Kerjasama Antara Indonesia Dengan International Monetary Fund (Imf) Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003

(1)

DAFTAR PUSTAKA

1) Daftar Buku

Tambunan, Tulus, Krisis Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1998

Siregar, Tampil Anshari, Metode Penelitian Hukum, Pustaka Bangsa, Medan, 2007

Hamid, Edy Suandi, Perekonomian Indonesia, UII Press, Yogyakarta,

Sjahrir, Krisis Ekonomi Menuju Reformasi Total, Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Padi & Kapas, Jakarta, 1998

Soemitro, Ronny Hanitijo, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Adi tya Bakti, Bandung, 2004

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2004

Hadi, Sutrisno, Metodologi Riset Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2001

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, UII Press, Jakarta, 1986

Harinowo Cyrillus , IMF Penanganan Krisis & Indonesia Pasca-IMF, Jakarta , P.T Gramedia Pustaka Utama, 2004

Huala Adolf dan A. Chandrawulan, Masalah-Masalah Hukum Dalam


(2)

J.L Brierly, “The Law of Nations”,5th Edition,1955

G.J.H van Hoof, “Supervision Within the World Bank” dalam Supervision Mechanisms in International Organizations,eds.,P.van Dijk Kluwer: T.M.C Asser Institute, 1984

Jelly Leviza, “Tanggung Jawab Bank Dunia dan IMF sebagai Subjek Hukum Internasional”, Jakarta: PT Sofmedia, 2009

Bermand Hutagalung, “Implikasi Memorandum Tambahan dari Kesepakatan Reformasi Ekonomi”, dimuat dalam

Horst Kohler, International Monetary Fund, Washington :Layanan Publikasi, 2001

Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1997

Bill Orr, “Are the IMF and the World Bank on the Right Track?”, ABA Banking Journal, 1990,

2) Peraturan dan Perundang-undangan

1. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003 2. Undang-Undang Dasar Tahun 1945

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 5. Konvensi Wina 1969


(3)

7. Anggaran Dasar IMF 3) Website

‘Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003,

diskominfo’, di akses dar

‘Krisis Ekonomi Global’, diakses dari

‘Krisis Ekonomi’, diakses dari

‘Anggaran Dasar IMF’, diakses dari

‘Profil Organisasi IMF’, diakses dari

‘Profil Organisasi IMF’, diakses dari

‘Pendirian IMF’, diakses dari

‘Pendirian IMF’, diakses dari ‘Apa itu Dana Moneter Internasional’ diakses dari

‘Menyelamatkan Perekonomian Indonesia dari Krisis Finansial Global’ diakses dari


(4)

‘Peran Indonesia dalam Perekonomian Global’, diakses dari

‘Peran Bank Indonesia’, diakses dari ‘Tugas Wakil Presiden’, diakses dari

‘Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999’, diakses dari ‘Mekanisme Penyaluran dana APBN’, diakses dari

‘Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999’, diakses dari


(5)

BAB III

PROSES PENANGGULANGAN KRISIS EKONOMI GLOBAL

A. Tinjauan Umum tentang IMF 1. Pendirian IMF

Pada pasal pembukaan Anggaran Dasar IMF telah disebutkan bahwa IMF didirikan dan akan beroperasi berdasarkan ketentuan perjanjian ini sebagaimana dibuat dan amandemen yang akan dibuat di masa yang akan datang.45

International Monetary Fund (IMF) muncul sebagai hasil dari perundingan Bretton Woods, pasca Gread Depression yang melanda dunia pada dekade 1930-an. Pada tanggal 22 juli 1944, sebagai akibat dari Gread Depression, 44 Negara mengadakan pertemuan di hotel Mount Washington Hotel, kota Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat, untuk membahas kerangka kerja sama ekonomi Internasional baru yang akan di bangun setelah perang dunia II. Negara-negara ini percaya bahwa kerangka kerja sama tersebut sangat dibutuhkan untuk menghindari pengulangan bencana ekonomi yang terjadi selama Great Depression. Pertemuan ini melahirkan “Bretton Woods Agreements” yang membangun IMF dan organisasi kembarannnya, The International Bank for Reconsturction and Development (sekarang lebih dikenal dengan nama World Bank).46

01/12/15 jam 13.12


(6)

Latar belakang lahirnya IMF tidak lepas hubungannya dengan depresi perekonomian global atau yang disebut dengan Great Depression pada tahun 1929-1930-an, dimana depresi ekonomi telah menyebabkan hancurnya ekonomi dunia pada saat itu.47

Depresi perekonomian (Great Depression) yang cukup lama itu tampaknya menyadarkan banyak negara yang kembali menata sistem perdangan dunia. Berkembang pemikiran terutama dari Amerika Serikat dan Inggris bahwa sistem ekonomi dunia hanya dapat diperbaiki dengan memperkuat dan mengembangkan sistem perekonomian liberal. Berbagai usaha mulai dirintis untuk memformulasikan sistem perekonomian liberal tersebut ke dalam sebuah bentuk yang lebih permanen, seperti lembaga Internasional dan sebagai realisasinya maka pada tanggal 1-22 Juli tahun 1994 dilaksanakan konferensi moneter dan keuangan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat yang dihadiri 44 Negara. Konferensi internasional tersebut memiliki satu tujuan, yaitu bagaimana membangun kembali ekonomi dunia setelah perang dan bagaimana konferensi tersebut dapat menyepakati hal-hal yang dapat mengurangi kebijakan perdagangan, pembayaran dan nilai tukar yang memiliki dampak yang menghambat perdagangan. Konferensi tersebut disepakati untuk mendirikan dua lembaga internasional, yaitu

International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (Bank Dunia).48

47

Cyrillus harinowo, IMF Penanganan Krisis & Indonesia Pasca-IMF, Jakarta , P.T Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal. 74 dimuat dalam

18/01/2016 Pukul 22.40

48 Huala Adolf dan A. Chandrawulan, Masalah-Masalah Hukum Dalam Perdagangan


(7)

Pada saat akhir Perang Dunia ke II, ekonomi cenderung menurun drastis dan cenderung kepada satu tumpuan kekuatan ekonomi, yaitu Negara Amerika Serikat (AS). Britania Raya mengalami kebangkrutan ekonomu akibar resesi sejak akhir abad ke-19 dengan kehilangan cadangan emasnya. Eropa Barat hancur sebagai akibar Perang Dunia, disusul dengan Jepang , dan tidak ada negara satu pun di dunia yang cukup kuat kecuali Amerika Serikat (AS). Amerika Serikat menjadi kekuatan ekonomi tunggal pada saat itu dengan memiliki cadangan emas mencapai 65 persen dari seluruh dunia. Amerika Serikat juga menjadi pemimpin Perang Dunia ke-II dan menang. Amerika Serikat juga yang secara fisik tidak tersentuh di medan perang, kecuali Hawai yang dihajar bom oleh Jepang. Atas dasar peta kekuatan tersebut, kesepakatan Bretton Woods sangat kental dengan nuansa Amerika Serikat dalam mengatur tatanan ekonomi dunia. Pada saat itu, setiap mata uang ditetapkan nilai berdasarkan cadangan emas masing-masing negara dan kemudian menetapkan nilai tukar mata uang terhadap dolla Amerika Serikat berdasarkan nilai paritasnya terhadap emas masing-masing.

2. Kedudukan IMF

Kedudukan IMF dalam dunia hukum internasional dan organisasi internasional sangatlah penting dan sangatlah berperan dalam dunia hukum internasional, sebab pendefinisan hukum internasional (International Law) sendiri diberikan karena hukum ini mengatur hubungan antara bangsa


(8)

dengan bangsa atau dapat dikategorikan sebagai negara pada masa itu (inter: antara, nation: bangsa dan law:hukum).49

Sedangkan pengertian organisasi internasional salah satunya dapat ditemukan dalam Konvensi Wina 1969 tentang Perjanjian Internasional yang isinya menurut Pasal 2 ayat 1 (a) Konvensi Wina 1969 yaitu “Perjanjian internasional adalah semua perjanjian yang dibuat oleh negara sebagai salah satu subjek hukum internasional, yang diatur oleh hukum internasional dan berisi ikatan-ikatan yang mempunyai akibat-akibat hukum mendapatkan persetujuan anatara 2 negara atau lebih dalam tertulis dan melibatkan hukum internasional, baik dalam satu instrument atau dua atau lebih yang saling berhubungan dan apa pun bentuknya” dan Konvensi Wina 1986 tentang Hukum Perjanjian Antar Negara dan Organisasi Internasional atau antara organisasi internasional bahwa organisasi internasional merupakan suatu organisasi antar pemerintah, ini terdapat pada pasal 4 dan pasal 5 menegaskan bahwa perjanjian internasional yang merupakan dasar bagi terbentuknya organisasi internasional dan perjanjian internasional yang di hasilkan dalam kerangka suatu organisasi internasional.50

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa memasuki Perang Dunia ke-II gagasan akan perlunya lembaga keuangan internasional mulai dirintis. Tepatnya pada tahun 1944-1945 diadakanlah Konferensi Moneter dan Keuangan PBB (United Nations Monetary and Financial

49

J.L Brierly, “The Law of Nations”,5th Edition,1955,

hlm.

18/01/2016 Pukul 22.52 WIB


(9)

Conferences) diadakan di Hotel Mount, Bretton Woods, New Hampshire, Amerika serikat. Sekitar 730 orang policymakers dan para pakar keuangan internasional dari 45 negara hadir untuk menulis kembali aturan-aturan sistem keuangan internasional sehingga dampak Perang Dunia ke-II tidak akan mengulangi perdagangan dan kebijakan moneter pasca Perang Dunia pertama.51

Konferensi ini menghasilkan dasar-dasar bagi pendirian dua lembaga keuangan internasional yakni IMF dan Bank Dunia atau dikenal juga dengan lembaga Bretton Woods (Bretton Woods Institutions).52

Pada awalnya, IMF hanya beranggotakan 29 Negara. Namun jumlah itu kemudian membengkak, hingga pada awal tahun 2004 jumlah anggotanya mencapai 184 Negara, yang berarti hampir semua Negara anggota PBB menjadi anggota IMF. Peran ataupun kedudukan IMF sebagai suatu organisasi adalah meningkatkan kerjasama moneter Internasional, meningkatkan perdagangan dan penanaman modal dunia, memelihara stabilitas nilai tukar mata uang, memperkecil hambatan dan batasan-batasan yang ditetapkan pemerintah berbagai Negara atas

Jika dikualifikasikan mengenai subjek hukum internasional baik itu negara dan bukan negara, maka dapat dibuktikan bahwa kedua lembaga ini khususnya IMF termasuk sebagai organisasi internasional.

