Kerjasama Antara Indonesia Dengan International Monetary Fund (Imf) Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia

merupakan

salah

satu

negara

berkembang

yang

dimana


perkembangannya tersebut bisa dilihat dalam sektor ekonomi. Pada awal tahun
1997 dapat dikatakan bahwa hampir semua orang, di Indonesia maupun dari
badan-badan dunia seperti Bank Dunia, IMF, ADB tidak menduga bahwa
beberapa negara Asia akan mengalami suatu krisis moneter atau ekonomi yang
sangat besar sepanjang sejarah dunia sejak akhir perang dunia kedua. Walaupun
sejak tahun 1995 ada sejumlah lembaga keuangan dunia (IMF dan Bank Dunia)
sudah beberapa kali memperingati Thailand dan Indonesia bahwa kedua negara
tersebut yang sudah mulai memanas, kalau dibiarkan terus akan berakibat buruk.
Namun perekonomian di Indonesia mengalami masa krisis pada pertengahan
tahun 1997 hingga pertengahan tahun 1998. 2
Menanggapi perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mulai
merosot sejak bulan Mei 1997. Nilai rupiah dalam dolar AS terus tertekan, pada
tanggal 13 Agustus 1997 rupiah mencapai nilai terendah hingga saat itu, yakni
dari Rp2.655,00 menjadi Rp2.682,00 per dollar dan akhirnya menjadi Rp2.755,00
per dollar AS. Tetapi terkadang nilai rupiah juga mengalami penguatan beberapa
poin. Misalnya, pada bulan Maret 1988 nilai rupiah mencapai Rp10.550,00 untuk
satu dollar AS, walaupun sebelumnya, antara bulan Januari dan Februari sempat
menembus Rp11.000,00 rupiah per dollar AS. Selama periode Agustus 19971998,
2


Tulus Tambunan, Krisis Ekonomi, ( Jakarta, Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 1998), hal : 39

2

nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terendah terjadi pada bulan Juli 1998,
yakni mencapai nilai antara Rp14.000,00 dan Rp15.000,00 per dollar AS.
Sedangkan dari bulan September 1998 hingga Mei 1999, perkembangan kurs
rupiah terhadap dolar AS berada pada nilai antara Rp8.000,00 dan Rp11.000,00
per dollar AS. Selama periode 1 Januari 1998 hingga 5 Agustus 1998, depresiasi
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS adalah yang paling tinggi dibandingkan
dengan mata uang-mata uang Negara-negara Asia lainnya yang juga mengalami
depresiasi terhadap dolar AS selama periode tersebut. 3
Nilai tukar rupiah ini, yang berarti terjadi peningkatan valuta asing, khususnya
dollar AS. Adanya tekanan permintaan valuta asing besar-besaran, baik oleh
pihak-pihak yang membutuhkan untuk membayar utang luar Negerinya, atau oleh
masyarakat yang khawatir akan terus merosotnya nilai tukar rupiah, yang telah
menyebabkan rupiah semakin terpuruk. Hal ini berkembang hingga menimbulkan
krisis ekonomi secara keseluruhan dan berkepanjangan. Dalam situasi krisis
tersebut, berbagai perubahan sangat cepat terjadi dalam perekonomian nasional.

Ketidakpastian ekonomi tersebut disebabkan oleh

ketidakstabilan di bidang

politik dan menyebabkan keamanan menjadi sangat tinggi, sehingga membuat
para pelaku ekonomi, baik domestik maupun asing menjadi ragu-ragu untuk
melakukan aktivitasnya di Indonesia. Hal ini semakin memperburuk dan
menyulitkan usaha-usaha pemulihan ekonomi nasional. 4
Pemerintahan Indonesia melakukan segala cara dan upaya untuk
memikirkan dan membuat pemulihan perekonomian Indonesia kembali keadaan
semula dimana perekonomian itu tidak mengalami krisis dan tidak terjadinya
3

http://ock-t.blogspot.co.id/ 2011/ 12/ krisis-ekonomi-di-indonesia-tahun-1997.html
diakes pada tanggal 16 januari 2016 pukul 15.41 WIB
4
Edy Suandi Hamid, Perekonomian Indonesia, (Yogyakarta:UII Press, 2000), hal. ix

