uang, udah aja biarin,” ucap Idham.
Sebelumnya,
Jika Idham mengacu pada gejala yang
tidak lazim dari populasi ngengat
penggerek
batang
dan
intensitas
serangan larva (sundep), Anin (non
PHT), memberikan penjelasan tentang variasi serangan penggerek batang dengan perbedaan jadwal tanam.
Idham, petani PHT yang pernah dijuketekunannya
semua (kena ke semua rumpun
padi)? Apa bertelurnya pindahpindah? Kalau dulu kan enggak.
Ibu kan tahu sendiri, kalau
dipetik itunya (kelompok telurnya) kan udah,” demikianlah
penjelasan Idham menyatakan
keheranannya dengan kondisi
serangan sundep pada musim
hujan 2005/06 ini yang berbeda
dari di awal tahun 1990-an.
Idham
juga
mengi-
sahkan hasil pengamatannya bahwa
'orangnya' (mengacu pada ngengat
penggerek batang) ada, tetapi populasi ngengat tidaklah besar.
”'Orangnya' mah ada, tapi kan
satu petak cuman ada 1—2, tapi
kenapa sundepnya sampai kena
Anin adalah salah satu petani generasi
tua
yang
juga
selalu
melakukan
pengamatan sekalipun tetap konsisten menggunakan bermacam 'obat'.
Keterkaitan
antara
intensitas
se-
rangan dan jadwal tanam itu pulalah
yang juga menjadi kesimpulannya setelah mengalami serangan penggerek
batang terus menerus selama empat
musim
berturutan
(lihat
Winarto
2004). Kali ini, dengan mengacu pada
pengetahuan yang terakumulasi dari
serangan penggerak batang lebih dari
satu dekade yang lalu, Anin menyatakan bahwa serangan 'penyakit' itu
ada terus, tetapi serangan itu menjadi
masalah atau tidak tergantung pada si
petani.
Yang tandur bulan sebelas, tanggal 15-an, bagus, padinya tumbuh jangkung. Yang tandur bu-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006
45
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SETELAH LIMA BELAS TAHUN BERLALU
lan duabelas, tanggal 15 atau
20, kena sundep. Yang tandur
bulan sebelas, begitu datang
sundep, padi sudah tua.... Di
Ciasem Girang dan Kebon Cau
(mengacu pada blok hamparan
lain bersebelahan dengan blok
hamparan di Marga Tani), banyak sundep, karena tandurnya
bulan duabelas tanggal 15—20.
Kalau tandur bulan duabelas
tanggal muda, tanggal 5—12,
masih bagus. Karena itu, petani
kudu teliti. Petani harus neliti:
penyakit apa ini, 'obat'nya apa
ini? Penyakitnya: wereng, ulat,
atau kupu-kupu? 'Obat'nya apa?
ini, mungkin tepatlah frasa yang dinyatakan
Akim
dalam
menggam-
barkan skema yang menjadi acuan
bertindak petani di Marga Tani masa
kini jika ingin produktivitas padi tetap
unggul: ”Uang punya, penelitian bisa.”
Namun, dari kisah pengalaman serangan hama dalam beberapa tahun
terakhir, Haji Ali menceritakan bahwa
kondisi lahan sawah mereka sebenarnya telah 'aman' dari serangan wereng, tikus, ataupun penggerek ba-
Anin memiliki keyakinan bahwa stra-
tang, kecuali pada musim hujan ini
tegi petani itu sendirilah yang menjadi
dengan serangan tikus yang tinggi di
salah satu penyebab tanaman padi
awal musim tanam. Sundep (peng-
terserang hama, sehingga untuk da-
gerek batang yang menyerang di usia
pat menetapkan strategi yang tepat,
vegetatif) tidakl