51

Bill Orr, “Are the IMF and the World Bank on the Right Track?”, ABA Banking

Journal, 1990, hlm.

diakses tanggal 18/01/2016 Pukul 22.52 WIB

52

G.J.H van Hoof, “Supervision Within the World Bank” dalam Supervision Mechanisms in International Organizations,eds.,P.van Dijk (Kluwer: T.M.C Asser Institute, 1984) hlm. 403 sebagaimana dikutip oleh Jelly Leviza, “Tanggung Jawab Bank Dunia dan IMF sebagai Subjek

Hukum Internasional”, (Jakarta: PT Sofmedia, 2009), hlm. 24 dimuat dalam


(10)

pembayaran Internasional, menyediakan dana pinjaman untuk membantu pemeliharan nilai tukar yang mantap pada masa ketidak seimbangan neraca pembayaran yang sifatnya sementara, mengurangi tingkat dan masa defisit serta surplus neraca pembayaran. Jadi, IMF lebih memfokuskan diri pada sektor moneter dari Negara anggotanya dalam menjaga kestabilan perekonomian dunia.53

Dari anggotanya yang saat ini lebih dari seratus Negara, IMF menerima iuran / kontribusi dalam bentuk emas, dollar atau kekayaan lainnya, yang disesuaikan dengan jumlah penduduk, tingkat kemajuan ekonomi, serta posisi Negara tersebut dalam perdagangan dunia. Kontribusi anggota ini menentukan hak suara anggota dalam pengambilan keputusan di IMF.54

3. Tujuan dan Fungsi IMF Tujuan IMF

Berdasarkan akta pendiriannya ( Article 1 dari Article of Agreement IMF ), tujuan pembentukan IMF adalah :55

(i) Meningkatkan kerjasama moneter internasional.

(ii) Memfasilitasi upaya perluasan dan yang seimbang dari perdagangan internasional.

(iii)Meningkatkan stabilitas nilai tukar.

(iv) Membantu pembentukan sistem pembayaran yang bersifat multilateral (multilateral system of payment)

54Edy Suandi Hamid, Op.Cit. hal : 109-110


(11)

(v) Memberikan kepercayaan diri bagi para anggotanya melalui penyediaan sumber daya dari IMF sehingga mampu mengatasi kesulitan neraca pembayaran negara anggotanya.

(vi) Mempercepat penyelesaian krisis yang disebabkan oleh ketidakseimbangan neraca pembayaran.

Fungsi IMF

Untuk mencapai tujuannya, IMF mempunyai 3 fungsi utama yaitu :56

(i) Surveillance

Surveillance (pemantauan perkembangan dan kebijakana ekonomi dan keuangan Negara anggotanya), Dalam article IV dari articles of agreement, IMF memiliki kewenangan untuk melakukan pemantauan (Surveillance) terhadap kebijikan nilai tukar Negara anggotanya. Tahun 1977, dewan eksekutif IMF menetapkan bahwa pemantauan yang dilakukan oleh IMF terhadap nilai tukar negara anggotanya dilaksanakan dalam kerangka analisis secara komprehensif terhadap situasi ekonomi umum dan kebijakan ekonomi anggotanya. Jadi proses survei ini bertujuan agar IMF dapat membantu Negara anggotanya untuk mengidentifikasikan secara dini terjadinya krisis ekonomi.

Surveillance ini sendiri terbagi menjadi 3 macam yaitu :

a) Country Surveillance, yakni kujungan setahun sekali IMF

terhadap Negara anggotanya dan melakukan pembicaraan


(12)

kepada otoritas negara untuk menunjang kestabilan nilai tukar dan petumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik.

b) Regional surveillance, pemantauan yang dilakukan terkait

kerjasama regional.

Contoh: ASEAN, G-7, APEC, dll.

c) Global Surveillance, adalah pemantauan yang dilakukan oleh

dewan eksekutif IMF berdasarkan data World Economic Outlook (WEO) yang disusun oleh staff IMF dan disajikan dua kali setahun sebelum sidang IMFC (International Monetary Financial Committee).

(ii) Lending

Lending (memberikan pinjaman kepada Negara anggota yang kesulitan neraca pembayaran), IMF memberikan pinjaman ataupun kredit lunak kepada negara-negara yang mengalami krisis keuangan atau lainnya dengan syarat yang harus dipenuhi oleh Negara anggotanya tentunya dengan menandatangani letter of intent yang berisi kesediaan Negara penerima bantuan dan perubahan kebijakan ekonomi yang sesuai disarankan oleh IMF persyaratan yang ditetapkan penerima bantuan adalah dalam pembenahan struktur ekonomi makro, pembenahan kebijakan moneter dan sektor moneter dan fiskal.

Nota kesepakatan atau Letter of Inten (LoI) adalah dokumen yang menetapkan apa yang harus dilakukan oleh sebuah negara agar bisa memperoleh pinjaman IMF. LoI memuat kebijakan-kebijakan


(13)

berskala besar yang harus diimplementasikan oleh pemerintah. Adapun dari kesepakatan IMF dengan Indonesia adalah:57

1. Program Stabilitas, dalam rangka program stabilitas kondisi moneter yang ketat akan tetap dipertahankan memancang suku bunga yang cukup tinggi sampai keadaan membaik, mengubah sasaran program moneter menjadi aktivitas domestik dan bukan lagi uang primer seperti sebelumnya, menyempurnakan Undang-Undang tentang Bank Sentral, serta merevisi target ekonomi dalam RAPBN 1998/1999, kurs dollar dinaikkan menjadi Rp. 6000 per dollar AS dan harga minyak bumi menjadi 14,5 dollar AS per barel

2. Restrukturisasi bank, dalam hal ini pemerintah merencakan akan mengumumkan kondisi 40 bank yang masih dalam penanganan BPPN.

3. Reformasi struktural, dalam hal ini akan disusun UU persaingan subsidi terhadap beras, sembako, dan obat-obatan akan tetap dipertahankan, disertai penghapusan monopolo kecuali untuk beras dan tepung terigu.

4. Menyelesaikan utang swasta, dalam mengatasi utang swasta pemerintah tidak memberikan jaminan atau bantuan apapun. Namun akan menyusun prinsip-prinsip keikutsertaan dalam skema

57

Bermand Hutagalung, “Implikasi Memorandum Tambahan dari Kesepakatan Reformasi Ekonomi”, dimuat dalam


(14)

penyelesain ini bersifat sukarela dan resiko komersial tetap dipikul oleh kreditur.

5. Bantuan untuk golongan ekonomi lemah, untuk membantu masyarakat golongan ekonomi lemah akan disalurkan kredit murah bagi usaha kecil dan koperasi bekerja sama dengan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia, serta pemberian subsidi sembako, khususnya beras dan kedelai.

(iii)Technical Assistance

Technical Assistance (memberikan bantuan teknis dan pelatihan kepada pemerintah dan bank sentral Negara anggotanya), Sesuai dengan Articles of Agreement IMF, tujuan utama pemberian bantuan teknis oleh IMF adalah untuk memberikan kontribusi peningkatan produktivitas sumber daya di masing-masing Negara anggota dengan meningkatkan efektivitas kebijakan ekonomi dan manajemen di bidang keuangan. Melalui program ini, IMF membantu negara-negara angota dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan kapasitas suatu lembaga dalam rangka mengimplementasikan kebijakan ekonomi makro dan struktural yang efektif sebagai upaya melakukan reformasi yang akan memperkuat sektor keuangan dan menurunkan tingkat vulnerability dalam menghadapi krisis.

4. Wewemang IMF

IMF berwenang dan bertanggung jawab dalam mengatur sistem finansial global dan menyediakan pinjaman kepada Negara anggotanya untuk membantu masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan


(15)

masing-masing Negara. IMF juga berwenang mengawasi aktivitas dan mekanisme Negara-negara anggotanya dalam menjalankan kebijakan-kebijakan ekonomi mereka, demi tercapainya tujuan dan pelaksaan yang efektif dalam sistem moneter Internasional. Dalam melakukan pengawasan, staf dan manajemen IMF memiliki hak dan wewenang untuk mengunjungi Negara-negara anggota, dan mendapatkan laporan dari pemerintahan masing-masing Negara mengenai kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah dan bagaimana implementasi dari kebijakan tersebut. Hasil dari kunjungan para staf tersebut kemudian dilaporkan dan didiskusikan kepada Direktur Eksekutif IMF, dan hasil analisis itu lalu dikembalikan kepada pemerintah Negara bersangkutan dengan tujuan agar hasil analisisnya menjadi transparan.58

5. Pengambilan keputusan IMF

IMF bertanggung jawab kepada negara anggotanya, dan pertanggung jawaban ini penting untuk efektifitasnya. Pekerjaan sehari-hari IMF dilaksanakan oleh Dewan Eksekutif yang mewakili 184 anggota IMF, dan sejumlah staf internasional terpilih di bawah kepemimpinan direktur pengelola dan tiga wakil direktur pengelola. Setiap anggota dari tim manajemen ini dipilih dari berbagai daerah di dunia. Kekuasaan dewan eksekutif untuk melaksanakan tugas IMF merupakan hasil dari pendelegasian oleh dewan Gubernur yang merupakan lembaga pengawasan tertinggi dari IMF.59

59


(16)

Dewan Gubernur, di mana semua anggota negara terwakili, adalah kekuasaan tertunggi yang memerintahkan IMF. Biasanya dewan gubernur tersebut bertemu sekali setahun, pada pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia. Setiap negara anggota menunjuk seorang Gubernur bank sentra dan seorang Gubernur alternatif. Dewan Gubernur menentukan isu-isu kebijakan utama tetapi telah mendelegasikan pengambilan keputusan sehari-hari kepada dewan eksekutif. Isu-isu kebijakan kunci yang berkaitan dengan sistem moneter internasional dipertimbangkan dua kali per tahun dalam komisi Gubernur yang disebut Komite Keuanan dan Moneter Internasional (IMFC). Suatu komite gabungan dewan Gubernur IMF dan Bank Dunia disebut Komite Pembangunan yang menasihatkan dan melaporkan kepada para Gubernur tentang kebijakan pembangunan dan hal-hal lain yang penting bagi negara-negara berkembang.60

Dewan Eksekutif terdiri dari 24 direktur eksekutif, dengan direktur pengelola sebagai ketua. Dewan eksekutif biasanya bertemu di markas besar organisasi di Washington, D.C tiga kali seminggu, dalam sesi sehari penuh, dan bahkan lebih sering kalau diperlukan. Lima pemegang saham terbesar IMF adalah Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Perancis, dan Inggris, bersama dengan China, Uni Soviet, Arab Saudi, memiliki posisi wakil tersendiri di dewan. Ke 16 direktur eksekutif lainnya di pilih untuk periode dua tahun oleh sekelompok negara, yang dikenal sebagai konstituensi.61

61


(17)

Dari anggotanya yang saat ini berjumlah (lebih dari seratus negara), IMF menerima iuran ataupun kontribusi dalam bentuk emas, dollar atau kekayaan lainnya yang disesuaikan dengan jumlah penduduk, tingkat kemajuan ekonomi, serta posisi negara tersebut dalam perdagangan dunia. Kontribusi anggota ini menentukan hak suara anggota dalam pengambilan keputusan di IMF. IMF juga mencetak uang, yang dikenal dengan sebutan Special Drawing Rights (SDR), yang dapat digunakan untuk transaksi antar pemerintah ataupun bank sentral antar negara.62

Setiap anggota memiliki 250 suara. Jumlah yang sama ini untuk menunjukkan bahwa antara satu negara dengan negara lainnya berkedudukan sama. Namun suatu negara masih dimungkinkan untuk memperoleh suara tambahan. Suatu negara yang memasukkan modalnya ke dalam IMF sebesar SDR 100.000, maka ia memperoleh satu suara tambahan. Sampai dengan tahun 2000, Amerika Serikat adalah negara yang menyetor dana paling banyak, memiliki 265.518 suara dari jumlah 4.720.910 suara atau (17,78%). Negara yang memiliki suara terkecil adalah Malvadives dengan 270 suara. Dengan seperti ini, tampak bahwa negara kaya atau maju hanya memiliki suara yang lebih dominan daripada negara berkembang.63

B.Peran IMF dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Global

1. Tugas dan Fungsi IMF terhadap Penanggulangan Krisis Ekonomi Global

62

Op.Cit, Edy Suandi Hamid, hal : 109

63

Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1997, hal : 92


(18)

Tugas ataupun fungsi IMF untuk menyempurnakan perannya dalam penanggulangan krisis ekonomi global meliputi upaya promosi perluasan secara seimbang perdagangan dunia, stabilitas nilai tukar, pencegahan devaluasi mata uang kompetitif, dan mengoreksi secara tertib persoalan neraca pembayaran suara Negara. Untuk mencapai tujuan dari tugas ataupun fungsi, IMF mempunyai beberapa peran yang telah dilakukan, yaitu:64

a. IMF melakukan pemantuaan perkembangan dan kebijakan ekonomi dan keuangan dari Nngara-negara anggotanya dan pada tingkat global dan memberikan nasihat dan masukan kebijakan kepada anggotanya berdasarkan pengalamannya lebih dari lima puluh tahun.