3


merosotnya nilai tukar rupiah. Tanda-tanda pemulihan ekonomi Indonesia pada
bulan-bulan awal tahun 1999 ini menampakkan diri, atau paling tidak sudah ada
stabilitas jangka pendek dalam variabel-variabel makro ekonomi nasioanal dan
gejolak nilai tukar tidak lagi setinggi pada awal krisis ekonomi. Tingkat Inflasi
pun sudah realtif terkendali, selama tiga bulan pertama di Tahun 1999 ini inflasi
bisa ditekan hingga 4,05 %, bahkan untuk Maret 1999 terjadi deflasi sebesar
0,18% . 5
Namun demikian, tanda-tanda pemulihan ekonomi tersebut masih
ditanggapi secara skeptis dan banyak pihak ragu-ragu dalam melihat prospek
ekonomi jangka pendek Indonesia. Berbagai indikasi membaiknya variabel makro
ekonomi di atas masih belum mampu menghilangkan kekhawatiran publik dan
pelaku ekonomi, baik domestik maupun internasional. Peranan Indonesia dan
negara-negara sekelas dengan Indonesia, juga cukup besar dilihat dari sudut lain.
Proses globalisasi pada hakekatnya adalah proses makin menyatunya bagianbagian dari perekonomian dunia menjadi jaringan besar. Dengan makin
terintegrasinya suatu sistem, maka apa yang terjadi pada satu bagiannya akan
mudah merembet ke bagian-bagian lainnya dan akhirnya akan terasa oleh seluruh
sistem. Dengan globalisasi, proses perembetan ini menjadi makin cepat dan kuat.
Sekarang ini, suatu krisis keuangan darimanapun asalnya, dapat menjadi krisis
dunia dalam sekejap. Peristiwa-peristiwa lalu membuktikan adanya contagion
effect, yang artinya krisis di suatu Negara dapat dengan cepat berkembang

menjadi krisis kawasan yang akhirnya akan mempunyai dampak terhadap
perekonomian dunia. Dalam ekonomi global yang makin menyatu, kepentingan

5

Ibid. hal.177-178

4

masing-masing Negara makin sejalan dengan kepentingan dunia. Masyarakat
internasional berkepentingan agar masing-masing dan setiap Negara anggotanya
tidak menjadi pemicu dari timbulkan krisis atau menjadi katalis dari proses
berantai

eksplosit.

Masyarakat

internasional


berkepentingan

untuk

mengembangkan sistem pemantauan dini yang efektif terhadap potensi timbulnya
krisis di masing-masing Negara dan suatu sistem untuk merespon dengan cepat
apabila ada gejala seperti itu 6.
Pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi, pemerintah Indonesia
meminta bantuan terhadap organisasi atau badan yang bernama IMF (
International Monetary Fund ). Dana Moneter International (IMF) didirkan pada
Tahun 1944 di Bretton Woods (New Hampshire), badan ini dibentuk untuk
membantu negara mengalami kesulitan yang terkait neraca pembayaran dan nilai
tukarnya. IMF didesain sebagai suatu bank sentral internasional. Dari anggotanya
yang saat ini berjumlah (lebih dari seratus Negara), IMF menerima iuran atau
kontribusi dalam bentuk emas, dollar atau kekayaan lainnya, yang disesuaikan
dengan jumlah penduduk, tinglat kemajuan ekonomi, serta posisi negara tersebut
dalam perdagangan dunia. Kontribusi anggota negara ini menentukan hak suara
anggota dalam pengambilan keputusan di IMF. IMF juga mencetak “uang” yang
dikenal dengan sebutan Special Drawing Rights (SDR), yang dapat digunakan
untuk transaksi antar pemerintah ataupun bank sentral antar Negara. 7

Oleh karena itu, Indonesia meminta bantuan kepada IMF untuk mengatasi
krisis nilai tukar yang meluas pada krisis ekonomi secara keselurahan yang terjadi
pada Tahun 1997 adalah merupakan sesuatu yang wajar dan menjadi hak
6

Boediono, Indonesia Menghadapi Ekonomi Global, (Jakarta: BPFE-YOGYAKARTA,
2001) hal 9-10
7
Op.cit,Edy Suandi Hamid,hal.109-113

5

Indonesia untuk memintanya. Namun ini sekaligus mencerminkan bahwa
Indonesia saat ini benar-benar mengalami kesulitan dalam perekonomiannya.
Walaupun Indonesia sering disebut “Fundamental Ekonomi” sangat kuat, tetapi
adanya permintaan bantuan ke IMF mencerminkan bahwa “tingkat kekuatan”
fundamental ekonomi tersebut masih kalah kuat dengan faktor-faktor lain, seperti
gerakan spekulasi ataupun permintaan dollar dalm waktu singkat untuk kebutuhan
riel ekonomi yang ada. Permintaan bantuan kepada IMF bukanlah sesuatu yang
cuma-cuma ataupun tanpa syarat, sebagai suatu lembaga yang prosfesional,