Misalnya : Dalam tinjauan tahunannya tentang ekonomi jepang untuk tahun 2000, dewan eksekutif IMF mehimbau secara serius pemerintahan Jepang untuk melakukan upaya stimulasi pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan kebijakan suku bunga pada tingkat rendah, mendorong restrukturisasi korporat dan perbankan, dan mempromosikan deregulasi dan persaingan.

b. IMF memberikan pinjaman kepada Negara anggota yang menghadapi masalah neraca pembayaran, tidak hanya untuk menyediakan pembiayaan sementara tetapi juga untuk mendukung proses penyesuaian dan kebijakan reformasi yang bertujuan untuk mengoreksi permasalahan mendasar perekonomian.


(19)

Misalnya : Di bulan oktober tahun 2000, IMF menyetujui pinjaman tambahan sebesar $52 juta kepada Kenya untuk membantu Kenya mengatasi permasalahan akibar kekeringan yang hebat. Pinjaman tersebut merupakan bagian dari program pinjaman tiga tahun sebesar $193 juta di bawah fasilitas pinjaman untuk pertumbuhan dan pengurangan kemiskinan IMF, program peminjaman konsesional bagi negara-negara berpendapat rendah. c. IMF menyediakan bantuan teknis dan pelatihan dibidang yang

menjadi keahliannya kepada pemerintahan dan bank sentral dari Negara anggotanya.

Misalnya : Sesudah jatuhnya Uni Soviet, IMF bertindak untuk menolong negara Baltik, Rusia, dan Negara-negara bekas Soviet lainnya untuk membentuk sistem pembendaharaan (treasury) pada bank sentral mereka dalam rangka transisi dari sistem perekonomian yang berdasarkan perencanaan terpusat ke sistem ekonomi berdasarkan pasar.

Sebagai satu-satunya badan Internasional dengan aktivitas yang dimandatkan meliputi pelakasnaan dialog aktif dengan hampir semua Negara tentang kebijakan ekonomi, IMF merupakan forum utama untuk mendiskusikan tidak hanya kebijakan ekonomi nasional dalam konteks global, tetapi juga isu-isu yang penting bagi terjadinya stabilitas sistem keuangan dan moneter Internasional.


(20)

2. Kewenangan IMF Terhadap Penanggulangan Krisis Ekonomi Global

IMF mempunyai anggota kurang lebih 188 Negara. Dari setiap anggota ini, IMF mempunyai wewenang menghimpun dana dari setiap anggota kemudian disalurkan kepada Negara anggota yang membutuhkan. Penentuan jumlah sumbangan negara anggota ditetapkan kuotanya, yang setiap lima tahun sekali ditinjau ulang. Semakin tinggi atau semakin makmur sebuah Negara semakin tinggi kuota yang harus disumbangkan.65

IMF memiliki sejumlah wewenang. Dalam wewenang ini, khususnya berhubungan dengan peran konsultatif, IMF bertugas mengingatkan, memuji, menyampaikan saran apa yang harus dilakukan oleh Negara anggota saat terjadinya kondisi ekonomi yang memburuk. Saran-saran ini akan secara otomatis diberikan IMF saat ekonomi suatu Negara mencapai titik “sakit”. Misalnya, saat transaksi berjalan melampau ambang bahaya yakni sekitar tiga persen dari Produk Domistik Bruto (PDB). Meski begitu, IMF tidak punya wewenang untuk campur tangan secara langsung dalam perekonomian sebuah Negara anggota.66

Keputusan hak suara anggota IMF didasarkan dari kekuatan voting atau “voting power” yaitu sebuah pembagian sistem kuota bagi Negara-negara anggotanya. Disisi lain IMF mempunyai kewenangan dalam memberikan dana bantuan, untuk mendapatkan dana bantuan moneter, IMF memberikan beberapa syarat-syarat sebagai imbalan finansial yang diberikannnya. Hal ini dikenal dengan istilah “penyesuaian struktural”, yang meliputi finansial dan ekonomi, seperti devaluasi mata uang,

24/11/15 jam 15.13 WIB


(21)

pertumbuhan yang disebabkan ekpor, penekanan upah, pembatasan kredit serta juga liberalisasi perdagangan. Setiap Negara dapat mengajukan diri sebagai anggota IMF, dengan beberapa syarat kualifikasi yang telah ditentukan.67

1. Tugas dan Fungsi Indonesia Terhadap Penanggulangan Krisis Ekonomi Global

C. Peran Indonesia Dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Global

Indonesia sejauh ini sudah memegang peranan penting dalam dunia Internasional dalam menjalankan tugas dan fungsi terhadap penanggulangan krisis ekonomi global. Pada tahun 1999, pemerintah Indonesia membuat 4 (empat) tugas ataupun langkah kebijakan proses recovery atas kondisi krisis yang terjadi, yakni:68

a) The restoration of private demands

Pemulihan ini dilakukan bertujuan menstabilkan pasar uang dan mencegah terjadinya hiperinflasi, seperti kebijakan fiskal yang menetapkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tunggal, menaikkan cukai alkohol, tembakau, meningkatkan penerimaan APBN dari lana BUMN dan lain-lain.

b) The restoration of confidence

67

Ibid

tanggal


(22)

Pemulihan ini dilakukan bertujuan mengembalikan kepercayaan para investor agar mau kembali menginvestasikan kekayaannya kepada negara tersebut.

c) The efficient cleaning up of the banking system

Restrukturisasi perbankan merupakan suatu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memulihkan kondisi perbankan yang terpuruk sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menyehatkan kembali sistem perbankan yang selama masa krisis mengalami tekanan akibat banyaknya sektor riil seperti bidang industri, perdagangan, pariwisata, pertambangan, perhotelan dan lain-lain yang tidak mampu membayar bunga kredit dan angsuran pokok usaha mereka kepada bank yang bersangkutan sehingga menjadi kredit bermasalah.

d) The corporate debt resolution

Pemulihan ini bertujuan menyelesaikan persoalan hutang-hutang luar negeri ataupun dalam negeri (swasta) dengan keterlibatan pemerintah, namun tetap dibatasi agar proses penyelesaiannya tetap dapat berlangsung lebih cepat.

Peranan Indonesia dalam dunia Internasional pun semakin maju ketika bergabung dalam G-20 tahun 1999, dimana Indonesia menjadi anggota tetapnya. G-20 terbentuk sebagai forum utama kerjasama ekonomi yang beranggotakan Negara maju dan Negara berkembang dalam menyusun


(23)

kebijakan ekonomi global dalam menghadapi krisis yang melanda Asia sebelumnya.69

2. Kewenangan Indonesia Terhadap Penanggulangan Krisis Ekonomi Global Indonesia mempunyai kewenangan dalam penanggulangan krisis ekonomi global, kewenangan Indonesia dalam hal ini di tuangkan dalam kebijakan-kebijakan Bank Indonesia, karena peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas sistem keuangan. Adapun peran utama ataupun wewenang yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu yakni;70

a) pemerintah Indonesia memiliki tugas dan wewenang untuk menjaga stabilitas moneter antara instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi.

b) peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa dominan dalam sistem keuangan. Oleh karena itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem


(24)

pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan

c) Melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia ditunjuk dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara makroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan.

d) Melalui fungsinya pula, Bank Indonesia ditunjuk sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui fungsi Bank Sentral sebagai lender of the las resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi LoLR mencakup penyediaan likuditas pada kondisi normal maupun krisis. Maksud LoLr yaitu Bank Indonesia juga berfungsi sebagai Lender Of the Last Resort , dalam melaksanakan fungsi ini Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek yang disebabkan oleh terjadinya kesalahpahaman dalam pengelolaan dana. Pinjaman tersebut berjangka waktu maksimal 90 hari, dan bank penerima pinjaman wajin menyediakan anggunan yang berkualitas


(25)

tinggi serta mudah dicairkan dengan nilai sekurang-kurangnya sama degan jumlah pinjaman.

Pada awalnya hukum ekonomi internasional itu lahir dari suatu hubungan yang sangat sederhana antara suatu negara dengan negara lainnya yang tanpa disadari oleh kedua negara tersebut telah menciptakan suatu hubungan yang mempunyai dasar kepentingan bersama yang kita kenal dengan ekonomi internasional. Lamdasan utama hubungan kedua negara tersebut yang berupa kepentingan bersama pada akhirnya berkembang ke dalam suatu bentu peraturan. Peraturan tersebut berupa perjanjian yang merupakan suatu tanda kesepakan bersama antar bangsa yang bertujuan demi kepastian terhadap usaha yang dijalani bersama, misalnya perdagangan dan pelayaran.71

Hukum ekonomi internasional merupakan cabang atau bagian dari hukum internasional publik, maka ada prinsip-prinsip atau aturan-aturan hukum internasional publik yang berlaku terhadap hukum ekonomi internasional. Prinsip persamaan kedudukan antar negara atau prinsip tanggung jawab negara adalah contoh-contoh prinsip hukum internasional publik yang dapat diterapkan ke dalam hukum ekonomi internasional.72

Seperti halnya Indonesia dan Negara lainnya mempunyai aturan-aturan tersendiri terhadap kebijakan ekonominya, namun kebijakan dan aturan-aturan tersebut kadang tidak berjalan dengan semestinya.


(26)

Tahun 1997-1998 adalah puncak-puncaknya krisis yang terjadi di negara kawasan Asia, berbagai lembaga nasional milik pemerintah maupun swasta dan lembaga-lembaga riset internasional bergengsi seperti Political and Economic Risk Consultancy (PERC), World Economic Forum, dan Yamaichi Institute of Research pada tahun 1996 mengeluarkan bermacam prediksi mengenai perkembangan ekonomi di Asia untuk tahun 1997 tanpa menduga sedikitpun bahwa pertengahan tahun tersebut ekonomi Asia akan terguncang oleh suatu krisis besar. Secara umum, lembaga-lembaga riset internasional itu memprediksi bahwa perekonomian di Asia pada tahun 1997 akan tetap cerah. Laju pertumbuhan ekonomu di China, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, Vietnam, Singapura, Korea Selatan, Taiwan dan Hong Kong rata-rata masih antara 7 hingga 8 persen. Selain lembaga-lembaga riset dunia itu, IMF, Bank Dunia dan ADB juga pada bulan-bulan terakhir tahun 1996 membuat perkiraan pertumbuhan ekonomi di Asia untuk 1997. Misalnya, ADB memperkirakan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) negara-negara Asia pada tahun 1997 akan sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi di atas 7 persen. Bank Dunia pada bukan Desember 1996 meramalkan perekonomian di kawasan Asia Timur masih akan tumbuh di atas 8 persen untuk beberapa tahun mendatang.73

Setelah krisis terjadi dan semakin memburuk, khususnya Indonesia, tentu membuat semua prediksi oleh lembaga-lembaga tersebut buyar. Bahkan menurut IMF, tahun 1998 merupakan puncak krisis Asia. Setelah itu negara yang paling menderita pada awalnya karena terbanat krisis seperti


(27)

Korea Selatan dan Thailand akan pulih kembali dalam waktu yang tidak lama, terkecuali Indonesia. Ekonomi Korea Selatan diperkirakan akan pulih dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan ekonomi Thailand.74

Karena perekonomian dunia sudah semakin mengglobal, yang terutama disebabkan oleh penigkatan volume transaksi keuangan dan perdagangan ekspor dan impor yang sangat pesat, dan keterkaitan produksi anatar perusahaan-perusahaan dari berbagai negara di dalam satu industri, ditambah lagi dengan semakin tingginya mobilisasi global dari faktor-faktor produksi, serta semakin banyaknya negara yang masuk di dalam global communication network selama 2 dekade belakangan ini, maka jelas ekonomi dari wilayah-wilayah lain di dunia (misalnya Amerika dan Eropa) tidak mungkin lagi dapat diisolasi dari dampak negatif dari krisis di Asia. Terutama menginat bahwa ekonomi Asia (khususnya Asia tenggara dan Timur) semakin penting di dalam perekonomian dunia, terutama dilihat dari sisi volume perdagangan barang dan jasa dan volume penanaman modal asing serta arus modal lainnya ( investasi ).75

74

Ibid. 75


(28)

BAB IV

KERJASAMA ANTARA INDONESIA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF) DALAM MENGATASI KRISIS EKONOMI GLOBAL MENURUT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 5 TAHUN 2003

A.Dasar Hukum Kerjasama Indonesia Dengan IMF dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003

Sebagaimana yang dimaksud dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2003 ada beberapa dasar hukum yang menjadi acuan untuk Indonesia bekerjasama dengan International Monetary Fund (IMF) yaitu:

1. Undang-Undang Dasar 1945

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 menurutPasal 4 ayat (2) ini berbunyi “Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden”. Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) ini sebagaimana di maksud bahwa tugas wakil presiden antara lain, yaitu:76

a. Mendampingi Presiden jika Presiden menjalankan tuas-tugas kenegaraan di Negara.

b. Membantu dan mewakili tugas Presiden di bidang kenegaraan dan pemerintahan.

c. Membantu Presiden dalam mengoordinasikan, menjalankan, dan mengevaluasi program kerja kabinet. Termasuk dalam fungsi ini, wakil


(29)

presiden dapat dapat juga sebagai kepala suatu badan administrasi pemerintahan atau suatu komisi Negara.

d. Melaksanakan tugas teknis pemerintahan sehari-hari.

e. Menyusun agenda kerja kabinet dan menetapkan fokus atau prioritas kegiatan pemerintahan yang pelaksanaannya dipertanggung jawabkan kepada Presiden.

f. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.

g. Bertanggungjawab penuh membantu Presiden dalam urusan kenegaraan. h. Menjalankan roda koordinasi dan komunikasi antara lembaga-lembaga

dipemerintahan.

Berdasarkan bunyi dari Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 dan juga berdasarkan tugas dari Wakil Presiden maka secara tidak langsung Wakil Presiden bertugas membantu Presiden dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab atas dana yang disalurkan oleh IMF kepada Bank Indonesia (BI), dan kemudian dana bantuan dari IMF tersebut dimaksukkan kedalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maksudnya dalam hal ini Bank Indonesia dapat mempertimbangkan kepada pemerintah mengenai rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang kemudian disalurkan kepada Kabniet yang terdapat di dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003. Kemudian setelah menyalurkan dana tersebut kepada kabinet dan pemerintah Daerah, Wakil Presiden bertugas mengkoordinir dan


(30)

membantu komunikasi antara BI dengan kabinet dan pemerintahan daerah dalam menyalurkan dana bantuan tersebut.77

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, tambahan lembaran Negara nomor 3839)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (1) huruf c yang berbunyi “bantuan dana dari pemerintah dan pemerintah provinsi” dan huruf d berbunyi “sumbangan dari pihak ketiga”. Dalam hal ini ketika pemerintah pusat meminta bantuan dari IMF selaku pemberi dana, kemudian Bank Indonesia (BI) menyalurkan sebagian dana dari IMF tersebut ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang kemudian diberikan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),yang dimana melalui beberapa mekanisme, antara lain:78

a. Proses yang ada di setiap instansi pengguna anggaran yang menerima Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan anggaran dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN.

b. Proses pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) c. Proses pada Bank Operasional (BO).


(31)

BO adalah bank umum yang ditunjuk Menteri Keuangan yang bertugas untuk menyalurkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tentu, ada perjanian kerjasama antara Kementrian Keuangan dan Bank Operasioanal (BO) tersebut.

Proses yang terjadi pada setiap instansi pengguna anggaran adalah sampai dengan terbitnya Surat Perintah Membayar (SPM). Sedangkan proses yang ada di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) adalah diterimanya SPM dari instansi sampai dengan terbit Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Proses ini untuk menguraikan proses antara ujung alur kedua dan ketiga. Setelah terbit SP2D, satu seksi di KPPN yaitu Seksi Bank mengajukanpermintaan kebutuhan dana ke kantor pusat Ditjen perbendaharaan Kementrian Keuangan, sejumlah nilai SP2D yang terbit. Proses permintaan danaya menggunakan sarana elektronik. Dengan adanya permintaan dana tersebut, kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan mengalokasikan atau mentransfer sejumlah dana yang diminta dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN). RKUN adalah rekening di BI yang merupakan tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara. Dana dari RKUN tersebut ditrasnfer ke suatu rekening yang disebut Rekening Pengeluaran Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat (RPKBUNP) pada BO pusat, dapat juga BRI pusat, Mandiri Pusat atau BNI Pusat. Hal ini tergantung, dana SP2D tersebut disalurkan dari rekening BO apa di daerah.79


(32)

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 nomor 66, tambahan Negara Republik Indonesia nomor 3844)

Berdasarkan Undang-Undang 23 Tahun 1999 Bab III tentang tujuan dan tugas yang lebih jelas terdapat pada Pasal 8 yang berbunyi sebagai berikut: “Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut:80

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia berwenang:

1) Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperlihatkan sasaran laju inflasi yang ditetapkan.

2) Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang termasuk tetapi tidak terbatas pada;

e) Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing

f) Penetapan tingkat diskonto

g)Penetapan cadangan wajib minimum h)Pengaturan kredit atau pembiayaan.”

Bank Indonesia melaksanakan kebijakan nilai tukar yang ditetapkan, seperti pada Pasal 13 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 antara lain:

1) Bank Indonesia mengelola cadangan devisa.

2) Dalam pengelolaan cadangan devisa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia melaksankan berbagai jenis transaksi devisa.

3) Dalam rangka pengelolaan cadangan devisa, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia dapat menerima pinjaman luar Negeri.


(33)

b. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran

Dalam hal ini terdapat di Pasal 15 ayat (1), yang berbunyi :

“Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, Bank Indonesia berwenang:81

i) Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa system pembayaran

j) Mewajibkan penyelenggara jasa system pembayaran untuk menyampaikan laporan tentang kegiatannya

k)Menetapkan penggunaan alat pembayaran”

Pasal 18Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 juga mengatur tentang system kelancaran pembayaran, yaitu:82

l) Bank Indonesia menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing m)Penyelenggaraan kegiatan penyelesaian akhir transaksi pembayaran

antarbank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia.

n)Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.

c. Mengatur dan Mengawasi Bank

Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari Bank,


(34)

melaksanakan pengawasan Bank, dan mengenakan sanksi terhadap Bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.83

B.Bentuk Kerjasama Indonesia Dengan IMF Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003.

Bentuk kerjasama ataupun perjanjian yang disepakati anatara IMF – Indonesia dilatar belakangi suau sebab yaitu krisis moneter yang bekepanjangan di Indonesia, sehingga pemerintah Indonesia mengambil insiatif untuk meminta bantuan finansial dari dunai internasional melalui IMF. Upaya Indonesia untuk mengatasi krisis moneter sebenarnya sudah dilakukan sejak rupiah digoyang dollar pada juli 1997. Kala itu, tepatnya pada Agustus 1997 Bank Indonesia memperlebar kurs intervensinya dan akhirnya mengambangkan kurs rupiah terhadap dollar. Selain itu, pemerintah juga menerapkan kebijaksanaan uang ketat dan menunda beberapa proyek. Pada september 1997 tarif import terhadap 150 komoditas dikurangi dan pembatasan 49% saham asing pada perusahaan publik dihapuskan.84

Sebagai realisasi dari program reformasi tersebut diatas, maka IMF memberikan peranannya kepada Indonesia untuk mengatasi krisis yang menimpa Indonesia, yaitu IMF memberi bantuan dana secara bertahap kepada Indonesia sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh IMF itu sendiri, dimana jumlah dana dari IMF keseluruhannya sebesar US$ 43 Miliyar, sehingga

diakses pada tanggal 02/11/15 jam 18.00 WIB


(35)

dengan demikian Indonesia wajib memathu ketentuan-ketentuan sebagaimana telah di perjanjijkan dalam nota kesepakatan antara IMF dengan Indonesia.85

Bentuk kerjasam ataupun paket kesepakatan yang disebut juga sebagai paket reformasi yang ditawarkan IMF untuk membantu Indonesia dalam mengatasi krisis, terdiri dari beberapa paket yang telah disepakati antara pemerintah Indonesia dengan IMF, yaiu :86

1. Penyehatan Sektor keuangan

a. Perbankan : perbankan swasta, pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah (pemerintah telah melikuidasi 16 bank dan menggabungkan bank-bank pemerintah).

b. Lembaga Pembiayaan.

c. Lembaga-lembaga di pasar modal seperti reksa dana dan perusahaan efek. 2. Kebijakan Fiskal

a. Meningkatkan penerimaan negara dan berbagai pengheatan diikuti peningkatan disiplin anggaran sehingga minimal tidak terjadi defisit anggaran belanja. Tahun 1998 sampai 1999, targentya surplus anggaran satu persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pemerintah telah mengajukan RAPBN 1998-1999 sebesar Rp.133,491 trilyun, naik 32,1 % dari APBN 1997-1998.

b. Mengurangi defisit transaksi berjalan pada neraca pembayaran sehingga dalam dua tahun ke depan dapat ditekan di bawah 3 % terhadap PDB. 3. Kebijakan Moneter termasuk kurs mata uang

85

Ibid. 86


(36)

Pengendalian inflasi melalui pengendalian likuiditas perekonomian dan tingkat suku bunga. Pada satu pihak tetap merangsang kegiatan perekonomian sekaligus menghasilkan stabilitas ekonomi.