mereka selalu mengajukan persyaratan yang ketat atas bantuan yang diberikan
kepada anggota yang membutuhkannya. Hal inilah yang menyebabkan munculnya
pandangan pro dan kontra di tanah air ketika pemerintah mengajukan permohonan
bantuan ke IMF tersebut. Hal ini akan dianggap membuka jalan intervensi
lembaga internasional tersebut atas kebijakan ekonomi domestik, bahkan
pandangan pakar politik ada yang mengganggap sebagai munculnya wujud
kolonialisme baru. Argumentasi dibalik keputusan IMF adalah negara-negara
maju yang mengendalikannnya dan ini dapat dilakukan karena kontribusi dananya
sangat besar pada lembaga keungan tersebut. 8
Bantuan IMF yang diberikan untuk Indonesia menyebabkan timbulnya
beberapa

pandangan yang mempertanyakan tentang permintaan bantuan

Indonesia ke IMF, melalui proses perundingan yang cukup panjang, Indonesia
akhirnya

mendapatkan komitmen bantuan multilateral dari IMF. Menyusul

bantuan tersebut diperkirakan ada tambahan bantuan lain dari Singapura,

Australia, Brunei dan negara lainnya dalam kerangka bilateral. Dalam kaitan

8

Ibid, hal : 109-113

6

dengan penerimaan bantuan ini, tentu saja ada catatan yang diberikan kepada
pihak penerima. Bagi lembaga seperti IMF akan sangat ringan untuk
merekomendasikan penghapusan subsidi ataupun saran untuk menaikkan harga
barang-barang kebutuhan publik. Dalam kondisi seperti sekarang, untuk kasus
Indonesia, ini bisa berakibat pada semakin memburuknya kondisi ekonomi
masyarakat kebanyakan. Ketika meminta bantuan kepada IMF, Indonesia masih
memiliki cadangan devisa lebih dari US$ 20 Milyar, sehingga permintaan bantuan
IMF bukan “senjata terakhir” yang bisa digunakan. Tanpa bantuan IMF, masih
mungkin bagi Indonesia melawan kemerosotan rupiah ini dengan melepas
cadangan devisa tersebut. Tetapi tindakan ini sangat spekulatif. Artinya, Indonesia
melawan spekulasi dengan tindakan spekulasi pula. Jadi, bisa berhasil, tetapi bisa
juga gagal. Persoalannya, jika gagal risikonya tidak ditanggung perorangan,

melainkan oleh masyarakat luas seperti, produsen, konsumen, pemerintah dan
sebagainya. Padahal melihat pengalaman Thailand, dengan cara ini mereka
Collapse , dan setelah bangkrut tersebut mereka baru minta bantuan ke IMF.
Indonesia memilih cara yang tidak spekulatif dengan mengundang IMF sebelum
cadangan devisanya terkuras. 9
Pada Tahun 2001, selama dua Tahun terakhir perekonomian Indonesia
menunjukkan perkembangan yang membaik. Tanda-tanda kepulihan ekonomi ini
sudah terlihat pada akhir Tahun 2003, inflasi diperkirakan berada di bawah 6%
kurs stabil di sekitar Rp. 8.500 per 1 USD, suku bunga SBI 3 bulan mencapai 9%
per tahun atau lebih rendah cadangan devisa melampau USD 34 Milyar dan stok

9

Ibid, hal: 109-113

7

utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun menjadi
sekitar 67%. 10
Oleh karena adanya tanda-tanda kepulihan ekonomi di Indonesia, maka

Pemerintah Indonesia pada saat itu telah mengambil ancang-ancang untuk
mengeluarkan kebijakan yang kemudian dituangkan di dalam Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003 tentang Paket Kebijakan Ekonomi,
dimana kebijakan tersebut bertujuan untuk membuat Indonesia semakin mandiri
dan tidak bergantung pada IMF, serta membuat Indonesia bukan lagi sebagai
negara penerima dana bantuan dari IMF melainkan sebagai negara anggota IMF
yang menyalurkan dana kepada negara yang membutuhkan bantuan di bidang
ekonomi.
Pemerintah mengeluarkan instruksi Presiden Republik Indonesia dilandasi
dengan laju pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik, terutama didukung oleh
pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia yang menjadi tanda-tanda awal
kebangkitan ekspor dan investasi Indonesia. Namun peningkatan pertumbuhan
ekonomi sampai saat ini belum memadai dibandikan dengan kebutuhan untuk
membuka lapangan kerja baru, meningkatkan penghasilan masyarakat dan
mengurangi kemiskinan. Sasaran utama kebijakan ekonomi dalam Tahun 2004
dan sesudah itu adalah memacu pertumbuhan ekonomi yang memberikan manfaat
bagi masyarakat luas dalam kerangka kestabilan ekonomi yang tetap terjaga. 11

10

Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003, diskominfo,
http://diskominfo.tarakankota.go.id/data/Inpres-No-5-Tahunsebagaimana
dimuat
dalam
2003_Lampiran.PDF, diakses pada tanggal 3 Agustus 2015 pukul 15.01 WIB
11
Ibid.