4. Penyesuaian Struktutal

a. Penurunan bertahap tarif bea masuk, produk kimia, besi/baja, produk perikanan.

b. Pelonggaran tata niaga komoditas gandum tepung terigu, kedelai dan bawang putih. Untuk melindungi konsumen, pemerintah tetap memberikan subsidu tepung terigu. Selain itu penetapan HPS semen akan dihapus dalam waktu dekat.

c. Hambatan ekspor termasuk pajak ekspor akan dikurangi secara bertahap. d. Pemerintah akan mengkaji ulang investasi dan pengeluaran sektor publik

termasuk pengeluaran pemerintah untuk BUMN dan industri strategis, privatisasi akan terus melanjutkan termasuk bank-bank pemerintah setelah penggabungan selesai.

Mekanisme bentuk kerjasama Indonesia dengan IMF yaitu IMF sebagai organisasi internasional dalam bidang ekonomi meminjamkan dana kepada Indonesia selaku debitur, dan kemudian Indonesia menyalurkan dana tersebut ke beberapa kabinet dan pemerintah daerah yang sebagaimana bertujuan memulihkan keadaan ekonomi di pusat maupun daerah, yang setelah itu dana tersebut digunakan oleh kabinet ataupun pemerintah daerah sesuai dengan kebijakan yang telah diatur oleh masing-masing kabinet ataupun pemerintah daerah.


(37)

Sebagai contoh: 87

a) Kementian Pndidikan Nasional.

setelah Indonesia menyalurkan dana ke beberapa kabinet seperti Kementrian Pendidikan Nasional, dana tersebut digunakan untuk membangun ataupun menaikkan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia, seperti memperbaiki gedung bangunan sekolah dan lain-lain. b) Kementrian Koperasi dan Usaha kecil Menengah

Dana yang berikan kepada kementrian keuangan digunakan seperti membantu masyarakat membuka usahanya dengan memberikan dana pinjaman dan lain-lain

c) Gubernur

Untuk didaerah, pemerintah pusat memberikan dana nya tersebut kepada pemerintah daerah masing-masing, yang mana nanti para gubernur menggunakannya sesuai kebutuhan masing-masing daerah seperti memajukan pembangunan daerah, membantu rakyat miskin ataupun membuat para investor tertarik menginvestasikan kekayaannya kedaerah tersebut.

C. Sasaran Kerjasama Indonesia dengan IMF Berdasarkan Instruksi Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003

87 Inpres No 5 tahun 2003.


(38)

Dalam melaksanakan kerjasama antara Indonesia dengan IMF memiliki beberapa sasaran, yang dimana sasaran tersebut memiliki kinerja dalam penyaluran bantuan dana IMF dalam mencapai program kerjasamanya, antara lain:88

1. Melaksanakan kebijakan ekonomi menjelang dan sesudah berakhirnya program kerjasama dengan International Monetary Fund (IMF) dengan sasaran pokok:

a. Memelihara dan memantapkan stabilitas ekonomi makro b. Melanjutkan restrukturisasi dan reformasi sektor keuangan c. Meningkatkan investasi, ekspor dan penciptaan lapangan kerja

2. Dalam pencapaian sasaran pokok sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA, agar memperhatikan program-program sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Instruksi Presiden ini sebagai pedoman kebijakan ekonomi menjelang dan sesudah berakhirnya program kerjasama IMF.

3. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA.

4. Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Menteri Bidang Perekonomian dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mengkodinasikan kegiatan yang dilaksanakan oleh para Menteri/Kepala Lembaga Pemerintahan non Departemen serta Jaksa Agung Republik Indonesia, Panglima Tentara Nasional Indonesia, dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai lingkup koordinasinya.


(39)

5. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian bertanggung jawab atas pemantauan pelaksanaan Instruksi Presiden dan melaporkan secara berkala kepada Presiden.

6. Untuk kelancaran pelaksanaan pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMA, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian membentuk Tim Pemantauan.

7. Menteri kordinator Bidang Perekonomian melakukan koordinasi dengan Gubernur Bank Indonesia dalam hal pelaksanaan Instruksi Presiden ini berkaitan dengan bidang tugas dan kewenangan Bank Indonesia.

8. Agar melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung jawab dan melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Presiden secara berkala.

D. Pelaksanaan Hasil Kerjasama Indonesia Dengan IMF Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global

1. Pelaksanaan

Paket program pemulihan ekonomi yang disyaratkan IMF petama kali diluncurkan pada bulan November 1997 bersama pinjaman angsuran pertama senilai 3 miliar dolar AS. Pada mulanya diharapkan bahwa dengan disetujuinya paket tersebut oleh pemerintah Indonesia, nilai rupiah akan mennguat dan stabil kembali. Tetapi, kenyataann menunjukkan nilai rupiah terus melemah sampai pernah mencapai Rp 15.000 per dolar AS. Kepercayaan masyarakat di dalam dan luar Negeri terhadap ekonomi Indonesia yang pada waktu itu terus merosot, membuat kesepakatan itu harus ditegaskan dalam Nota Kesepakatan (letter of intent) yang di tanda tangani bersama antara pemerintah Indonesia dan IMF


(40)

pada bulan Januari 1998. Nota kesepakatan itu terdiri atas 50 butir kebijaksanaan-kebijaksanaan mencakup ekonomi makro (fiskal dan moneter), restrukturisasi sector keuangan dan reformasi structural.89

Butir-butir dalam kebijaksanaan fiscal mencakup, selain penegasan tetap menggunakan prinsip anggaran berimbang (pengeluaran pemerintah sama dengan pendapatannya), juga meliputi usaha-usaha pengurangan pengeluaran pemerintah seperti menghilangkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan listrik, dan membatalkan sejumlah proyek insfrastruktur besar dan peningkatan pendapatan pemerintah. Usaha-usaha terakir ini akan dilakukan dengan berbagai cara, termasuk menaikkan cuka terhadap sejumlah barang tertentu, mencabut semua fasilitas kemudahan pajak, di antaranya penangguhan pajak pertambahan nilai (PPN), dan fasilitas pajak dan tarif bea masuk yang selama ini diberikan antara lain kepada industru mobil nasional (Timor) mengenakan pajak tambahan terhadap bensin, memperbaiki audit PPN dan memperbanyak objek pajak.90

Berbeda dengan Korea Selatan dan Thailand, dua Negara yang sangat serius dalam melaksanakan program reformasinya, pemerintah Indonesia ternyata tidak melakukan reformasi sesuai kesepakatannya itu denga IMF. Akhirnya, pencairan pinjaman angsuran kedua senilai 3 miliar dolar AS yang seharusnya dilakukan pada bulan Maret 1998 terpaksa di undur. Padahal, Indonesia tidak ada jalan lain selain harus bekerja sama sepenuhnya dengan IMF, terutama karena dua hal, yakni;91

a. Berbeda dengan kondisi krisis di Thailand, Korea Selatan, Filipina dan Malaysia, di Indonesia krisis ekonomi sebenarnya sudah menjelma

89Tulus Tambunan, Op.Cit. hal : 209 90Ibid, hal : 210


(41)

menjadi suatu krisis kepercayaan. Masyarakat dan dunia usaha, baik di dalam Negeri maupun Internasional (termasuk bank-bank di Negara-Negara mitra dagang Indonesia yang tidak lagi menerima letter of credit (L/C) dari bank-bank Nasional dan investor-investor dunia) tidak lagi percaya akan kemampuan Indonesia untuk menanggulangi sendiri krisisnya; bahkan mereka juga tidak lagi percaya pada niat baik atau keseriusan pemerintah dalam menangani krisis ekonomi di dalam Negeri. Oleh karena itu, satu-satunya yang masih bisa menjamin atau memulihkan kembali kepercayan masyarakat di/atau terhadap Indonesia adalah melakukan sepenuhnya ‘kemitraan usaha’ antara pemerintah Indonesia dengan IMF. Dengan perkataan lain kalai Indonesia ingin mendapatkan bantuan dari lur Negeri, baik dalam bentuk pinjaman atau hibah atau jaminan terhadap L/C dan ingin agar arus Penanaman Modal Asing (PMA) meningkat atau terus mengalir, maka pemerintah Indonesia terpaksa harus bekerja sama dengan IMF (menjalankan reformasi sesuai kesepakatan tersebut).

b. Indonesia sangat membutuhkan dolar AS. Pada awal tahun 1998 kebutuhan itu diperkirakan sebesar 22,4 miliar dolar AS cadanga devisa bersih yang dimiliki BI hingga awal juni 1998 hanya 14.621,4 juta dolar AS, naik dari 13.179,7 juta dolar AS pada akhir Maret 1998. Kebutuhan itu digunakan terutama untuk membayar Utang Luar Negeri (ULN) jangka pendek yang diperkirakan pada pertengahan Tahun 1998 sebesar 20 miliar dolar AS, membayar bunga atas pinjaman jangka panjang 0,9 miliar dolar AS, dan sisanya sebanyak 1,5 miliar dolar AS untuk


(42)

kegiatan ekonomi didalam Negeri yang juga sangat diperlukan untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi. Pada awal November 1998, diperkirakan jumlah cicilan dan bunga ULN terhadap cadangan devisa pada Tahun tersebut sekitar 180 persen, dan tahun 1999 naik menjadi kurang lebih 202 sampai 205 persen dari jumlah cadangan devisa pada tahun yang sama.

Kebutuhan dolar AS sebanyak itu terutama karena pemerintah Indonesia untuk sementara waktu, terutama pada saat krisis ini, tidak dapat mengandalkan pemasukan devisa dari hasil ekspor dan juga tidak bisa mengandalkan dana rupiah dari hasil pajak, khususnya pajak pendapatan dan penjualan yang pasti akan merosot pada saat resesi. Perkiraan kebutuhan dolar AS di atas, didasarkan pada asumsi kesepakatan pemerintah Indonesia dengan IMF yakni laju pertumbuhan ekonomi tahun 1998 waktu itu diperkirakan minus 5 persen (kenyataannya sudah mencapai minus 13 persen lebih) tahun fiscal 1998/1999 dengan tingkat inflasi 49 persen pada tahun 1998 (kenyataan sudah di atas 60 persen).92

Setelah gagal dalam pelaksanaan kesepakatan pertama itu, dilakukan lagi perundingan-perundingan baru antara pemerintah Indonesia dengan IMF pada bulan Maret 1998 dan dicapai lagi suatu kesepakatan baru antara kedua pihak pada bulan April 1998. Hasil-hasil perundingan dan kesepakatan itu dituangkan secara lengkap dalam satu dokumen bernama “Memorandum Tambahan tentang Kebijaksanaan Ekonomi Keuangan (MTKEK). Memorandum tambahan ini sekaligus juga merupakan kelanjutan, pelengkap

92Ibid, hal : 212


(43)

dan modifikasi dari 50 butir letter of intent pada bulan januari 1997, yang reformasi perbankan (sektor keuangan) dan sturktural. Ada beberapa perubahan diantaranya penundaan penghapusan subsidi BBM dan listrik, dan penambahan sejumlah butir baru. Secara keseluruhan ada lima memorandum tambahan dalam kesepakatan yang baru, yakni :93

1) Program Stabilisasi

Tujuan utamanya adalah menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi.

2) Restrukturisasi Perbankan.

Dalam rangka penyehatan system perbankan Nasional. 3) Reformasi Struktural.

Disepakati agenda baru yang mencakup upaya-upaya dan sasaran yang telah disepakati dalam kesepakatan pertama (15 Januari 1998)

4) Penyelesaian Utang Luar Negeri (ULN) swasta (corporate debt)

Disepakati perlumya dikembangkan kerangka penyelesaian ULN swasta dengan keterlibatan pemerintah yang lebih besar, namun tetap dibatasi agar proses penyelesaiannya tetap dapat berlangsung lebih cepat.

5) Bantuan untuk rakyat kecil (kelompok ekonomi lemah)

Penyelesaian ULN swasta dengan bantuan untuk rakyat kecil merupakan dua hal yang di dalam kesepakatan pertama (januari 1998) belum ada.

93Ibid, hal : 212-213


(44)

2. Hasil Kerjasama

Seperti yang dijelaskan dalam pelaksanaanya bahwa ada 5 memorandum tambahan dalam kesepakatan ataupun perundingan antara IMF dengan Indonesia, berikut penjelasannya;94

a. Program Stabilisasi

Fiskal, adapun beberapa poin poinya yaitu: 1. Menghilangkan pengecualian terhadap PPN

2. Meningkatkan nilai jual kena pajak atas PBB menjadi 40 persen di sektor perkebunan dan kehutanan.

3. Menetapkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tunggal. 4. Meningkatkan cukai alkohol dan tembakau.

5. Menaikkan harga dan menghapuskan subsidi gula, tepung terigu, jangkul, bungkil keledai dari tepung ikan.

6. Meningkatkan penerimaan APBN dari laba BUMN

7. Menghapus program kandungan lokal untuk kendaraan bermotor. 8. Melaksanakan penelaahan atas penerimaan Negara dengan bantuan

IMF.

dan lain lain.

b. Restrukturisasi Perbankan

Moneter dan Perbankan, adapun beberapa poin-poinnya yaitu:95

1. Memberikan otonomi pada BI dalam merumuskan kebijaksaan moneter dan suku bunga.

2. Menerbitkan data pokok moneter secara mingguan.

94Ibid, hal : 213


(45)

3. Memberikan otonomi pada bank pemerintah untuk menyesuaikan tingkat suku bunga kredit dan deposito dengan ketentuan umum yang berlaku bagi semua bank.

4. Membatasi dan secara bertahap menghentikan kredit BI kepada badan perusahaan pemerintah.

5. Membatasi dan menghentikan kredit BI kepada badan dan perusahaan pemerintah.

6. Menghapuskan semua hambatan pemberian pinjaman oleh perbankan kecuali karena alasan kehati-hatian atau untuk mendukung koperasi atau usaha kecil.

Dan lain-lain. c. Reformasi Struktural

Restrukturisasi Perbankan, adapun beberapa poin-poinnya yaitu:96

1. Melikuidasi 16 bank yang tidak sehat, mengganti manajemen 16 bank tersebut dengan tim likuidasi dan mengembalikan dana penabung kecil di 16 bank tersebut.

2. Menempatkan Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang lemah dalam pengawasan secara intensif oleh BI.

3 Menyediakan bantuan likuiditas bagi perbankan dengan persyaratan yang semakin ketat.

4 Menjamin kewajiban terhadap semua deposan dan kreditor dari bank-bank yang berbadan hukum Indonesia.

96Ibid, hal : 215


(46)

5 Mengubah Undang-Undang perbankan untuk menghapus batas kepemilikan swasta.

6 Mengadakan asuransi deposito (deposit insurance scheme) d. Penyelesaian Utang Luar Negeri

Perdagangan Luar Negeri, adapun beberapa poin-poinnya yaitu:97

1. Mengurangi tarif 5 persen (percentage points) untuk semua produk yang saat ini dikenai tarif 15 sampai 25 persen.

2. Mencabut semua batasan impor kapal bekas maupun baru.

3. Menghapus pajak ekspor produk kulit, biji tambah (ores) dan alumunium sisa (waste alumunium).

4. Menguari pajak ekspor untuk kayu gelondongan, kayu gergajian, rotan, dan barang mineral secara bertahap hingga mencapai 10 persen dari harga jual.

5. Menghapuskan semua hambatan ekspor lainnya.

6. Mencabut larangan ekspor minyak sawit dan menggantikannya dengan pajak ekspor sebesar 40 persen, dan secara bertahap akan diturunkan hingga 10 persen.

Dan lain-lain.

e. Investasi dan Deregulasi

Adapun beberapa poin-poinnya yaitu:98

1. Mencabut peratuan yang membatasi kepemilikan Investor asing sampai 40 persen dari perusahaan yang telag go publi.

97Ibid, hal : 217


(47)

2. Menerbitkan daftar negatif invesati yang direvisi dengan pengurangan jumlah bidang usaha yang tertutup bagi investor asing. 3. Mencabut pembatasan investasi asing dalam perkebunan sawit dan

dalam bidang eceran dan perdagangan besar (grosir) 4. Mencabut kouta yang membatasi penjualan ternak.

5. Melarang pemerintah Dati I untuk membatasi perdagangan antar dan intra provinsi.

6. Membebaskan para petani dari kewajiban menanam tebu (tri) Dan lain-lain.

Pada prinsipnya semua butir kesepakatan dengan IMF di atas harus dilakukan selama tahun 1998. Hingga Oktober 1998, sebagian sudah dilaksanakan, sebagian lain ada yang sedang dilakukan dan ada yang sedang dalam persiapan. Dari sekian banyak butri reformasi, ada sejumlah langkah yang pengaruhnya sangat signifikan terhadap perekonomian Nasional, baik jangka pendek atau jangka panjang.99

Dalam usaha menanggulangi suatu krisis, bukan hanya langkah pemulihan apa yang sebaiknya diambil tetapi bagaimana dampaknya terutama jangka pendek terjadap kondisi ekonomi dari Negara yang bersangkutan juga sangat penting untuk diperkirakan sebelumnya. Yang ingin dikatakan disini bahwa dampak jangka pendek dari semua kebijaksanaan pemulihan tersebut diatas terhadap kondisi ekonomi di dalam Dampak Kebijaksanaan Pemulihan

99Ibid, hal : 219


(48)

Negeri sangat menentukan bisa tidaknya perekonomian Indonesia pulih kembali dam kurun waktu setahun atau dua tahun ke depan (dampak jangka panjang). Suatu kebijaksanaan pemulihan akan berdampak negatif, terutama jangka pendek, apabila sifat kebijaksanaan itu kontraktif. Bahkan kalau pelaksanaan kebijaksanaan itu terlau dipaksakan atau terburu-buru, tidak bertahap, bisa lebih memperbutuk perekonoman Indonesia, yang berarti proses pemulihan menjadi lebih lambat daripada apabila kebijaksanaan itu diimplementasikan secara hati-hati.100

100Ibid, hal : 223-224


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dimana perkembangannya tersebut bisa dilihat dalam sektor ekonomi. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sangatlah tidak di duga, secara teori kemungkinan bisa ada lebih dari satu faktor yang secara bersamaan menyebabkan krisis tersebut terjadi. Misalnya, tingkat atau laju inflasi yang tinggi; apakah ini disebabkan oleh harga-harga dari produk-produk impor yang melonjak tinggi akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, atau karena jumlah uang yang beredar di Masyarakat (M1) lebih besar daripada penawaran agregat (kemampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam Negeri). Menurut Fischer, Adapun faktor-faktor penyebab krisis antara lain

a. Faktor-faktor Internal 1. Laju Pertumbuhan 2. Struktur Ekonomi

3. Perdagangan Luar Negeri (Ekspor Neto) 4. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur b. Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor internal, menurut Fischer (1998), krisis ekonomi di Asia juga diakibatkan oleh perkembangan perekonomian negara-negara maju dan pasar keuangan global yang menyebabkan ketidakseimbangan global.


(50)

Ada beberapa langkah penting untuk penanggulangan krisis ekonomi. Yaitu :

1. Kebijaksanaan Moneter 2. Kebijaksanaan Perbankan 3. Program Kesempatan Kerja 4. Reformasi dan Privatisasi BUMN

5. Restrukturisasi Utang Luar Negeri (ULN) Swasta

2. Dalam proses penanggulangan krisis ekonomi global, kedua belah pihak yaitu IMF dan Indonesia mempunyai peranan masing-masing.

Indonesia mempunyai kewenangan dalam penanggulangan krisis ekonomi global, kewenangan Indonesia dalam hal ini di tuangkan dalam kebijakan-kebijakan Bank Indonesia, karena peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas sistem keuangan. Adapun peran utama ataupun wewenang yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.

Sedangkan IMF untuk menyempurnakan perannya dalam penanggulangan krisis ekonomi global meliputi upaya promosi perluasan secara seimbang perdagangan dunia, stabilitas nilai tukar, pencegahan devaluasi mata uang kompetitif, dan mengoreksi secara tertib persoalan neraca pembayaran suara Negara

3. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat berpengaruh dalam perkembangan ekonomi global termasuk dalam hal kerjasama dengan IMF. Adabeberapa hal yang mendasari Indonesia melakukan kerjasama ekonomi dengan IMF, antara lain :


(51)

a) UUD 1945 pasal 4 ayat (2) tentang Wakil Presiden atau dalam menjalankan tugas Presiden, Presiden dibantu oleh Wakil Presiden. Sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut bahwa Wakil Presiden bertugas membantu Presiden dalam penyaluran dana IMF tersebut. b) Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah,

dimana Pemerintah Daerah adalah selaku penerima dana IMF tersebut yang awalnya sudah diserahkan lalu diberikan kepada Bank Indonesia, kemudian Bank Indonesia menyalurkan kepada APBN yang kemudian diberikan kepada APBD tiap daerah agar melaksanakan ataupun menyelesaikan tugas tiap daerah yang tertunda.

c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI), dimana BI bertugas sebagai penyalur dana ke setiap daerah yang telah diinstruksikan dan juga sebagai pengawas terhadap dana yang telah disalurkan ke Pemerintah Daerah masing-masing sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, kemudian Bank Indonesia (BI) memberikan laporan ataupun berkordinasi kepada Wakil Presiden selaku kordinator pelaksana sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.