8

Dengan latar belakang situasi ekonomi seperti itu, maka pemerintah
Indonesia mengeluarkan suatu Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2003 Tentang Paket Kebijakan Ekonomi menjelang dan sesudah
berakhirnya prgoram kerjasama dengan International Monetary Fund (IMF) 12.

B. Perumusan Masalah
Permasalahan adalah merupakan kenyataan yang dihadapi dan harus
diselesaikan dalam penelitian. Dengan adanya rumusan masalah maka akan dapat
ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga tidak mengarah pada
hal-hal diluar permasalahan.
Adapaun permasalahan yang di ajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanaterjadinya

Krisis

Ekonomi

Global

dan

Apa

upaya

penanggulangannya?
2. Bagaimana proses penanggulangan Krisis Ekonomi Global yang dilakukan
oleh IMF dengan Indonesia?
3. Bagaimana kerjasama antara Indonesia dan International Monetery Fund
(IMF) dalam mengatasi krisis ekonomi global menurut INPRES Nomor 5
Tahun 2003?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian skripsi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui caranya menangani krisis ekonomi global dan upaya
penanggulangannya.

12

Ibid.

9

2. Untuk mengetahui peran Indonesia dan IMF dalam mengatasi krisis
ekonomi global.
3. Untuk mengetahui kesepakatan antara Indonesia dengan IMF menurut
INPRES RI Nomor 5 Tahun 2003.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan dilakukan adalah :
1. Secara teoritis
Secara teoritis pembahasan terhadap masalah-masalah yang dirumuskan
akan memberikan kontribusi pemikiran dan melahirkan pemahaman
kepada penulis akan arti penting dan tanggung jawab sosial di dalam
melakukan suatu perbuatan hukum dimasa yang akan datang.
2. Secara praktis
Secara praktis pembahasan terhadap masalah ini diharapkan dapat menjadi
masukkan dan pengetahuan bagi masyarakat, khususnya di bidang
ekonomi yang mempunyai peranan besar bagi suatu negara. Dan sebagai
bahan bagi para akedemisi dalam menambah wawasan dan pengetahuan
dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan.

E. Keaslian Penulisan
Adapun judul tulisan ini adalah Kerjasama antara Indonesia dengan
International Monetary Fund (IMF) Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi
Global Menurut Insruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003.
Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama,

10

sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama
dengan judul skripsi Mahasiswa Fakultas Hukum lainnya, baik di USU
maupun diluar USU ataupun dari website.
Sebagai contoh IMF memberikan pinjaman kepada negara anggota yang
menghadapi masalah neraca pembayaran, tidak hanya untuk menyediakan
pembiayaan sementara tetapi juga untuk mendukung proses penyesuaian dan
kebijakan reformasi yang bertujuan untuk mengoreksi permasalahan
mendasar perekonomian. 13
Misalnya : Selama krisis keuangan Asia tahun 1997-1998, IMF bertindak
cepat utnuk menolong korea dengan memperkuat cadangan
devisanya. IMF menyediakan $21 miliar untuk membantu korea
mereformasi perekonomiannya, merestrukturisasi sektor-sektor
korporat dan keuangannya, dan memulihkan perekonomiannya
dari resesi. Dalam waktu empat tahun, korea telah cukup pulih
kembali untuk melunasi pinja,an tersebut dan sekaligus juga
membangun kembali cadangan devisanya.
Tidak jauh berbeda dengan skripsi ini, ditahun yang sama atau pada tahun
1997-1998, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang membuat Indonesia
meminta pinjaman kepada IMF untuk memperkuat cadangan devisanya. Dan
di tahun 2003, menjelang kerjasama IMF dengan Indonesia berakhir,
Presiden memberikan Instruksinya dalam bentuk Insruksi Presiden Republik
Indonesia No. 5 Tahun 2003 tentang program sebelum atau sesudah

13

Horst Kohler, International Monetary Fund, (Washington :Layanan Publikasi, 2001),

hal.4

11

berakhirnya kerjasama antara Indonesia dengan IMF. Dengan demikian
keaslian skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.\

F. Metode Penelitian
Pengertian metode dapat dikatakan adalah proses, prinsip-prinsip dan tata
cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara
hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan
manusia, maka metode penelitian dapat di artikan sebagai proses prinsip-prinsip
dan tata cara untuk mencegah masalah yang dihadapi dalam melakukan
penelitian 14
Menurut Sutrisno Hadi, metode penelitian merupakan penelitian yang
menyajikan bagaimana caranya atau langkah-langkah yang harus di ambil dalam
suatu

penelitian

secara

sistematis

dan

logis

sehingga

dapat

di

pertanggungjawabkan kebenarannya. 15
Dalam suatu penelitian guna menemukan dan mengembangkan kejelasan
dari

sebuah

pengetahuan

maka

diperlukan

metode

penelitian.

Dengan

menggunakan metode penelitian akan memberikan kemudahan dalam mencapai
tujuan dari penelitian. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan yang bersifat normatif, yaitu penelitian yang menggunakan
data sekunder. Data sekunder tersebut meliputi :

14

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UII Press, 1986), hlm 6
Sutrisno Hadi, Metodologi Riset Nasional. (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 46

15

12

1. Tipe Penelitian
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis melakukan beberapa metode
penelitian, yaiut :
a. Penelitian Normatif
Penelitian normatif adalah penelitian yang mengacu pada norma-norma
hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Penelitian
hukum normati dipergunakan untuk merujuk pada sumber bahan hukum
yaitu penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat
dalam berbagai perangkat hukum.
b. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan tentang
situasi atau keadaan yang terjadi terhadap suatu permasalahan yang telah
dikemukakan dengan membatasi kerangka studi kepada suatu analisis
terhadap pengaturan tentang International Monetary Fund (IMF) di
wilayah Indonesia ataupun pengaturan tentang kerjasama antara
Indonesia dengan IMF dalam mengatasi krisis ekonomi global.
2. Data atau bahan tertulis
Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca, mempelajari, meneliti,
mengidentifikasi bahan-bahan studi kepustakaan yang meliputi:
a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif
yang artinya mempunyai otoritas 16 atau merupakan sumber-sumber
hukum utama yang dijadikan landasan dalam penulisan ini meliputi
Peraturan Perundang-undangan seperti INPRES NO 5 Tahun 2003 dan
16

hal.142

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta :Kencana Prenada Media Group),

13

dokumen-dokumen

lain

yang

berhubungan

langsung

dengan

permasalahan yang dibahas.
b. Bahan-bahan sekunder merupakan bahan yang melengkapi sumbersumber utama dan masih memiliki hubungan/keterkaitan dengan masalah
yang dibahas. Bahan-bahan tersebut meliputi buku-buku/makalah hasil
seminar.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi,
maka di gunakan metode pengumpulan data dengan cara :Studi
Kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara digunakan
sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, jurnal Internasional,
internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang
berhubungan dengan materi yang di bahas dalam skripsi ini.

4. Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis
kualitatif. Analisis data kualtitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelolah, lalu mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain. Data yang diperoleh di kemudian
disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis untuk mencapai
kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan
dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan guna mendapatkan data

14

yang bersifat deskriptif analistis, yaitu data-data yang akan diteliti dan
dipelajari sesuatu yang utuh. 17
G. Sistematika Penulisan
Adapaun dalam penulisan suatu penelitian ini diperlukan adanya
sistematika penulisan sehingga dapat diketahui secara jelas kerangka garis
besar dari isi penulisan yang akan dilakukan. Adapun sistematika penulisannya
adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini penulis akan membahas secara sitematis mengaenai latar belakang
masalah, identifikasi masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penelitian, sistematika penulisan dan keaslian penulisan.
BAB II : Krisis Ekonomi Global dan Upaya Penanggulangannya
Pada bab ini penulis akan menguraikan lebih lanjut tentang pemahaman
pengertian, penyebab, penanggulangan krisis ekonomi global serta peran
negara-negara yang bersangkutan.
BAB III : Proses Penanggulangan Krisis Ekonomi Global
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai Tinjauan umum tentang IMF
(pendirian, kedudukan, tujuan, fungsi serta wewenang IMF)

dan Peran

Indonesia dan IMF dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Global/

17

Soemitro, Ronny Hanitijo, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : PT. Citra Adi
tya Bakti, 2004), hal 18

15

BAB IV: Kerjasama Antara Indonesia dan International Monetary Fund
(IMF) dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi
Presiden Nomor 5 Tahun 2003
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesepakatan antara Indonesia
dengan IMF, serta sasaran, Hasil dan dasar Hukum terjadinya kerjasama
Indonesia dan IMF dalam mengatasi krisis ekonomi global.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesimpulan dan saran dari skripsi
ini.