(52)

B.Saran

1. Kedua belah pihak yang terlibat dalam kerjasama ekonomi, seperti IMF dan pemerintah lebih mengetahui hak dan kewajiban serta ketentuan dalam melakukan kerjasama ekonomi untuk menghindari adanya kesalahan ataupun penyalahgunaan dana yang dapat memicu krisis ekonomi.

2. Dalam penanggulang krisis ekonomi global yang terjadi, kedua belah pihak yaitu Indonesia dan IMF harusla melakukan peranan masing-masing dengan baik, guna tercipta kerjasama ekonomi yang baik dari kedua belah pihak. 3. Pemerintah selaku pengawas penyalur dana dari IMF seharusnya lebih

mengawasi penyaluran dana dari pemerintah selaku penerima dana ke kabinet-kabinet dan Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan yang menjadi dasar hukum.


(53)

BAB II

KRISIS EKONOMI GLOBAL DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

A. Pengertian Krisis Ekonomi Global

Krisis ekonomi global merupakan peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan memperngaruhi sektor lainnya diseluruh dunia. Akibat dari krisis ekonomi yang terjadi di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, memberi dampak besar pada negara-negara Asia yang sedang berkembang, salah satunya adalah Indonesia pada ekspor perkebunan komoditi kelapa sawit, karet, dan kakao. Ini memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kinerja ekspor komoditi tersebut, dimana terjadinya penurunan hraga berbagai komoditas anjlok akibat adanya perlambatan ekonomi dunia, sehingga peluang untuk memasarkan sangat sulit18

Menurut ahli ekonomi, pengertian krisis ekonomi secara sederhana adalah suatu keadaan dimana sebuah Negara yang pemerintahnya tidak dipercaya lagi oleh rakyatnya, khususnya masalah finansial. Rakyatnya tidak mau lagi menyimpan uang di bank-bank yang ada, sehingga bank-bank mengalami kesulitan uang tunai. Jika itu terjadi maka bank sentral akan mencairkan asetnya untuk menalangi semua bank-bank itu. Setelah itu maka harga-harga naik seiring dengan banyaknya uang tunai di masyarakat akibat bank kelebihan uang tunai.

.

19

18

http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/24562/4 / Chapter%20I. pdf diakses tanggal 14 september 2015 jam 15.02 WIB


(54)

Jika keadaan itu terjadi maka negara memasuki masa krisis. Negara tidak mampu membayar hutangnya sehingga hutangnya sudah jauh diatas PDB-nya. Maksudnya, ketika Indonesia mempunyai hutang terhadap negara lain dan bunga dari hutang tersebut semakin bertambah setiap tahunnya, tetapi pendapatan Indonesia tidak mengalami pertambahan akibar krisis ekonomi global, sehingga membuat Indonesia mengalami kesulitan untuk membayar hutang-hutangnya.

Faktor-faktor Penyebebab Krisis

Secara teori kemungkinan bisa ada lebih dari satu faktor yang secara bersamaan menyebabkan krisis tersebut terjadi. Misalnya, tingkat atau laju inflasi yang tinggi; apakah ini disebabkan oleh harga-harga dari produk-produk impor yang melonjak tinggi akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, atau karena jumlah uang yang beredar di Masyarakat (M1) lebih besar daripada penawaran agregat (kemampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam Negeri). Menurut Fischer, Adapun faktor-faktor penyebab krisis antara lain20

1. Faktor-faktor Internal a. Laju Pertumbuhan

Laju pertumbuhan PDB adalah salah satu indikator utama ekonomi makro yang sering digunakan dalam menganalisis kinerja ekonomi sebuah Negara. 21

20Op.Cit, Tulus Tambunan, hal : 48 21Ibid, hal : 52


(55)

PDB (Produk domestik Bruto) merupakan alat pengukur dari pertumbuhan ekonomi. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.22

b. Struktur Ekonomi

Kelemahan fundamental ekonomi makro dalam hal stuktur ekonomi juga bisa merupakan salah satu penyebab, mungkin bukan yang membuat terjadinya krisis tetapi yang mengakibarkan krisis tersebut terus berlangsung dan semakain parah. Pada dasarnya struktur ekonomi yang lemah mencerminkan tidak seimbangnya perkembangan dan pertumbuhan antarsektor di satu pihak, dan tidak adanya “sektor kuci” (walaupun sektor tersebut dominan di dalam sturktur ekonomi dengan suatu kinerja yang baik di pihak lain. Sektor-sektor ekonomi tidak menunjukkan kinerja yang sama, misalnya dalam hal tingkat produktivitas, efisiensi atau profitabilitas, atau kontibusi terhadap pembentukan dan pertumbuhan PDB tidak seimbang antarsektor.23


(56)

c. Perdagangan Luar Negeri (Ekspor Neto)

Berdasarkan suatu laporan dari WTO (1996), struktur perdagangan dunia menunjukkan bahwa pada tahun 1995 Indonesia tidak termasuk dalam 25 besar Negara-negara pengespor produk-produk manufaktur. Masih lemahnya Indonesia dalam mengembangkan ekspor bernilai tambah tinggi, sementara masih sangat tergantung pada impor produk-produk bernilai tambah tinggi dapat dianggap sebagai penyebab utama kurangnya cadangan devisa (khususnya dolar AS) yang dimilik Indonesia, untuk mempertahankan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sehingga rupiah melemah terus dan akhirnya tidak hanya menyebabkan tetapi juga memperparah krisis ekonomi.24

d. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur

Dalam fundamentall ekonomi Indonesia pada tingkat meso, ada dua sektor penting yang turut juga bertanggungjawab atas terjadinya atau terus berlangsungnya krisis ekonomi di Indonesia hingga saat ini, yakni sektor industri manufaktur dan sektor perbankan. Perkembangan sektor industri manufaktur di Indonesia yang tidak sehat selama periode Orde Baru, dalam arti tingkat produktivitas, efisiensi dan daya saing yang rendah, serta ketergantungan yang tinggi terhadap impor dan modal asing, juga merupakan salah satu penyebab lemahnya fundamental ekonomi Indonesia.25

24Ibid, hal : 58 25Ibid, hal : 70


(57)

2. Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor internal, menurut Fischer (1998), krisis ekonomi di Asia juga diakibatkan oleh perkembangan perekonomian negara-negara maju dan pasar keuangan global yang menyebabkan ketidakseimbangan global. Maksudnya, seperti di Jepang dan Eropa Barat, pertumbuhan ekonomi mengalami kesulitan dan kebijaksanaan moneter tidak berubah serta tingkat suku bunga sangat rendah. Semua ini membuat kedua wilayah itu menjadi kurang menarik bagi investasi. Dengan perkataan lain, dana berlimpah ruah tetapi proyek-proyek yang menarik untuk investasi berkurang. Faktor eksternal lainnya adalah disebabkan oleh daya saing Indonesia di Asia yang lemah. Tingkat nilai tukar mata uang-mata uang dari Negara-Negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, terhadap dolar AS yang terlalu kuat (Over valued).26

Selain faktor-faktor ekonomi, krisis di Asia itu juga disebabkan oleh faktor-faktor nonekonomi, seperti sosial, budaya, kultur dan politik. Dan faktor psikologis juga sangat berperan, paling tidak membuat krisis rupiah itu menjadi suatu krisis ekonomi besar. Dampak psikologis muncul dari krisis di Indonesia adalah merebaknya fenomena kepanikan di mana-mana yang melanda masyarakat keuangan internasional, sehingga para pemilik modal internasional memindahkan modal mereka dari Indonesia secara tiba-tiba dalam jumlah yang sangat besar. Kepanikan ini, kemudian diikuti oleh warga Negara di Indonesia dengan melakukan hal yang sama, hal serupa juga terjadi di Thailan dan Korea selatan.27

26Ibid, hal : 82 27Ibid, hal : 84


(58)

3. Teori-teori Alternatif

Selain faktor-faktor internal dan esksternal (ekonomi dan non ekonomi), ada tiga teori alternatif yang dapat juga dipakai sebagai basic frameworkuntuk menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya krisis ekonomi di Asia. Yaitu ;28

a. Teori konspirasi

Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa krisis tersebut sengaja ditimbulkan oleh negara-negara industri maju tertentu, khususnya AS karena tidak menyukai sikap arogansi ASEAN selama ini.29

b. Teori Contagion

Krisis di Asia memperlihatkan adanya contagion effect, yaitu menularnya amat cepat dari satu negara ke negara lain. Bermula di Thailand pada pertangan 1997, kemudian menyebar ke Malaysia, Singapura, Filipina, Indonesia dan Korea Selatan. Tetapi di antara negara-negara tersebut, Thailand, Indonesia dan Korea Selatan tertular berat karena ketiganya dalam banyak hal mempunyai permasalahan yang sama. Prosesnya terjadi terutama karena sikap investor-investor asing yang setelah krisis terjadi di Thailan menjadi ketakutan bahwa krisis yang sama juga akan menimpa Negara-Negara tetangga seperti Indonesia, Malaysia dan Filipina.30

c. Teori Business Cycle

Teori business cycle atau konjugtur, atau gelombang pasang surut suatu ekonomi. Inti dari teori ini adalah bahwa ekonomi yang prosesnya

28Ibid, hal : 85 29Ibid hal : 85 30Ibid, hal : 86


(59)

sepenuhnya di gerakkan oleh mekanisme pasar (kekuatan permintaan dan penawaran) pasti akan mengalami pasang surut pada suatu periode akan menegalami kelesuan dan pada periode berikutnya akan mengalami kegairahan kembali dan selanjutnya lesu kembali dan seterusnya . Implikasi dari teori ini adalah bahwa kalau memang krisis ekonomi di Asia merupakan suatu gejala konjungtur, maka krisis itu dengan sendirinya akan hilang, tentu dengan syarat bahwa prosesnya sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan pasar31

B. Penanggulangan Krisis Ekonomi Global

ada beberapa langkah penting untuk penanggulangan krisis ekonomi. Yaitu :

a. Kebijaksanaan Moneter

Pemerintahan negara yang terkena krisis ini menerapkan kebijaksanaan moneter yang ketat untuk mendorong nilai tukar ke tingkat yang lebih wajar dan untuk menurunkan inflasi. Maksudnya, tingkat suku bunga SBI ditingkatkan, pada saat itu tingkat suku bunga SBI untuk 1 bukan naik 22 persen menjadi 45 persen (dengan tingkat bunga efektif tahunan sebesar 55 persen). Tingkat suku bunga SBI ysng tinggi ini hingga oktober 1998 tetap dipertahankan dan membuat suku bunga dipasar uang juga tetap tinggi dan membuat ataun


(60)

mendorong nilai tukar ke tingkat yang lebih wajar dan menurunkan inflasi.32

b. Kebijaksanaan Perbankan

Langkah-langkah penting dalam restrukturisasi sektor perbankan yang telah dilakukan pemerintah hingga saat ini adalah termasuk pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yang salah satu contohnya di Indonesia pada tanggal 14 Februari 1998 mulai menangani 54 bank yang memperoleh pinjaman darurat dari BI yang melebihi 200 persen modalnya, atau yang pada bulan desember 1997 memiliki modal kurang dari 5 persen dari nilai aktivannya. Pada tanggal 31 maret tahun 1998, pemerintah lewat BPPN mengabil alih 6 bank swasta, yakni BDNI, Bank Modern, BUN, Bank Danamon, Bank PDFCI dan Bank Tiara, dan disusul BCA. Agustus 1998, dibentuk Asset Management Unit (AMU), yakni suatu lembaga khusus yang berada di bawah BPPN dengan tugas utama menampung semua kredit bermasalah. Oktober tahun 1998, dibentuk Bank Mandiri, bank baru milik pemerintah yang akan menggabungkan Bank Exim, BBD, BDN dan Bapindo. Selain itu, tanggal 24 Agustus tahun 1998 lalu pemerintah telah mengajukan konsep Rancangan Undang-Undang (RUU) perubahan UU perbankan No.7 Tahun 1992 dalam sidang paripurna DPR. RUU itu antara lain memberi hak kepada investor asing untuk menguasi saham di perbankan nasional sampai dengan 100

32


(61)

persen. Dalam RUU itu, masyarakat juga dimungkinkan untu mengetahui sisi aktivitas dari neraca perbankan.33

c. Program Kesempatan Kerja

Pemerintah Negara yg terkena krisis ini memperluas program Social Safety Net, atau program padat kerya di sektor pekerjaan umum dan penyediaan kesempatan kerja sementara khusus bagi penduduk termiskin yang mengganggur (mereka yang di PKH-kan akibat krisis), dengan bantuan pembiayaan dari Bank Pembangunan Asia (ADB), Bank Dunia, dan bantuan bilateral. Alokasi anggaran dalam APBN untuk program ini juga telah ditingkatka. Disamping itu, untuk mempertahankan kesempatan kerja, ketersediaan berbagai skema kredit dengan subsidi dari pemerintah untuk membantu usaha kecil dan menengah (UKM) telah diperbanyak.34

d. Reformasi dan Privatisasi BUMN

Pemerintah Negara yang terkena Krisis ini mengupayakan untuk mempercepat reformasi BUMN guna memperkuat tingkat keuntungannya dan meningkatkan sumbangannya kepada penerimaan Negara. Upaya tersebut diharapkan dapat penurunan penerimaan Negara sebagai akibat dari berkurangnya penerimaan pajak, peningkatan subsidi yang lebi besar daripada yang dianggarkan semula, dan biaya untuk restrukturisasi perbankan. Maksudnya, pada saat itu telah diangkat seorang Menteri Negara Pendayagunaan BUMN dengan tugas mendayagunakan perusahaan-perusahaan di sektor

33

Ibid, hal : 220

34


(62)

publik yang berjumlah 164, termasuk lembaga-lembaga keuangan. Dalam tahun 1998-1999, pemerintah merencakan penjualan saham-saham enam BUMN yang telah tercatat di pasar modal, dan yang bergerak dalam pasar kompetitif seperti PT Telkom, PT Indosat, PT Semen Gresik, dan PT Krakatau Steel.35

e. Restrukturisasi Utang Luar Negeri (ULN) Swasta

Pemerintahan Negara yg terkena krisis ini contohnya Indonesia sejak Februari 1998 telah dilakukan beberapa kali pertemuan antara Steering Committee para kreditor bank asing dan Contact Group dari para debitor, serta tim penanggulangan ULN Swasta. Dengan bantuan penasihat dari luar Negeri dan dengan berkonsultasi dengan Contact Group, Steering Committe, staf IMF, ADB, bank dunia, dan pemerintahan Negara sahabat yang berminat, tim penanggulan ULN swasta telah menyiapkan kerangka kerja untuk restrukturisasi ULN swasta. Salah satunya pertemuan yang terkenal adalah pertemuan Frankfrut bulan juli 1998. Pertemuan itu menghasilkan program INDRA ( Indonesian Debt Restructuring Agency ) yang dibentuk pada tanggal 1 Agustus 1998. Dalam Program ini, perusahaan yang bermasalah yang sudah mempunyai kesepakatan dengan kreditornya dapat menukar rupiahnya dengan Dolar AS dengan kurs rata-rata selama 20 hari terakir. Perusahaan bisa untung kalau kurs tersebut lebih rendah daripada kurs yang berlaku di pasar pada saat itu, tetapi sebaliknya rugi apabila kebalikannya. Pada pertengahan tahun 1998

35


(63)

mulai dirasakan bahwa masalah ULN swasta, khususnya perbankan semakin berat, sementara hingga saat itu belum ada perusahaan bermasalah yang menggunakan fasilitas INDRA. Jumlah perusahaan yang bermasalah terlalu banyak, sehingga penanganannya secara konvensional semata tidak cukup lagi. Mengajukan kasus kredit bermasalah ke pengadilan kepailitan juga tidak menyelesaikan atau meringankan persoalan. Selain prosesnya memakan waktu, juga dikhawatirkan hampir semua pelaku bisnis bermasalah dinyatakan bangkrut. Melihat kenyataan itulah pemerintah membentuk Prakarsa Jakarta yang dikoordinasi oleh Ketua Tim Penanggulangan ULN Swasta. Pinjaman bermasalah diatas dalam lembaga khusus dengan segala fasilitas kemudahan dari pemerintah, yang intinya memang berupa penyelesaian utang di luar jalur pengadilan.

Mekanisme kerja Prakarsa Jakarta adalah negosiasi yang menghasilkan keputusan antara 5 kelompok, yakni:36

a) Pemerintah (sebagai fasilitator)

b) Kreditor (bank dalam negeri, bank luar negeri, pemegang obligasi) c) Debitor (pemili kredit bermasalah)

d) Komite Penasihat Restrukturisasi Perusahaan (bank dalam negeri, bank luar negeri, pemegang obligasi, BPPN, INDRA), dan

e) Satuan Tugas Restrukturisasi Perusahaan

36


(64)

C. Peran Negara-negara Dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Global Krisis Ekonomi yang terjadi di Asia mempunyai dampak negatif di beberapa Negara seperti Amerika latin, Brazil, Argentina, Meksiko, Cile. Benua Afrika ternyata paling sedikit terkena dampak negatif dari krisis Asia. Krisis yang di alamai Jepang sejak pertengahan tahun 1998 yang terparah sejak tiga dekade terakhir, walaupun tidak seburuk yang dialami Indonesia saat itu.37

Jepang dianjurkan oleh IMF maupun pemerintah-pemerintah dari kelompok G7 untuk berusaha sebaik mungkin agar roda perputaran ekonominya tidak berhenti, antara lain ;38

1. Menurunkan tingkat suku bunga untuk meningkatkan investasi dan menggairahkan permintaan domestik. Maksudnya disaat Jepang mengalami krisis, Jepang mau tidak mau harus menurunkan tingkat suku bunga, yang dimana tingkat suku bunga ini sangat berpengaruh untuk para investor datang untuk menginvestasikan kekayaannya, ini dilakukan karena Jepang merupakan salah satu Negara penting dalam hal investasi.

2. Membuka pasarnya agar ekspor dari Asia ke Jepang dapat ditingkatkan. Maksudnya agar Jepang terus membuka pasar ekspornya ke Asia, agar perekonomian Jepang meningkat dari sebelumnya dan kepercayaan atas barang ekpor tersebut diperoleh dari negara-negara Asia. Ini dilakukan karena jepang merupakan salah satu Negara penting dalam hal perdagangan.

37Ibid, hal :41


(1)

agung, desty, fairus, imam, intan, viza, devi, Grup E dan Angkatan 2011 yang telah menceriakan hari-hari

17. Untuk seluruh teman-teman terbaik selama di Fakultas Hukum USU dan yang di luar Fakultas Hukum USU yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terimakasih telah memberikan dukungan, motivasi dan semangat serta membuat hari-hari saya menjadi lebih berarti.

18.Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis sadar bahwa hasil penulian skiripsi ini tidaklah sempurna. Penulis berharap pada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya. Akhirnya, semoga ALLAH SWT membalas segala kebaikan dan jasa semua pihak yang telah membantu Penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Medan, Januari 2015

Achmad Kurniyadi NIM : 110200486


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR SINGKATAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ………... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penulisan ... 9

F. Metode Penelitian ... 9

G. Sistematika Peneletian ... 11

BAB II KRISIS EKONOMI GLOBAL DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA A. Pengertian dan Penyebab Terjadinya Krisis EkonomiGlobal……… ... 13

B. Penanggulangan Krisis Ekonomi Global ... 19

C. Peran-peran Negara Dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Global………. 21


(3)

BABIII PROSES PENANGGULANAN KRISIS EKONOMI GLOBAL

A. Tinjauan Umum Tentang IMF ... 24

1. Pendirian IMF ... 24

2. Kedudukan IMF ... 26

3. Tujuan dan Fungsi IMF ... 27

4. Wewenang IMF……… 30

B. Peran IMF dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Global ... 30

1.Tugas dan Fungsi IMF terhadap Penanggulangan Krisis Ekonomi Global ... 30

2.Kewenangan IMF Terhadap Penanggulagan Krisis Ekonomi Global ... 33

C. Peran Indonesia Dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Global ... 34

1.Tugas dan Fungsi Indonesia Terhadap Penanggulangan Krisis Ekonomi Global ... 34

2.Kewenangan Indonesia Terhadap Penanggulanan Krisis Ekonomi Globak... 35


(4)

BAB IV KERJASAMA ANTARA INDONESIA

DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF) DALAM MENGATASI KRISIS

EKONOMI GLOBAL MENURUT INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 5 TAHUN 2003

A. Dasar Hukum Kerjasama Indonesia dengan IMF dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi

Presiden Nomor 5 Tahun 2003 ... 38 B. Bentuk Kerjasama Indonesia Dengan IMF dalam

Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi

Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003 ... 44 C. Sasaran Kerjasama Indonesia Dengan IMF Dalam

Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi

Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003 ... 46 D. Pelaksaan dan Hasil Kerjasama Indonesia Dengan

IMF Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 57 B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA ...


(5)

DAFTAR SINGKATAN

IMF : International Monetary Fund PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa SDR : Special Drawing Rights PDB : Produk Domestik Bruto INPRES : Instruksi Presiden PNS : Pegawai Negeri Sipil WTO : World Trade Organization

ASEAN : Association of South East Asia Nation BPPN : Badan Penyehatan Perbankan Nasional

BI : Bank Indonesia

ADB : Asian Development Bank BUMN : Badan Usaha Milik Negara ULN : Utang Luar Negeri

INDRA : Indonesia Debt Restructuring Agency AFTA : Asean Free Trade Area

APEC : Asia Pasific Economic Council WEO : World Economic Outlook

IMFC : International Monetary Financial Committee APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran


(6)

KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

BO : Bank Operasional

SPM : Surat Perintah Membayar

SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) RKUN : Rekening Kas Umum Negara

RPKBUNP : Rekening Pengeluaran Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat

BRI : Bank Rakyat Indonesia BNI : Bank Negara Indonesia BBM : Bahan Bakar Minyak PPN : Pajak Pertambahan Nilai L/C : Letter of credit

PMA : Penanaman Modal Asing

MTKEK : Memorandum Tambahan tentang Kebijaksanaan Ekonomi Keuangan.

NPWP : Nomor Pokok Wajib Pajak PPN : Pajak Pertambahan Nilai BUMN : Badan Usaha Milik Negara